Professional Documents
Culture Documents
R
230110130044
PERIKANAN A
Di dalam membudidayakan ikan, ada beberapa hal yang sangat perlu diperhatikan.
Salah satunya adalah sistem budidaya ikan apa yang akan kita pergunakan untuk
pembudidayaan ikan tersebut. Ada tiga jenis sistem budidaya ikan sesuai dengan macam kolam
untuk budidaya ikan yang biasa dilakukan, yaitu :
1. Petak (pada tambak) pemeliharaan biota lebih kecil dibandingkan pada pengelolaan
ekstensif dan ekstensif plus
2. Padat penebaran lebih tinggi. Pada ikan bandeng antara 1-2 ekor/m2, sedangkan pada
udang windu antara 5-20 ekor/m2
Pola pengelolaan usaha budidaya perairan semi-intensif merupakan perbaikan dari pola
eksensif plus sehingga sering disebut pola ekstensif yang diperbaiki.Sistem pengelolaan semi-
intensif merupakan teknologi budi daya yang dianggap cocok untuk budi daya udang di tambak
di Indonesia karena dampaknya terhadap lingkungan relatif lebih kecil. Selain kebutuhan
sarana dan prasarana produksi yang jauh lebih murah dibandingkan tambak intensif, yang lebih
pokok dari sistem semi-intensif ini, yaitu memberikan kelangsungan produksi dan usaha dalam
jangka waktu yang lebih lama. Manajemen pengelolaan tambak semi-intensif tidak serumit
tambak intensif. Itu karena padat penebaran benur/benih yang tidak terlalu tinggi dan
kebutuhan pakan yang tidak sepenuhnya mengandalkan pakan buatan. Penurunan kualitas air
juga tidak sedrastis tambak intensif. Itu terjadi karena akibat dari penumpukan limbah organik
yang berasal dari sisa-sisa pakan dan kotoran udang. Sisa-sisa dan kotoran semakin menumpuk
sejalan dengan aktifitas budidaya. namun, pada tambak semi-intensif, kualitas air masih bisa
dipertahankan dalam kondisi yang cukup baik hingga menjelang panen.
3. Budidaya Intensif
Budidaya intensif adalah budidaya yang dilakukan secara modern dengan sistem kolam air
deras atau kolam air mengalir dan lainnya. Budidaya intensif umumnya ditandai dengan
beberapa hal berbeda dengan kolam lainnya, yaitu :
1. Biota bergantung sepenuhnya terhadap pakan yang diberikan teratur dan tambahan pakan
atau vitamin lainnya. Pakan yang diberikan umumnya berupa buatan.
2. Produksi yang bisa tinggi sekali hingga lebih dari 3 ton per hektar untuk ukuran tambak-
tambak sedang seperti udang dan juga ikan bandeng. Budidaya intensif memang
menekankan pada hasil produksi yang tinggi.
3. Kolam pemeliharaan umumnya lebih kecil dan juga tidak luas. Sedangkan petakan luas
masih dapat ditemukan namun sangat jarang. Paling besar luas petakan hanya 1 hektar
yang dikelola dengan cara intensif.
4. Umumnya budidaya intensif menggunakan bahan-bahan atau barang kimia yang sudah
pasti. Sehingga mungkin budidaya intensif bisa dikatakan budidaya mudah atau instan.
Masalah pada budidaya intensif penerapan budidaya intensif bukan berarti tidak ada
masalah sama sekali. Budidaya intensif menunjukan beberapa masalah yang muncul ketika
setelah produksi.Umumnya budidaya intensif akan selesai dan hancur setelah pemanenan. Hal
ini dikaitkan dengan limbah yang dihasilkan yang banyak meracuni dan mengotori air bersih
lainnya. Sehingga hal ini menjadi kekurangan budidaya intensif.Hal ini bisa dikatakan hanya
satu kali pengerjaan saja, sisanya anda mungkin hanya menyebarkan limbah saja yang tentu
berbahaya.Beberapa budidaya intensif di Asia menyebabkan kerusakan hutan mangrove di
sekitar laut. Sebenarnya hasil dari budidaya intensif masih dapat pulih atau menyembuhkan
keadaan sendiri.Namun, hal ini membutuhkan waktu yang lama, terutama karena limbah
budidaya merupakan bahan kimia yang cukup pekat dan berbekas. Sehingga budidaya intensif
lebih baik dihindari saja.Limbah dari pakan tentunya akan mengendap dan menyebabkan biota
atau organisme akan mati, walaupun pembudidayaan secara air tawar. Organisme yang ada
pada kolam tanah yang berfungsi untuk mengurai akan keracunan dan tumpukan makanan serta
amonia akan ada didasar tanah. Hal ini tentu ujungnya akan mempengaruhi produksi dan
kelangsungan hidup ikan yang di budidaya.Wadah budidaya untuk penerapan sistem budidaya
intensif ialah kolam air mengalir, kolam air deras, kolam bulat, tambak, keramba, sangkar,dan
KJA. Teknologi budidaya intensif adalah teknologi yang cukup maju dalam budidaya perairan.
Namun, bukan berarti penerapan budidaya intensif tanpa masalah. Pada budidaya udang
(Panaeus sp.), teknologi ini telah menimbulkan masalah lingkungan pesisir yang cukup serius,
baik karena ketidaksesuaian lahan maupun karena usaha petambak yang terus menggenjot
produksi tanpa memikirkan daya dukung lingkungan.Budidaya udang di negara-negara di Asia
telah menimbulkan kerusakan ekosistem mangrove dan pencemaran perairan pesisir yang
parah karena penerapan teknologi budidaya intensif tanpa pertimbangan dampak yang
ditimbulkannya.Umumnya tambak-tambak yang mengalami kehancuran adalah tambak yang
dikelola secara intensif, sedangkan tambak yang dikelola secara ekstensif dan semi-intensif
masih dapat berproduksi.Tambak intensif menghasilkan limbah yang “luar biasa” berasal dari
pakan.
Kebutuhan pakan buatan yang bisa mencapai 60% alokasi biaya oprasional tambak
intensif adalah pemasok terbesar bahan organik di tambak.Pakan yang sebagian besar berupa
bahan organik (terutama organik C dan N) akan membanjiri tambak dengan bahan organik
berupa senyawa nitogen sebesar 93%.Limbah dari sisa pakan dan fese biota budidaya, baik
yang terakumulasi di dasar perairan maupun larut dalam air, dapat menimbulkan pencemaran
serta berdampak buruk terhadap ekosistem tersebut. Biasanya kolam yang digunakan untuk
budidaya ikan sistem intensif adalah kolam yang keseluruhan bagian kolam terdiri dari tembok
dan ini membedakan diantara kolam yang lainnya Teknologi budidaya intensif adalah
teknologi yang cukup maju dalam budidaya perairan. Namun, bukan berarti penerapan
budidaya intensif tanpa masalah. Pada budidaya udang (Panaeus sp.), teknologi ini telah
menimbulkan masalah lingkungan pesisir yang cukup serius, baik karena ketidaksesuaian
lahan maupun karena usaha petambak yang terus menggenjot produksi tanpa memikirkan daya
dukung lingkungan. Budidaya udang di negara-negara di Asia telah menimbulkan kerusakan
ekosistem mangrove dan pencemaran perairan pesisir yang parah karena penerapan teknologi
budidaya intensif tanpa pertimbangan dampak yang ditimbulkannya.