You are on page 1of 8

JURNAL PEMBELAJARAN FISIKA

MOTIVASI BELAJAR DAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA


SMK DALAM PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN
MODEL EXPERIENTIAL LEARNING

ARTIKEL

Oleh

Dwi Wahyuningsih
NIM 080210102045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
ISSN 2301-9794
JURNAL PEMBELAJARAN FISIKA

MOTIVASI BELAJAR DAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA


SMK DALAM PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN
MODEL EXPERIENTIAL LEARNING

Dwi Wahyuningsih, Indrawati, Sri Wahyuni

Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember
Email: ayudwiwahyuningsih@gmail.com

Abstract

This study aims to determine comprehension of physics concepts between the students who studied
using the Experiential Learning model and students who studied using the Direct Instructions
model. The populatoin of this study was a class XI student of SMK Farmasi Jember. The sample
was the XI.B grade students of 32 as a experimental group and the XI.A students of 34 as an
control group. The experimental group was given Experiential Learning model and the control
group was given the Direct Instructions model. The research instrument was essay tests which was
based on three indicators of concepts comprehension, those were: translation, interpretation, and
extrapolation measuring the student’s comprehension of physics concepts; and questionnaire
which was based on indicators of learning motivation, those were: interest and attention,
enthusiasm for learning, responsibility, sense of fun, student reaction to measure student’s
motivation during the learning activity using Experiential Learning model. The data were
analyzed by using t – test. Result of this study were, 1) student’s motivation using the model of
Experiential Learning in the range 72% 78,47 % 86% classified as Motivated; 2) the
¿ ¿
significance value of concepts comprehension was 0,001 < 0,05 was outside the acceptance of
Ha. This study can be concluded that; 1) learning of physics by using a model of Experiential
Learning in SMK Farmasi Jember have a positive impact on student’s motivation with the average
percentage of each indicator were included in the Motivated criteria; 2) there was a significant
difference in the comprehension of physics concepts between the students who studied using the
Experiential Learning model and students who using the Direct Intructions model in physics
learning in SMK Farmasi Jember.

Keyword: Experiential Learning model, learning motivation, comprehension of physics


concepts.

PENDAHULUAN
Pembelajaran fisika memiliki tujuan dan efektivitas model pembelajaran yang
sebagaimana yang tersirat dalam Kurikulum digunakan.
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yaitu Wiyanto et al. (2006: 63) menyatakan
pembelajaran yang membekali peserta didik bahwa pada kenyataannya masih banyak sekali
pengetahuan, pemahaman, dan sejumlah guru yang sulit untuk mengubah gaya
kemampuan untuk mengembangkan ilmu mengajarnya. Model pembelajaran yang masih
pengetahuan dan teknologi. Untuk mencapai populer dipakai adalah model Pengajaran
tujuan tersebut, maka pembelajaran fisika di Langsung (Direct Instruction) yang terpusat pada
sekolah harus menekankan pada pemahaman guru. Pertimbangan guru melakukan hal itu adalah
konsep fisika dengan berlandaskan hakikat fisika. karena tuntutan lembaga maupun kurikulum yang
Siswa tidak hanya sekedar menghafalkan, tetapi mengharuskan ketuntasan sejumlah materi yang
siswa dituntut untuk dapat membangun dalam diri harus diajarkan serta sistem pendidikan di
siswa sendiri dengan peran aktifnya dalam proses Indonesia yang masih sangat mementingkan hasil
belajar mengajar di sekolah. Sehingga diperlukan dari pada proses belajar, sehingga guru ingin
inovasi pembelajaran yang meliputi peningkatan secepat mungkin menyelesaikan materi pelajaran.
kualitas pembelajaran, pembaharuan kurikulum, Fakta di sekolah menunjukkan bahwa Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) biasa dilaksanakan
ISSN 2301-9794
JURNAL PEMBELAJARAN FISIKA

dengan model Pengajaran Langsung. Akibat dari pembelajaran sains IPA dapat meningkatkan hasil
pembelajaran yang dilakukan, membuat siswa belajar siswa kelas lima SD.
cenderung pasif dan seperti robot yang siap Berdasarkan uraian latar belakang
menerima materi dari guru setiap harinya. Hal ini permasalahan di atas, maka diadakan penelitian
menyebabkan siswa kurang termotivasi untuk yang dapat mengkaji pemahaman konsep fisika
belajar sehingga siswa merasa kesulitan dalam siswa dalam pembelajaran menggunakan model
memahami konsep-konsep fisika. Banyak siswa Experiential Learning. Sehingga dilakukanlah
mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik penelitian ini dengan tujuan untuk: 1) mengkaji
terhadap materi ajar yang diterimanya tetapi pada pemahaman konsep fisika siswa menggunakan
kenyataannya siswa tidak memahami konsep dari model Experiential Learning dan model
materi tersebut. Selain itu sebagian besar dari pengajaran langsung dalam pembelajaran fisika di
siswa tidak mampu menghubungkan antara apa SMK Farmasi Jember, dan 2) mendesripsikan
yang dipelajari dengan bagaimana pengetahuan motivasi belajar fisika siswa SMK Farmasi Jember
tersebut digunakan atau dimanfaatkan. selama pembelajaran menggunakan model
Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan Experiential Learning.
bahwa siswa hanya mampu menghafal materi,
tanpa mamahami konsep dari materi yang METODE
dipelajari. Pemahaman siswa dalam memahami
pelajaran berbeda-beda tergantung pada Jenis penelitian ini adalah penelitian
pengalaman dan kebiasaan masing-masing, eksperimen, dengan tempat penelitian ditentukan
sehingga siswa perlu diberikan motivasi berupa menggunakan metode purposive sampling area.
pengalaman-pengalaman belajar yang baik. Seperti Penelitian dilaksanakan di SMK Farmasi Jember.
pepatah yang mengatakan bahwa pengalaman Adapun desain penelitian yang digunakan dalam
adalah guru yang paling berharga. Keberadaan penelitian adalah post-test only control group
motivasi sangat berarti bagi kegiatan belajar dan design seperti pada Gambar 1.
merupakan pengarah untuk belajar agar tujuan
yang diharapkan dapat dicapai (Uno,2011:23).
Oleh sebab itu, diperlukan pembelajaran yang
dapat membuat siswa termotivasi dan mengasah
kemampuannya sendiri melalui pengalaman yang
mereka dapat sebelumnya. Model Experiential
Learning menjadi salah satu inovasi yang dapat
diterapkan guru dalam pembelajaran fisika dan Gambar 1 Desain penelitian post-test only control
diharapkan mampu memotivasi siswa sehingga group design
lebih mudah dalam mempelajari fisika serta (Sukardi, 2008;185)
memahami konsep fisika. Keterangan:
Model Experiential Learning adalah suatu Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang
model proses belajar mengajar yang mengaktifkan masing-masing dipilih secara random. Kelompok
pembelajaran untuk membangun pengetahuan dan pertama sebagai kelompok eksperimen (E) diberi
keterampilan melalui pengalamannya secara perlakuan (X1) dan kelompok yang lain sebagai
langsung atau belajar melalui tindakan (Cahyani, kelompok kontrol (K) tidak diberi perlakuan (X2).
2008). Dalam model Experiential Learning siswa Pengaruh adanya perlakuan (treatment) adalah
diajak untuk memandang secara kritis kejadian (O1 : O2).
yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan Teknik penentuan sampel penelitian yang
melakukan penelitian sederhana untuk mengetahui digunakan adalah teknik cluster random sampling.
apa yang sebenarnya terjadi kemudian menarik Sebelum melakukan pengambilan sampel,
kesimpulan bersama. Kesimpulan ini sebagai salah dilakukan uji homogenitas dengan analisis varian
satu pemahaman yang dicapai oleh siswa untuk menggunakan bantuan SPSS 16 terhadap populasi
digunakan sebagai dasar dalam memahami kelas XI di SMK Farmasi Jember untuk
kejadian lain yang berhubungan dengan kejadian mengetahui variasi kemampuan siswa kelas XI.
sebelumnya (Baharudin dan Wahyuni, 2010). Jika homogen akan diambil secara acak (yaitu
Penelitian yang relevan mengenai dengan teknik undian) sampel yang dibutuhkan
penggunaan model Experiential Learning pernah sebagai kelas kontrol maupun kelas eksperimen.
dilakukan oleh Mardana (2006) menunjukkan Jika populasi tidak homogen maka penentuan
bahwa modul eksperimen dengan model sampel menggunakan metode purposive sampling,
Experiential Learning dapat meningkatkan kualitas yaitu sengaja menentukan dua kelas yang memiliki
pelaksanaan KBK dalam pembelajaran sains di nilai rata-rata ujian semester sama atau memiliki
SMP. Munif & Mosik (2009) menyatakan bahwa beda mean terkecil kemudian digunakan uji
penerapan Experiential Learning dalam homogenitas, selanjutnya dapat ditentukan kelas
kontrol dan kelas eksperimen. Teknik

ISSN 2301-9794
JURNAL PEMBELAJARAN FISIKA

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah b. Jika nilai signifikan


observasi, tes, angket, dan dokumentasi. ¿ 0,05,
maka H0 diterima
Langkah-langkah pembelajaran dalam
Keterangan:
penelitian ini meliputi, 1) Concrete Experience,
memberikan pengalaman nyata berkaitan dengan H = tidak ada perbedaan yang signifikan antara
0
materi, mulai dari penggunaan alat, dan masalah pemahaman konsep fisika siswa
real yang terkait; 2) Reflection Observation, menggunakan model Experiential
melakukan pengamatan terhadap fenomena yang Learning dengan model pengajaran
berkaitan dengan concerete experience; 3) langsung
Abstract Conceptualization, menciptakan konsep- Ha = ada perbedaan yang signifikan antara
konsep dan mengintegrasikan observasinya pemahaman konsep fisika siswa
menjadi teori yang sehat, memberi penjelasan menggunakan model Experiential
konseptual matematis; 4) Active Experimental, Learning dengan model pengajaran
mengaplikasikan konsep ke situasi yang baru yang langsung
masih berkaitan.
Motivasi belajar siswa selama pembelajaran Kategori pemahaman konsep fisika siswa
fisika dengan menggunakan model Experiential dapat diinterpretasikan dengan menggunakan
Learning dapat diketahui dari hasil angket yang kriteria pada Tabel 2.
diberikan kepada siswa. Adapun analisis untuk
mendeskripsikan motivasi belajar siswa adalah Tabel 2. Kategori Pemahaman Konsep Fisika
dengan teknik analisis deskriptif persentase Kategori Nilai Pemahaman
sebagai berikut Pemahaman
Konsep
m Sangat baik 75 < NP ≤ 100
P=    x   100
M Baik 50 < NP ≤ 75
Keterangan : Cukup baik 25 < NP ≤ 50
P = persentase skor motivasi yang dicapai siswa Kurang baik NP ≤ 25
m = skor yang diperoleh siswa (skor motivasi) (Purwanto, 2010:102)
M = skor maksimal motivasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil yang diperoleh diinterpretasi dengan
menggunakan kriteria pada Tabel 1. Hasil analisis deskriptif motivasi belajar
siswa selama pembelajaran dengan model
Tabel 1 Kriteria Interpretasi Skor Motivasi Belajar Experiential Learning dapat dilihat pada Tabel 3.
Siswa
No Persentase Kriteria Motivasi Tabel 3 Skor indikator motivasi belajar
Motivasi siswa
1 86% ¿ P ¿ 100% Sangat termotivasi Indikator Persentase Skor
Motivasi
2 72% ¿ P ¿ 86% Termotivasi
A. Minat dan
3 58% ¿ P ¿ 72% Cukup termotivasi perhatian 82,29 %
4 44% P 58% Kurang termotivasi siswa terhadap
¿ ¿ pelajaran
5 30% ¿ P ¿ 44% Tidak termotivasi
B. Semangat
(Riduwan, 2005:15) siswa untuk 80,21 %
melaksanakan
Perbedaan pemahaman konsep fisika siswa tugas-tugas
menggunakan model Experiential Learning dan belajarnya
menggunakan model pengajaran langsung, dapat
dianalisis dengan Independent Samples T-Test
C. Tanggung
jawab siswa 75 %
pada SPSS 16. Analisis data penelitian ttes dengan
SPSS 16 digunakan untuk menguji atau untuk
membandingkan skor yang dicapai dari dua sampel melaksanakan
independen yaitu kelas kontrol dan kelas tugas-tugas
eksperimen. belajarnya
Kriteria pengujian yang digunakan adalah sebagai D. Rasa senang
berikut. dalam 76,39 %
a. Jika nilai signifikan < 0,05, mengerjakan
maka H0 ditolak tugas dari guru

ISSN 2301-9794
JURNAL PEMBELAJARAN FISIKA

E. Reaksi siswa
terhadap 76,56 %
stimulus yang
diberikan guru
Persentase Klasikal 78,47 %

Berdasarkan Tabel 3 dapat digrafikkan


dalam bentuk diagram seperti Gambar 2. Gambar 3 Diagram pemahaman konsep siswa

Berdasarkan Tabel 4 dan Gambar 3 dapat


ditunjukkan bahwa pemahaman konsep mencakup
tiga aspek yaitu translasi, interpretasi, dan
ekstrapolasi. Aspek translasi berisi kemampuan
menerjemahkan, pada kelas ekperimen diperoleh
skor 85,68 dan pada kelas kontrol adalah 68,87.
Aspek interpretasi berisi kemampuan menafsirkan
diperoleh skor 82,09 pada kelas eksperimen dan
Gambar 2 Diagram motivasi belajar siswa 47,3 pada kelas kontrol. Aspek ekstrapolasi berisi
kemampuan meramalkan diperoleh skor 77,41
Berdasarkan Tabel 3 dan Gambar 2, pada pada kelas eksperimen dan pada kelas kontrol
indikator A menunjukkan bahwa 82,29% siswa adalah 33,61. Rata-rata klasikal pemahaman
memiliki minat dan perhatian terhadap pelajaran konsep fisika siswa setelah mengikuti
fisika. Indikator B menunjukkan bahwa 80,21% pembelajaran menggunakan model Experiential
siswa semangat dalam melaksanakan tugas belajar Learning yaitu 79,13 dan apabila dikonsultasikan
yang diberikan. Pada indikator C 75% siswa dengan kategori pemahaman konsep fisika siswa
bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas- termasuk ke dalam kriteria sangat baik, sedangkan
tugas belajarnya. Sebanyak 76,39 % siswa merasa untuk kelas kontrol diperoleh rata-rata klasikal
senang dalam mengerjakan tugas dari guru seperti sebesar 36,65 dan termasuk ke dalam kategori
ditunjukkan pada indikator D. Indikator E cukup baik.
menyatakan bahwa 76,56% siswa memberikan Adanya perbedaan signifikan pemahaman
reaksi terhadap stimulus yang diberikan guru konsep siswa pada kelas eksperimen dan kelas
selama pembelajaran. Persentase klasikal motivasi kontrol dianalisis menggunakan uji t pada SPSS
belajar siswa selama mengikuti pembelajaran 16. Sebelum menghitung menggunakan uji t,
menggunakan model Experiential Learning adalah dilakukan perhitungan dengan uji normalitas data
78,47 % dan apabila dikonsultasikan dengan pemahaman konsep terlebih dahulu. Setelah data
kriteria interpretasi motivasi belajar siswa bersifat normal, maka dapat dilanjutkan dengan
termasuk ke dalam kriteria Termotivasi. perhitungan dengan uji t. Hasil perhitungan uji
Data mengenai pemahaman konsep fisika normalitas dapat dilihat pada Tabel 5.
siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh
dari nilai post-test. Tes tersebut digunakan untuk Tabel 5 Hasil uji normalitas data
mengukur kemampuan pemahaman konsep siswa pemahaman konsep
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Gambaran ringkasan nilai rata-rata kelas Kolmogorov-
eksperimen dan kelas kontrol ditunjukkan pada Smirnova Shapiro-Wilk
Tabel 4 dan Gambar 3. Kelas Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Nilai Eksperimen .093 32 .200* .982 32 .864
Tabel 4 Nilai pemahaman konsep fisika siswa
Kontrol .109 34 .200* .931 34 .340
Aspek Nilai Rata-rata
Pemahaman Kelas Kelas
Konsep Kontrol Eksperimen Berdasarkan Tabel 5 terdapat dua jenis uji
Translasi 68,87 85,68 yang digunakan yaitu Kolmogorov-Smirnov dan
Interpretasi 47,3 82,09 Shapiro-Wilk. Untuk mempermudah maka
Ekstrapolasi 33,61 77,41 digunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan
Rata-Rata uji tersebut diperoleh nilai signifikansi untuk kelas
36,65 79,13 kontrol XI.A dan kelas eksperimen XI.B berturut-
Klasikal
turut adalah 0,200 dan 0,200 yang keduanya
Berdasarkan Tabel 4 dapat digrafikkan memiliki nilai >0,05. Dari nilai tersebut maka
dalam bentuk diagram seperti Gambar 3. dapat diambil kesimpulan bahwa data bersifat

ISSN 2301-9794
JURNAL PEMBELAJARAN FISIKA

normal sehingga dapat dilanjutkan dengan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan
perhitungan uji t. sebagai berikut;
Ringkasan analisis data tentang signifikansi a. Pembelajaran fisika dengan
pemahaman konsep fisika siswa antara kelas menggunakan model
eksperimen dengan kelas kontrol dapat dilihat pada Experiential Learning
Tabel 6. berdampak pada motivasi
belajar dalam kriteria
“termotivasi” pada siswa SMK
Farmasi Jember.
b. Ada perbedaan yang signifikan
Tabel 6 Hasil uji t pemahaman konsep pada pemahaman konsep fisika
antara siswa yang diajar dengan
Levene's model pembelajaran
Test for
Equality Experiential Learning dan
of dengan model pembelajaran
Variance
s t-test for Equality of Means
langsung dalam pembelajaran
95%
fisika di SMK Farmasi Jember.
Confidence
Interval of
Mea Std. the
Sig. n Error Difference DAFTAR PUSTAKA
(2- Diffe Diffe
taile renc renc Low Upp
F Sig. t df d) e e er er Buku
Nil Equal Baharudin & Wahyuni, E. N. 2010. Teori Belajar
ai varian
20.3 42.4 2.09 38.3 46.6 dan Pembelajaran. Cetakan V. Jogjakarta:
ces 3.4 .069 64 .001
assu 21
23 78 0 02 54 Ar-Ruzz Media
med
Equal Hamzah, H. 2011. Teori Motivasi dan
varian Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.
ces 20.5 60.3 42.4 2.07 38.3 46.6
.001
not 15 25 78 1 37 19
assu Purwanto, M. 2001. Psikologi Pendidikan.
med
Bandung: Remaja Rosdakarya.

Berdasarkan hasil uji, pada Tabel 6 untuk Riduwan. 2005. Skala Pengukuran Variabel
baris Levene’s Test for Equality of Variances Penelitian. Bandung : Alfabeta.
terdapat nilai F yaitu 3,421 menunjukkan bahwa
varian kedua kelompok tersebut sama. Nilai Sukardi. 2008. Metode Penelitian Pendidikan,
signifikansi menunjukkan sig. 0,001<0,05 maka Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta: Bumi
H0 ditolak atau dengan kata lain Ha diterima, Aksara.
artinya ada perbedaan yang signifikan antara
pemahaman konsep fisika siswa yang
menggunakan model Experiential Learning Jurnal
dengan model pengajaran langsung. Mardana, I. B. 2006. Implementasi Modul
Secara klasikal, penelitian ini dapat Eksperimen Sains Berbasis Kompetensi
dikatakan berhasil, namun masih ada banyak hal dengan Model Eksperiential Learning
yang harus diperbaiki agar penelitian ini lebih dalam Upaya Meningkatkan Kualitas
sempurna. Penelitian menggunakan model Pelaksanaan KBK dalam Pembelajaran
Experiential Learning ini terlaksana bukan hanya Sains di SMP Negeri Sukasada. Jurnal
karena usaha dari peneliti melainkan juga karena Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri
kerja keras dari siswa dalam mengikuti Singaraja. ISSN 0215-8250. 39 (4): 782-
pembelajran ini. Selain itu kerjasama yang baik 797.
antar anggota kelompok dalam melakukan
eksperimen, membagi tugas kelompok dan Munif, I. R. S. & Mosik. 2009. Penerapan Metode
berdiskusi juga sangat mendukung keberhasilan Experiential Learning pada IPA untuk
penelitian ini. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah
Dasar. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia.
ISSN 1693-1246. 5: 79-82.
KESIMPULAN
Wiyanto, Sopyan, Nugroho & Wibowo. 2006.
Berdasarkan hasil analisis data dan Potret Pembelajaran Sains di SMP dan
pembahasan penelitian yang telah diuraikan
ISSN 2301-9794
JURNAL PEMBELAJARAN FISIKA

SMA. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia.


4 (2), 63-66

ISSN 2301-9794
ISSN 2301-9794

You might also like