Kasus Satyam

You might also like

You are on page 1of 6

ETIKA PROFESI DAN TATA KELOLA KORPORAT

KASUS: SATYAM

OLEH :
DAVID LEE
1707612017

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
Pertanyaan:

1. Jelaskan mekanisme yang digunakan Raju untuk memanipulasi laba selama bertahun-tahun.
2. Menurut Anda, apa permasalahan dari pekerjaan audit yang dilakukan PwC di Satyam?
3. Lakukan analisis pelaksanaan prinsip Pengungkapan dan Transparansi di Satyam.
4. Lakukan analisis pelaksanaan prinsip Tanggungjawab Dewan di Satyam, termasuk di
dalamnya komposisi Dewan, pelaksanaan tugas Dewan, peran Komite Audit peran Direktur
Keuangan, Unit Internal Audit, dan Akuntan Internal terhadap penipuan yang dilakukan
Satyam.

Jawaban:

1. Raju mengungkapkan bahwa ia telah memanipulasi data di dalam laporan keuangan Satyam.
Raju memanipulasi laporan keuangan dengan cara mencatat aset secara lebih (overstated)
sebesar $1.47 billion. $1.04 billion dari utang bank dan kas sebenarnya tidak ada. Satyam
juga mencatat kurang liabilitas di dalam neraca. Satyam mencatat lebih laba hamper di setiap
kuartal selama beberapa tahun untuk memenuhi ekspektasi analisis. Raju dan kepala internal
audit global menggunakan berbagai teknik untuk melakukan penipuan tersebut. Raju
menciptakan berbagai rekening koran untuk melakukan penipuan. Ia memanipulasi akun
bank untuk menambah nilai kas di neraca. Ia juga memanipulasi laporan laba rugi dengan
mencatat pendapatan bunga dari akun bank palsu tersebut. Raju juga mengungkapkan bahwa
ia membuat 6.000 akun gaji palsu selama beberapa tahun dan menggelapkan uang tersebut
setelah disetor perusahaan. Kepala internal audit global perusahaan membuat identitas
pelanggan palsu dan membuat tagihan palsu untuk pelanggan palsu tersebut untuk
meningkatkan total pendapatan perusahaan. Ia juga memalsukan persetujuan board untuk
mendapatkan pinjaman atas nama perusahaan. Selain itu, terdapat indikasi bahwa kas yang
diperoleh perusahaan melalui pendaftaran saham perusahaan melalui American Depository
Receipts di Amerika Serikat tidak pernah tercatat di dalam neraca.
2. Auditor tidak menggunakan mekanisme pengujian yang independen, namun menggunakan
alat investigasi Satyam. PwC tidak melaporkan ke pemegang saham adanya kelemahan
pengendalian dalam Sistem Informasi dan eksposur risiko dari penipuan, walaupun mereka
sudah mengobservasi adanya kelemahan pengendalian tersebut. PwC mengabaikan fakta atas
pengendalian internal yang tidak sesuai dengan bisnis Satyam dan tetap memberikan

1
sertifikasi kepada Satyam. PwC bahkan tidak melakukan pengujian 1% dari seluruh invoice
dan juga tidak melakukan verifikasi yang memadai atas piutang. PwC juga tidak melakukan
tugasnya dengan baik dalam melakukan verifikasi kas dan bank. Seharusnya jika perusahaan
mengklaim mempunyai saldo kas dan bank dengan jumlah tertentu, auditor harus melakukan
pengecekan atas saldo tersebut dan juga pengecekan atas mekanisme pengendalian internal.
Auditor tidak dapat hanya mengandalkan catatan yang dibuat perusahaan.
3. Menurut OECD (2004), Kerangka Tata kelola perusahaan harus memastikan bahwa
kesesuaian waktu dan akurasi pengungkapan telah dibuat dengan berbagai hal terkait dengan
perusahana, termasuk kondisi keuangan, kinerja, kepemilikan, dan tata kelola perusahaan.
A. Pengungkapan harus termasuk, namun tidak tidak terbatas pada, informasi material
berikut:
1. Kinerja keuangan dan operasi perusahaan.
2. Tujuan perusahaan.
3. Kepemilikan dan hak suara utama.
4. Kebijakan remunerasi untuk anggota Dewan Komisaris dan Direksi dan informasi
mengenai anggota dewan, termasuk kualifikasinya, proses seleksi, jabatan direktur
dan komisaris perusahaan yang lain dan apakah mereka independen.
5. Transaksi pihak berelasi.
6. Faktor-faktor risiko yang diketahui.
7. Isu terkait karyawan dan pemangku kepentingan lain.
8. Struktur dan kebijakan tata kelola, terutama kode atau kebijakan tata kelola yang ada
dan proses implementasinya.
B. Informasi harus disiapkan dan diungkapkan sesuai dengan kualitas standar akuntansi
yang tinggi serta pengungkapan informasi terkait keuangan dan non-keuangan.
C. Pemeriksaan tahunan harus dilakukan oleh pihak yang independen, kompeten dan
memenuhi persyaratan, auditor dalam rangka untuk memberikan jaminan dan obyektif
dari pihak luar kepada dewan dan pemegang saham bahwa laporan keuangan
menggambarkan secara wajar posisi dan kinerja keuangan perusahaan.
D. Auditor eksternal harus bertanggungjawab kepada pemegang saham dan berutang sebuah
tugas pada perusahaan untuk melakukan due professional care dalam melakukan
pemeriksaan.

2
E. Saluran yang digunakan untuk penyebaran informasi harus memberikan akses yang adil,
tepat waktu, dan efisien bagi pengguna informasi.
F. Kerangka tata kelola perusahaan harus dilengkapi dengan pendekatan efektif yang
menyediakan dan mendorong analis, brokers, agen pemeringkat, dan pihak lain untuk
melakukan analisis atau memberikan nasihat yang relevan untuk investor, yang bebas
dari konflik kepentingan yang dapat memengaruhi integritas analisis atau nasihat pihak-
pihak tersebut.
Satyam dalam hal ini tidak menyediakan informasi yang cukup dalam arti bahwa
berbagai informasi penting yang seharusnya diketahui oleh pengguna informasi tidak
disampaikan. Hal ini mengakibatkan para pengguna informasi tersebut tidak dapat
melakukan analisis yang tepat dalam pengambilan keputusannya.

4. India menganut struktur single board, i.e., dewan hanya ada satu yaitu Board of Directors
yang bertugas melakukan pengawasan terhadap tim eksekutif serta pengambilan keputusan
strategis. Menurut ASEAN CG Scorecard, paling tidak satu komisaris harus memiliki
pengalaman bekerja di industri dimana perusahaan berada, dan Satyam memiliki non-
executive board yang merupakan mantan CEO dari perusahaan teknologi. Dari aspek
komposisi dewan, Satyam memiliki 5 independent directors dari 9 directors yang ada di
perusahaan. Hal ini telah sesuai dengan peraturan setempat yang menyatakan bahwa minimal
sepertiga dari directors merupakan independent directors.

Akan tetapi, menurut Prinsip VI.E.3 OECD menyatakan bahwa anggota Dewan Komisaris
harus mampu berkomitmen secara efektif dengan tanggung jawab mereka. Jika seorang
anggota komisaris memegang jabatan terlalu banyak, maka komitmennya dapat terganggu
dan hal ini dapat mengganggu kinerjanya. ASEAN CG Scorecard menyarankan agar ada
kebijakan yang membatasi rangkap jabatan sebagai komisaris di beberapa perusahaan
terbuka, yaitu maksimal 5 kursi dewan di perusahaan terbuka yang dapat dipegang secara
bersamaan oleh seorang komisaris, sedangkan di Satyam sendiri ada dua dari independent
directors mempunyai jabatan sebagai anggota board dalam 8 perusahaan lain, hal ini
mengakibatkan kinerja dewan dalam melaksanakan tugasnya dalam meninjau dan
mengawasi proses pengungkapan dan komunikasi kurang optimal.

3
Peranan dari independent directors Satyam juga menimbulkan kecurigaan, karena
independent directors memberikan suara yang bulat untuk mengakuisisi Maytas Infra dan
Maytas Properties tanpa mempertanyakan lagi mengapa perusahaan mempunyai saldo kas
yang cukup besar (sebagaimana disajikan dalam laporan keuangan perusahaan yang
dimanipulasi). Ketidakcermatan independent directors ini memberikan ruang bagi
perusahaan dalam melakukan penipuan. Selain itu non-management directors juga tidak
melakukan pertemuan secara berkala dengan management directors. Komunikasi yang
kurang ini akan berdampak pada rendahnya pengawasan dan juga internal control di dalam
perusahaan.

Satyam tidak memiliki anggota komite audit yang ahli keuangan, sebagaimana diharuskan
dalam aturan regulator pasar modal di Amerika Serikat. Dalam ASEAN CG Scorecard
Prinsip VI E.2 pun menyarankan paling sedikit satu dari komite audit memiliki latar belakang
dibidang accounting. Hal ini berdampak kurang kompetennya komite audit dalam
menjalankan tugasnya terkhusus terkait dalam melakukan penelaahan atas pelaksanaan
pemeriksaan oleh auditor internal dan mengawasi pelaksanaan tindaklanjut oleh Direksi atas
temuan auditor internal. Lebih lanjut, hal ini juga berdampak pada kinerja auditor internal
perusahaan. Auditor internal perusahaan akan semakin leluasa bertindak karena kurangnya
pengawasan dan kompetensi komite audit. Kepala internal audit Satyam dengan leluasa
melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan etika akuntan dan mendukung
tindakan penipuan. Kepala internal audit global perusahaan membuat identitas pelanggan
palsu dan membuat tagihan palsu untuk pelanggan palsu tersebut untuk menigkatkan total
pendapatan perusahaan. Ia juga memalsukan persetujuan board untuk mendapatkan pinjaman
atas nama perusahaan.

Satyam juga tidak memiliki Nominating/Corporate governance Committee, hal ini


berdampak fungsi dari Komite Nominasi yaitu membantu Dewan Komisaris dalam
menetapkan kriteria pemilihan calon anggota Dewan Komisaris dan Direksi tidak diterapkan.
Sehingga di Satyam sendiri independent directors ditunjuk oleh pihak yang paling terlibat
dalam kasus Satyam.

Selain pihak internal, pihak eksternal pun dinilai ikut terlibat dalam kasus Satyam (dalam hal
ini adalah Kantor Akuntan Publik PricewaterhouseCoopers (PwC). PwC hanya

4
mengandalkan catatan yang dibuat oleh perusahaan. PwC mengabaikan fakta-fakta yang ada
dan bahkan tidak melakukan pengujian 1% dari seluruh invoice dan juga tidak melakukan
verifikasi yang memadai atas piutang. PwC juga tidak melakukan tugasnya dengan baik
dalam memverifikasi saldo kas dan bank. Dan diketahui lebih lanjut PwC melakuka
outsourcing fungsi audit ke KAP lain (Lovelock and Lewis). Kinerja auditor eksternal yang
cukup buruk ini mendorong samakin lamanya waktu yang dibutuhkan untuk blew the whistle
atas kasus penipuan yang terjadi di Satyam. Kalau saja ekternal auditor menjalankan
tugasnya dengan independen, kompeten, dan berintegritas maka penipuan yang terjadi di
Satyam tidak akan bertahan lama.

You might also like