Professional Documents
Culture Documents
MODUL 03
LONCATAN HIDROLIS
2. Menentukan nilai bilangan froude (Fr) untuk mengetahui regim aliran kritis,
super kritis, atau subkritis.
Data Awal
Massa beban (kg) 2,5
Suhu awal (C) 26,5
Suhu akhir (C) 27
Suhu rata2 (C) 26,75
Massa Air (kg) 7,5
Lebar Saluran (m) 0,075
Densitas (kg/m3) 996,1649
Slope
gravitasi 9,81
Sumber : Data Percobaan Praktikum di LAB PSDA Gedung TL Labtek IX C
Lantai 5
Berikut hasil pengukuran waktu dan kedalaman aliran fluida pada saat
praktikum sebagai berikut :
Variasi Hi L
(tinggi (panjang
loncatan) loncatan)
1. 0,0088 0,16
2. 0,0167 0,085
3. 0,0222 0,125
4. 0,0245 0,06
5. 0,0212 0,04
Sumber : Data Percobaan Praktikum di LAB PSDA Gedung TL Labtek IX C
Lantai 5
Berikut hasil pengukuran jarak antar titik pada saluran fluida sebagai
berikut:
70 977.8
80 971.8
90 965.3
100 958.4
Sumber : (Finnemore, 2003)
1005
1000
995
Densitas (kg/m3)
990
985
980
975 Series1
970 Poly. (Series1)
965
y = -0,0036x2 - 0,0675x + 1000,6
960
R² = 0,9993
955
0 20 40 60 80 100 120
Suhu (◦C)
60 0.000000474
70 0.000000413
80 0.000000364
90 0.000000326
100 0.000000294
Sumber : Finnemore, 2017
0.000002
0.0000018
0.0000016
Viskositas Kinematis
0.0000014
y = 0.0000000002x2 - 0.0000000325x + 0.0000016484
0.0000012 R² = 0.9802674582
0.000001
0.0000008
0.0000006
0.0000004
0.0000002
0
0 20 40 60 80 100 120
Suhu (0C)
= 996,1649 kg/m3
Sehingga didapat nilai densitas air adalah 996,1649 kg/m3
Dengan menggunakan data massa beban pada tabel 1.1, sehingga dapat
dihitung nilai volume airnya :
7.5
V = 996,1649
= 0,0075 m3
Jadi nilai volume air adalah 0,0075m3
L = x5 - x3 ............... (3)
Dengan menggunakan data posisi aliran fluida variasi 1 pada tabel 2.3,
sehingga dapat dihitung nilai Panjang loncatannya sebagai berikut :
L1.1 = 0,16 m
Jadi nilai Panjang loncatan aliran fluida untuk variasi 1 titik 1 adalah 0,16
m. Begitu pun dengan variasi lainnya, digunakanlah rumus dan formula yang
sama. Sehingga didapati L (m) untuk setiap titik di setiap variasi.
= 0,1402 m
Maka didapatkan nilai keliling basah untuk variasi 1 titik 1 yaitu 0,1402 m.
Begitu pun dengan variasi lainnya, digunakanlah rumus dan formula yang
sama. Sehingga didapati P (m) untuk setiap titik di setiap variasi.
3.5 Menentukan Luas Penampang Saluran
Dengan menggunakan data lebar saluran pada tabel 2.1 dan data kedalaman
titik 1 untuk variasi 1 pada tabel 2.2, maka didapatkan nilai luas penampang saluran
sebagai berikut :
A1.1 = 0,002445 m2
𝑉
Q = 𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 ........................................................ (6)
Dengan menggunakan data volume pada tabel 2.1 variasi 1, dan data waktu
rata-rata pada tabel 2.2 maka didapatkan nilai debit aktual adalah :
0.0075
Q1.1 = 20,93333333
= 0,00035966 m3/s
Jadi nilai debit aktual air variasi 1 adalah 0,0004 m3/s . Begitu pun dengan
variasi lainnya, digunakanlah rumus dan formula yang sama. Sehingga
didapati Q (m3/s) :
𝐴
R = 𝑃 .................................................................. (7)
Dengan menggunakan data titik 1 untuk variasi 1 pada tabel 4.1, maka
didapatkan nilai jari – jari hidrolis saluran :
0,002445
R1.1= 0.1402
R1.2= 0,017439372 m
Jadi nilai jari – jari hidrolis saluran adalah 0,017439372. Begitu pun
dengan variasi lainnya, digunakanlah rumus dan formula yang sama.
Sehingga didapati R (m2) untuk setiap variasi di setiap titik.
𝑣𝑖 2
Es = yi + ............................................. (8)
2𝑔
Dengan menggunakan data titik 1 untuk variasi pada tabel 4.1 dan data pada
tabel 2.2, maka didapatkan nilai energi spesifik sebagai berikut :
0,1471000422
Es1.1= 0.0326 + 2(9.81)
Es1.1 = 0,033702876 m
𝑄
v = 𝐴 ................................................. (8)
Dengan menggunakan data titik 1 pada variasi 1 pada tabel 4.1, dapat
dilakukan perhitungan sebagai berikut :
0,00035966
v= 0,002445
v = 0,147100042 m/s
Jadi nilai kecepatan aliran air adalah 0,147100042 m/s. Begitu pun dengan
variasi lainnya, digunakanlah rumus dan formula yang sama. Sehingga
didapati v (m/s) untuk setiap variasi di setiap titik.
Dengan menggunakan data kecepatan titik 1 variasi 1 pada tabel 4.1 dan
kedalaman pada tabel 2.2, maka dapat ditentukan sebagai berikut :
0.1471
Fr1.1 =
√9.81 𝑥 0.0326
Fr1.1 = 0,260117454
Fr21.1 = 0,06766109
Jadi nilai bilangan Froude titik 1 pada variasi 1 adalah 0,06766109. Cara ini
berlaku sama untuk setiap titik pada variasi bilangan Froude lainnya. Begitu pun
dengan variasi lainnya, digunakanlah rumus dan formula yang sama.
Sehingga didapati Fr untuk setiap variasi di setiap titik.
Dengan menggunakan data debit titik 1 variasi 1 pada tabel 4.1 dan
lebar saluran pada tabel 2.1, maka dapat dihitung :
3 0,000359662
Yc = √0.0752 𝑥 9.81
Yc = 0,0132841 m
Maka didapatkan nilai kedalaman kritis titik 1 variasi 1 adalah 0,0132841
m. Begitu pun dengan variasi lainnya, digunakanlah rumus dan formula
yang sama. Sehingga didapati Yc (m) untuk setiap variasi di setiap titik.
= 2,1428571
Sehingga nilai y6/y2 aktualnya adalah 2,1428571. Cara ini berlaku sama untuk
variasi y6/y2 aktualnya lainnya. Begitu pun dengan variasi lainnya,
digunakanlah rumus dan formula yang sama. Sehingga didapati Y6/Y2 untuk
setiap variasi di setiap titik.
Hi = 0,0165- 0.007
= 0.0088 m
Maka didapatkan nilai tinggi loncatan 0.0088 m. Begitu pun dengan variasi
lainnya, digunakanlah rumus dan formula yang sama. Sehingga didapati Hi
untuk setiap variasi.
= 0,7574047
Maka nilai efisiensi energi aktual variasi 1 adalah 0,7574047. Begitu pun
dengan variasi lainnya, digunakanlah rumus dan formula yang sama.
Sehingga didapati ES6/ES2 untuk setiap variasi.
3.12 Menentukan Efektivitas Loncatan Teoritis
𝑦6
= 0.5(√1 + 8𝐹𝑟22 − 1 ......................................... (13)
𝑦2
Dengan menggunakan data pada tabel 4.6 untuk nilai pangkat 2 dari
bilangan Froude dapat dilakukan perhitungan :
𝑦6
= 0.5(√1 + 8(0,06766)2 − 1
𝑦2
= 2,142857143
3/2
𝐸𝑠6 (8𝐹𝑟22 +1) −4𝐹𝑟22 −1
= ................................. (14)
𝐸𝑠2 8𝐹𝑟22 (2+𝐹𝑟22 )
Dengan menggunakan data pada tabel 4.6 untuk nilai pangkat 2 dari
bilangan Froude dapat dilakukan perhitungan :
= 0,37333
Dengan menggunakan data pada tabel 4.7 untuk nilai energi spesifik
dapat dilakukan perhitungan :
= 0,027468802 - 0,020805206
= 0,006663596
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Data Akhir Untuk Volume, Debit dan Luas
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Data Akhir Jari-Jari Hidrolis di Setiap Titik dan
Setiap Variasi
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Data Akhir Kecepatan Aliran di Setiap Variasi di
Setiap Titik.
Variasi Fr
1 2 3 4 5 6
1 0,2601 2,26599948 1,763737 1,06977 0,375998 0,722387
2 0,2105 2,53730099 1,829601 1,313215 0,312643 0,45579
3 0,1388 3,70398459 1,92325 1,540801 0,345391 0,455953
4 0,1134 4,69072997 2,170744 1,771048 0,448044 0,491385
5 0,1016 4,5434671 1,468501 1,040686 0,559292 0,588985
Sumber : Data Hasil Perhitungan Praktikum di LAB PSDA Gedung TL Labtek IX
C Lantai 5
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Data Akhir untuk Fr2 Setiap Variasi di Setiap Titik
Variasi Fr^2
1 2 3 4 5 6
1 0,06766 5,134754 3,1107679 1,1444073 0,141375 0,52184
2 0,04433 6,437896 3,3474383 1,7245337 0,097745 0,20774
3 0,01926 13,7195 3,6988915 2,3740674 0,119295 0,20789
4 0,01287 22,00295 4,7121315 3,1366105 0,200743 0,24146
5 0,01031 20,64309 2,156494 1,0830276 0,312808 0,3469
Sumber : Data Hasil Perhitungan Praktikum di LAB PSDA Gedung TL Labtek IX
C Lantai 5
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Data Akhir Es setiap Variasi di Setiap Titik
Variasi Es
1 2 3 4 5 6
1 0,0337 0,0274688 0,023254 0,019967 0,027303 0,020805
2 0,0419 0,0329078 0,025935 0,022533 0,033039 0,027045
3 0,0658 0,05737618 0,032199 0,02865 0,037617 0,032566
4 0,0842 0,08401032 0,039266 0,034415 0,036862 0,035303
5 0,0925 0,08264729 0,032213 0,03006 0,034114 0,033443
Sumber : Data Hasil Perhitungan Praktikum di LAB PSDA Gedung TL Labtek IX
C Lantai 5
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Data Akhir ∆Es, Es6/Es2, Yc, y6/y2 aktual dan y6/y2
teoritis setiap Variasi di Setiap Titik
V. ANALISIS A
Analisis Cara Kerja
Analisis Grafik
a) Grafik y6/y2 terhadap Fr22
5
4.5
y6/y2 thdp Fr^2 titik 2
4
3.5
3 y = 1.2926x0.3993
y6/y2
2.5 R² = 0.8198
2
1.5
1
0.5
0
0 5 10 15 20 25
Fr^2 titik 2
Es6/Es2
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 5 10 15 20 25
Fr^2 titik 2
Dapat dilihat gambar 5.2 Grafik Es6/Es2 terhadap Fr2, plot data pada grafik
tersebut membentuk garis linier menurun. Berdasarkan gambar 5.2 tersebut
diperoleh hubungan antar variabel dilihat dari nilai R = 0.977 , dengan nilai yang
hampir mendekati satu berarti hubungan antar variabel juga saling keterkaitan.
Pada gambar 5.1 tersebut juga dapat dicari nilai galat dengan persamaan
sebagai berikut :
3
𝐸𝑠6 ( 8𝐹𝑟 2 +1 )2 −4𝐹𝑟 2 −1
=
𝐸𝑠2 8𝐹𝑟 2 ( 2+𝐹𝑟 2 )
nilai aktual
−0,5−−0,00035966
Galat = | × 100%| = 49,96%
−0,5
Dengan hasil galat adalah 49,96 %, maka faktor kesalahan saat melakukan
praktikum sangat besar.
c) Grafik Hi terhadap 𝐹𝑟 2
0.03
Hi thdp Fr^2 titik 2
0.025
0.02
0.015
Hi
y = 0.0047x0.5355
0.01 R² = 0.7499
0.005
0
0 5 10 15 20 25
Fr^2 titik 2
Dapat dilihat gambar 5.3 Grafik Hi terhadap 𝐹𝑟 2 , plot data pada grafik tersebut
membentuk garis linier meningkat. Berdasarkan gambar 5.3 tersebut diperoleh
hubungan antar variabel dilihat dari nilai R = 0.912 , dengan nilai yang hampir
mendekati satu berarti hubungan antar variabel juga saling keterkaitan.
Pada gambar 5.3 juga didapatkan nilai dari pangkat persamaan garis adalah
y = 0.0118x0.1608. Ini merupakan nilai pangkat dari variable 𝐹𝑟2 2 berdasarkan
grafik. Maka, secara aktual hubungan antara Hi dengan 𝐹𝑟2 2 sebagai berikut :
𝐻𝑖 = 𝑦6 - 𝑦2
𝑦2 = 𝑦6 - Hi
𝑉22
𝐹𝑟2 2 = 𝑔(𝑦
6 − Hi )
𝑉22
(𝑦6 − Hi ) = 𝑔( 𝐹𝑟 2
2 )
𝑉22
Hi = 𝑦6 - 𝑔( 𝐹𝑟 2
2 )
1
Hi ~ ( 𝐹𝑟 2
2 )
Sehingga didapatkan persamaan dari nilai pangkat dari 𝐹𝑟 2 adalah -1
sehingga galat nilai pangkat secara aktual dan teoritis dapat ditentukan sebagai
berikut :
|nilai aktual|
−0,535−1
Galat = × 100% = 44,5 %
−1
Dengan hasil galat adalah 44,5%, maka faktor kesalahan saat melakukan
praktikum cukup besar.
0.18
0.16
L thdp y6/y2
0.14
Panjang Loncatan (m)
0.12
y = 0.3817x-1.231
0.1 R² = 0.4243
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0 1 2 3 4 5
y6/y2
Gambar 5.4 Grafik L terhadap y6/y2
Dapat dilihat gambar 5.4 Grafik L terhadap y6/y2, plot data pada grafik tersebut
membentuk garis linier meningkat. Berdasarkan gambar 5.4 tersebut diperoleh
hubungan antar variabel dilihat dari nilai R = 0,6513, dengan nilai yang jauh dari
satu berarti hubungan antar variabel tidak saling keterkatian.
e) Grafik L terhadap Q
0.18
0.16
L thdp Q aktual
y = 4E-07x-1.603
Panjang Loncatan (m)
0.14
0.12 R² = 0.622
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0 0.0001 0.0002 0.0003 0.0004 0.0005 0.0006 0.0007
Debit Aliran (m^3/s)
Dapat dilihat gambar 5.5 Grafik L terhadap Q, plot data pada grafik tersebut
membentuk garis linier meningkat. Berdasarkan gambar 5.5 tersebut diperoleh
hubungan antar variabel dilihat dari nilai R = 0,7886, dengan nilai yang jauh dari
satu berarti hubungan antar variabel tidak saling keterkatian.
Pada dasarnya, hubungan antara debit ( Q ) dan Panjang loncatan (L) bisa
dikaitkan dengan daerah superkritis. Jika debitnya besar, daerah superkritis juga
akan membesar karena energi potensial semakin menurun dapat dilihat pada titik 5
dan titik 3, titik 5 dan 3 merupakan titik dimana aliran bersifat superkritis. Jika
daerah superkritis membesar maka otomatis jarak antara titik dan 3 semakin
membesar pula. Hal ini menyebabkan nilai L juga akan membesar karena secara
matematis nilai L = X5 – X3 dan juga berdampak memperbesar nilai bilangan
Froude aliran. Hal tersebut dapat diamati dari hubungan debit dan kecepatan
dimana debit memiliki hubungan yang sebanding dengan kecepatan (v). Maka
dapat disimpulkan jika debit semakin besar maka bilangan froude akan semakin
membesar dan semakin besar bilangan Froude akan semakin kritis suatu aliran yang
terbentu
f) Grafik y terhadap Es
1. Variasi 1
0.01328 − 0,017
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | 𝑥 100%
0.01328
= 14.17 %
Jadi nilai galatnya adalah 14.17 % yang merupakan faktor kesalahan pada
saat hasil pembuatan grafik ataupun perhitungannya. Kemudian untuk aliran
subkritis berada di posisi titik 6, 5 dan yang berimpitan dengan garis y = Es yaitu
posisi titik 1. Tetapi galat yang diperolwh tidak terlalu besar maka bisa mulai
dijadikan perbandingan.
2. Variasi 2
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 − 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | 𝑥 100%
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
0.0145103 − 0.0125
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | 𝑥 100%
0.0145103
= 13,854 %
Jadi nilai galatnya adalah 13,854% yang merupakan faktor kesalahan pada
saat hasil pembuatan grafik ataupun perhitungannya. Kemudian untuk aliran
subkritis berada di posisi titik 6, 5 dan yang berimpitan dengan garis y = Es yaitu
posisi titik 1.
3. Variasi 3
Gambar 5.8 Grafik y terhadap Es Variasi 3
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 − 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | 𝑥 100%
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
0.017457 − 0.015
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | 𝑥 100%
0.017457
= 14,07%
Jadi nilai galatnya adalah 14,07% yang merupakan faktor kesalahan pada
saat hasil pembuatan grafik ataupun perhitungannya. Kemudian untuk aliran
subkritis berada di posisi titik 6, 5 dan posisi titik 1.
4. Variasi 4
Gambar 5.9 Grafik y terhadap Es Variasi 4
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 − 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | 𝑥 100%
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
0.018 − 0.021971107
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | 𝑥 100%
0,021971107
= 18.07 %
Jadi nilai galatnya adalah 18,07% yang merupakan faktor kesalahan pada
saat hasil pembuatan grafik ataupun perhitungannya. Selain itu untuk titik
superkritisnya dapat dilihat dari posisi titik 2 dan 3 dan yang membentuk sudut
lancip yaitu posisi titik 4. Kemudian untuk aliran subkritis berada di posisi titik 6,
5 yang berpotongan dengan garis y = 2/3 Es dan posisi titik 1 yang berhimpitan
dengan garis y = Es
5. Variasi 5
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 − 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | 𝑥 100%
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
0.025 − 0.020053
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | 𝑥 100%
0.025
= 0,4947 %
Jadi nilai galatnya adalah 0,4947 % yang merupakan faktor kesalahan pada
saat hasil pembuatan grafik ataupun perhitungannya.. Kemudian untuk aliran
subkritis berada di posisi titik 6, 5 dan posisi titik 1.
Analisis Literatur
a) Penurunan rumus
1. Y6/Y2
Lj
garis energi
EL
Vb 2
2g
Va 2
2g
Ea Eb
Wsin yb
Pb
Wcos W
Pa ya
Fs
Berdasarkan gambar 5.7, dapat dilihat daerah dibatasi oleh penampang (a)
dan penampang (b). Dengan menerapkan persamaan Momentum pada kedua
penampang tersebut, maka
Fx M b M a
Pa Pb FS W sin M b M a
dimana :
Pa 1
2 b ya 2 gaya hidrostatis pada penampang (a)
Pb 1
2 b yb 2 gaya hidrostatis pada penampang (b)
Fs gaya geser antara badan saluran dengan air yang mengalir
W berat air pada control volume yang dibatasi oleh penampang (a) dan (b)
M a flux momentum aliran pada penampang (a) a Q Va
M b flux momentum aliran pada penampang (b) b Q Vb
Sedangkan dasar saluran horizontal , 0, maka W sin 0 dan Fs 0
sehingga persamaan momentum di atas menjadi sebagai berikut :
1
2 b y a 2 1 2 b yb 2 a Q Va b Q Vb
1
2 y a 2 1 2 yb 2 q Va q Vb
2 q2 1 1
( yb 2 y a 2 )
g y a yb
2 q2
y a yb ( y a yb ) 2 yc
3
g
yb y 2 q2
1 b 3
2 Fra
2
ya ya g ya
Va
dimana Fra = bilangan Froude pada penampang (a) sama dengan Fra
g ya
yb
1 1 1 8Fra 2 atau :
ya
2
y𝑦6
a 1 1 8Fr 2
=1 20.5(
√1 + 8𝐹𝑟2 −
2 b 1
y𝑦2
b
2. Es6/Es2
Untuk penurunan rumus efisiensi energi adalah sebagai berikut :
𝑞2
Es = 𝑌𝑖 + 2𝑔𝑦 2
2
𝐸𝑠 𝑑2 1 𝑣2 1
=1+ 2
= 1 + ( ) = 1 + 𝐹𝑟 2
𝑦1 2𝑔𝑦 2 √𝑔𝑦 2
Sehingga dapat dimodifikasi kembali sebagai berikut :
𝑣2 𝑣2 (𝑌2−𝑌1)2
∆𝐸 = (𝑌1 + 2𝑔) − ( 𝑌2 + 2𝑔) = 4𝑌1.𝑌2
2
∆𝐸 (𝑌2−𝑌1)2 (−3+ √1+8𝐹𝑟12 )
= =
𝑦1 4𝑌1.𝑌2 16 (−6+ √1+8𝐹𝑟12 )
2
𝐸2 ∆𝐸 (−3+ √1+8𝐹𝑟12 )
= 1− = 1− =
𝐸1 𝑦1 16 (−6+ √1+8𝐹𝑟12 )
𝑄2
𝐸𝑆 = 𝑦 + 2𝑔𝐴2 = ∞
𝑄2
𝐸𝑆 = 𝑦 + 2𝑔𝐴2 , apabila y=E, maka
𝑄2 𝑄2
𝑦 = 𝑦 + 2𝑔𝐴2 atau 2𝑔𝐴2 =0, ini berarti y=∞
Dalam hal ini sumbu ES asymptot dari lengkung dan ES hanya merupakan
fungsi dari y saja ( ES= f(y) ). Oleh karena itu garis lenkung yang bagian bawah
tidak akan enyentuk sumbu x (ES) dan yang bagian atas tidak akan menyentuh garis
y= x (y= ES)
Analisis Kesalahan
Dalam praktikum dan perhitungan kali ini, adanya kemungkinan kesalahan
yang dilakukan oleh praktikan contohnya seperti memulai dan mengakhiri
stopwatch. Adanya kesalahan dalam memulai dan mengakhiri Stopwatch seperti
tidak sigapnya seseorang yang menggunakan stopwatch-nya, sehingga dapat
mengubah hasil perhitungan Qaktual . Hal ini tentu jelas memberi dampak pada
perhitungan dan perbandingan lainnya. Selanjutnya terdapat juga kesalahan saat
peletakan beban. Peletakan beban harus dilakukan tepat pada saat beban mulai
terangkat. Hal inilah yang sering kali menimbulkan ketidakakuratan, sebab
kesigapan dan kecepatan praktikan sangat berpengaruh dalam memperhitungkan
waktu ketika lengan hydraulic bench mulai terangkat. Kesalahan pembacaan alat
sangat mungkin terjadi dan biasanya disebabkan oleh skala alat yang terlalu kecil
untuk dilihat mata atau saat mengalibrasi alat yang tidak tepat, sehingga
menimbulkan kebingungan bagi praktikan saat membaca alat dan menyebabkan
hasil percobaan menjadi kurang akurat. Lalu tidak tepatnya jarum pengukur
kedalaman aliran fluida (air) tepat di permukaan aliran tersebut, sehingga
berpengaruh juga dalam pembacaan dan perhitungan data. Dan juga tidak tepatnya
saat menentukan skala antar titik Panjang loncatan dan kedalaman aliran yang
terbagi – bagi menjadi 6 titik sepanjang saluran.
VI. ANALISIS B
1. Aerasi Limbah Industri
Secara umum, aerasi merupakan proses yang bertujuan untuk
meningkatkan kontak antara udara dengan air. Pada prakteknya, proses
aerasi terutama bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi oksigen di dalam
air limbah. Peningkatan konsentrasi oksigen di dalam air ini akan
memberikan berbagai manfaat dalam pengolahan limbah. Proses aerasi
sangat penting terutama pada pengolahan limbah yang proses pengolahan
biologinya memanfaatkan bakteri aerob. Bakteri aerob adalah kelompok
bakteri yang mutlak memerlukan oksigen bebas untuk proses
metabolismenya. Dengan tersedianya oksigen yang mencukupi selama
proses biologi, maka bakteri-bakteri tersebut dapat bekerja dengan optimal.
Hal ini akan bermanfaat dalam penurunan konsentrasi zat organik di dalam
air limbah. Selain diperlukan untuk proses metabolisme bakteri aerob,
kehadiran oksigen juga bermanfaat untuk proses oksidasi senyawa-senyawa
kimia di dalam air limbah serta untuk menghilangkan bau. Aerasi dapat
dilakukan secara alami, difusi, maupun mekanik. Pada aerasi secara difusi,
sejumlah udara dialirkan ke dalam air limbah melalui diffuser. Udara yang
masuk ke dalam air limbah nantinya akan berbentuk gelembung-gelembung
(bubbles). Gelembung yang terbentuk dapat berupa gelembung halus (fine
bubbles) atau kasar (coarse bubbles). Hal ini tergantung dari
jenis diffuser yang digunakan.
1. 3. Perencanaan Bendungan
VII. KESIMPULAN
1. Nilai Debit Aktual (Qaktual)
Berikut hasil pengolahan data nilai debit aktual sebagai berikut :
Tabel 7.1 Hasil Akhir Nilai Debit Aktual
Variasi Qaktual
(m3/s)
1 0,00035966
2 0,000410591
3 0,000542687
4 0,000645332
5 0,000665683
Titik ES(m) Titik ES(m) Titik ES(m) Titik ES(m) Titik ES(m)