You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Benih adalah biji yang dipersiapkan untuk tanaman, telah melalui proses seleksi sehingga

diharapkan dapat mencapai proses tumbuh yang besar. Benih siap dipanen apabila telah masak. Ada

beberapa fase untuk mencapai suatu tingkat kemasakan benih, yaitu fase pembuahan,fase penimbunan

zat makanan dan fase pemasakan. Fase pertumbuhan dimulai sesudah terjadi proses penyerbukan,

yang ditandai dengan pembentukan-pembentukan jaringan dan kadar air yang tinggi. Fase

penimbunan zat makanan ditandai dengan kenaikan berat kering benih, dan turunnya kadar air. Pada

fase pemasakan, kadar air benih akan mencapai keseimbangan dengan kelembaban udara di luar; dan

setelah mencapai tingkat masak benih; berat kering benih tidak akan banyak mengalami perubahan.

Tolak ukur yang umumnya dijadikan patokan untuk menilai tingkat kemasakan benih adalah

warna, bau, kekerasan kulit, rontoknya buah (benih), pecahnya buah, kadar air dan lainnya. Benih

dikatakan masak secara fisiologis dan siap untuk dipanen, apabila zat makanan dari benih tersebut

tidak lagi tergantung dari pohon induknya, yang umum ditandai dengan perubahan warna kulitnya.

Waktu yang paling baik untuk pengumpulan benih adalah segera setelah benih itu masak. Masaknya

buah (benih) umumnya terjadi secara musiman, walaupun cukup banyak juga jenis-jenis pohon yang

menghasilkan buah masak tetapi tidak mengikuti musim yang jelas.

Pengumpulan buah/benih pohon yang umumnya dilakukan dengan cara; pengumpulan

langsung di bawah tegakan yang telah merontokan buah-buah masak. Buah itu langsung diambil dan

dikumpulkan dari pohon-pohon yang masih berdiri, atau dengan cara menebang pohonnya. Cara yang

pertama adalah cara yang paling sederhana dan mudah dilaksanakan. Menjelang benih-benih jatuh,

tanah di bawah tegakan yang akan dijadikan sebagai sumber benih dibersihkan terlebih dahulu untuk

memudahkan pengumpulannya. Cara yang umum dipakai untuk mendapatkan benih dalam jumlah

besar dari tegakan benih adalah dengan pengumpulan langsung dari pohon-pohon yang berdiri, yang

dapat dipanjat dengan bantuan beberapa peralatan.


Cara pengumpulan benih dengan cara memotong cabang-cabang yang berbuah atau memotong

tangkai pohonnya adalah cara yang tidak dianjurkan, karena akan mengganggu kelestarian produksi

benih itu sendiri.

Buah atau benih yang telah dikumpulkan/dipanen, dimasukan ke dalam tempat yang telah

disediakan, kemudian diberi label, yang antara lain menjelaskan tentang nama jenis, tempat dan

tanggal pengumpulan, nama pengumpul dan jumlahnya. Penanganan selanjutnya adalah

pengangkutan, ekstraksi, pembersihan dan pengeringan, serta pengepakan dan pemberian label benih.

1.2 Tujuan

1. Mahasiswa mampu membedakan tipe perkecambahan dan membedakan bagian-bagian bibit

2. Mahasiswa mampu untuk melaksanakan uji perkecambahan baku dan dapat

mengelompokkan benih atas berkecambah (viable) normal, berkecambah tidak normal dan

tidak berkecambah (nonviable).

3. Melatih mahasiswa untuk melaksanakan pengujian uji nilai indek berkecambah secara

mandiri dan menginterpretasikan data hasil pengamatan yang didapatkannya.

4. Mahasiswa dapat menggunakan teknik pewarnaan dengan TZ untuk menentukan benih

viable dengan yang tidak.

5.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Struktur Biji dan Tipe Perkecambahan

Biji dibentuk dengan adanya perkembangan bakal biji. Pada saat pembuahan, tabung sari sari

memasuki kantung embrio melalui mikropil dan menempatkan dua buah inti gamet jantan padanya.

Satu diantaranya bersatu dengan inti sel telur dan yang lain bersatu dengan dua inti polar atau hasilnya

penyatuan, yaitu inti sekunder. Penyatuan gamet jantan dengan sel telur menghasilkan zigot yang

tumbuh menjadi embrio. Penyatuan gamet jantan yang lain dengan kedua inti polar menghasilkan inti

sel endosperm pertama yang akan membelah-belah menghasilkan jaringan endosperm. Proses yang

melibatkan kedua macam pembuahan (penyatuan) tersebut dinamakan pembuahan ganda.

Biji masak terdiri dari tiga bagian yaitu: embrio dan endosperm yang dihasilkan dari

pembuahan ganda serta kulit biji yang dibentuk oleh dinding bakal biji, termsuk kedua

integumentnya. Biji adalah ovule yang dewasa (mature ovule). Biji bisa terbentuk satu atau lebih di

dalam satu ovary pada legume, tetapi tidak pernah lebih dari satu biji terbentuk dalam ovary pada

monocot. Setiap biji matang (mature seed) selalu terdiri paling kurang bagian embryo dan kulit biji.

Dinyatakan bahwa embryo terbentuk dari telur yang dibuahi (zygot) dengan mengalami

pembelahan sel didalam embryosac. Pada serealia dan rerumputan monocot embryo terdiri atas

cotyledon dan embryonic axsis. Setiap biji yang sangat muda dan sedang tumbuh seperti pada

tanaman serealia seperti jagung, padi, gandum selalu terdiri dari tiga bagian yaitu embryo, kulit biji

dan endosperm. Namun pada jenis legumes hanya terdiri dari embryo dan kulit biji sedangkan

endosperm ada namun sangat sedikit sekali. (Kamil, 1982).


Perkecambahan adalah munculnya plantula (tanaman kecil) dari dalam biji yang merupakan

hasil pertumbuhan dan perkembangan embrio. Pada perkembangan embrio saat berkecambah, bagian

plumula tumbuh dan berkembang menjadi batang, sedangkan radikula menjadi akar. Menurut Kamil.,

(1982) perkecambahan merupakan pengaktifan kembali aktivitas pertumbuhan embryonic axis

didalam biji yang terhenti untuk kemudian membentuk bibit. Berdasarkan letak kotiledon pada saat

perkecambahan dikenal dua tipe perkecambahan yaitu hypogeal dan epigeal.

2.2.1 Tipe perkecambahan di atas tanah (Epigeal) Ialah ketika perkecambahan tersebit terjadi

plumula terangkat kebagian permukaan tanah sehingga kotiledon pun ikut terangkat

kepermukaan tanah.

2.2.2 Tipe perkecambahan dibawah tanah (hypogeal) Ialah tipe perkecambahan dimana

terjadinya pertumbuhan memanjang dari hipokotil yang menyebabkan plumula keluar

menembus kulit biji dan muncul diatas tanah kotiledon tetap berada di dalam tanah.

Secara visual dan morfologis suatu buju yang berkecambah umumnya ditandai dengan

terlihatnya akar (radicle) atau daun (plumule) yyang menonjol keluar biji. Sebetulnya proses

perkecambahan sudah mulai berlangsung sebelum ini.

Dalam keadaan normal, semua jaringan yang kompleks dan organ yang membentuk bibit

(seeding) dan kemudian menjadi tumbuhan dewasa adalah berasal dari sel telur yang telah dibuahi.

Tetapi haris diketahui bahwa tidak seluruh bagian biji berasal dari sel telur yang dibuahi. Kulit biji

berasaldari tumbuhan induk dan endosperm (jika masih ada) berasal dari persatuan antara sperma

dengan polar nuclei didalam embryosac.

Syarat luar utama yang dibutuhkan untuk dapat mengaktifkan kembali pertumbuhan embryonic

axis adalah:

a. Adanya air yang cukup untuk melembabkan biji. Air yang dibutuhkan atau yang diserao

oleh biji untuk rehydration adalah alir yang berupa cairan. Masuknya air kedalam biji
adalah dengan peristiwa difusi, osmose dan imbibisi. Difusi dapat didefinisikan sebagai

perindahan spontan dan pada cairan atau gas dari yang berkonsentrasi lebih tinggi kepada

yang berkonsentrasi lebih rendah.

Apabila konsentrasi air yang diluar biji direndahkan (konsentrasi larutan diluar biji

dinaikkan) misalnya dengan menambahkan NH4NO3 kedalam air tersebut, maka air akan

berkurang atau sama sekali tidak akan masuk kedalam biji, jadi bertambah kesil

konsentrasi air (bertambah tinggi konsentrasi larutan) diluar biji, bertambah sedikit pula air

yang masik kedalam biji yang direndamkan dalam cairan tersebut.

b. Suhu yang pantas. Salah satu syarat perkacambahan biji ialah suhu yang pantas. Tetapi ini

tidak berarti bersifat mutlak sama seperti kebutuhan terhadap air air untuk perkecambahan

dimana biji membutuhkan suatu level minimum hydration yang bersifat khusus untuk

perkecambahan. Jenis biji mempeunyai tiga titik kritis yang berbeda-beda yang disebut

suhu kardinal yaitu, suhu minimum ialah suhu dibawah mana proses perkecambahan biji

tidak terjadi selama periode waktu perkecambahan.

Suhu maksimum ialah suhu diatas mana proses perkecambahan biji tidak akan terjadi

selama periode waktu pendek atau panjang. Sedangkan suhu optimum yaitu suhu pada

mana kecepatan perkecambahan dan presentase biji yang berkecambah tertinggi pada

periode waktu minimum.

c. Cukup oksigen. Kekurangan salah satu diantara tiga diatas umumnya biji tidak akan

berkecambah. Perkecambahan biji adalah suatu proses yang berkaitan dengan sel hidup

yang membutuhkan energi. Energi yang dibutuhkan oleh suatu proses didalam sel hidup

biasanya diperoleh dari proses oksidasi, baik adanya molekul O2 atau tidak. Proses ini

secara berurutan disebut pernapasan dan fermentasi secara dimana terjadi pertukaran gas

yaitu CO2 yang dikeluarkan pada kedua proses diatas dan O2 diambil pada proses

pernapasan disebut pernapasn anaerob dimana oksigen diperoleh dari proses kimia.
Umumnya biji akan berkecambah dalam udara yang mengandung 20% O2 dan 0,03%

CO2. Tetapi diketahui ada biji tertentu yang perkecambahannya dinaikkan dengan

meningkatkan kadar O2 diatas 20%. Kebanyakan biji tidak membutuhkan O2 dengan

tekanan penuh 20%. Diketahui bahwa O2 yang sampai ke embryo kurang dari 3%.

Sebagaimana dikethui embryonic axsis adalah sebagai pusat sistem metabolisme.

d. Adanya cahaya, terutama ini adalah esensial untuk kebnayakan biji rumputan dan beberapa

biji tanaman.

2.2 Daya kecambah ( Viabilitas) benih

Berdasarkan ruang lingkup kegiatan berdasar pedoman yang berlaku secara internasional

(mengacu ISTA: international seed testing assosiation), sebagai berikut:

1. Menentukan metode uji perkecambahan

2. Menyiapkan media perkecambahan

3. Menyiapkan benih

4. Menyemai/ mengecambahkan benih

5. Mengevaluasi kecambah

6. Melaporkan dan menyimpan hasil uji

Tujuan dari melakukan uji daya kecambah benih adalah untuk mengkaji dan menetapkan nilai

setipa contoh benih yang perlu diuji selaras dengan faktor kualitas benih (Kartasapoetra ,2003).

Parameter yang digunakan dapat berupa presentase keccambah normal berdasarkan penilaian terhadap

struktur tumbuh embrio yang diminati secara langsung. Atau secara tidak langsung dengan hanya

melihat gejala metabolisme benih yang berkalitan dengan khidupan benih. Presentase perkecambahan

adalah presentase kecambah normal yang dapat dihasilkan oleh benih murni pada kondisi yang

menguntungkan dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan.


Uji perkecambahan baku Uji Perkecambahan Baku atau SGT (Standard Germinator Test)

merupakan pengujian yang paling banyak digunakan oleh pihak yang terlibat dalam kegiatan

pengujian benih, dengan metode yang yang sangat sederhana namun dapat memberikan hasil yang

yang optimal. Oleh karena itu Uji Perkecambahan Baku ini merupakan salah satu pengujian benih

yang dilakukan kegiatan pembenihan di seluruh dunia.

Metode palksanaan Uji Perkecambahan Baku ialah sebagai berikut:

 Kertas stensil dibasahi sebanyak 2 lembar untuk 50 buah benih yang akan diuji.

 Penyusunan benih dalam 5 baris masing-masing 10 biji.

 Kemudian basahkan lagi 1 lembar kertas stensil, gunakan sebagai penutup.

 Lipat kedua sisi kertas kira-kira 1,5 cm kearah dalam, kemudian gulung kertas menjadi 4

bagian.

 Dilakukan masing-masing 2 atau 4 ulangan.

 Letakkan digerminator secara mendatar. Lakukan pengamatan pada hari ke 3, 5, 7.

2.3 Kekuatan Kecambah (Vigor) benih

Vigor benih adalah sifat benih yang merupakan kemampuan benih tersebut untuk berkecambah

dengan seragam, cepat dan menghasilkan bibi normal dari berbagai kondisi lingkungan dilapangan.

Sebagai hasil penelitian yang dilakukan dengan seksama, dapat diketahui bahwa terddapat hubungan

yang demikian erat antara kecepatan perkecambahannya benih yang vigor. Ternyata dari adanya

kenyataan bahwa benih yang kecepatan berkecambahnya tinggi, tanaman yang dihasilkannya akan

lebih tahan terhadap keadaan atau lingkungan yang kurang menguntungkan (Kartasapoetra, 2003).

Dengan demikian jelas bahwa keccepatan berkecambahnya benih merupakan aspekk penting

dari vigor tanamannya, serta memberi indeks vigor dari setiap kelompok benih. Karena itu perlu pula

melakukan pengujian tentang kakuatan kecambah benih tersebut. Pada hakikatnya vigor benih harus

relevan dengan tingkat produksi yang berarti bahwa dari benih yang memiliki vigor tinggi akan dapat

dicapai tingkat produksi yang tinggi.


Pada pengujian, untuk memudahkan penilaian, maka kelompok benih yang dinilai terlebih

dahulu digolongkan atas kecambah normal, abnormal dan mati. Kemudian dari kecambah normal

digolongkan lagi atas kecambah normal yang kuat tumbuhnya (vigor) dan kecambah normal yang

kurang kuat tumbuhnya (less vigor). Penilaian dilakukan dengan membandingkan kecambah satu

dengan kecambah lainya dari satu substrat (S. Sadjad Dkk Dalam Soetopo)

• Index Value Test

Index value test merupakan suuatu cara pengujian untuk mengetahui kekuatan suatu benih, jika

benih semakin banyak berkecambah pada waktu yang lebih singkat maka semakin besar vigor benih

tersebut.

Metode pelaksanaan pengujian dengan IVT sama dengan pengujian SGT hanya saja

pengamatan dilakukan setiap hari sampai hari ke 7 dengan perhitungan pada hari ketiga atau hari ke

empat sebagain penilaian atau perhitungan pertama. Dan apabila menurut penilaian atau perhitungan

pertama tersebut ternyata benih yang berkecambah normal adalah sejumlah lebih dari 75% dari

keseluruhan benih yang disemikan dalam rangka pengujian, kecepatan berkecambahnya benih

tersebut adalah tinggi (Kartasapoetra, 2003).

Uji Laju Pertumbuhan Kecambah Uji laju pertumbuhan benih ini mengacu pada pertumbuhan

radicle dan plumule, jika kecambah dengan pertumbuhan radicle dan plumule lebih panjang serta

berat kering kecambah tinggi, maka benih dianggap mempunyai kekuatan kecambah yang tinggi.

Metode uji laju petumbuhan kecambah:

 2 lembar kertas stensil dilipat 2 bagian namun tidak sama.

 Setelah dilipat kemudian kertas tersebut dibasahi, dan tempatkan 15 buah benih yang akan

di uji. Susun biji dengan posisi radicle mengarah ke 2/3 lebar.

 Kemudin biji di tutup dengan kertas stensil yang telah dibasahi pula.

 Lipat pinggir kertas sekitar 1,5 cm kearah dalam kemudian gulung kertas tersebut.

 Letakkan kertas tersebut kedalam kaleng kemudian masukkan kedalam germinator. Amati

pada hari ke 7, hitung kecambah normal dan abnormal.


 Ukur panjang radicle dan plumule pada benih normal. Setelah itu potong bagian radicle

dan plumule menggunakan cutter atau silet.

 Masukan kedalam amplop radicle dan plumule tadi, kemudian letakkan kedalam oven

dengan suhu 700C selama 24 jam.

 Timbang berat keringhnya.

2.4 Uji Tetrazolium

Uji Tertrazolium test merupakan suatu cara pengujian terhadap viebilitas benih secara cepat dan

bersifat tidak langsung. Yang dimaksud dengan tetrazolium adalah sejennis bahan kimia. Colpeland

(1977) menyatakan bahwa untuk membedakan benih yang masih memiliki kemampuan hidup dari

yang mati dapat digunakan berbagai zat kimia diantaranya zat tetrazolium.

Dalam test dengan zat-zat kimia ini, proses reduksi yang terjadi dapat dilihat dengan indikator

2,3,5 Tryphenyl Tetrazolium Kloride yang dapat diserap oleh benih dalam jaringan benih yang masih

hidup, garam tetrazolium yang mengalami reduksi secara enzimatik (melalui dehidrogenase) sehingga

timbul senyawa Formazan yang berwarna merah.

Prinsip metode TZ adalah bahwa setiap sel hidup akan berwarna merah oleh reduksi dari suatu

pewarnaan garam tetrazolium dan membentuk endapan formazan merah, sedangkan sel-sel mati akan

berwarna putih. Enzim yang mendorong terjadinya proses ini adalah dehidrogenase yang berkaitan

dengan respirasi .Kelebihan metode TZ meliputi waktu pengujian yang singkat, sangat tepat

diaplikasikan pada benih yang mengalami dormansi serta benih yang mengalami pemasakan lanjutan

(after ripening), tingkat ketelitian tinggi, sedangkan kelemahannya memerlukan keahlian dan

pelatihan yang intensif, bersifat laboratoris, tidak dapat mendeteksi kerusakan akibat fungi atau

mikroba lainnya dan bersifat merusak.

2.5 Uji Kadar Air Benih

Pengujian Kadar Air Benih Pada metode praktek yang akan diperhatikan adalah moisture

teaster dengan desiccant (zat pengendap air). Berat contoh dalam pengujian ini harus memenuhi

ketentuan ISTA yaitu 100 gram bagi benih yang akan di uji dan 50 gram bagi bbenih lain-lain spesies,
bila berat contoh kerjanya kurang dari ketentuan ini, pada sertifikasi harus dicantumkan keterangan

hal tersebut.

Metode Tungku

Contoh benih dipanaskan pada temperatur dan waktu tertentu, atau dipanaskan sampai

mencapai berat tetap. Kehilangan berat sebagai akibat pemanasan ini ditentukan dan dianggap

kadar air benih asal.

Elektric Moistrue Tester

Ditentukkan kadar air benih berdasarkan sifat konduktivitas dan dielektrik benih. Yang

keduanya tergantung dari kadar air dan temperatur benih.

Dengan Desiccant

Dengan menggunakan zat penyerap air, air dalam benih dapat dikeluarkan. Siapkan

sebuah botol isikan zat pengendap air kedalamnya kemudian masukkan sejumlah benih berat

contoh tertentu.

Kemurnian Benih

Kemurniah benih adalah pengujian yang dilakukan dengan memisahkan tiga komponen

benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung presentase dari

ketiga komponen benih tersebut. Tujuan analisis kemurnian adalah untuk menentukan

komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih yang mewakili lot

benih.kemurnian benih sangat berpengaruh dilapangan. Karena benih yang tidak murni dapat

merugikan kita pada saat pembelian maupun pada budidaya. Pengujian benih merupakan

metode untuk menentukan nilai pertanaman di lapangan. Oleh karena itu, komponen-komponen

mutu benih yang menunjukan korelasi dengan nilai pertanaman benih di lapang harus

dievaluasi dalam pengujian. Dalam pengujian benih mengacu dari ISTA, dan beberapa

penyesuaian telah diambil untuk mempertimbangkan kebutuhan khusus (ukuran, struktur, pola

perkecambahan) jenis-jenis yang dibahas di dalam petunjuk ini.


Beberapa penyesuaian juga telah dibuat untuk menyederhanakan prosedur pengujian benih.

Pengujian benih mencakup pengujian mutu fisik fisiologi benih. Petunjuk ini menjelaskan bagaimana

mempersiapkan contoh yang mewakili lot benih untuk keperluan pengujian, dan bagaimana

melakukan pengujian benih, salah satunya yaitu analisis kemurnian

Untuk analisis kemurnian benih, maka contoh uji dipisahkan menjadi 3 komponen sebagai

berikut :

 Benih murni adalah segala macam biji-bijian yang merupakan jenis/ spesies yang sedang

diuji. Yang termasuk benih murni diantaranya adalah benih masak utuh, benih yang

berukuran kecil, mengkerut, tidak masak, benih yang telah berkecambah sebelum diuji,

pecahan/ potongan benih yang berukuran lebih dari separuh benih yang sesungguhnya,

asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih tersebut termasuk kedalam spesies yang

dimaksud, biji yang terserang penyakit dan bentuknya masih dapat dikenali.

 Benih tanaman lain adalah jenis/ spesies lain yang ikut tercampur dalam contoh dan tidak

dimaksudkan untuk diuji.

 Kotoran benih Adalah benih dan bagian dari benih yang ikut terbawa dalam contoh. Yang

termasuk kedalam kotoran benih adalah benih tanpa kulit benih, benih yang terlihat bukan

benih sejati, biji hampa tanpa lembaga pecahan benih ≤ 0,5 ukuran normal, cangkang

benih, kulit benih, kemudian terdapat bahan lain seperti sekam, pasir, partikel tanah,

jerami, ranting, daun, tangkai, dll.


BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Ilmu dan Teknologi Benih dimulai setiap hari senin tanggal 5 maret 2018 sampai

pada hari senin tanggal 26 maret 2012 pada waktu minggu ke 4 (empat) perkuliahan hingga

minggu ke 11 pukul 15.00 – 17.30 WIB sampai selesai, dilakukan dilaboratorium

Ekofisiologi, Fakultas Pertanian, Universitas Riau.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam Praktikum Ilmu dan Teknologi Benih yaitu pisau, alat

tulis, buku gambar, Seedbed, Germinator gelap, oven, timbangan analistis, mistar, cutter,

kaleng, oven, excikator, cawan timbang,pinset, timbangan analitis, cawan timbang, dan

beakerglass 100 ml.

Bahan yang digunakan dalam Praktikum Ilmu dan Teknologi Benih yaitu buah apel,

buah Pir, buah mentimun, tomat, jeruk nipis, kedelai, jagung, padi, benih kedelai, benih

jagung, kertas stensil, Aquadestilate, kertas stensil, amplop ukuran 10 X 15 cm, amplop kecil,

benih tanaman yang telah diproses setelah panen.

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Cara kerja Tipe perkecambahan

 Di isikan campurn media kedalam botol air minum seedbed sebanyak ¾ bagian

tingginya

 Tanam masing-masing benih dalam seedbed dengan kedalaman 3 cm

 Seedbed yang telah ditanami benih disram secukupnya

 Amati pertumbuhan kecambah pada hari ketujuh setelah tanam


3.3.2 Cara kerja Daya kecambah (viabilitas) benih

 Dibasahi kertas stensil sebanyak 2 lembar untuk menempatkan 50 buah benih yang

akan diuji

 Disusun biji dalam lima baris masing-masing 10 biji perbaris dengan jarak yang

sama menurut panjang kertas

 Ditutup biji dengan selembar kertas stensil yang sudah dibasahi biji-biji ditekan

sedikit dan pinggir kertas dilipat kira-kira 15 cm kearah dalam

 Digulung kertas berisi benih tadi menjadi 4 bagian

 Kemudian buatlah masing-masing 2 atau 4 ulangan untuk setiap praktikan

 Diletakkan gulungan kertas berisis benih kedalam terminator secara mendatar pada

rak perkecambahan

 Pada hari ketiga (kedelai) atau kelima (jagung dan padi) setelah dikecambahkan

gulungan dibuka dipisahkan benih yang berkecambah normal dan dihitung

jumlahnya. Hasil pengamatan ini digunakan untuk menentukan nilai uji hitung

pertama yang merupaka salah satu indikator viabilitas benih

 Kemudian kertas ditutup dan digulung kembali seperti semula

 Pengamatan berikutnya dilakukan 2 hari sekali sampai dengan hari ke7.

3.3.3 Cara kerja Kekuatan Kecambah (vigor) benih

 Dibasahi kertas stensil sebanyak 2 lembar untuk menempatkan 50 buah yang akan

diuji

 Disusun biji dalam 5 baris masing-masing 10 biji perbaris dengan jarak yang sama

menurut panjang kertas

 Ditutup biji dengan selembar kertas stensil yang sudah dibasahi, biji biji ditekan

sedikit dan pinggir kertas diliipat kira-kira 1,5 cm ke arah dalam

 Gulung kertas berisi benih tadi menjadi 4 bagian

 Butalah masing masing 4 ulangan


 Letakkan gulungan kertas berisi benih ke dalam germinator secara mendatar pada

rak perkecambahan

 Mulai hari ketiga lakukan setiap hari pengamatan yaitu dihitung jumlah benih yang

berkecambah normal dan dikeluarkan dari media

 Pada hari ketiga setelah dikecambahkan, gulungan dibuka, dipisahkna benih yang

berkecambah normal dan dihitung jumlahnya. Kemudian kertas ditutup dan

digulung kembali dan dimasukkan ke Germinator. Pengamatan ini diulangi sampai

hari ketujuh.

3.3.4 Cara kerja Uji Tetrazolium

1. Persiapan larutan tetrazolium dengan konsentrasi 1%

a. Ditimbang TZ sebnayak 500 mg dengan timbangan analitik

b. Siapkan wadah berupa beaker glass berisi 500 ml air aquadestilata

c. Masukkan TZ yang sudah ditimbang dan aduk secara perlahan

2. Penyiapan benih

a. Benih terlebih dahulu dilembabkan pada media kertas selama 12 jam

b. Benih jagung dipotong memanjang mengenai embrio ya.

c. Benih kedelai dapat juga dibuang kulit bijinya

3. Pelaksanaan pewarnaan dan pengamatan

a. 100 biji yang sudah lembab hasil perendaman yang ditutup dengan kertas

dimasukkan kedalam wadah pewarnaan

b. Masukkan larutan TZ 1 % secukupnya (misal 60 Ml )

c. Masukkan wadah tersebut selama 2 jam

d. Keluaarkan wadah dan basuh dengan aquadestilata beberapa kali


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Hasil
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


LAMPIRAN

1. Dokumentasi Praktikum
2. Dokumentasi Praktikum
3. Dokumentasi Praktikum
4. Dokumentasi Praktikum

You might also like