Professional Documents
Culture Documents
Lembar Koreksi Percobaan Iii Protein Dan Asam Amino
Lembar Koreksi Percobaan Iii Protein Dan Asam Amino
PERCOBAAN III
PROTEIN DAN ASAM AMINO
Nama : Jurniati
Stambuk : A 251 15 016
Kelompok : 2 (Dua)
Asisten : Amsir Djafari, S.Pd
2. Tabung 2
7,75 mL air suling + 1,25 mL H2SO4 - Larutan bening
0,01 M
Ditambahkan 1 spatula kasein + - Larutan keruh
dikocok
Didiamkan selama 10 menit - Larutan berwarna kuning
bening
3. Tabung 3
8,75 mL air suling + 0,25 mL H2SO4 - Larutan bening
0,1 M
Ditambahkan 1 spatula kasein + - Larutan keruh
dikocok
Didiamkan selama 10 menit - Larutan berwarna kuning
bening
4. Tabung 4
8,5 mL air suling + 0,5 mL H2SO4 0,1 - Larutan bening
M
Ditambahkan 1 spatula kasein + - Larutan keruh
dikocok
Didiamkan selama 10 menit - Larutan berwarna kuning
bening
5. Tabung 5
8 mL air suling + 1 mL H2SO4 0,1 M - Larutan bening
Ditambahkan 1 spatula kasein + - Larutan keruh
dikocok
Didiamkan selama 10 menit - Larutan berwarna kuning
bening
6. Tabung 6
7 mL air suling + 2 mL H2SO4 0,1 M - Larutan bening
Ditambahkan 1 spatula kasein + - Larutan keruh
dikocok
Didiamkan selama 10 menit - Larutan berwarna kuning
bening
7. Tabung 7
5 mL air suling + 4 mL H2SO4 0,1 M - Larutan bening
Ditambahkan 1 spatula kasein + - Larutan keruh
dikocok
Didiamkan selama 10 menit - Larutan berwarna kuning
bening
8. Tabung 8
1 mL air suling + 8 mL H2SO4 0,1 M - Larutan bening
Ditambahkan 1 spatula kasein + - Larutan keruh
dikocok
Didiamkan selama 10 menit - Larutan bening (+)
9. Tabung 9
7,4 mL air suling + 1,6 mL H2SO4 1 - Larutan bening
M - Larutan keruh
Ditambahkan 1 spatula kasein +
dikocok - Larutan bening (++)
Didiamkan selama 10 menit
E. Salting-Out
No Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Sampel telur ayam
5 mL putih telur ayam + 4 gram - Campuran berwarna putih
amonium sulfat + kocok tulang
Disaring
a. Residu + 2 tetes biuret - Berwarna biru (+)
b. Filtrat + 1 tetes biuret - Larutan bening
2. Sampel telur bebek
5 mL putih telur bebek + 4 gram - Campuran berwarna putih
amonium sulfat + kocok susu
Disaring
a. Residu + 2 tetes biuret - Berwarna biru (++)
b. Filtrat + 1 tetes biuret - Larutan bening
VI. Pembahasan
Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang
merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu
sama lain dengan ikatan peptida. Asam amino adalah senyawa organic yang
merupakan satuan penyusun protein yang mempunyai gugus amino dan karboksilat.
Oleh karena itu asam amino mempunyai sifat-sifat asam maupun basa. Asam amino
bersifat tidak seperti senyawa-senyawa organic, tetapi mirip dengan garam-garam
organik. (Poedjiadi, 1994).
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan reaksi warna protein pada
uji ninhidrin dan uji xantrhoproteat, untuk menentukan sifat mengion asam amino,
untuk menentukan titik isoelektrik dan kelarutan protein, serta untuk mempelajari
penggaraman protein (salting-out) (Staf Pengajar Biokimia Dasar, 2017).
Prosedur kerja dari percobaan ini dilakukan beberapa perlakuan yaitu; reaksi
warna protein pada uji ninhidrin dan uji xantrhoproteat, sifat mengion asam amino, titik
isoelektrik dan kelarutan protein, serta untuk mempelajari penggaraman protein
(salting-out)
A. Reaksi warna protein
1. Uji Ninhidrin
Tujuan dari uji ninhidrin adalah untuk mengetahui adanya asam amino bebas
dalam sampel telur. Reaksi ninhidrin merupakan reagen penoksidasi yang yang sangat
kuat, akan bereaksi dengan semua asam amino membentuk senyawa berwarna ungu,
kecuali pada prolin dengan ninhidrin menghasilkan warna kuning. Uji Ninhidrin
merupakan uji warna pada protein dengan membentuk larutan berwarna ungu dan
kuning akibat adanya gugus amino bebas. Pada perlakuan uji ninhidrin digunakan 3
sampel telur yaitu telur ayam, telur bebek, dan telur puyuh, yang diambilkan sebagai
albuminnya adalah putih telur ayam, putih telur bebek, dan putih telur puyuh (Susanto,
2008).
Perlakuan pertama adalah memasukkan 2 mL putih telur ayam kedalam tabung
I, putih telur bebek kedalam tabung II dan putih telur puyuh kedalam tabung III dan
menambahkan 5 tetes larutan NaOH 10% kedalam masing-masing tabung reaksi.
Fungsi penambahan NaOH adalah sebagai basa encer yang digunakan untuk membuat
putih telur memiliki pH hampir 7. Hasil yang diperoleh yaitu pada tabung I putih telur
menjadi kental (++), tabung II putih telur menjadi kental (+) sedangkan tabung III putih
telur menjadi kental (+++)
Langkah selanjutnya selanjutnya, menambahkan 5 tetes Ninhidrin kedalam
masing-masing tabung . Penambahan reagen ninhydrin berfungsi agar senyawa pada
ninhydrin yaitu triketohidrindena-hidrat bereaksi dengan asam amino membentuk
aldehida yang lebih kecil dengan membebaskan CO2, NH3 dan menghasilkan warna
biru atau ungu . Sehingga diperoleh hasil pada ketiga tabung sama yaitu putih telur
memadat dan berwarna kuning. Kemudian memanaskan larutan tersebut selama 10
menit pada penangas listrik, hasil yang diperoleh adalah pada tabung I larutan
berwarna kuning bening dan terbentuk padatan putih (+++), pada tabung II larutan
berwarna kuning tua dan terdapat padatan putih (+) dan pada tabung III larutan
berwarna orange dan terbentuk padatan putih (++). Fungsi dari pemanasan adalah
untuk mempercepat reaksi triketohidrindena-hidrat dengan asam amino.
2. Uji Xantroproteat
Uji Xantroproteat bertujuan untuk mengetahui apakah asam amino yang diuji
tersebut mengandung gugus fenil atau cincin bebzena yang ditandai dengan
terbentuknya endapan berwarna kuning/jingga.
Perlakuan pertama adalah Memasukkan putih telur ayam kedalam tabung I, putih
telur bebek kedalam tabung II dan putih telur puyuh kedalam tabung III dan Fenol 5%
kedalam tabung IV dan menambahkan 2 mL larutan HNO3 pekat kedalam masing-
masing tabung. Fungsi penambahan HNO3 adalah untuk membentuk warna kuning
pada sampel putih telur ayam yang membuktikan turunan nitrobenzena ada dalam telur
ayam. Hasil yang diperoleh yaitu pada tabung I, II dan III sama yaitu terbentuk padatan
putih kekuningan sedangkan pada tabung IV larutan berwarna coklat kehitaman.
Langkah selanjutnya yaitu memanaskan larutan tersebut hingga terjadi
perubahan warna kuning tua. Hasil yang diperoleh pada kempat tabung sam yaitu
larutan berwarna kuning tua dan terdapat padatan. Padatan yang terbentuk pada saat
pemanasan terjadi karena pemanasan yang dilakukan membuat kandungan protein
yang terdapat pada putih telur mengalami denaturasi yang ditandai dengan adanya
penggumpalan dalam larutan putih telur tersebut. Fungsi pemanasan adalah untuk
mempercepat proses larutan berubah warna.
Langkah yang dilakukan selanjutnya yaitu menambahkan 5 tetes larutan NaOH
2 M. Fungsi penambahan NaOH adalah untuk membuat larutan lebih bersifat basa agar
lebih dapat melihat perubahan warna yang terjadi pada larutan tersebut. Hasil yang
diperoleh pada semua tabung sama yaitu larutan berwarna kuning tua, lapisan atas
berwarna orange dan dinding tabung terasa hangat.
B. Sifat Mengion Asam amino
Tujuan pada perlakuan ini adalah untuk mengetahui sifat mengion pada asam
amino. Pada pelakuan sifat mengion asam dilakukan dua penambahan yang berbeda
yaitu untuk asam digunakan H2SO4 1 M dan pada penambahan basa digunakan NaOH
2 M (Staf Pengajar, 2017).
Perlakuan pertama pada penambahan asam H2SO4 1 M adalah melarutkan 400
gram padatan kasein dengan menambahkan 20 mL aquades, sambil mengocoknya, lalu
membagi larutan tersebut ke dalam 2 Erlenmeyer masing-masing 10 mL. Selanjtnya,
memasukkan10 mL larutan kasein tersebut ke dalam Erlenmeyer 1, mngukur pH
awalnya adalah pH awal = 3,23. Dan menambahkan tetes demi tetes larutan asam yaitu
larutan H2SO4 1 M. Fungsi penambahan H2SO4 1 M adalah untuk membantu
mengetahui pH pada keadaan asam secara akurat pada sifat ion asam amino. Mengukur
pH untuk 10 tetes pertama dari larutan kasein yang ditambahkan larutan H2SO4 untuk
setiap 1 tetes penambahan hingga sampai 10 tetes. Hasil yang diperoleh 1-10 tetes
secara berturut-turut adalah 3.53, 3.48, 3.35, 3.32, 3.30, 3.28, 3.27, 3.25, 3.20, dan 3.12.
Karena pH yang dihasilkan belum mencapai 1,2 maka akan tetap dilakukan
penambahan asam secara sedikit demi sedikit dan tetap mengukur pHnya. Penambahan
asam 10 tetes kedua untuk setiap 2 tetes penambahan. Hasilnya berturut-turut untuk 2
tetes pertama sampai tetes kelima adalah 2.58, 2.32, 2.27, 2.08, dan 1.94. Hasil pada
penambahan asam kedua belum juga mencapai pH 1,2 sehingga dilakukan lagi
penambahan asam hingga larutan kasein memiliki pH 1,2. Penambahan asam ketiga 20
tetes untuk setiap 4 tetes dan mengukur pHnya, hasil yang diperoleh secara berturut-
turut dari 4 tetes pertama sampai 4 tetes kelima adalah 1.60, 1.43, 1.39, 1.29 dan 1.17.
Pada penambahan asam ketiga menghasilkan pH 1.2 sehinggan volume asam yang
dibutuhkan untuk mencapai pH 1.2 adalah sebanyak 40 tetes atau 2 mL.
Perlakuan untuk penambahan basa (NaOH 2 M) sama dengan perlakuan
penambahan asam hanya saja penambahan basa akan mencapai pH sampai 12,00.
Penambahan basa (NaOH 2 M) dan larutan kasein pH awalnyan adalah 7,20.
Penambahan NaOH 10 tetes pertama menghasilkan pH secara berturut-turut 1-10 tetes
adalah 7.80, - , 9.12, 9.30, - , 10.58, 11.17, 11.57, 11.63, dan 11.75. Penambahan NaOH
10 tetes kedua dan mengukur pH nya untuk setiap 2 tetes hasil yang diperoleh secara
berturut-turut adalah 11.87, 11.98, dan 12.00. Penambahan basa dihentikan ketika pH
yang diperoleh sudah mencapai pH 12.00, sehingga pada penambahan basa volume
NaOH yang dibutuhkan larutan kasein hingga mencapai pH 12.00 adalah 16 tetes atau
0,8 mL.
Penambahan asam ataupun basa dilakukan dengan cara titrasi, titrasi bertujuan
untuk memudahkan mengukur pH untuk setiap tetes yang diinginkan hingga mencapai
pH yang dibutuhkan. Volume yang dibutuhkan pada penambahan asam atau pun basa
telah sesuai dengan literatur dimana setiap penambahan asam ataupun basa hanya
membutuhkan sedikit larutan asam atau basa untuk mencapai pH standarnya (Susanto,
2008).
C. Kelarutan Protein
Tujuan dari perlakuan ini adalah untuk mengetahui kelarutan dari protein dari
beberapa pelarut asam, netral, maupun basa. Sehingga pada perlakuan ini digunakan
pelarut H2SO4 , aquades, dan NaOH. Perlakuan pertama adalah Memasukkan 2 mL
putih telur ayam ke dalam masing-masing 3 tabung reaksi. Selanjutnya, menambahkan
2 mL larutan NaOH 10% pada tabung reaksi 1, menambahkan 2 mL larutan H2SO4 0,1
M pada tabung reaksi 2, dan menambahkan 2 mL aquades pada tabung reaksi 3. Fungsi
penambahan NaOH, H2SO4, dan aquades adalah untuk menguji kelarutan protein
dalam berbagai macam pelarut. Hasil yang diperoleh adalah dari penambahan ketiga
pelarut dihasilkan endapan putih yangb menandahkan bahwa putih telur ayam tidak
dapat larut dalam ketiga pelarut tersebut.
Perlakuan untuk putih telur bebek dan putih telur puyuh sama dengan sampel
telur ayam yang tidak dapat larut dalam ketiga pelarut tersebut. Sedangkan untuk
padatan kasein dapat larut sempurna pada ketiga pelarut tersebut. Hal ini telah sesuai
dengan literatur yang ada bahwa putih telur ayam, bebek, dan puyuh tidak dapat larut
dalam pelarut NaOH, H2SO4, dan aquades sedangkan padatan kasein dapat larut
sempurna pada pelarut asam, basa, maupun yang bersifat netral (Susanto, 2008).
D. Titik Isoelektrik
Perlakuan pertama adalah memasukkan aquades 8.38 mL pada tabung I, 7.75 mL
aquades pada tabung II, 8.75 mL aquades pada tabung III, 8.5 mL aquades pada tabung
IV, 8 mL aquades pada tabung V, 7 mL aquades pada tabung VI, 5 mL aquades pada
tabung VII, 1 mL aquades pada tabung VIII, dan 7,4 mL aquades pada tabung IX.
Fungsi menggunakan volume aquades secara berbeda adalah untuk mengetahui pada
saat kapan titik isoelekrtik terjadi. Selanjutnya menambahkan larutan H2SO4 0,01 M
pada tabung I dan tabung II dengan volume yang berbeda berturut-turut 0,62 mL dan
1,25 mL, lalu menambahkan larutan H2SO4 0,1 M pada tabung 3, tabung 4, tabung 5,
tabung 6, tabung 7, dan tabung 8 dengan valume yang berbeda-beda berturut-turut 0,25
mL, 0,5 mL, 1 mL, 2 mL, 4 mL, dan 8 mL, serta menambahkan larutan H 2SO4 1 M
pada tabung 9 dengan volume 1,6 mL. Fungsi penambahan H2SO4 0.01M, H2SO4 0,1M
dan H2SO4 1M adalah untuk membantu proses kelarutan dari protein dan untuk tetap
mempertahankan pH pada suatu protein.
Langkah selanjutnya yaitu menambahkan 1 spatula padatan kasein pada masing-
masing tabung reaksi yaitu 9 tabung reaksi, sambil mengocoknya dengan cepat selama
10 menit. Fungsi pengocokkan adalah untuk mempermudah kekeruhan pada suatu
protein untuk melihat hasil positifnya. Hasil yang diperoleh dari tabung 1-9 berubah
menjadi larutan keruh. Selanjutnya memdiamkan larutan pada 9 tabung reaksi selama
10 menit, hasil yang diperoleh adalah pada tabung 1-7 hanya menghasilkan larutan
kuning bening, sedangkan pada tabung 8-9 menghasilkan secara berturut-turut larutan
bening (+) dan larutan bening (++).
Hasil yang diperoleh telah sesuai dengan literatur yang ada yang menyatakan
bahwa titik isoelektrik protein akan terjadi pada larutan asam yang lebih pekat
dibandingkan dengan asam encer dan pHnya berkisar antara 4-2. Titik isoelektrik asam
amino adalah titik dimana jumlah muatan negatif dinetralkan oleh muatan positif
sehingga menjadi netral. Prinsip ini banyak digunakan untuk teknik pemisahan protein
dalam larutan campuran (Staf Pengajar Biokimia Dasar, 2017).
E. Penggaraman Protein (Salting-Out)
Tujuan dari perlakuan ini adalah untuk mengendapkan protein secara
penambahan larutan garam ke protein hingga mengalami kejenuhan hingga dapat
mengendapkan putih telur hal ini terjadi karena penetralan partikel protein dan
dehidrasi, proses penggaraman ini dikenal dengan istilah salting-out (Staf Pengajar
Biokimia Dasar, 2017).
Perlakuan pertama adalah memasukkan 5 mL putih telur ayam ke dalam tabung
reaksi, lalu menambahkan 4 gram padatan amonium sulfat, sambil mengocoknya.
Fungsi penambahan padatan amonium sulfat adalah untuk mengendapkan putih telur
ayam yang terjadi karena proses penetralan pertikel protein dan larutan ini dikatakan
larutan garam. Selanjutnya, menyaring larutan tersebut, lalu mengambil filtrat dan
residunya. Kemudian menambahkan 2 tetes biuret pada residu yang dihasilkan dan
menambahkan 1 tetes biuret pada filtrat yang dihasilkan. Fungsi penambahan biuret
adalah untuk menguji kandunan protein dalam suatu zat makanan apabila setela ditetesi
biuret, makanan/sari makanan yang menandung protein akan berubah menjadi warna
biru samapi ungu. Hasil yang diperoleh pada residu menghasilkan endapan berwarna
biru (+) sedangkan pada filtrat larutan tetap bening.
Perlakuan untuk putih telur bebek sama dengan perlakuan putih telur ayam hasil
yang diperoleh pada residu menghasilkan warna biru yang lebih pekat (++) sedangkan
pada filtratnya tetap larutan bening. Hal ini telah sesuai dengan literatur yang ada
bahwa putih telur akan mengandung protein yang ditandai dengan adanya perubahan
warna pada residu menjadi biru. Pada perlakuan ini putih telur bebek lebih banyak
mengandung protein dibandingkan putih telur ayam hal ini ditandai dengan warna yang
dihasilkan telur bebek lebih biru pekat daripada telur ayam (Susanto, 2008).
VII. Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Reaksi-reaski warna dapat terjadi pada asam amino dan protein karena adanya
reaksi tertentu, seperti pada uji ninhidrin dan uji xanthoproteat. Pada uji
ninhidrin reaksi posotif ditunjukkan dengan terbentuknya warna kuning.
Sedangkan pada uji xanthoproteat reaksi positifnya saat penambahan basa
(NaOH) terbentuk warna orange atau jingga.
2. Sifat mengion asam amino akan bersifat amfolit karena asam amino
mengandung satu gugus karboksil (asam) dan satu gugus amina (α-amino,
basa).
3. Titik isoelektrik asam amino adalah titik dimana jumlah muatan negatif
dinetralkan oleh muatan positif sehingga menjadi netral.
4. Penambahan jumlah garam tertentu ke dalam asam amino akan
mengendapkan asam amino tersebut karena terjadi penetralan protein
sekaligus dehidrasi.
Daftar Pustaka
Staf pengajar biokimia dasar. (2017). Penuntun Praktikum Biokimia Dasar. Palu:
Kimia FKIP Universitas Tadulako.