Professional Documents
Culture Documents
FAKULTAS TEKNIK
YOGYAKARTA
2013
BAB I
LAPORAN PRAKTIKUM I
B. Fungsi
GPS Leica SR20 termasuk tipe GPS Geodetic tipe survey dengan ketelitian
tinggi yang sangat membantu proses pengumpulan data untuk keperluan
pemetaan. GPS ini telah dilengkapi dengan receiver GPS, antenna, dan data
collector yang telah terintegrasi dalam satu system sehingga mempermudah
penggunaanya pada saat dilakukan perekaman data maupun pengeolahan
data.
Berikut ini merupakan fungsi dari beberapa bagian GPS Leica SR20.
1. Hardcase
Hardcase memiliki fungsi sebagai tempat penyimpanan
komponen/bagian dari GPS.
2. Antenna Eksternal AT501
Antenna eksternal AT501 memiliki fungsi sebagai media penerima
(receiver) dari sinyal yang dipancarkan oleh satelit.
3. Tribach
Tribach memiliki fungsi sebagai tempat dipasangnya/berdirinya receiver
(antenna eksternal).
4. Baterai
Baterai memiliki fungsi sebagai sumber energy (daya) utama bagi
controller dengan menggunakan batu baterai A3.
5. Leica SR20 Controller
Leica SR20 Collector memiliki fungsi sebagai alat untuk mengatur GPS
sebelum digunakan maupun sebagai media penyimpanan hasil
perekaman data. Dalam penggunaannya, alat ini dilengkapi dengan
beberapa tombol seperti gambar berikut.
Gambar 2.1 Antenna Eksternal AT501
a. Tombol menu, berfungsi untuk membuka menu utama pada controller.
b. Tombol escape, berfungsi untuk kembali ke menu sebelumnya.
c. Tombol power, berfungsi untuk menghidupkan maupun mematikan
controller.
d. Tombol page, berfungsi untuk berpindah dari suatu halaman ke
halaman berikutnya.
e. Tombol enter, berfungsi untuk memilih sebuah pilihan maupun
menuju menu berikutnya.
6. Pole Bracket
Pole bracket memiliki fungsi sebagai tempat berdirinya receiver GPS
(Antenna Eksternal AT501).
7. Kabel Antenna
Kabel antenna memiliki sebagai penghubung antara antenna eksternal
dengan controller.
C. Cara Penggunaan
1. Mendirikan statif dan memasangkannya tribach/dudukan antenna
eksternal pada statif tersebut dan melakukan sentering optis terlebih
dahulu.
2. Memasangkan antenna eksternal pada tribach.
3. Menghidupkan receiver dengan menggunakan tombol power.
Setelah muncul tampilan menu utama, kemudian memilih menu Setup
dan memilih pilihan Config Sets. Membuat pengaturan baru untuk
pekerjaan yang akan dilakukan sesuai dengan nama pekerjaan tersebut
(misal GNSS_B) dengan memilih pilihan New.
Gambar 3.1 Proses Pembuatan Job Baru
4. Pada jedela setup, memilih Config Set Name “GNSS_B” kemudian
menekan tombol Enter.
5. Memilih pilihan GPS kemudian menekan tombol Enter. Memilih pilihan
tracking untuk melakukan proses pengaturan perekaman data kemudian
menekan tombol Enter. Kemudian memasukkan parameter-parameter
pengukuran GPS seperti gambar berikut ini.
D. Lampiran
Nama Alat Foto
Antenna Eksternal
(Receiver) AT501
Baterai
Kabel Antenna
A. Jenis Alat
Pada satu set peralatan GPS Leica SR9400 terdapat beberapa jenis alat
yaitu sebagai berikut.
1. Hardcase 5. Tribach
2. Receiver Wild AT201 6. Baterai SR9400
3. Controller CR-333 7. Pole + statif
4. Leica GZS4 Height Measuring Tape 8. Kabel konektor
B. Fungsi
GPS Leica SR9400 termasuk tipe GPS Geodetic yang merupakan GPS
model lama namun telah dilangkapi dengan receiver GPS, antenna, dan data
controller yang telah terintegrasi dalam satu system . Walaupun demikian,
untuk saat ini tidak mudah untuk mencari buku manual penggunaannya.
Berikut ini merupakan fungsi dari beberapa bagian GPS Leica SR9400.
1. Hardcase
Hardcase memiliki fungsi sebagai tempat penyimpanan
komponen/bagian dari GPS.
2. Receiver Wild AT201
Antenna eksternal memiliki fungsi sebagai media penerima dari sinyal
yang dipancarkan oleh satelit.
3. Controller CR-333
Controller memiliki fungsi sebagai alat untuk mengatur GPS sebelum
digunakan maupun sebagai media penyimpanan hasil perekaman data.
4. Leica GZS4 Height Measuring Tape
Leica GZS4 height measuring tape memiliki fungsi untuk mengukur
ketinggian receiver setelah didirikan di atas statif. Alat ini juga dilengkapi
dengan meteran yang tersembunyi di bagian dalamnya.
5. Tribach
Tribach memiliki fungsi sebagai tempat dipasangnya/berdirinya receiver
GPS.
6. Baterai SR9400
Baterai SR9400 memiliki fungsi sebagai sumber energy (daya) utama
bagi receiver maupun controller.
7. Pole dan Statif
Pole dan statif memiliki fungsi untuk mendirikan alat (receiver).
8. Kabel Konektor
Kabel konektor memiliki fungsi sebagai alat penghubung antara
conteroller dengan receiver maupun dengan baterai.
C. Cara Penggunaan
1. Mendirikan statif kemudian memasangkan receiver pada statif tersebut.
2. Menghubungkan baterai ke controller maupun ke receiver sesuai dengan
kebutuhan dengan menggunakan kabel konektor.
3. Menghubungkan controller dan receiver dengan menggunakan kabel
konektor.
4. Menghidupkan GPS apabila semua alat telah siap digunakan.
5. Pada menu Main Menu memilih Missions dengan memencet cont (F1).
6. Memilih Stsdef Static Survey Default Sts dengan memilih Run/F1.
7. Untuk menampilkan informasi dari pekerjaan yang dipilih menekan
tombol cont/F1 kemudian menunggu untuk beberapa saat.
8. Memilih menu Select Project/Job untuk menerima data yang dipilih
dengan menekan tombol cont/F1.
9. Setelah memilih menu Job, melakukan pengaturan operasi dengan
memilih menu Static.
10.Memasukkan inisialisasi posisi dan melakukan pengaturan satelit
pengontrol.
11.Melakukan pengaturan parameter-parameter dan pengaturan point
identitas parameter.
12.Memilih menu Meas untuk memulai proses perekaman data.
D. Lampiran
Nama Alat Foto
Hardcase
Receiver Wild AT201
Controller CR-333
Tribach
Baterai SR9400
Pole dan Statif
Kabel Konektor
A. Jenis Alat
Pada satu set peralatan GPS Leica CS10/CS15 terdapat beberapa jenis alat
yaitu sebagai berikut.
1. Hardcase 5. Kabel USB
2. Leica receiver 6. Bracket + tali bracket
3. Controller + Pen Stylus 7. Pengancing Pull
4. Baterai 8. CD, buku panduan
B. Fungsi
Berikut ini merupakan fungsi dari beberapa bagian GPS Leica CS10/CS15.
1. Hardcase
Hardcase memiliki fungsi sebagai tempat penyimpanan komponen/bagian
dari GPS.
2. Leica Receiever
Leica receiver memiliki fungsi sebagai media penerima (receiver) dari
sinyal yang dipancarkan oleh satelit. Dalam penggunaannya, alat ini
dilengkapi dengan beberapa tombol dan lampu indicator seperti gambar
berikut.
C. Cara Penggunaan
1. Prosedur Penggunaan Untuk Pengukuran RTK-NTRIP
a. Menghidupkan alat pada receiver terlebih dahulu baru kemudian pada
controller dengan menekan tombol power selama 1-2 detik.
b. Untuk membuat job, maka masuk ke menu Jobs & data kemudian
memilih New Job. Lalu mengisi nama job, deskripsi, creator, codelist,
coord system dan memilih pilihan Store.
c. Dari menu Instrument memilih menu GPS settings kemudian memilih
RTK rover wizard. Di dalam RTK rover wizard ini, user dapat melakukan
setting tidak hanya NTRIP saja, namun RTK menggunakan media lain
juga dapat dilakukan.
d. Memilih Create a new profile, kemudian memberi nama dan deskripsi
setting. Deskripsi setting bisa dikosongkan. Kemudian menekan pilihan
Next. Pada RTK rover wizard terdapat 3 pilihan, memilih Internet (e.g
NTRIP) untuk melakukan setting NTRIP.
e. Konfirmasi mengenai koneksi akan keluar yang menunjukkan bahwa
koneksi ke receiver dibutuhkan. Kemudian memilih Next. Pada pilihan
port memilih Internal 3.5G modem untuk mendefinisikan koneksi
antara GNSS ke server. Kemudian memilih Next. Pilih GSM/GPRS/UMTS
device dan memilih name of device sesuai dengan handphone yang
digunakan. Jika menggunakan provider yang berbasis pada CDMA
maka memilih CDMA device. Kemudian menekan Next.
f. Pada halaman Bluetooth device connection memilih Next kemudian
memilih nama device yang akan digunakan. Kemudian menekan Next.
Jika device yang digunakan belum ada pada daftar bluetotth device,
menekan Search untuk melakukan pencarian otomatis. Pilih Using
GPRS/CDMA internet connection untuk mendefinisikan bahwa media
internet yang digunakan bukan melalui dial-up. Kemudian menekan
Next.
g. Memasukkan parameter-parameter server seperti nama server (tidak
harus sama), addres ip server (harus sama), dan port. Untuk
menggunakan data koreksi beri tanda centang pada use NTRIP with
this server. Masukkan used ID dan password. Kemudian menekan Next.
h. Jika menggunakan network CORS, maka receive RTK corrections from
RTK network dicentang. Jika hanya menggunakan single base CORS
maka dibiarkan tidak diberi tanda cek pada kedua pilihan. Pilihan RTK
data format adalah RTCM v3, kemudian pilihan sensor at base dan
antenna at base pada automatically detect. Kemudian use auto
coordinate system dan receive RTK network information diberi tanda
cek.
i. Jika semua setting telah benar, maka ketika dipilih “Yes, test my
connection” akan keluar konfirmasi bahwa settingan telah benar dan
telah terhubung dengan server CORS.
2. Pengukuran Kadaster (Pengukuran Bidang)
a. Pengukuran Titik
Dari menu Utama memilih Go to work kemudian memilih menu
Survey. Untuk melakukan pengukuran tinggal menekan Meas. Sebelum
melakukan pengukuran memberi nama dan kode titik sebagai
pelengkapan data. Perhatikan nilai 3DCQ, untuk pengukuran RTK
NTRIP nilai 3DCQ berkisar 1-5 cm merupakan hasil yang teliti.
b. Pengukuran Bidang atau Luasan
Dari menu utama memilih Go to work kemudian memilih menu
COGO lalu memilih Area division. Di dalam area to use memilih survey
new area. Maksudnya adalah melakukan perekaman titik terlebih
dahulu baru kemudian dihitung luasnya. Melakukan perekaman titik-
titik batas luasan dengan menekan Meas hingga selesai satu bidang.
Jika sudah selesai menekan Done. Kemudian memilih store pada
halaman edit area kemudian memilih OK.
c. Pengukuran Menggunakan Hidden Point dan Distometer
Dari menu utama memilih Go to work kemudian memilih pilihan
Survey. Untuk melakukan pengukuran tinggal memilih HdnPt….Setelah
masuk ke halaman hidden point melakukan setting pada titik awal
arahkan Disto ke titik yang diamat. Kemudian memindahkan alat ke
titik bantu lakukan pengamatan yang sama lalu mentransfer data dari
disto menggunakan Bluetooth.
d. Rekontruksi Batas
Untuk melakukan rekonstruksi batas, dari menu utama memilih Go to
work kemudian memilih Stakeout dan memberi pilihan job kemudian
seleksi titik yang akan direkonstruksi. Kemudian dengan mengikuti
petunjuk arah dan akan ada petunjuk posisi rover terhadap titik yang
direkonstruksi.
3. Pengukuran Situasi
a. Pengukuran Planimetrik
Dari menu Utama memilih Go to work kemudian memilih menu
Survey. Untuk melakukan pengukuran tinggal menekan Meas. Sebelum
melakukan pengukuran memberi nama dan kode titik sebagai
pelengkapan data. Perhatikan nilai 3DCQ, untuk pengukuran RTK
NTRIP nilai 3DCQ berkisar 1-5 cm merupakan hasil yang teliti.
b. Pengukuran Tinggi/DTM
Untuk melakukan pengukuran tinggi langkahnya sama dengan
pengukuran planimetrik pada langkah di atas.
c. Stake Out
Untuk melakukan stake out, memilih menu Stake out pada menu Go to
work. Memilih job yang digunakan kemudian memilih OK. Di dalam
layar terdapat petunjuk untuk mencari titik yang akan di stake out.
D. Lampiran
Nama Alat Foto
Hardcase
Leica Receiver
Controller + Pen Stylus
Baterai
Kabel USB
Pengancing Pull
B. Fungsi
GPS Javad Triumph-1 merupakan tipe GPS Geodetic yang memiliki fitur
receiver, radio modem, modul GSM/GPRS, antenna, dan baterai yang sudah
terintegrasi dalah satu system sehingga memberikan kemudahan bagi
pengguna dalam pengukuran maupun perolehan data secara akurat. Berikut
ini merupakan fungsi dari beberapa bagian GPS Javad Triumph-1.
1. Hardcase
Hardcase memiliki fungsi sebagai tempat penyimpanan komponen/bagian
dari GPS.
2. Triumph Receiver
Triumph receiver memiliki fungsi sebagai media penerima (receiver) dari
sinyal yang dipancarkan oleh satelit. Dalam penggunaannya, alat ini
dilengkapi dengan beberapa tombol dan lampu indicator seperti gambar
berikut.
C. Cara Penggunaan
Untuk mengatur basis dari receiver dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut.
- Memasang statif di atas titik BM yang telah ditentukan.
- Memasangkan tribach di atas statif dengan cara mengencangkan sekrup
pada statif.
- Melakukan sentering optis pada tribach dan statif tersebut.
- Memasangkan antenna UHF/GSM ke Triumph Receiver dengan cara
memutarnya.
- Kemudian memasangkan set receiver+antenna ke tribach yang telah
disentering sebelumnya.
- Mengukur ketinggian dari receiver tersebut dari permukaan tanah (titik
BM) dengan mengunakan rol meter.
Untuk memulai proses perekaman data maka dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut.
- Menyalakan receiver dengan menekan tombol On/Off yang ada di bagian
bawa receiver sehingga lampu indicator SAT akan berwarna merah pada
awalnya
- Apabila lampu indicator SAT telah berwarna hijau maka receiver telah aktif
dan siap untuk digunakan.
- Mengatur opsi-opsi pada Victor data collector sesuai dengan yang telah
ditentukan sebelumnya (tinggi alat, waktu total survey, waktu per
perekaman data).
- Setelah lampu indicator POS berwarna hijau maka maka pekerjaan survey
dapat dilakukan. Hal tersebut dikarenakan receiver telah terkunci pada
satelit sehingga siap untuk memperoleh data yang berkualitas. Untuk
menunggu warna lampu indicator berubah menjadi hijau biasanya
memakan waktu minimal satu menit. Hal ini tergantung dari kondisi
sekitar, misal pada daerah yang tertutupi pepohonan maka akan
memakan waktu yang lebih lama.
- Untuk memulai perekaman data, menekan tombol FN dan menahannya
sekitar 1 hingga 5 detik. Kemudian melepaskannya saat lampu indicator
REC berubah menjadi warna hijau. Hal ini menandakan bahwa perekaman
data telah dimulai. Lampu indicator REC akan berkedip setiap ada data
yang terekam.
- Setelah perekaman data selesai dilakukan maka menekan dan menahan
tombol FN hingga lampu indicator REC padam.
- Untuk melepaskan receiver dari antenna, menekan dan menahan tombol
On/Off hingga seluruh lampu indicator padam.
D. Lampiran
Nama Alat Foto
Hardcase
Triumph Receiver
Victor Data Collector +
Pen Stylus
Antenna UHF/GSM
Rol Meter
Power Supply
Kabel
GPS GARMIN ETREX VISTA HCx
A. Jenis Alat
GPS Garmin Etrex Vista HCx merupakan salah satu jenis receiver GPS
navigasi dengan tipe handheld yang yang mempunyai fungsi seperti GPS
navigasi pada umumnya yaitu memberikan suatu posisi koordinat suatu titik.
B. Fungsi
Berikut ini merupakan fungsi dari beberapa bagian dari GPS Garmin Etrex
Vista HCx.
C. Cara Penggunaan
1. Menghidupkan GPS terlebih dahulu dengan menekan tombol Power.
2. Kemudian masuk ke Main Menu untuk melakukan penandaan lokasi
(mark) diamana kita berada kemudian menekan tombol Mark.
3. Memberikan nama/keterangan lokasi yang telah ditandai kemudian
memilih pilihan OK lalu menekan tombol Enter.
4. Untuk melihat maupun mencari koordinat yang telah ditandai, pada Main
Menu menekan tombol Find kemudian memilih tombol Waypoints. Pada
menu Find bisa dilakukan pencarian berdasarkan nama (by name)
maupun berdasarkan titik terdekat (nearest point) dari posisi GPS berada
kemudian menekan tombol Enter.
D. Lampiran
A. Jenis Alat
GPS Garmin Rino mempunyai fungsi seperti GPS pada umumnya yaitu
memberikan informasi terkait dengan posisi atau koordinat suatu objek
dipermukaan bumi. Selain itu GPS Garmin Rino ini juga mempunyai fungsi
lain yaitu dapat mengetahui kecepatan dan waktu kepada pengguna dan
sebagai track-log atau untuk merekan posisi sebelumnya. Di dalam GPS ini
juga terdapat fitur-fitur yang dapat menunjang dalam kegiatan positioning
seperti dapat mengetahui posisi peer to peer, mengirim lokasi, menandai
waypoint, fitur navigasi, bahkan fitur radio yang sudah tersedia di dalam GPS
tipe ini.
B. Fungsi
Berikut ini merupakan fungsi dari beberapa bagian GPS Garmin Rino 530
HCx.
C. Cara Penggunaan
Berikut ini merupakan cara penggunaan dari GPS Garmin Rino 530 HCx.
1. Tempatkan GPS diluar ruangan yang cerah dan tidak tertutup suatu
halangan seperti vegetasi yang dapat mengganggu pancaran sinyal, lalu
menyalakan GPS.
2. GPS akan mulai mencari sinyal dari satelit yang dapat terdeteksi. Grafik
sinyal GPS akan muncul di tampilan, atau untuk menampilkan yang lebih
detail dapat dilakukan dengan mengakses halaman satelit pada Menu
Utama.
3. Ketika inisialisasi GPS siap untuk navigasi, tiga atau lebih bar sinyal GPS
akan muncul.
4. Apabila hal di atas telah terpenuhi, maka pengukuran dapat segera
dilaksanakan.
D. Lampiran
GPS Garmin Rino 530 HCx
A. Jenis Alat
GPS Garmin merupakan salah satu jenis receiver GPS navigasi dengan tipe
handheld yang yang dilengkapi dengan kompas digital. GPS tipe ini
dilengkapi dengan fitur anatar lain seperti dapat menentukan ketinggian
suatu tempat, dapat menentukan waktu/kecepatan/arah, menentukan
koordinat sebanyak 3000 buah, maupun dapat menyimpan koordinat secara
otomatis sebanyak 10000 titik.
B. Fungsi
Berikut ini merupakan fungsi dari beberapa bagian GPS Garmin GPS 60.
Gambar B.1 Tampilan Depan GPS Garmin GPS 60
1. On/Off, berfungsi untuk menghidupkan atau mematikan GPS maupun
mengatur tingkat kecerahan layar dari GPS.
2. Zoom in/out, berfungsi untuk memperbesar maupun memperkecil
tampilan pada layar.
3. Find, berfungsi untuk melakukan pencarian posisi titik yang telah
diketahui koordinatnya.
4. Mark, berfungsi untuk menyimpan atau menandai posisi suatu titik pada
system GPS Garmin GPS 60.
5. Quit, berfungsi untuk keluar dari sebuah tampilan menu maupun kembali
ke menu sebelumnya.
6. Roker, berfungsi untuk memilih suatu pilihan menu maupun
menggerakan kursor pada tampilan di layar.
7. Page, berfungsi untuk berpindah dari halaman 1 ke halaman berikutnya.
8. Menu, berfungsi untuk menampilkan opsi pada setiap tampilan halaman
maupun kembali ke menu utama apabila ditekan sebanyak 2 kali.
9. Enter, berfungsi untuk memilih suatu pilihan ataupun suatu perintah
masukan data.
C. Cara Penggunaan
1. Menghidupkan GPS Garmin GPS 60
Untuk menghidupkan receiver dapat dilakukan dengan menekan
tombol On/Off. Setelah dihidupkan receiver akan melakukan inisialisasi
(acquiring satellite atau mencari sinyal satelit) dan setelah menerima 4
satelit akan muncul tampilan halaman informasi satelit beserta koordinat
sebagai berikut.
D. Lampiran
A. Jenis Alat
GPS Magellan Triton 1500 merupakan salah satu jenis GPS dengan tipe
handheld yang yang didesain untuk penggunaan di luar ruangan/di
lapangan. GPS tipe ini dilengkapi dengan fitur senter yang mempermudah
penerangan saat di kegelapan maupun fitur alarm yang dapat diaktifkan
sesuai dengan kondisi yang diinginkan.
B. Fungsi
Berikut ini merupakan fungsi dari beberapa bagian GPS Magellan Triton
1500.
C. Cara Penggunaan
Berikut ini merupakan cara penggunaan dari GPS Garmin Rino 530 HCx.
1. Tempatkan GPS diluar ruangan yang cerah dan tidak tertutup suatu
halangan seperti vegetasi yang dapat mengganggu pancaran sinyal, lalu
menyalakan GPS.
2. GPS akan mulai mencari sinyal dari satelit yang dapat terdeteksi. Grafik
sinyal GPS akan muncul di tampilan, atau untuk menampilkan yang lebih
detail dapat dilakukan dengan mengakses halaman satelit pada Menu
Utama.
3. Ketika inisialisasi GPS siap untuk navigasi, tiga atau lebih bar sinyal GPS
akan muncul. Apabila hal di atas telah terpenuhi, maka pengukuran dapat
segera dilaksanakan.
D. Lampiran
YOGYAKARTA
2013
II.A. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengetahui posisi base station yang jelek
menangkap sinyal dan posisi yang baik untuk menangkap sinyal.
2. Mahasiswa mampu menggunakan alat BTM (Boussole Tranch
Montagne).
3. Mahasiswa mampu menggambar peta obstruksi daerah disekitar
titik BM.
4. Mahasiswa mampu melakukan perhitungan koordinat geodetik.
II.F. HASIL
II.G. KESIMPULAN
Posisi base station dibumi harus memperhatikan daerah disekitar
posisinya berdiri, itu dikarenakan ada daerah-daerah tertentu dimana
base station tidak dapat menangkap sinyal yaitu seperti daerah yang
banyak pepohonan, bangunan, dan sebaginya. Oleh karena itu, pada
praktikum kali ini, survey pengukuran yang dilakukan agar mahasiswa
mampu mengetahui posisi base station mana yang dapat dan tidak
dapat menangkap sinyal.
LAMPIRAN II.1
Lokasi Titik BM 18 terletak di lahan kosong di selatan Fakultas Geografi UGM yang terletak di lingkungan
halaman Gedung Rektorat UGM. Dimana, Gedung Rektorat UGM tersebut terletak di sebelah timur jalan
Kaliurang km 2.5.
Titik BM 18 tersebut berupa tugu berbentuk kubus padat yang berwarna biru tua dengan ukuran ±20x20x20cm
Jalan untuk menuju lokasi titik BM dapat diakses melalui Jalan Kaliurang kemudian belok ke arah timur ke daerah
GSP.Lokasi tepatnya di halaman Gedung Rektorat UGM yang berupa Jalan Raya beraspal. Untuk menuju halaman
lokasi Gedung Rektorat UGM dapat digunakan kendaraan seperti mobil, sepeda motor atau sepeda.
08. TRANSPORTASI/AKOMODASI :
Dari Jurusan Teknik Geodesi Geomatika kami mengendarai motor ke arah selatan melewati Jl. Sains hingga di Jl.
Kaliurang, kemudian belok ke arah selatan sampai ke lampu merah pertama, belok ke arah Timur sampai ketemu
Bundaran UGM.Dari bundaran UGM, masuk lewat gerbang menuju arah GSP, kemudian motor diparkir di utara
GSP karena untuk ke halaman rektorat hanya dapat dilalui dengan berjalan kaki.Dari area parkir GSP, jalan ke arah
Utara sekitar 1 km ke halaman rektorat.Lokasi Tugu BM 18 berada di halaman tersebut di sebelah selatan Fakultas
Geografi UGM.Lebih tepatnya di lahan kosong sebelah barat Pos satpam.
Kehutanan
BM 18
Jalan
Kaliuran
Rektorat
Kehutana
n
Jalan BM 18
Kaliuran
Rektorat
KOORDINAT UTM
10. X (meter) = 431591,8245 N
FAKULTAS TEKNIK
YOGYAKARTA
2013
III.1. BAB I
i.E.
i.F. Gambar 2.1 Leica Mini Pad
c. Tombol On/Of yang berfungsi untuk
menghidupkan dan mematikan receiver.
d. Lampu indicator terdiri dari Tracking LED, Blutooth
LED, dan Power LED.
Tracking LED lampu indikator menunjukkan ada
atau tidaknya satelit yang terdeteksi.
Tidak menyala - tidak ada satelit terdeteksi.
Hijau (berkedip) - kurang dari 4 satelit
terdeteksi.
Hijau - satelit terdeteksi sudah mencukupi.
Merah - sedang dalam persiapan.
BT LED lampu indikator yang menunjukkan
status Bluetooth
Hijau - Bluetooth siap digunakan.
Ungu - Bluetooth sedang terkoneksi.
Biru - Bluetooth telah terkoneksi.
Biru (berkedip) – sedang mentransfer data
PWR LED lampu indikator yang menunjukkan
status daya receiver
Tidak menyala - receiver mati.
Hijau - daya receiver baik.
Hijau (berkedip) - daya receiver lemah.
i.G.
3. Kabel USB
i.H. Kabel USB berfungsi untuk menghubungkan serta
memindahkan data hasil rekaman dari receiver ke
komputer.
4. Controller & Pen Stylus
i.I.Controller berfungsi untuk mengatur GPS sebelum
digunakan maupun sebagai media penyimpanan hasil
perekaman data. Sedangkan pen stylus berfungsi untuk
memudahkan pengoperasian Controller yang telah
dilengkapi oleh fitur layar sentuh.
5. Pengancing Pull
i.J.Pengancing pull berfungsi untuk mengunci atau
mengencangkan pull dengan receiver.
6. Baterai
i.K. Baterai berfungsi sebagi sumber utama daya
untuk receiver dan controller.
i.L.
i.M. Cara Menggunakan
5. Pengukuran RTK-NTRIP
j. Hidupkan receiver kemudian controller dengan
menekan tombol power.
k. Buat job dengan masuk ke menu Jobs & data kemudian
pilih New Job. Isi nama job, deskripsi, creator, codelist,
coord system dan memilih pilihan Store.
l. Pilih menu GPS settings kemudian pilih RTK rover wizard.
m. Pilih Create a new profile, beri nama dan deskripsi
setting. Deskripsi Tekan Next. Pada RTK rover wizard
terdapat 3 pilihan, pilih Internet (e.g NTRIP) untuk
melakukan setting NTRIP.
n. Konfirmasi akan keluar yang menunjukkan bahwa
koneksi ke receiver dibutuhkan. Tekan Next. Pada pilihan
port memilih Internal 3.5G modem untuk mendefinisikan
koneksi antara GNSS ke server. Tekan Next. Pilih
GSM/GPRS/UMTS device dan memilih name of device yg
sesuai. Jika menggunakan provider yang berbasis pada
CDMA maka memilih CDMA device. Tekan Next.
o. Pada Bluetooth device connection pilih Next kemudian
pilih nama device yang akan digunakan. Tekan Next. Jika
device yang digunakan belum ada pada daftar bluetotth
device, tekan Search untuk melakukan pencarian
otomatis. Pilih Using GPRS/CDMA internet connection.
Tekan Next.
p. Masukkan parameter-parameter server. Untuk
menggunakan data koreksi beri tanda centang pada use
NTRIP with this server. Masukkan used ID dan password.
Tekan Next.
q. Jika menggunakan network CORS, maka receive RTK
corrections from RTK network dicentang. Jika hanya
menggunakan single base CORS maka dibiarkan tidak
diberi tanda cek pada kedua pilihan. Pilihan RTK data
format adalah RTCM v3, kemudian pilihan sensor at base
dan antenna at base pada automatically detect.
Kemudian use auto coordinate system dan receive RTK
network information diberi tanda cek.
r. Jika semua setting telah benar, maka ketika dipilih “Yes,
test my connection” akan keluar konfirmasi bahwa
settingan telah benar dan telah terhubung dengan
server CORS.
i.N.
6. Pengukuran Kadaster (Pengukuran Bidang)
e. Pengukuran Titik
i.O. Dari menu Utama memilih Go to work kemudian
memilih menu Survey. Untuk melakukan pengukuran
tinggal menekan Meas. Sebelum melakukan pengukuran
memberi nama dan kode titik sebagai pelengkapan data.
Perhatikan nilai 3DCQ, untuk pengukuran RTK NTRIP nilai
3DCQ berkisar 1-5 cm merupakan hasil yang teliti.
f. Pengukuran Bidang atau Luasan
i.P. Dari menu utama memilih Go to work
kemudian memilih menu COGO lalu memilih Area
division. Di dalam area to use memilih survey new area.
Maksudnya adalah melakukan perekaman titik terlebih
dahulu baru kemudian dihitung luasnya. Melakukan
perekaman titik-titik batas luasan dengan menekan
Meas hingga selesai satu bidang. Jika sudah selesai
menekan Done. Kemudian memilih store pada halaman
edit area kemudian memilih OK.
g. Pengukuran Menggunakan Hidden Point dan Distometer
i.Q. Dari menu utama memilih Go to work kemudian
memilih pilihan Survey. Untuk melakukan pengukuran
tinggal memilih HdnP. Setelah masuk ke halaman hidden
point melakukan setting pada titik awal arahkan Disto ke
titik yang diamat. Kemudian memindahkan alat ke titik
bantu lakukan pengamatan yang sama lalu mentransfer
data dari disto menggunakan Bluetooth.
h. Rekontruksi Batas
i.R. Untuk melakukan rekonstruksi batas, dari menu
utama memilih Go to work kemudian memilih Stakeout
dan memberi pilihan job kemudian seleksi titik yang
akan direkonstruksi. Kemudian dengan mengikuti
petunjuk arah dan akan ada petunjuk posisi rover
terhadap titik yang direkonstruksi.
7. Pengukuran Situasi
d. Pengukuran Planimetrik
i.S. Dari menu Utama memilih Go to work kemudian
memilih menu Survey. Untuk melakukan pengukuran
tinggal menekan Meas. Sebelum melakukan pengukuran
memberi nama dan kode titik sebagai pelengkapan data.
Perhatikan nilai 3DCQ, untuk pengukuran RTK NTRIP nilai
3DCQ berkisar 1-5 cm merupakan hasil yang teliti.
e. Pengukuran Tinggi/DTM
i.T. Untuk melakukan pengukuran tinggi
langkahnya sama dengan pengukuran planimetrik pada
langkah di atas.
f. Stake Out
i.U. Untuk melakukan stake out, memilih menu
Stake out pada menu Go to work. Memilih job yang
digunakan kemudian memilih OK. Di dalam layar
terdapat petunjuk untuk mencari titik yang akan di stake
out.
8. Pengukuran Post-Processing Statik dan Kinematik
c. Pengukuran Post-Processing Statik
i.V. Untuk melakukan setting post-processing pada
GNSS Leica dibutuhkan pembuatan profile. Dari menu
Instrument memilih GPS settings kemudian memilih Raw
data logging. Di dalam Raw data logging ini, klik log data
post-processing, kemudian memilih log data lalu memilih
static dengan sampling rate 1”. Dari menu Utama
memilih Go to work kemudian memilih menu Survey.
Untuk melakukan pengukuran tinggal menekan Meas.
Sebelum melakukan pengukuran memberi nama dan
kode titik sebagai pelengkapan data.
d. Pengukuran Post-Processing Kinematik
i.W. Untuk melakukan setting post-processing pada
GNSS Leica dibutuhkan pembuatan profile. Dari menu
Instrument memilih GPS settings kemudian memilih Raw
data logging. Dari menu utama memilih Go to work
kemudian memilih menu Survey. Untuk melakukan
pengukuran tinggal menekan Meas. Sebelum melakukan
pengukuran memberi nama dan kode titik sebagai
pelengkapan data.
i.X.
i.Y. Lampiran
1. Hardcase
i.Z.
2. Leica Receiver
i.AA.
3. Kabel USB
i.AB.
6. Baterai
i.AE.
7. Pull
i.AF.
8. Statif
i.AG.
i.AH.
III.1.ii. GPS NAVIGATION GARMIN ETREX VISTA HCX
i.AI.
ii.A. Jenis Alat
i.AJ. GPS Garmin Etrex Vista HCx merupakan salah satu jenis
receiver GPS navigasi dengan tipe handheld yang yang
mempunyai fungsi seperti GPS navigasi pada umumnya yaitu
memberikan suatu posisi koordinat suatu titik.
i.AK.
ii.B. Fungsi
1. Tombol Zoom In/Out,
i.AL. berfungsi untuk memperbesar maupun
memperkecil tampilan pada layar GPS. Sedangkan untuk
tampilan lainnya, tombol ini berguna untuk scroll ke atas
maupun ke bawah sebuah daftar atau berpindah ke menu
yang lain.
2. Tombol Menu/Find,
i.AM. berfungsi untuk menuju menu utama pada GPS
maupun berfungsi untuk melakukan pencarian terhadap
sebuah lokasi.
3. Tombol Quit/Page,
i.AN. berfungsi untuk kembali ke menu utama maupun
kembali ke menu sebelumnya. Tombol ini juga berfungsi
untuk mematikan kompas.
4. Tombol Power,
i.AO. berfungsi untuk menghidupkan maupun
mematikan GPS.
5. Tombol Enter/Rocket Key,
i.AP. berfungsi untuk menggerakkan kursor pada layar
GPS maupun memberi tanda (mark) pada sebuah lokasi
yang diinginkan.
i.AQ.
ii.C. Cara Penggunaan
5. Hidupkan GPS terlebih dahulu dengan menekan tombol
Power.
6. Masuk ke Main Menu untuk melakukan penandaan lokasi
(mark) dimana kita berada kemudian Tekan tombol Mark.
7. Berikan nama/keterangan lokasi yang telah ditandai
kemudian memilih pilihan OK lalu menekan tombol Enter.
8. Untuk melihat maupun mencari koordinat yang telah
ditandai, pada Main Menu Tekan tombol Find kemudian Pilih
tombol Waypoints. Pada menu Find bisa dilakukan pencarian
berdasarkan nama (by name) maupun berdasarkan titik
terdekat (nearest point) dari posisi GPS berada kemudian
Tekan tombol Enter.
i.AR.
ii.D. Lampiran
i.AS. GPS NAVIGATION GARMIN ETREX VISTA HCX
i.AT.
i.AU.
i.AV.
III.2. BAB II
i.BQ.
i.BR.
i.BS.
i.BT.
i.BU.
i.BV.
i.BW.
i.BX.
i.BY.
i.BZ.
i.CA.
i.CB.
i.CC.
i.CD.
i.CE.
i.CF. LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI GNSS
i.CG. IV
i.CH. “PENGENALAN GPS GEODETIK SERTA KONSEP
PENGUKURAN METODE STATIK
i.CI. DAN RTK NTRIP”
i.CJ.
i.CK.
i.CL.
i.CM.
i.CN.
i.CO.
i.CP.
i.CQ.
i.CR.
i.CS.
i.CW. YOGYAKARTA
i.CX. 2013
IV.A. TUJUAN
1. Mahasiswa Mampu Menggunakan GPS Geodetik Tipe Javad Triumph-1
dan Leica SR 20
2. Mahasiswa mampu mengetahu konsep pengukuran metode RTK NTRIP
dan Statik
i.CY.
IV.B. LANDASAN TEORI
i.CZ. GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit
navigasi dan penentuan posisi yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika
Serikat. Sistem ini didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga-
dimensi serta informasi mengenai waktu, secara kontinu di seluruh dunia
tanpa tergantung waktu dan cuaca, kepada banyak orang secara simultan.
Pada saat ini, sistem GPS sudah sangat banyak digunakan orang di
seluruh dunia. Di Indonesia pun, GPS sudah banyak diaplikasikan,
terutama yang terkait dengan aplikasi-aplikasi yang menuntut informasi
tentang posisi. Pada dasarnya GPS terdiri atas tiga segmen utama, yaitu
segmen angkasa (space segment) yang terdiri dari satelit-satelit GPS,
segmen sistem kontrol (control system segment) yang terdiri dari station-
station pemonitor dan pengontrol satelit, dan segmen pemakai (user
segment) yang terdiri dari pemakai GPS termasuk alat-alat penerima dan
pengolah sinyal dan data GPS. Ketiga segment GPS ini digambarkan
secara skematik di Gambar F.1.
i.DA.
i.DB.
i.DC.
i.DD. Gambar IV.B.1. Sistem penentuan Global GPS
i.DE.
i.DF. Setiap satelit GPS secara kontinu memancarkan sinyal-sinyal
gelombang pada 2 frekuensi L-band yang dinamakan L1 and L2. Sinyal L1
berfrekuensi 1575.42 MHz dan sinyal L2 berfrekuensi 1227.60 MHz. Sinyal
L1 membawa 2 buah kode biner yang dinamakan kode-P (P-code, Precise
or Private code) dan kode-C/A (C/A-code, Clear Access or Coarse
Acquisation), sedangkan sinyal L2 hanya membawa kode-C/A. Perlu dicatat
bahwa pada saat ini kode-P telah dirubah menjadi kode-Y yang strukturnya
dirahasiakan untuk umum. Dengan mengamati sinyal-sinyal dari satelit
dalam jumlah dan waktu yang cukup, seseorang kemudian dapat
memrosesnya untuk mendapatkan informasi mengenai posisi, kecepatan,
dan waktu, ataupun parameter-parameter turunannya.
i.DG. Pada dasarnya konsep dasar penentuan posisi dengan GPS
adalah reseksi (pengikatan ke belakang) dengan jarak, yaitu dengan
pengukuran jarak secara simultan ke beberapa satelit GPS yang
koordinatnya telah diketahui. Posisi yang diberikan oleh GPS adalah posisi
tigadimensi (X,Y,Z ataupun L,B,h) yang dinyatakan dalam datum WGS
(World Geodetic System) 1984. Dengan GPS, titik yang akan ditentukan
posisinya dapat diam (static positioning) ataupun bergerak (kinematic
positioning). Posisi titik dapat ditentukan dengan menggunakan satu
receiver GPS terhadap pusat bumi dengan menggunakan metode absolute
(point) positioning, ataupun terhadap titik lainnya yang telah diketahui
koordinatnya (monitor station) dengan menggunakan metode diferential
(relative) positioning yang menggunakan minimal dua receiver GPS, yang
menghasilkan ketelitian posisi yang relatif lebih tinggi. GPS dapat
memberikan posisi secara instan (real-time) ataupun sesudah
pengamatan setelah data pengamatannya di proses secara lebih ekstensif
(post processing) yang biasanya dilakukan untuk mendapatkan ketelitian
yang lebih baik. Secara umum kategorisasi metode dan system penentuan
posisi dengan GPS ditunjukkan pada Gambar F.2 berikut.
i.DH.
i.DI.
i.FJ.
i.FK. LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI GNSS
i.FL. V
i.FM. “FINDING POINTS UNTUK SURVEI PENDAHULUAN
MENGGUNAKAN GPS NAVIGASI”
i.FN.
i.FO.
i.FP.
i.FQ.
i.FR.
i.FS.
i.FT.
i.FU.
i.FV.
i.FW.
i.FX.
i.GB. YOGYAKARTA
i.GC. 2013
V.A. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu menemukan titik sesuai koordinat yang telah
diinput
2. Mahasiswa mampu mengetahui koreksi/selisih jarak antara titik
BM yang dimaksud dengan titik nol hasil tracking
i.GD.
V.B. LANDASAN TEORI
i.GF.
i.GG. Gambar V.B.1. Gambaran satelit GPS di orbit
i.GH. GPS Tracker atau sering disebut dengan GPS
Tracking adalah teknologi AVL (Automated Vehicle Locater) yang
memungkinkan pengguna untuk melacak posisi kendaraan, armada
ataupun mobil dalam keadaan Real-Time. GPS Tracking
memanfaatkan kombinasi teknologi GSM dan GPS untuk
menentukan koordinat sebuah obyek, lalu menerjemahkannya
dalam bentuk peta digital.
i.GI. Beberapa kemampuan GPS antara lain dapat
memberikan informasi tentang posisi, kecepatan, dan waktu secara
cepat, akurat, murah, dimana saja di bumi ini tanpa tergantung
cuaca. Hal yang perlu dicatat bahwa GPS adalah satu-satunya
sistem navigasi ataupun sistem penentuan posisi dalam beberapa
abad ini yang memiliki kemampuan handal seperti itu. Ketelitian
dari GPS dapat mencapai beberapa mm untuk ketelitian posisinya,
beberapa cm/s untuk ketelitian kecepatannya dan beberapa
nanodetik untuk ketelitian waktunya. Ketelitian posisi yang
diperoleh akan tergantung pada beberapa faktor yaitu metode
penentuan posisi,geometri satelit, tingkat ketelitian data, dan
metode pengolahan datanya.
i.GJ. Prinsip penentuan posisi dengan GPS yaitu
menggunakan metode reseksi jarak, dimana pengukuran jarak
dilakukan secara simultan ke beberapa satelit yang telah diketahui
koordinatnya. Pada pengukuran GPS, setiap epoknya memiliki
empat parameter yang harus ditentukan : yaitu 3 parameter
koordinat X,Y,Z atau L,B,h dan satu parameter kesalahan waktu
akibat ketidaksinkronan jam osilator di satelit dengan jam di
receiver GPS. Oleh karena diperlukan minimal pengukuran jarak ke
empat satelit.
i.GK.
i.GL. Gambar V.B.2 Cara Kerja GPS
i.GM.Secara umum ada tiga segmen dalam sistem GPS yaitu
segmen sistem kontrol, segmen satelit, dan segmen pengguna.
Satelit GPS dapat dianalogikan sebagai stasiun radio angkasa, yang
diperlengkapi dengan antena-antena untuk mengirim dan menerima
sinyal –sinyal gelombang. Sinyal-sinyal ini selanjutnya diterima oleh
receiver GPS di/dekat permukaan bumi, dan digunakan untuk
menentukan informasi posisi, kecepatan, maupun waktu. Selain itu
satelit GPS juga dilengkapi dengan peralatan untuk mengontrol
attitude satelit. Satelit-satelit GPS dapat dibagi atas beberapa
generasi yaitu ; blok I, blok II, blok IIA, blok IIR dan blok IIF. Hingga
april 1999 ada 8 satelit blok II, 18 satelit blok II A dan 1 satelit blok II
R yang operasional. Segmen sistem kontrol berfungsi mengontrol
dan memantau operasional satelit dan memastikan bahwa satelit
berfungsi sebagaimana mestinya. Segmen pengguna terdiri dari
para pengguna satelit GPS di manapun berada. Dalam hal ini alat
penerima sinyal GPS ( GPS receiver ) diperlukan untuk menerima
dan memproses sinyal -sinyal dari satelit GPS untuk digunakan
dalam penentuan posisi, kecepatan dan waktu. Komponen utama
dari suatu receiver GPS secara umum adalah antena dengan pre-
amplifier, bagian RF dengan pengidentifikasi sinyal dan pemroses
sinyal, pemroses mikro untuk pengontrolan receiver, data sampling
dan pemroses data ( solusi navigasi ), osilator presisi , catu daya,
unit perintah dan tampilan, dan memori serta perekam data.
i.GN. Terdapat berbagai jenis GPS navigasi yang telah dibuat
oleh berbagai perusahaan dengan fitur dan kelebihannya yang
berbeda-beda. Salah satunya GPS NAVIGATION GARMIN ETREX
VISTA HCX yang digunakan pada praktikum kali ini.
i.HE.
V.E. LANGKAH KERJA
1. Menyalakan GPS dengan menekan tombol ON
2. Pada Main Menu pilih Mark
3. Memasukkan nilai Easting dan Northing untuk setiap titik sesuai
dengan nilai yang diberikan pada masing-masing kelompok,
kemudian tekan OK
4. Kemudian pilih menu find lalu pilih titik yang sudah dimasukkan
sebelumnya. Nantinya akan muncul pilihan Of Road dan Follow
Road. Pilih Of Road. Maka untuk mencari titik tersebut dengan
mengikuti arahan peta yang ditunjukkan GPS.
5. Jika keterangan jarak pada GPS sudah mendekati 0 meter maka
pengguna sudah berada di titik yang dituju. Jika di area tersebut
tidak ditemukan tugu BM, maka cari titik BM di sekitar area
tersebut dengan radius 10 meter.
6. Setelah didapatkan tugu BM yang dituju, lakukan pengukuran
(marking) koordinat menggunakan GPS Navigasi sebanyak 5 kali
dengan interval waktu 15 detik setiap perekaman.
7. Mencatat nilai koordinat pada titik tersebut dan mengambill foto
dari tugu BM tersebut.
8. Lakukan langkah 2 hingga 7 pada titik-titik lainnya.
i.HF.
V.F. HASIL DAN PEMBAHASAN
Titik 1
i.HG. Lokasi : Sendowo
i.HH.
i.IL.
i.IP. Barat i.IT. Timur
i.IQ. i.IU.
i.IR. i.IV.
i.IS.
i.IW.
Titik 2
i.IX. Lokasi : Depan Fakultas Ekonomika dan Bisnis
i.IY.
i.KC.
i.KG. Barat i.KJ. Timur
i.KH. i.KK.
i.KI.
Titik 3
i.KL. Lokasi : Fakultas Kedokteran
i.KM.
i.LQ.
i.LU. Barat i.LY. Timur
i.LV. i.LZ.
i.LW. i.MA.
i.LX.
i.MB.
Titik 4
i.MC. Lokasi : Fakultas Perikanan
i.MD.
i.NG.
i.NK. Barat i.NO. Timur
i.NL. i.NP.
i.NM. i.NQ.
i.NN.
i.NR.
Titik 5
i.NS. Lokasi : Perempatan Jalan Kaliurang
i.NT.
i.QJ.
i.QK.
i.QL.
i.QM.
i.QN.
i.QO.
i.QP.
i.QQ.
i.QR.
i.QS.
i.QT.
i.QX. YOGYAKARTA
i.QY. 2013
VI.A. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mendesain jaring kontrol horizontal memenuhi
kaidah SNI orde 3
2. Mahasiswa mampu membuat jaring kontrol horizontal memenuhi
kaidah SNI orde 3
i.QZ.
VI.B. LANDASAN TEORI
i.RA. Jaring kontrol horisontal adalah sekumpulan titik kontrol
horisontal yang satu sama lain dikaitkan dengan data ukuran jarak
dan/atau sudut, dan koordinatnya ditentukan dengan metode
pengukuran/pengamatan tertentu dalam suatu sistem referensi
kordinat horisontal tertentu (BSN, 2002).
i.RB. Kualitas dari koordinat titik-titik dalam suatu jaring
kontrol horisontal umumnya akan dipengaruhi oleh banyak faktor,
seperti sistem peralatan yang digunakan untuk
pengukuran/pengamatan, geometri jaringan, strategi
pengukuran/pengamatan, serta strategi pengolahan data yang
diterapkan. Pengadaan jaring titik kontrol horisontal di Indonesia
sudah dimulai sejak jaman penjajahan Belanda, yaitu dengan
pengukuran triangulasi yang dimulai pada tahun 1862. Selanjutnya
dengan pengembangan sistem satelit navigasi Doppler (Transit),
sejak tahun 1974 pengadaan jaring titik kontrol juga mulai
memanfaatkan sistem satelit ini. Dengan berkembangnya sistem
satelit GPS, sejak tahun 1989, pengadaan jaring titik kontrol
horisontal di Indonesia umumnya bertumpu pada pengamatan satelit
GPS ini.
i.RC. GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit
navigasi dan penentuan posisi yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika
Serikat. Sistem ini didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan
tiga-dimensi serta informasi mengenai waktu, secara kontinu di
seluruh dunia tanpa tergantung waktu dan cuaca, kepada banyak
orang secara simultan. Pada saat ini, sistem GPS sudah sangat
banyak digunakan orang di seluruh dunia. Di Indonesia pun, GPS
sudah banyak diaplikasikan, terutama yang terkait dengan aplikasi-
aplikasi yang menuntut informasi tentang posisi. Pada dasarnya GPS
terdiri atas tiga segmen utama, yaitu segmen angkasa (space
segment) yang terdiri dari satelit-satelit GPS, segmen sistem kontrol
(control system segment) yang terdiri dari station-station pemonitor
dan pengontrol satelit, dan segmen pemakai (user segment) yang
terdiri dari pemakai GPS termasuk alat-alat penerima dan pengolah
sinyal dan data GPS.
i.RD.
i.RE. Gambar VI.B.1. Sistem penentuan global, GPS
i.RF. Badan Pertanahan Nasional (BPN) mulai pada tahun 1996
menetapkan penggunaan Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN’95) sebagai
datum rujukan pengukuran dan pemetaan di lingkungan BPN. Perwujudan
dari rujukan tersebut adalah pengadaan Jaring Kontrol Geodesi Nasional
(JKGN) yaitu orde-2, orde-3, dan orde-4. Orde jaring merupakan atribut
yang mengkarakterisasi tingkat ketelitian (akurasi) jaring, yaitu
tingkat kedekatan jaring tersebut terhadap jaring titik kontrol yang
sudah ada yang digunakan sebagai referensi; dan orde jaringan ini
akan bergantung pada kelasnya, tingkat presisi dari titiktitiknya
terhadap titik-titik ikat yang digunakan, serta tingkat presisi dari
proses transformasi yang diperlukan untuk mentransformasikan
koordinat dari suatu ke datum ke datum lainnya.
i.RG. Titik - titik dasar teknik orde-2, orde-3, dan orde-4
diperlukan sebagai kerangka dasar referensi nasional yang digunakan untuk
pemetaan bidang tanah secara nasional. Dalam penyelenggaraan JKGN ini
sangat terkait dengan ketelitian, sehingga pada pelaksanaan pengukuran
titik dasar teknik, BPN mempunyai ketentuan tentang metode pengamatan
yang digunakan. Metode Pengamatan yang digunakan antara lain adalah
metode pengamatan satelit dan metode pengukuran terestris. Metode
pengamatan satelit dilakukan pada pengukuran orde-2 dan orde-3
sedangkan metode pengukuran terestris untuk orde-4. Pada pengukuran
orde-3 yang dilaksanakan oleh Kantor Wilayah BPN Propinsi yang
ditentukan dengan survei GPS.
i.RH.
i.RI.
VI.C. ALAT YANG DIGUNAKAN
i.RJ. 1 buah GPS handheld atau telepon genggam ber-aplikasi
Navitel Navigator
i.RK. Kamera
i.RL. Alat Tulis
i.RM.
VI.D. LANGKAH KERJA
1. Membuka Google Earth dan mencari lokasi dimana akan kita desain
jaring GPS-nya, yaitu disekitar kampus UGM.
2. Mendesain jaring GPS dengan syarat yaitu :
- Jumlah titik 12 buah
- Sistem koordinat UTM
- Untuk rencana desain jaring pengukuran gelombang satelit GNSS
metode relatif statik
- Kriteria SNI orde 3
- Jaring tertutup
i.RN.
VI.E. HASIL DESAIN JARING AWAL
i.RO. Koordinat Titik awal dalam UTM
i.RP. i.RQ. i.RR.
Easting Northing
i.RT. i.RU.
431467. 9141533
i.RS. 81 m .72
E mS
i.RW. i.RX.
431531. 9141375
i.RV. 30 m .56
E mS
i.RZ. i.SA.
431343. 9141407
i.RY. 00 m .00
E mS
i.SC. i.SD.
431230. 9141264
i.SB. 80 m .49
E mS
i.SF. i.SG.
431405. 9141234
i.SE. 90 m .98
E mS
i.SI. i.SJ.
431584. 9141206
i.SH. 00 m .00
E mS
i.SL. i.SM.
431666. 9141045
i.SK. 00 m .00
E mS
i.SO. i.SP.
431483. 9141050
i.SN. 24 m .30
E mS
i.SR. i.SS.
431304. 9141062
i.SQ. 42 m .17
E mS
i.SU. i.SV.
431132. 9141115
i.ST. 82 m .85
E mS
i.SX. i.SY.
431208. 9140897
i.SW. 74 m .75
E mS
i.TA. i.TB.
431381. 9140894
i.SZ. 14 m .52
E mS
i.TC.
i.TD. Jarak antar titik adalah 170-220 meter.
i.TE.
i.TF.
i.TL.
i.TM.
i.TN.
i.TO.
i.TP.
i.TQ.
i.TR.
i.TS.
i.TT.
i.TU.
i.TV.
i.TZ. YOGYAKARTA
i.UA. 2013
VII.A. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mendesain jaring kontrol horizontal memenuhi
kaidah SNI orde 3
2. Mahasiswa mampu membuat jaring kontrol horizontal memenuhi
kaidah SNI orde 3
i.UB.
VII.B. LANDASAN TEORI
i.UC. Jaring kontrol horisontal adalah sekumpulan titik kontrol
horisontal yang satu sama lain dikaitkan dengan data ukuran jarak
dan/atau sudut, dan koordinatnya ditentukan dengan metode
pengukuran/pengamatan tertentu dalam suatu sistem referensi
kordinat horisontal tertentu (BSN, 2002).
i.UD. Kualitas dari koordinat titik-titik dalam suatu jaring
kontrol horisontal umumnya akan dipengaruhi oleh banyak faktor,
seperti sistem peralatan yang digunakan untuk
pengukuran/pengamatan, geometri jaringan, strategi
pengukuran/pengamatan, serta strategi pengolahan data yang
diterapkan. Pengadaan jaring titik kontrol horisontal di Indonesia
sudah dimulai sejak jaman penjajahan Belanda, yaitu dengan
pengukuran triangulasi yang dimulai pada tahun 1862. Selanjutnya
dengan pengembangan sistem satelit navigasi Doppler (Transit),
sejak tahun 1974 pengadaan jaring titik kontrol juga mulai
memanfaatkan sistem satelit ini. Dengan berkembangnya sistem
satelit GPS, sejak tahun 1989, pengadaan jaring titik kontrol
horisontal di Indonesia umumnya bertumpu pada pengamatan satelit
GPS ini.
i.UE. GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit
navigasi dan penentuan posisi yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika
Serikat. Sistem ini didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan
tiga-dimensi serta informasi mengenai waktu, secara kontinu di
seluruh dunia tanpa tergantung waktu dan cuaca, kepada banyak
orang secara simultan. Pada saat ini, sistem GPS sudah sangat
banyak digunakan orang di seluruh dunia. Di Indonesia pun, GPS
sudah banyak diaplikasikan, terutama yang terkait dengan aplikasi-
aplikasi yang menuntut informasi tentang posisi. Pada dasarnya GPS
terdiri atas tiga segmen utama, yaitu segmen angkasa (space
segment) yang terdiri dari satelit-satelit GPS, segmen sistem kontrol
(control system segment) yang terdiri dari station-station pemonitor
dan pengontrol satelit, dan segmen pemakai (user segment) yang
terdiri dari pemakai GPS termasuk alat-alat penerima dan pengolah
sinyal dan data GPS.
i.UF.
i.UG. Gambar VII.B.1. Sistem penentuan global, GPS
i.UH. Badan Pertanahan Nasional (BPN) mulai pada tahun 1996
menetapkan penggunaan Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN’95) sebagai
datum rujukan pengukuran dan pemetaan di lingkungan BPN. Perwujudan
dari rujukan tersebut adalah pengadaan Jaring Kontrol Geodesi Nasional
(JKGN) yaitu orde-2, orde-3, dan orde-4. Orde jaring merupakan atribut
yang mengkarakterisasi tingkat ketelitian (akurasi) jaring, yaitu
tingkat kedekatan jaring tersebut terhadap jaring titik kontrol yang
sudah ada yang digunakan sebagai referensi; dan orde jaringan ini
akan bergantung pada kelasnya, tingkat presisi dari titiktitiknya
terhadap titik-titik ikat yang digunakan, serta tingkat presisi dari
proses transformasi yang diperlukan untuk mentransformasikan
koordinat dari suatu ke datum ke datum lainnya.
i.UI. Titik - titik dasar teknik orde-2, orde-3, dan orde-4
diperlukan sebagai kerangka dasar referensi nasional yang digunakan untuk
pemetaan bidang tanah secara nasional. Dalam penyelenggaraan JKGN ini
sangat terkait dengan ketelitian, sehingga pada pelaksanaan pengukuran
titik dasar teknik, BPN mempunyai ketentuan tentang metode pengamatan
yang digunakan. Metode Pengamatan yang digunakan antara lain adalah
metode pengamatan satelit dan metode pengukuran terestris. Metode
pengamatan satelit dilakukan pada pengukuran orde-2 dan orde-3
sedangkan metode pengukuran terestris untuk orde-4. Pada pengukuran
orde-3 yang dilaksanakan oleh Kantor Wilayah BPN Propinsi yang
ditentukan dengan survei GPS.
i.UJ. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketetelitan
dalam penentuan posisi GPS antara lain; ketelitian data,
strategi pengamatan, geometri pengamatan, dan strategi
pengolahan data. Dalam survei GPS, pengolahan data GPS
dimaksudkan untuk menghitung koordinat dari titik-titik dalam suatu
jaringan berdasarkan data-data pengamatan, sehingga mendapatkan
koordinat titik orde-3 yang memenuhi spesifikasi teknis dan hal ini
merupakan suatu proses yang cukup ekstensif.
i.UK. Terkait dengan ketelitian yang ingin dicapai pada suatu
pengukuran, saat pengambilan data di lapangan diberikan ukuran
lebih, yaitu pengukuran yang melebihi batas ketentuannya. Hal ini
bertujuan untuk mendapatkan hasil yang optimal dan ketelitian yang
baik sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu diperlukan optimasi
jaring pada pengukuran orde-3. Optimasi jaring ini dapat dilakukan
dengan pemilihan baseline-baseline dari suatu pengukuran orde-3
yang telah dilakukan. Hal ini karena banyak data ukuran yang
diperoleh dan belum tentu semua data ukuran tersebut mendekati
nilai sebenarnya. Selain itu optimasi jaring ini juga dapat
meminimalisir kesalahan pengukuran. Untuk menentukan nilai
terbaik dari beberapa kali pengukuran diperlukan suatu metode
hitungan tertentu. Salah satu metode hitungan yang dapat digunakan
untuk menghitung ukuran lebih yaitu metode kuadrat terkecil dengan
perataan parameter.
i.UL. Berkaitan dengan baseline, maka dalam survei dengan
GPS, pengertian menyangkut baseline trivial dan non-trivial (bebas)
cukup penting untuk dimengerti. Pada perataan jaringan GPS, hanya
baseline-baseline bebas (non-trivial) saja yang boleh diikut sertakan.
Baseline trivial adalah baseline yang dapat diturunkan (kombinasi
linear) dari baseline-baseline lainnya dari satu sesi pengamatan.
Baseline yang bukan trivial dinamakan baseline non-trivial (baseline
bebas). Dalam hal ini, seandainya ada n receiver yang beroperasi
secara simultan pada satu sesi pengamatan maka akan ada (n-1)
baseline bebas yang boleh digunakan untuk perataan jaringan. Pada
prinsipnya akan ada beberapa kombinasi dari (n-1) baseline bebas
yang digunakan akan mempengaruhi kualitas dari posisi titik dalam
jaringan yang diperoleh. Pada survei dengan GPS, ada beberapa hal
yang menyangkut karakteristik baseline yang sebaiknya diperhatikan
yaitu antara lain :
- Amati baseline antara titik-titik yang berdampingan. Ini dapat
menjaga panjang baseline yang relatif pendek, yang nantinya akan
membantu untuk mendapatkan baseline yang relatif teliti. Secara
umum, baseline-baseline sebaiknya tidak terlalu panjang (< 20
km); karena semakin panjang baseline pengaruh kesalahan orbit
dan refraksi ionosfir akan semakin besar
- Untuk kontrol kualitas dan menjaga kekuatan jaringan, sebaiknya
baseline yang diamati saling menutup dalam suatu loop (jaringan)
dan tidak terlepas begitu saja (radial)
i.UM.
i.UN.
i.UO. Gambar VII.B. 2. Metode jaringan dan metode
radial
i.UP.
i.UQ.
i.UR. Selain itu juga patut diingat bahwa sebatas tahap
perhitungan baseline, bentuk jaring titik-titik GPS bukanlah suatu isu
yang krusial dibandingkan dengan ukuran (besar) jaringan. Dengan
kata lain panjang baseline lebih berpengaruh dibandingkan letak dan
orientasi nya. Sedangkan untuk keperluan penentuan cycle
ambiguity, panjang baseline dalam suatu jaring GPS sebaiknya
bervariasi secara gradual dari pendek ke panjang (bootstraping
method). Tapi dari segi menjaga tingkat dan konsistensi ketelitian
titik-titik dalam jaringan, jarak antar titik sebaiknya tidak terlalu
panjang dan juga titik-titik tersebut sebaiknya terdistribusi secara
merata dan teratur. Patut juga dicatat di sini bahwa bentuk dan besar
jaringan GPS akan mempengaruhi jumlah dan distribusi dari titik
tetap GPS yang diperlukan.
i.US.
i.UT. Gambar VII.B. 3. Penempatan titik-titik tetap pada
jaringan melebar
i.UU. dan jaringan koridor
i.UV.
i.UW. Dari segi bentuk, jaringan GPS yang berbentuk melebar
dan ada yang berbentuk memanjang (jaringan koridor). Untuk
jaringan melebar, titik-titik tetap sebaiknya ditempatkan minimal
pada tiga kuadran yang sumbu-sumbu koordinatnya berpusat di
tengah jaringan; dan pada jaringan koridor, titik-titik tetap
ditempatkan di sepanjang jaringan.
i.UX.
i.UY.
VII.C. ALAT YANG DIGUNAKAN
i.UZ. 1 buah GPS handheld atau telepon genggam ber-aplikasi
Navitel Navigator
i.VA. Kamera
i.VB. Alat Tulis
i.VC.
VII.D. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
i.VD. Tanggal : Minggu, 24 November 2013
VII.E.LANGKAH KERJA
1. Membuka Google Earth dan mencari lokasi dimana akan kita desain
jaring GPS-nya, yaitu disekitar kampus UGM.
2. Mendesain jaring GPS dengan syarat yaitu :
- Jumlah titik 12 buah
- Sistem koordinat UTM
- Untuk rencana desain jaring pengukuran gelombang satelit GNSS
metode relatif statik
- Kriteria SNI orde 3
- Jaring tertutup
3. Melakukan tracking jaring GPS di lapangan:
a. Menyalakan GPS dengan menekan tombol ON
b. Pada Main Menu pilih Mark
c. Memasukkan nilai koordinat (UTM) Easting dan Northing untuk
setiap titik yang telah ditandai pada Google Earth sesuai pada
jaring GPS yang telah buat, kemudian tekan OK
d. Kemudian pilih menu find lalu pilih titik yang sudah dimasukkan
sebelumnya. Nantinya akan muncul pilihan Of Road dan Follow
Road. Pilih Of Road. Maka untuk mencari titik tersebut dengan
mengikuti arahan peta yang ditunjukkan GPS.
e. Jika keterangan jarak pada GPS sudah mendekati 0 meter maka
pengguna sudah berada di titik yang dituju.
f. Setelah didapatkan titik yang sesuai dengan koordinat yang
telah dimasukkan, maka lakukan identifikasi kelayakan titik
tersebut termasuk obstraksi, keadaan tanah dan akses menuju
titik tersebut.
g. Jika sekiranya titik tersebut layak untuk dilakukan pengukuran
maka tandai titik tersebut, kemudian lakukan marking.
h. Namun jika titik tersebut kurang memenuhi syarat kelayakan
maka cari titik lain disekitar lokasi tersebut yang memenuhi
standar kelayakan pengukuran, lalu tandai, dan lakukan marking
atau catat koordinat titik tersebut.
i. Melakukan dokumentasi dan pembuatan deskripsi titik tersebut.
j. Lakukan pada 11 titik lainnya sesuai dengan jaring GPS yang
telah dibuat.
4. Jika terdapat perubahan titik saat tracking, maka yang selanjutnya
dilakukan adalah pembuatan ulang desain jaring GPS yang
dilakukan dengan memplot koordinat titik baru (pada saat tracking)
pada Google Earth.
i.VH.
VII.F.HASIL DESAIN JARING AWAL
i.VI. Koordinat Titik awal dalam UTM
i.VJ. i.VK. i.VL.
Easting Northing
i.VN. i.VO.
431467. 9141533
i.VM. 81 m .72
E mS
i.VQ. i.VR.
431531. 9141375
i.VP. 30 m .56
E mS
i.VT. i.VU.
431343. 9141407
i.VS. 00 m .00
E mS
i.VW. i.VX.
431230. 9141264
i.VV. 80 m .49
E mS
i.VZ. i.WA.
431405. 9141234
i.VY. 90 m .98
E mS
i.WC. i.WD.
431584. 9141206
i.WB. 00 m .00
E mS
i.WF. i.WG.
431666. 9141045
i.WE. 00 m .00
E mS
i.WI. i.WJ.
431483. 9141050
i.WH. 24 m .30
E mS
i.WL. i.WM.
431304. 9141062
i.WK. 42 m .17
E mS
i.WO. i.WP.
431132. 9141115
i.WN. 82 m .85
E mS
i.WR. i.WS.
431208. 9140897
i.WQ. 74 m .75
E mS
i.WT. i.WU. i.WV.
431381. 9140894
14 m .52
E mS
i.WW.
i.WX. Jarak antar titik adalah 170-220 meter.
i.WY.
i.WZ.
i.YA.
Titik 2
i.YB.
i.YC. Lokasi : Wilayah Rektorat UGM
i.YD.
i.YE.
i.YF. Koordinat Awal
i.YG. Easting : 431531.30
i.YH. Northing : 9141375.56
i.YI.
i.YJ. Keterangan :
i.YK. Titik ke 2 pada desain jaring awal tidak memenuhi
standar kelayakan karena pada lokasi titik awal berada pada jalan
utama/jalan raya yang tidak dapat dijadikan tempat pengukuran
survei GPS, oleh karena itu titik ini dipindahkan ke wilayah sekitar
lokasi sebelumnya pada tepi jalan.
i.YL.
i.YM. Koordinat Titik Baru
i.YN. Easting : 431530
i.YO. Northing : 9141379
i.YP.
i.YQ. Gambar:
i.YZ.
Titik 3
i.ZA.
i.ZB. Lokasi : Wilayah FMIPA UGM
i.ZC.
i.ZD.
i.ZE. Koordinat Awal
i.ZF. Easting : 431343.00
i.ZG. Northing : 9141407.00
i.ZH.
i.ZI. Keterangan :
i.ZJ. Titik ke 3 pada desain jaring awal tidak memenuhi
standar kelayakan karena pada lokasi titik awal terdapat obstruksi
yang menyebabkan titik tersebut tidak dapat dijadikan tempat
pengukuran survei GPS, oleh karena itu titik ini dipindahkan ke
wilayah sekitar lokasi sebelumnya pada tepi jalan.
i.ZK.
i.ZL. Koordinat Titik Baru
i.ZM. Easting : 431347
i.ZN. Northing : 9141424
i.ZO.
i.ZP. Gambar:
i.ZQ. Utara i.ZS. Selatan
i.ZR. i.ZT.
i.ZW.
Titik 4
i.ZX.
i.ZY. Lokasi : Wilayah FK UGM
i.ZZ.
i.AAA.
i.AAB. Koordinat Awal
i.AAC. Easting : 431230.80
i.AAD. Northing : 9141264.49
i.AAE.
i.AAF. Keterangan :
i.AAG. Titik ke 4 pada desain jaring awal tidak memenuhi
standar kelayakan karena pada lokasi titik awal terdapat obstruksi
yang menyebabkan titik tersebut tidak dapat dijadikan tempat
pengukuran survei GPS, oleh karena itu titik ini dipindahkan ke
wilayah sekitar lokasi sebelumnya pada tepi jalan.
i.AAH.
i.AAI. Koordinat Titik Baru
i.AAJ. Easting : 431225
i.AAK. Northing : 9141246
i.AAL.
i.AAM. Gambar:
i.AAT.
Titik 5
i.AAU.
i.AAV. Lokasi : Wilayah Rektorat UGM
i.AAW.
i.AAX.
i.AAY. Koordinat Awal
i.AAZ. Easting : 431405.90
i.ABA. Northing : 9141234.98
i.ABB.
i.ABC. Keterangan :
i.ABD. Titik ke 5 pada desain jaring awal tidak memenuhi
standar kelayakan karena pada lokasi titik awal terdapat obstruksi
yang menyebabkan titik tersebut tidak dapat dijadikan tempat
pengukuran survei GPS, oleh karena itu titik ini dipindahkan ke
wilayah sekitar lokasi sebelumnya pada tepi jalan.
i.ABE.
i.ABF. Koordinat Titik Baru
i.ABG. Easting : 431401
i.ABH. Northing : 9141235
i.ABI.
i.ABJ. Gambar:
i.ABS.
Titik 6
i.ABT.
i.ABU. Lokasi : Wilayah FTP UGM
i.ABV.
i.ABW.
i.ABX. Koordinat Awal
i.ABY. Easting : 431584.00
i.ABZ. Northing : 9141206.00
i.ACA.
i.ACB. Keterangan :
i.ACC. Titik ke 6 pada desain jaring awal tidak memenuhi
standar kelayakan karena pada lokasi titik awal terdapat obstruksi
yang menyebabkan titik tersebut tidak dapat dijadikan tempat
pengukuran survei GPS, oleh karena itu titik ini dipindahkan ke
wilayah sekitar lokasi sebelumnya pada tepi jalan.
i.ACD.
i.ACE. Koordinat Titik Baru
i.ACF. Easting : 431601
i.ACG. Northing : 9141184
i.ACH.
i.ACI. Gambar:
i.ACR.
Titik 7
i.ACS.
i.ACT. Lokasi : Wilayah FISIPOL UGM
i.ACU.
i.ACV.
i.ACW. Koordinat Awal
i.ACX. Easting : 431666.00
i.ACY. Northing : 9141045.00
i.ACZ.
i.ADA. Keterangan :
i.ADB. Lokasi Titik ke 7 pada desain jaring awal terdapat
obstruksi sehinga ttik tersebut di pindahkan posisinya sekitar
lokasi awal yang tidak terdapat obstruksi.
i.ADC.
i.ADD. Koordinat Titik Baru
i.ADE. Easting : 431615
i.ADF. Northing : 9141058
i.ADG.
i.ADH. Gambar:
i.ADQ.
Titik 8
i.ADR.
i.ADS. Lokasi : Wilayah GSP UGM
i.ADT.
i.ADU.
i.ADV. Koordinat Awal
i.ADW. Easting : 431483.24
i.ADX. Northing : 9141050.30
i.ADY.
i.ADZ. Keterangan :
i.AEA. Titik H pada desain jarang awal terdapat obstruksi
sehingga titik tersebut dipindahkan ke lokasi yang tidak ada
obstruksinya
i.AEB.
i.AEC. Koordina Titik Baru
i.AED. Easting : 431465
i.AEE. Northing : 9141055
i.AEF.
i.AEG. Gambar:
i.AEP.
Titik 9
i.AEQ.
i.AER. Lokasi : Wilayah GSP UGM
i.AES.
i.AET.
i.AEU. Koordinat Awal
i.AEV. Easting : 431304.42
i.AEW. Northing : 9141062.17
i.AEX.
i.AEY. Keterangan :
i.AEZ. Adanya obstruksi pada Titik ke 9 pada desain jaring awal
sehingga posisi titik tersebut dipindahkan sekitar lokasi awal di
tempat yang tidak ada osbtruksi.
i.AFA.
i.AFB. Koordinat Titik Baru
i.AFC. Easting : 4313308
i.AFD. Northing : 9141072
i.AFE.
i.AFF. Gambar:
i.AFO.
Titik 10
i.AFP.
i.AFQ. Lokasi : Wilayah FK UGM
i.AFR.
i.AFS.
i.AFT. Koordinat Awal
i.AFU. Easting : 431132.82
i.AFV. Northing : 9141115.85
i.AFW.
i.AFX. Keterangan :
i.AFY. Titik ke 10 pada desain jaring awal tidak memenuhi
standar kelayakan karenatitik tersebut berada pada jalan utama
sehingga titik tersebut dipindahkan ke tepi jalan dari jalan utama.
i.AFZ.
i.AGA. Koordinat Titik Baru
i.AGB. Easting : 431136
i.AGC. Northing : 9141119
i.AGD.
i.AGE. Gambar:
i.AGN.
Titik 11
i.AGO.
i.AGP. Lokasi : Pertigaan FKG UGM
i.AGQ.
i.AGR.
i.AGS. Koordinat Awal
i.AGT. Easting : 431208.74
i.AGU. Northing : 9140897.75
i.AGV.
i.AGW. Keterangan
i.AGX. Titik ke 11 pada desain jaring awal tidak memenuhi
standar kelayakan dikarenakan posisi titik tersebut tepat di
teangah jalan raya sehingga posisi titik tersebut dipindahkan
sekitar lokasi awal.
i.AGY.
i.AGZ. Koordinat Titik Baru
i.AHA. Easting : 431213
i.AHB. Northing :9140907
i.AHC.
i.AHD. Gambar:
i.AHM.
Titik 12
i.AHN.
i.AHO. Lokasi : Wilayah GSP UGM
i.AHP.
i.AHQ.
i.AHR. Koordinat Titik Awal
i.AHS. Easting : 431381.14
i.AHT. Northing : 9140894.52
i.AHU.
i.AHV. Keterangan:
i.AHW. Titik ke 12 pada desain jaring awal tidak memenuhi
standar kelayakan karena pada titik awal berada pada lapangan
bermain yang tidak kondusif untuk dijadikan tempat pengukuran
survei GPS, oleh karena itu titik ini dipindahkan ke wilayah sekitar
lokasi sebelumnya.
i.AHX.
i.AHY. Koordinat Titik Baru
i.AHZ. Easting : 431424
i.AIA. Northing : 9140881
i.AIB.
i.AIC.
i.AID. Gambar:
i.AIK.
VII.H. HASIL DESAIN JARING BARU
i.AIL. Koordinat Titik baru dalam UTM
i.AIM. i.AIN. i.AIO.
Easting Northing
i.AIQ. i.AIR.
i.AIP. 431467 9141541
mE mS
i.AIT. i.AIU.
i.AIS. 431530 9141379
mE mS
i.AIV. i.AIW. i.AIX.
431347 9141424
mE mS
i.AIZ. i.AJA.
i.AIY. 431225 9141246
mE mS
i.AJC. i.AJD.
i.AJB. 431401 9141235
mE mS
i.AJF. i.AJG.
i.AJE. 431601 9141184
mE mS
i.AJI. i.AJJ.
i.AJH. 431615 9141058
mE mS
i.AJL. i.AJM.
i.AJK. 431465 9141055
mE mS
i.AJO. i.AJP.
i.AJN. 431308 9141072
mE mS
i.AJR. i.AJS.
i.AJQ. 431136 9141119
mE mS
i.AJU. i.AJV.
i.AJT. 431213 9140907
mE mS
i.AJX. i.AJY.
i.AJW. 431424 9140881
mE mS
i.AJZ.
i.AKA. Jarak antar titik adalah 140-220 meter.
i.AKB.
i.AKC. Gambar VII.H. 1. Hasil Desain Jaring Baru
i.AKP.
i.AKQ.
i.AKR.
i.AKS.
i.AKT.
i.AKU.
i.AKV.
i.AKW.
i.AKX.
i.AKY.
i.AKZ.
i.ALD. YOGYAKARTA
i.ALE. 2013
VIII.A. TUJUAN
i.ALF.
Mahasiswa mampu melakukan pengukuran posisi titik Jaring
Kerangka Kontrol Horiontal dengan menggunakan GPS Geodetik
metode Relatif statik
i.ALG.
VIII.B. LANDASAN TEORI
i.ALH.
i.ALI. Penentuan posisi secara relatif statik adalah penentuan
posisi dari titik yang static (diam). Penentuan posisi ini dapat
dilakukan dengan menggunakan data pseudorange/phase.
Dibandingkan denga metode relatif kinematik ukuran lebih kepada
suatu titik pengamatan yang diperoleh dengan metode static
biasanya lebih banyak.
i.ALJ. Hal ini menyebabkan keandalan dan ketelitian posisi
yang diperoleh umumnya relative lebih tinggi (dalam mm dan cm).
Salah satu bentuk implementasi dari metode penentuan posisi static
yang popular adalah survey GPS untuk penentuan dari titik-titik
control untuk keperluan pemetaan ataupun pemantauan deformasi
dan geodinamika.
i.ALK. Pada prinsipnya, survey GPS bertumpu pada metode-
metode penentuan posisi static secara diferensial dengan
menggunakan datafase. Dalam hal ini pengamatan satelit GPS
umumnya dilakukan baseline per baseline selama selang waktu
tertentu dalam suatu jarring kerangka titik-titik akan ditentukan
posisinya.
i.ALL.
VIII.C. ALAT YANG DIGUNAKAN
i.ALM.
3 Buah GPS Geodetik
3 Buah Statif
Formulir Lapangan
Alat Tulis
i.ALN.
VIII.D. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
i.ALO.
i.ALS.
VIII.E. LANGKAH KERJA
i.ALT.
1. Siapkan Dsign Jaring KKH yang sudah kita buat dengan telah
dilakukan survey pendahuluan.
2. Menyiapkan 3 buah alat masing-masing di 3 titik berbeda yang
sudah ditentukan
3. Dirikan statif diatas titik kontrol. Kemudian lakukan sentering
untuk menyeimbangkan nivo kotak dengan mengatur kaki-kaki
statif.
4. Memasang antena pada receiver kemudian pasang antena dan
receiver pada tribach.
i.ALU.
i.ALV. GPS yang siap digunakan :
i.ALW.
i.ALX.
i.ALY.
i.ALZ.
i.AMA.
i.AMB.
i.AMC.
i.AMD.
i.AME.
i.AMF.
5. Mengukur Gambar VIII.E.1. Ilustrasi GPS tinggi receiver
6. Menyalakan yang siap GPS
receiver digunakan
dengan menekan tombol ON pada
receiver
7. Apabila lampu pada bagian bawah satelit telah menyala hijau,
berarti receiver telah menangkap sinyal dari satelit yang berada
di atas.
8. Kemudian hidupkan Controler dengan menekan Tombol Power
pada bagian kanan bawah Controler untuk membuat bluetooth
terhubung antara receiver dengan Controler.
i.AMG.
i.AMH.
i.AMI.
i.AMJ.
i.AMK.
i.AML.
i.AMM.
i.AMN. Gambar VIII.E.2. Controller Javad
i.AMO.
9. Pada tampilan menu utama Controler, pilih “PPK”. Kemudian klik
tombol configuration (ditandai dengan lingkaran warna merah),
maka akan muncul window PP, Klik logo Bluetooth sesuai dengan
tipe receiver yang digunakan tekan Set
i.AMP.
10. Masuk ke menu PP kemudian pilih :
i.AMQ.
i.AMR.
i.AMS.
i.AMT.
i.AMU.
i.AMV.
i.AMW.
i.AMX.
a. Survey Tab
Antenna : Pilih Triumph Internal
Height : Masukkan tinggi receiver
Type : Pilih slant karena antena didirikan pada statif
File : Memberi nama pada file pengukuran
Point : Memberi nama pada titik yang diukur
i.AMY.
i.AMZ.
i.ANA.
b. Style Tab
i.ANB.
Style Survey : Pilih metode Static , kemudian centang
Auto finish surveying point . Apabila
Autofinish ini tercentang, maka apabila
kita sudah selesai mengukur, alat otomatis akan
berhenti.
File destination : Pilih To Receiver untuk menyimpan
data di receiver
Logging :
- Occupotion time : total waktu
pengukuran . Pada
praktikum ini menggunakan interval
waktu selama 33 menit
i.ANC.
- Logging rate : interval waktu
perekaman . Pada
praktikum ini , interval waktu
pengukuran setiap 15 detik
i.AND.
11. Terdapat parameter yang sangat penting untuk kita pahami
yaitu elevation max degree. Contoh : apabila kita memasukkan
nilai elevation max degree 100 maka :
i.ANE.
i.ANF.
i.ANG.
i.ANH.
Gambar. Contoh skema elevation max
i.ANI. Artinya, semua obyek yang berada di ketinggian 10 - 100
degree
tidak bisa terekam, sementara semua obyek dengan elevasi 11 0
- 1600 bisa terekam. Jadi, jika elevasinya semakin besar, otomatis
jumlah obyek yang terekam semakin sedikit, dengan demikian
obstruksi juga makin kecil, sehingga data semakin teliti.
Demikian juga sebaliknya.
i.ANJ.
12. Tekan Start <<static>> Survey secara bersama untuk
memulai pengukuran
i.ANK.
i.ANL. Gambar VIII.E.3. Tampilan Controller saat
perekaman data
i.ANM.
VIII.F. HASIL
i.ANN.
i.ANO.
i.ANZ.
GCP 11
i.AOA.
i.AOB.
i.APA.
GCP 11
i.APB.
i.APC.
Parkira
n
i.AQD.
i.AQE. Taman
i.AQF.
i.AQG. GCP 11
i.AQH.
i.AQI. Taman
i.AQJ. Jalan Kaliurang
i.AQK.
i.AQL.
2. DIPERIKSA OLEH :
3. TANGGAL PEMERIKSAAN :
i.AQM. i.AQN. PRAKTIKUM SURVEI GNSS i.AQT.
i.AQO. KELOMPOK 9
i.AQP. S1 REGULER TEKNIK GEODESI i.AQU.
i.AQQ. UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR
i.AQR. TITI
i.AQS. FOTO LOKASI TITIK KONTROL K
GEODESI i.AQV.
i.AQW.
GCP 11
i.AQX.
i.AQY.
i.ARC.
i.ARD.
i.ARH. ARAH PANDANG KE i.ARM. ARAH PANDANG KE BARAT
SELATAN i.ARN.
i.ARI. i.ARO.
i.ARJ.
i.ARK.
i.ARL.
i.ARP.
i.ASA.
GCP 11
i.ASB.
i.ASC.
i.ATF.
VIII.G. KESIMPULAN
i.ATG.
i.ATH. Pada praktikum kali ini pengukuran menggunakan GPS
Geodetik menggunakan metode relatif statik . metode ini digunakan
untuk dapat mengoreksi kesalahan pada koordinat titik dengan
pertampalan waktu pengukuran yang disebut differensial
i.ATI.
i.ATJ.
i.ATK.
i.ATL.
i.ATM.
i.ATN.
i.ATO.
i.ATP.
i.ATQ.
i.ATR.
i.ATS.
i.ATT.
i.ATU.
i.ATV.
i.ATW.
i.ATX.
i.ATY.
i.ATZ.
i.AUA.
i.AUB.
i.AUC.
i.AUD.
i.AUH.
i.AUI.
i.AUJ.
i.AUK.
i.AUL.
i.AUM.
i.AUN.
i.AUO.
i.AUP.
i.AUQ.
i.AUR.
i.AUV. YOGYAKARTA
i.AUW. 2013
IX.A. TUJUAN
i.AUX.
1. Mahasiswa mampu mendownload data dari kontroler GPS
kedalam laptop.
2. Mahasiswa dapat mengetahui data apa saja yang sudah
didownloa dari kontroler GPS kedalam laptop.
3. Mahasiswa mampu mengubah format data yang didownload
dari kontroler GPS kedalam laptop menjadi format Rinex
(convert to Rinex) dengan menggunakan software JPS2RIN.
4. Mahasiswa mampu mengolah data yang sudah didownload
dan sudah dirubah formatnya menjadi rinex dalam laptop
menggunakn software Geogenius.
i.AUY.
IX.B. LANDASAN TEORI
i.AUZ.
i.AVA. Pada dasarnya konsep penentuan posisi
dengan GPS adalah reseksi (pengikatan ke belakang) dengan jarak,
yaitu dengan pengukuran jarak secara simultan ke beberapa
satelitGPS yang koordinatnya telah diketahui. Posisi yang diberikan
oleh GPS adalah posisi 3 dimensi (x,y,z atau j,l,h) yang dinyatakan
dalam datum WGS (World Geodetic System) 1984, sedangkan inggi
yang diperoleh adalah tinggi ellipsoid.
i.AVP.
i.AVQ.
i.AVR.
i.AVS.
i.AVT.
i.AVU.
i.AVV.
i.AVW.
i.AVX.
i.AVY.
i.AVZ.
i.AWA.
2. Kemudian klik Input File, pilih data yang akan dikonvert ke data
rinex, lalu pilih Open.
i.AWB.
i.AWC.
i.AWD.
i.AWE.
i.AWF.
i.AWG.
i.AWH.
i.AWI.
i.AWJ.
i.AWK.
i.AWL.
i.AWM.
i.AWN.
i.AWO.
i.AWP.
i.AWQ.
i.AWR.
9. Kemudian simpan data tersebut dengan klik File lalu Save. Lalu
Close.
i.AWW.
4. Pilih data yang akan diolah, klik Select All lalu pilih Add to
Project. Kemudian klik Close.
i.AXB.
i.AXD.
i.AXE.
i.AXF.
i.AXG.
i.AXH.
i.AXI.
10. L
a
kukan perbaikan data dengan cara klik kanan pada garisnya,
lalu pilih Scan.
i.AXJ.
i.AXK.
i.AXL.
i.AXM.
i.AXN.
11. Akan muncul Scan Satellites, lakukan
perbaikan data, hapus data yang rusak parah atau data yang
tinggal sedikit dengan menghilangkan tanda centangnya.
Perbaiki data yang rusak tidak terlalu parah dengan
menyambungkan data tersebut. Lalu klik Ok.
i.AXO.
12. Lakukan hal yang sama pada garis data yang lain
sampai data selesai diperbaiki seperti langkah yang
sebelumnya.
13. Setelah semua data selesai diperbaiki, lakukan
perataan dengan cara klik tool Adjust pilih Adjust (Free) dan
tunggu sampai proses selesai.
14. Hasilnya akan seperti berikut, data telah selesai
diolah.
i.AXP.
i.AXQ.
i.AXR.
i.AXS.
i.AXT.
i.AXU.
i.AXV.
i.AXW.
i.AXX.
i.AXY.
i.AXZ.
IX.F. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Data yang digunakan
i.AYA. Data yang digunakan adalah data yang berformat
Raw dan Rinex, salah satu data berformat Rinex adalah sebagai
berikut.
i.AYB.
i.AYC.
i.AYD.
i.AYE.
i.AYF.
i.AYG.
i.AYH.
2. H
a
s
i
l
dari pengolahan data dengan software Geogenius
i.AYI.
3.
i.AZB.
- Tampilan dari Informasi Vektor Baseline
GCP 12 GCP 11
i.AZC.
i.AZD.
i.AZE.
i.AZF.
i.AZG.
i.AZH.
i.AZI.
i.AZJ.
i.AZK.
i.AZL.
i.AZM.
i.AZN.
i.AZO.
i.AZP.
i.AZQ.
i.AZR.
i.AZS.
i.AZT.
i.AZU.
i.AZV.
i.AZW.
4. Informasi koodinat Definity
- GCP 12 GCP 11
i.AZX.
- GCP 3 GCP 12
i.AZY.
i.AZZ.
- GCP 3 GCP 11
i.BAA.
5.
Kesalahan Elips
- GCP 11 GCP 3
i.BAB.
- GCP12 GCP3
i.BAC.
- GCP12 GCP11
i.BAD.
i.BAE.
i.BAF.
i.BAG.
i.BAH.
i.BAI.
i.BAJ.
i.BAK.
i.BAL.
i.BAM.
i.BAN.
6. Ketelitian Linier
i.BAO.
i.BAP.
i.BAQ.
i.BAR.
i.BAS.
i.BAT.
i.BAU.
i.BAV.
i.BAW.
KETELITIAN LINIER:
i.BAX. HORIZONTAL 50,6 MM
IX.G. KESIMPULAN
i.BAZ.
i.BBA. Pada pengukuran GPS
yang kami lakukkan timbul sebuah kendala dimana ketelitian yang
didapat tidak memenuhi tor yaitu dengan ketelititan horizontal 50, 6
mm dan ketelitian vertikal 108,1 mm yang dikarenakan buruknya
penerimaan sinyal pada salah satu vektor atau garis, yang
menyebabkan data yang diperoleh memiliki RMS atau ketelitian yang
buruk.
i.BBB.
i.BBC.
i.BBD.
i.BBE.
i.BBF.
i.BBG.
i.BBH.
i.BBI.
i.BBN.
i.BBO.
i.BBP.
i.BBQ.
i.BBR.
i.BBS.
i.BBT.
i.BBU.
i.BBV.
i.BBW.
i.BCA. YOGYAKARTA
i.BCB. 2013
X.A. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengunduh data dari receiver atau controller ke
perangkat keras (laptop)
2. Mahasiswa mampu mengolah data hasil pengukuran dengan
menggunakan GPS tipe Geodetik dengan menggunakan software.
3. Mahasiswa mampu menganalisis penyebab kesalahan data hasil
pengukuran.
4. Mahasiswa mampu
i.BCC.
X.B. LANDASAN TEORI
i.BCD. Pada dasarnya konsep penentuan posisi dengan GPS
adalah reseksi (pengikatan ke belakang) dengan jarak, yaitu dengan
pengukuran jarak secara simultan ke beberapa satelitGPS yang
koordinatnya telah diketahui. Posisi yang diberikan oleh GPS adalah
posisi 3 dimensi (x,y,z atau j,l,h) yang dinyatakan dalam datum WGS
(World Geodetic System) 1984, sedangkan inggi yang diperoleh adalah
tinggi ellipsoid.
i.BCE. Metode differential global positioning system sering juga
disebut dengan penentuan posisi secara relatif. Pada penentuan posisi
differensial ini, posisi suatu titik ditentukan relatif terhadap titik
lainnya yang telah diketahui koordinatnya. Pada metode ini, dengan
mengurangkan data yang diamati oleh dua receiver GPS pada waktu
yang bersamaan, maka beberapa jeis kesalahan dan bias dari data
dapat dihilangkan. Dalam hal ini, kesalahan jam receiver dan jam
satelit dapat dihilangkan, kesalahan bias dan ionosfer, troposfer, dan
efemeris dapat direduksi, sedangkan kesalahan multipath yang
bersifat lokal tidak dapat dieliminir maupun direduksi. Perlu dicatat,
bahwa efektivitas pengurangan ini sangat bergantung pada jarak
antara titik yang diketahui koordinatnya dengan titik yang akan
ditentuka koordinatnya. Semakin pendek jarak tersebut, maka akan
semakin efektif dan sebaliknya.
i.BCF. Metode Relatif Statik adalah metode pengukuran sinyal
GPS bersifat tergantung kepada receiver yang lain. Pada metode relatif
statik, penentuan posisinya “tergantung dengan receiver yang lain”
maksudnya: semisal kita melakukan pengukuran di lapangan, kita
harus buat suatu kesepakatan dengan kelompok lain, mulai
pegukuran jam berapa, berapa lama waktu pengukuran, dan lain-
lain. Penentuan posisi secara relatif statik adalah penentuan posisi dari
titik yang static (diam). Penentuan posisi ini dapat dilakukan dengan
menggunakan data pseudorange/phase. Syarat pengukuran dengan
metode relatif yaitu minimal menggunakan 2 receiver GPS Geodetic.
i.BCG.
i.BCY.
d. Selanjutnya adalah proses pengiriman dari controller ke
laptop. Caranya mirip dengan metode diatas, namun untuk
melihat file yang akan dikirim dapat dengan :
i.BCZ. Start Programs File Explorer
i.BDA.
i.BDB.
i.BDC. Kemudian pilih file yang akan dikirim Menu
Beam File
i.BDD.
i.BDE.
i.BDF. Kemudian pilih device bluetooth yang diinginkan
Tap to send.
i.BDG.
i.BDH. Apabila data hasil perekaman telah berada pada
controller GPS Javad, maka mengirimkan data tersebut ke Android
device maupun ke laptop secara langsung menggunakan
Bluetooth dengan langkah yang sama seperti point d.
i.BDI.
i.BDJ. Pengolahan data
i.BDK. Menginstall kemudian melakukan pengolahan data dengan
menggunakan software pengolah data GNSS yaitu JPS2RIN dan
GeoGenius sebagai berikut.
a. Melakukan proses konversi data dari data hasil download GPS
(dengan format *.jps) ke data Rinex (dengan format *.rin) dengan
menggunakan software JPS2RIN)
i.BDL.
i.BDM. Menginput data yang akan dikonvert dengan memilih
Input File(s) kemudian memilih semua data hasil pengukuran
i.BDN.
i.BDO. Blok semua data masukan kemudian memilih pilihan
Convert sehingga muncul tampilan sebagai berikut.
i.BDP.
b. Mengedit data Rinex hasil convert sebelumnya yang berekstensi
“.0” dengan menggunakan Notepad. Editing yang dilakukan
berupa perubahan nama “Unknown” pada bagian Marker Name
dan Marker Number menjadi nama file yang diinputkan pada
controller GPS pada saat perekaman data di lapangan.
i.BDQ.
i.BDR. Melakukan hal yang sama untuk semua data hasil
perekaman titik yang didapatkan kemudian menyimpan data
yang sudah diedit.
c. Membuka software GeoGeonius.
i.BDS.
i.BDW.
i.BDX. Berikut ini merupakan tampilan pada software
GeoGenius setelah data hasil perekaman data berhasil
diinputkan.
i.BDY.
i.BDZ.
i.BEA.
e. Melakukan merging untuk mengoreksi kesalahan pada titik
pengukuran karena titik diukur lebih dari satu kali.
i.BEB. Mengklik kanan pada titik yang akan di merge
memilih Merge. Kemudian memilih salah satu titik untuk point
Number mengklik Merge
i.BEC.
i.BED.
i.BEE. Hasil :
i.BEF.
i.BEI.
i.BEJ. Pada tampilan di atas terdapat elips kesalahan yang
menunjukkan besarnya angka kesalahan yang terjadi pada jaring
kontrol horizontal yang terbentuk. Untuk memperkecilnya maka
dilakukan proses pengulangan dari butir e dan butir f di atas.
h. Mengklik pada Adjust memilih Adjust Free
i.BEK.
i.BEL. Maka hasilnya ialah :
i.BEM.
i. Untuk mengetahui koordinat setiap titik BM, maka perlu
melakukan Adjust Biased. Memilih menu Adjust – Adjust ( Biased)
i.BEN.
i.BEO.
j. Kemudian mengklik kanan pada Point fix – memilih property
i.BEP.
i.BER.
i.BES. Selanjutnya mengklik assign
k. Kemudian untuk melihat koordinat setiap titik BM, mengklik
menu Adjust – report. Maka akan muncul tampilan report semua
koordinat titik BM yang diukur.
i.BET. Hasil :
i.BEU.
i.BEV.
X.F. HASIL DAN PEMBAHASAN
Koordinat titik dalam proyeksi UTM
i.BEW.
i.BEX. Nama i.BEY. Nilai X i.BEZ. Nilai Y
Titik (UTM) (UTM)
i.BFA. Kel10_r3 i.BFB. 431444.45 i.BFC. 9140414.53
6 mE 3 mU
i.BFD. Kel12_r1 i.BFE. 431152.69 i.BFF. 9140961.59
7 mE 4 mU
i.BFG. Kel3_r1 i.BFH. 431596.29 i.BFI.9140605.159 mU
6 mE
i.BFJ.Kel3_r2 i.BFK. 431285.18 i.BFL. 9140656.99
9 mE 9 mU
i.BFM. Kel3_r3 i.BFN. 431442.51 i.BFO. 9140913.47
7 mE 3 mU
i.BFP. Kel5_r2 i.BFQ. 431314.69 i.BFR. 9141167.96
3 mE 6 mU
i.BFS. Kel5_r3 i.BFT. 431002.30 i.BFU. 9140402.87
6 mE 4 mU
i.BFV. Kel6_r1 i.BFW. 431105.40 i.BFX. 9140402.87
2 mE 4 mU
i.BFY. Kel6_r3 i.BFZ. 430964.43 i.BGA. 9140696.89
1 mE 7 mU
i.BGB. Kel7_r2 i.BGC. 431749.02 i.BGD. 9140883.37
1 mE 1 mU
i.BGE. Kel8_r2 i.BGF. 430864.25 i.BGG. 9140906.17
7 mE 2 mU
i.BGH. Kel9_r1 i.BGI. 431560.62 i.BGJ. 9141199.50
5 mE 3 mU
i.BGK.
i.BGL. Gambar Jaring pada Software GeoGenius
i.BGM.
i.BGN.
Ketelitian Titik
i.BGO.
i.BGP.
i.BGQ. Ketelitian Vertikal : 184.4 mm
i.BGR. Ketelitian Horisontal : 75.7 mm
Ketelitian Baseline
i.BGS.
i.BGT.
i.BGU. Ketelitian Vertikal : 19.8 mm
i.BGV. Ketelitian Horisontal : 27.3mm
i.BGW.
X.G. KESIMPULAN
1. Menurut hasil pengukuran kelompok kami tingkat ketelitian yang
dihasilkan masih kurang baik karena masih banyaknya kesalahan.
2. Data yang dihasilkan kurang baik dapat dikarenakan beberapa hal
antara lain :
a) Antenna receiver yang bermasalah.
b) Controller yang tidak berfungsi dengan baik, sehingga logging
rate dari GPS Geodetiknya adalah default
c) Terdapat obstruksi.
d) Kesalahan pada saat pengaturan GPS, yaitu saat sentering
termasuk dalam pengaturan nivo kotak dan tabung
e) Pengukuran yang dilakukan tidak seara bersamaan, sehingga
pada saat Scan data pada baseline terdapat banyak ‘bar’
pengukuran yang kosong
3. Karena masih terdapat kesalahan pada 1 baseline (kel2_r2
kel6_r3 ), diharapkan untuk pengukuran ulang pada sesi tersebut,
sehingga didapatkan data pengukuran yang baik dengan tingkat
kesalahan yang kecil
4. Melihat masih banyaknya kesalahan data atau data yang tidak
terpakai, seharusnya durasi untuk 1 sesi pengukuran ditambah,
misal menjadi 1 jam (60 menit), semakin banyak data yang diambil,
semakin banyak data yang dikoreksi oleh satelit sehingga dapat
menghasilkan data dengan kualitas baik (Ketelitian tinggi)
i.BGX.
i.BGY.
i.BGZ.
i.BHA.
i.BHB.
i.BHC.
i.BHD.
i.BHE.
i.BHF.
i.BHG.
i.BHH.
i.BHI.
i.BHJ.
i.BHK.
i.BHL.
i.BHM.
i.BHN.
i.BHO.
i.BHP.
i.BHQ.
i.BHR.
i.BHS.
i.BHT.
i.BHU.
i.BHV.
i.BHW.
i.BIB.
i.BIC.
i.BID.
i.BIE.
i.BIF.
i.BIG.
i.BIH.
i.BII.
i.BIJ.
i.BIK.
i.BIO. YOGYAKARTA
i.BIP. 2013
XI.A. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu memahami konsep metode penentuan posisi
Real Time Kinematik
2. Mahasiswa mampu melakukan pengaturan GPS menggunakan
metode RTK via frekuensi radio (single base RTK)
3. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran GPS menggunakan
metode RTK via frekuensi radio (single base RTK)
i.BIQ.
XI.B. LANDASAN TEORI
i.BJU.
power .
10. Akan muncul dialog RTK (Lite View) seperti dibawah ini.
i.BJX.
i.BJY.
i.BKA.
i.BKC.
i.BKD.
18. Pada base antenna pilih tipe anenna sesuai alat yang
digunakan (misal : Triumph 1 internal with Radio), klik Next.
Lakukan hal yang sama pada Rover Antenna.
i.BKF.
i.BKG.
i.BKI.
i.BKJ.
i.BKL.
i.BKN.
i.BKO. Gambar XI.F.1. Contoh hasil file download
i.BKP.
i.BKQ.
i.BKV.
i.BKW.
i.BKX.
i.BKY.
i.BKZ.
i.BLA.
i.BLB.
i.BLC.
i.BLD.
i.BLS.
i.BLT. Noor, Aji (2013). [Online]. Tersedia :
http://www.hermantolle.com/class/2013/09/cara-kerja-gps/. [10
November 2013]
i.BLU.
i.BLV. Pascasakti, Deni (2010). Konsep Dasar GPS RTK. [Online].
Tersedia: http://dennipasca.blogspot.com/2010/04/konsep-dasar-
gps-rtk.html [ 22 Desember 2013].
i.BLW.
i.BLX. Prasetyo (2010). Konsep Dasar GPS RTK dalam menunjang
JRSP (Jaringan Referensi Satelit Pertanahan). [Online]. Tersedia :
http://kab-gresik.bpn.go.id/Propinsi/Jawa-Timur/Kabupaten-
Gresik/Berita/Konsep-Dasar-GPS-RTK-dalam-menunjang-JRSP-
(Jaringa.aspx. [22 Desember 2013].
i.BLY.
i.BLZ. Suryadi (2010). GPS RTK. [Online]. Tersedia:
http://penjelajah.babelred.com/categoria.asp?idcat=24 . [22
Desember 2013].
i.BMA.
i.BMC.
i.BMD. Yeni (2011). Optimasi Jaring Pada Pengukuran Orde3
Menggunakan Perataan Parameter
i.BME. . [Online]. Tersedia:
http://yenigeomaticits07.blogspot.com/2011/01/bab-i-pendahuluan-
1.html [25 November 2013].
i.BMF.
i.BMG.