Professional Documents
Culture Documents
Abstract
The background of this research is student’s science process skills in subject of matter chemical
reaction rate is low. This research was aimed at investigating the differences of science process skills
between student who are taught by guided inquiry learning and student who are taught by
conventional learning in subject of matter chemical reaction rate on XI grade of SMK PGRI
Pontianak. This reserach was conducted in two classes and applied Quasi Experimental Design that
was Nonequivalent Control Group Design. The data is collected by three method such as science
process skills test, observation paper and semistructured interview. The sample of this research are
XI TAV as experiment class and XI TSM as control class. Gain score data analysis were using
independent-t test (α = 5%) values obtained Asymp.Sig (2-tailed) of 0.000, indicating that there were
differences in student’s science process skills between student who were taught by guided inquiry
learning and student who were taught by conventional learning. The using of guided inquiry learning
in subject of matter chemical reaction rate chapter on XI grade of SMK PGRI Pontianak effecting
73,1% of improving student’s science process skills.
Keywords: Guided Inquiry Model, Science Process Skills, Conventional Model, Chemical
Reaction Rate.
Tahap Pelaksanaan
Langkah-langkah yang dilakukan pada HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
tahap pelaksanaan antara lain: 1) Memberikan Hasil Penelitian
pretest untuk mengetahui kemampuan awal
siswa. 2) Menganalisis hasil pretest. 3) Penelitian ini menggunakan dua kelas yaitu
Memberikan perlakuan dengan menggunakan XI TAV (Teknik Audio Video) sebagai kelas
model pembelajaran inkuiri terbimbing kepada eksperimen dan XI TSM (Teknik Sepeda Motor)
kelas eksperimen dan model pembelajran sebagai kelas kontrol. Kedua kelas tersebut
konvensional untuk kelas kontrol. 4) diajarkan materi yang sama yaitu Laju Reaksi.
Memberikan posttest dengan tujuan untuk Namun perlakuan yang diberikan pada kedua
mengetahui keterampilan proses sains siswa kelas tersebut berbeda. Perlakuan yang diberikan
yang telah diberikan masing-masing perlakuan. pada kelas eksperimen adalah pembelajaran
materi laju reaksi dengan menggunakan model
inkuiri terbimbing sedangkan kelas kontrol
diberikan pembelajaran materi laju reaksi
dengan mengunakan model konvensional.
Keterampilan proses sains siswa kelas
eksperimen dapat dilihat pada Grafik 1 berikut:
60 53.85
46.15
50
Jumlah Siswa (%)
38.46 38.46
40
23.08
30
20
10 0
0 0
0
Sangat Terampil Terampil Kurang Terampil Tidak Terampil
Kategori Keterampilan Proses Sains
70
60
50
40
30
20 11.11
10 0 0 0 0 0
0
Sangat Terampil Terampil Kurang Terampil Tidak Terampil
Kategori Keterampilan Proses Sains
Grafik 2 menujukkan bahwa keterampilan Perlakuan pada kelas kontrol adalah dengan
proses sains siswa kelas kontrol sebelum dan diberikan pembelajaran menggunakan model
sesudah diberikan perlakuan mengalami pembelajaran inkuiri terbimbing sedangkan pada
peningkatan dan penurunan. Persentase siswa kelas kontrol diberikan pembelajaran
pada kategori sangat terampil dan terampil tidak menggunakan model pembelajaran
mengalami perubahan sama sekali. Namun konvensional.
persentase siswa pada kategori kurang terampil Penerapan model pembelajaran inkuiri
mengalami peningkatan sehingga persentase terbimbing di kelas eksperimen terdiri dari 6
siswa pada kategori tidak terampil berhasil langkah yaitu (1) Orientasi, yaitu guru
diturunkan. mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan
pembelajaran dengan memberikan suatu
Pembahasan Penelitian permasalahan yang berkaitan dengan materi
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 yang akan dilaksanakan; (2) Merumuskan
April 2017 hingga tanggal 18 April 2017 dengan Masalah, yaitu guru membimbing siswa untuk
melibatkan dua kelas XI SMK PGRI Pontianak membuat rumusan masalah dari masalah yang
yaitu kelas XI TAV sebagai kelas eksperimen terdapat pada bagian orientasi; (3) Mengajukan
dan kelas XI TSM sebagai kelas kontrol. Kedua Hipotesis, yaitu siswa dibimbing oleh guru untuk
kelas tersebut diajarkan materi yang sama yaitu dapat menjawab pertanyaan yang ada dalam
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. rumusan masalah dengan menggunakan sumber
Kedua kelas juga menerima treatment masing- buku dan internet; (4) Mengumpulkan Data,
masing sebanyak 2 kali pertemuan dengan durasi yaitui siswa melakukan percobaan sederhana
waktu 2x45 menit. Namun perlakuan yang dengan bimbingan guru agar dapat menjawab
diberikan pada kedua kelas tersebut berbeda. rumusan masalah yang ada; (5) Menguji
Hipotesis, yaitu guru membimbing siswa untuk terampil dimana yang semulanya pada tes awal
dapat mengkomunikasikan data yang didapatkan sebesar 53,85% dapat diturunkan menjadi
kemudian membandingkan hipotesis dengan 23,08%. Sebaliknya, pada kategori terampil dan
hasil percobaan; (6) Merumuskan Kesimpulan, sangat terampil yang semulanya 0% meningkat
yaitu siswa dibimbing untuk dapat membuat drastis menjadi 38,46%.
kesimpulan yang baik dari data percobaan dan Kelas kontrol mengalami hal yang berbeda
dapat menjawab pertanyaan dalam rumusan dimana tidak ada siswa yang mencapai kategori
masalah. sangat terampil dan terampil baik sebelum
Penerapan model pembelajaran pembelajaran maupun sesudahnya. Namun
konvensional di kelas kontrol terdiri atas 5 tahap ketika sesudah pembelajaran terjadi peningkatan
yakni (1) Pendahuluan, yaitu guru akan pada kategori kurang terampil yang semulanya
memberikan apersepsi kepada siswa; (2) 0% naik menjadi 11,1%, peningkatan ini
Eksplorasi, yaitu siswa diminta untuk memberikan hal postiitf dimana kategori tidak
mendengarkan materi pembelajaran yang terampil dapat diturunkan menjadi 88,88% dari
disampaikan oleh guru; (3) Elaborasi, yaitu guru yang semulanya 100%.
mengawasi jalannya praktikum siswa untuk Perbedaan keterampilan proses sains dari
membuktikan kebenaran teori dari materi yang kelas yang diajarkan menggunakan model
disampaikan; (4) Konfirmasi, yaitu siswa pembelajaran inkuiri terbimbing dengan model
diminta untuk menyampaikan hasil percobaan ke konvensional diperkuat dengan hasil uji statistik
depan kelas secara berkelompok; (5) Penutup, (t-indpendent). Hasil uji tersebut menunjukkan
yaitu guru bersama siswa menyimpulkan hasil bahwa terdapat perbedaaan keterampilan proses
pembelajaran. sains kelas yang diajarkan dengan model
Hasil tes awal dan tes akhir di kelas pembelajaran inkuiri terbimbing (kelas
eksperimen menunjukkan bahwa terjadi eksperimen) dan kelas yang diajarkan dengan
peningkatan keterampilan proses sains siswa model konvensional. Hal ini juga dapat
setelah diajarkan menggunakan model diperkuat dengan rata-rata nilai tes keterampilan
pembelajaran inkuiri terbimbing. Kategori tidak proses sains kelas eksperimen dan kelas kontrol
terampil berkurang menjadi 0% yang semulanya yang disajikan pada Grafik 3 berikut:
46,15%. Sejalan dengan kategori kurang
68.22
Rata-Rata Nilai KPS Siswa
70
60
50
40 18.95
30 7.78
20 1.48
10
0
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Kelas Penelitian
Grafik 3: Rata-Rata Nilai Tes Keterampilan Proses Sains Kelas Eskperimen dan Kelas Kontrol
Grafik 3 menujukkan bahwa nilai rata-rata mengharuskan siswa melaksanakan
tes kelas eksperimen dan kelas kontrol pembelajaran dengan sedikit bimbingan guru
meningkat, namun nilai rata-rata kelas dan menemukan materi pelajaran. Menurut
eksperimen meningkat secara drastis sebesar (Cleaf,1991) inkuiri merupakan sebuah model
49,27 sedangkan kelas kontrol hanya 6,30. Nilai pengajaran yang berpusat pada siswa, yang
rata-rata tes akhir siswa kelas eksperimen lebih mendorong siswa untuk menyelidiki masalah
tinggi daripada nilai rata-rata tes akhir kelas dan menemukan informasi.
kontrol. Sesuai dengan pendapat yang Saat proses pembelajaran terlihat bahwa
dikemukakan oleh Joyce (2000) bahwa model siswa kelas eksperimen lebih tertib, tenang dan
inkuiri terbimbing dapat digunakan untuk aktif. Dari hasil wawancara dengan siswa juga
meningkatkan keterampilan proses sains. Hal ini diketahui bahwa siswa lebih termotivasi
disebabkan karena dalam pembelajaran inkuiri melaksanakan pembelajaran dengan model
terbimbing ini siswa terjun langsung dalam inkuiri terbimbing. Dengan tingginya motivasi
pencarian aktif dari materi pelajaran, sehingga siswa maka kegiatannya dalam pembelajaran
siswa memiliki pengalaman pembelajaran secara akan lebih terarah. Menurut (Hamalik, 2005)
langsung karena melalui pengalaman langsung motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan
seseorang dapat lebih menghayati proses atau yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan
kegiatan yang sedang dilakukan (Rustaman, tujuannya sehingga siswa melaksanakan
2005). Ditambah langkah pembelajaran inkuiri perbuatan-perbuatan yang harus dikerjakan yang
terbimbing menurut Sanjaya (2006) seperti serasi guna mencapai tujuan, dengan
merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak
mengumpulkan data, menguji hipotesis dan bermanfaat bagi tujuan tersebut. Maka dari itu
merumuskan kesimpulan identik dengan untuk mencapai tujuan akhirnya yaitu
keterampilan proses sains menurut Rustaman menemukan materi (jawaban dari permasalahan)
(2005) diantaranya mengajukan pertanyaan siswa diharuskan melaksanakan tiap proses yang
(merumuskan masalah), mengajukan hipotesis, ada.
mengkomunikasikan data, menganalisis data dan Rasa ingin tahu siswa kelas eksperimen
membuat kesimpulan. juga terlihat lebih meningkat dari siswa kelas
Terdapatnya perbedaan keterampilan kontrol. Hal ini terlihat dari proses
proses sains dari kedua kelas juga disebabkan pembelajaran, dimana pada kelas kontrol banyak
oleh proses pembelajaran. Siswa kelas siswa yang bermalas-malasan dan tidak
eksperimen diharuskan memecahkan masalah memperhatikan guru. Sedangkan pada kelas
yang ada, dalam memecahkan masalah proses eksperimen, kebanyakan siswa aktif dalam
lebih diutamakan. Sejalan dengan Russeffendi melakukan pembelajaran. Menurut
(Osarizalsyam, 2006) yang menyatakan bahwa (Kemendiknas, 2010) rasa ini tahu adalah sikap
pemecahan masalah adalah pendekatan yang dan tindakan yang selalu berupaya untuk
bersifat umum yang lebih mengutamakan proses mengetahui lebih mendalam dan meluas dari
dari pada hasil. Diperkuat juga dengan hasil sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
wawancara siswa yang mengatakan bahwa siswa Sehingga dengan tingginya rasa ingin tahu
harus melewati setiap langkah pembelajaran dikelas eksperimen juga dapat merangsang tiap
untuk memperoleh materi pembelajaran, jika siswa untuk mengikuti tiap proses dalam
lewat satu langkah saja maka siswa tersebut akan pembelajaran.
tertinggal dan kebingungan dalam memecahkan Effect Size dihitung menggunakan data gain
masalah yang ada. score pada kelas eksperimen dan kelas control.
Fase awal pembelajaran di kelas Hasil perhitungan dengan effect size
eksperimen adalah fase orientasi yang mana menunjukkan pengaruh yang diberikan adalah
siswa dikondisikan agar dapat melaksanakan 1,62 (tinggi). Jika dilihat dari interperetasi d
pembelajaran. Sedangkan pada kelas kontrol Cohen, maka penggunaan model pembelajaran
siswa hanya dikondisikan untuk menerima inkuiri terbimbing memberikan pengaruh
pembelajaran. Model inkuiri terbimbing sebesar 73,1% terhadap keterampilan proses
sains siswa kelas XI Siswa SMK PGRI pembelajaran dirancang dengan sangat baik
Pontianak. sehingga setiap fase dapat terlaksana dengan
waktu yang cukup; (6) Bagi lembaga agar lebih
SIMPULAN DAN SARAN menekankan kepada guru untuk meningkatkan
Simpulan kualitas pembelajaran kepada siswa dengan
Berdasarkan hasil penelitian dapat menggunakan model pembelajaran inkuiri
disimpulkan bahwa setelah diajarkan dengan terbimbing dalam melatih keterampilkan proses
model pembelajaran inkuiri terbimbing, sains siswa.
keterampilan proses sains siswa kelas
eksperimen pada kategori sangat terampil, DAFTAR RUJUKAN
terampil, kurang terampil dan tidak terampil Abungu, H,E., Okere, M.I.O., & Wachanga,
secara berturut-turut sebesar 38,46%, 38,46%, S.M. (2014). The Effect of Science Process
23,08% dan 0%. Sedangakan pada model Skills Teaching Approach on Secondary
pembelajaran konvensional keterampilan proses School Students’ Achievement in
sains siswa kelas kontrol pada kategori sangat Chemistry in Nyando District, Kenya.
terampil, terampil, kurang terampil dan tidak Journal of Educational and Social
terampil secara berturut-turut sebesar 0%, 0%, Research. 4(6): 359-372.
11,11% dan 88,89%. Terdapat perbedaan Ambarsari, W., Santosa, S. & Maridi. (2013).
keterampilan proses sains antara kelas yang Penerapan Pembelajaran Inkuiri
diajar dengan model pembelajaran inkuiri Terbimbing terhadap Keterampilan
terbimbing dengan kelas yang diajar dengan Proses Sains Dasar Pada Pelajaran Biologi
model konvensional dalam materi laju reaksi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7
pada siswa kelas XI SMK PGRI Pontianak. Surakarta. Jurnal Pendidikan Biologi.
Pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing 5(1): 81-95.
memberikan pengaruh sebesar 73,1% yang Chaguna, L.L & Yango, D.M. (2008). Science
tergolong tinggi terhadap keterampilan proses Process Skills Proficiency of The Grade
sains dalam materi laju reaksi pada siswa kelas VI Pupils in The Elementary Diocesan
XI SMK PGRI Pontianak. Schools of Baguio and Benguet.
Research Journal. 16(4): 22-32.
Saran Cleaf, D. W. V. (1991). Action in Elementary
Hasil penelitian dan kesimpulan Social Studies. Singapore: Allyn and
menghasilkan beberapa hal yang dapat dijadikan Bacon
saran dalam rangka pengembangan pengajaran Ekene, Igboegwu. (2011). Effects Of Co-
kimia yaitu (1) Bagi guru diharapkan dapat Operative Learning Strategy And
menggunakan model pembelajaran inkuiri Demonstration Method On Acquisition Of
terbimbing khususnya pada materi laju reaksi Science Process Skills By Chemistry
sebagai alternatif pembelajaran kimia di sekolah; Students Of Different Levels Of Scientific
(2) Guru dan calon guru diharapkan dapat Literacy. Journal of research and
mengembangkan model pembelajaran yang ada Development. 3(1): 204-212.
dengan model inkuiri terbimbing untuk Hamalik, O. (2005). Proses Belajar Mengajar.
meningkatkan keterampilan proses sains siswa; Jakarta: Bumi Aksara
(3) Pada saat melakukan pembelajaran dengan Jack, G.U. (2013). The Influence of Identified
model inkuiri terbimbing, guru diharapkan untuk Student and School Variables on Student
aktif dalam membimbing seluruh siswa; (4) Bagi Science Process Skill Acquisition.
siswa sebaiknya berusaha untuk terlibat aktif Journal of Education and Practice. 4(5):
dalam proses pembelajaran, jangan malu untuk 16-22.
bertanya jika belum mengerti sehingga proses Joyce, B., Weil, M. & C. (2000). Model of
pembelajaran mendapatkan bimbingan secara Teaching. New Jersey. Prentince-Hall.
merata; (5) Dalam menerapkan model Inc.
pembelajaran inkuiri terbimbing, proses
Kemendiknas. (2010). Pengembangan Kemampuan Akademik. Jurnal
Pendidikan Budaya dan Karakter Pendidikan Biologi. 4(2): 72-83.
Bangsa. Jakarta : Puskur Balitbang Rustaman, N.Y. (2005). Strategi Belajar
Kementerian Pendidikan Nasional. Mengajar Biologi. Malang: Universitas
Osarizalsyam. (2006). Penerapan Model Negeri Malang.
Pembelajaran Kooperatif Tipe Dua Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran
Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Pada Konsep Ekosistem untuk Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Kemampuan Pemecahan Masalah dan Sukarno., Permanasari, A., & Hamidah, I.
Hasil Belajar Siswa. Bandung: UPI. (2013). The Profile of Science Process
Rahmasiwi, A., Santosari, S. & Sari, D. P. Skill (SPS) Student at Secondary High
(2015). Peningkatan Keterampilan Proses School (Case Study in Jambi).
Sains Siswa dalam Pembelajaran Biologi International Journal of Scientific
melalui Penerapan Model Pembelajaran Enginering and Research. 1(1): 79-83.
Inkuiri di Kelas XI MIA 9 (ICT) SMA Trianto. (2009). Mengembangkan Model
Negeri 1 Karanganyar Tahun Pelajaran Pembelajaran Tematik. Jakarta: Prestasi
2014/2015. Makalah seminar Nasional Pustaka.
XII Pendidikan Biologi FKIP UNS. Yager, R. E. & Akcay, H. (2008). Comparison of
Surakarta. Student Learning Outcomes in Middle
Rokhmatika, S. Harlita, & Baskoro, A.P. (2012). School Science Classes with an STS
Pengaruh Model Inkuiri Terbimbing Approach and A Typical Textbook
Dipadu Kooperatif Jigsaw Terhadap Dominated Approach. Research in
Keterampilan Proses Sains Ditinjau dari Middle Education. 31(7): 1-16.