Professional Documents
Culture Documents
KAJIAN PUSTAKA
perilaku dan keterampilan denga cara mengolah bahan belajar (Sagala, 2013).
perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar
secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja.
Menurut Gagne belajar terdiri dari 3 komponen penting yakni kondisi eksternal
yaitu stimulus dari lingkungan dalam acara belajar, kondisi internal yang
menggambarkan keadaan internal dan proses kognitif siswa, dan hasil belajar
motorik, sikap, dan sisasat kognitif. Kondisi internal belajar ini berinteraksi
dengan kondisi eksternal belajar, dari interaksi tersebut tampaklah hasil belajar.
sebagai proses untuk mengubah gagasan anak yang sudah ada yang mungkin
“salah”.
yaitu sebagai perubahan struktural yang saling melengkapi antara informasi yang
baru didapat dengan pengetahuan yang sudah ada sehingga pengetahuan yang
dimiliki menjadi sebuah konsep utuh yang sesuai dengan teori yan dikemukakan
oleh ilmuan. Pembelajaran merupakan bentuk komunikasi dua arah, mengajar
dilakukan oleh guru dan belajar dilakukan oleh peserta didik dan merupakan suatu
proses yang sangat kompleks yang dimulai dari pengamatan, pendalaman konsep
dan pengujiannya.
Evaluasi selalu dikaitkan dengan prestasi atau hasil belajar siswa. Evaluasi
dalam hal apa dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai dengan baik.
yang akan diolah). Dengan evaluasi diharapkan dapat melihat seberapa jauh
kelulusan.
2. Penilaian berfungsi diagnostik
siswa dalam menerima pelajaran. Dengan mengadakan penilaian maka guru dapat
berupa perbaikan.
yang pandai pada satu kelas atau menyusun kelas dengan komposisi yang setara.
siswa.
dapat diterapkan. Sehingga dengan melakukan evaluasi maka seorang guru dapat
Secara garis besar teknik evaluasi dapat dibedakan menjadi : evaluasi non
tes dan evaluasi tes. Selanjutnya masing-masing teknik evaluasi memiliki alat atau
instumen tertentu yang digunakan untuk kebutuhan tertentu (Arikunto, 2013 : 40).
b) Kuisioner
d) Wawancara
e) Pengamatan
f) Riwayat hidup
2. Evaluasi tes
ukur atau prosedur sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau
keterangan yang diinginkan teentang seseorang, dengan cara yang bisa dikatakan
cepat dan tepat. Webster’s dalam Arikunto (2013) juga menjelaskan pengertian
tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk
individu atau
a) Tes diagnostik
b) Tes formatif
c) Tes sumatif
Tes diagnostik dilakukan untuk menganalisa kesulitan siswa dalam
(Arikunto, 2013).
Soal objektif merupakan salah satu bentuk tes tertulis sering disebut soal
pilihan.Pada jenis soal ini siswa memberikan jawaban dari setiap butir soal yang
disajikan dengan cara memilih jawaban yang sudah disediakan. Jenis soal objektif
meliputi :
2. Pilihan ganda
3. Menjodohkan
dokter, sebelum menentukan penyakit dan obat yang tepat untuk menyembuhkan
Pemeriksaan awal juga harus dilakukan oleh seorang guru untuk mengetahui
kesulitan belajar yang dihadapi siswa dalam pembelajaran, agar bisa memberikan
berlanjut.(Depdiknas, 2007)
mengetahui apakah siswa telah memiliki pengetahuan awal atau prasyarat yang
secara umum, tes diagnostik pertama disebut sebagai tes penjajakan (Arikunto,
1989).
program. Hal ini diperlukan jika siswa yang memasuki program cukup banyak,
maka perlu dipertimbangkan apakah siswa yang memiliki kemampuan lebih akan
disatukan dalam satu kelas, ataukah akan dilakukan pembagian kelas dengan
kemampuan setara. Untuk mengetahui hal itu maka dilakukan tes diagnosis
kemampuan siswa.
materi. Hal ini perlu dilakukan karena tidak semua siswa memiliki kemampuan
yang sama dalam mengangkap pelajaran. Ada siswa yang memiliki kesulitan
dalam mengikuti pelajaran, oleh karena itu guru harus melakukan tes diagnostik
Tes diagnostik keempat dilakukan pada saat siswa akan mengakhiri materi.
Dengan tes ini maka guru akan mengetahui sejauh mana pelajaran dapat diikuti
oleh siswa. Dengan menggunakan tes ini guru dapat mempetakan pada bagian
tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-
siswa.Artinya, informasi yang berasal dari luar dan dalam kelas berpotensi
didasarkan pada suatu skala yang diberikan bersamaan dengan setiap jawaban
suatu soal. Tingkat kepastian jawaban tercermin dalam skala CRI yang diberikan,
CRI yang rendah menandakan ketidakyakinan konsep pada diri responden dalam
menjawab suatu pertanyaan. Dalam hal ini jawaban biasanya ditentukan atas dasar
tebakan semata. Sebaliknya CRI yang tinggi mencerminkan keyakinan dan
kepastian konsep yang tinggi pada diri responden dalam menjawab pertanyaan,
atau hukum-hukum yang terbentuk dengan baik dalam dirinya untuk menentukan
CRI KRITERIA
0 Totally guessed answer
1 Almost guess
2 Not sure
3 Sure
4 Almost certain
5 Certain
(Hasan. S, dkk, 1999)
(soal), atau dapat dikatakan tidak ada unsur tebakan sama sekali. Dalam hal ini,
memberikan penilaian terhadap dirinya sendiri akan kepastian yang dia miliki
suatu soal dengan tinggi rendahnya indeks kepastian jawaban (CRI) yang
diberikannya untuk soal tersebut. Indeks ini secara umum tergolong tipe skala
Likert. Secara khusus, untuk setiap pertanyaan dalam tes berbentuk pilihan ganda
(a) Memilih suatu jawaban yang dianggap benar dari alternatif pilihan yang
tersedia,
(b) Memberikan CRI, antara 0 -5, untuk setiap jawaban yang dipilihnya. CRI 0
diminta jika jawaban yang dipilih hasil tebakan murni, sedangkan CRI 5
diminta jika jawaban telah dipilih atas dasar pengetahuan dan skil yang
(benar atau salah) dan CRI (tinggi atau rendah) untuk tiap responden secara
individu. Untuk seorang responden dan untuk suatu pertanyaan yang diberikan,
jawaban benar dengan CRI rendah menandakan tidak tahu konsep, dan jawaban
benar dengan CRI tinggi menunjukkan penguasaan konsep yang tinggi. Jawaban
salah dengan CRI rendah menandakan tidak tahu konsep, sementara jawaban
program pengolah angka spreadsheet (Lembar kerja elektronik) yang populer dan
paling banyak digunakan dan merupakan program untuk mengolah data secara
pembuatan grafik dan manajemen data. Microsoft Excel banyak berperan dalam
E. Sizing Button, berisi tombol minimize, maximize/ restore dan close yang
program aplikasi.
F. Minimize the Ribbon, jika tombol ini di klik tampilan pita atau Ribbon
disembunyikan dan tanda panah menjadi arah bawah dengan nama tombol
K. Nama kolom, dimulai dari A s.d. XFD dengan jumlah 16.384 kolom.
M. Nama Baris, yang dimulai dari angka 1 sampai dengan 1048676, dengan
O. Tab lembar kerja, berisi nama lembar kerja dalam suatu buku kerja.
P. Status Bar, Sebuah papan yang berisi berbagai tombol untuk mengaktifkan
lembar kerja.
S. Skroll Bar atau baris penggulung, berfungsi untuk menggeser posisi data pada
layar.
dan Carey (1996), Borg dan Gall (1983), Kemp (1977), Reiser dan Mollenda
Model ADDIE adalah salah satu model yang sifatnya generik. ADDIE
muncul pada tahun 1990-an yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda. Salah
satu fungsi ADDIE yaitu menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan
infrastruktur program pelatihan yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja
pelatihan itu sendiri. Dari beberapa model akan dipaparkan model pengembangan
oleh Reiser dan Mollenda (1990) yang dikenal dengan prosedur ADDIE.
Analysis = analisis
Design = rancangan
Development = pengembangan
Implementation = implementasi
Evaluation = evaluasi
Langkah 1: Analisis
Tahap analisis merupakan suatu proses mendefinisikan apa yang akan
(task analysis). Oleh karena itu, output yang akan kita hasilkan adalah berupa
identifikasi kebutuhan dan analisis tugas yang rinci didasarkan atas kebutuhan.
Langkah 2: Desain
Tahap ini dikenal juga dengan istilah membuat rancangan (blue-print). Apa
yang kita lakukan dalam tahap desain ini? Pertama merumuskan tujuan
Selanjutnya menyusun tes, dimana tes tersebut harus didasarkan pada tujuan
pembelajaran yang tepat harusnya seperti apa untuk mencapai tujuan tersebut.
Banyak pilihan kombinasi metode dan media yang dapat kita pilih dan
pendukung lain, semisal sumber belajar yang relevan, lingkungan belajar yang
seperti apa seharusnya, dan lain-lain. Semua itu tertuang dalam sautu dokumen
Langkah 3: Pengembangan
menjadi kenyataan. Artinya, jika dalam desain diperlukan suatu software berupa
halnya dengan lingkungan belajar lain yang akan mendukung proses pembelajaran
Satu langkah penting dalam tahap pengembangan adalah uji coba sebelum
diimplementasikan. Tahap uji coba ini memang merupakan bagian dari salah satu
langkah ADDIE, yaitu evaluasi. Lebih tepatnya evaluasi formatif, karena hasilnya
kembangkan.
Langkah 4: Implementasi
yang sedang kita buat. Artinya, pada tahap ini semua yang telah dikembangkan
diinstal atau diset sedemikian rupa sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa
tersebut harus sudah diinstal. Jika penataan lingkungan harus tertentu, maka
Langkah 5: Evaluasi
sedang dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Sebenarnya
tahap evaluasi bisa terjadi pada setiap empat tahap di atas. Evaluasi yang terjadi
pada setiap empat tahap diatas itu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya
untuk kebutuhan revisi. Misal, pada tahap rancangan, mungkin kita memerlukan
salah satu bentuk evaluasi formatif misalnya review ahli untuk memberikan input
pelarut(solvent) dan zat terlarut (solute). Pelarut yang paling umum digunakan
adalah air, sedangkan zat terlarut dapat berupa senyawa ion ataupun senyawa
kovalen (Devi dkk, 2009). Larutan ada yang memiliki kemampuan hantaran listrik
dan tidak memiliki kemampuan hantara listrik, hal ini disebabkan oleh sifat zat
terlalrut di dalamnya (Purba, 2006). Hantaran listrik suatu larutan dapat diuji
(Devi,2009)
listrik yang baik, meskipun memiliki konsentrasi yang relatif kecil. Larutan
elektrolit lemah memiliki daya hantar listrik yang buruk walaupun memiliki
konsentrasi yang relatif besar. Pada konsentrasi yang sama larutan elektrolit kuat
akan memiliki kemampuan hantaran listrik yang lebih baik dibandingkan larutan
Air bukan merupakan suatu zat yang elektrolit, bahkan air merupakan
konduktor yang sangat buruk. Penambahan senyawa elektrolit sebagai zat terlarut
dialiri listrik, ion-ion zat terlarut akan bergerak menuju elektroda dengan muatan
yang berbeda dengan ion tersebut. Dengan cara ini arus listrik akan dapat
listrik (Devi dkk, 2009). Persamaan reaksi pengionan suatu senyawa dalam air
(Purba, 2006)
Dalam larutan elektrolit zat terlarut akan terurai menjadi ion-ion. Ionion
ini akan bergerak bebas dalam larutan, sehingga dapat menghantarkan listrik
2006).
Senyawa ion merupakan senyawa yang terbentuk dari ikatan ion antara
unsur logam dengan nonlogam. Senyawa ion seperti yang diketahui, terdiri atas
ion positif dan ion negatif, seperti pada NaCl dan NaOH. NaCl terdiri atas ion Na+
dan Cl-, sementara untuk NaOH terdiri atas ion Na+ dan OH-. Dalam bentuk
padatan atau solid, ion-ion dari senyawa tersebut diam, tidak dapat bergerak
bebas, oleh karena itu padatan senyawa ion tidak bisa menghantarkan listrik.
Gambar 2.2 Perbandingan daya hantar listrik padatan, lelehan dan larutan dari
senyawa ion
(Purba,2006)
Beberapa senyawa kovalen ada yang bersifat polar dan ada yang bersifat
nonpolar. Senyawa kovalen yang memiliki molekul polar diantaranya adalah air,
HCl, dan CH3COOH. Karena molekul air bersifat polar maka air disebut juga
membentuk ion. Hal ini terjadi karena antar molekul polar terjadi gaya
Meskipun demikian tidak semua molekul kovalen polar dapat mengalami ionisasi
dalam air. Molekul nonpolar, seperti yang kita ketahui tidak akan mengalami
ionisasi. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan sifat elektrolit dari senyawa
reduksi begitu pula sebaliknya sehingga kedua reaksi ini seringkali disebut
CO2,oleh karena itu reaksi ini dinamakan oksidasi. Sementara itu O2 sebagai
sumber oksigen melepaskan oksigen pada reaksi ini, maka gas oksigen disebut
mangalami oksidasi dengan cara mereduksi senyawa lain dalam reaksi redoks
dan penangkapan oksigen, namun ke tingkat yang lebih umum, yaitu pelepasan
dan penerimaan elektron. Sebagai contoh dapat dilihat dari reaksi antara kalsium
waktu yang bersamaan. Dalam reaksi ini kalsium mengalami oksidasi dengan cara
melepaskan elektron, sementara belerang mengalami reduksi dengan cara
Dari contoh reaksi di atas, dapat kita lihat reaksi oksidasi dan reduksi
berlangsung secara bersamaan dan tidak dapat dipisahkan (Devi dkk, 2009).
Secara sederhana dapat kita lihat pula bahwa reaksi oksidasi reduksi dengan
Dalam penentuan reaksi reduksi dan oksidasi pada spesi yang rumit dan
banyak, akan sangat sukar untuk menentukan mana atom yang menerima elektron
(reduksi) dan melepas elektron (oksidasi) (Purba, 2006). Oleh karena itu para ahli
Bilangan oksidasi merupakan besarnya muatan yang dimiliki oleh suatu atom
jika seluruh atom yang digunakan dalam ikatan, didistribusikan kepada atom yang
lebih elektronegatif. Bilangan oksidasi bernilai positif, negatif dan nol. Suatu
atom akan memiliki bilangan oksidasi positif jika seluruh elektron ikatannya
diberikan pada atom yang lebih elektronegatif. Suatu atom akan memiliki
bilangan oksidasi negatif, jika atom tersebut menarik seluruh elektron ikatan ke
arahnya karena atom tersebut lebih elektronegatif. Suatu atom akan memiliki
bilangan oksidasi bernilai nol, jika antar atom-atom yang berikatan tidak terdapat
maka atom tersebut mengalami reduksi (Purba,2006). Sebagai contoh pada reaksi
berikut :
Sesuai aturan biloks, unsur bebas memiliki bilangan oksidasi nol maka
bilangan oksidasi Ca = 0 pada reaktan, kemudian pada produk Ca mengalami
peningkatan bilangan oksidasi menjadi 2+ artinya atom Ca mengalami oksidasi.
Sementara atom H sesuai aturan, dalam senyawanya memiliki bilangan oksidasi
+1 pada reaktan, sementara pada produk berdasarkan aturan bilangan oksidasi,
jumlah bilangan oksidasi senyawa sama dengan nol, maka biloks atom H pada
produk = 0. Hal ini berarti dalam reaksi di atas, atom Ca mengalami oksidasi,
sementara atom H mengalami reduksi (Purba, 2006).