Professional Documents
Culture Documents
Dany Adi Saputra s431708003
Dany Adi Saputra s431708003
Disusun oleh:
MEI 2018
Definisi Pengelolaan Keuangan Desa
Dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, maka
yang menjadi perhatian kita bersama adalah bagaimana selanjutnya pemerintahan desa
mengelola keuangan dan mempertanggungjawabkannya.
Menurut pasal 71 ayat (1) UU Nomor 6 Tahun 2014 dinyatakan bahwa Keuangan Desa
adalah hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa
uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa. Selanjutnya
pada ayat (2)nya dinyatakan bahwa adanya hak dan kewajiban akan menimbulkan pendapatan,
belanja, pembiayaan, dan pengelolaan Keuangan Desa.
Dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, maka kita coba
jabarkan apa yang sebelumnya diatur pada UU Nomor 6 Tahun 2014, di antaranya :
Pasal 93 ayat (1) menyatakan bahwa pengelolaan keuangan Desa meliputi :
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban. Berdasarkan
pasal 105 dinyatakan ketentuan mengenai pengelolaan keuangan Desa akan diatur dalam
Peraturan Menteri ( maksudnya Menteri Dalam Negeri).
Selanjutnya pasal 94 menyatakan bahwa pengelolaan keuangan Desa dilaksanakan
dalam masa 1 (satu) tahun anggaran terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31
Desember.
Pasal 103 menyatakan bahwa Kepala Desa menyampaikan laporan realisasi
pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota setiap semester tahun berjalan. Laporan
semester pertama disampaikan paling lambat pada akhir bulan Juli tahun berjalan. Sedangkan
laporan semester kedua disampaikan paling lambat pada akhir Januari tahun berikutnya.
Pasal 104 menyatakan bahwa selain penyampaian laporan realisasi pelaksanaan
APBDesa, kepala Desa juga menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi
pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota setiap akhir tahun anggaran. Laporan tersebut
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa
kepada Bupati/Walikota melalui Camat atau sebutan lain setiap akhir tahun anggaran.
Standar Pelaporan Keuangan Desa
Standar Pelaporan Keuangan Desa diperlukan dalam menyikapi kewajiban
akuntabilitas dan transparansi keuangan desa. Sebagaimana amanat Undang-Undang No. 6
tahun 2014 tentang Desa yang menyatakan bahwa desa menjadi subyek pembangunan,
menyebabkan aliran dana APBN kepada desa.
Setiap desa memperoleh alokasi dana dari APBN sebesar Rp1 miliar ditambah sumber
dana lain, yang ditinjau dari sisi manfaat sangat luar biasa. Dengan adanya dana desa,
diharapkan pengangguran dan kemiskinan berkurang. Apabila desa sejahtera terwujud semua
masyarakat bahagia maka dapat dikatakan ekonomi kerakyatan sudah berhasil.
Atas dasar prinsip tersebut, sebagai implikasi pelaksanaan UU Nomor 32 Tahun 2004,
UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, melalui UU Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah diatur
lebih lanjut tentang pembagian sumber-sumber pendanaan kepada Pemerintah Daerah dalam
bentuk Transfer ke Daerah guna mendukung penyelenggaraan urusan Pemerintahan di Daerah.
Demikian pula halnya dengan implikasi pembagian urusan penyelenggaraan Pemerintahan
Desa, UU Nomor 6 Tahun 2014 mengatur penyediaan sumber-sumber pendapatan Desa yang
salah satunya berasal dari APBN atau lebih dikenal dengan nama DANA DESA yang
bersumber dari APBN yang besarnya 10% dari Dana Transfer ke Daerah, namun tetap
memperhatikan kemampuan keuangan negara.
Kementerian Keuangan pada tahun 2014 menerbitkan Permenkeu Nomor
241/PMK.07/2014 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Transfer ke Daerah dan
Dana Desa. Permenkeu tersebut mewajibkan Pemerintah Daerah Menyampaikan laporan
Konfirmasi transfer dan Laporan Realisasi Transfer yang diterima Pemda. Kementerian Dalam
Negeri Tahun 2014 telah menerbitkan Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa. Keberadaan Permendagri tersebut saat ini menjadi satu-satunya
pedoman yang dapat digunakan oleh Desa dalam mengelola keuangan desa.
Keberadan Desa dengan didukung Dana Desa, Alokasi Dana Desa dan Dana-dana Lain
yang diterima Desa, maupun yang diperoleh sendiri berupa Pendapatan Asli Desa diharapkan
semakin mempercepat pembangunan desa. Mengingat semakin besarnya dana yang dikelola
Pemerintah Desa, dipandang perlu adanya suatu standar pelaporan pemerintah desa yang dapat
digunakan pemerintah desa sebagai acuan untuk menyusun laporan keuangan desa sebagai
bentuk pertanggungjawaban kepada para Stakeholder seperti Pemerintah Pusat, Pemerintah
Provinsi, Pemerintah kabupaten/Kota maupun stakeholders yang lain terutama masyarakat
desa itu sendiri.
1. Perencanaan
a. Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa dibuat, disampaikan oleh Kepala Desa, dan
dibahas dengan Badan Permusyawaratan Desa untuk disepakati bersama paling lambat bulan
Oktober tahun berjalan.
b. Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa yang telah disepakati disampaikan oleh Kepala
Desa kepada Bupati/Walikota melalui camat atau sebutan lain paling lambat 3 (tiga) hari sejak
disepakati untuk dievaluasi.
c. Bupati/Walikota melakukan evaluasi paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya
Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa.Dalam hal Bupati/Walikota tidak melakukan
evaluasi dalam batas waktu tersebut, maka Peraturan Desa berlaku dengan sendirinya.
d. Dalam hal ada koreksi yang disampaikan atau penyesuaian yang harus dilakukan dari hasil
evaluasi tersebut, maka Kepala Desa harus melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh)
hari kerja sejak diterimanya hasil evaluasi.
e. Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Kepala Desa dan Kepala Desa tetap
menetapkan Rancangan Peraturan Kepala Desa tentang APBDesa menjadi Peraturan Desa,
Bupati/Walikota membatalkan Peraturan Desa dengan Keputusan Bupati/Walikota. Dengan
dilakukannya pembatalan Peraturan Desa tersebut sekaligus menyatakan berlakunya pagu
APBDesa tahun anggaran sebelumnya.
Dalam hal terjadi pembatalan, Kepala Desa hanya dapat melakukan pengeluaran terhadap
operasional penyelenggaraan Pemerintah Desa.
f. Kepala Desa memberhentikan pelaksanaan Peraturan Desa paling lama 7 (tujuh) hari kerja
setelah pembatalan dan selanjutnya bersama BPD mencabut peraturan desa dimaksud.
g. Dalam hal Bupati/Walikota mendelegasikan evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang
APBDesa kepada Camat atau sebutan lain, maka langkah yang dilakukan adalah :
1). Camat menetapkan hasil evaluasi Rancangan APBDesa paling lama 20 (dua puluh) hari
kerja sejak diterimanya Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa.
2). Dalam hal Camat tidak memberikan hasil evaluasi dalam batas waktu yang ditetapkan,
Peraturan Desa tersebut berlaku dengan sendirinya.
3). Dalam hal ada koreksi yang disampaikan atau penyesuaian yang harus dilakukan dari hasil
evaluasi tersebut, Kepala Desa melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja
terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.
4). Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Kepala Desa dan Kepala Desa tetap
menetapkan Rancangan Peraturan Kepala Desa tentang APBDesa menjadi Peraturan Desa,
Camat menyampaikan usulan pembatalan Peraturan Desa kepada Bupati/Walikota.
2. Pelaksanaan
a. Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan kewenangan desa
dilaksanakan melalui rekening kas desa.
b. Semua penerimaan dan pengeluaran desa harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah.
c. Pemerintah desa dilarang melakukan pungutan sebagai penerimaan desa selain yang
ditetapkan dalam peraturan desa.
d. Bendahara dapat menyimpan uang dalam Kas Desa pada jumlah tertentu dalam rangka
memenuhi kebutuhan operasional pemerintah desa.
e. Pengeluaran desa yang mengakibatkan beban APBDesa tidak dapat dilakukan sebelum
rancangan peraturan desa tentang APBDesa ditetapkan menjadi peraturan desa.
f. Pengeluaran desa untuk belanja pegawai yang bersifat mengikat dan operasional perkantoran
yang ditetapkan dalam peraturan kepala desa tetap dapat dikeluarkan walaupun rancangan
peraturan desa tentang APBDesa belum ditetapkan.
g. Pelaksana Kegiatan mengajukan pendanaan untuk melaksanakan kegiatan harus disertai
dengan dokumen diantaranya Rencana Anggaran Biaya (RAB). Sebelum digunakan, RAB
tersebut diverifikasi oleh Sekretaris Desa dan disahkan oleh Kepala Desa.
h. Pelaksana Kegiatan bertanggungjawab terhadap tindakan yang menyebabkan pengeluaran
atas beban anggaran belanja kegiatan dengan mempergunakan Buku Pembantu Kas Kegiatan
sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan desa.
3. Penatausahaan
Bendahara desa wajib :
a. Melakukan pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran serta melakukan tutup buku setiap
akhir bulan secara tertib. Penatausahaan penerimaan dan pengeluaran dilakukan menggunakan:
Buku Kas Umum, Buku Kas Pembantu Pajak, dan Buku Bank.
b. Mempertanggungjawabkan uang melalui laporan pertanggungjawaban.
4. Pelaporan
Kepala desa menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota
yang meliputi :
a. Laporan semester pertama, berupa Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDesa.Semester
Pertama.
b. Laporan semester akhir tahun, berupa Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDesa Semester
Akhir.
5. Pertanggungjawaban
Kepala desa menyampaikan kepada Bupati /Walikota setiap akhir tahun anggaran laporan yang
meliputi :
a. Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa Tahun Anggaran berkenaan.
1) Merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
2) Diinformasikan kepada masyarakat secara tertulis dan dengan media informasi yang mudah
diakses oleh masyarakat.
3) Disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui camat atau sebutan lain.
b. Laporan Kekayaan Milik Desa per 31 Desember Tahun Anggaran berkenaan
c. Laporan Program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang masuk ke desa.
RUANG LINGKUP
Pernyataan Standar berlaku untuk entitas pemerintah desa dalam menyusun laporan
keuangan. Laporan keuangan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan para pengguna.
Pengguna laporan keuangan desa antara lain Pemerintah Pusat, pemerintah daerah, Badan
Permusyawaratan Desa, donatur, dan masyarakat.
BASIS AKUNTANSI
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah desa adalah basis
kas untuk Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk Neraca. Pemerintah Desa
menggunakan basis kas dalam menyelenggarakan akuntansi dan penyajian laporan keuangan
atas pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran.
Kegiatan keuangan pemerintah Desa dibatasi dengan anggaran yang telah ditetapkan
dan ketersediaan dana yang diperoleh. Laporan Realisasi Anggaran Desa menyediakan
informasi mengenai apakah sumber daya ekonomi telah diperoleh dan digunakan sesuai
dengan anggaran yang telah ditetapkan. Laporan Realisasi Anggaran Desa memuat anggaran
dan realisasi selama periode pelaporan.
Neraca Desa memberikan informasi mengenai Aset (kekayaan) dan Kewajiban entitas
pemerintah Desa pada tanggal pelaporan dan perubahan kekayaan selama periode berjalan.
Informasi ini diperlukan pengguna untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan entitas
Pemerintah Desa dalam menyelenggarakan kegiatan pemerintahan Desa di masa mendatang.
Pemerintah Desa harus mengungkapkan semua informasi penting, baik yang telah
tersaji dalam LRA dan Neraca maupun yang tidak tersaji, pada Catatan atas Laporan Keuangan
Desa.
ISI LAPORAN KEUANGAN
Laporan Keuangan Pemerintah Desa terdiri atas:
PERIODE PELAPORAN
Laporan Keuangan Pemerintah Desa disajikan sekali dalam setahun sesuai tahun
anggaran. Dalam situasi tertentu, tanggal pelaporan Pemerintah Desa dapat berubah dan
Laporan Keuangan disajikan dengan suatu periode pelaporan yang lebih panjang atau lebih
pendek dari satu tahun, misalnya sehubungan dengan adanya pemekaran, penggabungan dan
perubahan status Desa.
i. Pendapatan Desa;
ii. Belanja Desa;
iii. Surplus/Defisit Desa;
iv. Pembiayaan Desa
v. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) Desa. Pendapatan
Desa diklasifikasikan atas Pendapatan Asli Desa,
Pendapatan Transfer, dan Pendapatan Lain-Lain. Pendapatan diakui pada saat diterima
di rekening Pemerintah Desa atau di kas desa sebesar kas yang diterima.
Belanja diakui pada saat dikeluarkan dari rekening Pemerintah Desa atau dari kas desa
sebesar kas yang dikeluarkan. Selisih antara Pendapatan Desa dan Belanja Desa disebut
Surplus/Defisit Desa.
NERACA DESA
Neraca desa memuat Aset, Kewajiban dan Ekuitas pada tanggal pelaporan. Neraca desa
menyajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya antara lain pos-pos berikut:
a. Aset, terdiri dari :
a. Kas
b. Piutang
c. Persediaan
d. Investasi
e. Aset Tetap
f. Aset Lainnya
g. Kewajiban; dan
h. Ekuitas.
KEWAJIBAN DESA
Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima atau pada saat kewajiban timbul.
Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal.
EKUITAS DESA
Ekuitas Desa adalah kekayaan bersih pemerintah desa yang merupakan selisih antara
aset dan kewajiban pemerintah desa pada tanggal laporan.
1. Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada LRA dan Neraca
2. Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan
dalam LRA dan Neraca.
Dalam CaLK Belanja juga dirinci berdasarkan jenis belanja yaitu Belanja Pegawai,
Belanja Barang dan Jasa, Belanja Modal dan Belanja Tak Terduga.
Dalam CaLK Kas diungkapkan tentang informasi Kas, yang meliputi Saldo Awal Kas,
Penerimaan Kas, Pengeluaran Kas dan Saldo Akhir Kas pada akhir periode pelaporan Aset
desa yang nilai perolehan/nilai wajarnya belum diketahui dan/atau ditentukan, disajikan dalam
daftar tersendiri dan dijelaskan pada Catatan atas Laporan Keuangan Desa. Dalam hal nilai aset
sudah dapat diketahui dan/atau ditentukan nilai wajar/nilai perolehannya disajikan pada neraca
desa.
REFERENSI
Standar Akuntansi Pemerintahan. Standar Pelaporan Keuangan Pemerintah Desa. 2016.
Komite Standar Akuntansi Pemerintah.
Pedoman Asistensi Akuntansi Keuangan Desa. 2015. IAI-KASP.
Undang-Undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa
https://www.keuangandesa.info/2016/07/standar-pelaporan-keuangan-desa.html