You are on page 1of 7

VARIASI FAKTOR AIR SEMEN TERHADAP KEKUATAN BETON

NON PASIR
Ian Rico Andreas Ricardo1, Anni Susilowati2
Jurusan Teknik Sipil, Program Studi Teknik Konstruksi Sipil, Politeknik Negeri Jakarta
Jalan Prof. Dr. G.A. Siwabessy, Kampus UI, Depok 16425, Indonesia
e-mail : ricardojrngl@gmail.com; anni_susilowati@yahoo.co.id

ABSTRACT
As we know, that big cities in Indonesia, such as Jakarta, Bandung, and Surabaya, there have been
many large-scale building construction such as roads, building and housing, so much land that
originally served to absorb the water now covered by buildings and because of the many road roughness
using asphalt. This can lead to a serious environmental impact, such as the occurrence of flooding in
the rainy season. As an alternative, no fines concrete is present to help solve the existing environmental
problems that can help launch a drainage system in the road surface. However, innovations like this also
has a downside. The concrete form has a cavity-cavity, causing strength of no fines concrete is relatively
low. Theoretically, the higher the porosity of no fines concrete, then its ability to hold the load will be
getting smaller. In this study a comparison approach to value used (WCR) Water Cement Ratio which is
0.38; 0.40; and 0.42. The test results obtained from each of the largest value of compressive strength
average is 7.1 MPa at FAS 0.40; value of splitting tensile strength is 0,505 MPa at WCR 0.40; value of
bending tensile strength is 1,250 MPa at FAS 0.42; Value of modulus of elasticity is 190,335 MPa at
WCR 0.38; and value of porosity is 16,833% at WCR 0.42. From those results, is yet to be drawn
conclusions about the value of WCR resources. This is due to compressive strength between the WCR,
0.38; 0.40; and 0.42 showed no increase in a linear graph and tends to go up and down. Advice that can
be given for further research to multiply the number of samples as well as pay attention to methods of
mixing so as not to experience excessive segregation of concrete considering this type does not use the
sand.

Keywords : no fines concrete, water cement ratio, porosity, compressive strength.

ABSTRAK
Seperti yang kita ketahui, bahwa kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya,
sudah banyak dibangun bangunan berskala besar seperti jalan, bangunan gedung dan perumahan,
sehingga banyak lahan yang awalnya berfungsi untuk menyerap air kini menjadi tertutup oleh karena
banyaknya bangunan dan perkerasan jalan yang menggunakan aspal. Hal ini dapat mengakibatkan
dampak lingkungan yang serius, seperti terjadinya banjir di musim hujan, dikarenakan oleh kurangnya
daerah resapan air. Sebagai alternatif, beton Non Pasir (pervious concrete) hadir untuk membantu
memecahkan permasalahan lingkungan yang ada karena kemampuannya yang dapat membantu
melancarkan sistem drainase di permukaan jalan. Namun, inovasi seperti ini juga mempunyai
kelemahan. Bentuk beton Non Pasir yang memiliki rongga-rongga, menyebabkan kuat tekan beton Non
Pasir relatif rendah. Secara teoritis, semakin tinggi porositas beton Non Pasir ini, maka kemampuannya
untuk menahan beban akan semakin kecil. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan perbandingan
nilai FAS (Faktor Air Semen) yaitu 0,38; 0,40; dan 0,42. Dari setiap pengujian didapatkan hasil yaitu
nilai kuat tekan rata-rata terbesar yaitu 7,1 MPa pada FAS 0,40; nilai kuat tarik belah terbesar yaitu
0,505 MPa pada FAS 0,40; nilai kuat tarik lentur terbesar yaitu 1,250 MPa pada FAS 0,42; nilai
modulus elastisitas terbesar yaitu 190,335 MPa pada FAS 0,38; dan nilai porositas terbesar yaitu
16,833% pada FAS 0,42. Dari hasil tersebut, belum dapat ditarik kesimpulan tentang nilai FAS
optimum. Hal ini dikarenakan, kuat tekan antara FAS 0,38; 0,40; dan 0,42 tidak menunjukkan grafik
kenaikan yang linear dan cenderung naik-turun. Saran yang dapat diberikan untuk penelitian
selanjutnya yaitu dengan memperbanyak jumlah sampel serta memperhatikan metode pengadukan agar
tidak mengalami segregasi berlebihan mengingat beton jenis ini tidak memakai pasir.

Kata kunci : beton non pasir, faktor air semen, porositas, kuat tekan.

1
PENDAHULUAN perumahan dengan intensitas kendaraan
yang kecil.
Seperti yang kita ketahui bersama, Sampai saat ini, dalam mendesain
bahwa kota-kota besar di Indonesia beton non pasir, belum ada standar yang
seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya, digunakan sebagai acuan untuk
sudah banyak dibangun bangunan menghitung kebutuhan bahan. Dalam
berskala besar seperti jalan, bangunan penelitian ini digunakan pendekatan
gedung dan perumahan, sehingga perbandingan nilai FAS (Faktor Air
banyak lahan yang awalnya berfungsi Semen) yang tentu akan mempengaruhi
untuk menyerap air kini menjadi tertutup kekuatannya, terutama untuk nilai kuat
oleh karena banyaknya bangunan dan tekan dan porositasnya. Oleh karena itu,
perkerasan jalan yang menggunakan dibutuhkan penelitian untuk meneliti
aspal. Hal ini dapat mengakibatkan sifat-sifat beton Non Pasir.
dampak lingkungan yang serius, seperti Penelitian ini bertujuan untuk
terjadinya banjir di musim hujan, mencari nilai FAS yang optimum yang
dikarenakan oleh kurangnya daerah mempengaruhi kuat tekan dan porositas
resapan air. Selain itu, masalah yang lain beton non pasir serta menganalisis biaya
yang dapat ditimbulkan adalah turunnya yang dibutuhkan untuk pembuatan beton
muka air tanah. Dampaknya adalah non pasir jika beton jenis ini dipasarkan
sumur yang sudah ada akan semakin di kemudian hari.
kering, dikala musim kemarau tiba. Hal
ini membuat sebagian orang menjadi
kesulitan untuk mendapatkan air bersih TINJAUAN PUSTAKA
dan layak dikonsumsi. Beton
Sebagai alternatif, beton non pasir Beton merupakan suatu campuran yang
(no fines concrete) hadir untuk terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah atau
membantu memecahkan permasalahan agregat lain yang dicampur menjadi satu
lingkungan yang ada. Beton Non Pasir dengan suatu pasta yang terbuat dari
merupakan inovasi baru yang sedang semen dan air membentuk suatu massa
hangat diperbincangkan karena mirip batuan. Kadang, satu atau lebih
kemampuannya yang dapat membantu bahan aditif ditambahkan untuk
melancarkan sistem drainase di menghasilkan beton dengan
permukaan jalan. Namun, inovasi seperti karakteristik tertentu, seperti kemudahan
ini juga mempunyai kelemahan. Bentuk pengerjaan (workability), durabilitas,
beton Non Pasir yang memiliki rongga- dan waktu pengerasan. (Cormac, 2003).
rongga, menyebabkan kuat tekan beton Beton diperoleh dengan cara
Non Pasir relatif rendah. Secara teoritis, mencampurkan semen, air dan agregat
semakin tinggi porositas (rongga) beton dengan atau tanpa bahan tambahan
Non Pasir ini, maka kemampuannya (admixture) tertentu.
untuk menahan beban akan semakin Beton Non Pasir
kecil. Begitupun sebaliknya, apabila Beton non-pasir (no fines concrete) ialah
kuat tekan beton semakin besar, maka suatu bentuk sederhana dari jenis beton
porositas beton terhadap air akan ringan yang dalam pembuatannya tidak
semakin kecil. Biasanya, beton Non dengan agregat halus. Tidak adanya
Pasir memiliki kuat tekan sebesar 2,8 – agregat halus dalam campuran
28 MPa (menurut ACI 522R Report On menghasilkan beton yang berpori (yang
Pervious Concrete), menjadikan beton semula diisi agregat halus) sehingga
non pasir lebih cocok bila diaplikasikan beratnya berkurang. Pori-pori di dalam
sebagai area tempat parkir, jalan taman, beton tersebut mencapai sekitar 20
sidewalk, trotoar, atau jalanan di

2
sampai 25 persen (Tjokrodimulyo, [b] Benda uji berbentuk silinder
2007). ukuran diameter 15 cm dan
Faktor Air Semen tinggi 30 cm sebanyak 9 buah
Secara umum diketahui bahwa semakin untuk pengujian kuat tarik
tinggi FAS, semakin rendah mutu belah yang ditinjau pada hari
kekuatan beton. Namun demikian, nilai ke-28 untuk 3 variasi yang
FAS yang semakin rendah tidak selalu berbeda.
berarti bahwa kekuatan beton semakin [c] Benda uji berbentuk silinder
tinggi. Ada batas-batas dalam hal ini, ukuran diameter 10 cm dan
nilai FAS yang rendah akan tinggi 20 cm sebanyak 9 buah
menyebabkan kesulitan dalam untuk pengujian porositas yang
pengerjaan, yaitu kesulitan dalam ditinjau pada hari ke-28 untuk 3
pelaksanaan pemadatan yang pada variasi yang berbeda.
akhirnya menyebabkan mutu beton [d] Benda uji berbentuk balok
menurun. Umumnya nilai FAS ukuran panjang 50 cm, lebar 10
minimum yang diberikan sekitar 0,4 dan cm, dan tinggi 10 cm sebanyak
maksimum 0,65. Rata-rata ketebalan 6 buah untuk pengujian kuat
lapisan yang memisahkan antar partikel tekan yang ditinjau pada hari
dalam beton sangat tergantung pada ke-28 untuk 3 variasi yang
faktor air semen yang digunakan dan berbeda.
kehalusan butir semennya (Mulyono, [6] Pengujian penelitian beton segar
2005). meliputi :
[a] Pengujian sifat fisik beton segar
meliputi pengujian slump dan
METODE PENELITIAN
berat isi.
[1] Komposisi beton adalah 1 semen : 4 [b] Pengujian sifat mekanik beton
agregat kasar dengan variasi faktor segar meliputi pengujian kuat
air semen yaitu 0,38; 0,40; dan 0,42. tekan, kuat tarik belah, kuat tarik
[2] Pengujian agregat meliputi, uji berat lentur, modulus elastisitas dan
jenis dan penyerapan air, uji berat porositas.
isi, analisa ayak agregat kasar, uji
kadar air, dan uji kadar lumpur.
[3] Pengujian semen meliputi pengujian
berat isi semen.
[4] Pengujian air tidak dilakukan,
karena dari air yang digunakan
secara visual tidak berwarna, tidak
berbau dan tidak berasa.
[5] Dibuat benda uji dengan rincian
sebagai berikut:
[a] Benda uji berbentuk silinder
ukuran diameter 15 cm dan
tinggi 30 cm sebanyak 27 buah
untuk pengujian kuat tekan dan
modulus elastisitas yang
ditinjau pada hari ke 7, 21, dan
28 untuk 3 variasi yang
berbeda.
Gambar 1. Bagan Alir Penelitian

3
HASIL dan PEMBAHASAN Pengujian Berat Isi Beton Segar
Pengujian Bahan 1850.000
1791.278
Secara umum, hasil pengujian bahan 1800.000

Berat Isi (kg/m³)


penyusun beton dapat ditampilkan 1750.000 1721.073

melalui tabel di bawah ini (Tabel 1). 1700.000 FAS 0,38


1650.000 1608.016 FAS 0,40
Tabel 1. Rekapitulasi Pengujian Bahan
1600.000
FAS 0,42
1550.000

1500.000
Variasi FAS

Gambar 3. Grafik Hasil Pengujian Berat Isi


Beton Segar
Analisis:
Dari hasil uji berat isi pada beton segar
didapatkan nilai berat isi rata-rata untuk
FAS 0,38 yaitu sebesar 1721,073 kg/m³,
kemudian nilai berat isi rata-rata untuk
Pengujian Sifat Fisis Beton FAS 0,40 yaitu sebesar 1608,016 kg/m³,
Pengujian Slump nilai berat isi rata-rata untuk FAS 0,42
30.000
yaitu sebesar 1921,817 kg/m³.
24.4
Berdasarkan nilai berat isi rata-rata
Nilai Slump (cm)

22.800
25.000
19.750
20.000 FAS 0,38 diatas, maka berat isi beton ini kurang
15.000 dari berat isi rencana beton yaitu 2050
10.000 FAS 0,40
kg/m³.
5.000 FAS 0,42
0.000 Pengujian Sifat Mekanis Beton
Variasi FAS

Gambar 2. Grafik Hasil Pengujian Slump


Pengujian Kuat Tekan
Analisis: 8
6.8
7.1

Dari hasil uji nilai slump pada beton 7


Kuat Tekan (MPa)

5.6 5.8 5.5


6
segar didapatkan nilai slump rata-rata 4.9
4.5 4.7
5
untuk FAS 0,38 yaitu sebesar 19.750, 4
4
kemudian nilai slump rata-rata untuk 3
FAS 0,40 yaitu sebesar 21.983, nilai 2
slump rata-rata untuk FAS 0,42 yaitu 1
sebesar 21.933. Berdasarkan nilai slump 0
rata-rata diatas, maka beton ini 7 21 28
mempunyai workability yang cukup Umur Pengujian (Hari)
tinggi dari syarat yaitu 12,5 cm. (PBI FAS 0,38 FAS 0,40 FAS 0,42
1971).

Gambar 4. Grafik Hasil Pengujian Kuat Tekan


Analisis:
Dari hasil uji kuat tekan pada beton tanpa
pasir didapatkan nilai rata-rata kuat
tekan umur 7 hari tertinggi adalah FAS
0,40 dengan nilai rata-rata 5,6 MPa,
kemudian nilai kuat tekan umur 14 hari
tertinggi adalah FAS 0,42 dengan nilai

4
rata-rata 6,8 MPa, lalu untuk nilai kuat Analisis:
tekan umur 28 hari yang tertinggi adalah Dari hasil uji kuat tarik lentur pada beton
FAS 0,40 dengan nilai rata-rata 7,1 MPa tanpa pasir didapatkan rata-rata nilai
Berdasarkan data kuat tekan diatas, kuat tarik lentur umur 28 hari tertinggi
maka kuat tekan tidak memenuhi adalah FAS 0,38 dengan nilai rata-rata
perkiraan syarat teoritis yang 1,250 MPa.
berdasarkan referensi dari hasil
pengujian kuat tekan beton tanpa pasir
(Kardiyono, 2007). Pengujian Modulus Elastisitas
195 190.335

Modulus Elastisitas (N/mm²)


190
Pengujian Kuat Tarik Belah 185 182.209
Kuat Tarik Belah (MPa)

0.6 180
0.493 0.505
0.5 175
0.389
0.4 170 167.431
0.3
165
0.2
160
0.1
0 155
28 28
Umur (hari)
Umur (hari)
FAS 0,38 FAS 0,40 FAS 0,42
FAS 0,38 FAS 0,40 FAS 0,42

Gambar 5. Grafik Hasil Pengujian Kuat Tarik Gambar 6. Grafik Hasil Pengujian Modulus
Belah Elastisitas

Analisis: Analisis:
Dari hasil uji kuat tarik belah pada beton Dari hasil uji modulus elastilitas pada
tanpa pasir didapatkan rata-rata nilai beton tanpa pasir didapatkan rata-rata
kuat tarik lentur umur 28 hari tertinggi nilai modulus elastisitas umur 28 hari
adalah FAS 0,40 dengan nilai rata-rata tertinggi adalah FAS 0,40 dengan nilai
0,505 MPa. rata-rata elastisitas 190,335 N/mm².

Pengujian Kuat Tarik Lentur Pengujian Porositas


1.4 17 16.833
1.25
1.2
Kuat Tarik Lentur (MPa)

1.2 16.8
16.584
Porositas (%)

1 16.6

0.8 16.4
0.583 16.132
0.6 16.2
0.4 16
0.2 15.8
0 15.6
28 28
Umur (hari)
Umur (hari)
FAS 0,38 FAS 0,40 FAS 0,42
FAS 0,38 FAS 0,40 FAS 0,42

Gambar 6. Grafik Hasil Pengujian Kuat Tarik Gambar 6. Grafik Hasil Pengujian Modulus
Lentur Elastisitas

5
Analisis: Modulus of Aggregate. The U.S.
Dari hasil uji modulus porositas pada Department of Education.
beton tanpa pasir didapatkan rata-rata [4] Cormac, Mac, F.C. 1967, Rational
nilai porositas beton umur 28 hari Proportioning of Preformed Foam
tertinggi adalah FAS 0,42 dengan nilai Cellular Concrete. ACI Material
rata-rata porosity nya adalah 16.833%. Journal.
Berdasarkan nilai porositas diatas dan [5] Frandy Ferdian dan Amelia
kedua variasi lainnya, maka beton tanpa Makmur. 2011. Studi Penelitian
pasir ini memenuhi syarat untuk Komposisi Beton Berpori Dengan
porositas untuk beton tanpa pasir yaitu Variasi dan Persentase Bahan
antara 15%-20%. (Kardiyono, 2007) Admixture Terkait Nilai Kuat Tekan
Beton Pada Aplikasi Sidewalk.
Laporan Penelitian.
KESIMPULAN
[6] Mulyono, Tri Ir, M.T. 2005.
Teknologi Beton. Fakultas Teknik,
Berdasarkan hasil pengujian sifat fisis, Universitas Negeri Jakarta.
sifat mekanis, dan grafik pengujian dari [7] Murdock, L.J, Brook, K.M,
beton non pasir ini, maka didapatkan Hindarko. 2013. Bahan dan Praktek
kuat tekan tertinggi ada di FAS 0,40 Beton Edisi Keempat. Erlangga :
pada umur 28 hari, kuat tarik belah Jakarta
tertinggi ada di FAS 0,40 pada umur 28 [8] Nugraha, Paul & Antoni. 2007,
hari, kuat tarik lentur tertinggi ada di Teknologi Beton. Penerbit ANDI :
FAS 0,42 pada umur 28 hari, modulus Yogyakarta.
elastisitas tertinggi ada di FAS 0,38 pada [9] Obla, Karthik H. 2010. Pervious
umur 28 hari, dan porositas tertinggi ada Concrete On Overview. India: The
di FAS 0,42 pada umur 28 hari. Maka, Indian Concrete Journal.
pada penelitian kali ini, belum dapat [10] Raju, N. Khrisna. Design of
disimpulkan FAS mana yang termasuk Concrete Mixes. Ramaiah Institute
nilai FAS yang optimum. Hal ini of Technology Bangalore : India
dikarenakan, antara FAS 0,38; 0,40; dan [11] SK SNI S-04-1989-F : Spesifikasi
0,42 nilai kuat tekan pada masing- Bahan Bangunan Bagian A.
masing variasi di setiap pengujian tidak Departemen Pekerjaan Umum.
menunjukkan grafik kenaikan yang [12] SNI 03-1968-1990 : Metode
linear dan cenderung naik-turun. Untuk Pengujian Tentang Analisis
itu diperlukan penelitian lanjutan dengan Saringan Agregat Halus dan Kasar.
sampel benda uji yang lebih banyak serta Departemen Pekerjaan Umum.
prosedur pembuatan benda uji yang lebih [13] SNI 03-1969-1990 : Metode
baik. Pengujian Berat Jenis dan
Penyerapan Air Agregat Kasar.
DAFTAR PUSTAKA Departemen Pekerjaan Umum.
[14] SNI 03-1973-1990 : Metode
[1] ACI 522R-10. 2010. Report On Pengujian Berat Isi Beton.
Pervious Concrete. USA: American Departemen Pekerjaan Umum.
Concrete Institute Committee 522. [15] SNI 03-2491-2002 : Metode
[2] ASTM International, 2004, ASTM Pengujian Kuat Tarik Belah Beton.
2004 Volume 04.02 : Concrete and Departemen Pekerjaan Umum.
Aggregates. [16] SNI 03-4431-1997 : Metode
[3] Civil Rights Data Collection, 1980. Pengujian Kuat Lentur Normal
CRD-C 104-80 : Method of
Calculation of The Fineness

6
Dengan Dua Titik Pembebanan. Permeable Concrete Pavement As a
Departemen Pekerjaan Umum. Pavement Construction Material.
[17] Susilowati, Anni, S.T, M.Eng, 2013. Faculty of Engineering and
Buku Kerja Uji Bahan 2. Jurusan Surveying, University of Southern
Teknik Sipil, Politeknik Negeri Queensland, Australia.
Jakarta. [19] Tjokrodimulyo, Kardiyono. 2007.
[18] Thorpe, David. 2010. Advantage Teknologi Beton. Nafiri :
and Disadvantage In Using Yogyakarta.

You might also like