You are on page 1of 32

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, dengan berkah, rahmat,
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Sejarah
Perkembangan Matematika pada Zaman Alexandria.
Makalah ini disusun untuk melengkapi salah satu tugas mata kuliah Sejarah
Matematika semester Agustus-Desember 2014.
Dari awal perencanaan, pelaksanaan hingga pembuatan makalah ini tidak luput
dari dukungan, bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak hingga makalah ini
dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada segala
pihak yang telah ikut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.

Ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya penulis haturkan kepada Dra. Hj. Elita Juzti
Jamaan, MA, selaku dosen pembimbing mata kuliah Sejarah Matematika. Serta seluruh
pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penulisan makalah ini.

Dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi penulisan,
isi dan lainnya. Maka penulis mohon maaf dan mengharapkan saran serta kritikan yang
membangun dan berguna dalam pembuatan makalah untuk kedepannya.
Demikianlah kata pengantar ini dibuat, dengan harapan semoga makalah ini
dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pembaca. Atas segala perhatiannya, penulis
ucapkan terima kasih.

Padang, Desember 2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................1


DAFTAR ISI .........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
2

1.1 Latar Belakang ..............................................................................................3


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................4
1.3 Tujuan Makalah..............................................................................................4
1.4 Manfaat Makalah ...........................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pendahuluan....................................................................................................5
2.2 Para penemu pada zaman Alexandria dan karyanya.......................................8
1. Euclide (300 SM) ....................................................................................8
2. Archimedes (267-212 SM)......................................................................15
3. Eratoshtenes (270-190 SM).....................................................................17
4. Apollonius (262-190 SM)........................................................................19
5. Aristarchus (310-230 SM)...........................................................................21
6. Hipparchus (140 SM).................................................................................22
7. Minelaus (±100 SM)...................................................................................23
8. Ptolemy (±150 SM).................................................................................25
9. Heron........................................................................................................29
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan....................................................................................................32

3.2 Saran..............................................................................................................32

KEPUSTAKAAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Matematika pada zaman sekarang sudah sangat jauh berkembang. Hal ini
merupakan sumbangih dari matematikawan terdahulu pada zaman alexandria. Geometri
Euclide misalnya, dipelajari di sekolah-sekolah menengah. Juga masih banyak lagi
karya-karya penemu lainnya yang melatar belakangi perkembangan matematika
modern.

Pada zaman alexandria sangat terkenal dengan perpustakaannya yaitu


perpustakaan Alexandfria. Banyak karya-karya matematikawan disana yang membantu
perkembangan matematika selanjutnya. Sampai masa Ptolemi III tercatat sekitar
700.000 buku tersimpan di sana. Dari tradisi kepustakaan ini dari Alexandria muncul
ilmuwan-ilmuwan terkenal yang berjasa bagi kesejahteraan manusia di dunia.
3

Muncullah Archimedes, seorang ahli Matematika abad ketiga sebelum Masehi yang
menghasilkan banyak penemuan ilmiah; Aristarchis dari Samos, astronom abad ketiga
SM, orang pertama yang berspekulasi bahwa planet-planet mengitari matahari,
menggunakan trigonometri untuk menghitung jarak dan ukuran matahari dan bulan;
Euclides, penemu ilmu geometri, matematika dan arsitektur; Erasthostenes, Mr Beta,
ahli ilmu falak, sejarah dan filsafat; Earasthotenes, ahli ilmu bumi dan astronomi; dan
lain-lain.

Oleh banyak persona kota ini mulai dibangkitkan kembali. Lukisan tentang zaman
keemasan Alexandria telah diabadikan oleh penulis-penulis semacam E.M. Forster dan
Cavafy. Atas prakarsa UNESCO bekerjasama dengan pemerintah Mesir dan berbagai
organisasi yang mempunyai perhatian terhadap ilmu pegetahuan dan teknologi,
muncullah ide untuk menghidupkan kembali perpustakaan ini. Merogoh kocek
sebanyak 220 juta dolar Amerika, perpustakaan ini didesain modern.

Dalam bulan Oktober 2002 dibuka kembali perpustakaan masa lalu, di dalamnya
berisi sekitar 400.000 buku ditambah sistem komputer modern dan mutakhir
memungkinkan pengunjung mengakses koleksi perpustakaan lain, koleksi utama
dititikberatkan pada peradaban Mediterania bagian timur. Perpustakaan baru memiliki
kapasitas 8.000.000 buku. Perpustakaan ini menyediakan 500 unit komputer untuk
memudahkan para pengunjung mencari katalog, dilengkapi ruang konferensi dan
pustaka Thaha Husein bagi tuna netra, pustaka anak-anak, museum peninggalan kuno,
manuskrip serta 5 lembaga riset.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah perkembangan matematika pada zaman Alexandria?
2. Siapa saja matematikawan pada zaman Alexandria?
3. Apa saja karya yang dihasilkan matematikawan zaman Alexandria?

1.3 Tujuan Makalah


1. Menyampaikan perkembangan matematika pada zaman Alexandria.
2. Menyampaikan siapa saja matematikawan pada zaman Alexandria.
3. Memberikan informasi mengenai karya-karya yang dihasilkan matematikawan
zaman Alexandria
4. Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah sejarah matematika

1.4 Manfaat Makalah

Bagi penulis dan pembaca memiliki manfaat dalam memperoleh informasi dan
mengetahui bagaimana sejarah perkembangan matematika pada zaman Alexandria
4

BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Pendahuluan

Alexander Yang Agung, penakluk yang kesohor dari dunia silam itu dilahirkan
di Pella Mecedonia, tanggal 20 atau 12 juli tahun 356 SM, istrinya bernama Roxance
dari Bakteria, Stateira II dari Persia, Pysatis II dari Persia, dan anaknya bernama
Alexander IV dari Mecedonia. Ayahnya Bernama, Raja filipus II dari Mecedonia dan
ibunya bernama Olympias dari Epiros. Raja Filipus II seorang yang punya kesanggupan
dan berpandangan jauh. Filipus memperbesar dan mengorganisir Angkatan Bersenjata
Macedonia dan mengubahnya menjadi kekuatan tempur yang bermutu tinggi. Pertama
kali penggunaan Angkatan Bersenjata pilihan ini adalah waktu ia menaklukkan daerah
sekitar hingga sampai ke utara Yunani, kemudian berbalik ke selatan dan menaklukkan
hampir seluruh Yunani. Kemudian Philip membentuk federasi kota-kota Yunani dan dia
sendiri jadi pemimpinnya. Tatkala dia lagi merancang rencana penyerangan terhadap
Kekaisaran Persia yang luas itu yang berada di sebelah timur Yunani-bahkan
penyerbuan sudah mulai terjadi di tahun 336 SM.

Umur Alexander baru dua puluh tahun tatkala ayahnya mati tetapi tanpa
kesulitan dia menggantikan naik tahta. Philip dengan cermat jauh-jauh hari sudah
melakukan persiapan untuk penggantinya dan si Alexander muda sudah punya
pengetahuan dan pengalaman kemiliteran yang lumayan. Dalam hal pendidikan
5

intelektual pun Philip tidak mengabaikannya. Guru buat Alexander disediakan ayahnya
seorang yang istimewa: Aristoteles, seorang yang mungkin paling cendikiawan dan
filosof yang paling termasyhur di dunia masa itu.

Iskandar agung menggantikan kedudukan ayahnya sebagai raja. Pada tahun 332
SM. Iskandar Agung mendirikan kota Alexandria (iskandariah) menjadikan kota pusat
lalu lintas perdagangan dan pusat kebudayaan serta merupakan kota yang termegah
didunia.

Perpustakaan Iskandariah berdiri atas peran aktif Dinasti Ptolemy yang berkuasa
di Mesir pada periode Hellenistik. Ptolemy I (323 - 284 SM) yang bergelar Soter adalah
komandan militer dan penulis biografi Iskandar Agung. Ia merupakan sosok yang cinta
ilmu. Ptolemy kemudian membangun Mouseion, pusat pengembangan ilmu
pengetahuan dan perpustakaan yang mengoleksi berbagai buku. Mouseion diambil dari
bahasa Yunani yang berarti tempat beribadah seluruh Tuhan ilmu pengetahuan dan seni.
Selain mengoleksi buku-buku berbahasa Yunani, perpustakaan ini dulunya menyimpan
berbagai manuskrip Mesir kuno serta sebagian kitab Hindu dan Budha. Mouseion
merupakan Universitas Alexandria Kuno di Mesir Kuno. Ahli arkeologi Polish telah
menemukan 13 aula kuliah sebuah Universitas Alexandria Kuno di Mesir kuno.

ilustrasi
perpustakaan Alexandria

Setelah selama tiga abad kekuasaan Ptolemi berjaya, perpustakaan mengalami


keruntuhan. Pada masa-masa berikutnya Alexandria mengalami kemunduran. Ketika
Napoleon mendarat di Alexandria, tempat ini telah menjadi perkampungan nelayan.
Dari abad 19 Alexandria mengemban peran baru sebagai pusat ekspansi perdagangan
dan pelayaran Mesir.

Pada usia 32 tahun, tanggal 10 atau 11 juni tahun 323 SM Iskandar Agung
Meninggal Dunia ,di Babilonia. Daerah kekuasaan Mecedonia menjadi rebutan para
jemdralnya. Sehingga Mecedonia atas tiga pemerintahan yaitu sebagai berikut :

1. Ptolemy memperoleh mesir

2. Salcucus dan lysi memperoleh syria dan bagian timur lainnya


6

3. Artigous dan cassander memperoleh mecedonia

perpustakaan Alexandria sekarang

2.2 Para Penemu Pada Zaman Alexandria Dan karyanya

1. Euclide (300 SM)


7

Euclide (300 SM)

Euclide menulis sekitar 12 buku yang terdiri dari bermacam-macam cabang ilmu
pengetahuan seperti matematika, fisika, astronomi dan musik. Tetapi dari seluruh
karyanya itu yang palin terkenal adalah karyanya “The Elements”. Buku Elements
adalah karya yang sangat populer, dimana semenjak dipublisir pada tahun lebih kurang
300 SM, masih digunakan orang dan diakui sebagai karya besar dan tidak ada
tandingannya. Sampai saat ini karya euclide ini telh dicetak ulang lebih dari seribu kali,
dan selama 2000 tahun buku ini mendominasi semua pengajaran geometri. Buku karya
asli euclide ini tidak ditemukan lagi sekarang, yang dapat dibaca hanyalah yang duah
diterjemahkan kedalam bahasa arab, kemudian diterjemahkan lagi kedalam bahasa latin.

Buku elements bukanlah sekedar rangkuman dari pengetahuangeometri saja,


melainkan adalah merupakan buku pengntar yang meliputi semua matematika
elementer, yaitu terdiri dari ilmu bilangan (aritmatika), geometri (bidang datar dan
ruang), dan aljabar. Tidak semua isi elements ini adalah karya asli eatau penemuan
euclide sendiri, tetapi merupakan kumpulan dar hasil-hasil karya matematician
sebelumnya ditambah dengan penemuan euquidos. Buku elements ini terdiri dari 13
buku (jilid), dimana 6 buku pertama berisikan geometri bidang elementer, buku ke 7-9
berisi teori bilangan, buku ke 10 mengenai incmmonsuable (solid geometry). Buku ini
tidak mempunyai pengantar sebagai lazimnya sebuah buku, tetapi buku pertama
langsung dimulai dengan sederetan definisi sebanyak 23 buah. Kelemahan dari defenisi
dalam elements ini adalah sebagian dari defenisi-defenisi ini belum dapat dikatakan
suatu defenisi karena sebelum defenisi diberikan tidak didahului dengan unsur-unsur
yang tidak didefensisikan (undefined elements). Sebagai contoh misalnya defenisi :
“titik adalah sesuatu yang tidak mempunyai bagian”, “suatu garis adalah panjang yang
tidak mempunyai lebar”, atau “permukaan hanya mempunyai panjang dan lebar saja”,
bukanlah merupakan defenisi. Karena tidak mendefenisikan apa yang seharusnya
didefenisikan. Defenisi-sefenisi lainnya yang ada dalam elements sebagian berasal dari
metematician sebelumnya seperti Plato dan lainnya.
8

Setelah defenisi-defenisi, Euclide memberikan 5 prostulate (dalil) dan 5 common


nation (aksioma), dimana Euclide tidak menjelaskan perbedaan antara prostulate dan
common nation ini. Kelima prostulate Euclide ini adalah :

1. Melalui dua titik dapat dibuat sebuah garis

2. Dalam suatu garis lurus dapat dibuat tak terhingga banyaknya gris-garis lurus
secara kontinu

3. Suatu lingkaran dapat dilukis dengan sembarang titik pusat dan jari-jari tertentu

4. Semua dusut siku-siku adalah sama

5. Apabila suatu garis memotong dua garis lainnya dan membuat sudut dalam
kedua garis itu jumlahnya lebih kecil dari dua sudut siku-siku, kedua garis
apabila dioeroanjang akan bertemu pada suatu titik, yaitu pada bagian (arah)
dimana jumlah kedua sudutnya lebih kecil dari dua sudut siku-siku.

Kelima common nation tersebut adalah :

1. Suatu yang sama dengan yang lainnya adalah sama satu sama lainnya

2. Apabila yang sama ditambahnkan dengan yang sama, maka sisanya adalah sama

3. Apabila yang sama dikurang yang sama, maka sisanya adalah sama

4. Sesuatu yang serupa denga yang lainnya adalah sma satu sama lainnya

5. Keseluruhan lebih besar dari sebagian

Dengan menggunakan 5 prostulate dan 5 common nation ini Euclide mencoba


mendapatkan 465 proposisi dalam Elements. Secarar ringkas isi The Elements adalah
sebagai berikut :

Buku I berisi geometri seperti apa yang dipelajari di sekolah menengah


sekarang, termasuk teorema kesebangunan segitiga. Dari 48 poposisi yang terdapat
dalam buku I ini, dikelompokan memnjadi 3 kelompok. Proposisi 1 sampai dengan 26
pada umumnya berhubungan dengan sifat-sig=fat segitiga, dimana termasuk di
dalamnya terema kesebangunan. Proposisi 27 sampai dengan 32 adalah berhubungan
dengan teori mengenai kesejajaran, dan pembuktian bahwa jumlah sudut-sudut suatu
segitiga adalah sama dengan sudut lurus (180ᵒ). Proposisi 33 sampai dengan 48 adalah
berhubungan dengan paralelogram (jajaran genjang), segitiga, serta bujur sangkar.
Khusus untuk proposisi 47 dan 48 mengenai teorema Pythagoras dan kebalikan teorema
Pythagoras. Pembuktian teorema Pythagoras tidaklah seperti yang terdapat dalam buku
teks sekarang yang cukup sederhana. Euclide membuktikannya dengan memperlihatkan
bahwa

H
G
C K
V
9

A B
M

D L E

Bujur sangkar ACGF adalah dua kali CAD, atau sama dengan luas empat persegi
panjang ADLM dan luas bujur sangkar BCHK sama dengan luas empat persegi panjang
BELM. Jadi luas kedua bujur sangkar ACGF dan BCHK sama dengan luas bujur
sangkar ABED. Pembuktian teorema Pythagoras ini betul-betul hasil penemuan Euclide
sendiri, disamping pembuktian kebalikan teorema Pythagoras. Kebalikan teorema
Pythagoras ini berbunyi : “apabila dalam suatu segitiga, kuadrat dari slah satu sisinya
adalah sama dengan jumlah kuadrta-kuadrat sis-sisinya yang lain, maka sudut kedua sisi
tadi adalah siku-siku.

Buku ke II Elements hanya berisi 14 proposisi yang berhubungan dengan


transformasi luas dan aljabar geometridari sekolah Pythagoras. Proposisi-proposisi
dalam buku ini tidak signifikan lagi dengan buku teks modern. Perbedaan yang nyata
antara matematika zaman Alexandria dengan zaman sekarang adalah pada waktu
sekarang matematika sudah menggunakan lambang-lambang aljabardan trigonometri
untuk menggantikan ekuivalen geometri dari Yunani. Sebagai contoh misalnya proposisi
1 dalam buku II ini menyatakan “apabila dua garis lurus,, salah satu dari garis lurus itu
dipotong menjadi sejumlah segmen-segmen garis, maka empat persegi panjang yang
dimuat oleh kedua garis lurus itu sama dengan empat persegi panjang yang dimuat oleh
garis yang tidak berpotongan dari masing-masing segmen”. Dari gambar di bawah ini
dapat dilihat bahwa teorema ini dapat dinyatakan dengan :

A P R B

D Q S C

AD(AP+PR+RB)=AD.AP+AD.PR.

Ini sama dengan hukum dasar aritmatika sekarang, yaitu hukum distributif :
a(a+b+c)=ab+ac+ad. Begitu juga proposisi 4 : “apabila suatu garis lurus dipotong secara
random, maka kuadrat seluruhnya adalah sama dengan kuadrat masing-masing segmen
ditambah dengan dua kali empat persegi panjang yang dibuat oleh segmen-segmen garis
itu”. Teorema ini dengan formulasi sekarang dapat dituliskan dengan :
(a+ b)2 =a2 +2 ab+b 2 . Pada umumnya proposisi-proposisi lainnya yang ada dalam
buku II sebagian besar adalah ajaran Pythagoras.
10

Buku III berisi tentang teorema-teorema yang sekarang amasih diajarkan di


sekolah menengah, yaitu teorema-teorema yang berhubungan dengan lingkaran, busur
lingkaran, garis singgung dan pengukuran sudut. Materi yang dibahas dalam buku ini
kemungkinan berasal dari karya Hippocrates. Teorema mengenai lingkaran yang ada
dalam buku ini tidak sama dengan teorema yang ada dala buku teks modern. Sebagai
contoh misalnya proposisi 37 : “apabil adari suatu titik diluar lingkaran dibuat garis
singgung dan garis potong kepada suatu lingkaran, maka buju rsangkar pada garis
singgung adalah sama dengan empat persegi panjang dari seluruh garis potong dan garis
potong bagian luar.

Buku IV memuat 16 proposisi, yaitu mengenai bangun-bangun yang dilukiskan


di dalam dan diluar lingkaran. Seperti segi banyak dalam dan segi banyak luar
lingkaran. Dalam buku ini ditemukan tentang bagaimana melukis segi banyak beraturan
dengan 2, 4, 5 dan 6 sisidengan hanya menggunakan mistar dan jangka.

Buku V berisi tentang teori umum dari proporsi yaang sduah dibicarakan
sebelumnya oleh Eudaxus. Dalam buku ini terdapat 25 proposisi, yang menurut
beberapa komentator semua proposisi ini berasal dari hasil karya Eudoxus. Buku V ini
dimulai dengan proposisi yang ekuivalen dengn hukum distributif perkalian :
a ( bc )=( ab ) c , kemudian diikuti dengan hukum “lebih besar dari” dan “lebih kecil
dari” serta sifat-sifat proporsi.

Buku VI berisi tentang pemakaian teori proporsi yang sudah dibicarakan dalam
buku V untuk geometri datar. Dalam buku ini ditemukan teorema tentang segitiga
sebangun, penyelesaian secara geoometri persamaan kuadrat, proposisi bahwa “ garis
bagi dalam suatu segitiga membagi sisi yang di depannya atas segmen-segmen yang
sebanding dengan nilai sisi-sisi yang sepadan, dan generalisasi dari teorema Pythagoras.

Buku VII dimulai dengan sederetan defenisi-defenisi sebanyak tidak kurang dari
22 defenisi tentang perbedaan garis-garis bilangan, bilangan blat, bilangan prima,
bilangan kompositdan diakhiri dengan defenisi bilangan sempurna (perfect number).
Begitu juga ini berisi 2 proposisi mengenai teori bilangan yang sekarnag dikenal dengan
“Algorithac Euclide” yaitu proposisi untuk menentukan pembagi persekutuan terbesar
(FPB) dari dua bilangan atau lebih.

Buku VIII berisi mengenai proporsi bilangan-bilangan dan dihubungkan dengan


deret geometri (geometri ukur), seperti misalnya “apabila diketahui proporsi a:b=c,
c=c:d, maka a,b,c dan d merupakan deret geometri. Juga dalam buku ini terdapat
beberapa sifat sederhana tentang bujur sangkar dan kubus. Buku VIII ini ditutup dengan
proposisi 27 “bilangan solid yang sebangun mempunyai ratio antara satu dengan lainnya
sebagai bilangan pangkat 3”. Statement ini secara sederhana berarti bahwa apabila kita
mempunyai “bilangan solid” ma, mb dan mc dan bilangan solid yang sebangun na, nb
dan nc maka artinya adalah m2 :n3 , yaitu kubus berbanding kubus.

Buku IX adalah buku terakhir dari tiga buku mengenai teri bilangan berisi
beberapa teorema yang sangat penting. Proposisi 14 dari buku ini adalah ekuivalen
dengan teorema daasar aritmetika : “sebarang bilangan bulat yang lebih dari satu dapat
11

dinyakan sebagai hasil perkalian dari bilangan-bilangan prima dengan satu dan hanya
satu cara”. Proposisi 20 adalah proposisi yang sangat terkenal yaitu menyatakan bahwa
“bilangan prima jumlahnya tak berhingga”. Euclide membuktikan proposisi ini dengan
pembuktian secara tidak langsung (indirect proof) atau yang terkenal dengan “reductio
ad absordum” sebagai berikut :

Misalkan banyaknya bilangan prima adalah terhingga, jadi akan terdapat suatu
bilangan prima yang terbesar . misalkan lagi bikangan prima itu adalah a, b, c, d, . . ., k
dimana k bilangan prima yang terbesar. Misalkan P adalah perkalian semua bilangan
prima : a.b.c.d. . . .k=P. Kita ambil N=P+1 maka N tidak mungkin bilangan prima ,
karena bertentangan dengan asumsi bahwa P adalah hasil perkalian semua bilangan
prima. Jadi kalau begitu N haruslah bilangan komposit, berarti N harus habis dibagi
oleh satu atau beberapa bilangan prima p, dimana p adalah anggota dari himpunan
bilangan prima a, b, c, d, . . .,k yang berati p adalah pembagi dari P. Oleh karena itu p
bukan pembagi dari P+1, karena p>1. Jadi asumsi bahwa banyaknya bilangan prima
terhingga adalah tidak benar. Maka haruslah sebaliknya, yaitu banyaknya bilangan
prima adalah tak terhingga. Proposisi 35 dalam buku IX ini berisi formula untuk jumlah
bilangan pertama dari deret geometri yang ekuivalen dengan rumus :

a−a r n
S= .
1−r

Proposisi terakhri dari buku IX ini adalah formula yang sangat terkenal untuk
menentukan bilangan sempurna (perfect number), yang kalau diformulasikan dengan
notasi modern menjadi :
apabila Sn=1+22+ 23+ 24 +…+2n −1 =2n−1 adalah bilangan prima ,maka 2n−1 ( 2 n−1 ) adala h bilangan sepu
pembuktian proposisi ini dengan mudah dapat dibuktikan dengan menggunakan defenisi
bilangan sempurna yang terdapat pada buku VII. Bangsa Yunani kuno telah mengenal
empat bilangan sempurna pertama, yakni 6, 20, 496, dan 8128. Euclide tidak dapat
menjawab pertanyaan apakah formulanya ini akan dapat menghasilkan semua bilangan
sempurna. Sampai saat ini dengan bantuan alat-alat canggih baru ditemukan 24 bilangan
sempurna dan semuanya adalah bilangan genap. Masih dalam pertanyaan yang belum
dijawab matematician sampai sekarang adalah apakah semua bilangan sempurna ini
bilangan genap dan apakah banyaknya bilangan ini tak berhingga.

Buku X berhubungan dengan bilangan-bilangan irrasional, yaitu segmen garis


yang incommonsurable(tak terukur) terhadap beberapa segmen garis yang diketahui.
Kebanyakan materi yang ada dalam buku ini adalah hasil karya Theaetetus, tetapi sudah
dielangkapi dan diklasifiasikan dengan baik oleh Euclide. Buku ini dimulai dengan
proposisi tentang dasar-dasar metode penghausan yang nantinya lebih banyak
dibicarakan dalam buku XII. Dalam buku ini terdapat 115 proposisi yang kebanyakan
berisi ekuivalen geometri yang sekarang dikenal dengan nama bilangan irrasional.
Seperti misalnya a ± √ b , √ a ± √ b dan sebagainya dimana a dan b adalah bilangan
commonsurable (terukur). Walaupun buku ini sekarang dianggap sebagai buku
aritmetika, tetapi Euclide menganggapnya sebagian dari geometri.
12

Diantar teorema dalam buku ini adalah berhubungan dengan bagaimana merasionalkan
a a
oecahan-pecahan bentuk dan . Segmen garis dalam bentuk akar
b ±√c √b ± √ c
pangkat dua, atau akar pangkat dua dari jumlah akar pangkat dua, dapat dilukis dengan
mudah dengan menggunakan jangka dan mistar. Suatu alasan kenapa orang Yunani
melakukannya secara geometri adalah karena mereka belim mengenal konsep bilangan
rill.

Buku XI berisi 39 proposisi tentang geometri tiga dimensi atau geometri ruang.
Euclid mendefinisikan ruang (solid) sebagai sesuatu yang mempunyai panjang, lebar
dan tinggi”, dan batas-batas dari solid adalah suatu permukaan (bidang). Empat definisi
terakhir adalah mengenai empat bidang banyak beraturan, tetapi tidak termasuk
tetrahedron.

Buku XII berisi 13 proposisi yang kesemuanya berhubungan dengan pengukuran


bangun-bangun, dengan menggunakan metode penghanaan. Buku ini dimulai dengan
suatu pembuktian, bahwa luas lingkaran-lingkaran adalah sebanding dengan kuadrat-
kuadrat diameter-diameternya. Dalam menentukan isi-isi Pyramide, kerucut, silinder
dan bola. Euclid menggunakan metode reductio ad absordum. Kemungkinan sebahagian
besar ini buku XII ini di ambil dari karya Eudoxus.

Buku XIII, buku terakhir dari Element hampir seluruhnya membicarakan


mengenai sifat-sifat bidang lima beraturan dalam suatu lingkaran. Dalam proposisi 10,
Euclid membuktikan teorema bahwa segitiga yang sisa-sisanya masing-masing adalah
dari pentagon, hexogon dan decagon beraturan yang dilukis dalam suatu lingkaran
adalah suatu segitiga siku-siku. Proposisi 13 sampai dengan 17 menyatakan bahwa ratio
dari sisi dan diameter bidang beraturan adalah √ 2/3 untuk tetrahedron, √ 1/2
5−V 5/10
untuk oktahedron, √ 1/3 untuk kubus atau octahedron, ¿ untuk
√¿
iconhedron, dan (V5-1)/2V3 untuk dodecahedron. Akhirnya, dalam proposisi 10, yaitu
proposisi terakhir dari elements, dibuktikan bahwa tidak ada bidang banyak beraturan
selain lima bidang beraturan ini.

Disamping karya Euclid “Elements”, terdapat empat karya Euclid lainnya yang
dapat diselamatkan, yaitu :

1. Data
2. Division of Figure
3. Phaenomeno
4. Optics

Karya Euclid “Data”, yang teks aslinya dan salinannya dalam bahasa Arab masih
dapat ditemukan adalah merupakan supliment dari enam buku pertama dari Elements.
Buku ini sangat berguna sebagai polosan dalam menganalisa problem dalam geometri
dalam menemukan bukti-bukti. Buku ini dimulai dengan 15 definisi yang berhubungan
dengan besaran dan tempat kedudukan dan berisi 95 pernyataan yang berhubungan
dengan pengertian-pengertian tentang kondisi dan besaran yang terdapat dalam soal-
13

soal, seperti misalnya : “Apabila dua besaran A dan B diketahui, dan juga rationya
diketahui dan bahwa apabila satu besaran diketahui dan juga rationya terhadap yang
kedua maka besaran kedua diketahui” . Ada kira-kira 12 statement seperti ini terdapat
dalam karya Euclid Data ini, yang diberikan dalam bentuk hukum-hukum atau rumus-
rumus aljabar, kemudian diikuti dengan dalil-dalil geometri yang berhubungan dengan
garis-garis sejajar dan besaran-besaran proporsional. Beberapa statement adalah
ekivalen-ekivalen geometrik dari penyelesaian persamaan-persamaan kuadrat, seperti
misalnya : Apabila diketahui suatu empat persegi panjang AFBE.

E B D

A F C

yang terletak diatas segmen garis AC, dan apabila empat persegi panjang BFCD lebih
kecil daripada persegi panjang ACDE diketahui, maka dimensi-dimensi empat persegi
panjang BFCD akan diketahui secara formulasi aljabar sekarang statement ini dengan
mudah dapat diperlihatkan.

Karya Euclid “Division of Figures”, karya aslinya sudah hilang, tetapi buku ini
masi dapat ditemukan terjemahannya dalam bahasa Arab. Dari terjemahan bahasa Arab
ini, buku ini diterjemahkan lagi kedalam bahasa latin. Division of Figures ini merisi
kumpulan dari 36 proposisi yang berhubungan dengan membagi bangun-bangun bidang
datar. Sebagai contoh misalnya, proposisi 1, bagaimana melukis suatu garis lurus yang
sejajar dengan posisi alat suatu segitiga dimana garis itu membagi segitiga atas dua
bagian yang sama luasnya. Begitu juga proposisi 4, yaitu bagaimana membagi dua sama
besar suatu trapesium dengan membuat garis yang sejajar dengan alat trapesium itu.
Proposisi 6 dan 10 adalah bagaimana membagi dua suatu parallelogram (jajaran
genjang) menjadi dua bagian yang sama besar dengan menarik suatu garis lurus dari
suatu titik yang diketahui pada salah satunya, atau titik yang terletak diluar
paralellogram itu. Proposisi terakhir adalah bagaimana membagi segi empat
(quadrilateral) atas perbandingan yang diketahui, dengan melukis suatu garis lurus
melalui suatu titik pada salah satu sisi quadrilateral itu.

Karya Euclid Phoenomena, hampir sama dengan karya Autolycus “Sphere”,


yaitu mengenai geometri bola yang sangat berguna untuk tronomer. Buku ini berisi 25
proposisi, dan banyak persamaannya dengan buku Euclid Elements.

Buku terakhir yang tidak hilang adalah “Optic”, yang merupakan karya pertama
dalam persfektif atau geometri pandang langsung. Pada zaman yunani kuno, fenomena
optik dibagi atas tiga bagian, yaitu : optics (geometri pandang langsung), catoprics
(geometri sinar pantul), dan dioptrics (geometri sinar bias), diantaranya teorema yang
terdapat dalam optics adalah :

tg A/tg B ¿ A/B apabila 0 ¿ A ¿ B ¿ π /2

yang sudah dikenal luas pada zaman sebelum Euclid.


14

Disamping karya-karya Euclid yang selamat, terdapat pula beberapa hasil


karyanya yang hilang, seperti “Solid Loci” atau irisan kurucut, “Surface loci” atau
“Falacies”,”Conics” dan “Porism”, yang hanya dapat diketahui dari ulasan komentator
sesudah Euclid. Buku Solid Loci dan Surface Loci kemungkinan berhubungan dengan
bola, kerucut, silinder dan benda putar. Buku posiam kemungkinan mengenai geometri
analitik kuno, yang berbeda dengan geometri analitik yang sekarang sudah
menggunakan lambang-lambang aljabar.

2. ARCHIMEDES (267-212 SM)

Archimedes (267-212 SM)

Mesir sejak diperintah oleh Ptolemy beserta keturunan selama hampir 300 tahun
lamanya, bebas dari pergolakan dan ancaman, baik dari dalam maupun dari luar negri.
Sehingga kota Alexandria merupakan kota yang paling aman bagi ilmuwan untuk
mengembangkan ilmunya, dan tempat belajar yang baik bagi para mahasiswa.
Walaupun Alexandria adalah merupakan pusat aktifitas ilmu pengetahuan umumnya,
matematika khususnya, namun ahli-ahli matematika pada zaman itu bukanlah berasal
dari mesir sendiri melainkan berasal dari luat Mesir terutama Yunani.

Sesudah Euclid muncul beberapa matematician yang terkenal yang pada


umumnya adalah guru besar atau alumni dari unversitas alexandria. Diantara
matematician besar ini adalah Archimedes, orang matematician terbesar sepanjang
zaman. Archimedes dilahirkan kira-kira pada tahun 267 sebelum masehi di Syroouse
(Cicilia) dan juga meninggal disana pada umur sekitar 75 tahun. Menurut sejarah,
Archimedes meninggal karena dibunuh tentara romawi ketika berlangsungnya perang
Punic (Punicia)kedua antara romawi dengan Chortago tahun 214-212 SM. Archimedes
yang berpihak kepada Chartagoo membantu tentara Chartagoo dengan menciptakan
alat-alat perang yang canggih untuk masa itu untuk menghancurkan pasukan dan kapal-
15

kapal perang romawi. Tetapi karena kekuatan tentara lebih besar, Cartago jatuh juga
ketangan tentara romawi dibawah pimpinan jenderal Marcallus dan Archimedes
ditangkap dan dibunuh.

Archimedes adalah anak seorang astronomer, oleh karena itu Archimedes juga
mempunyai pengetahuan dan reputasi yang cukup lumayan dalam bidang astronomi.
Tetapi karyanya yang menonjol bukanlah dalam bidang geometri, melainkan dalam
bidang matematika dan fisika. Archimedes pernah belajar di Alexandria, dan setelah
kembali dia melanjutkan karyanya dalam bidang matematika dan fisika disana. Diantara
temannya di Alexandria adalah canon, Dosithous (pewaris Euclid) dan Eratontenes dan
hasil-hasil penemuan yang diperolehnya selalu dikomunikasikannya dengan teman-
temannya di Alexandria.

Archimedes banyak menulis buku tentang matematika dan fisika yang sebagian
besar dapat ditemukan. Dalam bidang fisika Archimedes menulis :

1. On The Equilibrium of planes (keseimbangan bidang-bidang).


2. On Floating bodies (tubuh-tubuh yang merapung)

Buku kedua dari On Floating Bodies seluruhnya berhubungan dengan posisi


keseimbangan dari segment-segment paroboloida apabila diletakkan didalam zat cair.

Dalam bidang matematika, Archimedes banyak sekali menghasilkan karya tulis,


baik berbentuk buku, maupun berupa paper karya-karya Archimedes ini antara lain :

- Peramites atau Sand Rockoner


- Quadratur of Parabola
- Messurement of Circle
- On Spiral
- On the Sphere and Cylinder
- On Conoida and Sphere
- The Method

Psamites Atau Sand Reckoner berisi tentang sistem aritmatika, archimedes


mengaprosimasikan panjang keliling lingkaran bumi adalah 300.000 mill (pada waktu
itu orang hanya memperkirakan sekitar 30.000 mill).
Quadrature of parabola (mengkuadrat para bola) buku ini berhubungan dengan
metode penghapusan (yaitu kalkulus integral) dan berisi 24 proposisi tentang irisan
kerucut.
On the measurament of acircle ( mengukur lingkaran), menggunakan segi
banyak luar dan segi banyak dalam beraturan lingkaran untuk menentukan panjang
keliling lingkaran itu. Dengan membuat segi 96 beraturan dalam keliling lingkaran itu.
Dimulai dengan segi enam beraturan, kemudian menduakalinya terus menerus sampai
menjadi segi 96 beraturan. Menemukan ratio antara keliling dengan diameternya = 3,14
yang sekarang dikenal dengan nilai π.
On spiral berisi 28 Dalil mengenai sifat – sifat kurva spiral yang dikenal
sekarang sebagai spiral Archimedes dengan persamaan polar r = kθ. Proposisi 24 dalam
buku ini berbunyi “luas daerah yang dibuat oleh radius dalam vektor lengkap
16

pertamanya adalah sepertiga luas lingkaran pertama”. dengan menggunakan rumus


1 2
integrasi seperti sekarang, maka luasnya adalah sama dengan πr .
4

On the sphere and cylinder (tentang bola dan slinder) berisi 60 proposisi yang
berhubungan dengan geometri tiga dimensi atau geometri ruang. Buku ini terdiri dari
dua buku yang kedua-duanya membicarakan tentang bola dan isi bola. Dalam buku ini
Archimedes membuktikan bahwa apabila suatu bola dilukis suatu silinder tegak, dimana
tinggi silinder sama dengan diameter bola maka rasio isi silinder dengan isi bola adalah
sama dengan rasio masing-masing luasnya yaitu 3 berbanding 2.
On conoids spheroids berisi 40 proposisi yang berhubungan dengan isi bidang
yang diputar. Archimedes menemukan bahwa luas elips kalau diltuliskan dengan notasi
sekarang adalah
x2 y2
+ =1 .
a2 b2
Disamping karya-karya Archimedes yang masih dapat ditemukan, baik yang asli
maupun terjemahan terdapat pula beberap karyanya yang hilang. Karyanya ini diketahui
setelah karyanya itu terdapat di dalam tulisan-tulisan sesudah Archimedes, misalnya
formula Heron.

3. Eratoshtenes (270-190 SM)

Eratoshtenes (270-190 SM)


Eratosthenes berasal dari Cyrene, pantai selatan dari laut Mediteranian. Sebagian
besar dari masa mudanya dihabiskannya di Athena, kemudian pada umur sekitar 40
tahun Erastosthenes diuandang oleh raja Ptolemy III dari mesir datang ke Alexandria
untuk menjadi guru ank-anaknya dan sekaligus menangkatnya menjadi kepala
perpustakaan universitas. Eratosthenes memiliki keahlian dalam bermacam-macam
cabang ilmu pengetahuan, seperti misalnya kesusastraan, astronomi, sejarah dan atletik.
Karyanya yang sangat meninjol adalah aproksimasinya tentang panjang keliling bumi.
Eratoshtenes memperdiksi keliling bumi dengan membansingkan jarak antara dua
tempat di bumi dan sudut yang dibuat kedua tempat itu dengan matahari. Pada suatu
17

hari yang cerah Eratosthenes matahari bersinar tegak lurus (membuat sudut 90ᵒ) di kota
Syrene. Pada waktu yang bersamaan di Alexandria, kira-kira 500 mil di sebelah utara
Syene (sekarang namanya Assuan) yang mempunyai meridian yang sama dengan
Syene, matahari membuat bayangan yang menunjukan bahwa sudut matahari dengan
Zenith adalah seperlima puluh lingkaran (atau kira-kira 7ᵒ12’). Dengan mengetahui
bahwa jarak antara Syene dan Alexandria sejauh 500 mil, maka Eratosthenes
berkesimpulan bahwa keliling bumi adalah 50 x 500 mil = 25.000 mil. Disamping
memperkirakan panjang keliling bumi , Eratosthenes juga mencoba menghitung jarak
antara bumi dengan matahari dan jarak antara bumi dnegan bulan. Eratosthenes
memperkirakan jarak bumi dengan matahari sekitar 79.000.000 juta mil dan jarak bumi
dengan bulan sekitar 75.000 mil. Perkiraan Eratosthenes mengenai jarak antara bumi
dengan matahari cukup baik, karena menurut perhitungan sekarang jarak antara bumi
dengan matahari adalah 92.000.000 mil, tetapi perkiraannya mengenai jarak antara bumi
dan bulan jauh dari perkiraan orang sekarang ini, yakni 239.00 mil.
Dalam bidang matematika, Eratosthenes terkenal dengan penemuannya tentang
bagaimana menemukan bilangan prima yang terkenal dengan nama “saringan
Eratosthenes”. Untuk menentukan bilangan-bilangan prima yang lebih jecil dari 100
misalnya, Eratosthenes melakukannya sebagai berikut :
1. Mula-mula disusun suatu barisan bilangan asli dari 1 sampai dengan 100.
2. Pertama kali dicoret bilangan 1, karena 1 bukanlah bilangan prima.
3. Bilangan 2 adalah bilangan prima, maka semua kelipatan 2 dicoret karena
bukan bilangan prima.
4. Bilangan 3 adalah bilangan prima, maka semua kelipatan 3 dicoret.
5. Bilangan 5 adalah bilangan prima, maka semua kelipatan 5 dicoret.

Demikianlah seterusnya sehingga akhirnya akan diperoleh semua bilangan prima antara
1-100. Untuk bilangan yang tidak begitu besar, metode ini sangat baik digunakan tetapi
untuk bilangan yang besar, metode ini kurang baik karena memerlukan daftar panjang
pekerjaan dan lama.

Semenjak Euclide, sudah banyak usaha yang dilakukan untuk memperoleh sutau
formula dalam menentukan bilangan prima, tetapi sampai sekarang belum berhasil.
Sebagai contoh misalnya, Euclide memberikan formula : f ( n )=n2−n+41 , tetapi
formula ini hanya berlaku unutk bilangan n yang lebih kecil dari 41 karena untuk n=41
maka f(41)=41 adalah bilangan komposit. Begitu juga formula f(n)=n 2 −79 n+1601,
hanya akan diperoleh bilangan prma untuk n kurang dari 80.

Pierre de Fermat (1601-665), ahli matematician prancis menggunakan formula :


n

f ( n )=22 + 1

Untuk memperoleh bilangan prima. Tetapi formula ini hanya berlaku untuk n lebih kecil
dari 5, karena untuk n=5 formula ini tidak berlaku.

Karya lain dari Eratosthenes adalah “On Mean and Loci” tetapi sayang karyanya
ini tidak dapat ditemukan. Begitu juga karyanya “On Measurement oh The Earth” juga
hilang. Tetapi beberapa bagian dari buku ini dapat ditemukan dalam karya-karya
matematician sesudahnya, seperti Heron dan Ptolemy.
18

4. Apollonius (262-190 SM)

Apollonius of Perga (262-190 SM)

Apollonius dilahirkan di Perga, terletak di antaliya turki. Diperkirakan Apollonius


lahir pada tahun 262 SM yaitu sekitar 25 tahun lebih mudah dari Archimedes. Pada
waktu masih muda Apollonius belajar di Alexandria dengan murid-murid Euclide.
Kemudian untuk beberap lamanya mengajar di Universitas Alexandria. Apollonius
meninggal di Alexandria kira-kira pada tahun 190 SM.
Karya Apollonius dalam bidang matematika adalah :
 Quick delivery
 Cutting of a ratio atau proportional section
 Cutting of an area atau on spatial section
 On determine section
 Tangencies
 Vernginga
 Palne locy
 Treasury
 Conics.

Buku quick delivery sekarang tidak ditemukan lagi berisi mode bagaimana
melakukan kalkulasi secara cepat. Dalam buku ini Appolonius Apollonius
mengkalkulasikan nilai π dengan nilai yang sedikit lebih baik daeri Archimedes yaitu
3,1416.

Buku Cutting Off a Ratio tetapi sudah bukan dalam naskah asli, melainkan
sudah diterjemahkan kedalam bahasa Arab, kemudian diterjemahkan lagi dalam bahasa
latin, buku ini berisi 181 proposisi berhubungan dengan soal-soal matematika umum
mengenai penyelesaian persamaan kuadrat jenis ax2 – bx = c.

Buku cutting of an Area (on spatial section) berisi 124 proposisi yang pada
umumnya berhubungan dengan problem yang hampir bersamaan dengan karyanya
cutting of a ratio.
19

Buku Tangencies berisi 124 proposisi. Buku ini berhubungan dengan probem
berhubungan dengan bagaimana melukis suatu lingkaran yang menyinggung tiga unsur
yang diketahui : titik, garis lurus, dan lingkaran.

Buku on Vergingaberisi 125 proposisi yang berhubungan dengan inklinasi yang


hanya dapat dilakukan dengan menggunakan jangka dan mistar saja.

Buku Plane Loci berisi 147 proposisi.slah satu teoremanya adalah : “apabila A
dan B dua titik tetap, dan k suatu konstanta yang diketahui, maka tempat kedudukan
titik P , dimana AP/BP= k adalah suatu lingkaran apabila k≠1, atau suatu garis lruus
apabila k=1”. Lingkaran dari teorema ini dikenal dengan “lingkaran Apollonius”.

Buku Conics terdiri dari 8 buku. Buku I berisi tentang semua irisan kerucut dari
suatu “sircular double cine” tegak maupun miring. Apollonius adalah orang pertama
secara matematis memperliihatkan bahwa tidak perlu melakukan irisan tegak lurus
kepada salah satu element dari kerucut dan bahwa dari suatu kerucut tunggal seseorang
dapat memperoleh semua tiga jenis irisan keurcut dengan memvariasikan kemiringan
dari bidang potong.

Buku II Conics berisi tentang conjugato diameter dan garis singgung. Sebagai
contoh misalnya : “apabila p sebarang titik parabola dengan pusat c, maka garis
singgung pada p akan memotong asymtot pada titik L dan L’ yang mempunyai jarak
yang sama dari p.

Buku III berisi teorema yang sangat berguna untuk sintesis dari tempat
keudukan ruang. Buku IV berisi tentang pembuktian kebalikan dari proposisi yang ada
dalam buku III mengenai sifat-sifat harmonik dari kutub dan polar.

Buku V Conics berhubungan dengan garis-garis lurus maksimum dan minimum


terhadap suatu kerucut. Buku VI berisi teorema dan problem konstruksi yang
berhubungan dengan kerucut yang sama dengan kerucut yang sebangun.

Buku VII berisi sejumlah teorema yang berhubungan dengan conjugate


diameter, diameter irisan, dan bangun diatasnya. Buku VIII merupakan lanjutan dari
buku VII.

5. Aristarchus (310-230 SM)


20

Aristarchus dari samos (310-230 SM) dalam karyanya yang berjudul “on the size and distances
of the sun and moon”. Menyatakan

Bulan Matahari
30

870
Bumi

ketika bulan setengah penuh,maka sudut yang di buat oleh bumi matahari adalah 3 0.
Dalam trigonometri sekarang ini berarti bahwa ratio jarak bumi terhadap bulan dan jarak bumi
terhadap matahari adalah sin 30 pada waktu itu belum ada daftar tabel trigonometri.

Aristarchus menggunakan teorema yang ekivalen dengan rumus trigonometri sebagai berikut :

sin A A tg A
< <
sin B B tg B

Dimana 0 ° <B< A <90 ° .

1 1
Dari rumus ini Aristarchus mengambil kesimpulan bahwa <sin 3 ° < , dan
20 18
mengatakan bahwa jarak antara bumi dan matahari lebih dari 18 kali jarak bumi dan bulan
tetapi lebih kecil dari 20 kali. Walaupun perkiraan jarak ini jauh lebih kecil dari perkiraan
sekarang (400 kali), namun lebih baik dari perkiraan Eudoxus dan Phidios (ayah archimedes).
Kesalahan Aristarchus sebenarnya dalam pengukuran ini adalah tentang sudut yang dibuat
bumi, matahari dan bulan bukanlah 3 ° melainkan 10 ° .
21

Aristarchus sudah mengetahui bahwa dalam suatu lingkaran yanng diketahui rasio dari
busur lingkaran dengan tali busur makin bertambah kecil apabila sudutnya berkurang dari
180 ° sampai 0 ° dan akan mempunyai limit sama dengan 1.

6. Hipparchus (140 SM)

Sekitar tahun 140 SM Hipparchus dari Nicaea menyususn tabel trigonometri sehingga
dia dinamakan “bapak trigonometri”.

Hipparchus adalah orang yang pertama membuat tabel mendetail untuk setiap
derajatnya. Hipparchus menggunakan tabel dalam perhitungan-perhitungan astronominya,
tetapi tidak diketahui dari mana hipparchus mendapatkan sumber-simber aslinya dari tabel ini.

Hipparchus adalah figur transisi astronomi babylonia. Dimana astronomi babylonia


sudah sangat maju semenjak sekitar tahun 270 SM. Konstribusi hipparchus yang utama dalam
bidang astronomi adalah pengorganisasiannya tentang data-data yang diperoleh dari babylonia.
Kemudian memperbaiki kelemahan-kelemahannya.

Konstribusi yang lain dari hipparchus adalah membagi sudut lingkaran atas 360 ° ,
yang berguna dalam menyusun tabel tali busurnya. Kemungkinan hipparchus memperolehnya
dari Hypsicles, yang terlebih dahulu membagi lingkaran atas 360 bagian seperti yang sudah
dirintis oleh astronomi babylonia. Karya hipparchus ini terdiri dari 12 buku yang berhubungan
dengan konstruksi tali busur tapi sayangnya semua karya ini tidak dapat ditemukan lagi, yang
ada sekarang hanyalah dalam bentuk komentar-komentar dari matematician sesudahnya.
22

7. Minelaus (±100 SM)

Minelaus dari Alexandria ( ±100 tahun sesudah masehi) memiliki karya yang
berhubungan dengan tali busur dalam lingkaran yang terdiri dari 6 buku. Karya lain dari
Minelaus tentang matematika dan astronmi adalah “Element of Geometry” (unsur-unsur
geometri) dan “Sphaerica”. Sayangnya karya Minelaus “tali busur dalam lingkaran” dan
“Element of Geometry” tidak dapat ditemukan, hanya diketahui berdasarkan komentar-
komentar dari matematician yunani dan arab. Ratuasan tahun kemudian satu-satunya karya
Minelaus yang dapat ditemukan sekarang hanyalah “Sphaerica”, tetapi yang sudah disalin ke
dalam bahasa arab.

Sphaerica ini terdiri dari tiga buku :

Buku pertama membicarakan tentang dasar dari segitiga bola, yang analog dengan buku
I Elements Euclid tentang segitiga-segitiga pada bidang datar. Dalam buku I ini terdapat
suatu teorema bahwa “ Dua segitiga bola adalah sama dan sebangun apabila sudut-sudut
yang sepadan adalah sama”.

Buku kedua berisi tentang aplikasi dari geometri bola untuk fenomena-fenomena
astronomi .

Buku ketiga berisi teorema yang sekarang dikenal dengan nama “ theorema Minelaus”
tentang tali busur dalam lingkaran .
23

A B

B’

Dalam lingkaran O, tali busur AB adalah dua kali sinus setengah sudut tengah AOB
dikalikan dengan jari-jari. Apabila BOB’ adalah diameter lingkaran, maka tali busur AB adalah
dua kali cosinus setengah sudut AOB dikalikan dengan jari-jari. Jadi teorema-teorema Thales
dan Pythagoras yang membawa kepada persamaan AB²+AB’²=4r² adalah ekuivalen dengan
persamaan trigonometri modern :

sin² Ɵ + cos² Ɵ = 1

Minelaus, kemungkinan juga hipparchus sebelumnya, sudah mengenal dengan baik


identitas (persamaan) lain, dua diantaranya digunakannya sebagai lemma-lemma dalam
membuktikan theoremanya tentang transversal-transversal. Lemma pertama dalam terminologi
modern dapat dinyatakan sebagai berikut : “ Apabila talibusur AB dalam lingkaran dengan
pusat O dipotong oleh jari-jari OD pada titik C, maka AC/AB = sin ∩ AD / sin ∩ DB “.

A D
C
B

O D‘ C’’ ’;’

Lemma kedua adalah :” Apabila talibusur AB di perpanjang dan dipotong oleh


perpanjang OD’ di C’, maka AC’/BC’ = sin ∩ AD / sin ∩ DB. Kedua lemma ini tidak
dibuktikan oleh Minelaus, dengan asumsi bahwa lemma ini sudah dikenal sebelumnya dalam
karya hipparchus.

Kemungkinan bahwa “ theorema Minelaus’’ untuk kasus segitiga segitiga bidang datar sudah
dikenal oleh euclid, dan barangkali terdapat dalam karyanya “Posrism”. Teorema Minelaus
dalam bidang datar menyatakan bahwa : “apabila suatu transversal memotong sisi-sisi AB, BC
24

dan CD suatu segitiga ABC masing-masingnya pada titik E dan F maka


AD.BE.CF=BD.CE.AF”.

C
F
E
A D
B

Dengan perkataan lain, apabila suatu garis memotong sisi-sisi suatu segitiga, maka haris
pertalian tiga segmen yang tidak berdekatan akan sama dengan perkalian dengan
segmen yang lainnya. Karena teorema ini telah dikenal oleh teman-teman sezamannya,
Minelaus mengembangkan teorema ini untuk diaplikasikan dalam segitiga-segitiga bola
dalam bentuk rumus yang ekivalen dengan:

Sin AD sin BE sin CF = sin BD sin CE sin AF

Teorema Minelaus ini memegang peranan fundamental dalam trigonometri dan


astronomi.

8. Ptolemy (±150 SM)

Ptolemy dari alexandria tahun ± 150 setelah masehi karyanya mathematical


Syntaxis adalah karya yang paling terkenal dalam zaman yunani di bidang trigonometri.
Buku Mathematical syntaxis atau “kumpulan matematika” ini terdiri dari 13 buku yang
disusun berdasarkan tulisan Hipparchus. Buku karyaPtolemy ini adalah merupakan
karya dalam bidang astronomi yang terbesar di zamannya, melebihi semua karya
penulis-penulis lainnya sehingga karyanya ini oleh komentator disebut “Magiste”, atau
“yang terbesar” dan translator arab menyebutnya dengan “Almagest” yaitu nama yang
dikenal sekarang ini.
25

Tentang kehidupan Ptolemy ini tidak banyak diketahui, baik tahun kelahiran
maupun tahun meninggalnya yang diketahui orang hanyalah bahwa Ptolemy melakukan
observasi ke Alexandria dari tahun 127 M sampai tahun 151 M, dan oleh karena itu
diperkirakan dia lahir pada tahun-tahun terakhir di abad pertama, dan menurut penulis
Suida, Ptolemy masih hidup pada waktu pemerintahan Marcus Aurolius (memerintah
dari tahun 161 sampai dengan 180 M). Beruntung sekali karya Ptolemy ini tidak hilang,
sehingga dapat dibaca seluruh isi dari Almagest ini, bukan hanya tabel-tabel
trigonometrinya tetapi juga metode yang digunakan dalam konstruksinya.

Inti dari perhitungan tali busur Ptolemy adalah proposisi Geometric yang dikenal
sebagai “Teorema Ptolemy” : apabila ABCD segiempat (cembung) yang dilukis dalam
suatu lingkaran, maka AB.CD+BC.DA=AC.BD ; yaitu jumlah perkalian sisi-sisi yang
berhadapan dari suatu segi empat lingkaran luar adalah sama dengan perkalian
diagonal-diagonalnya.

C Teorema Ptolemy tersebut akhirnya menuju kepada rumus trigonometri :


sin (A - B) = sin A cos B – sin A sin B
sin (A + B) = sin A cos BE+ cos A sin B
A A cos B – sin A sin B
cos (A + B) = cos D
cos (A – B) = cos A cos B + sin A sin B

Untuk membuktikan dengan mudah dapat dilakukan dengan melukis DE sehingga sudut
ABE sama dengan sudut DBC. Salah satu teorema dalam Almagest Ptolemy ini juga
pernah terdapat dalam karya Euclide “data” yaitu: apabila suatu segitiga dilukis dalam
suatu segitiga, dan apabila BD adalah suatu tali busur yang membagi sudut ABC atas
dua bagian yang sama, maka (AB+BC) / BD = AC/AD.

Teorema lain yang terpenting dalam buku ini adalah teorema umum dari Ptolemy.
Misalkan AD salah satu sisi segi empat dalam suatu lingkaran adalah diameter dari
lingkaran itu maka, apabila AD = 2r sin B, maka 2r.BC + AB.CD = AC.BD. Apabila
kita misalkan busur BD = 2A, dan busur CD = 2B , Maka :

BC = 2r sin (A – B)

AB = 2r sin ( 90⁰ - A)

BD = 2r sin A

CD = 2r sin D

AC = 2r sin (90⁰ - B)
B
C

A D
26

Teorema Ptolemy tersebut akhirnya menuju kepada rumus trigonometri :

• sin (A - B) = sin A cos B – sin A sin B

• sin (A + B) = sin A cos B + cos A sin B

• cos (A + B) = cos A cos B – sin A sin B

• cos (A – B) = cos A cos B + sin A sin B

rumus lain yang juga merupakan penemuan Ptolemy adalah rumus talibusur dari
setengah busur. Ptolemy menemukan rumus ini sebagai berikut : misalkan D adalah titik
tengah busur BC dalam suatu lingkaran dengan diameter AC=2 r . Msialkna
AE=AB, dan DF membagi dua EC sama besar (DF tegak lurus EC), maka
1
FC= (2 F− AB) . Dari geometri elementer diketahui bahwa DC 2= AF . FC ,
2
sehingga DC 2=r ( 2r −AB) . B
D

A E F C

A
Apabila dimisalkan busur BC=2A maka DC=2r sin dan AB = 2r cos A jadi akan
2

A
1−cos ¿
¿
diperoleh formula moderrn yang sudah dikenal : ¿ dengan kata lain, apabila
¿
A
sin =√¿
2
talibusur suatu busur diketahui, maka talibusur dari setengah busur itu akan diketahui
pula.

Berhubung dengan sistem numerasi sexagesimal Babylonia untuk pecahan jauh


lebih baik dari unit-unit pecahan mesir dan yunani, maka Ptolemy menggunakan
pecahan sexogesimal ini untuk membagi derajat dalam 60 menit, dan menit dalam 60
detik. Begitu juga Ptolemy membagi diameter lingkaran trigonometrinya menjadi 120
bagian, kemudian masing-masing bagian ini dibaginya menjadi 60 menit, dan masing-
masing menit menjadi 60 detik. Dengan menggunakan bahasa tali busur Ptoemy ini,
maka rumus sinus dan rumus cosinus sekarang dinyatakan dengan :

tali busur 2 x talibusur( 180° −2 x )


sinx= dan cos x= .
120 120
27

Dengan menggunakan sistem pengukuran, Ptolemy dapat menghitung talibusur –


talibusur dari bermacam-macam sudut sebagai contoh misalnya : karena jari-jari
lingkaran berisi 60 bagian maka talibusur sudut 60⁰ juga berisi 60 bagian dan talibusur
60
dari 120⁰ adalah atau 103 bagian 55menit dan 33 detik. Ptolemy menggunakan
3
pola rumus setengah sudut untuk menentukan talibusur 30⁰ kemudian talibusur 15⁰ dan
seterusnya tetapi dalam menentukan talibusur 72⁰ dan 36⁰ Ptolemy tidak menggunakan
prosedur di atas melainkan menggunakan teorema dalam buku Elements Euclide,
dimana olehnya talibusur 36⁰ adalah 30( √ 5−1 atau sekitar 37,083 dan talibusur 72⁰
sama dengan 30 √(10−2 √ 5) atau sekitar 70,536. Dengan mengenal talibusur 72⁰
dan 36⁰,maka akan dapat ditentukan (180⁰-36⁰) dan talibusur (180⁰-72⁰). Selanjutnya
dari talibusur 72⁰ dan 36⁰ akan dapat dicari talibusur 12⁰ dengan menggunakan rumus
untuk talibusur selisih dua busur. Dengan menggunakan rumus , setengah sudut Ptolemy
1 3
dapat menentukan talibusur dari suatu busur 6⁰,3⁰, 1 ° ,dan ° , dimana nilai
2 4
1 3
talibusur 1 ° dan talibusur ° masing-masing adalah 1 34’ 15” dan 47’8” .
2 4
ptolemi juga mendapatkan nilai 1 2’ 50” untuk talibusur 1⁰ dan nilai 31’25” utuk
talibusur 30’, yang ekivalen dengan nilai untuk sin 15’ = 0,00873 yang tepat untuk
1
enam desimal. Niliai talibusur ° ini adalah panjang suatu sisi segi banyak
2
beraturan dengan sisi 720 yang dilukis dalam lingkaran dengan jari-jari 60 unit. Kalau
archimedes dengan segibanyak beraturan 96 sisi mendapatkan nilai 22/7 untuk π ,
maka Ptolemy mendapatkan nilai 3,1416 yang lebih baik dari Archimedes.

Dengan menggunakan rumus-rumus untuk talibusur jumlah dan selisih ,talibusur


1 1
setengah busur, dan nilai talibusur ° ,Ptolemy membuat daftar talibusur dari °
2 2
1 1
sampai dengan 180⁰ untuk setiap ° ,yang sama dengan daftar sinus untuk °
2 2
sampai dengan 90⁰ untuk setiap 0⁰. tabel(daftar) ini terdapat keseluruhannya dalam
buku I , dan merupakan alat yang sangat berguna bagi astromer untuk lebih dari seribu
tahun. Buku selanjutnya sampai dengan buku XII, berisi teori tentang peredaran-
peredaran (cycle dan epicycle) planet yang dikenal sebagai “system ptolemik”.

Disamping “Almagest” , Ptolemy juga menulis beberapa karya yang juga tidak kalah
pentingnya seperti almagest sendiri. Diantara karya Ptolemy itu adalah :

1. Geography
2. Optics
3. Tetrabiblos dan Quadripartium.

Buku Geography adalah merupakan biblenya geographers, seperti halnya


almagest bagi astromer , yang terdiri dari 8 buku. Buku Geography ini hanya bisa
diperoleh darisalinannya dalam bahasa arab, sedangkan buku aslinya tidak
ditemukan .
28

Buku Optic yang hanya ditemukan terjemahannya dalam bahasa arab dan latin ,
berisi tentang fisika, yaitu bayangan,hukum refleksi dan sebagainya. Dalam buku ini
terdapat tabel untuk refraksi cahaya dari udara ke air , dari udara ke kaca dan air ke
kaca.

Buku Tetrabiblos terdiri dari 4 buku , berisi tentang matematika yang


dihubungkan dengan mistik dan agama serta astropologi.

9. Heron

Heron adalah matematikawan Yunani kuno dan insinyur yang aktif di kota
kelahirannya yaitu Alexandria, Mesir Romawi. Dia dianggap sebagai eksperimenter
besar kuno dan karyanya merupakan perwakilan dari tradisi keilmuan Yunani. Heron
tekenal dalam sejarah matematika karena rumusnya :

K= √ s ( s−a ) ( a−b ) ( s−c )

Dimana a,b,c adalah sisi segitiga dan s adalah setengah jumlah segitiga sisinya.
Walaupun rumus ini sudah dikenal oleh Archimedes sebelumnya, tetapi rumus ini baru
di demonstrasikan ( dibuktikan ) oleh Heron dalam bukunya “ Netrica”. Sekarang rumus
ini dibuktikan secara trigonometri , tetapi Heron membuktikannya dengan
menggunakan geometry konvensional . karya Heron Netrica ini , sama halnya dengan
Method di karya Archimedes, menghilang lebih kurang 18 abad,barulah ditemukan
kembali diKonstantiapel dalam suatu naskah yang ditulis sekitar tahun 1100. Dalam
29

buku Netrica yang terdiri dari tiga buku ini tidak banyak terdapat Demonstrasi
( pembuktian ), tetapi banyak sekali contoh-contoh perhitungan yang berhubungan
dengan panjang,luas,dan isi , yang hasinya hampir bersamaan dengan hasil yang
diperoleh dalam buku teks Messopotamia. Sebagai contohnya misalnya: Heron memberi
suatu tabulasi dari luas An dari segibanyak beraturan n sisi dengan diukur dengan
kuadrat sisi Sn , yang dimulai dengan A3 = 13/10 S32 , selanjutnya A12 = 45/4 S122 untuk
A5 Heron memberika dua rumus , yaitu 5/3 S 52 dan 12/7 S52. Dimana nilai pertama sama
dengan nilai yang terdapat dalam tabel Babylonia, tetapi kedua-dua nilai itu tidak ada
yang betul-betul tepat. Untuk hexagon, Heron memberikan nilai 13/5 S6 ,sedangkan
nilai sebenarnya terletak diantara nilai Babylonia dengan nilai Heron.

Buku I Netrica berisi tentang pengukuran luas bujursangkar , empatpersegi


panjang,segitiga, trapezoid, segibanyak beraturan mulai dari segitiga segitiga sama sisi
sampai kepada dodecagon , lingkaran dan segmen-segmennya,ellips, segmen parabola,
permukaan silinder,kerucut, dan permukaan bola.

Buku II berisi tentang pengukuran isi kerucut,silinder,jajaran genjang,


prisma,pyramida, kerucut terpancung dan piramida terpancung, bola, segmen bola,
bidang lima beraturan dan isi beberapa primatoida.

Buku III berisi tentang pembagian luas satu bagian dengan bagian yang lain.

Karya-karya lain dari Heron adalah :

1. Geometrica
2. Pnoumatics
3. Dioptra
4. Catoptrica

Hal yang dapat membedakan antara geometri klasik dengan pengukuran Heronian,
terlihat dalam problem yang diselesaikan Heron dalam bukunya Geometrica . salah satu
problem dalam buku ini adalah mencari diameter,keliling lingkaran (perimeter), dan
luas suatu lingkaran, apabila diketahui jumlah ketiga besaran ini, Heron tidak
menyelesaikan problem ini dengan menggunakan teorema Eudoxus , melainkan
menggunakan metode zaman pre Holonia. Problem lain dalam buku ini adalah mencari
sisi-sisi suatu segitiga asiku-siku, apabila jumlah luas dan keliling segitiga itu sama
dengan280. Secara biasa bentuk problem ini adalah bentuk tak tentu, dimana banyak
sekali kemungkinan jawabannya. Tetapi Heron hanya memberikan satu jawaban saja,
yaitu dengan menggunakan formula Archimedes untuk luas segitiga siku-siku. Dalam
notasi modern, apabila s setengah keliling segitiga dan r. Jari-jari lingkaran dalam
segitiga,maka rs + 2s = s (r +2) = 280. Heron memilih r + 2 = 8 dan s = 35, maka
diperoleh luas rs = 210. Karena segitiga ini adalah segitiga siku-siku , maka hipotenusa
c = s – r ,atau c = 35 – 6 = 29 . jadi jumlah dua sisi segitiga siku-siku yang lain adalah s
+ r = 35 + 6 = 41. Kedua sisi ini masing-masingnya dapat dicari, yaitu 20 dan 21.

Dalam bukunya “ Pneumatica” Heron mendeskripsikan sekitar seratus mesin dan


permainan seperti pipa hisap, mesin pembuka pintu candi dengan api, dan organ angin.
Heron terkenal dalam sejarah ilmu pengetahuan alam karena penemuannya mesin uap
30

sederhana, termometer sederhana, dan penemuan mekanikanya yang berdasarkan


kepada sifat-sifat cairan dan hukum mekanika sederhana . bukunya Dioptra
berhubungan dengan deskripsi dan aplikasi teknik mesin.

Karya Heron Catoptrics atau refleksi adalah berhubungan dengan pemantulan


cahaya. Walaupun hukum refleksi untuk cahaya sudah dikenal oleh Euclid dan
Aristoteles, tetapi Heron adalah orang yang pertama memperlihatkannya dengan
penjelasan geometry sederhana, hukum refleksi itu adalah : “ apabila cahaya datang dari
suatu sumber cahaya S kepada cermin MH’ , dan mata dari peninju adalah E , maka
lintasan yang terpendek SPE adalah apabila sudut SPM sama dengan EPM’.

E
S

Q
M M’
P’ P

S’

Untuk membuktikan bahwa tidak ada lintasan yang lain, misalnya SP’E, yang lebih
pendek dari lintasan SPE, dibuat garis SQS’ tegak lurus pada MH’, dimana SQ=QS’
,lalu membandingkan lintasan SPE dengan lintasan SP’E sama dengan lintasan S’PE
dan lintasan SP’E sama dengan lintasan S’P’E, dan lintasan S’PM adalah garis lurus,
maka lintasan S’PE adalah lintasan yang terpendek .

Semenjak Hipparchus sampai kepada Ptolemy terdapat kemajuan yang luar biasa
dalam bidang astronomi dan geografi serta , tetapi tidak diikuti dengan perkembangan
yang berarti dalam bidang matematika. Kemajuan yang pesat dalam matematika adalah
dari zaman Eudoxus sampai zaman Apollonius.
31

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sejarah matematika pada zaman Alexandria sangat memperngaruhi perkembangan
matematika modern. Zaman Alexandria ini berada di bawah kekuasaan raja Alexandria
(Iskandar Agung). Pada zaman ini terdapat sebuah perpustakaan terbesar di dunia yaitu
perpustkaan Alexandria yang banyak memuat karya-karya ilmuwan.
Beberapa matematikawan pada zaman Alexandria yaitu :
1. Euclide
2. Archimedes
3. Erastoshtenes
4. Apollonius
5. Aristarchus
6. Hipparchus
7. Minelaus
8. Ptolemy
9. Heron
Karya dari para matematikawan ini sampai sekarang masih digunakan namun
dalam bahasa yang lebih sederhana dan modern.

3.2 Saran
Sebagai mahasiswa matematika, kita harus mengetahui sejarah perkembangan
matematika pada zaman Alexandria. Kita harus menghargai para ahli matematika
terdahulu dan karya-karyanya yang sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
32

KEPUSTAKAAN

G, Mukhtar. Sejarah Matematika. 1988. Padang : Universitas Negeri Padang

http://niceanggraini.wordpress.com/2013/06/24/zaman-yunani-kuno. diakses tanggal 24


september 2014 pukul 12.15 WIB

http://radyosuyoso.blogspot.com/2008/04/alexandria-simbol-kecemerlangan. diakses
tanggal 1 oktober 2014

http://agusjnaibaho.blogspot.com/2013/08/perkembangan-matematika-gerik. diakses
tanggal

http://foruetes.blogspot.com/2012/11/alexandria-kota-kuno-bukti-perkembangan.
diakses tanggal 1 oktober 2014

You might also like