You are on page 1of 51

LAMPIRAN 11.

1 / PP/STRATEK/W/09

Document and Revision Number here Page 1 of 51


LAMPIRAN 11.1 / PP/STRATEK/W/09

Pembangunan Dermaga VII


Project: Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni Doc. No.: 001/MTD/BKH/V/2017
Lampung

Employer: PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) Rev. No.: 01

Engineer: PT. SURVEYOR INDONESIA Date: 25/05/2017

Contractor: PT PP (Persero) Tbk No. of Pages: 52

METHOD STATEMENT FOR


PEKERJAAN PERSIAPAN

Reference sheet
Document number Description
Project document number Project Quality Plan
Project document number Project SHE Plan
     
           
           
           

Revision History
                                 
                                 
                                 
                Approval (revision to beam)
02             Approval (revision to cantilever slab)            
01             To Close Comments            
00       SEM Approval SOM + SHEO PM
Approved
Revision Date Prepared by Description Checked by
by

Document and Revision Number here Page 2 of 51


Method Statement

DAFTAR ISI

1. PENDAHULUAN...............................................................................................................3

2. LINGKUP KERJA.............................................................................................................3

3. DEFINISI PROYEK..........................................................................................................4

4. DEFINISI............................................................................................................................4

5. STRUKTUR ORGANISASI.............................................................................................4

6. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB................................................................................5

7. METODA PELAKSANAAN.............................................................................................8

8. SURVEY PLAN.................................................................................................................33

9. RESOURCES....................................................................................................................33

10. PLANNING.....................................................................................................................34

11. DAFTAR PROSEDUR, WI DAN BDE........................................................................35

12. MANAJEMEN KUALITAS..........................................................................................35

13. MANAJEMEN K3.........................................................................................................36

14. IBPR / RISK ASSESSMENT.........................................................................................38

15. LAMPIRAN.....................................................................................................................41

Document and Revision Number here Page 3 of 51


Method Statement

1. PENDAHULUAN
Metoda ini menjelaskan pekerjaan persiapan secara umum sebelum pelaksanaan pekerjaan
pokok suatu pekerjaan konstruksi dimulai yang dilaksanakan di proyek Pembangunan
Dermaga VII Pelabuhan Penyebrangan Bakauheni, Bakauheni, Provinsi Lampung,
Indonesia.

Pekerjaan persiapan merupakan hal yang pertama harus dilakukan sebelum pelaksanaan
pekerjaan pokok suatu proyek konstruksi. Pekerjaan persapan harus direncanakan sebelum
masa pelaksanaan suatu proyek konstruksi dam pada saat tender.

Pada proyek ini, pekerjaan persiapan yang dilaksanakan adalah perencanaan site plan,
perhitungan kebutuhan sumber daya (listrik dan air), pembuatan shop drawing, pengadaan
material untuk pekerjaan persiapan, mobilisasi peralatan, dan pelaksanaan di lapangan.

2. LINGKUP KERJA
Lingkup kerja yang dibahas pada metode kerja ini adalah mengenai siklus pekerjaan
persiapan. Pekerjaan persiapan dibagi menjadi 7 (tujuh) pekerjaan, yaitu :
 Perencanaan site plan
 Perhitungan kebutuhan sumber daya (listrik dan air)
 Pembuatan shop drawing
 Pengadaan material untuk pekerjaan persiapan
 Mobilisasi peralatan
 Pelaksanaan di lapangan.

Berdasarkan resiko bahaya yang ada, pekerjaan yang dilakukan ini terbagi menjadi tujuh (3)
bagian yaitu :
- Pekerjaan dengan Resiko bahaya tinggi seperti pekerjaan yang dapat menyebabkan cidera
serius atau bahkan kematian, contohnya pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan langsung
dengan material yang berat dan juga alat berat serta bahan/alat yang tajam.
- Pekerjaan dengan resiko bahaya sedang seperti pekerjaan yang dapat menyebabkan cidera
ringan hingga serius, contohnya pekerjaan-pekerjaan yang menggunakan peralatan ringan.
- Pekerjaan dengan resiko bahaya rendah seperti pekerjaan yang dapat menyebabkan cidera
ringan.

Document and Revision Number here Page 4 of 51


Method Statement

3. DEFINISI PROYEK
Pemberi tugas : PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero)
Konsultan Perencana : PT. ATRYA SWASCIPTA REKAYASA
Kontraktor Utama : PT. PP (Persero) Tbk
Sub Kontraktor :-
Supplier :-
Lokasi : Dermaga VII Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni Lampung
Jenis proyek : Infrastruktur

4. DEFINISI

Tabel 1 Daftar Istilah


Istilah Penjelasan
Shop Drawing Gambar atau kumpulan gambar yang dihasilkan oloeh kontraktor,
pemasok, produsen, dan subkontraktor atau gambar detail konstruksi
yang menunjukkan material, ukuran, bentuk dan perkitan komponen
yang diusulkan dan bagaimana keseluruhan unit terpasang
Vincity Kawasan sekitar

5. STRUKTUR ORGANISASI

- Project Manager
- Site Engineering Manager
- Site Operation Manager
- Engineer
- Superintendent
- Supervisor
- SHE Officer
- QA/QC Officer
- Surveyor
- Subkontraktor

Document and Revision Number here Page 5 of 51


Method Statement

6. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

Project Manager:

 Memonitor & mengevaluasi target pekerjaan yang telah dibuat oleh SOM, SEM dan SAM dalam
kurun waktu yang telah ditentukan.
 Mengendalikan RAPK dan kontrak kerja, melakukan evaluasi terhadap pekerjaanpekerjaan yang
menjadi lingkup pekerjaan proyek.
 Melakukan kontrol terhadap biaya produksi setiap bulannya guna menemukan ada penyimpangan atau
tidak terhadap biaya produksi yang sudah terjadi.
 Menjamin tercapainya kualitas mutu, biaya sesuai RAPK, dan waktu produksi proyek (B,M,W).
 Menjamin tercapainya target QSHEG sesuai standar perusahaan.
 Bersama dengan tim proyek mencari peluang efisiensi terhadap metode kerja, serta menyetujui metode
kerja baru yang mampu mendatangkan peluang efisiensi.
 Memenuhi hak dan kewajiban customer dalam hal mutu dan waktu pelaksanaan proyek (Melakukan
pelaporan terhadap progress pelaksanaan pekerjaan secara rutin terhadap owner).
 Memenuhi hak dan kewajiban mandor, subkontraktor, dan supplier dalam hal pembayaran
(memastikan pihak ketiga diberi upah tepat waktu sesuai hasil dan progress kerja yang telah
dilakukan, menangani keluhan atas keterlambatan pembayaran terhadap ketiga dan melakukan follow
up kepada cabang/ASKU agar dilakukan pembayaran terhadap pihak ketiga).
 Membina hubungan baik dengan owner, MK, dan pihak ketiga (subkont, mandor, dan supplier) untuk
kelancaran pelaksanaan proyek.
 Melakukan pengembangan yang tepat dan kaderisasi pada bawahan di lingkungan proyek.
 Memfasilitasi dan mendorong personil proyek dalam melakukan inovasi yang dapat diterapkan di
proyek.
 Melakukan penyelesaian masalah apabila terjadi ketidaksesuaian spesifikasi yang terjadi di lapangan.
 Menjalankan system administrasi yang ditetapkan oleh perusahaan dengan baik dan tepat waktu.
 Menganalisa dan mengimplementasikan manajemen resiko di proyek.
 Melakukan efisiensi seperti Value Engineering dan perbaikan-perbaikan lainnya bersama dengan tim
proyek.

Site Engineering Manager:

 Meninjau dan melakukan finalisasi juklak proyek dari DVO agar sesuai dengan kondisi di lapangan
dilihat dari aspek teknis, value engineering, QSHE, pengendalian PFC (metode dan efek dari metode
tersebut) serta RAPK.
 Membuat perencanaan operasional proyek dengan tujuan mengurangi hambatan yang mungkin
muncul saat pelaksanaan proyek serta melakukan value engineering seperti melakukan inovasi-inovasi
teknis, dll.
 Menyusun RAPK dan cash flow proyek bersama dengan SAM.
 Memastikan material, bahan dan alat tercukupi sesuai dengan rencana RAPK dibantu dengan staf di
bawah SEM.
 Membuat laporan progres fisik proyek setiap bulan berdasarkan laporan kinerja proyek yang
didapatkan dari data yang dikumpulkan staf-staf di proyek. Data-data yang dikumpulkan seperti detil
pembelian material, hasil produksi, dll. Laporan tersebut menjadi dasar untuk SEM membuat strategi
untuk pelaksanaan proyek bulan berikutnya
 Memastikan progress fisik proyek berjalan sesuai rencana dengan cara mengatur ritme pekerjaan
seperti mengatur waktu kedatangan bahan, alat serta subkontraktor atau pun waktu pemberhentian.

Document and Revision Number here Page 6 of 51


Method Statement

 Mengendalikan pencapaian PFC Proyek (bahan, alat, upah, subkon, BTL) dengan melakukan inovasi
dan efisiensi, meninjaumetode, efek metode terhadap PFC.
 Melakukan seleksi terhadap supplier dan subkontraktor dengan harga efisien dan kualitas kompetitif.
 Mempelajari dan mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan dalam kontrak kerja baik pada pihak I
(owner) maupun pihak III (subkontraktor) sebagai upaya menyelamatkan proyek ketika terjadi
masalah.
 Melakukan pembinaan terhadap staf teknik sebagai kaderisasi seperti coaching, diskusi saling berbagi
ilmu, diskusi cara penyelesaian masalah, mengajak untuk langsung terjun ke lapangan hingga
membiarkan staf untuk menyelesaikan masalah di lapangan dengan diawasi oleh SEM, dll.
 Melakukan kerjasama dengan QCO dan SHEO proyek dalam membuat QSHE plan seperti
penempatan tools tertentu sebagai sarana kemananan proyek dan warga sekitar
 Membantu PM dan SOM dalam menjamin kepuasan pelanggan (owner) dengan cara melakukan
pendekatan-pendekatan ke owner.
 Menyiapkan dan mengkoordinir dokumen serah terima project BAST I/II sampai dengan proses
tersebut bisa.

Site Operation Manager:

 Menjamin produksi tepat waktu sesuai schedule yang disepakati dalam kontrak kerja, seperti
memastikan produksi di proyek sesuai dengan rapat kinerja bulanan yang telah dilakukan.
 Menjaga mutu/kualitas produk Proyek sesuai dengan standar yang diberlakukan perusahaan dan
spesifikasi yang tertuang dalam kontrak dimulai dari merencanakan metode agar pekerjaan menjadi
efisien dan kualitas baik, hingga melakukan monitoring pekerjaan yang direncanakan.
 Mengkoordinir GSP untuk melakukan pengecekan/monitoring prestasi (meliputi : kualitas pekerjaan,
kecepatan pekerjaan, dll) mandor dan tenaga harian
 Bersama SEM mengendalikan pemakaian material, bahan, dan alat sesuai RAPK
 Melakukan kontrol/pengawasan terhadap penyimpanan material di lapangan
 Membina dan melatih keterampilan para tukang dan mandor serta pembinaan untuk kaderisasi kepada
para GSP
 Membuat SPK mandor serta SPP, BPG (Bon Penerimaan Gudang), BPenG (Bon Pengeluaran Gudang)
yang selanjutnya diserahkan kepada SEM
 Melakukan penggecekan transaksi-transaksi pelaksanaan poyek, mengkompilasikannya serta
membandingkannya dengan RAPK
 Meneliti dan mengesahkan tagihan-tagihan mandor dan subkontraktor yang berhubungan dengan
volume fisik & harga satuan

Engineer:

 Menyiapkan metoda kerja yang digunakan sebagai acuan di lapangan berupa alat, dan material
 Memeriksa tahapan pekerjaan di lapangan
 Mempersiapkan gambar kerja
 Mempersiapkan dokumen material
 Bekerjasama dengan supervisor terkait melakukan monitoring dan pengadaan material.
 Melakukan koordinasi teknis dengan pihak subkontraktor terkait
 Memeriksa hasil test kekuatan angkur

Superitendent:

 Mengatur dan mengawasi pekerjaan agar sesuai dengan Metoda Pelaksanaan dan urutan pekerjaan
yang telah ditentukan

Document and Revision Number here Page 7 of 51


Method Statement

 Mempersiapkan pekerjaan agar dilaksanakan dalam kondisi yang aman sesuai standar dan prosedur
keselamatan kerja
 Melakukan koordinasi dan komunikasi dengan Engineering Manager maupun Project Manager
sehubungan dengan pekerjaan tersebut.
 Memonitor pelaksanaan sistem keselamatan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan
 Membuat rencana kerja harian
 Mengatur pembagian kerja antar supervisor
 Melakukan koordinasi dengan pihak supplier / subkontraktor

Supervisor:

 Mengidentifikasi jenis pekerjaan yang akan dilakukan


 Mengidentifikasi bahaya yang berhubungan dengan pekerjaan
 Melaksanakan penilaian resiko (risk assessment)
 Mengidentifikasi tindakan pengendalian
 Mengembangkan metode yang akan digunakan bersama engineer
 Mengkomunikasikan rencana kepada semua orang yang terlibat
 Meninjau rencana sebelum memulai pelaksanaan dan menginformasikan data lapangan atau
perubahan yang terjadi
 Mengarahkan pekerja agar mengetahui pekerjaan dan resiko
 Melaporkan bila ada penyimpangan dan kendala yang terjadi di lapangan selama pelaksanaan
 Memberikan solusi pelaksanan pekerjaan jika terdapat penyimpangan dan kendala yang terjadi
 Koordinasi dengan Superintendent untuk masalah-masalah yang ada dilapangan
 Melakukan tool-box meeting sebelum melaksanakan pekerjaan
 Membuat JSA yang terkait pekerjaan

SHE Officer:

 SHE bersama team engineer akan membantu dan memastikan pekerjaan mengikuti ketentuan dan
peraturan keselamatan dan kesehatan kerja.
 Memberikan Safety induksi kepada semua pekerja
 Mengontrol dan mengadakan Pre start meeting / tool-box meeting secara rutin yang dipimpin oleh
supervisor
 Menciptakan dan memonitor lingkungan kerja yang sehat dan aman
 Memastikan semua peralatan layak dan aman digunakan
 Memastikan semua pekerja mematuhi persyaratan safety untuk bekerja
 Memastikan material ditempatkan, dipakai dan dibuang pada tempat yang tepat
 Gunakan pelindung mata ( googles) saat melakukan pengeboran
- Gunakan platform yang benar saat bekerja di atas
- Gunakan body harness saat bekerja pada ketinggian

QA/QC Engineer:

 Memastikan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan Metode Pelaksanaan dengan melakukan kontrol
terhadap proses pelaksanaannya
 Mengkoordinir Ijin Pelaksanaan Pekerjaan / Work Inspection Request (WIR)

Document and Revision Number here Page 8 of 51


Method Statement

 Melaksanakan pemeriksaan hasil kerja sesuai dengan tahap-tahap yang tersebut dalam ITP dan
memastikan hasil pekerjaan dibuat dan disimpan dengan baik.
 Membuat laporan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi [NCR] dan menindaklanjutinya
 Membuat laporan / map lokasi kerja

Surveyor:

 Memastikan pekerjaan dilakukan dalam batas-batas yang ditentukan


 Melakukan monitoring sebelum dan selama pelaksanaan

Subkontraktor:

 Bekerjasama dengan supervisor kontraktor utama dalam pelaksanaan pekerjaan


 Memimpin pekerja dengan garis kerja sama
 Mematuhi dan mengarahkan semua pekerja mengikuti ketentuan K3 kontraktor utama
 Melakukan monitoring aspek material, alat dan tenaga kerja
 Melakukan evaluasi dan laporan atas hasil pekerjaan
 Membuat laporan secara berkala
 Memberikan training pemakaian alat dan material

7. METODA PELAKSANAAN

7.1 Perencanaan Site plan

Perencanaan site plan pada prinsipnya adalah perencanaan tata letak atau layout dari
fasilitas-fasilitas yang diperlukan selama pelaksanaan proyek pelaksanaan Pekerjaan
Dermaga VII Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni.

Seluruh fasilitas dan sarana proyek yang idbangun untuk pekerjaan persiapan adalah
bersifat sementara dan nantinya dibongkar setelah pelaksanaan proyek selesai dan
dikembalikan ke gedung peralatan kontraktor.

Berikut merupakan site plan Pekerjaan Dermaga VII Pelabuhan Penyebrangan


Bakauheni.

Document and Revision Number here Page 9 of 51


Method Statement

Gambar 7.1 Site plan Pekerjaan Dermaga VII Pelabuhan Penyebrangan Bakauheni

1. Pintu Masuk Proyek 5. Gudang Terminal 9. Pagar Proyek


2. Pos Jaga 6. Gudang Alat 10. Jalan Akses Proyek
3. Kantor Proyek 7. Parkir Mobil
4. Rumah Genset 8. Lampu Penerangan

7.1.1 Kantor Proyek / Direksi Keet

Kantor proyek / direksi keet dibangun sebagai tempat bekerja bagi para staf baik staf
dari kontraktor, pengawas maupun pemilik proyek di lapangan yang dilengkapi dengan
ruangan-ruangan kerja staf, ruang rapat, ruang pimpinan, musholla, dan toilet.

Kantor konsultan dan kontraktor menggunakan keet standar dari PT.PP ( Persero ),
Tbk yang dapat bisa berupa container, Keet rakitan dari baja, maupun temporary office
yang berada di dalam basement.

7.1.2 Gudang Material dan Peralatan

Document and Revision Number here Page 10 of 51


Method Statement

Gudang peralatan berfungsi sebagai tempat penyimpanan alat-alat ringan, seperti :


vibrator, mesin genset portable, alat-alat pengukuran, alat-alat pekerjaan finishing serta
berbagai komponen peralatan lainnya. Konstruksi gudang penyimpanan material dan
peralatan dibangun seperti bangunan kantor proyek. Yakni dirancang dengan sistem
rakitan sehingga dapat digunakan berulang kali.

Gudang material dibuat dengan standar PT.PP (Persero),Tbk terbuat dari rangka baja
yang mudah dipasang dan dibongkar dengan cover terbuat dari plywood dan material
seng.

Gambar 7.2 Foto Gudang Material dan Peralatan

Gambar 7.3 Detail Gudang Material dan Peralatan (Logistik)

Document and Revision Number here Page 11 of 51


Method Statement

7.1.3 Base camp Staf Proyek dan Barak Pekerja

Base camp digunakan untuk menampung tim proyek sebagai tempat tinggal. Barak
pekerja merupakan bangunan tempat tinggal para pekerja. Barak pekerja ini dirancang
dapat menggunakan sistem rakitan atau dengan rangka kayu, menyesuaikan kondisi
yang ada. Lokasi barak pekerja dapat berada di dalam lokasi proyek maupun di luar,
tergantung ketersediaan lahan, aspek keamanan atau permintaan pihak tertentu.

Gambar 7.4 Denah Barak Pekerja

Document and Revision Number here Page 12 of 51


Method Statement

Gambar 7.5 Tampak dan Potongan Barak Pekerja

Gambar 7.6 Denah Base camp Pekerja Proyek

7.1.4 Los Kerja dan Kayu

Los kerja besi merupakan tempat pemotongan maupun pembengkokan besi beton
sesuai gambar kerja (shop drawing) yang ada. Los kerja kayu digunakan sebagai tempat
pembuatan bekisting dan pekerjaan kayu lainnya. Bangunan untuk fasilitas ini biasanya
dibuat lepas tanpa dinding (los) dan diberi penutup atap, agar para pekerja dapat
bekerja dengan nyaman.
Los kerja ini ditempatkan sedekat mungkin dengan lokasi stok material dan
direncanakan dalam satu flow fabrikasi besi.

Document and Revision Number here Page 13 of 51


Method Statement

Los kerja untuk fabrikasi kayu adalah los kerja standar dari PT.PP ( Persero ), Tbk yang
terbuat dari rangka baja yang mudah dipasang dan dibongkar dengan atap terbuat dari
material seng.

Gambar 7.7 Foto Area Fabrikasi Los Kerja Kayu dan Besi

Gambar 7.8 Denah dan Potongan Los Kerja Kayu

Document and Revision Number here Page 14 of 51


Method Statement

Gambar 7.9 Denah Los Kerja Besi

Gambar 7.10 Tampak Los Kerja Besi

7.1.5 Pagar Proyek dan Pintu Gerbang

Pembuatan pagar proyek dalam suatu pelaksanaan proyek konstruksi merupakan suatu
keharusan untuk menjamin keamanan kerja dalam lingkungan proyek. Karena fungsinya
sebagai pengaman, maka pagar dibuat kokoh dan tidak mudah roboh. Di samping itu,
untuk keserasian dengan lingkungan sekitarnya, maka pagar proyek harus dicat dan
diberi dekorasi secukupnya, sehingga terlihat lebih asri.

Konstruksi pagar proyek dibuat dengan menggunakan dinding seng dan didukung oleh
tiang-tiang besi atau kayu dan diikat dengan baut pengikat pada jarak tertentu.
Sehingga, konstruksinya kuat sebagai pengaman proyek yang sedang dikerjakan.

Document and Revision Number here Page 15 of 51


Method Statement

Pintu gerbang terbuat dari pintu dengan standar dari PT.PP ( Persero ), Tbk. Gerbang
terbuat dari rangka baja yang dengan mudah dipasang dan dibongkar, dengan cover dari
material logam dengan penampilan standar dari PT.PP ( Persero ),Tbk.

Gambar 7.11 Foto Pagar Proyek

7.1.6 Jalan Kerja

Jalan kerja di lingkungan proyek, dibuat untuk jalur lalu-lintas kendaraan proyek, baik
untuk truk material, truk mixer maupun mobilisasi alat-alat berat seperti mobile crane,
tower crane, lift barang, dan lainnya.

Jalan kerja dibuat dengan suatu perkerasan berupa sirtu, aspal maupun beton dengan
mutu minimal K-250 tanpa tulangan. Pemilihan desain dari jalan kerja ini berdasarkan
kondisi jalur jalan kerja. Apabila kondisi tanah permukaan cukup keras maka
perkerasan tidak perlu dilakukan. Khusus untuk perkerasan jalan kerja berupa beton
bertulang, maka metode pelaksanaan dapat dibuat dengan konvensional maupun
precast.

Document and Revision Number here Page 16 of 51


Method Statement

Gambar 7.12 Foto Jalan Kerja

7.1.7 Penempatan Alat Berat dan Alat Ringan Lainnya

Pada proyek-proyek bangunan sipil pelabuhan, diperlukan alat-alat berat untuk


transportasi material. Untuk sistem transportasi ini, diperlukan mobile crane, pontoon,
dan trailer. Penempatan mobile crane, harus direncanakan agar bisa menjangkau
seluruh area proyek konstruksi bangunan sipil yang akan dikerjakan dengan manuver
yang aman tanpa terhalang.

7.1.8 Cleaning Pit

Cleaning Pit merupakan suatu tempat untuk membersihkan ban mobil dari kotoran
tertentu yang biasanya berupa tanah. Tempat ini terutama diperlukan pada pekerjaan
tanah dimana truk pengangkut material tanah keluar masuk area proyek dengan ban
yang kotor. Pembersihan ban diperlukan agar ban truk pengangkut tanah tidak
mengotori permukaan jalan yang dilaluinya saat keluar dari area proyek.

Area pembersihan mobil terletak dekat dengan gerbang dan terbuat dari konstruksi
beton bertulang dengan rangka grill besi pada bagian atasnya. Pertimbangan penting
dalam disain cleaning pit ini adalah pada lebar cleaning pit yang harus melingkupi lebar
ban kendaraan truk pengangkut tanah. Di samping itu adalah masalah sirkulasi air harus
dibuat selancar mungkin dengan sistem pengendapan lumpur yang memadai.

Gambar 7.13 Foto Cleaning Pit

7.1.9 Pos Jaga

Document and Revision Number here Page 17 of 51


Method Statement

Untuk pengawasan area proyek terhadap aspek keamanan, diperlukan pos keamanan.
Semua pekerja yang akan masuk dan keluar harus melewati pos keamanan untuk
diperiksa. Begitu juga dengan keluar masuk barang, harus melapor ke pos keamanan
untuk dilakukan pencatatan. Pos keamanan juga harus mendata setiap tamu yang akan
masuk dan keluar proyek. Pos keamanan dibuat dengan elevasi lebih tinggi dari vincity
untuk pengamatan yang luas dan lebih baik.

Gambar 7.14 Foto Pos Jaga Keamanan

Gambar 7.15 Denah Pos Jaga Keamanan

Document and Revision Number here Page 18 of 51


Method Statement

7.1.10 Toilet

Toilet merupakan fasilitas sanitasi yang harus ada pada proyek diperlukan toilet. Toilet
dibedakan disain dan lokasinya berdasarkan peruntukannya. Toilet untuk karyawan dan
konsultan didisain berbeda dengan untuk pekerja. Toilet untuk karyawan dan konsultan
ini ditempatkan sedekat mungkin dengan kantor. Sedangkan toilet untuk pekerja
diletakkan berada di lokasi pekerjaan yang sedang berlangsung. Toilet dibuat dengan
finishing keramik dan kloset dengan kualitas bagus. Tersedia juga bak air.

Gambar 7.16 Foto Toilet Karyawan

Document and Revision Number here Page 19 of 51


Method Statement

Gambar 7.17 Denah dan Potongan Toilet Pekerja

7.1.11 Toilet

Untuk melindungi kendaraan karyawan dan tamu dari cuaca serta untuk kerapian dan
kenyamanan, maka dibuat areal parkir pada lokasi proyek. Area parkir sebisa mungkin
ditempatkan pada area yang teduh dengan tanah yang diberi perkerasan. Area parkir
diatur sedemikian rupa agar terlihat rapi dimana kendaraan tersusun dengan baik.

Gambar 7.18 Foto Area Proyek

7.1.12 Rumah Genset

Rumah genset erupakan tempat untuk meletakkan genset. Rumah genset sebisanya
didisain untuk dapat menyimpan semua genset yang ada dan digunakan di proyek.
Namun, apabila lokasi genset cukup jauh maka rumah genset dapat dibuat lebih dari
satu. Rumah genset didesain khusus agar tidak terkena pengaruh cuaca panas dan hujan
serta tertutup dan aman dari bahaya kebakaran.

Document and Revision Number here Page 20 of 51


Method Statement

Gambar 7.19 Detail Rumah Genset

7.1.13 Instalasi Air Bersih

Pada pelaksanaan proyek diperlukan air bersih untuk beberapa kebutuhan seperti air
curing beton, perawatan beton sample test, pembersihan ban mobil, pekerjaan finishing,
dan lain-lain. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan instalasi air bersih.
Instalasi air bersih dapat berupa susunan tanki air, instalasi pipa dan pompa. Air bersih
dapat berasal dari air tanah atau PDAM. Instalasi air bersih didisain sedemikian rupa
sehingga rapi, efisien,dan tidak mengganggu aktifitas kegiatan proyek.

Document and Revision Number here Page 21 of 51


Method Statement

Gambar 7.20 Foto Instalasi Air Bersih

7.1.14 Instalasi Air Kotor

Pada pelaksanaan proyek sering terdapat air kotor atau air sisa atau air buangan seperti
contoh air sisa curing, air dari toilet, dan lain-lain. Adanya air buangan atau air kotor
tersebut membutuhkan suatu instalasi air kotor di dalam proyek yang nantinya dialiri di
saluran air kota dengan syarat mutu air buangan baku tertentu yang sesuai persyaratan
pemerintah setempat. Instalasi air kotor berupa pipa pembuangan, saluran pengendap
atau penyaring dan saluran drainase yang menuju saluran kota. Drainase dibuat dengan
saluran temporary dengan kemiringan dan debit untuk mengalirkan aliran permukaan ke
drainase kota. Disain instalasi air kotor diusahakan tidak menggangu aktifitas proyek,
terliaht rapi dan efisien.

7.1.15 Instalasi Listrik dan Penerangan

Suatu proyek membutuhkan energi listrik dalam jumlah yang cukup besar. Kebutuhan
tersebut terutama untuk lampu penerangan, dan lain-lain. Agar proses tersebut berjalan
lancar maka dibutuhkan instalasi listrik dan penerangan yang memadai. Sumber listrik
dapat menggunakan genset atau PLN dan didstribusikan ke lokasi proyek dan kantor.

Document and Revision Number here Page 22 of 51


Method Statement

Gambar 7.21 Foto Instalasi Listrik

7.1.16 Traffic Management

Adanya aktifitas masuk dan keluar proyek berupa terutama material, memerlukan
pengaturan khusus. Pengaturan tersebut dapat berupa penentuan pintu masuk dan pintu
keluar, area manuver, area loading dan unloading material, area antrian, dan aturan-
aturan lain. Pengaturan lalu-lintas tersebut disebut traffic management.
Traffic management sangat terkait dengan lalu lintas yang ada di luar proyek dan lalu
lintas yang diperkirakan terjadi di dalam proyek. Jumlah dan kondisi akses serta rute
jalan kerja saling menentukan dalam perencanaan lalu-lintas di dalam proyek.

7.2 Perhitungan Sumber Daya

Dalam pekerjaan persiapan pekerjaan pelaksanaan proyek konstruksi perlu dilakukan


perhitungan kebutuhan sumber daya proyek. Yang dimaksud dengan sumber daya
adalah menyangkut kebutuhan listrik proyek dan air kerja.

7.2.1 Kebutuhan Listrik Kerja

Kebutuhan tenaga listrik merupakan jumlah daya yang diperlukan oleh kontraktor
untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi selama pelaksanaan proyek. Kebutuhan
tenaga listrik ini adalah daya listrik untuk proyek bangunan sipil itu sendiri. Sumber
daya listrik biasanya diperoleh dari PLN maupun penyediaan genset sendiri, tergantung
penggunaannya. Daya listrik yang diperlukan oleh proyek, meliputi:
 Penerangan
 Air Conditioner (AC) di kantor
 Peralatan kerja

Document and Revision Number here Page 23 of 51


Method Statement

 Peralatan kantor
Jumlah daya listrik yang diperlukan, harus memenuhi berbagai keperluan tersebut.
Sedangkan besar kecilnya daya listrik yang diperlukan tergantung pada besar kecilnya
fasilitas kerja yang dibutuhkan untuk bangunan kantor maupun sarana pendukung
lainnya.

7.2.2 Kebutuhan Air Kerja

Kebutuhan air kerja untuk keperluan proyek bisa diperoleh dari sumur atau PAM
(Perusahaan Air Minum). Air diperlukan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sebagai
berikut:
 Toilet di kantor proyek
 Base camp staf
 Barak pekerja
 Penucucian kendaraan proyek
 Perawatan beton, termasuk untuk benda uji beton
 Batching plant untuk pembuatan mortar
 Tes peralatan mekanikal
 Keperluan lokasi-lokasi kerja lainnya.
Air dari sumber air disimpan pada tangki-tangki penampungan air sesuai dengan
kapasitasnya. Volume air yang diperlukan dihitung berdasarkan kebutuhan volume air
setiap harinya.

7.3 Pembuatan Shop Drawing

Shop drawing atau gambar kerja, merupakan acuan bagi pelaksanaan pekerjaan di
lapangan. Dengan adanya gambar kerja, maka pekerjaan lapangan menjadi mudah
dilaksanakan dan terkendali secara teknis, baik dari segi waktu maupun mutu kerja.
Gambar kerja, harus disiapkan dalam tahap awal proyek dan mendapatkan pengesahan
dari pihak pengawas atau konsultan perencana, sebelum dilaksanakan di lapangan.
Shop drawing disiapkan oleh bagian Engineering berpedoman pada disain bangunan
dari konsultan pada gambar for construction drawing.

7.4 Pengadaan Material untuk Pekerjaan Persiapan

Document and Revision Number here Page 24 of 51


Method Statement

Metode pelaksanaan untuk pengadaan material tidak ada yang khusus. Untuk pekerjaan
persiapan, tidak begitu banyak memerlukan material. Material yang dibutuhkan
terutama hanya untuk kebutuhan pembuatan perakitan kantor proyek, kantor konsultan
dan pengawas, gudang, Barak pekerja, Base camp staf, Pagar proyek, dan bangunan-
bangunan yang bersifat sementara lainnya.

7.5 Mobilisasi

Peralatan yang dimobilisasi pada tahap awal, adalah peralatan yang diperlukan untuk
membangun fasilitas-fasilitas proyek, seperti: kantor proyek, gudang, stock yard
(gudang terbuka), dan bangunan-bangunan sementara lainnya. Pada tahap ini, peralatan
yang dibutuhkan masih terbatas pada peralatan-peralatan ringan, seperti alat-alat untuk
pengukuran.
Mobilisasi alat-alat berat, seperti alat-alat pancang maupun alat-alat lain, mulai
dilakukan setelah tahapan pekerjaan persiapan selesai dan pengukuran titik-titik telah
ditetapkan.
Mobilisasi peralatan, tenaga kerja dan material pokok untuk pekerjaan. Mobilisasi
peralatan menyangkut peralatan-peralatan mekanis seperti excavator, concrete mixer,
bulldozer, dll. Peralatan-peralatan tersebut akan dimobilisasi ke setiap lokasi pekerjaan
yang memerlukannya. Mobilisasi untuk tenaga kerja juga dilaksanakan seperti personil
lapangan, tenaga proyek dengan keahlian sesuai dengan bidangnya dan jenis pekerjaan.

7.5.1 Mobilisasi Alat

Berikut diagram alir untuk proses mobilisasi alat yang akan digunakan pada pekerjaan
proyek ini.

Gambar 7.22 Diagram Alir Mobilisasi Alat

Document and Revision Number here Page 25 of 51


Method Statement

Alat-alat yang digunakan dalam Pekerjaan Dermaga VII Pelabuhan Penyeberangan


Bakauheni memiliki spesiffikasi yang bermacam-macam untuk tiap pekerjaan yang
dilaksanakan.
Mobilisasi alat digunakan jalur laut maupun dengan truck trailer dengan alat diatasnya,
untuk peralatan berat. Alat yang digunakan berasal dari dalam negeri antara lain Crane
(35 T, 50 T, 75 T, 150 T), Excavator 150 HP, Trailer, Pontoon (Service &
Pancang/Dredging), Alat Pancang, Bulldozer 150 HP, Flatbed Truck, Wheel Loader
105 HP, Dump Truck, Vibro Roller, Clamshell, Tug Boat, dan Hopper.

a b c

Gambar 7.23 Crane (a), Excavator (b), Trailer (c), dan Pontoon (d)

fe g

h i j

Document and Revision Number here Page 26 of 51


Method Statement

k l

Gambar 7.24 Lanjutan, Alat Pancang (e), Bulldozer (f), Flatbed Truck (g), Wheel Loader (h),
Dump Truck (i), Vibro Roller (j), Clamshell (k), Tug Boat (l)
7.5.2 Mobilisasi Material

Selain mobilisasi peralatan yang digunakan, mobilsasi material juga dibutuhkan terlebih
lagi material yang digunakan pada proyek ini besar jumlah volumenya, sehingga
dibutuhkan mobilisasi yang bisa sesuai jadwal agar tidak ada keterlambatan distribusi
material dan fabrikasinya. Terutama untuk material tiang pancang beton (SPSP dan
SPP).

 Material SPP dan SPSP


Untuk material tiang pancang baja, yang diperlukan adalah SPP dan SPSP dengan
diameter 711,2 mm tanpa clutch untuk pekerjaan angker deadmen pile dan diameter
711,2 dengan clutch untuk pekerjaan turap baja. Mobilisasi SPP dan SPSP dilakukan
dengan menggunakan kapal pengangkut menuju langsung ke area proyek. SPP dan
SPSP yang dibawa akan diturunkan di area timbunan. Area timbunan darat akan
digunakan sebagai stock yard.

 Mobilisasi Bambu
Pekerjaan breakwater memiliki material pembangun berupa cerucuk bambu, matras.
Kebutuhan bambu untuk fabrikasi cerucuk bambu sebanyak 94.290 unit cerucuk
bambu, yang tiap cerucuk terdiri dari 3 batang bambu. Sedangkan untuk pekerjaan
matras bambu dibutuhkan bambu sebanyak 4.065,75 m2. Daerah pemasok material
bambu yang nantinya akan digunakan dalam pekerjaan proyek ini akan menggunakan
bambu yang berasal dari daerah lampung. Bambu pada daerah tersebut tentunya telah
disurvei sebelumnya dan telah disesuaikan dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
Mobilisasi bambu dari masing-masing daerah nantinya akan menggunakan jalur darat

Document and Revision Number here Page 27 of 51


Method Statement

menuju kawasan proyek di daerah Bakauheni dengan menggunakan truk trailer dan
semacamnya.

Gambar 7.25 Pengangkutan bambu dengan menggunakan truck

 Mobilisasi Batu
Material batu digunakan pekerjaan breakwater. Batu yang digunakan pada pekerjaan
memiliki spesifikasi berat 40 – 60 kg, 80 – 100 kg, 200 – 300 kg. Material batu berasal
dari daerah Bakauheni. Setelah mendapatkan batu yang sesuai, material tersebut akan di
handling ke stock yard yang berdekatan dengan lokasiproyek. Material tersebut akan di
bawa menuju lokasi proyek melewati jalur darat dengan menggunakan truck trailer.

7.6 Pengukuran

Pengukuran dilakukan sesaat sebelum pekerjaan proyek dilaksanakan. Hal ini bertujuan
untuk mendapatkan nilai awal dan kondisi awal dari lokasi atau seksi yang yang akan
dikerjakan. Pengukuran yang dilakukan dalam pekerjaan proyek kali ini adalah
pengukuran darat dan juga pengukuran laut.

7.6.1 Pengukuran Darat (Total Station)

Pengukuran darat dengan mengguakan alat total station berguna untuk mendapatkan
informasi tentang jarak dari suatu tempat ke tempat yang lain. Dengan alat ini dapat
mengetahui berapa jauh jarak lokasi pekerjaan. Metode pengukuran dengan
menggunakan total station ini adalah sebagai berikut :
1. Setting alat dengan menu setting yang telah ada baik setting ob yang meliputi skala
factor dan juga setting measurement yang meliputi target dan prisma.
2. Centering nivo sebelum digunakan, untuk meminimalisir kesalahan yang
memungkinkan terjadi

Document and Revision Number here Page 28 of 51


Method Statement

3. Tembak ke arah target yang diinginkan dan kemudian baca hasil penembakan.

Gambar 7.26 Pengukuran total station

7.6.2 Pengukuran Water Pass

Pengukuran dengan water pas juga merupakan salah satu metode pengukuran darat,
pengukuran dengan water pas digunakan untuk mengetahui beda tinggi atau tinggi titik-
titik yang letaknya berurutan dan memanjang serta mengetahui beda tinggi antara 2 titik
yang berjauhan letaknya. Pengukuran dengan menggunakan water pas dapat
menjangkau jarak 1,5 sampai 2 km dalam pengukuran pada daerah yang relatif datar.
Pada daerah yang sedikit berbukit atau turun naik dapat mencapai jarak 1 km sampai
1,5 km. Sedangkan pada daerah yang relatif curam kemungkinana maksimal jarak yang
dapat terbaca saat pengukuran adalah 1 km. Jika jarak yang akan di ukur relatif
panjang maka diperlukan pembagian titik pengukuran. Titik seksi ini harus ditandai
dengan patok agar jika pengukuran berlanjut di lain hari titik yang akan diukur masih
memiliki penanda, hal ini memudahkan dalam pengukuran.

Gambar 7.27
Pembagaian
Seksi dalam pengukuran

Gambar diatas merupakan ilustrasi dari embagian titik seksi dalam pengukuran yang
dapat digunakan jika pengukuran tidak selesai dalam satu hari dan harus dilanjutkan di
kemudian hari. Dalam setiap seksi harus dilakukan pengukuran dengan jumlah berdiri
(slag) genap. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh kesalahan nolnya rambu.

Document and Revision Number here Page 29 of 51


Method Statement

Untuk itu pemasangan rambu harus diselang-seling (I). Perpindahan Rambu, cirinya
bahwa slab harus jumlah genap adalah rambu 1 yang dipakai sebagai rambu awal akan
menjadi rambu akhir (rambu penutup).
Dalam satu slag diukur 2 kali (double stand) dengan merubah posisi alat, ini untuk
menjaga (meyakinkan) bahwa pengukuran pertama (Stand I) tidak terjadi kekeliruan
(blunder).

Gambar 7.28 Pembagian slag ukur dengan 2 stand

7.6.3 Pengukuran Laut (Echosounding)

Cara kerja echosounding :


- Transducers ditenggelamkan di air dengan maksud mengirim sinyal.
- sinyal yang dikirimkan akan terpantul dan ditangkap kembali.
- Di mainframe dapat dilihat grafik yang dihasilkan untuk kedalaman dasar laut.
- Melakukan pengukuran echosounding dapat dilakukan dengan bantuan GPS
untuk mencari titik mana yang akan diukur.
- Dari mainframe data yang tercatat dapat di plotkan dengan menyambungkan alat
ke graph plotter.

Gambar 7.29 Bathymetry Survey

Metode pelaksanaan pekerjaan pengukuran laut :


1. Penentuan jalur sounding

Document and Revision Number here Page 30 of 51


Method Statement

Jalur saunding adalah jalur perjalanan kapal yang melakukan saunding dari titik awal
sampai ke titik akhir dari kawasan survai. Untuk pengukuran detail, jarak antar jalur
saunding dibuat sejauh 25 meter. Titik-titik awal dan akhir untuk tiap jalur saunding
dicatat dan kemudian data tersebut di input kedalam alat pengukur yang dilengkapi
dengan fasilitas GPS MAP, untuk dijadikan acuan atau patokan perjalanan perahu
sepanjang jalur saunding.

Gambar 7.30 Jalur Saunding Tampak Atas

2. Peralatan survai
 Echo Saunder dan GPS MAP serta perlengkapannya
 Perahu untuk membawa surveyor dan alat-alat pengukuran menyusuri jalur-jalur
saunding yang telah ditentukan.
 Perahu yang cukup luas dan nyaman untuk para surveyor dan perahu harus dapat
stabil dan mudah bermanuver dalam kecepatan rendah.
 Papan duga yang digunakan pada kegiatan pengamatan fluktuasi muka air di laut.
 Peralatan keselamatan
 Form pencatatan data pasang surut

3. Koreksi Kedalaman
Data yang tercatat pada alat GPS MAP adalah jarak antara tranduser alat ke dasar
perairan. Tranduser tersebut diletakkan dibagian belakang kapal, dibawah permukaan
air yang terpengaruh oleh pasang surut. Oleh sebab itu diperlukan suatu koreksi
kedalaman terhadap jarak tranduser ke permukaan air dan koreksi kedalaman terhadap
pasang surut.

4. Survai Pasang Surut

Document and Revision Number here Page 31 of 51


Method Statement

Pengamatan pasang surut dilaksanakan selama 15 hari dengan pembacaan ketinggian air
setiap satu jam. Pengukuran dilakukan pada satu tempat yang secra teknis memenuhi
syarat. Pengamatan pasut dilaksanakan menggunakan peilschaal dengan interval skala
1(satu) cm pada satu titik terpilih tersebut secara simultan. Hasil pengamatan pada
papan peilschaal dicatat pada formulir pencatatan elevasi air pasang surut yang telah
disediakan.

Gambar 7.31 Metode Survai Pasang Surut

Pekerjaan pengukuran baik darat maupun laut memerlukan standar keselamatan pada
pelaksanaannya. Berikut Tabel Job Safety Analysis untuk pekerjaan pengukuran.

8. SURVEY PLAN

Document and Revision Number here Page 32 of 51


Method Statement

Jalur masuk
mobilisasi

Gambar 7.312 Jalur Masuk Mobilisasi

1. Pintu Masuk Proyek 5. Gudang Terminal 8. Lampu Penerangan


2. Pos Jaga 6. Gudang Alat 9. Pagar Proyek
3. Kantor Proyek 7. Parkir Mobil 10. Jalan Akses Proyek
4. Rumah Genset

9. RESOURCES

9.1 Alat

Tabel 2 Daftar Alat


Nr. Alat QTY
1 Excavator 1 unit
2 Concrete mixer 2 unit
3 Bulldozer 1 unit
4 Crane 1 unit
5 Truck trailer 1 unit
6 Dump truck 1 unit
7 Total station 1 unit
8 Echosounder 1 unit
9 Water Pas 1 unit

9.2 Material

Document and Revision Number here Page 33 of 51


Method Statement

Tabel 3 Daftar Material


Nr. Material Nomor Referensi
Material
1 Baja Nomor Referensi Material
2 Plywood Nomor Referensi Material
3 Seng Nomor Referensi Material
4 Kayu Nomor Referensi Material
5 Besi Nomor Referensi Material
6 Logam Nomor Referensi Material
7 Aspal Nomor Referensi Material
8 Beton K-250 Nomor Referensi Material
9 Beton bertulang Nomor Referensi Material

10. PLANNING

Grafik 1 Barchart Pekerjaan

11. DAFTAR PROSEDUR, WI DAN BDE

- BDE/SH/2015/002 - PROTEKSI
- BDE/SH/2015/005 - ALAT LISTRIK
- BDE/SH/2015/008 - APD
- BDE/SH/2015/014 - ALAT BERAT

Document and Revision Number here Page 34 of 51


Method Statement

- QSHE-TQM-AE-W-016 - APD
- QSHE-TQM-AE-P-019 - ALAT BERAT

12. MANAJEMEN KUALITAS

Quality Assurance
1. Memastikan Metode Kerja yang telah disetujui tersedia dan pekerjaan dilaksanakan
sesuai dengan metode kerja, dokumen kontrak dan vendor dokumen.
2. Metoda kerja harus diketahui oleh setiap orang yang terlibat dalam pekerjaan
3. Memberikan Inspection Test Plan (ITP) dan memastikan ceklist internal persiapan
pekerjaan telah dipenuhi sebelum pekerjaan dilaksanakan
4. Melakukan identifikasi semua material, alat, prosedur, sumber daya dan manajemen agar
tercapai pekerjaan baik
Quality Control
1. Ijin pekerjaan telah disetujui sesuai dengan metoda, area, material dan peralatan.
2. Melakukan kontrol pada ITP dan menjamin dapat terlaksana
3. Melakukan update ITP guna meningkatkan mutu hasil pekerjaan
4. Mempersiapkan rencana, prosedur dan dokumen terkait pekerjaan
5. Urutan setiap pekerjaan mengikuti metoda kerja termasuk pengakhiran.
6. Melakukan kontrol mutu terhadap hasil pekerjaan sesuai dengan ITP dan memastikan
rekam-mutu disimpan dengan baik.

13. MANAJEMEN K3

1. Pengenalan keselamatan dan kesehatan kerja harus sudah diperkenalkan kepada setiap
orang yang terlibat di proyek sebelum pekerjaan konstruksi dimulai melalui induksi K3
2. Urutan kerja, potensi-potensi yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja baik peralatan,
material maupun metoda kerja harus dijelaskan dalam tahap awal dan pada tool box
meeting/pre start meeting. Hal ini dituangkan secara detail dalam Job Safety Analysis
(JSA)
3. Semua orang yang terlibat dalam pekerjaan harus memakai alat pelindung diri selama
dalam area proyek. Pemberian rambu-rambu keamanan dan kesehatan kerja selalu
ditempatkan pada lokasi yang sesuai.

Document and Revision Number here Page 35 of 51


Method Statement

4. Petugas mekanik bersama safety harus selalu memeriksa peralatan yang sedang dipakai
dan yang akan dipakai dalam proses konstruksi secara berkala.
5. Hal-hal khusus yang memerlukan perhatian :
 Penempatan material
 Pemeriksaan akses transportasi
 Alat angkat tidak mengalami overload
 Gunakan sling dalam kondisi yang baik, panjang yang direncanakan, dan sesuai
dengan beban yg di angkat
 Perhatian ditujukan secara khusus pada material kimia (admixture), berikan tempat
khusus dengan tanda khusus
 Setiap material pendukung harus mempunyai MSDS
6. Peralatan perlindungan kerja yang harus dipergunakan adalah:
 Helm
 Safety shoe
 Safety glove
 Full body harness
 Safety vest
 Safety glasses

Document and Revision Number here Page 36 of 51


14. IBPR / RISK ASSESSMENT
15. LAMPIRAN

JSA
SIO operator Alat Berat
SILO Alat Berat

You might also like