You are on page 1of 29

BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1. Deskripsi Lokasi

2.1.1 Keadaan Geografis

Kota Medan merupakan ibu kota provinsi Sumatera Utara. Luas wilayah

daerah Kota Medan adalah 265,1 km2 yang terdiri dari 21 kecamatan 151

kelurahan dan 2.001 lingkungan. Sebagian besar wilayah Kota Medan

merupakan dataran rendah dengan topografi yang cenderung miring ke Utara

dam menjadi tempat pertemuan 2 sungai penting, yaitu sungai Babura dan

sungai Deli. Di sampiung itu, Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5

meter di atas permukiman laut dan secara administratif mempunyai batas

wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

dan Selat Malaka

2. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

3. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

4. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

Kota Medan beriklim tropis basah dengan curah hujan rata-rata 2000-

2500 mm pertahun. Suhu udara di Kota Medan berada pasa maksimum 32,4oC

dan minimum 24oC. Kota Medan sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Utara

merupakan pusat pemerintahan, pendidikan, kebudayaan dan perdagangan.

6
7

2.1.2. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Medan

1) Visi

Visi adalah cara pandang jauh ke depan kemana Dinas Kesehatan Kota

Medan harus dibawa agar dapat eksis, antisipasif, dan inovatif secara umum visi

adalah pandangan ideal masa depan yang ingin diwujudkan intalansi pemerintah.

Pernyataan Visi ini merupakan suatu gambaran yang menantang tentang keadaan

masa depan yang ingin dicapai oleh dinas kesehatan Kota Medan. Visi Dinas

Kesehatan Kota Medan dapat dirumuskan sebagai berikut :

“MASYARAKAT MEDAN SEHAT SEJAHTERA”

Penjelasan dari Visi tersebut diatas adalah sebagai berikut :

1. Masyarakat Medan, mengandung arti bahwa sasaran kerja dari

dinas kesehatan kota medan adalah seluruh masyarakat yang berada

di wilayah kerja pemerintaha kota medan.

2. Sehat, diartikan sebagai cara berfikir masyarakat kota medan yang

selalu dilandasi oleh nilai-nilai kesehatan yang pada akhirnya

mewujudkan lingkngan sehat serta perilaku hidup bersih dan sehat.

3. Sejahtera, mengandung arti bahwa masyarakat kota medan dengan

cara berfikir yang selalu dilandasi oleh nilai-nilai kesehatan, akan

memperoleh kesejahteraan, terutama dibidang kesehatan, yang pada

gilirianya akan mempengaruhi pencapaaian derajat kesejahtraan

secara umum.4
8

2) Misi

Untuk merealisasikan dan mewujudkan Visi, maka dijabarkan misi yang

akan diccapai daam kurun waktu tertentu. Misi merupakan suatu yang

dilaksanakan agar tujuan rganisasi dapat terlaksanan dan berhasil sesuai dengan

Visi yang ditetapkan. Misi Dinas Kesehatan Kota Medan yaitu :

1. Menggerakkan pembanggunan Kota Berwawasan Kesehatan

Para penanggung jawab program pembangunannn di Pemerinahan Kota

Medan harus memasukkan pertimbangan kesehatan dalam semua

kebijaksaan pembangunannya. Program pembangunan yang tidak

berkontribusi positif terhadap kesehatan apalagi yang berdampak negative,

seharusnya tidak terlaksana. Untuk itu, maka seluruh elemen dari sistem

pemerintahan kota harus berperan sebagai pengerak utama pembangunan

Kota Medan menuju Kota Metropolitan yang modern, Madani, dan

Religius berwawasan kesehatan.

2. Mendorong Kemandirian Masyarakat Untuk Hidup Sehat

Sehat merupakan hak asasi sehingga setiap individu berhak mendapatkan

pelayanan kesehatan. Disamping itu juga sehat merupakan investasi, yaitu

investasi baik pemerintah maupun individu . dengan demikian diharapkan

terciptanya suatu kondisi dimana masyarakat manyadari, mau dan mampu

untuk mengenali, mencegah, dan mengatasi permasalahan kesehatan yang

dihadapai, sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan, baik yang

disebabkann karena penyakit termasuk gangguan kesehatan akibat Kota


9

Medan Beriklim tropis basah dengan curah hujan rata-rata 2000-2500 mm

per tahun. Suhu udara di Kota Medan berada pada maksimum 32,40C dan

minimum 240C. Kota Medan sebagai ibu Kota Provinsi Sumatera Utara

merupakan pusat pemerintahan, pendidikan, kebudayaan, dan perdagangan

Tabel 2.1. Luas Wilayah, Jumlah Kelurahan, Jumlah Rumah Tangga dan
Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Wilayah Kerja
Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2014

No Kecamatan Luas Jumlah Jumlah Kepadatan


Wilayah Kelurahan RT Penduduk
1 Medan tuntungan 20,68 9 19.673 4,099
2 Medan johor 14,58 6 29.678 8,945
3 Medan Amplas 11,19 7 27.498 10,846
4 Medan Denai 9,05 6 32.220 16,097
5 Medan Area 5,52 12 22.176 17,927
6 Medan Kota 5,27 12 17.523 14,119
7 Medan Maimun 2,98 6 9.395 13,632
8 Medan Polonia 9,01 5 12.475 6,145
9 Medan Baru 5,84 6 10.968 6,938
10 Medan Selayang 12,81 6 27.440 8,154
11 Medan Sunggal 15,44 6 26.897 7,493
12 Medan Helvetia 13,16 7 32.952 11,383
13 Medan Petisah 6,82 7 15.562 9,286
14 Medan Barat 5,33 6 16.864 13,625
15 Medan Timur 7,76 11 25.870 14,352
16 Medan Perjuangan 4,09 9 22.972 23,421
17 Medan Tembung 7,99 7 30.760 17,154
18 Medan Deli 20,84 6 40.054 8,548
19 Medan Labuhan 36,67 6 25.634 3,173
20 Medan Marelan 23,82 5 34.423 6,566
21 Medan Belawan 26,25 6 21.992 3,734
Jumlah 265,1 151 502.735 8,265
sumber: Bidang BPS Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2014

2.1.3 Keadaaan Demografis

1.) Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk Kota Medan tahun 2014 berdasarkan data dari Badan

Pusat Statistik (BPJS) Kota Medan adalah 2.191.140 jiwa, dengan kepadatan
10

penduduk rata-rata 8.265 Jiwa/Km2. Penyebaran penduduk tidak merata seperti

terlihat pada tabel 2.1. Daerah yang terbanyak penduduknya adalah Medan Deli

dengan jumlah penduduknya 178.147 Jiwa. Namun daerah terpadat

penduduknya adalah Kecamatan Perjuangan yaitu 23.427 Jiwa/Km2 (Luas

Wilayah: 4,09 Km2). Sedangkan Kecamatan Medan Labuhan merupakan daerah

yang renggang penduduknya yaitu : 3.173 Jiwa/Km2 (Luas Wilayah : 36,67

Km2).4

Jumlah rumah tangga di Kota Medan sebesar 502.735, dengan jumlah

rumah tangga terbanyak terdapat di Kecamatan Medan Deli dengan 40.054 RT

dan yang terkecil terdapat di Medan Maimun dengan 9.395 RT. Rata-rata jiwa

per rumah tangga sebesar 4,32 Jiwa/RT. Rata-rata Jiwa per rumah tangga paling

besar terdapat di Kecamatan Medan Helvetia dengan 4,55 jiwa/RT dan yang

terkecil terdapat di Kecamatan Medan Baru dengan 3,69 jiwa/RT. 4

2.) Komposisi Penduduk

Jumlah penduduk Kota Medan Tahun 2014 dilihat dari komposisi

berdasarkan jenis kelamin memperlihat bahwa jumlah penduduk perempuan

lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk laki-laki. Jumlah penduduk laki-

laki 1.081.179 orang dan jumlah penduduk perempuan 1.109.343 orang. Untuk

lebih jelas dapat di lihat pada pada grafik berikut :


11

49,37%

50,63%

Perempuan Laki-Laki

Gambar 2.1. Grafik penduduk Kota Medan Berdasarkan Jenis Kelamin


Tahun 2014

2.1.4 Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang ada haruslah senantiasa meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan dan dapat dijangkau oleh masyarakat baik dari sisi biaya

maupun letak/lokasi. Jumlah puskesmas di Kota Medan pada tahun 2014 tercatat

sejumlah 39 Puskesmas serta 39 unit Puskesmas Keliling dan untuk semakin

mendekatkan pelayanan kesehatan ke masyarakat telah berdiri 41 buah

Puskesmas Pembantu. Penyebaran Puskesmas dan Puskemas Pembantu di Setiap

Kecamatan di Kota Medan tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut :
12

Tabel 2.2 Penyebaran Puskesmas dan Puskesmas Pembantu di Wilayah


Kerja Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2014

No Kecamatan Jumlah Puskesmas Jumlah Pustu


1 Mdn. Tuntungan 2 Puskesmas 4 Pustu
2 Mdn. Johor 2 Puskesmas 3 Pustu
3 Mdn. Amplas 1 Puskesmas 4 Pustu
4 Mdn Denai 4 Puskesmas 0 Pustu
5 Mdn. Area 3 Puskesmas 0 Pustu
6 Mdn. Kota 3 Puskesmas 0 Pustu
7 Mdn. Maimun 1 Puskesmas 0 Pustu
8 Mdn . Polonia 1 Puskesmas 0 Pustu
9 Mdn. Baru 1 Puskesmas 0 Pustu
10 Mdn. Selayang 1 Puskesmas 2 Pustu
11 Mdn. Sunggal 2 Puskesmas 3 Pustu
12 Mdn. Helvetia 1 Puskesmas 2 Pustu
13 Mdn. Petisah 3 Puskesmas 0 Pustu
14 Mdn. Barat 3 Puskesmas 1 Pustu
15 Mdn. Timur 1 Puskesmas 1 Pustu
16 Mdn. Perjuangan 1 Puskesmas 2 Pustu
17 Mdn. Tembung 2 Puskesmas 4 Pustu
18 Mdn. Deli 2 Puskesmas 4 Pustu
19 Mdn. Labuhan 3 Puskesmas 3 Pustu
20 Mdn. Marelan 1 Puskesmas 3 Pustu
21 Mdn. Belawan 1 Puskesmas 5 Pustu
JUMLAH KESELURUHAN 39 PUSKESMAS 41 PUSTU
Sumber : Bidang BPS Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2014

Jumlah keseluruhan puskesmas yang ada diwilayah kerja Dinas

Kesehatan Kota Medan yaitu : 39 Puskesmas dan 41 Pustu.4

2.2 Program Kerja Dinas Kesehatan Kota Medan Seksi Kesehatan


Lingkungan

2.2.1 Keadaan Lingkungan

Berdasarkan data yang diperoleh dari profil Dinas Kesehatan Kota

Medan Tahun 2014, terdapat berbagai masalah kesehatan lingkungan yaitu

masalah jenis perumahan, jenis akses air bersih, jenis jamban, sarana tempat-
13

tempat umum, perilaku hidup bersih dan sehat rumah tangga dan akses air

minum dapat di uraikan sebagai berikut :

1) Jenis Perumahan

Rumah yang nyaman adalah rumah yang relatif luas sehingga penghuninya

tidak merasa berdesakan, semakin luas rumah yang dihuni maka semakin luas

ruang gerak penghuninya. Luas lantai bangunan tempat tinggal menjadi salah

satu indikator perumahan sehat. Hasil pemantauan petugas kesehatan lingkungan

di seluruh wilayah Kota Medan pada tahun 2014 menunjukkan 429.625 rumah

yang memenuhi syarat (90,58%) dan rumah yang tidak memenuhi syarat yaitu

sebanyak 44.660 rumah yang tidak memenuhi syarat (9,24%). Dari data jenis

perumahan yang ada di Kota Medan tahun 2014 dapat disimpulkan bahwa jenis

perumahan yang dihuni oleh masyarakat Kota Medan sudah dikatakan dalam

kategori baik, dikarenakan persentase antara rumah yang memenuhi syarat dan

rumah yang tidak memenuhi syarat yang terbanyak dihuni oleh masyarakat Kota

Medan adalah rumah yang sudah memenuhi syarat.

Tabel 2.3. Jumlah Rumah yang Memenuhi Syarat dan Tidak Memenuhi
Syarat di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun
2014

No. Kriteria Jumlah Persentase ( % )


1 Rumah yang 429.625 90,58
Memenuhi Syarat
2 Rumah yang Tidak 44.660 9,42
Memenuhi Syarat
Jumlah 474.285 100
Sumber : Bidang BPS Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2014
14

2) Jenis Akses Air bersih

Jenis akses air bersih yang paling banyak dimiliki masyarakat di Kota

Medan tahun 2014 adalah air sumur gali terlindung yang memenuhi syarat yaitu

sebanyak 47.985 sumur gali terlingdung (91,60%) dan yang tidak memenuhi

syarat yaitu sebanyak 4.396 sumur gali terlindung (8,40%), sumur gali dengan

pompa yang memenuhi syarat yaitu sebanyak 3.730 sumur gali dengan pompa

(100%) dan sumur gali yang tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 0 sumur gali

dengan pompa (0%), sumur bor dengan pompa yang memenuhi syarat yaitu

sebanyak 365 sumur bor dengan pompa (97,1%) dan sumur bor dengan pompa

yang tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 11 sumur bor dengan pompa (2,9%)

dan masyarakat yang menggunakan sumber air bersih dari PDAM yang

memenuhi syarat yaitu sebanyak 266.551 sumber air bersih dari PDAM (95,4%)

dan masyarakat yang menggunakan sumber air bersih dari PDAM yang tidak

memenuhi syarat yaitu sebanyak 12.859 sumber air bersih dari PDAM (4,6%).

Dari data jenis akses air bersih yang ada di Kota Medan tahun 2014 dapat

disimpulkan bahwa jenis akses air bersih yang di gunakan oleh masyarakat Kota

Medan sudah dikatakan dalam kategori baik, dikarenakan persentase sumber air

dari PDAM sudah banyak digunakan oleh masyarakat Kota Medan dan sumber

air dari sumur gali terlindung, sumur gali dengan pompa, sumur bor dengan

pompa sudah banyak di gunakan oleh masyarakat Kota Medan yang sudah

memenuhi syarat.
15

Tabel 2.4. Jumlah Jenis Akses Air Bersih yang Memenuhi Syarat dan
Tidak Memenuhi Syarat di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan
Kota Medan Tahun 2014

No Jenis Akses Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Total


Air Bersih Syarat
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1. Sumur Gali 47.985 91,60 4.396 8,40 52.381 100
Terlindung
2. Sumur Gali 3.730 100 0 0 3.730 100
Dengan
Pompa
3. Sumur Bor 365 97,1 11 2,9 376 100
Dengan
Pompa
4. PDAM 266.551 95,4 12.859 4,6 279.410 100
Sumber : Bidang BPS Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2014

3) Jenis Jamban

Jenis jamban yang digunakan oleh masyarakat di Kota Medan tahun 2014

adalah jenis jamban komunal yaitu sebanyak 58 jenis jamban komunal

(0,016%), jenis jamban leher angsa yaitu sebanyak 352.644 jenis jamban leher

angsa (99,88%), jenis jamban plengsengan yaitu sebanyak 226 jenis jamban

plengsengan (0,064%), jenis jamban cemplung yaitu sebanyak 107 jenis jamban

cemplung (0,03%). Dari data jenis jamban yang digunakan oleh masyarakat

Kota Medan tahun 2014 dapat disimpulkan bahwa sudah dikatakan dalam

kategori baik, dikarenakan persentase jamban leher angsa lebih besar

dibandingkan dengan jamban komunal, plengsengan dan jamban cemplung yang

digunakan oleh masyarakat Kota Medan pada tahun 2014. Di Kota Medan

seharusnya tidak ada lagi masyarakat yang menggunakan jenis jamban cemplung
16

dikarenakan jenis jamban cemplung bisa menyebabkan bibit penyakit yang ada

pada kotoran manusia dan mengganggu estetika lingkungan.

Tabel 2.5. Jumlah Jenis Jamban yang Memenuhi Syarat dan Tidak
Memenuhi Syarat di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota
Medan Tahun 2014

No Jenis Jamban Jumlah Sarana Jamban Persentase %


1. Komunal 58 0,016
2. Leher Angsa 352.644 99,88
3. Plengsengan 226 0,064
4. Cemplung 107 0,03
Jumlah 353.035 100
Sumber : Bidang BPS Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2014

4) Sarana Tempat-tempat Umum

Sarana tempat-tempat umum yang memenuhi syarat di Kota Medan tahun

2014 adalah sarana pendidikan yang memenuhi syarat yaitu sebanyak 1.329

sarana pendidikan (89,5%) dan sarana pendidikan yang tidak memenuhi syarat

yaitu sebanyak 156 sarana pendidikan (10,50%), sarana kesehatan yang

memenuhi syarat yaitu sebanyak 96 sarana kesehatan (49,7%) dan sarana

kesehatan yang tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 97 sarana kesehatan

(50,3%), sarana hotel yang memenuhi syarat yaitu sebanyak 139 sarana hotel

(93,3%), dan sarana hotel yang tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 10 sarana

hotel (6,7%). Dari data sarana tempat-tempat umum di Kota Medan tahun dapat

disimpulkan bahwa sudah dikatakan dalam kategori baik dikarenakan persentase

sarana hotel sudah banyak yang memenuhi syarat dan sarana pendidikan sudah
17

banyak yang memenuhi syarat dan juga sarana kesehatan sudah memenuhi

syarat.

Tabel 2.6. Sarana Tempat-tempat Umum yang Memenuhi Syarat dan


Tidak Memenuhi Syarat di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan
Kota Medan Tahun 2014

No Sarana Memenuhi Tidak Memenuhi Total


Tempat- Syarat Syarat
tempat Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Umum
1. Sarana 1.329 89,5 156 10,50 1.485 100
Pendidikan
2. Sarana 96 49,7 97 50,3 193 100
Kesehatan
3. Sarana Hotel 139 93,3 10 6,7 149 100
Sumber : Bidang PMK Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2014

5) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Rumah Tangga

Perilaku hidup bersih dan sehat rumah tangga yang ber-PHBS di Kota

Medan tahun 2014 yaitu sebanyak 213.113 ber-PHBS (62,1%) dan rumah

tangga yang tidak ber-PHBS yaitu sebanyak 289.612 yang tidak ber-PHBS

(37,9%). Dari data perilaku hidup bersih dan sehat rumah tangga di Kota Medan

tahun 2014 dapat dikatakan dalam kategori baik, karena sudah banyak

masyarakat di Kota Medan yang sudah melakukan berperilaku hidup bersih dan

sehat rumah tangga.

Tabel 2.7. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Rumah Tangga ber-PHBS dan
Tidak ber-PHBS di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota
Medan Tahun 2014

No. Rumah Tangga Jumlah Persentase ( % )


Yang Ber-PHBS
1 Ber-PHBS 213.113 62,1
2 Tidak Ber-PHBS 289.612 37,9
Jumlah 502.735 100
Sumber : Bidang BPS Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2014
18

Persentase Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga adalah

upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu

mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam

gerakan kesehatan di masyarakat. Untuk mencapai rumah tangga ber PHBS,

terdapat 10 perilaku hidup bersih dan sehat yang dipantau, yaitu : (1) persalinan

ditolong oleh tenaga kesehatan, (2) memberi ASI eksklusif selama 6 bulan, (3)

menimbang balita setiap bulan, (4) menggunakan air bersih, (5) mencuci tangan

dengan air bersih yang mengalir dan sabun, (6) menggunakan jamban sehat, (7)

memberantas jentik di rumah sekali seminggu, (8) makan buah dan sayur, (9)

melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan (10) tidak merokok di dalam rumah.

6) Akses Air Minum

Akses air minum penduduk di Kota Medan tahun 2014 yang memiliki

akses air minum yaitu sebanyak 1.370.463 memiliki akses air minum (62,65%)

dan penduduk yang tidak memiliki akses air minum yaitu sebanyak 820.677

yang tidak memiliki akses air minum (37,35%). Dari data jenis akses air minum

dapat disimpulkan bahwa belum dikatakan dalam kategori baik jenis akses air

minum dikarenakan masih tinggi penduduk di Kota Medan tahun 2014 yang

tidak memiliki akses air minum yaitu sebanyak 820.677 yang tidak memiliki

akses air minum (37,35%). Akses air minum sangat berpengaruh dengan

kesehatan masyarakat, jika akses air minum tidak baik maka akan berpotensi

untuk terjadinya penyakit yang berbasis lingkungan, salah satu penyakit yang

ditimbulkan oleh air adalah penyakit diare.4


19

Tabel 2.8. Penduduk yang Memiliki Akses Air Minum dan Tidak Memiliki
Akses Air Minum di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota
Medan Tahun 2014

No. Akses Air Minum Jumlah Persentase ( % )


1 Penduduk yang 1.370.463 62,65
memiliki akses air
minum
2 Penduduk yang 820.677 37,35
tidak memiliki
akses air minum
Jumlah 2.191.140 100
Sumber : Bidang BPS Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2014

2.2.2 Penyakit Berbasis Lingkungan

1) TB Paru (Tuberculosis)

Tuberculosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

infeksi bakteri mycobacterium tuberculosis. Penyakit TB dapat menyebar

melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil TB. Tuberculosis menjadi salah

satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs.

TB termasuk dalam 10 penyakit yang menyebabkan kematian di dunia. Data

WHO menunjukkan bahwa pada tahun 2015 Indonesia termasuk 6 besar negara

dengan kasus baru TB terbanyak, Penyakit TB sampai saat ini masih merupakan

masalah kesehatan di Indonesia, demikian juga di Kota Medan karena

menimbulkan angka kesakitan dan kematian yang cukup besar dan sebagian

besar menyerang kelompok usia produktif. Penyebab TB adalah Mycobaterium

tuberculosis, basil tersebut menyebar di udara melalaui semburan titik-tititk air

liur dari batuk pengidap TB aktif.


20

Tabel 2.9. Penemuan Kasus Tuberkulosis (TB) di Wilayah Kerja Dinas


Kesehatan Kota Medan Tahun 2011 - 2014

No Jenis Penemuan TB Tahun


2011 2012 2013 2014
1 BTA POS 2966 3256 3039 3022
2 BTA NEG Ro POS 2162 2286 2664 2290
3 Ekstra Paru 170 184 216 320
4 Kambuh 36 61 64 67
5 DO 0 4 1 0
6 Gagal 0 1 1 2
7 Lain-lain 0 4 17 18
8 TB Anak 52 140 197 204
Total TB diobati 5386 5936 6199 5857
Sumber : Bidang BPS Dinas Kesehatan Kota Medan

Pada tahun 2011 kasus TB BTA POS sebanyak 2966 orang, BTA NEG

Ro POS sebanyak 2162 orang, ekstra Paru sebanyak 170 orang, kambuh

sebanyak 36 orang, DO sebanyak 0, gagal 0, lain-lain sebanyak 0, TB anak

sebanyak 52 orang. Total TB di obati 5386 orang. ekstra paru sebanyak 184

orang, kambuh sebanyak 61 orang, DO sebanyak 4 orang, gagal sebanyak 1

orang, lain-lain 4 orang, TB anak sebanyak 140 orang, Total TB di obati adalah

5936 orang.

Pada tahun 2012 kasus TB BTA POS sebanyak 3256 orang, BTA NEG

Ro POS sebanyak 2286 orang, ekstra paru sebanyak 184 orang, kambuh

sebanyak 61 orang, DO sebanyak 4 orang, gagal sebanyak 1 orang, lain-lain 4

orang, TB anak sebanyak 140 orang, Total TB di obati adalah 5936 orang.

Pada tahun 2013 kasus TB BTA POS sebanyak 3039 orang, BTA NEG

Ro POS sebanyak 2664 orang, ekstra paru sebanyak 216 orang, kambuh

sebanyak 64 orang, DO sebanyak 1 orang, gagal sebanyak 1 orang, lain-lain


21

sebanyak 17 orang, TB anak sebanyak 197 orang. Total TB di obati adalah 6199

orang.

Pada tahun 2014 kasus BTA POS sebanyak 3022 orang, BTA NEG Ro

POS sebanyak 2290 orang, ekstra paru sebanyak 320 orang, kambuh sebanyak

67 orang, DO sebanyak 0, gagal sebanyak 2, lain-lain sebanyak 18 orang, TB

anak sebanyak 204 orang. Total TB di obati adalah 5857 orang. Dapat

disimpulkan bahwa kasus TB dari mulai tahun 2011-2014 di Kota Medan

terdapat 4 orang yang meninggal dan total yang di obati sebanyak 23.378 orang.4

2) Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam berdarah adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh

virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk

dari genus aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Aedes aegypti

adalah vektor yang paling banyak ditemukan menyebabkan penyakit ini.

Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah menghisap darah orang yang

telah terinfeksi virus tersebut.

Penyakit Deman Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah

kesehatan di Kota Medan yang cenderung menimbulkan kekhawatiran

masyarakat karena perjalanan penyakitnya cepat dan dapat menyebabkan

kematian dalam waktu yang singkat serta dapat menimbulkan kejadian luar biasa

(KLB) atau wabah. Seluruh kecamatan di Kota Medan merupakan daerah

endemis DBD, dimana setiap tahunnya terdapat kasus DBD.


22

Pencegahan yang paling efektif dan efisien adalah dengan melakukan

pemberantasan sarng nyamuk (PSN) secara rutin dan serentak sedangkan Foging

adalah upaya pemutusan rantai penularan di lokasi sumber penularan (Foging

Fokus) Penderita Demam Berdarah Dengue di Kota Medan.

Upaya Penanggulangan Penyakit DBD yang dilakukan di Kota Medan

adalah:

1. Penyuluhan/ Resosialisasi penyakit Demam Berdarah Dengue kepada

masyarakat, sekolah dan masyarakat umum.

2. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan gerakan 3M + 1T.

3. Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB).

4. Melaksanakan Surveilands Epidemiologi.

5. Abatisasi Selektif.

6. Penyelidikan Epidemiologi di lokasi sumber penularan sampai

Foging Fokus.

7. Melakukan koordinasi dengan Lintas Sektor.

8. Melakukan Pertemuan Berkala dengan Kepala Puskesmas dan

Puskesmas Pembantu.

9. Advokasi ke pemangku kepentingan.


23

Tabel 2.10. Jumlah Kasus DBD di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota
Medan Tahun 2011-2014

No Kecamatan Jumlah Jumlah CFR %


kasus L+P Meninggal L+P
L+P
1. Medan Tuntungan 87 0 0,0
2. Medan Johor 120 2 10
3. Medan Amplas 95 0 0,0
4. Medan Denai 94 2 8,8
5. Medan Area 45 1 6,7
6. Medan Kota 66 0 0,0
7. Medan Maimun 41 1 2,4
8. Medan Polonia 34 0 0,0
9. Medan Baru 70 0 0,0
10. Medan Selayang 121 1 0,8
11. Medan Sunggal 171 0 0,0
12. Medan Helvetia 158 2 1,3
13. Medan Petisah 49 0 0,0
14. Medan Barat 65 0 0,0
15. Medan Timur 56 0 0,0
16. Medan Perjuangan 51 1 1,9
17. Medan Tembung 69 0 0,0
18. Medan Deli 141 0 0,0
19. Medan Labuhan 69 3 33,7
20. Medan Marelan 60 0 0,0
21. Medan Belawan 36 2 5,6
Jumlah 1.699 15 0,9
Insiden Rate Per 40,4 37,1 77,5
100.000 Penduduk
Sumber : Bidang BPS Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2014

Berdasarkan data surveilans Dinas Kesehatan Kota Medan, pada tahun

2014 terdapat 1.699 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD), dengan jumlah

kematian 15 orang, (IR = 77,5 per 100.000 penduduk dan CFR 0,9%). Jumlah

kasus tertinggi terdapat di Kecamatan Medan Sunggal yaitu 171 kasus dengan

memiliki CFR (Case Fatality Rate) yaitu 0% dengan jumlah kematian 0 orang.

Kemudian Kecamatan dengan kasus DBD tertinggi kedua di Kota Medan adalah
24

Kecamatan Medan Helvetia yaitu 158 kasus dengan CFR 1,3% dan jumlah

kematian 2 orang dan jumlah kasus terendah berada di Kecamatan Medan

Polonia dengan jumlah kasus yaitu sebanyak 34 kasus dengan memiliki CFR

(Case Fatality Rate) yaitu 0,0%. 4

3) Diare

Dari sekitar 2,2 juta total penduduk Kota Medan, diperkirakan 46 ribu

diantaranya menderita diare, perkiraan ini di hitung dengan berdasarkan angka

morbiditas diare nasional, yaitu 411 per 1.000 jumlah penduduk. Angka

perkiraan jumlah kasus dapat di jadikan sebagai target cakupan layanan kasus

diare.

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja lembek (setengah

cair) dengan frekuensi lebih dari 3 kali sehari atau dapat berbentuk cair saja.

Hingga saat ini penyakit Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

di indonesia dan di dunia sebanyak 6 juta anak meninggal setiap tahun karena

diare dan sebagian tersebut terjadi di negara berkembang. Menurut WHO, di

negara berkembang pada tahun 2003 diperkirakan 1,87 juta anak balita

meninggal karena diare , 8 dan 10 kematian tersebut pada umur < 2 tahun.

Adapun tujuan dari pengendalian penyakit diare adalah menurunkan

angka kesakitan dan kematian karena diare bersama lintas program dan sektor

terkait. Adapun strategi yang dilakukan adalah :


25

1. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar di sarana

kesehatan melalui Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS

DIARE).

2. Meningkatkan tatalaksana penderita daiare i rumah tangga yang tepat

dan benar.

3. Meningkatkan Sistem Kewaspadaan Dini Diare.

Adapun Lima Langkah Tuntaskan Diare meliputi :

1. Berikan oralit.

2. Berikan tablet zinc

3. Teruskan pemberian Asi-makan

4. Berikan antibiotik secara selektif.

5. Berikan penyuluhan pada ibu/keluarga.

Untuk mengantisipasi adanya kasus diare yang meningkat maka setiap

pemegang program diare puskesmas melakukan laporan mingguan ke Dinas

Kesehatan Kota Medan yang kemudian pemegang program diare Dinas

Kesehatan Kota Medan membuatnya dalam bentuk laporan bulanan.


26

Tabel 2.11. Data Penderita Diare Perbulan dari Tahun 2011-2014

No BULAN Tahun
2011 2012 2013 2014
1 JANUARI 2727 2402 2137 2093
2 FEBRUARI 2630 2805 2108 2285
3 MARET 2788 2235 2222 1995
4 APRIL 2725 2578 2159 2112
5 MEI 2473 3018 2750 2026
6 JUNI 2776 2528 2158 2064
7 JULI 2528 2526 2207 1842
8 AGUSTUS 2500 2660 2160 2364
9 SEPTEMBER 2508 2600 2425 2704
10 OKTOBER 2548 2491 2438 278
11 NOVEMBER 2704 2288 1908 2316
12 DESEMBER 1953 2308 1725 2064
TOTAL 30860 30440 26427 24143
Sumber: Bidang BPS Dinas Kesehatan Kota Medan

Berdasarkan tabel profil kesehatan Kota Medan tahun 2014, jumlah

perkiraan kasus diare dan cakupan pelayanan diare menurut kecamatan di Kota

Medan, terdapat perkiraan penderita diare sebanyak 46.890 dimana laki-laki

23.150 dan perempuan 23.740. Angka morbiditas Diare di Kota Medan yaitu

214, artinya dari setiap 1000 penduduk terdapat 214 penduduk terkena diare

pada tahun 2014.

Adapun diare ditangani yaitu sebesar 26.805 orang(57.2%) dimana laki-

laki sebanyak 13.009 orang dan perempuan 13.796 orang. Kecamatan Medan

Labuhan merupakan kecamatan terbesar angka diare ditangani yaitu sebesar

2.741 orang (110%) dimana angka ini melebihi jumlah target penemuan diare di

kecamatan Medan Selayang yaitu sebesar 2.490 orang. Sementara itu diare
27

ditangani terkecil terdapat di kecamatan Medan Selayang yaitu sebesar 290

orang (13%) dengan jumlah target penemuan diare sebesar 2.235 orang.

Berdasarkan profil kesehatan Kota Medan dapat dilihat trend morbidity

penyakit Diare cenderung menurun dalam 4 tahun terakhir, hal ini menunjukan

meningkatnya perilaku hidup bersih dan sehat di Kota Medan.4

2.3 Prioritas Masalah

Berdasarkan data yang telah dipaparkan pada sub Bab sebelumnya maka

didapat masalah-masalah sebagai berikut yaitu : jenis perumahan, jenis air

bersih, jenis jamban, sarana tempat-tempat umum, perilaku hidup bersih dan

sehat, akses air minum penduduk.

Untuk menentukan prioritas masalah diatas maka digunakan metode

Bryant.

Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi :

1. Prevenlensi (P)

Yaitu besarnya masalah yang dihadapi

2. Seriousnes (S)

Yaitu pengaruh buruk yang diakibatkan oleh suatu masalah dalam

masyarakat dan dilihat dari besarnya angka kesakitan dan angka

kematian akibat masalah kesehatan tersebut.

3. Manageabililty (M)

Yaitu kemampuan untuk mengelola dan berkaitan dengan sumber daya.


28

4. Community concern (C)

Yaitu sikap dan perasaan masyarakat terhadap masalah kesehatan


tersebut.
Parameter diletakkan pada baris dan masalah-masalah yang ingin dicari

prioritasnya diletakkan pada kolom. Kisaran skor yang diberikan adalah 1-5

yang ditulis dari arah kiri ke kanan untuk tiap masalah. Kemudian penjumlahan

dari arah atas ke bawah untuk masing-masing masalah dihitung nilai skor

akhirnya.

Score penilaian :

1 = Sangat Mudah

2 = Mudah

3 = Cukup Sulit

4 = Sulit

5 = Sangat Sulit

Tabel 2.12. Menentukan Prioritas Masalah di Dinas Kesehatan Kota Medan


Tahun 2014

No. Masalah P S C M Total Urutan


Prioritas
1 Program cakupan air 4 5 3 5 17 I
minum masih rendah
di Kota Medan
2 Program cakupan 3 2 3 2 10 II
kepemilikan jamban
sehat keluarga masih
rendah di Kota
Medan
3 Masih tingginya 2 2 2 3 9 III
angka kesakitan
penyakit berbasis
lingkungan
29

Maka dapat dilihat bahwa prioritas masalah adalah masih rendahnya

cangkupan masyarakat yang memiliki akses air minum yang memiliki syarat

kesehatan dengan skor 17.

Berdasarakan prioritas masalah maka solusi yang dapat diberikan adalah

sebagai berikut :

1. Peningkatan pengawasan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan terhadap

sumber air minum masyarakat di Kota Medan. Pemeriksaan depot air

minum yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Medan, dengan

membawa sampel air depot ke laboratorium untuk pemeriksaan layak

konsumsi atau tidak.

2. Pengembangan sistem perpipaan air bersih sampai ke pelosok-pelosok

daerah di Kota Medan agar masyarakat mudah untuk mendapatkan air

bersih yang layak digunakan oleh masyarakat Kota Medan untuk

pengolahan air minum.

3. Penyuluhan langsung kepada masyarakat tentang pengolahan air bersih

yang layak untuk dikonsumsi.

4. Pemeriksaan secara berkala sumber air minum masyarakat di Kota

Medan.

2.4 Pembahasan

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses

pengolahan yang melalui syarat dan dapat langsung diminum. Air minum harus

terjamin dan aman bagi kesehatan, air minum aman bagi kesehatan harus
30

memenuhi persyaratan fisik, mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif yang dimuat

dalam parameter wajid dan parameter tambahan. Parameter wajib merupakan

persyaratan kualitas air minum yang wajib diikuti dan ditaati oleh seluruh

penyelenggara air minum, sedangkan parameter tambahan dapat diteteapkan

oleh pemerintah daerah sesuai dengan kondisi kualitas lingkungan daerah

masing-masing dengan mengacu pada parameter tambahan tang ditentukan oleh

Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air

minum.

Persyaratan kualitas air minum sebagaimana yang ditetapkan melalui

Permenkes RI nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang syarat-syarat dan

pengawasan kualitas air minum, meliputi persyaratan bakteriologis, kimiawi,

radioaktif dan fisik. Terdapat 2 parameter kualitas air minum, yaitu sebagai

berikut.

1. Parameter wajib yaitu:

a) Parameter microbiologi

b) Parameter kimia an-organik

2. Parameter yang tidak wajib yaitu:

a) Parameter fisik

b) Parameter kimiawi
31

Tabel 2.13. Parameter Air Minum Menurut Permenkes RI nomor


492/MENKES/PER/IV/2010

No Jenis Parameter Satuan Kadar


maksimum yang
diperoleh
1 Parameter wajib
a. Parameter
Mikorobiologi
1) E.Coli Jumlah per 100 ml 0
2) Total Bakteri Sampel
Koliform Jumlah per 100 ml 0
Sampel
b. Kimia an-organik
1) Arsen mg/l 0.01
2) Fluoride mg/l 1,5
3) Total Kromium mg/l 0,05
4) Kadmium 0,003
5) Nitrit mg/l 3
6) Nitrat mg/l 50
7) Sianida mg/l 0,07
8) Selenium mg/l 0,01
2 Parameter yang tidak wajid
a. Fisik
1) Bau
2) Warna TCU
3) TDS Mg/l
4) Kekeruhan NTU
5) Rasa
0
6) Suhu C
b. Kimiawi
1) Aluminium mg/l 0,2
2) Besi mg/l 0,3
3) Kesadahan mg/l 500
4) Khlorida mg/l 250
5) Mangan mg/l 0,4
6) pH 6,5-8,5
7) seng mg/l 3
8) sulfat mg/l 250
9) tembaga mg/l 2
10) amonia mg/l 1,5

Sumber : Permenkes RI nomor 492/MENKES/PER/IV/2010


32

Berdasarkan pada Peraturan Menteri Dalam Negri Nomor 23 Tahun 2006

tentang pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada

Perusahaan Daerah Air Minum BAB I ketentuan umum pasal 1 ayat 8

menyatakan bahwa”Standar Kebutuhan Pokok Air Minum adalah kebutuhan air

sebesar 10 meter kubik/kepala keluarga/bulan atau 60 liter/orang/hari,atau

sebesar satuan volume lainnya yang ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri yang

menyelenggarakan urusan pemerintah dibidang sumber daya air”. Badan Dunia

UNESCO sendiri pada tahun 2002 telah menetapkan hak dasar manusia atas air

yaitu 60 liter/orang/hari. Dengan kata lain jika seseorang mendapatkan pasokan

air minum dibawah dari standar kebutuhan air minum maka dapat dikatakan

orang tersebut tidak memenuhi standar kebutuhan air minum atau orang tersebut

mengalami kekurangan pasokan air minum.5

Menurut Budiyono (2016) terdapat hubungan antara kualitas air minum

dengan kejadian diare. Mengkonsumsi air minum yang tidak disertai pengolahan

terlebih dahulu seperti dimasak sampai mendidih dan dimasukkan ke dalam

teko, akan memperpendek rantai penularan penyakit diare. Sumber air minum

yang akan dikonsumsi sebelumnya telah dimasak hingga mendidih walaupun

sumber air minum berasal dari air galon, dapat terjadi pencemaran kembali saat

melakukan penyimpanan air minum ke aqua galon untuk dikonsumsi.6

Di Kota Medan dari 2,2 juta total penduduk Kota Medan, diperkirakan

46 ribu diantaranya menderita diare, perkiraan ini dihitung dengan berdasarkan

angka morbiditas diare nasional, yaitu 411 per 1.000 penduduk. Diare adalah
33

suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau

cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga

kali atau lebih) dalam satu hari (Kepmenkes,2011). Diare akut merupakan

masalah yang sering terjadi pada dewasa. Setiap tahun diperkirakan sebanyak 2

milyar kasus diare terjadi di seluruh dunia. Infeksi bakteri merupakan salah satu

penyebab diare cair ataupun diare berdarah. Etiologi diare akut yaitu bakteri,

virus, protozoa, dan helmitnhs. Diagnosis dan memperhitungkan kebutuhan

cairan pengganti, serta pemilihan antibiotik yang menjadi elemen penting dalam

tatalaksana diare akut.7

Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat pasal 1 No 6 pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga

adalah melakukan kegiatan mengelola air minum dan makanan di rumah tangga

untuk memperbaiki dan menjaga kualitas air dan sumber air yang akan

digunakan untuk air minum. Penyelenggaraan STBM bertujuan untuk

mewujudkan perilaku masyarakat yang higiene dan saniter secara mandiri dalam

rangka menigkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Masyarakat

menyelenggarakan STBM secara mandiri dengan berpedoman pada pilar STBM.

Pilar STBM sebagaimana dimaksud pada ayat 1 terdiri atas perilaku: Stop

buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum

dan makanan rumah tannga, pengamanan sampah rumah tannga dan

pengamanan limbah cair rumah tangga. Pilar STBM sebagaimana dimaksud

pada ayat 2 ditujukan untuk memutus mata rantai penularan penyakit dan
34

keracunan. Perilaku pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga

sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat 2 huruf c diwujudkan melalui

kegiatan paling sedikit terdiri atas: membudayakan perilaku pengolahan air

layak minum dan makanan yang aman dan bersih secara berkelanjutan dan

menyediakan dan memelihara tempat pengolahan air minum dan makanan

rumah tangga yang sehat.8

You might also like