You are on page 1of 18

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Tinjauan Tentang Pengetahuan

a. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia, yakini indera pengelihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan adalah hasil

penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objek

dari indra yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan

adalah berbagai hal yang diperoleh manusia melalui panca indera.

Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan inderanya untuk

menggali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau

dirasakan sebelumnya (Wijayanti, 2009). Pengetahuan itu sendiri

dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat

hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan

pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula

pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti

seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah

pula. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua

aspek, yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek ini yang akan
8

menentukan sikap seseorang semakin banyak aspek positif dan objek

yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif

terhadap objek tertentu (Dewi & Wawan, 2010).

b. Tingkat Pengetahuan

Kholid dan Notoatmodjo (2010) menjelaskan enam tingkat

pengetahuan, yaitu:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya, mengingat kembali termasuk (recall)

terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan atau rangsangan

yang diterima.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara luas

3) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang nyata

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di

dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama

lain.
9

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk

meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

objek.

c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain Menurut

Notoatmodjo (2010) yaitu:

1) Faktor pendidikan

Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka aan

semakin mudah untuk menerima informasi tentang obyek atau

yang berkaitan dengan pengetahuan.

Pengetahuan umumnya dapat diperoleh dari informasi yang

disampaikan oleh orang tua, guru, dan media masa. Pendidikan

sangat erat kaitannya dengan pengetahuan, pendidikan

merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat

diperlukan untuk pengembangan diri. Semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang, maka akan semakin mudah untuk

menerima, serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi.


10

2) Faktor pekerjaan

Pekerjaan seseorang sangat berpengaruh terhadap proses

mengakses informasi yang dibutuhkan terhadap suatu obyek.

3) Faktor pengalaman

Pengalaman seseorang sangat mempengaruhi pengetahuan,

semakin banyak pengalaman seseorang tentang suatu hal, maka

akan semakin bertambah pula pengetahuan seseorang akan hal

tersebut.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menyatakan tantang isi materi yang ingin

diukur dari subjek penelitian atau responden.

4) Keyakinan

Keyakinan yang diperoleh oleh seseorang biasanya bisa

didapat secara turun-temurun dan tidak dapat dibuktikan

terlebih dahulu, keyakinan positif dan keyakinan negatif dapat

mempengaruhi pengetahuan seseorang.

5) Sosial budaya

Kebudayaan berserta kebiasaan dalam keluarga dapat

mempengaruhi pengetahuan, presepsi, dan sikap seseorang

terhadap sesuatu.
11

2. Model Praktek Keperawatan Profesional

a. Pengertian

MPKP adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai

profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur

pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat

menopang pemberian asuhan tersebut (Murwani & Herlambang,

2012). Model praktek keperawatan profesianal (MPKP) adalah salah

satu metode pelayanan keperawatan yang merupakan suatu system,

struktur, proses dan nilai-nilai yang memungkinkan perawat

profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk

lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut (Busono,

2010).

b. Tujuan Model Praktik Keperawatan Profesional

Tujuan dari model praktik keperawatan professional, menurut

Murwani & Herlambang (2012):

1) Meningkatkan mutu askep melalui penataan sistem pemberian

asuhan keperawatan.

2) Memberikan kesempatan kepada perawat untuk belajar

melaksanakan praktik keperawatan profesional.

3) Menyediakan kesempatan kepada perawat untuk mengembangkan

penelitian keperawatan

c. Tingkatan dan Spesifikasi MPKP

Tingkatan MPKP menurut Sitorus (2006) :


12

1) MPKP Pemula

Pada tingkat ini ketageori pendiidkannya Perawat primer (PP)

masih D III dan diharapkan nantinya PP mempunyai kemampuan

sebagai SKP/Ners melalui kesemapatan peningkatan pendidikan.

Praktik keperawatan pada tingkat ini diharapkan mampu

memberikan asuhan keperawatan professional tingkat pemula

dengan metode asuhan pemberian asuhan keperawatan modifikasi

keperawatan primer. Ketenagaan pada tingkat ini jumlah harus sesuai

kebutuhan, SKP/Ners (1:25- 30 Klien), DIII keperawatan sebagai

perawat primer pemula, SPK/DIII keperawatan sebagai PA.

Dokumentasi keperawatan mengacu standar rencana perawatan

masalah actual.

2) MPKP tingkat I

MPKP tingkat I, PP adalah Sarjana keperawatan atau Ners,

agar PP dapat memberikan asuhan keperawatan berdaskan

ilmu dan teknologi diperlukan kemampuan seorang Ners

spesialis yang akan berperan sebagai clinical care manager

(CCM). Praktik kepererawatan pada tingkat ini diharapkan

mampu memeberikan asuhan keperawatan professional tingkat I

dengan metode asuhan pemberian asuhan keperawatan

modifikasi keperawatan primer. Ketenagaan pada tingkat ini

jumlah harus sesuai kebutuhan, ners spepsialis (1:25-30 klien)


13

sebagai CCM, SKP/Ners sebagai PP, D III keperawatan sebagai PA.

dokumentasi keperawatan mengacu standar rencana perawatan

masalah actual dan masalah resiko

3) MPKP Tingkat II

Rencanan praktik keperawatan pada tingkat ini diharapkan

mampu memberikan modifikasi keperawatan primer/ asuhan

keperawatan professional tingkat II. Metode pemberian asuhahn

keperawatan adalah manajemen kasus dan keperawatan. Jumlah

ketenagaan sesuai kebutuhan Ners Spesialis; PP (1:1) Ners spesialis

sebagai PP, D III Keperawatan sebagai PA. dokumentasi

menggunakan clinical pathway dan standar rencana keperawatan.

Pada MPKP tingkat ini dibutuhkan 1 orang CCM dengan

kemampuan Ners Spesialis.

4) MPKP Tingkat III

Praktik keperawatan diharapka mampu memberikan modifikasi

keperawatan primer atau asuhan keperawatan professional tigkat III.

Metode pemberian asuhan keperawatan adalah manajemen kasus.

Jumlah tenaga sesuai kebutuhan. doctor keperawatan klinik, sebagai

konsultan. Ners spesialis PP (1:1) Ners spesialis sebagai PP, D III

Keperawatan sebagai PA. dokumentasi menggunakan clinical

pathway dan standar rencana keperawatan. Pada MPKP tingkat ini,

perawat dengan kemampuan sebagai ners spesialis ditingkatkan

menjadi dotor keperawatan, sehingga diharapkan perawat lebih


14

banyak melakukan penelitian keperawatan yang dapat meningkatkan

mutu asuhan keperawatan sekaligus mengembangkan ilmu

keperawatan.

d. Komponen MPKP

Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan diberbagai rumah

sakit, Sitorus (2006) menyimpulkan bahwa MPKP terdiri dari lima

komponen, yaitu :

1) Nilai Profesional

Pengembangan Model Praktik Keperawatan Profesional di

dasarkan pada nilai professional, nilai professional merupakan inti

dari model praktik keperawatan professional, yang meliputi : nilai

intelektual, komitmen moral, otonomi, kendali dan tanggung gugat.

Nilai intelektual didapatkan melalui pendidikan formal dan

informal (Nuryandari, 2007).

Keperawatan merupakan profesi yang didasarkan pada

caring.Sering mengandung arti perhatian, tanggung jawab, dan iklas

(Kozier dan Erb, 1997). Kode etik perawat adalah suatu pernyataan

atau keyakinan yang mengungkapkan kepedulian moral, nilai dan

tujuan pada model ini, PP dan PA membangun kontak dengan klien

/ keluarga yang merupakan awal dari penghargaan atas harkat dan

martabat manusia.hubungan tiu akan terus di bina selama klien

dirawat di ruang rawat tersebut sehingga klien/keluarga menjadi

mitra dalam member asuhan keperawatan Sumijatun (2010).


15

2) Pendekatan Manajemen

Pendekatan manajemen MPKP menurut ( Sitorus & Panjaitan,

2011). digunakan untuk mengelola sumber daya yang ada meliputi:

ketenagaan, alat, fasilitas, serta menetapkan standar asuhan

keperawatan (SAK). penerapan model praktik keperawatan

professional ini pendekatan manajemen tampak pada peran perawat

primer (PP) sebagai pembuat keputusan untuk pasien sebagai

manager asuhan klinik. Kepala ruang berperan sebagai Fasilitator

atau mentor

3) Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan

Sistem pemberian asuhan keperawatan (Care Delivery System)

merupakan metode penugasan bagi tenaga perawat yang digunakan

dalam pemberian pelayanan keperawatan kepaeda klien.Sistem atau

metode tersebut merefleksikan falsafah organisasi, struktur, pola

ketenagaan dan populasi klien. Saat ini dikenal lima jenis metode

pemberian asuhan keperawatan, yang terdiri dari: metode kasus,

fungsional, tim, primer dan manajemen kasus. Pemberian asuhan

keperawatan pada umumnya menggunakan keperawatan primer.

4) Hubungan Profesional

Pengembangan model praktik keperawatan professional

(MPKP) memungkinkan terjadinya hubungan profesional diantar

perawat dan praktisi keperawatan lainnya.Hubngan ini dapat terjadi


16

melalui system pendokumentasian keperawatan, operan tungas

jaga, konferensi awal dan akhir, dan pembahasan kasus. Hubungan

profesional dengan praktisi kesehatan lain dikenal dengan

kolaborasi.

5) Kompensasi dan penghargaan

Pada suatu layanan profesional, sesorang mempunyai hak atas

kompensasi dan penghargaan. Kompensasi merupakan salah satu

faktor yang dapat meningkatkan motivasi, perawat model praktik

keperawatan professional masing masing perawat mempunyai

peran dan tugas yang jelas,hal ini dapat dijadikan dasar untuk

membuat klasidikasi yang obyektif sebagai dasar pemberian

kompensasi dan pengharhgaan pada perawat. Notoadmodjo (2009)

menyatakan dengan pemberian kompensasi yang memadai

merupakan suatu penghargaan organisasi terhadap prestasi kerja

para kariawannya, sehingga akan dapat mendorong prilaku-prilaku

atau performance karyawan sesuai dengan yan di inginkan

organisasi. Disamping itu kompensasi juga dapat mempengaruhi

prestasi kerja, motivasi dan kepuasan kerja karyawan.

e. Karakteristik MPKP

Menurut Sitorus (2006) karakteristik MPKP adalah :

1) Penetatapan jumlah tenaga keperawatan yang berdasarakan jumlah

kien sesuai dengam derajat ketergantungan klien.


17

2) Penetapan jenis tenaga keperawatan. Pada suatu ruang rawat MPKP,

terdapat beberapa jenis tenaga yang memberikan asuhan

keperawataan yaitu clinical care manager (CCM). Perawat perimer

(PP) dan perawat asosiet (P). Disamping jenis tenagar tersebut

terdapat juga seorang kepala ruang rawat yang bertanggung jawab

terhadap manajemen pelayanan keperawatan di ruang rawat tersebut.

Peran dan fungsi masing-masing tenaga sesuai dengan

kemampuannya dan terdapat tanggungjawab yang jelas dalam sistem

pemberian asuhan keperawatan.

f. Langkah-langkah MPKP

Menurut Sitorus (2006) langkah-langkah MPKP adalah :

1) Tahap persiapan

Beberapa hal yang harus dilakukan dalam tahap ini, yaitu :

a) Pembentukan tim

MPKP apabila iimplenetasikan di rumah sakit yang digunakan

sebagai tempat proses belajar bagi mahasiswa keperawatan,

sebaiknya kelompok kerja ini melibatkan staf dari institusi yang

berkaitan, sehingga kegiatan ini merupakan kegiatan kolaborasi

antara pelayanan atau rumah sakit dan institusi pendidikan.

b) Rancangan penilaian mutu

Penilaian mut asuhan keperawatan meliputi kepuasan klien atau

keluarga, kepatuhan perawat terhadap standar yang dinilai dari


18

dokumentasi keperawatan, lama hari rawat dan angka infeksi

nosokomial.

c) Presentasi MPKP

Selanjutnya adalah melakukan presentasu tentang MPKP dan

hasil penilaian asuhan kepada pimpinan rumah sakit,

departemen, staf keperawatan dan staf lain yang terlibat. Pada

presentasi ini juga suah dapat ditetapkan ruang rawat tempat

implementasi MPKP akan dilaksanakan.

d) Penempatan tempat implementasi MPKP

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penempatan tempat

implementasi MPKP yaitu :

(1) Mayoritas tenaga perawat merupakan staf baru di ruang

tersebut. Hal ini diperlukan sehingga ari awal tenaga

perawat tersebut akan mendapat pembinaan tentang

kerangka kerja MPKP

(2) Bia terdapat ruang rawat, sebaiknya ruang tersebut terdiri

dari 1 swasta dan 1 ruang rawat yang nantinya akan

dikembangkan sebagai pusat pelatihan bagi perawat dari

ruang rawat lain.

e) Penetapan tenaga keperawatan

MPKP, jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat

ditetapkan dari klasifikasi klien berdasarkan derajat

ketergantungan, menetaokan jumlah tenaga keperawatan du


19

suatu ruang rawat didahului dengan menghitung jumlah klien

berdasarkan derajat ketergantungan diwaktu tertentu, minimlah

slema 7 hari berturut-turut

f) Penetapan jenis tenaga

MPKP metode pemberian asuhan keperawatan yang

digunakan dalah metode modifikasi keperawatan primer, dengan

demikina dalam suatu ruang rawat terdapat beberapa jenis

tenaga yaitu :

(1) Kepala ruang rawat

(2) Clinical care manager (ccm)

(3) Perawat primer (pp)

(4) Perawat asosiet (pa)

g) Pengembangan standar asuhan rencana asuhan keparawatan

Pengambanga standar rencana asuhan keparawatan

bertujuan untuk megurangi waktu perawat menulis, sehingga

waktu tersedia lebih banyak dilakukan untuk melakukan tidakan

sesuai kebutuhan klien. Adanya standar rencana asuhan

keparawatan menujukan asuhan keperawatn yang diberikan

berdasarkan konsep dan teori keperawatan yang kukuh, yang

merupakan salah satu karakteristik pelayanan professional.

Format standar rencana asuhan keparawatan biasanya terdiri dari

bagian-bagian tindakan keperawatan : diagnosa keperawatan


20

dan data penunjang, tujuan, tindakan keperawatan dan kolom

keterangan

h) Penetapan format dokumentasi keperawatan

format dokumentasi keperawatan yang diperlukan ada;ah :

(1) Format pengakajian awal keperawatan

(2) Format implementasi tindakan asuhan keperawatan

(3) Format kardex

(4) Format catatan perkembangan

(5) Format daftar infus termasuk instruksi atau pesanan dokter

(6) Format laporan pergantian sift

(7) Resume perawatan

i) Identifikasi fasilitas

Adapaun fasilitas yang diperlukan yaitu :

(1) Badge atau karti nama tim

Badge atau karti nama tim merupakan kartu identitas

tim yang berisi nama PP dan PA dalam tim tersebut.kartu

ini digunakan pertama kali saat melakukan kontrak denga

klien atau keluarga

(2) Papan MPKP

bersisi daftar nama-nama klien, PP,OA dan timnya

serta dokter yang merawat klien.

2) Tahap Pelaksanaan

Langkah-langkah berikut ini pada tahap pelaksanaan :


21

a) Pelatihan tentang MPKP

Pelatihan diberikan kepada semua perawt yang terlibat di

rang yang sudah ditentukan

b) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam

melakukan konferensi

Konferensi merupakan pertemuan tim yang setiap hari

dilakukan setelah melakukan operan dinas, osre atau malam

sesuai denga jadawal dinas PP. Konferensi sebaiknya dilakukan

diruang tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari

luar

c) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam

melakukan ronde dengan perawat asoiet (PA)

Ronde keperawatan bersama dengan perawat asoiet (PA)

sebaiknya juga dilakukan setiap hari. Ronde ini penting selain

untuk supervise kegiatan PA, juga sarana PP untuk memperoleh

tambahan data tentang kondisi klien

d) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam

memanfaatkan standar rencana asuhan keperawatan.

Standar rencana asuhan keperawatan merupakan acuan bagi

tim dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Semua masalah

dan tindakan yang direncanakan mengacu pada standar tersebut

e) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam

membuat kontrak atau orientasi dengan klien atau keluarga


22

Kontrak antara perawat dan klien atau keluarga merupakan

kesepakatn antara perawat dank lien atau keluarga dalam

pemberian asuhan keperawatan. Kontrak ini diperlukan agar

hubungan saling percaya antar perawat dank lien dapat terbina.

Kontark diawali dengan pemberian orientasi bagi klien dan

keluarga

f) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam

melakukan presentasi kasus dalam tim

PP secara teratur diharapkan dapat mempresentasikan

pkasus-kasus klien yang dirawatnya, melaui kasus ini PP dan

PA dapat lebih mempelajari kasus yang ditanganinya secara

mendalam.

g) Memberi bimbingan kepada critical care manager (CCA) dalam

membimbing PP dan PA

Bimbinga CCM terhadap PP dan PA dalam melakukan

implementasi MPKP dilakukan melalui supervise secara berkals.

Agar terdapat kesinambungan bimbingan, diperlukan buku

komunikasi CCM karena CCM terdiri dari beberapa orang yaitu

anggota tim atau panitia yang diatur gilirannya untuk

memberikan bimbingan kepada PP dan PA. namun, jika sudah

ada CCM tertentu untuk setiap ruang maka buku komunikasi

CCM tidak diperlukan.


23

h) Memberi bimbingan kepada tim tentang dokumentasi

keperawatan

Dokumentasi keperawatn menjadi bukti tanggung jawab

perawat kepada klien, oleh karena itu pengisian dokumentasi

secara tepat menjadi penting

3) Tahap Evaluasi

Evaluasi dilakuakn oleh CCM dua minggu sejali dengan

menggunakan instrument evaluasi MPKP yang bertujuan untuk

mengidentifikasi secara dini masalah-masalah yang ditemukan dan

dapat segera diberi umpan balik atau bimbingan.

4) Tahap Lanjut

MPKP merupakan penataan struktur dan proses (system)

pemberian asuhan keperawatan. Implementasi MPKP dapat

memberikan dampak yang lebih optimal, perlu disertai dengan

implementasi substansi keilmuan keperawatan


24

B. KERANGKA TEORI

Pengetahuan Pelaksanaan MPKP

Komponen MPKP:
Tingkat Pengetahuan 1. Nilai Profesional
1. Tahu 2. Pendekatan Manajemen
2. Memahami 3. Sistem Pemberian
3. Aplikasi Asuhan
4. Analsis 4. KeperawatanHubungan
5. Sintesis Profesional
6. Evaluasi 5. Kompensasi dan
(Sumber: Kholid dan penghargaan
Notoatmodjo, 2010) (Sumber: Sitorus, 2006)

Faktor yang mempengaruhi :


1. Pendidikan
2. Pekerjaan
3. Pengalaman
4. Keyakinan
5. Sosial budaya
(Sumber:Notoatmodjo, 2010)

Gambar 1. Kerangka Teori

You might also like