You are on page 1of 8

Gambaran Komunikasi Efektif Dalam Penerapan Keselamatan Pasien

(Studi Kasus Rumah Sakit X Di Kota Padang)

Picture of Effective Communication in the Application of Patient Safety


(Case Study of Hospital X In Padang City)

Fadillah Ulva
STIKes Alifah Padang
Email : dilla_afdal@yahoo.com

Naskah masuk:12-05-2017 Naskah diperbaiki:29-05-2017 Naskah disetujui:19-06- 2017

Abstract
Patient safety is one of the important issues in the hospital. Hospital was an institution that full of activity and
human being. Workers, patients, visitors, and the community required the protection from health and accident.
Communication influenced to medicine error as 19%. Effective communication should be a thing to be observed. In
addition, effective communication is also the element of the patient safety target. The purpose of this research was
to analyze the effectiveness of the communication as an effort to apply patient safety in the hospital x in Padang.
The research was a qualitative study. The subject of study was 7 informant which chosen by purposive sampling.
The research instruments conducting with in-depth interviews, the guidelines based on an instrument of hospital
accreditation. Direct observation and review of documentation is used to support the data. The communication in
X Hospital in Padang conducted orally and by telephone. A communication system used SBAR (situation,
background, assessment, recommendation) and TBK (wrote, read, and confirming) do to improve the effectiveness
of the communication. Effective communication is expected to reduce medical error. Communication with SBAR
and TBK techniques need confirmation sheets as physical evidence. But the confirmation sheets were not yet
available in X Hospital. The communication procedure to enhance effective communications in X hospital use
SBAR and TBK. However the confirmation sheets were the obstacles in imply the effective communication.
Suggestions that can given is the medical and nursing committee monitor and evaluate the application of effective
communication.

Keywords: Occupational Health and Safety in Hospital (K3RS), Communication, Effectiveness

Abstrak
Keselamatan pasien merupakan salah satu isu penting dalam penyelenggaran pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Rumah sakit merupakan institusi yang penuh dengan aktifitas dan manusia. Pekerja, pasien, pengunjung, dan
masyarakat perlu mendapat perlindungan dari kecelakaan dan penyakit. Komunikasi mempengaruhi kesalahan
pengobatan sebesar 19%. Komunikasi yang efektif harus diselenggarakan dalam upaya penerapan Sembilan elemen
keselamatan pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efektifitas komunikasi dalam penerapan
keselamatan pasien di RS X di Kota Padang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan rancangan studi
kasus. Subjek penelitian diambil secara purposive sampling berjumlah 7 orang. Instrumen penelitian melakukan
wawancara mendalam, panduan pedoman wawancara berdasarkan instrumen akreditas rumah sakit tahun 2012.
Observasi langsung dan telaah dokumen untuk mendukung data wawancara. Proses komunikasi di RS X
dilaksanakan secara oral dan telepon. Sistem komunikasi yang digunakan yaitu teknik SBAR (situation,
background, assessment, recommendation) dan TBK (Tulis, Baca, Konfirmasi). Komunikasi efektif dilakukan
dalam upaya mengurangi kesalahan medis. Komunikasi dengan sistem SBAR dan TBK membutuhkan lembar
konfirmasi. Namun di RS X lembar konfirmasi belum tersedia. Prosedur komunikasi untuk menjamin
terlaksananya komunikasi yang efektif di RS X menggunakan teknik SBAR dan TBK. Namun dalam aplikasinya
masih terdapat kendala sarana dan prasarana yang belum optimal

Kata Kunci: Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS), Budaya Keselamatan Pasien Komunikasi,
Efektif

PENDAHULUAN keselamatan di rumah sakit yaitu:


Keselamatan (safety) telah menjadi keselamatan pasien (patient safety),
isu global termasuk juga untuk rumah sakit. keselamatan pekerja atau petugas
Ada lima isu penting yang terkait dengan kesehatan, keselamatan bangunan dan

Gambaran Komunikasi Efektif Dalam Penerapan Keselamatan Pasien


(Studi Kasus Rumah Sakit X Di Kota Padang)-Fadilla Ulva 95
peralatan di rumah sakit yang bisa Enam sasaran keselamatan pasien terdapat
berdampak terhadap keselamatan pasien pada standar akreditasi rumah sakit, terdiri
dan petugas, dan keselamatan lingkungan dari ketepatan identifikasi pasien,
(green productivity). Hal tersebut dapat ketepatan identifikasi pasien, peningkatan
berdampak terhadap pencemaran komunikasi yang efektif, peningkatan
lingkungan dan keselamatan bisnis rumah keamanan obat yang perlu diwaspadai
sakit. Kelima aspek keselamatan tersebut (high-alert medications), kepastian
sangatlah penting untuk dilaksanakan di tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien
setiap rumah sakit. Namun harus diakui operasi, pengurangan risiko infeksi terkait
kegiatan institusi rumah sakit dapat pelayanan kesehatan, pengurangan risiko
berjalan apabila ada pasien. Karena itu pasien jatuh.
keselamatan pasien merupakan prioritas Komunikasi yang buruk merupakan
utama untuk dilaksanakan dan hal tersebut penyebab yang paling sering menimbulkan
terkait dengan isu mutu dan citra efek samping di semua aspek pelayanan
perumahsakitan (Kemenkes RI, 2010). kesehatan, sehingga menimbulkan
permasalahan dalam pengidentifikasian
Berdasarkan Undang-Undang No. pasien, kesalahan pengobatan dan transfusi
44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit serta alergi diabaikan, salah prosedur
dijelaskan bahwa rumah sakit di Indonesia operasi, salah sisi bagian yang dioperasi,
diwajibkan untuk meningkatkan mutu semua hal tersebut berpotensi terhadap
pelayanan melalui akreditasi rumah sakit terjadinya insiden keselamatan pasien dan
minimal dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun dapat dicegah dengan meningkatkan
sekali. Standar akreditasi rumah sakit komunikasi.
terdiri dari empat kelompok, yang salah Tahun 2001 dalam laporan FDA
satunya adalah kelompok sasaran Safety, Thomas Maria R, et al menemukan
keselamatan pasien. Sehingga keselamatan bahwa yang menjadi penyebab terjadinya
pasien merupakan bagian yang sangat kesalahan obat adalah komunikasi (19%),
penting dalam akreditasi rumah sakit pemberian label (20%), nama pasien yang
(KARS, 2014). membingungkan (13%), faktor manusia
Budaya keselamatan pasien dapat (42%), dan disain kemasan (20,6%).
dilihat berdasarkan enam sasaran Adapun kesalahan yang berhubungan
keselamatan pasien yang dikeluarkan oleh dengan faktor manusia antara lain
komite akreditasi rumah sakit versi 2012. berhubungan dengan: kurangnya

96 Jurnal Pembangunan Nagari Volume 2 Nomor 1 Edisi Juni 2017 : 95 - 102


pengetahuan (12,3%), kurangnya kinerja ( case study ) yang bertujuan
(13,2%), kelelahan (0,3%), kesalahan mendiskripsikan keadaan, menilai, serta
kecepatan infuse (7%), dan kesalahan mengetahui komunikasi efektif. Penelitian
dalam menyiapkan obat (7%). Sedangkan ini dilakukan di Rumah Sakit X di Kota
menurut penelitian tersebut menurut jenis Padang. Subjek dalam penelitian ini adalah
kesalahan yang paling banyak adalah salah Sekretaris Tim Keselamatan Pasien Rumah
obat (22%), over dosis (17%), salah rute Sakit X Padang, Anggota Tim
obat (8%), salah tekhnik (7%), dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit X
kesalahan dalam monitoring (7%). Padang, dan perawat di instalasi rawat inap
Elemen peningkatan komunikasi Rumah Sakit X Padang sebanyak 5 orang.
yang efektif menurut Permenkes (2011) Variabel penelitian yang diteliti
sebagai beikut: dalam penelitian ini adalah peningkatan
a. Perintah lengkap secara lisan dan komunikasi yang efektif. Instrumen
melalui telepon atau hasil penelitian yang digunakan dalam penelitian
pemeriksaan dituliskan secara ini adalah panduan wawancara. Selain itu,
lengkap oleh penerima perintah. pengumpulan data primer dilakukan
b. Perintah lengkap lisan dan telpon dengan observasi (pengamatan langsung)
atau hasil pemeriksaan dibacakan dengan menggunakan lembar check list,
kembali secara lengkap oleh alat tulis dan tape recorder sebagai alat
penerima perintah. perekam. Untuk mendapatkan data
c. Perintah atau hasil pemeriksaan sekunder adalah dengan pemanfaatan
dikonfirmasi oleh pemberi perintah dokumen-dokumen yang ada di Rumah
atau yang menyampaikan hasil Sakit X Padang dengan informan sebagai
pemeriksaan sumber data. Analisis data dilakukan
d. Kebijakan dan prosedur dengan mengorganisasikan dan
mengarahkan pelaksanaan mengurutkan data ke dalam pola, kategori
verifikasi keakuratan komunikasi dari satuan uraian dasar, sehingga tujuan
lisan atau melalui telepon secara yang ingin dicapai dalam penelitian dapat
konsisten. terlaksana.

HASIL DAN PEMBAHASAN


METODOLOGI
Hasil
Penelitian ini merupakan penelitian
Komunikasi efektif yang tepat
kualitatif dengan rancangan studi kasus
waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang

Gambaran Komunikasi Efektif Dalam Penerapan Keselamatan Pasien


(Studi Kasus Rumah Sakit X Di Kota Padang)-Fadilla Ulva 97
dipahami oleh resipien/penerima akan dari apa yang kita laporkan apa
mengurangi kesalahan, dan menghasilkan Rekomendasi yang akan diberikan
peningkatan keselamatan pasien. oleh dokter tersebut, nanti kita
Komunikasi dapat secara elektronik, lisan, catat dengan check back, dengan
atau tertulis. Komunikasi yang paling nanti kita Tulis, Baca, dan
mudah mengalami kesalahan adalah Konfirmasi ulang” (Informan 3)
perintah diberikan secara lisan dan yang
diberikan melalui telepon, bila Namun, menurut informan 4,
diperbolehkan peraturan perundangan. pelaksanaan teknik SBAR di RS X di
Komunikasi lain yang mudah terjadi Padang belum berjalan secara penuh.
kesalahan adalah pelaporan kembali hasil “Kalau kita biasanya langsung ke
pemeriksaan kritis, seperti laboratorium order atau kita tulis di rekam medis
klinis menelpon unit pelayanan pasien pasien. Teknik SBAR kita belum
untuk melaporkan hasil pemeriksaan jalan ya karna kita masih dalam
segera. proses pembelajaran”(Informan 4)
Proses komunikasi efektif di RS X di
Padang dilakukan dengan SBAR (Situation, Penerapan komunikasi efektif
Background, Assessment, Recommendation) membutuhkan lembar konfirmasi sebagai
dan TBK (Tulis, Baca, dan Konfirmasi). bukti pencatatannya. Namun hal ini belum
Hal ini disampaikan oleh informan 2 tersedia di RS X di Padang. Hal ini
“Kalau komunikasi pakai TBK menjadi hambatan dari aspek sarana dalam
dan SBAR kan”(Informan 2) pelaksanaan komunikasi yang efektif. Hal
Selain itu juga disampaikan oleh ini disampaikan oleh informan 1
informan 3 “Untuk bukti fisiknya SBAR ini
“Kalau via telfon ada teknik SBAR, biasanya dilengkapi dengan
S kita memberikan keterangan stempel konfirmasi di ruangan
tentang keadaan pasien terkini, karena ada kalanya baik
kemudian Backgroundnya tentang komunikasi SBAR maupun
penyakit pasien yang lalu, nanti komunikasi catat baca dan tulis
assessmennya apa yang dilakukan kembali. Namun lembar konfirmasi
pengkajian terhadap pasiennya itu belum tersedia. Tapi kita sudah
bagaimana tanda-tanda vitalnya mengusulkannya barangkali masih
gimana hasil labor terkininya nanti

98 Jurnal Pembangunan Nagari Volume 2 Nomor 1 Edisi Juni 2017 : 95 - 102


bermasalah diproses “Merubah orang untuk
pengadaannya”(Informan 1) berkomunikasi secara terstuktur
seperti itu ya sulit karna kita
Selain hambatan dari segi sarana, terbiasa menerima telfon yang
perubahan perilaku pada tenaga medis lebih efektif, iya iya tidak tidak gitu
yang sudah terbiasa dengan komunikasi aja. Padahal seharusnya tidak
ringkas juga membutuhkan proses. Hal ini seperti itu” (Informan 1)
disampaikan oleh informan 1
“Merubah orang untuk Pembahasan
berkomunikasi secara terstuktur Proses komunikasi di RS X di
seperti itu ya sulit karna kita Padang dilakukan baik secara lisan ataupun
terbiasa menerima telfon yang melalui telepon. Proses komunikasi melalu
lebih efektif, iya iya tidak tidak gitu telepon dilakukan dengan teknik SBAR.
aja. Padahal seharusnya tidak Berdasarkan teknik SBAR, pasien akan
seperti itu” (Informan 1) dijelaskan tentang situasi terkini, kemudian
dijelaskan tentang latar belakang pasien
Kebijakan rumah sakit terkait kemudian tentang asesmen serta tentang
peningkatan komunikasi efektif belum ada rekomendasi yang diberikan.
atau masih dalam proses pembuatan. Proses komunikasi dengan teknik
Sedangkan SPO dan panduan terkait SBAR ini membutuhkan pencatatan
komunikasi efektif ini sudah ada dan sudah sebagai bukti fisik. Namun di RS X di
disosialisasikan kepada tenaga medis. Hal Padang belum terdapat bukti fisik tentang
ini disampaikan oleh informan 1 proses SBAR. Sebagai bukti fisik
“Panduan sudah pedoman sudah. dibutuhkan lembar konfirmasi yang
Setiap sasaran itu sudah ada tersedia pada catatan rekam medis pasien,
pedomannya, sudah ada namun lembar konfirmasi tersebut belum
panduannya” (Informan 1) tersedia. Hal ini akan menghambat proses
peningkatan komunikasi yang efektif.
Perubahan perilaku pada tenaga Berdasarkan laporan FDA Safety, Thomas
medis yang sudah terbiasa dengan Maria R, et al, dalam Safitri (2014)
komunikasi ringkas membutuhkan proses. menemukan bahwa komunikasi dapat
Hal ini disampaikan oleh informan 1 menyebabkan terjadinya kesalahan obat
19%.

Gambaran Komunikasi Efektif Dalam Penerapan Keselamatan Pasien


(Studi Kasus Rumah Sakit X Di Kota Padang)-Fadilla Ulva 99
Komunikasi yang baik antar perawat dapat melihat keadaan pasien langsung
menjalin kerjasama yang baik dalam dengan alasan kelelahan kerja perawat.
melakukan pelayanan keperawatan, Operan perawat secara
misalnya dalam pergantian shift perawat modern dengan teknik SBAR
yang disebut dengan operan perawat, adalah dengan menggunakan format
yakni perawat secara lisan merangkum pendokumentasian teknik SBAR pada
informasi tentang pasien yang menjadi masing-masing pasien tiap shift, buku
tanggung jawabnya diakhir shift. Sistem catatan operan, dan rekam medik pasien.
operan perlu dibentuk dengan strategi Pertama menyampaikan keadaan pasien
komunikasi yang baik. Menurut hasil dan evaluasi tindakan yang sudah
penelitian Catherine di Denver Health dilakukan dan kemajuan keadaan pasien
Medical Center dalam Safitri (2014), setelah tindakan dilakukan di nurse
kegagalan komunikasi perawat dalam station. Setelah itu operan dilanjutkan
melakukan operan antar shift 30% dengan melihat keadaan pasien
disebabkan karena kegagalan secara langsung dan menanyakan kepada
komunikasi secara langsung seperti: pasien tentang kemajuan keadaan pasien
1) Komunikasi yang terlambat; dan keluhan yang masih dirasakan, dan
2) Kegagalan komunikasi dengan semua pemberian pendidikan kesehatan pada
anggota tim keperawatan, pasien dan keluarga. Hal ini
3) Isi komunikasi yang tidak jelas. memungkinkan terjalin komunikasi yang
Hal ini menyebabkan tujuan efektif baik antara pasien dan perawat dan
komunikasi yang diharapkan tidak tercapai, sesama perawat antar shift (JCI,2007).
dan menyebabkan ketidakpuasan perawat Pelaksanaan operan di RS X di
dalam melakukan operan. Karena operan Padang masih dalam proses pembelajaran.
merupakan sarana komunikasi perawat Berdasarkan penelitian yang dilakukan
dalam menyampaikan dan menerima oleh Safitri (2012) yang berjudul Pengaruh
informasi secara singkat, jelas, dan lengkap teknik komunikasi SBAR terhadap
tentang tindakan yang sudah dilakukan motivasi dan kepuasan perawat dalam
dan yang belum dilakukan perawat serta melakukan operan di RS X di Padang
perkembangan kesehatan pasien. Tapi menjelaskan bahwa dari hasil observasi
operan sering dilakukan hanya selama penelitian operan perawat dari shift
laporan di nurse station tanpa malam ke pagi sudah dilakukan secara
modern, yaitu operan dilakukan tidak

100 Jurnal Pembangunan Nagari Volume 2 Nomor 1 Edisi Juni 2017 : 95 - 102
hanya di nurse station tapi sudah mencek masih terkendala dalam lembar konfirmasi
langsung pada keadaan pasien dan yang belum tersedia.
menanyakan langsung ke pasien tentang
keluhannya dan kemajuan perawatan yang SARAN
telah dilakukan, tapi belum optimal karena Saran yang dapat penulis berikan
belum ada acuan dalam melakukan yaitu agar Tim Keselamatan Pasien di
operan hanya mengacu pada status rekam bawah Komite Medik Dan Keperawatan
medik pasien. Sedangkan operan untuk mengawasi dan mengevaluasi penerapan
shift pagi ke sore dan shift sore ke malam komunikasi efektif meliputi kebijakan
sering dilakukan secara tradisional, yaitu komunikasi efektif, sarana dan prasarana
operan hanya di nurse station tidak ada pendukung komunikasi efektif, dan
konfirmasi pada masing-masing pasien. melakukan pembinaan bagi perawat dalam
Komunikasi yang buruk merupakan upaya meningkatkan penerapan program
penyebab yang paling sering menimbulkan keselamatan pasien secara umum dan
efek samping di semua aspek pelayanan komunikasi efektif secara khusus.
kesehatan, sehingga menimbulkan
permasalahan dalam pengidentifikasian DAFTAR PUSTAKA
pasien, kesalahan pengobatan dan transfusi Bea, I.F., Syahrir A.P., Noer. B.N. (2013).
Gambaran Budaya Keselamatan
serta alergi diabaikan, salah prosedur
pasien di Rumah Sakit Universitas
operasi, salah sisi bagian yang dioperasi, Hasanuddin Tahun 2013 [Jurnal]
disitasi dari repository.unhas.ac.id
semua hal tersebut berpotensi terhadap
pada tanggal 22 Juli 2014.
terjadinya insiden keselamatan pasien dan Beginta, R. (2012). Pengaruh Budaya
Keselamatan pasien, Gaya
dapat dicegah dengan meningkatkan
Kepemimpinan, Tim Kerja,
komunikasi. Terhadap Persepsi Pelaporan
Kesalahan Pelayanan Oleh Perawat
Di Unit Rawat Inap Rumah Sakit
KESIMPULAN Umum Daerah Kabupaten Bekasi
tahun 2011. [Tesis]. Jakarta:
Prosedur komunikasi untuk
Fakultas Kesehatan Masyarakat
meningkatkan komunikasi efektif di RS X Universitas Indonesia.
Choo, J. Hutchinson, A., & Bucknall, T.
di Padang menggunakan sistem SBAR
(2010). Nurses' role in medication
(Situation, Background, Assessment, safety. Journal of Nursing
Management. Vol.18/No.5 halaman
Recommendation) dan TBK (Tulis, Baca,
853-861. Diunduh melalui
dan Konfirmasi). Namun dalam praktiknya <http://onlinelibrary.wiley.com/doi/
10.1111/j.1365-2834.2010.01164.x/
abstract> [Diakses 5 Januari 2015].

Gambaran Komunikasi Efektif Dalam Penerapan Keselamatan Pasien


(Studi Kasus Rumah Sakit X Di Kota Padang)-Fadilla Ulva 101
Depkes, RI. (2008). Panduan Nasional http://digilib.esaunggul.ac.id pada
Keselamatan Pasien Rumah Sakit. tanggal 23 Februari 2015.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Mulyatiningsih, Sri. (2013). Determinan
Ernawati, Elies, Asih Tri R, dan Satra Perilaku Perawat Dalam
Wiyanto. (2014) Penerapan Hand Melaksanakan Keselamatan Pasien
hygiene Perawat di Ruang Rawat di Rawat Inap RSAU Dr Esnawan
Inap Rumah Sakit. Jurnal Antariksa Jakarta [Thesis]. Jakarta:
Kedokteran Brawijaya, Vol. 28, Universitas Indonesia.
Suplemen No. 1, 2014 halaman Nilsson, L., Lindeeroet, O., Gupta, A., &
89-94. Vegfors, M. (2009). Implementing a
Flynn, L., Liang, Y., Dickson, G.L., Xie, pre-operative checklist to increase
M., & Suh, D.C. (2012). Nurses’ patient safety: a 1-year follow-up of
practice environments, error personnel attitudes. Journal
interception practices, and inpatient Compilation. Vol.54/No.2 halaman
medication errors. Journal of 176-182. Diunduh melalui
Nursing Scholarship Vol.44/No.22 http://onlinelibrary.wiley.com/doi/
halaman 180-186. Diunduh melalui 10.1111/j.1399-6576.2009.02109.x/
<http://onlinelibrary.wiley.com/enh abstract> [Diakses 23 Februari
anced/doi/10.1111/j.1547-5069.201 2015].
2.01443.x/> [Diakses 6 Januari
2015].
Herkutanto. (2004). Kualitas Visum Et
Repertum (VeR) Perlukaan di
Jakarta dan Faktor yang
Mempengaruhinya. Majalah
Kedokteran Indonesia.
2004;54(9):355-61
Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS)
(2012). Instrumen Akreditasi
Rumah Sakit Standar Akreditasi
Versi 2012. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. (2010).
Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor:
1087/MENKES/SK/VIII/2010:
Standar Kesehatan dan Keselamatan
Kerja di Rumah Sakit. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. (2009).
Undang-Undang Nomor 4 tahun
2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta
Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS)
(2012). Instrumen Akreditasi
Rumah Sakit Standar Akreditasi
Versi 2012. Jakarta.
Muslim, M. Fauzan. 2014. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Perawat
Dalam Melaksanakan Identifikasi
Pasien di Rumah Sakit Puri Indah
Jakarta Barat [Skripsi] disitasi dari

102 Jurnal Pembangunan Nagari Volume 2 Nomor 1 Edisi Juni 2017 : 95 - 102

You might also like