You are on page 1of 11

CURRICULUM VITAE

I. Personal Details
Name : Eugidio Correia Garcia
Address : Rua. Berlamino Lobo, Bemori - Dili
Phone Number : +670 75128293 / 73682530
Place & Date of Birth : Dili, March 21 1990
Gender : Male
Marital Status : Single
Religion : Catholic
Nationality : Timor Leste
Election Number : 0115865
Email : egi_gracia@yahoo.co.id

II. Education Details


 1998 – 2002 Elementary School / SD 4 Bemori Dili
 2002 – 2006 Junior High School / SMPK Colegio St. Fransisco De Assisi Distrit Manufahi
 2006 – 2010 Senior High School / SMAK Colegio St. Fransisco De Assisi Distrit Manufahi
 2013 – 2016 DIII Nursing University Academy Of Nursing Waluyo Ungaran Indonesia

III. Job Experiences


 October – November 2011 Computer Course Microsoft Office 2003 at ETDA Training
Centre Comoro Dili, Timor Leste
 January 2014 Computer Course Microsoft Office 2007 & Internet at PUSKOM Ngudi
Waluyo Ungaran Indonesia
 July 2016 Course BT & CLS (Basic Trauma And Cardiac Life Support) Academy Of
Nursing Waluyo Ungaran Indonesia
 Education Centre
On July 2016 TOEFL Test at University Academy Of Nursing Waluyo Ungaran at Indonesia

IV. Languages
Language Understanding Speaking Writing
Tetun Excellent Excellent Very Good

Indonesian Very Good Excellent Very Good

English Very Good Excellent Very Good


V. PERSONALITY
Good attitude, kind, communicative, diligent, tolerant, target oriented, discipline, honest, and be
responsible.

Additional Skills

 I am able work with team and individually at Office, wherever in field or other office
 And also I have skills about Proficient in Microsoft Word, Excel, Power Point as well as Internet
Savvy
Witness;

 Eng. Marculino C Garci


DEPARTMENT: Engineering & and (Cadet Civil Engineer) in JONIJE CONSTRUCTION
PTY. LTD,BEMORI DILI, Timor Leste
Hp: + 6777436456
 Ladislau Correia Dos Santos
Hp: + 670 77264407
DEPARTMENT: Archives at GPM

Dili, 12th September, 2016

Applicant

(Eugidio Correia Garcia)


Rekayasa Lalu Lintas/Pendahuluan
Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

< Rekayasa Lalu Lintas

Di dalam memecahkan permasalahan lalu lintas, para pakar lalu lintas perlu mengenali 3 komponen
yaitu jalan, kendaraan dan pelaku perjalanan. Mengenali masalah lalu lintas yang terjadi dengan
mengumpulkan informasi geometrik jalan, besarnya arus lalu lintas, kecepatan lalu lintas,
hambatan/tundaan lalu lintas, data kecelakaan lalu lintas dan karakteristik pelaku perjalanan. Seluruh
data yang dikumpulkan selanjutnya dianalisis untuk kemudian direncanakan usulan perbaikaan
geometrik, pembangunan fasilitas pengaman jalan, pemasangan rambu lalu lintas, marka jalan atau
melakukan pembatasan gerakan lalu lintas tertentu.

Perbaikan geometrik dapat berupa pelebaran jalan, perubahan radius tikung, pembangunan pulau-
pulau lalu lintas, mengurangi tanjakan, membangun jalur rangkak pada tanjakan yang tinggi,
memberikan perioritas bagi angkutan umum seperti Busway dan berbagai langkah lainnya.

Daftar isi
 1 Definisi
 2 Permasalahan lalu lintas
o 2.1 Kemacetan lalu lintas
 2.1.1 Rasio infrastruktur transportasi dengan luas lahan
 2.1.2 Geometrik jalan yang tidak memenuhi persyaratan
 2.1.3 Jaringan jalan yang tidak memadai
 2.1.3.1 Jaringan jalan untuk kendaraan
 2.1.3.2 Jaringan jalan bagi pejalan kaki
 2.1.4 Tata Ruang yang tidak terkendali
 2.1.5 Pertumbuhan kendaraan yang sangat tinggi
 2.1.6 Tidak memadainya pelayanan angkutan umum
o 2.2 Pelanggaran ketentuan lalu lintas
o 2.3 Kecelakaan lalu lintas
 2.3.1 Faktor manusia
 2.3.2 Faktor Kendaraan
 2.3.3 Faktor jalan
 2.3.4 Faktor cuaca
o 2.4 Manajemen lalu lintas yang tidak optimal
o 2.5 Pencemaran lingkungan
 3 Referensi

Definisi
Rekayasa lalu lintas menurut Homburger & Kell[1] adalah suatu penanganan yang berkaitan dengan
perencanaan, perancangan geometrik dan operasi lalu lintas jalan serta jaringannya, terminal,
penggunaan lahan serta keterkaitan dengan moda transportasi lainnya.
Sedang istilah Rekayasa lalu lintas yang banyak digunakan di Indonesia adalah salah satu cabang dari
teknik sipil yang menggunakan pendekatan rekayasa untuk mengalirkan lalu lintas orang dan barang
secara aman dan effisien dengan merencanakan, membangun dan mengoperasikan geometrik jalan,
dan dilengkapi dengan rambu lalu lintas, marka jalan serta alat pemberi isyarat lalu lintas.

Permasalahan lalu lintas


Permasalahan lalu lintas biasanya tumbuh lebih cepat dari upaya untuk melakukan pemecahan
permasalahan transportasi sehingga mengakibatkan permasalahan menjadi bertambah parah dengan
berjalannya waktu. Untuk bisa memecahkan permasalahan lalu lintas perlu diambil langkah-langkah
yang berani atas dasar kajian dan langkah-langkah yang pernah dilakukan dikota-kota lain.

Kemacetan lalu lintas

Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya yang ditandai dengan menurunnya kecepatan
perjalanan dari kecepatan yang seharusnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh
banyaknya jumlah lalu lintas kendaraan melebihi kapasitas jalan. Kemacetan merupakan
permasalahan yang umum terjadi dan banyak terjadi di kota-kota besar yang pada gilirannya
mengakibatkan kota menjadi tidak efisien dan bisa mengakibatkan kerugian ekonomi yang tidak
sedikit. Kemacetan ini disebabkan beberapa permasalahan:

Rasio infrastruktur transportasi dengan luas lahan

Bila dibandingkan dengan kota-kota dunia, kota-kota di Indonesia mempunyai rasio infrastruktur
transportasi dengan luas lahan yang cenderung rendah, sebagai contoh, Jakarta hanya memiliki ratio
sebesar 6 persen sedangkan kota-kota di Amerika Utara berkisar di antara 25-35 persen di Eropah
berkisar antara 15 persen sampai 25 persen. Padahal jumlah kendaraan per kapita juga sudah sangat
tinggi sehingga kemacetan merupakan salah satu permasalahan di kota-kota besar Indonesia.

Geometrik jalan yang tidak memenuhi persyaratan

Masih banyak ditemukan jalan dengan kualitas geometrik yang tidak memenuhi persyaratan,
keadaan ini mendorong tingginya angka kecelakaan serta berbagai permasalahan lainnya.
Permasalahan yang terkait geometik antara lain meliputi:

1. rancang bangun ruas jalan atau persimpangan yang tidak memenuhi persyaratan karena radius
tikung, jarak pandang bebas, Jarak pandang menyiap yang tidak memenuhi persyaratan
2. ruas jalan yang tidak memiliki bahu, tidak cukup lebar sehingga dapat membahayakan pengguna
3. drainase yang tidak direncanakan dengan baik
4. konstruksi dan perawatan yang tidak dilakukan dengan baik, sehingga banyak kerusakan yang dapat
mengakibatkan kecelakaan.
5. pemasangan rambu dan marka yang tidak dilakukan dengan baik.

Jaringan jalan yang tidak memadai

Jaringan jalan untuk kendaraan

Jaringan jalan terutama di kawasan perkotaan yang tidak memiliki konsep jaringan yang memadai
yang mengakibatkan pilihan rute menuju suatu kawasan terbatas sehingga beban jalan-jalan tertentu
menjadi sedemikian padatnya. Hal ini diperparah dengan jumlah kendaraan yang sangat tinggi,
sebagai contoh panjang jalan untuk setiap kendaraan di Jakarta hanya mencapai 1,17 m, sehingga
kalau kendaraan disusun bumper to bumpertidak akan mencukupi panjang jalan yang ada DKI
Jakarta, dan kalau menggunakan kriteria lainnya yaitu panjang jalan per kapita hanya 0,88 m, angka
yang kecil kalau dibandingkan dengan kota-kota lain didunia (kota-kota di Eropah berkisar 2,5
m/kapita dan kota-kota Amerika Utara berkisar 5 m/kapita).

Jaringan jalan bagi pejalan kaki

Fasilitas pejalan kaki umumnya tidak mendapat perhatian yang cukup oleh pemerintah daerah, dan
kalaupun fasilitas pejalan kaki tersedia tidak didukung dengan standar desain yang baik sehingga
tidak bisa digunakan oleh pngguna yang berkebutuhan khusus baik yang menggunakan kursi roda
maupun yang penderita yang buta. Keadaan ini diperparah lagi oleh pedagang kaki lima yang
berjualan di trotoar ataupun digunakan untuk kendaraan parkir. Permasalahan lain yang terkait
dengan pejalan kaki adalah kurangnya fasilitas penyeberangan yang dikendalikan didaerah pusat
kota, ataupun ketidak patuhan pemakai kendaraan bermotor untuk tiodak memberikan perioritas
terhadap pejalan kaki.

Tata Ruang yang tidak terkendali

Permasalahan lainnya yang besar adalah tata ruang yang tidak terkendali sehingga mengakibatkan
berbagai permasalahan, di antaranya jalan yang tidak teratur terutama dikawasan pemukiman dan
terkadang didaerah yang kumuh gang-gang yang ada sedemikian sempitnya sehingga bila terjadi
kebakaran sulit untuk dimasuki mobil pemadam kebakaran.

Pertumbuhan kendaraan yang sangat tinggi

Pertumbuhan pemilikan kendaraan pribadi yang sangat tinggi antara 8 sampai 13 persen setahun
yang pada gilirannya digunakan di jalan sehingga bebabn jaringan jalan menjadi semakin berat.
Tingkat pemilikan kendaraan dikota-kota besar sudah mencapai angka 300 an kendaraan per 1000
orang, suatu angka yang sangat tinggi. Pemilikan kendaraan pribadi ini didominasi oleh sepeda
motor dengan pangsa hampir sebesar 80 persen. Angka pemilikan kendaraan yang tinggi ini pada
gilirannya mengakibatkan permasalahan parkir yang cukup serius dengan serinnya dilakukan
pelanggaran parkir.

Tidak memadainya pelayanan angkutan umum

Angkutan umum yang tidak memadai mendorong masyarakat untuk menggunakan kendaraan
pribadi. Permasalahan pelayanan angkutan umum yang dihadapi pemerintah daerah khususnya
dikawasan perkotaan di antaranya adalah:

 Pada trayek-trayek tertentu jumlah bus yang melayani angkutan tidak mencukupi, khususnya pada
saat permintaan puncak, tapi pada trayek lainnya terkadang sangat melebihi kebutuhan sehingga
pada gilirannya untuk mempertahankan operasi operator menterlantarkan kualitas pelayanan,
 Ukuran kendaraan tidak sesuai dengan permintaan yang ada, di banyak kota pelayanan angkutan
pada koridor utama dengan permintaan yang tinggi dilayani dengan angkutan umum ukuran
kecil/angkot yang kapasitas angkutnya hanya pada kisaran 10 orang.
 Kualitas angkutan yang sangat tidak memadai
 Jadual yang tidak teratur
 Fasilitis perhentian yang tidak memadai, atap bocor, tidak dilengkapi dengan informasi jaringan
angkutan umum yang melewati perhentian tersebut, tidak dilengkapi dengan jadual.

Pelanggaran ketentuan lalu lintas


Pelanggaran ketentuan lalu lintas yang dilakukan masyarakat kian tambah memprihatikan dari tahun
ke tahun yang pada gilirannya akan mengakibatkan peningkatan kecelakaan lalu lintas dengan
korban meninggal ataupun luka-luka yang tidak sedikit. Disamping itu ketidak tertiban juga akan
mengganggu kelancaran lalu lintas yang akan menurukan kecepatan perjalanan. Untuk meningkatkan
ketertiban masyarakat perlu dipelajari dan dipetakan kembali profil pelanggaran yang dilakukan
masyarakat termasuk juga pelanggaran yang dilakukan oleh petugas. Pengamatan terhadap
pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat:

1. Tingginya pelanggaran terhadap batas kecepatan yang seolah-olah tidak ada batasan kecepatan
yang diberlakukan hal ini terutama menjadi masalah pada jalan yang lalu lintas sedang sepi
2. Tingginya pelanggaran pada persimpangan yang dikendalikan lampu lalu lintas khususnya didaerah
pingiran kota. Pelanggaran terutama tinggi dilakukan oleh pengendara sepeda motor, pengemudi
angkutan umum khususnya angkot. Pelanggaran lain yang juga terjadi bahwa pengemudi tetap
masuk persimpangan pada saat lampu sudah berubah menjadi merah dan kadang bila lalu lintas
didepannya macet pengemudi akan menghambat lalu lintas yang mendapatkan lampu hijau dan
akhirnya persimpangan akan terkunci.
3. Tidak berjalannya aturan penggunaan persimpangan perioritas atau bundaran lalu lintas,
pelanggaran ini pada gilirannya mengakibatkan persimpangan terkunci. Memang pengertian
masyarakat tentang hak menggunakan persimpangan masih sangat rendah terutama pada
persimpangan yang dilengkapi dengan rambu beri kesempatan ataupun rambu stop.
4. Pelanggaran jalur yang dilakukan oleh pengguna jalan dengan berjalan menggunakan jalur lawan
pada jalan-jalan yang dipisah dengan median ataupun jalan satu arah. Pelanggaran ini terutama
dilakukan oleh pengguna sepeda motor.
5. Pelanggaran terhadap penggunaan jalan, khususnya dijalur khusus bus yang lebih dikenal sebagai
Busway.
6. Pelanggaran tertib penggunaan perangkat keselamatan seperti helm dan sabuk keselamatan yang
cenderung masih tinggi terutama di kawasan pinggiran kota.

Kecelakaan lalu lintas

Angka kecelakaan di Indonesia cenderung cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara lain
di Asean. Berbagai langkah perlu dilakukan untuk bisa mengendalikan angka kecelakaan tersebut.
Faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan adalah:

1. Jaringan pelayanan yang tidak memadai


2. Integrasi pelayanan yang menyangkat integrasi phisik/tempat perpindahan, jadwal dan tiketing yang
belum optimal
3. Subsidi angkutan umum tidak dikelola dengan baik

Faktor manusia

Faktor manusia merupakan penyebab kecelakaan yang paling besar, bisa mencapai 85 persen dari
seluruh kejadian kecelakaan. Hampir seluruh kejadian kecelakaan didahului dengan pelanggaran
terhadap ketentuan peraturan perundangan tentang lalu lintas dan angkutan. Faktor manusia berupa
keahlian yang tidak memadai dalam menjalankan kendaraan, kesalahan menginterprestasikan aturan,
pengemudi sedang mabuk atau sakit, atau terkadang sengaja melakukan pelanggaran karena ingin
lebih cepat sampai di tujuan dengan mengemudikan kendaraan lebih cepat dari ketentuan atau
sengaja melanggar lampu lalu lintas dan berbagai penyebab lainnya.

Faktor Kendaraan
Faktor kendaraan di antaranya yang paling sering terjadi adalah ban pecah, rem tidak berfungsi
sebagaimana seharusnya, kelelahan logam yang mengakibatkan bagian kendaraan patah, peralatan
yang sudah aus tidak diganti dan berbagai penyebab lainnya. Keseluruhan faktor kendaraan sangat
terkait dengan teknologi yang digunakan, perawatan yang dilakukan terhadap kendaraan. Untuk
mengurangi faktor kendaraan perawatan dan perbaikan kendaraan diperlukan, disamping itu adanya
kewajiban untuk melakukan pengujian kendaraan bermotor secara reguler.

Faktor jalan

Faktor jalan terkait dengan kecepatan rencana jalan, geometrik jalan, kemiringan permukaan jalan
(super elevasi jalan),pagar pengaman di daerah pegunungan, tidak adanya median jalan, jarak
pandang dan kondisi permukaan jalan, tidak memadainya bahu jalan fasilitas pejalan kaki yang
sering diabaikan atau tidak tersedia. Jalan yang rusak/berlobang sangat membahayakan pemakai
jalan terutama bagi pemakai sepeda motor.

Faktor cuaca

Faktor Cuaca seperti hari hujan juga mempengaruhi unjuk kerja kendaraan seperti jarak pengereman
menjadi lebih jauh, jalan menjadi lebih licin, jarak pandang juga terpengaruh karena penghapus kaca
tidak bisa bekerja secara sempurna atau lebatnya hujan mengakibatkan jarak pandang menjadi lebih
pendek. Asap dan kabut juga bisa mengganggu jarak pandang, terutama di daerah pegunungan

Jumlah kecelakaan lalu lintas yang tercatat di Kepolisian Republik Indonesia ditunjukkan dalam
gambar berikut:

Manajemen lalu lintas yang tidak optimal

Dengan segala permasalahan kemacetan lalu lintas dan angka kecelakaan yang tinggi menjadi lebih
parah kalau tidak didukung dengan manajemen lalu lintas untuk mengurangi angka kecelakaan,
mengoptimalkan penggunaan jaringan jalan, meningkatkan efisiensi sistem transportasi.

Pencemaran lingkungan

Masalah pencemaran merupakan[2] suatu masalah yang sangat perlu mendapat penanganan secara
serius oleh semua pihak untuk dapat menanggulangi akibat buruk yang terjadi karena pencemaran,
bahkan sedapat mungkin untuk dapat mencegah jangan sampai terjadi pencemaran lingkungan.
Salah satu dampak negatif sebagai akibat performansi lalu lintas yang jelek, bahan bakar yang buruk
serta teknologi kendaraan yang sudah ketinggalan akan mengakibatkan pencemaran lingkungan.
Dampak pencemaran lingkungan ini berupa:

1. Emisi gas buang yang berupa gas dan partikel beracun seperti, gas CO, HC, NOx, Benzen dan berbagai
gas lainnya serta berbagai partikel seperti senyawa karbon lepas, timbal dan berbagai partikel
lainnya.
2. Emisi gas rumah kaca, yang saat ini dianggap sebagai pemicu terjadinya perubahan iklim. Peran gas
rumah kaca dari sektor transportasi berada pada kisaran 15 sampai 20 persen yang merupakan
angka yang tidak kecil.
REKAYASA GEMPA (Beban Gempa dan Pengaruhnya Terhadap Struktur
Bangunan)

22.23 A. UMUM No comments

Gempa bumi adalah guncangan yang dirasakan di permukaan bumi akibat pergerakan antar
lempeng-lempeng di lapisan bagian luar bumi, letusan gunung berapi dan juga ledakan yang
dibuat oleh manusia. Dalam hubungannya dengan disain struktur, maka yang umum ditinjau
adalah gempa yang terjadi akibat pergeseran antar lempeng-lempeng yang juga dikenal dengan
istilah gempa tektonik.

Pusat gempa tektonik biasanya terletak pada kedalaman tertentu dari muka bumi. Lokasi ini
disebut hiposenter (hypocenter). Sementara lokasi pada permukaan bumi tepat diatas
hiposenter disebut episenter (epicenter). Lokasi-lokasi yang berpotensi menjadi pusat gempa
telah diidentifikasi di seluruh dunia. Untuk itu umumnya setiap negara punya peta gempa.

Karakteristik dari suatu gempa berbeda satu dengan lainnya, baik dari segi besarnya maupun
gelombangnya. Besarnya kekuatan gempa biasanya diukur dalam skala Richter (Richter scale),
yang adalah rasio antara amplitudo gelombang. Periode yang terjadi pada sebuah gempa bisa
besar atau kecil, tergantung sumber gempanya. Kemudian, medium dimana gelombang gempa
merambat juga bermacam jenisnya, ada batuan keras dan lunak, dan berbagai jenis
tanah. Ketiga faktor ini, kekuatan gempa, gelombang gempa dan medium yang dilalui gempa
mempengaruhi besarnya beban gempa yang diterima suatu struktur bangunan. Selain itu
tingkat penurunan intensitas gempa yang berfrekuensi tinggi (periode rendah) adalah lebih
cepat dibandingkan dengan gelombang gempa dengan frekuensi rendah (periodenya panjang).
Walaupun tidak diketahui penyebabnya, tetapi fenomena ini memang terjadi.

Pengaruh keadaan tanah

Pergerakan gempa untuk mencapai permukaan tanah dipengaruhi oleh kondisi tanah setempat.
Lapisan tanah di bawah permukaan yang menopang fondasi bangunan dapat meningkatkan
besarnya beban gempa yang dialami oleh struktur bangunan. Hal ini dimungkinkan karena
adanya kemungkinan bahwa periode alami dari lapisan tanah di bawah permukaan sama/
hampir sama dengan periode alami dari bangunan diatasnya. Gelombang gempa dengan
frekuensi yang tinggi atau periode yang kecil akan merambat secara efisien dibatuan dasar
yang keras dan tanah keras, yang sebaliknya akan mengurangi atau menghilangkan gelombang
gempa yang mempunyai frekuensi rendah. Sebaliknya tanah yang lunak akan menjadi
penghantar yang baik untuk gelombang gempa dengan frekuensi yang rendah (periodenya
tinggi).
Pada umumnya, periode alami lapisan permukaan tanah berkisar antar 0.5 sampai 1.0 detik.
Sedangkan bangunan bertingkat rendah sampai menengah mempunyai periode alami antara
0.1 sampai 1.0 detik. Jelas disini bahwa adalah sangat mungkin untuk terjadi resonansi
antara lapisan permukaan tanah dengan bangunan-bangunan diatasnya.

Interaksi beban gempa dan struktur bangunan

Beban gempa adalah salah satu beban yang harus diperhitungkan jika kita mendesain suatu
bangunan di daerah yang rawan gempa. Tidak seperti beban-beban tipe lainnya dimana
besarnya tidak dipengaruhi oleh struktur bangunan yang terkena gempa, besarnya beban
gempa sangat dipengaruhi oleh kondisi struktur bangunannya. Ini terjadi karena beban gempa
bekerja melalui lapisan tanah yang bergerak siklis baik dalam arah horisontal maupun vertikal.
Gerakan siklis ini akan menyebabkan bagian bawah suatu bangunan untuk ikut bergerak
mengikuti gerakan lapisan tanah dimana bangunan tersebut berdiri. Karena bangunan
memiliki massa, maka inersia massa dari bagian atas bangunan memberikan tahanan terhadap
pergerakan. Gaya tahanan inilah yang kita kenal sebagai beban gempa. Dari sini jelas bahwa
beban gempa sangat tergantung dari massa suatu bangunan. Selain itu beban gempa juga
dipengaruhi oleh kekakuan dari struktur bangunan. Kalau kakakuan struktur dari bangunan itu
sangat tinggi, maka bagian atas bangunan juga akan bergerak bersama-sama dengan bagian
bawah, atau dengan kata lain periode dari struktur sama dengan periode dari gelombang
gempa. Dalam hal ini, jika massa bangunan adalah m, dan percepatan gempa adalah a, maka
beban/ gaya yang bekerja pada bangunan tersebut adalah F =m x a. Struktur jenis ini
biasanya ditemui pada bangunan-bangunan rendah (bertingkat rendah). Sedangkan untuk
bangunan bertingkat menengah, strukturnya mempunyai sedikit fleksibilitas sehingga biasanya
gaya gempaF < m x a. Sedangkan untuk bangunan bertingkat tinggi, strukturnya biasanya
mempunya periode alaminya yang besar. Sehingga jika dikenai gelombang gempa yang
berkepanjangan, akan terjadi kemungkinan terkena gempa dengan periode gelombang yang
hampir sama dengan periode alami dari struktur. Jika hal ini terjadi maka akan terjadi
resonansi yang akan mengakibat goncangan yang besar pada struktur. Dalam hal ini maka
beban gempa yang terjadi F > m x a. Jadi terlihat disini beban gempa yang terjadi di struktur
suatu bangunan sangat bergantung pada konfigurasi dari strukturnya.

Seperti disinggung sebelumnya, tingkat penurunan intensitas dari gempa yang mempunyai
periode gelombang besar adalah rendah. Ini berarti bahwa gelombang gempa dengan
periode tinggi akan mampu mencapai jarak yang jauh dari pusat gempa. Jika pada jarak yang
jauh tersebut kita membangun gedung bertingkat tinggi (periode alami tinggi), maka efek dari
gempa dengan pusat gempa yang jauh tersebut bisa menjadi besar karena terjadi resonansi.
Gedung bertingkat tinggi biasanya mempunyai periode alami antara 1.0 sampai 5.0 detik.
Beberapa saat setelah gempa terjadi, periodenya biasanya berkisar antar 0 sampai 0.5 detik,
yang tidak berpengaruh terhadap gedung tinggi. Akan tetapi di saat-saat terakhir sebelum
gempa berhenti, biasanya periodenya panjang dan ini bisa menyebabkan resonansi dengan
gedung tinggi. Sebaliknya gedung-gedung rendah akan merasakan pengaruh yang besar akibat
gempa jika terletak dekat dengan lokasi gempa.

Jadi dari uraian diatas kita bisa simpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi beban gempa:

You might also like