Professional Documents
Culture Documents
"Kini kami juga mempunyai tambahan penduduk pengungsi dari Syria sekitar 3 juta
orang, mereka ditampung di kamp pengungsian," tambah Waleed.
Amman adalah kota nombor 93 di dunia dan nombor lima di wilayah Arab, sebagai
bandar yang paling banyak dikunjungi. Jumlah ada lebih daripada dua juta orang
yang datang ke Amman pada tahun 2015 lalu untuk berkunjung.
"Di sini juga kota teraman di Timur Tengah. Angka kejahatannya sangat kecil," kata
Waleed.
"Orang di sini tidak akan bertanya apa agama kamu. Pakaian pun tidak tentu
mencirikan apa agamanya," ceritanya.
Sebagai kota yang relatif aman, maka itu tak heran Amman sering dipilih sebagai
lokasi perundingan negara-negara yang terlibat konflik. Indonesia pernah
menggunakan Amman sebagai lokasi pelantikan konsul kehormatan RI di
Palestina. Saat itu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dilarang masuk ke Palestina
oleh Israel, sehingga akhirnya pelantikan terjadi di Amman.
Dari peninggalan sejarah, Amman juga menawarkan banyak destinasi wisata. Mulai
dari kawasan Citadel Amman, di mana terdapat Hercules Kuil, teater Roma, hingga
abad ke-6, hingga bangunan masjid dan ruang tunggu para khalifah.
Amman mempunyai banyak destinasi wisata sarat sejarah (Madin / detikTravel)
Tak jauh dari Citadel, terdapat masjid Al Hussein, masjid bergaya Uthmaniyyah yang
dibangun kembali pada tahun 1924 oleh raja Abdullah bin Al-Husseini. Dulunya,
masjid ini adalah bekas tapak sebuah masjid tua yang dibangun pada tahun 640
Masehi oleh Khalifah Umar bin Khattab.
Di wilayah Amman juga terdapat makam Bilal bin Rabah, sahabat nabi yang terkenal
dengan azannya yang mempesona. Lalu, ada juga gua yang diyakini oleh
masyarakat Yordania sebagai gua tujuh orang tertidur sebagaimana diceritakan
dalam Al Quran surat Al Kahfi. Di gua itu juga terdapat sisa-sisa Romawi dan
Bizantium.
Sejumlah hotel boleh menjadi pilihan sepanjang tinggal di Amman. Mulai dari hotel-
hotel antarabangsa hingga hotel khas Amman bernama Le Royal
Amman. Bangunannya yang khas berbentuk silinder dan beberapa kemudahan
menarik, akan membuat anda tinggal tinggal di negeri ini.
Tak lupa, bila anda ke Amman sempatkan mampir ke restoran Sufra. Di sana,
terdapat masakan Mediterranean yang sangat enak. "Ini adalah restoran terbaik di
bandar, anda harus mencobanya," kata Waleed berpromosi.
Menurut pemandu kami Waleed Heyasat, teater tersebut pada masanya lebih
banyak difungsikan sebagai arena untuk memberikan pengumuman pada
masyarakat, bukan sebagai arena hiburan. Kapasitas menempati teater tersebut
mencapai 6.000 orang.
Posisi teater sengaja dibangun ke arah utara dan berada di sisi bukit agar mata
penonton tidak terkena sinar matahari. Di dalam teater saat ini juga terdapat
museum tradisional warga Arab kuno.
Teater Romawi di tengah Kota Amman (Madin/detikTravel)
Selain itu, ada pula Citadel. Ini adalah reruntuhan aneka bangunan bersejarah. Ada
sumur kuno yang dibangun pada masa 150 SM, benteng bersejarah yang
mengelilingi area kompleks Citadel, gua di zaman perunggu yang menjadi tempat
kuburan kuno, sampai gereja tua yang dibangun pada era Byzantium.
Di sana masih ada lagi makam kaum muslim kuno, masjid bersejarah, istana sampai
ruang pemeriksaan tamu di era Ummayah. Semua situs itu memiliki nilai sejarah
tinggi, namun kondisinya ada yang masih bagus, sebagian lagi rusak karena
dimakan waktu serta gempa besar di Yordania.
Pilar-pilar reruntuhan Citadel (Madin/detikTravel)
"Yang bertahan sampai sekarang karena sejak dulu dibangun menggunakan
limestone yang ketebalannya cukup panjang. Yang hancur memang karena
strukturnya menggunakan bahan yang lebih rapuh," kata Waleed.
Salah satu yang terlihat kokoh berdiri ruang pemeriksaan menuju istana Ummayah.
Meski sudah ada restorasi di sana-sini, masih banyak komponen asli dari bangunan
yang didirikan pada 730 M tersebut.
"Namun untuk masjid dan istananya sudah hancur karena gempa," kata Waleed.
Museum Arkeologi Islam (Madin/detikTravel) (mad/fay)
yordania
Saya harus memastikan apakah sopir kami yang baik sudah bisa melanjutkan perjalanan ke
Amman. Ternyata dia sangat siap untuk duduk dibelakang kemudi selama 5 jam. Dia
memang sopir yang hebat hehehe...
Sebelum berangkat, kami harus makan siang dulu. Waktu sudah menunjukkan pukul 13.30,
belum terlambat untuk makan siang. Kami memilih mampir ke sebuah warung syawarma
pinggir jalan, sudah agak jauh dari tourist center.
Warung kecil, hampir tak memiliki tempat untuk makan. Kami berniat membungkusnya tapi
si pemilik warung mempersilahkan kami untuk ke atas. Ahaa! Ternyata ada ruangan di atas,
walaupun sempit tapi cukup lega untuk menikmati syawarma dengan rasa yang cukup lezat.
Lumayanlah istirahat lagi di sini.
Harga makanan di warung kecil ini cukup murah, seporsi syawarma (roti dan irisan daging,
mirip burger) hanya 1,5 JOD. Kalau di kawasan tourist center harganya bisa 2 kali lipatnya.
Total 8 JOD untuk 5 porsi syawarma plus air mineral besar. Menu ini sudah cukup membuat
perut kami kenyang.
Di sebuah minimarket kecil dekat warung, kami mampir untuk beli cemilan dan air mineral
untuk bekal di jalan nanti. Harga air mineral botol besar hanya 0,25 JOD. Wah! Ini sih
seperempat harga yang di Petra tadi. Koq jadi survey harga gini ya? Hehehe...
Sebelum meninggalkan Wadi Musa, kami ingat harus isi bensin mobil dulu. Sejak berangkat
dari Amman kami sama sekali belum mengisinya. Saat kami sewa, bensin memang sudah full
dan aturannya saat mengembalikan nanti, bensin juga harus kembali full. Istilahnya full to
full.
Harga premium di Jordan adalah 0,75 per liter, sekitar Rp. 10.000, lumayan mahal kan? Kami
isi 20 liter saja sudah penuh karena memang belum habis sama sekali. Jadi kemarin lewat
jalan alternatif yang sejauh kurang lebih 400 km plus jalan-jalan seputar kota Wadi Musa
hanya butuh 20 liter premium. Irit kan?
Pukul 14.15 kami kembali melanjutkan perjalanan menuju kota Amman. Sangat berharap
Kings Highway tidak ditutup seperti saat berangkat. Bayangan lamanya perjalanan, sudah
membuat kami lelah. Ingin sekali segera sampai di Amman biar bisa segera istirahat di hotel.
Inilah resiko traveling dengan mengemudi mobil sendiri.
Sampai di kota Ash-Shawbak, yaitu persimpangan antara jalan alternatif lewat Tafilia dengan
Kings Highway jalan tidak dijaga polisi. Itu artinya, tidak ditutup. Alhamdulillah, kalau
begitu perjalanan bisa lebih cepat. Perjalanan kali ini memang berbeda. Jalan yang kami
lewati nyaris tanpa belokan. Lurus dan mulus. Kalau kemarin melewati desa-desa dengan
pepohonan yang hijau, kali ini yang kami lihat hanya hamparan padang pasir nan luas.
Sesekali melewati kota kecil.
Memasuki kota Amman, saya dibuat takjub. Kota ini hampir 180 derajat berbeda dengan
Kairo. Jalannya rapi dengan garis marka yang jelas. Lampu lalu lintas berfungsi dengan baik.
Rambu petunjuk arah juga sangat jelas. Tidak bising dengan suara klakson memecah
kemacetan, tidak ada orang teriak dan parkir sembarangan di pinggir jalan. Saya tidak
melihat mobil-mobil di sini penyok seperti di Kairo, mulus semuanya.
Kota dengan kontur berbukit-bukit ini tertata amat rapi. Apartemen tingginya mungkin tidak
lebih dari 9 lantai saja. Dicat seragam, yaitu berwarna putih. Paduan warna hijau pepohonan
dengan bangunan warna putih membuat harmonisasi menawan. Pokoknya kota ini indah.
13688666971154225685
[/caption]
[caption id="attachment_254629" align="aligncenter" width="550" caption="Dalam kota
Amman yang bebas macet "]
13688664421484716432
[/caption]
Jalan utama di kota berpenduduk 6,5 juta jiwa ini tertata sangat rapi. Karena ruas jalan yang
memadai, maka kami tak menemukan kemacetan di kota ini. Banyak jalan layang yang cukup
membingungkan terutama untuk pelancong seperti kami. Melihat peta tak juga membuat
kami paham jalan. Tapi orang-orang Jordan sangat ramah dan welcome terhadap orang baru.
Jadi sering-seringlah bertanya kalau di jalan.
Saya selalu tertarik mengamati setiap kota di negara yang kami kunjungi. Setiap kota jelas
berbeda. Dari sejarah, geografi sampai tipikal orangnya semua punya sisi menarik. Tentang
Jordan yang mendapat julukan The Hashemite Kingdom ternyata adalah kelanjutan kerajaan
Hijaz, bisa dibaca di sini.
13688676581164430299
[/caption]
Hotel tempat kami menginap berada di jalan Queen Noor, dekat stadion nasional. Sempat
bingung karena jalan yang rumit tapi setelah beberapa kali bertanya dan berputar-putar.
Akhirnya hampir jam 5 sore sampai juga di hotel .Tempat istirahat kami selama 3 hari ke
depan. Ahhh... akhirnya bisa merebahkan diri di tempat tidur.
Oh iya kami punya teman yang tinggal di Jordan. Teman kerja Bapak waktu di Libya.
Walaupun dia sedang tidak di Jordan, kami diberikan nomor telepon kakaknya, Ibrahim
namanya. Untuk bertanya tentang tempat menarik yang ada di Amman.
Setelah beberapa saat melepas penat, dan menyegarkan tubuh dengan mandi air hangat, kami
bersiap jalan keliling kota Amman sekaligus mengisi perut untuk makan malam. Dengan
menelpon Ibrahim kami bertanya tempat makan paling populer di Amman.
"Kalau mau cari tempat ramai waktu malam, ada di City Center. Di sana ada tempat
shopping juga ada tempat makan enak, Jafra namanya," terang Ibrahim melalui
telepon.
"Memang agak susah cari tempat parkirnya karena ramai. Jadi kalau sudah ada
tempat yang kosong, langsung saja parkir. Lanjutkan dengan jalan kaki,
tanyakan Jafra pada orang di sana mereka semua akan memberitahumu, "lanjut
Ibrahim
Setelah mendapat penjelasan dari Ibrahim, langsung saja kami meluncur ke tempat yang
ditunjukkannya, City Center. Tidak sulit mencari petunjuk arahnya. Hanya 10 menit kami
sudah sampai di sebuah tempat yang cukup ramai dengan lalu lalang orang dan kendaraan
yang berseliweran. Banyak toko berjejer di sepanjang jalan. Benar kata Ibrahim, sulit mencari
tempat parkir, beruntung kami menemukan tempat kosong untuk parkir. Lalu berjalan kaki.
Karena keburu ingin makan malam, jadi kami melewatkan saja toko-toko yang kebanyakan
menjual abaya khas Jordan ini. Tidak lama berjalan kami bertanya pada orang, di mana
warung Jafra. Orang tersebut langsung menujukkan tempat yang kami maksud.
Ahaa!! Ternyata warung ini berada di lantai 2 sebuah toko DVD. Dan setelah kami
perhatikan, warung-warung makanan khas Jordan memang hampir semua berada di atas
toko. Tidak seperti di Mesir yang justru hidup saat malam hari. Di Amman toko-toko tutup
setelah Isya' atau paling malam pukul setengah sepuluh. Tapi tempat makan itu agak sedikit
lebih malam tutupnya.
Ternyata warung Jafra ini merupakan warung lama, kalau melihat gayanya mungkin sekitar
tahun 60 sampai 70an. Kebanyakan orang-orang yang nongkrong di warung ini menikmati
sisya, kegemaran hampir semua orang Arab. Ramai juga pengunjungnya sampai kami harus
ngantri. Baru ingat kalau malam ini Kamis, besok weekend tak heran kalau ramai begini.
1368885458799410811
[/caption]
Setelah 5 menit mengantri, akhirnya kami dapat tempat juga. Di warung ini menu
makanannya ternyata cukup beragam, dari namanya sudah terdengar lezat. Sepertinya ini
lebih karena faktor kelaparan hehehe...
Menu yang kami pesan, adalah pizza, beef kofta griil, dan daging oven (lupa namanya).
Pizzanya berbeda rasanya dengan pizza yang ada di restaurant cepat saji, lebih garing dan
crispy. Duh enak banget deh.. Kofta dan daging ovennya apalagi. Citarasanya tidak seperti
makanan Mesir yang cenderung asin, yang ini pas sekali dengan lidah Indonesia kami.
Terbayang-bayang sampai sekarang. Hiks..
Harganya tidak terlalu mahal, 3 menu yang kami pesan plus minuman tidak sampai 20 JOD.
1368885531764400871
[/caption] [caption id="attachment_254685" align="aligncenter" width="550"
caption="Makan ditemani musik live khas Arab "]
13688856121799455611
[/caption]
Setelah memanjakan lidah sekarang saatnya memanjakan tubuh, kami harus istirahat untuk
perjalanan selanjutnya esok hari. Kesan kami tentang Amman, kota cantik dengan kuliner
yang juga nikmat.
Jordan masih belum habis dieksplor, cerita tentang Jerash tak kalah menariknya dengan Petra.
Ditunggu ya.. ;)
Atas undangan Kedutaan Besar Kerajaan Yordania dan Jordan Tourism Board, Managing
Editor Femina, Argarini Devi mengunjungi Yordania selama seminggu pada Mei 2016. Dalam
perjalanan ini, ibu kota Yordania, Amman termasuk salah satu yang dikunjungi. Berikut cerita
serunya.
Warisan Dunia
Akhirnya, pesawat Royal Jordanian yang membawa saya dan rombongan mendarat mulus di
Bandara Queen Alia, Amman, ibu kota Yordania. Meski lelah setelah penerbangan Jakarta-
Amman selama 12 jam, saya bersama teman jurnalis dan blogger dari Indonesia tetap semangat
mengawali kunjungan kami di salah satu kota tertua di dunia ini.
Dengan luas 92.300 kilometer persegi, Yordania berada di pusat Timur Tengah. Bersebelahan
dengan Suriah di bagian utara, Irak di bagian timur, Arab Saudi di bagian timur dan selatan,
serta Palestina dan Israel di bagian barat. Yordania terkenal karena memiliki banyak tempat
bersejarah yang mewakili peradaban besar dunia di masa lampau.
Banyak bangsa besar yang berusaha menguasai dan berdiam di sini, dari Kerajaan Irak kuno
seperti Sumerian, Babylonian, dan Mesopotamian. Lalu Firaun dari Mesir, hingga suku nomaden
Nabateans, serta kerajaan peradaban klasik, Yunani, Romawi, dan Persia, serta kerajaan Islam
Ottoman. Ini membuat banyak warisan dunia ditemukan di Yordania. Termasuk jejak
peninggalan para Nabi, mengingat letak Yordania yang berada di antara Mekkah dan
Yerusalem, tempat tiga agama besar lahir.
Kota Amman sudah ada sejak zaman Neolitik sekitar 6500 SM. Amman juga disebutkan dalam
kitab Perjanjian Lama, dengan nama Rabbat-Ammon, yang saat itu berada dalam kekuasaan
suku Ammonite (sekitar 1200 SM). Saat berada dalam kekuasaan Romawi, Amman dikenal
dengan nama Philadelphia. Hingga akhirnya kota ini dikuasai oleh Dinasti Umayyad dan
dikembalikan namanya menjadi Amman, setelah kembali jaya di masa Kerajaan Ottoman.
Kini Amman menjadi kota tua yang modern dan dihuni oleh sekitar 4 juta dari 7 juta penduduk
Yordania. Dipenuhi oleh reruntuhan kota kuno, seperti Roman Theatre, kuil Romawi, dan
beberapa gereja Byzantine. Yordania juga memiliki banyak fasilitas modern layaknya ibu kota
negara, seperti museum, infrastruktur yang baik, toko-toko, restoran kelas dunia, serta hotel
bintang lima.
Kompleks bersejarah ini terdiri dari Kuil Hercules, gereja Byzantine, serta reruntuhan masjid
dan ruang tunggu para khalifah. Dari reruntuhan ini saja, tampak kebesaran kerajaan-kerajaan
tersebut. Tampak pula potongan tangan patung sebesar sofa satu dudukan, yang diduga bagian
dari patung Hercules. “Terbayang kan seberapa besar patungnya yang utuh,” ujar Waleed.
Potongan tangan patung Hercules
Foto: Argarini Devi
Sayang, semua saksi sejarah itu hancur akibat gempa besar yang melanda daerah tersebut
pada tahun 749 Masehi. Namun, jika ingin tahu lebih lengkap sejarah peradaban di Yordania,
pengunjung bisa melihatnya di Jordan Archeological Museum di kompleks yang sama.
Dari atas Citadel, kami disuguhi pemandangan pusat Kota Amman. Di tengah keramaian dan
kepadatan hunian kota, tampak sebuah teater Romawi, yang dikenal dengan sebutan Roman
Teater. Uniknya, teater yang dibangun oleh Yunani ini digunakan oleh masyarakat Romawi. Ada
perbedaan antara teater Yunani dan Romawi. Kursi teater buatan Yunani selalu dipahat di sisi
bukit atau gunung batu. Jadi, bagian kursi penonton adalah bagian dari gunung batu. Sedangkan
teater Romawi selalu dibangun terpisah atau berdiri sendiri, tidak menjadi bagian dari gunung
batu.
Yordania, Surga bagi Wisman dan Pengungsi
o
o
o
o
Primus Dorimulu / HA Sabtu, 7 Januari 2017 | 00:50 WIB
Amman - Jika harus memilih, pemerintah dan rakyat Yordania akan menentukan
negerinya sebagai "surga" bagi para wisatawan, bukan "surga" bagi pengungsi.
Tapi, dalam menghadapi masalah kemanusiaan, negara ini rupanya tidak tega
menolak para pengungsi. Posisinya yang berbatasan dengan negera konflik
menempatkan Yordania sebagai tujuan para pengungsi untuk mendapatkan
keselamatan, baik dari bom dan mesiu maupun dari bahaya kelaparan dan
kedinginan.
Saat ini, pengungsi yang ada di Yordania lebih dari 1 juta. Suatu jumlah yang
sangat besar untuk ukuran negeri dengan penduduk 9,7 juta, luas 89.349 km
persegi, dan sebagian besar terdiri atas gurun pasir. Di antara 10 warga Yordania
ada satu pengungsi. "Kami tidak bisa menolak karena para pengungsi adalah
tetangga kami," ujar Naser, pemandu wisata asal Yordania, Jumat, 30 Desember
2016.
Yordania bukan hanya Amman. Umumnya wisman ke negeri ini untuk melihat
Petra, situs sejarah termashur yang dilindungi UNESCO dan menjadi satu dari
Tujuh Keajaiban Baru Dunia. Selain bukit batu Petra, pelancong ingin
mengunjungi Laut Mati, Sungai Yordan, bangunan mosaik indah di Madaba, dan
melihat situs sejarah rohani. Yordania, Mesir, Palestina, dan Israel adalah bagian
dari Holy Land, Tanah Suci bagi orang Yahudi, Kristen, dan Islam.
Para pelancong akan bedecap kagum saat mengunjungi Madaba. Di kota ini
terdapat mosaik indah peta Yerusalem, Gereja Makam Kudus, Bukit Sion,
Gerbang Damaskus, dan Menara Raja Daud yang dibuat pada masa baheula.
Beda dengan mosaik dari negeri lain, mosaik di Madaba semuanya terdiri atas
batu-batu kecil yang disusun rapi. Di toko suvenir, para turis bisa memesan
mosaik nama atau apa saja.
Saat mengantar bangsa Israel kembali ke Tanah Terjanji dari negeri Mesir,
sekitar tahun 1.300 SM, Musa melewati kawasan yang pada masa itu terdiri atas
sejumlah wilayah, yakni Edom, Moab, Ammon, dan Bashan. Empat kawasan ini
kemudian menjadi bagian dari Yordania, sebuah negara yang merdeka dari
Inggris 25 Mei 1946.
Yordania bukan saja negeri suci bagi umat Yahudi dan Kristen, melainkan juga
Islam. Banyak masjid dengan arsitektur hebat yang dibangun pada tahun 800-
1.300 M. Sektar 94% warga yang dipimpin Raja Abdullah II beragama Islam.
Sisanya, 5% beragama Kristen, dan 1% pemeluk agama lain. Pemimpin kerajaan
Yordania kini sangat memperhatikan masalah kerukunan agama.
Laut Mati yang dimiliki bersama oleh Israel di bagian barat dan Yordania di
bagian timur merupakan objek wisata favorit. Kadar garamnya mencapai 33,7%
atau 8,6 kali dari rata-rata asinnya air laut di dunia. Tidak ada satu pun mahluk
hidup di danau yang terletak 422 meter di bawah permukaan laut dengan panjang
47 km dan lebar 16 km ini. Kapal dan perahu pun tidak mampu beroperasi
karena dalam sekejap termakan korosi. Orang yang berenang hanya bisa
terapung.
Namun, tingginya kadar garam dan mineral yang yang dikandungnya dipercaya
memberikan penyembuhan berbagai penyakit kulit dan meningkatkan
kecantikan. Salah satu resep kecantikan Cleopatra pada masa lalu adalah
seringnya ratu Mesir penakluk Julius Caesar dan Mark Anthony itu berendam di
Laut Mati. Disebut Laut Mati karena danau yang menjadi muara Sungai Yordan
ini tidak mengalir ke laut. Sungai Yordan juga menjadi objek wisata rohani
karena Yesus dipermandikan Yohanes di sungai ini.
Daya tarik paling tinggi bagi pelancong adalah Petra. Dua tebing dengan tinggi
10 hingga 100 meter nyaris berimpitan, hanya terpaut tiga hingga 10 meter. Dua
tebing cadas berwarna coklat kemerah-merahan itu membentuk lorong sepanjang
2 km lebih. Di ujung lorong ada bangunan kuil kuno tempat kuburan raja pada
masa lalu. Turis bisa menyusuri lorong cadas itu dengan berjalan kaki,
menunggang unta, kuda, dan keledai atau menaiki andong.
Pesona wisata Yordania tercoreng oleh aksi terorisme. Yordania adalah negara
monarkhi yang pro-Barat dan bersahabat dengan Israel. Hampir semua aksi teror
pada masa lalu dipicu oleh radikalisme agama, yang umumnya datang dari luar
Yordania. Pada 9 November 2005, misalnya, Al Qaeda di bawah Abu Musabab
al Zargawi mengambil alih tiga hotel untuk dijadikan markas perjuangan. Aksi
dapat dipadamkan, tapi pemerintah Yordania harus menyaksikan 60 orang
meregang nyawa dan 115 luka-luka.
Apakah Yordania aman? Apakah Amman sudah aman? Itulah pertanyaan yang
acap dilontarkan para pelancong. "Jangan khawatir, di sini aman," kata seorang
pemilik toko suvenir di Yordania, Sabtu, 31 Desember 2016. Ia melontarkan
pernyataan itu bukan untuk merespons pertanyaan kami, para wisatawan dari
Indonesia. Ia mengaku memberikan penjelasan tentang keamanan karena
banyaknya pertanyaan soal keamanan oleh para turis asal Eropa. Mereka selalu
bertanya, apakah Yordania cukup aman bagi wisatawan.
Suasana di Bandara Queen Alia dan perempatan jalan di kota Amman memang
agak menunjukkan suasana tidak aman. Tank dengan tentara siap tempur
mengarahkan moncong senjata ke arah jalan raya. Di pintu gerbang bandara,
sejumlah tentara berjaga-jaga. Pemandangan yang sama terlihat di perempatan
jalan di kota Amman dan di perbatasan, saat orang yang masuk dan keluar
Yordania melewati imigrasi dan security checking.
Yordania pernah menorehkan jumlah wisman hingga 8 juta pada tahun 2010
dengan devisa US$ 3,5 miliar. Namun, akibat instabilitas keamanan kawasan,
jumlah turis asing menurun drastis sejak 2011. Pada tahun 2015, jumlah wisman
hanya 3,7 juta dengan nilai belanja sekitar US$ 2,4 miliar.
Membagi Kemiskinan
Yordania terletak di antara Israel dan Palestina di sebelah barat, Suriah dan
Lebanon di utara, dan Irak di bagian timur serta Arab Saudi di selatan. Ketika
perang saudara mulai berkecamuk di Suriah tahun 2011, Yordania menjadi salah
satu tujuan pengungsi. Data PBB menunjukkan, pengungsi Suriah yang terdaftar
hingga Maret 2016 sebesar 4,8 juta dari perkiraan 6,1 juta. Perang saudara yang
melibatkan sejumlah negara adidaya telah menyebabkan 13,5 juta anak negeri itu
hidup dalam situasi tidak aman. Sekitar 6 juta di antaranya telantar di negeri
sendiri.
Pengungsi Syriah yang menerobos masuk batas wilayah dengan Turki per
November 2016 mencapai 2,7 juta. Sekitar 2,5 juta masuk wilayah Arab Saudi,
satu juta ke Libanon, dan 655.675 menjadi pengungsi di Yordania. PBB lewat
The United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) mendapat
permintaan dari sejuta lebih pengungsi Suriah untuk mendapat suaka di
Yordania, Turki, Uni Eropa. Selama Januari-September 2016, lebih dari sejuta
pengungsi Suriah mengarungi Laut Mediterian untuk mencari perlindungan di
negara-negara Uni Eropa.
"Saya dengar, pengungsi dari Suriah dan sejumlah negara Arab dan Afrika yang
masuk negara kami sudah menembus 5 juta," kata Naser, warga Yordania.
Dalam 50 tahun terakhir, Yordania merupakan surga bagi para pengungsi.
Pemerintah Yordania cenderung menerima kedatangan para pengungsi yang
datang dari Irak, Libya, dan Suriah. Pengungsi dari Suriah bagaikan gelombang
laut, datang silih berganti.
Yordania bukanlah negara kaya seperti Uni Emirat Arab (UEA). Penduduk yang
berada di bawah garis kemiskinan mencapai 14,2% dari penduduknya yang
mencapai 9,7 juta dan pengangguran sebesar 14,5% dari angkatan kerja. Dengan
pendapatan per kapita sekitar US$ 5.000 dan kesenjangan ekonomi yang tinggi,
pemerintah Yordania perlu memperhatikan lapangan kerja dan pemerataan.
Dengan laju pertumbuhan ekonomi 2016 yang diperkirakan hanya sekitar 3%
akan sulit bagi Yordania untuk memangkas jumlah penduduk miskin. Data Biro
Statistik Yordania menunjukkan, laju pertumbuhan ekonomi negeri itu sebesar
2,4% tahun 2015, turun dari 3,1% tahun 2014. Bank Dunia memperkirakan, laju
pertumbuhan ekonomi Yordania bisa mencapai 3,3% tahun 2017.
Di Amann dan di sejumlah kota besar Yordania itulah 78% pengungsi asal
Suriah berlindung di kemah-kemah dan rumah sakit. Sekitar 93% dari mereka
hidup di bawah garis kemiskinan. Dunia tidak bisa membiarkan penduduk
Amman dan sejumlah kota besar di Yordania membagi kemiskinan dan
kepahitan hidup. Bantuan dunia sangat penting bagi mereka. Dari Indonesia,
Tahir Foundation sudah menyerahkan bantuan untuk pengungsi Suriah di
Yordania sebesar US$ 1 juta atau Rp 13 miliar. Total sumbangan Tahir
Foundation untuk pengungsi dunia mencapai US$ 3 juta atau Rp 39 miliar.
Sumber: BeritaSatu.com
Sepenggal 'Pompeii' di Tanah Yordania
Kuil Hercules yang berada di kawasan wisata Amman Citadel, Yordania (CNN Indonesia/Tri Wahyuni).
Jakarta, CNN Indonesia -- Pamor pariwisata negara-negara di Timur Tengah memang tidak
segemilang di Eropa. Namun, wisata Timur Tengah menawarkan keunikan yang patut dicoba.
PILIHAN REDAKSI
10 Destinasi Wisata Malam Terbaik di Dunia
Palestina, Destinasi Menantang Bagi Pelancong Indonesia
Mohammad Michail, Pemuda Yordania Fasih Bahasa Indonesia
Negara dengan julukan The Hashemite Kingdom of Jordan ini terletak di antara negara yang
tengah berkonflik; Arab Saudi, Irak, Suriah, Israel, dan Palestina. Terdengar menyeramkan,
namun sampai saat ini belum ada peristiwa yang mengancam keselamatan di sana.
“Yordania aman. Orang-orangnya hidup dengan damai, 100 persen aman,” kata Duta Besar
Yordania di Indonesia Walid Al Hadid.
Dari Jakarta, Yordania bisa dicapai dengan penerbangan langsung. Maskapai Royal Jordanian
membuka rute penerbangan Jakarta-Amman yang merupakan ibu kota Yordania, dengan sekali
transit di Kuala Lumpur, Malaysia.
Sedangkan penerbangan saat musim panas yang membutuhkan waktu tempuh lebih singkat.
Pesawat Royal Jordanian lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta sekitar pukul
21.00, lalu tiba Bandara Internasional Queen Alia sekitar pukul 04.00 waktu setempat.
Untuk menuju ke pusat kota atau tempat menginap, wisatawan bisa menggunakan bus umum,
bus sewaan, atau taksi.
Jarak Bandara Internasional Queen Alia dengan pusat kota Amman sekitar 30 kilometer.
Jalanan yang masih sepi karena matahari belum muncul membuat waktu tempuhnya sekitar 30
menit.
Ada beberapa jaringan hotel internasional di Amman, antara lain Landmark, Kempinski,
Sheraton, Four Season, Le Meridien, Intercontinental, Marriott, Crowne Plaza, dan masih banyak
lagi.
Walau badan masih terasa lelah karena menempuh perjalanan panjang, rasanya sayang jika
melewatkan waktu begitu saja di kamar hotel. Sebab Amman dan beberapa daerah di sekitarnya
punya banyak objek dan atraksi wisata menunggu untuk dinikmati.
Di pusat kota Amman sendiri, ada puluhan museum yang bisa dikunjungi, mulai dari museum
seni, arkeologi, budaya; sampai museum yang memamerkan kendaraan keluarga kerajaan di
Yordania.
Setelah menyingkap selimut hotel yang hangat, pukul 09.00 perjalanan dimulai dengan
menumpang bus menuju utara Amman, tepatnya Jerash, yang berada sekitar lebih dari 50
kilometer dari pusat kota Amman. Udara dingin di tengah terpaan sinar matahari tak membuat
gentar semangat menjelajah kota yang sarat sejarah ini.
Waktu tempuhnya sekitar satu jam, dengan kondisi jalan yang lancar dan beberapa titik
kemacetan.
Seperti ibu kota lain di dunia, jalanan di Amman juga terbilang sibuk dengan padatnya
kendaraan yang membuat arus lalu lintas sedikit tersendat.
Jalan yang berliku, menanjak, dan menurun seolah secara tidak langsung menjelaskan bahwa
wilayah Amman berada di kawasan perbukitan.
Secara geografis Amman memang berada di dataran tinggi. Bahkan dikatakan dibangun di atas
tujuh bukit.
Jerash
Dari jauh samar-samar terlihat sebuah bangunan megah berdiri kokoh. Pemandu wisata
mengatakan, itulah pintu masuk kawasan wisata Jerash.
Usai turun dari bus, pemandu mengajak bergegas menuju 'gerbang' megah yang sudah terlihat
dari kejauhan.
‘Gerbang’ megah itu bernama Hadrian's Arch, yang merupakan pintu masuk ke kawasan
Jerash.
"Ini salah satu pintu masuk menuju Jerash. Sebenarnya ada beberapa pintu masuk. Dan ini
adalah pintu selatan," kata Ramzi Nawafleh, si pemandu wisata.
Hadrian's Arch dibangun pada 129 Masehi sebagai bentuk peringatan kunjungan Kaisar Hadrian
ke Yordania.
Ramzi mengatakan, kala itu Hadrian singgah di Yordania untuk beristirahat sejenak dari
perjalanannya menuju ke Mesir dari Suriah.
Hadrian's Arch, salah satu sisa peninggalan Romawi di Jerash, Yordania. (CNN Indonesia/Tri Wahyuni)
Mengelilingi Jerash seperti masuk ke mesin waktu dan dibawa mundur ke abad lampau.
Pilar-pilar bergaya Romawi masih gagah berdiri, lengkap dengan detail ukirannya. Sisa tembok-
tembok yang terbuat dari batu juga masih terlihat tegap.
Tak heran jika kawasan ini mendapat sebutan Pompeii dari Timur Tengah.
Dekat dari Hadrian's Arch, terdapat bekas lokasi pacuan kereta kuda bernama hippodrome.
Sebuah lapangan luas dengan ukuran panjang 245 meter dan lebar 52 meter masih tersisa,
lengkap dengan tribun penonton yang dulu digunakan untuk menampung 15 ribu orang.
Masuk lebih dalam lagi, ada sebuah bundaran yang luas, dengan tiang-tiang tinggi
mengelilinginya layaknya sebuah pagar, yang diberi nama Oval Plaza.
Di tempat ini, kata Ramzi, setiap akhir Juli, diadakan Festival Jerash.
Oval
plaza di kawasan wisata Jerash, Yordania. Di tempat ini diadakan Festival Jerash setiap tahunnya. (CNN Indonesia/Tri Wahyuni)
Festival Jerash merupakan festival seni dan budaya yang bertujuan untuk memperkaya aktivitas
budaya di Yordania.
Tahun lalu, diperkirakan ada 100 ribu pengunjung yang datang. Seni pertunjukan, konser, dan
berbagai aktivitasnya seolah menghidupkan kota tua warisan bangsa Romawi tersebut.
Suara alat musik tiup dan dentuman drum tiba-tiba terdengar saat kami sedang menjelajah Oval
Plaza. Ramzi mengatakan, suara itu berasal dari pertunjukan yang sedang digelar di South
Theater.
Sesampainya di South Theatre, ternyata ada pertunjukan musik oleh dua orang laki-laki. Suara
alat musik tiup itu ternyata berasal dari bagpipe, alat musik khas Skotlandia.
Sempat terlintas di pikiran, apa hubungannya Yordania dan alat musik ini? Tapi, tidak ada
salahnya untuk menikmatinya sejenak.
Meski tanpa tata suara berdaya listrik yang canggih, suara alunan musik yang dimainkan bisa
tertangkap telinga dengan sangat apik.
Ramzi mengatakan, itulah kehebatan teater Romawi, mereka membangun teater yang memiliki
fungsi tata suara secara alami.
South
Theatre peninggalan bangsa Romawi di Jerash, Yordania. (CNN Indonesia/Tri Wahyuni)
“Coba kamu berdiri di depan, tepat di tengah. Ada sebuah batu di situ, berdirilah di atasnya.
Coba kamu bicara kepada kami dari situ?” pinta Ramzi.
Di tempat yang dimaksud Ramzi, di lantai orkestra, memang ada sebuah batu yang letaknya
lebih rendah dibandingkan batu lainnya, seperti tanda kalau tempat itu berbeda dari yang
lainnya.
Benar saja, ketika berdiri di atas batu tersebut dan mencoba berbicara, suara secara otomatis
menjadi lebih kencang, meski tidak berusaha untuk meningkatkan volume saat berbicara.
Orang yang berada di tribun teratas pun bisa mendengarkan. Bahkan pembicara sendiri bisa
mendengar suaranya. Layaknya sedang berada di sebuah panggung dengan mikrofon
serta sound monitor canggih yang bisa mengeluarkan suara dengan sangat bersih.
South Theatre dibangun pada 90-92 Masehi dan diperkirakan mampu menampung tiga ribu
orang.
Terdapat sebuah panggung dengan lantai orkestra di depan tribun penonton. Dulu, panggung
tersebut bertingkat dua, tapi kini tinggal satu tingkat saja.
Puas menikmati alunan bigpipe sambil menari di South Theatre, Ramzi mengajak kami ke
tempat selanjutnya, Kuil Artemis.
Kuil tersebut dibangun pada abad ke-dua Masehi. Sayangnya pembangunannya tak pernah
selesai. Dari rencana 32 pilar yang didirikan, hanya ada 12 pilar yang dibangun.
Saat berkunjung ke Kuil Artemis, ternyata ada yang sedang melakukan sesi foto di sana.
Seorang model cantik dengan postur tubuh tinggi sedang melenggak-lenggok di depan kamera.
Kami kira hari itu Kuil Artemis ditutup dari masyarakat umum. Tapi, dengan sedikit negosiasi,
Ramzi berhasil membawa kami masuk ke dalam.
Luas kuil tak seberapa besar, tapi ada satu ‘keajaiban’ yang tak boleh dilewatkan jika datang ke
Kuil Artemis di Jerash. Ada sebuah pilar yang bisa bergoyang tanpa terjatuh.
Ramzi pun langsung meminta bantuan seorang laki-laki untuk membantunya memperlihatkan
keajaiban tersebut.
Sebuah sendok ia letakkan di sela pilar dan penumpunya. Lalu, pilarnya didorong perlahan.
Terlihat sendok tersebut bergoyang naik turun mengikuti gerak pilar. Kami pun tercengang.
Ternyata pilar-pilar di bangunan ini didesain secara khusus, bisa menyesuaikan dengan terpaan
angin, bahkan gempa, agar bangunan bisa bertahan lama.
Salah
satu 'keajaiban' yang bisa wisatawan dapatkan di Kuil Artemis, Jerash, Yordania. (CNN Indonesia/Tri Wahyuni)
Puas mengeksplor sisa peninggalan Pompeii dari Timur Tengah, saatnya kembali ke Amman.
Destinasi selanjutnya menuju Seven Sleepers Cave atau Ahl Al-Kahf di bagian tenggara
Amman. Jaraknya dari Jerash sekitar 60 kilometer ditempuh dalam waktu sekitar satu jam.
Tepat berdampingan dengan Seven Sleepers Cave ada Masjid Ahl Al-Kahf. Saat azan
berkumandang, wisatawan muslim bisa salat di masjid terlebih dulu, karena Seven Sleepers
Cave tidak akan dibuka sebelum ibadah salat selesai.
Untuk perempuan, ada baiknya menggunakan pakaian tertutup dan penutup kepala sangat
berkunjung. Namun, jika terlanjur menggunakan pakaian ala kadarnya, penjaga akan
meminjamkan sebuah jubah panjang.
Seven
Sleepers Cave yang berada di Amman, Yordania. (CNN Indonesia/Tri Wahyuni)
Meski tak terlihat istimewa, tapi sejarah tempat ini telah dimuat di dalam kitab suci umat Islam
dan Kristiani.
Menurut cerita dalam Al-Quran, pada zaman dahulu ada tujuh pemuda yang dianggap
membelot. Mereka tidak mematuhi keinginan rajanya yang meminta mereka menyembah
berhala karena mereka hanya percaya Allah SWT.
Akhirnya ketujuh pemuda itu melarikan diri karena raja ingin membunuhnya.
Sampailah mereka di mulut sebuah gua yang akhirnya dijadikan markas persembunyian. Di
dalam gua yang tenang itu, ketujuh pemuda pun tidur.
Tapi tidurnya bukanlah tidur biasa. Allah SWT mengizinkan mereka tidur panjang selama ratusan
tahun.
Al-Quran menyebut mereka tertidur selama 309 tahun dan tak ada seorang pun yang
mengetahui mereka berada di dalam gua.
"Mereka mengetahui telah tidur lama, karena saat bangun, mereka mencoba membeli makanan.
Saat itu, pedagang yang menerima uang mereka mengatakan bahwa itu uang kuno yang tidak
bisa digunakan lagi," kata seorang pemandu wisata di gua.
Makam ketujuh pemuda di Seven Sleepers Cave, Amman, Yordania. (CNN Indonesia/Tri Wahyuni)
Kini, di dalam gua terdapat makam ketujuh pemuda itu. Di salah satu makam, pengunjung bisa
melihat sisa tulang belulang yang diklaim sebagai tulang ketujuh pemuda, beserta anjing
penjaga mereka.
Di sudut ruangan lainnya ada sebuah lemari kaca yang menyimpan barang-barang kuno yang
diperkirakan menjadi peninggalan ketujuh pemuda tersebut.
Bagi wisatawan yang ingin mendengar penjelasan dan cerita lebih lengkap tentang Seven
Sleepers Cave, seorang pemandu juga menjual versi DVD yang bisa dibawa pulang.
Amman Citadel
Sebelum waktu matahari terbenam, sebaiknya bergegas menuju kawasan Amman Citadel.
Jaraknya sekitar 15 kilometer atau sekitar 20 menit dari Ahl Al-Kahf.
Lokasinya yang berada di bukit teringgi di Amman, dengan ketinggian 850 meter di atas
permukaan laut, memungkinkan siapa saja untuk melihat pemandangan sebagian kecil kota
Amman.
Rumah-rumah penduduk berbentuk berbentuk balok, dengan warna yang senada, khas
bangunan Timur Tengah, seolah saling bertumpuk.
"Sebenarnya tidak ada aturan dalam membuat rumah, dalam hal warna maupun bentuknya.
Pemerintah hanya mengatur lokasi yang bisa ditinggali saja," ujar Ramzi.
Dari Amman Citadel, wisatawan juga bisa melihat teater romawi yang megah dengan kapasitas
enam ribu penonton. Terlihat dari tribun penonton yang mencapai tiga tingkat.
Sore hari merupakan waktu yang tepat untuk berkunjung ke Amman Citadel karena cahaya
matahari yang menuju senja menambah dramatis pemandangan kota dan situs-situs yang ada di
dalamnya.
Pemandangan kota Amman dari Amman Citadel, Yordania. (CNN Indonesia/Tri Wahyuni)
Amman Citadel merupakan salah satu situs tertua di Kota Amman. Di tempat ini terdapat sisa
reruntuhan Kuil Hercules, Gereja Bizantium dan Istana Umayat.
Memasuki Amman Citadel, pilar-pilar kokoh berdiri tegak menyambut kedatangan pengunjung.
Pilar itu merupakan sisa kuil yang diperkirakan dibangun pada 161-166 Masehi untuk dewa
tertinggi Romawi. Dikatakan Kuil Hercules karena ditemukan patung tangan raksasa yang
terbuat dari marmer di area kuil.
Kuil
Hercules di Amman Citadel, Yordania. (CNN Indonesia/Tri Wahyuni)
Tak jauh dari Kuil Hercules terdapat Jordan Archeological Museum. Sesuai namanya, museum
tersebut memuat beragam artefak dari situs arkeologi seantero Yordania.
Koleksi artefak di museum ini berasal dari zaman Paleolitikum, lebih dari satu juta-sepuluh ribu
tahun lalu. Mulai dari gigi-gigi hewan, koin, perhiasan, sampai peti mati anthropoid ada di
museum ini.
Ada juga informasi mengenai perkembangan Yordania dari masa ke masa, dari cuaca sampai
kondisi ekonominya.
Selesai mengulik sekilas sejarah Yordania, Ramzi mengajak ke tempat berikutnya. Di belakang
museum ada Istana Umayat. Istana megah yang memiliki kubah di atasnya itu dibangun pada
paruh pertama abad ke-delapan Masehi. Sayangnya, sebagian besar bangunan istana sudah
hancur.
Dekat Istana Umayyad terdapat Gereja Bizantium yang dibangun pada abad ke-lima sampai
abad ke-enam Masehi. Dari sisa pilar yang masih berdiri, terlihat bagunan ditopang oleh dua
kolom pilar.
Kawasan Amman Citadel hanya dibuka sampai pukul empat sore. Padahal sedikit lagi, matahari
terbenam sepenuhnya. Tapi, jangan khawatir, nikmati saja matahari terbenam dari luar Amman
Citadel, selagi berada di tempat tertinggi di kota.
Rainbow Street
Setelah mengunjungi tiga tempat bersejarah sekaligus, saatnya meluruskan kaki dan
memanjakan perut. Ramzi mengajak ke Rainsbow Street. Kawasan ini merupakan salah satu
pusat keramaian di kala malam.
Seperti namanya, Rainbow Street ini merupakan sebuah jalan yang diapit oleh berbagai toko.
Bisa dibilang ini juga menjadi pusat belanja sekaligus kuliner.
Saat malam, kawasan ini terlihat warna-warni karena cahaya lampu dari toko-toko tersebut.
Ketika berjalan di trotoar melewati toko, para penjaga toko akan menyapa dengan
mengucapkan, “Welcome to Jordan.”
Foto:
CNN Indonesia/Tri Wahyuni
Suasana Rainbow Street di kota Amman, Yordania.
Area Marketing Coordinator Jordan Tourism Board Afanah Z. Afanah memang penah
mengatakan, “Ketika Anda ke Yordania, setiap orang di sana akan mengucapkan ‘Welcome to
Jordan.’”
Meski tak semua orang mengatakan demikian, tapi di Rainbow Street sapaan ramah itu bisa
didengar.
Di atas pukul 19.00, Rainbow Street semakin ramai. Kafe-kafe penuh pengunjung. Beberapa
kelompok orang terlihat menikmati shisha, menyeruput kopi, menikmati santapannya, atau
sekadar mengobrol dengan kawan-kawannya.
Mungkin Rainbow Street bisa dibilang sebagai pusat anak muda di Amman.
Satu hal yang unik ketika berada di kawasan ini, pengunjung akan mendengar dentuman musik
yang cukup keras, tapi bukan berasal dari kafe di sekitar, melainkan dari anak-anak muda yang
memarkir mobilnya di pinggir jalan, dan menyetel musik cukup keras.
Entah apa tujuannya, tapi beberapa mobil yang parkir di pinggir jalan melakukan hal yang sama.
(ard)
"Yordania sangat ideal untuk turis yang datang dari berbagai kalangan," kata Menteri Al
Fayez saat acara penyambutan di kantor Jordan Tourism Board, Amman.
"Ini adalah potensi yang sangat tinggi bagi wisatawan untuk wisata religi di Yordania,"
ujarnya.
Bagi umat Kristiani, terdapat juga sejumlah situs bersejarah yang bisa dikunjungi, seperti
baptism site, bukit Elijah, sampai peninggalan gereja-gereja tua. Total ada puluhan situs
yang bisa menjadi pilihan peziarah dari sejumlah negara.
Terakhir, adalah wisata alam yang bisa membuat para petualang terpesona. Sebut saja
keindahan kompleks kuil Petra sampai Laut Mati yang merupakan titik terendah di
permukaan bumi.
"Jadi, kami punya keunikan yang bisa menjadi daya tarik bagi siapa pun. Anda akan
melihatnya sendiri nanti," ujar Al Fayez.
Al Razzaq Arabiyat menambahkan, angka kunjungan turis dunia ke Yordania saat ini 3,8
juta orang per tahun. Setengahnya berasal dari negara-negara tetangga di Timur Tengah,
sisanya dari Amerika Serikat, Eropa dan sebagian dari Asia.
Turis Indonesia pada tahun lalu mencapai angka 25.500 orang. Tahun 2016, selama empat
bulan terakhir, angka pengunjung dari Indonesia mencapai 8.400 orang. Angka itu naik
sekitar 3,2 persen dibandingkan tahun lalu pada bulan yang sama.
"Mereka adalah para turis yang berwisata sekaligus umrah dan haji. Ada juga yang
menawarkan paket berwisata sekaligus ke Palestina dan Yordania," terang Al Razzaq
Arabiyat.
Isu perang di Suriah dan ISIS memang cukup mempengaruhi kondisi pariwisata di Yordania.
Namun pemerintah Kerajaan Yordania selalu menegaskan, negara mereka sangat aman
untuk dikunjungi. Sejak lama, Yordania kerap dijadikan lokasi netral untuk penyelesaian
konflik di Timur Tengah.
Ke depan, Yordania akan terus mempromosikan wisata mereka. Targetnya untuk Indonesia
adalah 30 ribu orang pengunjung tahun 2016 ini. Kerjasama dengan maskapai penerbangan
dunia juga akan terus ditingkatkan.
Oleh:
Luas wilayahnya mencapai 92.300 km2 (luas tepian timur sungai Yordania), 91.971
terdiri dari daratan dan 329 area perairan. jumlah penduduknya berdasarkan data statistik tahun
1998 M mencapai 4.600.000 jiwa, dengan mayoritas pemeluk Islam sunni (92 %), dan
selebihnya penganut agama Nasrani 6 %.[3] Dalam laporan Badan Statistik terbaru yang
dikeluarkan pemerintah Yordania mencatat bahwa ada sekitar 9,9 juta warga dan sekitar 14%
di antaranya merupakan penduduk Suriah yang mendiami seluruh wilayah Jordan[4].
Yordania didirikan pada tahun 1921, dan diakui oleh Liga Bangsa-Bangsa sebagai
sebuah negara di bawah mandat Britania pada tahun 1922 yang dikenal sebagai Emirat
Transyordania. Pada tahun 1946, Yordan bergabung dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa
sebagai negara merdeka yang secara resmi dikenal sebagai Kerajaan Ha>shimi>yah
Yordania.[5]
Masjid al-Husayni
Tempat-tempat bersejarah yang merupakan peninggalan peradaban Islam di Amman-
Yordania mudah ditemukan. Di antaranya Masjid Al-Husayni yang terletak di jantung kota
Amman, berdekatan dengan Pasar Al Ballad. Masjid ini pada mulanya dibangun pada masa
kejayaan Khalifah Umar bin Al Khattab Ra, tahun 640 Masehi, dan inimerupakan masjid tertua
di Amman. Nama masjid ini dinisbahkan kepada al-Shari>f al-Husayn bin Ali[6].
Masjid ini pernah runtuh, namun tahun 1923/1924 M dibangun kembali oleh raja
Abdullah pertama yang berkuasa waktu itu, dengan tetap mempertahankan sentuhan arsitektur
gaya Turki, yang terlihat hampir di setiap sudut bangunan masjid. Meski telah berusia ratusan
tahun, namun masjid ini masih terpelihara baik. Setiap Jumat tiba, penduduk Amman yang
tinggal di sekitar masjid, melaksanakan sholat jama’ah dengan khusyuk.
Masjid al-Husayn ini panjangnya 58,5 meter dan lebarnya 12,5 meter. Memiliki dua
menara, masing-masing tingginya 70 m yang sebelah kanan dan 35 m yang sebelah kiri[7].
Laut Mati
Tempat lain yang mengesankan, tak jauh dari Ibukota Amman, adalahal-bah}r al-
mayyit atau laut mati. Al-bah}r al-mayyit juga disebut denganbah}i>rah Lu>t} bah}r Lu>t[8].
Laut mati ini merupakan tempat terendah dipermukaan bumi, terletak 408 meter di bawah
permukaan laut[9]. Menginjakkan kaki di tempat ini, akan terasa sentuhan Islam melalui kisah
perjuangan di masa Nabi Luth Alaihissalam. Menjadi tanda peringatan akan kekejian perilaku
kaum Nabi Luth, yang memuja dewa-dewa dan berperilaku menyimpang, saling mencintai
sesama jenis.
Ketika Nabi Luth menyuruh mereka meninggalkan perilaku maksiat dan
menyampaikan perintah Allah, mereka ingkar, dan menolaknya sebagai seorang Nabi dan
melanjutkan perilaku menyimpang mereka. Sebagai balasannya, mereka dihancurkan dengan
bencana yang sangat mengenaskan.
Ketika membaca Perjanjian Lama, kitab suci umat Nasrani dan Yahudi, akan kita
ketahui bahwa hal ini dilukiskan dengan istilah yang sama sebagaimana dalam Al
Qur’an.Menurut Perjanjian Lama[10], tempat tinggal kaum berperilaku menyimpang ini
adalah kota Sodom. Temuan purbakala hasil penggalian mengungkapkan, kota tersebut
dibangun dekat Laut Mati, di sepanjang perbatasan Israel dan Yordania. Para arkeolog yang
bekerja di wilayah tersebut menemukan bukti telah tejadinya bencana mengerikan. Kerusakan
parah pada rangka manusia yang berhasil digali menandakan telah terjadinya gempa bumi
dahsyat.
Al Qur’an surat Hud ayat 82-83, mengungkapkan bahwa malaikat datang kepada Nabi
Luth dan memperingatkan hal ini di malam sebelum terjadinya bencana:
Para utusan (malaikat) berkata: "Hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu,
sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa
keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorang pun di antara
kamu yang tertinggal, kecuali istrimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa
mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh;
bukankah subuh itu sudah dekat?" Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum
Luth itu yang di atas ke bawah, dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar
dengan bertubi-tubi; yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-
orang yang zalim[11].
Semua penduduk Kota Sadu>m (Sodom) dan ‘Amu>ra/ Gomorrah ( سدوم و عمورة او
)جمورة او كمورة, termasuk istri Nabi Luth[12], terkubur di dasar bumi[13]. Bekas tanah yang
dibalik Allah itulah, yang sekarang menjadi laut mati (al-bah}r al-mayyit). Itulah peninggalan
Kota Sadu>m dan A<mu>ra, yang masih bisa dilihat sampai sekarang. Kini, sebagian kota
tersebut menjadi wilayah Palestina dan sebagian lain menjadi wilayah Yordania.[14]
Sekitar setengah jam berkendaraan ke arah barat laut Kota Amman, atau ke wilayah
Salt, akan dijumpai makam Nabi Shu‘ayb AS. Syu'aib (bahasa Arab: ;شعيبShu’ayb,) (sekitar
1600 SM - 1500 SM) adalah seorang nabi yang diutus kepada kaum Madyan dan Aikah. Ia
diangkat menjadi nabi pada tahun 1550 SM. Namanya disebutkan sebanyak 11 kali di dalam
Al-Qur'an dan ia wafat di Madyan.
Makam ini pernah mengalami renovasi dan kini terletak di dalam sebuah areamasjid.
Alkisah, Nabi Shu~``‘ayb AS, berdakwah kepada kaumnya di Negeri Madyan atau sekarang
wilayah selatan Palestina. Kaum Madyan adalah penyembah berhala dan alam seperti pohon-
pohon dan hutan. Penduduk Madyan akhirnya musnah disambar petir, karena pengingkarannya
terhadap dakwah Nabi Syu’ayb, kecuali Nabi Shu‘ayb dan seluruh pengikutnya.[15]
Demikianlah, Allah Swt mengirimkan kepada mereka berbagai bentuk adzab dan musibah karena sifat
dan perbuatan mereka yang buruk. Allah timpakan kepada mereka gempa bumi sebagai balasan karena mereka
mengancam akan mengusir Nabi Syu’ayb dan para pengikutnya (QS. Al A’raaf: 91). Dia juga menimpakan suara
yang mengguntur sebagai balasan atas olok-olokkan mereka kepada Nabi mereka (QS. Huud: 87). Dan Dia juga
menimpakan kepada mereka naungan awan yang daripadanya keluar bunga api sebagai jawaban atas permintaan
mereka untuk ditimpakan adzab berupa gumpalan dari langit (QS. Asy Syu’aaraa': 187-188).
Allah menyelamatkan Nabi Syu’ayb As dan orang-orang yang beriman bersamanya, Dia berfirman:
“ Dan ketika datang adzab Kami, Kami selamatkan Syu’ayb dan orang-orang yang beriman bersamanya dengan
rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka
mati bergelimpangan di rumahnya. Seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah,
kebinasaanlah bagi penduduk Madyan sebagaimana kaum Tsamud telah binasa.” [16]
Gua Ashab al-Kahfi
Ashab al-Kahfi adalah para pemuda yang diberi taufik dan ilham oleh Allah Swt.
sehingga mereka beriman dan mengenal Rabb mereka.Mereka mengingkari keyakinan yang
dianut oleh masyarakat mereka yang menyembah berhala. Mereka hidup di tengah-tengah
bangsanya dan tidakmenampakkan keimanan mereka ketika berkumpul sesama mereka,
sekaligus karena khawatir akan gangguan masyarakatnya.
Mereka adalah terdiri dari tujuh pemuda dan seekor anjing yang mendapat petunjuk
dan beriman kepada Allah tertidur lelap dalam gua selama 309 tahun. Mereka melarikan diri
dari kekejaman raja Dikyanus. Selengkapnya dapat dibaca dalam al-Qur’an surat al-Kahfi.
Dalam al-Qur’an disebutkan kisah sebagai berikut:
Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu,
mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan kami yang mengherankan? (Ingatlah) tatkala para
pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan kami,
berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang
lurus dalam urusan kami (ini)."Maka kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu.
Kemudian kami bangunkan mereka, agar kami mengetahui manakah di antara kedua golongan
itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lama mereka tinggal (dalam gua itu).[17]
Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).[18]
Goa ini sekarang populer dengan nama gua As}h}a>b al-Kahfi. Lokasi gua ini terdapat
di Yordania di perkampungan Al-Rajib atau dalam Al-Quran di sebut Al-Raqim, yang berjarak
1.5 km dari kota Abu A’landa dekat kota Amman- Yordania. Info terakhir yang didapatkan
bahwa Raja Abdullah ke 2 (Raja Yordania) telah meresmikan untuk mendirikan di muka gua
Ashhabul Kahfi masjid dan ma’had yang diberi nama “Masjid Gua Ahlul Kahfi” dan Ma’had
Da’wah dan Dai’[19].
Pengkaji Barat menduga bahwa sejarah Jordan bermula di Bukit Nebo (Mount Nebo).
Bukit Nebo ini terletak dekat Madaba dan diyakini sebagai tempat di mana
Musa[20] dikebumikan. Dari atas Mount Nebo, pengunjung dapat menikmati pemandangan
Lembah Jordan, Laut Mati dan juga Jerusalem serta Bayt al-Lahm. Pada 393 M sebuah gereja
telah didirikan. Pada abad ke-7 M, bukit ini menjadi tempat perkumpulan bagi para haji yang
datang dari jauh. Memorial dari gangsa berbentuk ular yang meliliti palang Salib dibuat oleh
Gian–Paolo Fantoni of Florence. Ular yang ditunjukkan adalah simbolik kepada ular yang
konon ditemukan di padang pasir dan dipelihara Musa dan begitu juga dengan penyaliban Isa
yang bertujuan untuk menebus dosa umatnya.
Kawasan ini pernah melalui zaman kerajaan Mesir, Syria, Babylon, Parsi, Macedonia,
Rom, Bizantium, Arab, Mamluk dan Turki. Menjadi perhatian Kubilai Khan cucu Genghis
Khan dari Mongol, juga diminati oleh Napoleon Bonaparte dan Adolf Hitler.
Merupakan persingahan alternatif perdagangan sutera, rempah dan lain- lain ke Mediterranian
selain dari Laut Merah.[21]
Petra
Petra adalah sebuah tempat yang mengagumkan di mana gunung-gunung yang tandus
dipahat dan dijadikan bangunan-bangunan luar biasa. Bebatuan besar digali dan diukir dengan
kerumitan tertinggi, membuat kita sangat sulit membayangkan bagaimana orang zaman dahulu
bisa membangunnya. Petra juga terkenal dengan sistem pengairannya yang canggih. Di tempat
ini ada teater yang bisa menampung 4.000 orang.
Keahlian orang Petra tersebut telah digambarkan oleh Allah dalam Al-Qur’an sebagai
berikut:
Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa)
sesudah kaum 'Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di
tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka
ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat
kerusakan[22].
...dan kamu pahat sebagian dari gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah dengan
rajin[23].
Pohon Sahabi
Pohon Sahabi yang menjadi saksi bisu pertemuan Nabi Muhammad SAW dengan
Biarawan Kristen bernama Bahira (arab: Buhaira). Telah ditemukan kembali oleh Pangeran
Ghazi bin Muhammad dan otoritas pemerintah Yordania. ketika memeriksa arsip negara di
Royal Archives.
Mereka menemukan referensi dari teks-teks kuno yang menyebutkan bahwa Pohon
Sahabi Berada di wilayah padang pasir di utara Yordania. Setelah 1400 tahun berlalu, pohon
ini ditemukan masih hidup dan tetap tumbuh kokoh di tengah ganasnya gurun Yordania.
Bersama beberapa ulama terkenal termasuk Syekh Ahmad Hassoun, Mufti Besar
Suriah, Pangeran Ghazi mengadakan pengamatan dan ternyata benar bahwa pohon tua itulah
yang disebutkan dalam catatan biarawan Bahira.[27]
Kini Pohon tersebut dilestarikan oleh pemerintah Yordania dan dipantau secara rutin
keberadaannya. Keberadaan pohon ini memang cukup unik dan dinilai tidak cocok tumbuh
dilingkungan sekitarnya. Pasalnya lingkungan sekitar pohon itu, merupakan tanah kering dan
sangat gersang, sementara pohon Sahabi menjadi satu-satunya pohon yang tumbuh subur
dengan daun yang rimbun.
Kondisi ini menentang kegersangan dan ketiadaan warna dari lingkungan di sekitar
pohon. Meskipun kekuatan matahari ditengah gurun sangat terik, namun akan terasa teduh
ketika berada di bawah pohon ini.
Tiga manuskrip kuno yang ditulis oleh Ibn Hisham[28], Ibn Sa'd al-Baghdadi[29], dan
Muhammad Ibn Jarir al-Tabari[30] menceritakan tentang kisah Bahira yang bertemu dengan
bocah kecil, calon Rasul terakhir.
Saat itu Muhammad baru berusia 9 atau 12 tahun. Ia menyertai pamannya Abu Thalib
dalam perjalanan untuk berdagang ke Sha>m (Suriah). Pada suatu hari, Biarawan Bahira
mendapat firasat, kalau ia akan bertemu dengan sang nabi terakhir. Tiba tiba ia melihat
rombongan kafilah pedagang Arab, dan melihat pemuda kecil yang memiliki ciri-ciri sesuai
yang digambarkan dalam kitabnya.
Kemudian Bahira mengundang kafilah tersebut dalam sebuah perjamuan. Semua
anggota kafilah menghadiri kecuali anak yang Ia tunggu-tunggu. Ternyata. Muhammad kecil
sedang menunggu di bawah pohon untuk menjaga unta-unta.
Bahira keluar mencarinya dan ia sangat takjub menyaksikan daun-daun pohon Sahabi
merunduk melindungi sang pemuda dari terik Matahari. Dan segumpal awan pun ikut
memayungi ke manapun ia pergi. Bahira pun meminta agar bocah kecil tersebut diajak serta
berteduh dan bersantap dalam perjamuan.
Dia pun segera meneliti dan menanyai pemuda kecil ini dan menyimpulkan bahwa Dia
adalah utusan terakhir yang dijelaskan dalam Alkitab. Bahira pun meyakinkan paman anak itu
yakni Abu Thalib untuk kembali ke Makkah, karena orang-orang Yahudi tengah mencari
Muhammad SAW kecil untuk membunuhnya.[31]
Setelah berselang 1400 tahun kemudian, pohon yang pernah meneduhi Muhammad itu
masih berdiri tegak, menjadi satu-satunya pohon yang berhasil hidup di tengah padang pasir
gersang, menjadi saksi sejarah tentang kenabian Muhammad saw.
Pohon ini secara ajaib diawetkan oleh Allah untuk waktu yang panjang. Dan kini
siapapun masih bisa menyentuh dan berlindung di bawah cabangnya yang senantiasa
rimbun[32].
Inilah pohon yang memahami cinta buat Nabinya Muhammad SAW, sebuah pohon
yang diberkahi.Sampai sekarang pohon ini masih hidup di Yordania. Sebab itu ia dijuluki “The
only living S{ah}abi” atau “satu-satunya ‘sahabat’ Nabi yang masih hidup”.[33]
[1] Teluk Aqabah adalah pelabuhan yang sangat ramai, dipadati oleh kapal-kapal yang berlabuh dan di sekitar
pantai dipenuhi oleh berbagai taman dan perhotelan. Al-Ma‘a>lim al-Jughra>fi>yah al-Wa>ridah Fi> al-Si>rah
al-Nabawi>yah, Vol. I, 30.
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Yordania.
[3] Jennifer Mars, Jordan A Glorious Country (Amman: Promo Skills, 2012), 54. Dedi Supriyadi, Sejarah
Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2008), 281.
[4] http://www.eramuslim.com (14 Rabi’ al-Akhir 1436 H/3 Pebruari 2015 M)
[5] Baca “al-Urdun” dalam al-Mawsu>‘ah al-‘Arabi>yah al-‘A<lami>yah, 21.
[6] Shari>f H{usayn bin Ali> (1856-1931) ialah Gubernur Makkah yang diangkat pada 1908 dan Raja Hijaz
antara 1916-1924. Ia memberontak terhadap kekhalafahan Turki Usmani pada Juni 1916 dikarenakan
administrasi Turki Utsmani yang semakin nasionalis karena pengaruh gerakan revolusi Turki Muda. Ibnu
Saud menyerang dan mengalahkannya pada 1924, sehingga Syarif Husain harus turun tahta Hijaz dan
memilih Siprus sebagai tempat tinggalnya sejak itu. Syarif Husayn meninggal di Amman, Yordania. Keturunan
dari Syarif Husain ini yang kemudian memegang kekuasaan di Yordania sampai sekarang dan Iraq pada masa
kerajaan. http://id.wikipedia.org/wiki/Syarif_Husain.
[7] http://ar.wikipedia.org/wiki/المسجد الحسينى
[8] Sira>j al-Di>n Ibn al-Wardi>, ‘Aja>ib al-Bulda>n min Khila>l Makht}u>t} Khari>dat al-‘Aja>ib Wa
Fari>dat al-Ghara>ib, I/ 68.
[9] Mars, Jordan A Glorious Country, 54.
[10] Kitab Kejadian, 19:23-29.
[11] QS.11 (Hu>d), 82-83.
[12] Muh}ammad Abu> Jari>r al-T{abari>, Ta>ri>kh al-Umam Wa al-Rusul Wa al-Muluk, Vol. I (Bayru>t: Da>r
al-Kutub al-‘Ilmi>yah, 1407 H), 182-183.
[13] Muh}ammad bin ‘Abd al-Mun‘im al-H{imayri>, al-Rawd} al-Mu‘at}t}a>r Fi> Khayr al-Aqt}a>r, Vol. I
(Bayru>t: Mu’assasah Na>s}ir Li al-Thaqa>fah, 1980), 308.
[14] http://artikelspkanakmuda.blogspot.com/2012/12.
[15] Ibn al-Athi>r, al-Ka>mil Fi> al-Ta>ri>kh, Vol.I (Bayru>t: Da>r al-Kutub al-‘Ilmi>yah, 1415 H), 119-120.
[16] QS. 11 (Hud), 94-95.
[17] Al-Qur’an, 18 (al-Kahfi), 9-12.
[18] Al-Qur’an, 18 (al-Kahfi), 25.
[19] http://madufm-campurdarat.blogspot.com/2009/01/foto-gua-ashhabul-kahfi.html
[20] Musa (bahasa Ibrani: מֹ שֶׁ ה, Standar Mošé Tiberias Mōšeh; bahasa Arab: موسى, Mūsā; bahasa Ge'ez:
ሙሴ Musse) (lahir di Mesir, ~1527 SM – meninggal di Gunung Nebo, dataran Moab, tepi timur Sungai Yordan,
~ 1407 SM pada umur 120 tahun) adalah seorang pemimpin dan nabi orang Israel yang menyampaikan Hukum
Taurat dan menuliskannya dalam Pentateveh/Pentateukh (Lima Kitab Taurat) dalam Alkitab Ibrani atauPerjanjian
Lama di Alkitab Kristen. Ia ditugaskan untuk membawa Bani Israil (Israel) keluar dari Mesir. Namanya
disebutkan sebanyak 873 kali dalam 803 ayat dalam 31 buku di Alkitab Terjemahan Baru dan 136 kali di dalam
Al-Quranhttps://id.wikipedia.org/wiki/Musa
[21] Mohd Nadzri bin Haji Abdul Rahman Ibrahim, “Gunumg Nebo dan Sejarah Nabi Musa” dalam http://roy-
nadzri.blogspot.com/2010/03/gunung-nebo-dan-sejarah-nabi-musa.html.
[22] Al-Qur’an, VII (al-A’raf), 74.
[23] Al-Qur’an, 26 (al-Shu’ara>), 149.
[24] Muh}ammad Sayyid T{ant}a>wi>, al-Tafsi>r al-Wasi>t}, Vol.I (t.t: t.p, t.th), 1639.
[25] Al-Quzwi>ni>, A{tha<r al-Bila>d Wa Akhba>r al-‘Iba>d, Vol. I (T.tp: t.p, t.th), 111.
[26] Syahid Muhammad, “Petra, Kota Batu Peninggalan Suku Nabatean Yang
Cerdas”, https://www.facebook.com/notes/sejarah-dunia/petra-kota-batu/ 22 Juni 2014.
[27] http://salafiaqeedah.blogspot.com/2010/12/only-living-sahabi-tree.html
[28] Ibn Hisha>m, al-Si>rah al-Nabawi>yah, Vol.II (Bayru>t: Da>r al-Ji>l, 1411 H), 6.
[29] Muh}ammad bin Sa’d, al-T{abaqa>t al-Kubra>, Vol.I (Bayru>t: Da>r S{a>dir, 1968), 121.
[30] Muh}ammad Ibn Jari>r al-T{abari>, Ta>ri>kh al-Umam Wa al-Rusul Wa al-Mulu>k, Vol. I (Bayru>t: Da>r
al-Kutub al-‘Ilmi>yah, 1407 H), 119-121.
[31] Ibn Kathi>r, al-Bida>yah Wa al-Niha>yah, Vol.II (Bayru>t: Maktabah al-Ma’a>rif, t.th), 286. Abu al-
H{asan bin Ali bin H{abi> al-Ma>wardi>, A’la>m al-Nubuwwah, Vol.I (Bayru>t: Da>r al-Kita>b al-‘Arabi>,
1987), 198.
[32] http://www.islamedia.co/2015/04/pohon-sahabi-pohon-kesaksian-rasulullah.html
[33] https://www.islampos.com/pohon-nabi-masih-tumbuh-subur-sampai-saat-ini-101722/
Mengenal Peninggalan
Sejarah di Yordania
Oleh
Tebuireng Online [Rara Zarary]
-
Februari 10, 2018
286
Sumber gambar:
http://www.infoyunik.com
Yordania menjadi tujuan wisata yang sangat menarik. Banyaknya peninggalan
sejarah di kota tersebut merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Amman biasanya dijadikan tujuan wisata selepas menunaikan ibadah haji dan
umroh.
Negara ini berbatasan dengan Arab Saudi di timur dan tenggara, Irak di timur-
laut, Suriah di utara dan tepi barat dan Israel di barat, berbagi kekuasaan atas
Laut Mati. Satu-satunya pelabuhan Yordania adalah diujung barat-daya, di
Teluk Aqaba, yang sebagiannya juga dikuasai oleh Israel, Mesir, dan Arab
Saudi. Lebih dari separuh Yordania diliputi oleh Gurun Arab. Tetapi, bagian
barat Yordania berupa hutan dan lahan layak tanam. Yordania adalah bagian
dari Bulan Sabit Subur. Ibu kota dan pusat pemerintahannya adalah Amman.
Yordania didirikan pada tahun 1921, dan diakui oleh Liga Bangsa-Bangsa
sebagai sebuah negara di bawah mandat Britania pada tahun 1922 yang
dikenal sebagai Emirat Transyordania. Pada tahun 1946, Yordan bergabung
dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai negara merdeka yang secara
resmi dikenal sebagai Kerajaan Hashimiyah Yordania.
Kota Amman sudah ada sejak zaman Neolitik sekitar 6500 SM. Amman juga
disebutkan dalam kitab Perjanjian Lama, dengan nama Rabbat-Ammon, yang
saat itu berada dalam kekuasaan suku Ammonite (sekitar 1200 SM). Saat
berada dalam kekuasaan Romawi, Amman dikenal dengan nama Philadelphia.
Hingga akhirnya kota ini dikuasai oleh Dinasti Umayyah dan dikembalikan
namanya menjadi Amman, setelah kembali jaya di masa Kerajaan Ottoman.
Majalah Tebuireng
Kini Amman menjadi kota tua yang modern dan dihuni oleh sekitar 4 juta dari
7 juta penduduk Yordania. Dipenuhi oleh reruntuhan kota kuno,
seperti Roman Theatre, kuil Romawi, dan beberapa gereja Byzantine.
Yordania juga memiliki banyak fasilitas modern layaknya ibu kota negara,
seperti museum, infrastruktur yang baik, toko-toko, restoran kelas dunia,
serta hotel bintang lima.
MASJID AL HUSAYNI
Masjid ini pernah runtuh, namun tahun 1923/1924 M dibangun kembali oleh
raja Abdullah pertama yang berkuasa waktu itu, dengan tetap
mempertahankan sentuhan arsitektur gaya Turki, yang terlihat hampir di
setiap sudut bangunan masjid. Meski telah berusia ratusan tahun, namun
masjid ini masih terpelihara baik. Setiap Jumat tiba, penduduk Amman yang
tinggal di sekitar masjid, melaksanakan sholat jamaah dengan khusyuk.
Masjid al-Husayn ini panjangnya 58,5 meter dan lebarnya 12,5 meter. Memiliki
dua menara, masing-masing tingginya 70m yang sebelah kanan dan 35m yang
sebelah kiri.
LAUT MATI
Tempat lain yang mengesankan, tak jauh dari Ibukota Amman, adalah al-bahr
al-mayyit atau laut mati. Al-bahr al-mayyit juga disebut dengan Bahirah Luth.
Laut mati ini merupakan tempat terendah dipermukaan bumi, terletak
408 meter di bawah permukaan laut. Menginjakkan kaki di tempat ini, akan
terasa sentuhan Islam melalui kisah perjuangan di masa Nabi Luth AS. Menjadi
tanda peringatan akan kekejian perilaku kaum Nabi Luth, yang memuja dewa-
dewa dan berperilaku menyimpang, saling mencintai sesama jenis.
Ketika membaca Perjanjian Lama, kitab suci umat Nasrani dan Yahudi, akan
kita ketahui bahwa hal ini dilukiskan dengan istilah yang sama sebagaimana
dalam Al Quran.Menurut Perjanjian Lama, tempat tinggal kaum berperilaku
menyimpang ini adalah kota Sodom.
Para utusan (malaikat) berkata: “Hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-
utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu,
sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di
akhir malam dan janganlah ada seorang pun di antara kamu yang tertinggal,
kecuali istrimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka
karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu
subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?” Maka tatkala datang azab Kami,
Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah, dan Kami hujani
mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi; yang
diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang
yang zalim.
Semua penduduk Kota (Sodom) dan ‘Amura/ Gomorrah (او جمورة او عمورة و سدوم
)ك مورة, termasuk istri Nabi Luth, terkubur di dasar bumi. Bekas tanah yang
dibalik Allah itulah, yang sekarang menjadi laut mati (al-bahr al-mayyit).
Itulah peninggalan Kota Sadum dan Amura, yang masih bisa dilihat sampai
sekarang. Kini, sebagian kota tersebut menjadi wilayah Palestina dan
sebagian lain menjadi wilayah Yordania.
Sekitar setengah jam berkendaraan ke arah barat laut Kota Amman, atau ke
wilayah Salt, akan dijumpai makam Nabi Shu‘ayb AS. Syu’aib (bahasa
Arab: ; ش ع يبShu’ayb,) (sekitar 1600 SM-1500 SM) adalah seorang nabi yang
diutus kepada kaum Madyan dan Aikah. Ia diangkat menjadi nabi pada tahun
1550 SM. Namanya disebutkan sebanyak 11 kali di dalam Al Quran dan ia
wafat di Madyan.
Makam ini pernah mengalami renovasi dan kini terletak di dalam sebuah area
masjid. Alkisah, Nabi Shu‘ayb AS, berdakwah kepada kaumnya di Negeri
Madyan atau sekarang wilayah selatan Palestina. Kaum Madyan adalah
penyembah berhala dan alam seperti pohon-pohon dan hutan. Penduduk
Madyan akhirnya musnah disambar petir, karena pengingkarannya terhadap
dakwah Nabi Syu’ayb, kecuali Nabi Shu‘ayb dan seluruh pengikutnya.
Ashab al-Kahfi adalah para pemuda yang diberi taufik dan ilham oleh Allah
SWT sehingga mereka beriman dan mengenal Rabb mereka. Mereka
mengingkari keyakinan yang dianut oleh masyarakat mereka yang
menyembah berhala. Mereka hidup di tengah-tengah bangsanya dan tidak
menampakkan keimanan mereka ketika berkumpul sesama mereka, sekaligus
karena khawatir akan gangguan masyarakatnya.
Mereka adalah terdiri dari tujuh pemuda dan seekor anjing yang mendapat
petunjuk dan beriman kepada Allah tertidur lelap dalam goa selama 309 tahun.
Mereka melarikan diri dari kekejaman raja Dikyanus. Selengkapnya dapat
dibaca dalam Al Quran surat al-Kahfi. Dalam Al Quran disebutkan kisah
sebagai berikut:
Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami goa dan (yang
mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan kami yang
mengherankan? (Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat
berlindung ke dalam goa, lalu mereka berdoa: “Wahai Tuhan kami, berikanlah
rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk
yang lurus dalam urusan kami (ini).” Maka kami tutup telinga mereka
beberapa tahun dalam gua itu. Kemudian kami bangunkan mereka, agar kami
mengetahui manakah di antara kedua golongan itu yang lebih tepat dalam
menghitung berapa lama mereka tinggal (dalam goa itu) . Dan mereka tinggal
dalam goa mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).
Goa ini sekarang populer dengan nama goa Ashab al-Kahfi. Lokasi goa ini
terdapat di Yordania di perkampungan Al-Rajib atau dalam Al Quran di sebut
Al-Raqim, yang berjarak 1.5km dari kota Abu A’landa dekat kota Amman-
Yordania. Info terakhir yang didapatkan bahwa Raja Abdullah ke-2 (Raja
Yordania) telah meresmikan untuk mendirikan di muka goa Ashhabul Kahfi
masjid dan ma’had yang diberi nama “Masjid Goa Ahlul Kahfi” dan Ma’had
Dakwah dan Dai.
Kota yang hilang itu baru diketahui peradaban Barat pada 1812.
Adalah petualang berkebangsaan Swiss bernama Johann Ludwig
Burckhardt yang kembali memperkenalkan kota itu. Yang mengetahui
keberadaan kota itu adalah suku Badui yang tinggal di sekitar wilayah
itu.
Keindahan dan kemegahan Kota Petra dilukiskan oleh BBC dalam
seuntai kalimat, "Ini adalah satu dari 40 tempat yang harus Anda lihat
sebelum mati." Betapa tidak, Petra merupakan kota yang unik. Kota
itu dibangun dengan cara memahat dindingdinding batu.
Seiring waktu, Kota Petra pun dihuni puluhan ribu warga hingga
akhirnya berkembang menjadi kota perdagangan karena terletak di
jalur distribusi barang antara Eropa dan Timur Tengah. Pada 106
Masehi, Romawi mencaplok Petra sehingga peran jalur
perdagangannya melemah.
masih utuh
Berkongsi ini: