You are on page 1of 7

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.

3, November 2007

PENGARUH PELATIHAN GAYA BELAJAR TERHADAP PENINGKATAN INDEKS


PRESTASI MAHASISWA

Wastu Adi Mulyono 1, Haryatiningsih Purwandari 2, Ryan Hara Permana3


1,2, Jurusan Keperawatan FKIK UNSOED
3 Mahasiswa Jurusan Keperawatan FKIK UNSOED

ABSTRACT
This research aimed to understand effect of learning style training toward student’s
grade, especially to describe student’s grade before and after training, learning style
characteristics to test the effect of learning style training toward increasing of student’s grade .
This semi experiment research was designed in pre and post test design and pair t test
data analysis. Thirty one students which got grade below 2.5 participated. Learning style
training were trained to them for 4 hours along. Student’s grade before and after training were
collected and compared. Learning modalities were measured by DePorter Instruments.
Research resulted in increasing mean of student grade about 0.58 (SD 0.44) after the
training. Most of them had Visual Modality (54.8%) and had Unsequential Abstract Thinking
Character (64.5). Pair t-test analyses showed that t=7.26, p value 0.00, α=0.05 one tailed,
Learning Style Training influenced student’s grade statistically significant.

Keywords: Learning styles, student’s grade

PENDAHULUAN mensyaratkan Indeks Prestasi Kumulatif


Kemajuan profesi keperawatan (IPK) minimal 2,75. Data Bapendik PSKp
ditentukan oleh tiga pilar utama yaitu Universitas Jenderal Soedirman
pendidikan, pelayanan dan penelitian. (UNSOED) semester genap 2005/2006
Program Sarjana Keperawatan (PSKp) menunjukkan rerata IPK mahasiswa
Universitas Jenderal Soedirman regular 2005/2006 adalah 2,50. Data ini
merupakan bagian dari pilar pendidikan jauh dari dibawah target tahunan Bapendik
tersebut. Oleh karena itu Jurusan PSKp yang mentargetkan 80% mahasiswa
Keperawatan bertanggungjawab dalam memiliki IPK ≥3.00. Hal ini juga
mendidik calon-calon perawat agar dapat mengindikasikan sebagian mahasiswa
menjadi perawat profesional yang PSKp UNSOED tidak dapat bersaing ketat
berkualitas. untuk meraih pangsa pasar.
Kualitas perawat profesional Penelitian Purwandari dan Mulyono
dipengaruhi juga prestasi belajar selama (2006), terhadap 51 mahasiswa kelas
pendidikannya. Prestasi belajar reguler 2005/2006 menunjukkan 64%
mempengaruhi kesempatan mahasiswa responden menyatakan keinginan bekerja
dalam meraih peluang kerja. Hal ini dapat di luar negeri. Keinginan ini juga akan
dibuktikan dengan pengumuman dihadapkan pada ketatnya persyaratan
persyaratan pegawai negeri sipil baik bekerja diluar negeri. Pada seminar
daerah maupun pusat, kesempatan studi Nasional Keperawatan “ Strategi meraih
lanjut ke pendidikan tingkat master, yang pasar kerja di era global “ yang

134
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.3, November 2007

dilaksanakan pada tanggal 16 September be dan learn live together (Lokakarya


2005 di Purwokerto menyebutkan salah pendalaman materi pekerti-AA, 2006)
satu persyaratan rekrutmen tenaga kerja Kurikulum mengharuskan pola
perawat keluar negeri adalah kemampuan pembelajaran yang aktif dan paradigma
berbahasa Inggris yang aktif. Kemampuan pendidikan bergeser dari konsep mengajar
ini akan ditunjang dengan IPK yang menjadi belajar. Perlu diciptakannya
memadai agar dapat bersaing secara lingkungan belajar yang memungkinkan
kompetitif. terjadinya penemuan dan pengembangan
Hasil penelitian tersebut juga ilmu pengetahuan (Lokakarya pendalaman
menunjukkan 94,1% responden berasal materi pekerti-AA, 2006)
dari SMA/SMU dan dan sisanya dari MAN. Pemahaman terhadap proses
Jurusan yang dipilih ketika SMA/MAN belajar dan pencapaian belajar mahasiswa
paling banyak adalah IPA (76,5%). membutuhkan pengetahuan tentang
Sementara 43,1 % responden pernah bagaimana seseorang belajar. Pengenalan
memiliki prestasi akademik pada tingkat unsur-unsur utama yang umum dalam
pendidikan sebelumnya dan mayoritas dari belajar dapat diterima secara luas,
responden (84,3%) menyatakan keinginan walaupun proses belajar berbeda-beda
menjadi perawat atas keinginan sendiri pada setiap tingkatan (Robotham, 1999).
dan bukan paksaan dari orang lain. Gaya belajar mahasiswa mahasiswa
Berdasarkan data tersebut, reguler tahun 2005/2006 didominasi oleh
kemungkinan tidak ada permasalahan gaya belajar / modalitas visual (48,9%),
dalam kualitas input calon mahasiswa sedangkan gaya penyerapan informasi
PSKp. Rendahnya IPK mahasiswa dapat pada mahasiswa didominasi 50 % adalah
disebabkan oleh proses adaptasi terhadap pemikir Acak Abstrak /AA.
lingkungan dan cara belajar yang baru. Pemikir AA menyerap ide-ide,
Kurikulum Berbasis Kompetensi informasi, dan kesan dan mengaturnya
yang dicanangkan Dikti pada tahun 2002 dengan refleksi. Pemikir AA mengingat
menekankan kepada pencapaian dengan sangat baik jika informasi
kompetensi oleh peserta didik melalui dipersonifikasikan. Perasaan juga dapat
method of inquiry and discovery. lebih meningkatkan atau mempengaruhi
Kompetensi menurut SK. Mendiknas No. belajar. Pemikir AA merasa dibatasi ketika
045/U/2002 pasal 21 dinyatakan sebagai berada di lingkungan yang sangat teratur
seperangkat tindakan cerdas, penuh (DePorter dan Hernicki, 2002).
tanggung jawab yang dimiliki seseorang Kondisi mahasiswa ini berbeda
sebagai syarat untuk mampu dianggap dengan pola pendidikan keperawatan
oleh masyarakat dalam menjalankan tugas yang cenderung menetapkan keteraturan
dibidang tertentu. Rujukan yang seperti frekuensi tatap muka, jam
menginspirasi pengembangan KBK di perkuliahan/ praktikum, deadline
perguruan tinggi adalah The Four Pillars of pengumpulan tugas terstruktur.
Education in the 21 th century dari Melihat kondisi ini, perlu
UNESCO yang menginspirasi kurikulum dikembangkan adanya pengenalan
dengan learn to know, learn to do, learn to potensi/modalitas belajar agar mahasiswa
mengenal modalitas belajar dan

135
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.3, November 2007

mengembangkan pola penyerapan Auditorik dan Kinestetik.. Karakteristik


informasi yang dimiliki. Deteksi dini berpikir diukur dengan menggunakan
modalitas belajar dan penyerapan isntrumen John Park Le Teller, yang terdiri
informasi diharapkan memberikan suasana dari kuesioner 15 butir untuk memperoleh
belajar yang menyenangkan dan proses dominasi karakteristik berpikir Sekuensial
belajar sepanjang hayat sebagaimana Konkrit (SK), Acak Konkrit (AK), Acak
yang dikehendaki dalam KBK akan Abstrak (AA) dan Sekuensial Abstrak (SA).
menjadi gaya hidup bagi mahasiswa dan Setelah proses identifikasi selesai
meningkatkan Prestasi belajar mahasiswa diberikan pengetahuan tentang
mahasiswa. gaya belajar dan teknik-teknik
Robothom (1999) menyatakan menyeimbangkannya selama 2 jam.
mahasiswa dapat mengembangkan Pendalaman terhadap materi dilakukan
kemampuan gaya belajarnya dan dengan memberikan modul pelatihan gaya
memperbaiki gaya belajar tersebut dengan belajar yang dirancang peneliti
berespon pada tiga kelompok faktor berdasarkan metode Quatum Learning.
berikut: 1) intervensi pribadi yang tidak Sesi identifikasi dan pengenalan gaya
disadari, 2) intervensi secara sadar oleh belajar kemudian dilanjutkan dengan sesi
pembelajar itu sendiri dan 3) intervensi konsulling selama 2 jam untuk masing-
oleh agen eksternal lainnya. masing orang. Pada sesi konsultasi ini
didiskusikan peremasalahan yang
METODE PENELITIAN berkaitan dengan kesulitan dalam
Penelitian semi eksperimen ini penerapan gaya belajar.
menggunakan rancangan pre and post Indeks Prestasi (IP) semester
test design. Variabel bebas adalah sebelumnya dianggap sebagai pengukuran
pelatihan gaya belajar dan variabel terikat pertama. Indeks prestasi pada semester
adalah Indeks Prestasi mahasiswa. yang sedang berlangsung sebagai data
Populasi penelitian adalah pengukuran kedua. Kedua data kemudian
mahasiswa jurusan keperawatan semester dianalisis dengan uji t berpasangan.
2 dan semester 4 yang memiliki Indeks
Prestasi kurang dari kurang dari atau 2.5. HASIL DAN BAHASAN
Sejumlah 31 dari 59 mahasiswa yang Jumlah responden yang bersedia
diundang untuk mengikuti pelatihan ikut berpartisipasi sejumlah 31 orang.
berpartisipasi secara sukarela. Tigapuluh Responden tersebut seluruhnya memiliki
satu orang tersebut kemudian diberikan IPK semester ganjil kurang dari 2,5.
pelatihan gaya belajar. Mereka merupakan mahasiswa yang
Pelatihan gaya belajar yang berada di semester 4 sebanyak sebanyak
diberikan berupa identifikasi dan 26 orang sisanya 5 orang merupakan
pengenalan gaya belajar masing-masing mahasiswa semester 2. Jenis kelamin
peserta dengan menggunakan instrumen perempuan mendominasi sejumlah 71 %
modalitas De Porte dkk yang akan (22 orang) sedangkan laki-laki 29% (9
mendapatkan tipe modalitas Visual, orang)

136
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.3, November 2007

T abel 1. Distribusi Responden menurut jurusan Asal Sekolah


Jurusan Jumlah Persentase

IPA 24 77,4
Sosial 7 22,6
T otal 31 100,0

Asal pendidikan responden dengan penelitian sebelumnya oleh


semuanya adalah SMA/SMU (100 %). Purwandari dan Mulyono (2005) bahwa
Jurusan yang diambil selama di mayoritas mahasiswa Program Sarjana
SMA/SMU paling banyak IPA 77,4 % (24) Keperawatan FKIK berasal dari SMA
dan sisanya 22,6 % (7) berasal dari dengan jurusan IPA.
jurusan sosial. Hasil tersebut sesuai

T abel 2. Distribusi responden berdasarkan pengalaman berprestasi akademik


Pengalaman Berprestasi Jumlah Persentase
Akademik
Tidak Pernah 7 22,6
Pernah 24 77,4
T otal 31 100,0

Pengalaman berprestasi juga dapat Mayoritas responden tidak pernah


berpengaruh terhadap hasil penelitian. mengikuti bimbingan belajar secara
Data penelitian ini menunjukkan bahwa khusus. Hal ini dapat dilihat dari tabel
mayoritas responden pernah berprestasi pengalaman mengikuti bimbingan belajar,
secara akademik. Hal tersebut dapat dilihat 77,4 % responden tidak pernah mengikuti
dari 77,4 % responden mengakui pernah bimbingan belajar sedangkan 22.6 %
berprestasi secara akademik dan 22,6 % pernah mengikuti bimbingan belajar.
tidak pernah.

T abel 3. Pengalaman mengikuti Bimbingan Belajar


Bimbingan Belajar Jumlah Persentase
Tidak Pernah 7 22,6
Pernah 24 77,4
T otal 31 100,0
Dorongan atau motivasi untuk besar sekali untuk mencapai prestasi.
berprestasi juga dapat mempengaruhi Hanya 6,5 % responden yang mengaku
pencapaian hasil belajar mahasiswa. Hasil usahanya untuk mencapai prestasi masih
penelitian ini menunjukkan bahwa kurang sekali. Kegagalan yang terjadi
sebagian besar sudah merasa sudah meskipun sudah berusaha keras dapat
cukup berusaha 51,6 %. Bahkan 41, 9 % menyebabkan frustrasi.
mengaku sudah melakukan usaha yang

137
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.3, November 2007

T abel 4. Usaha untuk Berprestasi


Usahan untuk berprestasi Jumlah Persentase
Kurang Sekali 2 6,5
Cukup 16 51,6
Besar Sekali 13 41,9
T otal 31 100,0

Kondisi sosial emosional juga dapat belajar terdiri dari modalitas Visual,
mempengarui prestasi (DePorter dan Auditorik, Kinestetik. Hasil penelitian
Hernakci, 2002). Responden melaporkan menunjukkan bahwa modalitas visual
mayoritas memiliki masalah non akademik mendominasi dengan persentasi sebesar
yaitu 77,4 %. Selain masalah non 54,8 %. modalitas auditorik dan modalitas
akademik yang mengganggu motivasi awal kinestetik memiliki angka yang sama yaitu
juga dapat mempengarui prestasi belajar. 22,,6 %.
Hasil penelitian ini diperkuat data bahwa Modalitas belajar ini mempengaruhi
masih lebih dari 29 % responden tidak penyerapan mahasiswa terhadap informasi
menginginkan masuk ke jurusan perkuliahan. Mahasiswa dengan modalitas
keperwatan.. visual akan lebih mudah menyerap materi
Gaya belajar terdiri dari modalitas yang kaya dengan tampilan-tampilan
belajar dan karakteristik berpikir. Modalitas visual.

T abel 5. Modalitas Belajar


Modalitas Belajar Jumlah Persentase

Visual 17 54,8
Auditorik 7 22,6
Kinestetik 7 22,6
T otal 31 100,0

Setelah diserat, informasi masuk. Penelitian ini menggunakan 4


selanjutnya akan diolah oleh otak. karakteristik berpikir. Yaitu Sekuensial
Dominasi otak sangat berpengaruh Konkrit (SK), Sekuensial Abstrak (SA),
terhadap pengolahan informasi yang Acak Abstrak (AA) dan Acak Konkrit (AK).
T abel 6. Karakteristik Berpikir
Modalitas Belajar Jumlah Persentase

Sekuenisal Konkrit 8 25,8


Sekuensial Abstrak 3 9,7
Acak Abstrak 20 64,5
Acak Konkrit 0 0.00
T otal 31 100,0

138
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.3, November 2007

Berdasarkan tabel Karakteristik menunjukkan konsistensi dari peneiltian


Berpikir di atas, mayoritas responden sebelumnya yang dilakukan oleh
memiliki karakteristik berpikir Acak Abstrak Purwandari dan Mulyono (2005)
(AA) yaitu sejumlah 64,5 %. Karakteristik Rerata indeks prestasi (IP)
berpikir ini menjelaskan bahwa mayoritas responden pada semester ganjil
responden memiliki kesulitan dalam 2006/2007 sebagai awal pengukuran IP
mendisiplinkan diri. Pemikir AA merasa awal adalah 2.1 dengan rentang IP
dibatasi ketika berada di lingkungan yang terendah 1.19 dan IP tertinggi 2.81.
sangat teratur (DePorter dan Hernakci, Setelah perlakuan rerata IP responden
2002). Dominasi modalitas visual dan adalah 2,7 dengan rentang IP terendah
karakteristik berpikir Acak Abstrak masih 2,06 sampai IP tertinggi 3,22.

T abel 7. Rerata IP awal, IP Akhir dan Kenaikan IP


Indek Prestasi N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

IP Akhir 31 2,06 3,22 2,7103 ,28424


IP Awal 31 1,19 2,81 2,1277 ,34097
Kenaikan IP 31 -,36 1,89 ,5826 ,44674
Jumlah 31

Berdasararkan data tersebut dapat dikatakan kedua sampel data terdistribusi


dijelaskan bahwa terdapat kenaikan IP normal.
responden setelah pelatihan gaya belajar Korelasi untuk dua sampel
diberikan. Rerata kenikan IP dapat terlihat menghasilkan r=-0.13 dengan p value
dari data IP yaitu 0,58. Meskipun demikian 0.945. Hal tersebut berarti korelasi kedua
masih terdapat responden yang sampel lemah dan tidak bermakna. Dahlan
mengalami penurunan IP , hal tersebut (2004) menyatakan salah satu syarat uji t
dapat dilihat dari kenaikan IP minimal - berpasangan adalah kedua sampel tidak
0,36. Sedangkan kenaikan IP tertinggi berhubungan. Oleh karena itu uji t
adalah 1,89. berpasangan dapat dilanjutkan.
Hasil perbandingan rerata indeks Hasil analisis bivariat dengan uji t
prestasi sebelum dan sesudah pelatihan berpasangan menunjukkan kenaikan IP
dilakukan dengan uji t sampel 0.58 (SD 0.44). Nilai t yang diperoleh
berpasangan. Sebelum dilakukan uji t 0.7261 dengan p value 0.00 uji 2 sisi . Jadi
berpasangan, normalitas data diuji dengan dapat dikatakan p value lebih kecil dari
uji Shapiro –Wilk. Hasil uji normalitas 0,05 atau H0 ditolah H1 diterima, dengan
menunjukkan p value untuk ip awal adalah kata lain kedua sampel berbeda secara
0.535 dan p value untuk ip akhir 0.756. bermakna pada tingkat signifikansi 0.05.
Kedua nilai p untuk rerata ip awal dan ip Pelatihan gaya belajar berpengaruh
akhir lebih besar dari 0.05. Jadi dapat terhadap kenaikan indeks prestasi
mahasiswa.

139
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.3, November 2007

SIMPULAN DAN SARAN Nyaman dan Menyenangkan.


Mayoritas mahsiswa memiliki Bandung: Kaifa.
modalitas Visual. Mayoritas mahasiswa Gardner,(2006). Howard Gardner's
juga memiliki karakteristik berpikir Acak multiple intelligence theories
Abstrak (AA). Rerata indks prestasi model, free multiple intelligences
mengalami kenaikan sebesar 0.58. tests, and VAK learning styles.
Pelatihan gaya belajar berpengaruh http://www.businessballs.com/
terhadap kenaikan Indeks Prestasi (IP) personalitystylesmodels.htm.
Berdasarkan hasil pernelitian yang diakses tanggal 15/12/2006.
telah dilakukan diharapkan jurusan Ismadi,HD, dkk. (2005) Keberhasilan
keperawatan dapat menyelenggarakan Program Diklusepora (Suatu
pelatihan gaya belajar terhadap mahasiwa Penelitian Survey tentang
baru agar mahasiswa dapat mudah Keberhasilan Program UPT ).
beradaptasi dengan gaya belajar . http://www. depdiknas. go.id/
Pelatihan gaya belajar tetap harus Jurnal/25/timpls.htm. diakses
memfasilitasi modalitas belajar dan tanggal 15/12/2006.
karakteristik berpikir individual para Purwandari, H, Mulyono.WA. (2005).
pesertanya. Gaya Belajar Mahasiswa Program
Sarjana Keperawatan Unsoed
DAFTAR PUSTAKA Kelas Reguler 2005. Tidak
Bappendik. (2006). Monitoring dan dipublikasikan.
Evaluasi Proses Pembelajaran Robotham, D. (1999). The application of
T ahun Akademik 2005/2006, learning style theory in higher
PSKp: Purwokerto. education teaching.
Dahlan, M.S. (2004) Seri Statistik: Statistik http://www2.glos.ac.uk/gdn/discus
untuk Kedokteran dan Kesehatan. s/kolb2.htm diakses tanggal
Uji Hipotesis dengan SPSS 15/12/2006.
Program 12 Jam . Jakarta: Arkans Unsoed (2005). Buku Pedoman
DePorter, B., Reardon, M., Singer-Nourie, Universitas Jenderal Soedirman
S. (2005). Quantum T eaching: Purwokerto 2005-2006.Unsoed:
Mempraktikkan Quantum Learning Purwokerto
di Ruang-Ruang Kelas. Bandung: Unsoed (2005). Buku Panduan Program
Kaifa. Sarjana Keperawatan Universitas
DePorter., B., Hernacki. (2002). Quantum Jenderal Soedirman 2005-2006.
Learning: Membiasakan Belajar Unsoed: Purwokerto.

140

You might also like