You are on page 1of 68

USULAN PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS PENGARUH BIAYA KUALITAS


TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS
PADA HOTEL LE GRANDE BALI

NAMA : LUH PUTU TUSTYANTI DEWI


NIM : 1415644050

PROGRAM SARJANA TERAPAN AKUNTANSI MANAJERIAL


POLITEKNIK NEGERI BALI
BADUNG
2018
ANALISIS PENGARUH BIAYA KUALITAS
TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS
PADA HOTEL LE GRANDE BALI

Proposal Penelitian Ini


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pada Program Sarjana Terapan Akuntansi Manajerial
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bali

NAMA : LUH PUTU TUSTYANTI DEWI


NIM : 1415644050

PROGRAM SARJANA TERAPAN AKUNTANSI MANAJERIAL


POLITEKNIK NEGERI BALI
BADUNG
2018

ii
ANALISIS PENGARUH BIAYA KUALITAS
TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS
PADA HOTEL LE GRANDE BALI

DIAJUKAN OLEH:

NAMA: LUH PUTU TUSTYANTI DEWI


NIM : 1415644050

TELAH DISETUJUI OLEH :


DOSEN PEMBIMBING USULAN PROPOSAL PENELITIAN :

NAMA:
NIP :

PROGRAM SARJANA TERAPAN AKUNTANSI MANAJERIAL


POLITEKNIK NEGERI BALI
BADUNG
2018

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i

HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA TERAPAN.................................ii

HALAMAN PERSETUJUAN USULAN PROPOSAL PENELITIAN.................iii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi

DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................7

C. Tujuan Penelitian..........................................................................................7

D. Manfaat Penelitian........................................................................................8

E. Sistematika Penelitian...................................................................................9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................10

A. Landasan Teori............................................................................................10

1. Pengaruh..................................................................................................10

2. Biaya........................................................................................................10

3. Kualitas....................................................................................................13

4. Biaya Kualitas.........................................................................................18

5. Profitabilitas............................................................................................24

6. Pengaruh Biaya Kualitas pada Profitabilitas...........................................27

B. Definisi Operasional Variabel.....................................................................30

iv
1. Variabel Independen (X).........................................................................30

2. Variabel Dependen (Y)............................................................................34

C. Hasil Penelitian Sebelumnya......................................................................35

D. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian..........................................37

1. Kerangka Konseptual..............................................................................37

2. Hipotesis Penelitian.................................................................................39

BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................43

A. Jenis dan Sumber Data................................................................................43

1. Jenis Data................................................................................................43

2. Sumber Data............................................................................................44

B. Metode Pengumpulan Data.........................................................................45

1. Studi Pustaka...........................................................................................45

2. Dokumentasi............................................................................................46

3. Wawancara (Interview)............................................................................46

C. Teknik Analisis............................................................................................47

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................54

LAMPIRAN...........................................................................................................57

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hubungan Biaya Kualitas dengan Profitabilitas..............................30

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual.......................................................................38

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Peta Penelitian Terdahulu..................................................................58

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era globalisasi yang terjadi saat ini, salah satunya pada sektor

ekonomi, memaksa manajemen perusahaan untuk bersaing dan berkompetisi

dalam berbisnis, menguasai pasar, dan meraih profit yang sebesar-besarnya.

Kompetisi yang semakin ketat ini secara langsung memberikan tekanan

kepada manajemen perusahaan untuk senantiasa meningkatkan kualitas

produknya, baik itu jasa maupun barang yang ditawarkan dalam upaya

meningkatkan kepuasan pelanggan.

Menurut (Nasution, 2015: 3), pentingnya kualitas dapat dijelaskan dari

dua sudut, yaitu dari sudut manajemen operasional dan manajemen

pemasaran. Dilihat dari sudut manajemen operasional, kualitas produk

merupakan salah satu kebijakan penting dalam meningkatkan daya saing

produk yang harus memberi kepuasan kepada konsumen melebihi atau paling

tidak sama dengan kualitas produk dari pesaing. Dan jika dilihat dari sudut

manajemen pemasaran, kualitas produk merupakan salah satu unsur utama

dalam bauran pemasaran (marketing mix), yaitu produk, harga, promosi dan

saluran distribusi yang dapat meningkatkan volume penjualan dan juga

memperluas pangsa pasar perusahaan.

1
2

Untuk mencapai produk yang berkualitas baik itu barang atau jasa,

perusahaan harus selalu melakukan pengawasan dan peningkatan terhadap

kualitas produknya, sehingga akan diperoleh hasil akhir yang optimal.

Tindakan pengawasan dapat dilakukan ketika proses produksi berjalan. Hal

ini juga tidak terlepas dari proses pencegahan awal misalnya dengan memiliki

tenaga kerja yang kompeten tentunya akan meningkatkan kualitas dari produk

atau jasa sehingga kemungkinan produk yang gagal akan menurun. Dengan

menurunnya produk yang rusak tentunya akan berdampak pada berkurangnya

pengeluaran atau biaya-biaya yang harus dialokasikan untuk proses perbaikan

atau pengerjaan ulang produk tersebut dan pada akhirnya akan berdampak

pada peningkatan laba perusahaan.

Dalam melakukan tindakan perbaikan kualitas secara terus menerus

atau kontinyu dan pencegahan kegagalan proses produksi tentunya

memerlukan biaya, biaya ini sering disebut sebagai biaya kualitas. Menurut

(Nasution, 2015: 162), biaya kualitas adalah biaya yang terjadi atau mungkin

akan terjadi karena kualitas yang buruk, ini berarti biaya kualitas adalah biaya

yang berhubungan dengan penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan dan

pencegahan kerusakan. Definisi tersebut seperti yang dijelaskan oleh (Hansen

dan Mowen, 2007: 670) bahwa “costs of quality are the costs that exist

because poor quality may or does exist”. Menurut (Prawironegoro dan

Purwanti, 2008: 332), hakikat dari biaya mutu (kualitas) timbul karena

produk gagal memenuhi kepentingan, pikiran dan perasaan konsumen.


3

Biaya kualitas dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu

biaya pengendalian yang terdiri dari biaya pencegahan (prevention cost) dan

biaya penilaian (appraisal cost), serta biaya kegagalan yang terdiri dari biaya

kegagalan internal (internal failure cost) dan biaya kegagalan eksternal

(external failure cost).

Biaya kualitas yang semakin menurun merupakan salah satu indikasi

kualitas barang atau jasa yang semakin baik, yang dapat memberikan

kepuasan kepada pelanggan. Sehingga perlunya ada pengendalian yang tepat

dalam pengalokasian biaya mutu atau kualitas (quality cost) ke dalam

elemen-elemen biaya kualitas tertentu. Setiap perusahaan tentunya akan

memiliki kebutuhan serta masalah pengalokasikan biaya kualitas yang

berbeda-beda tetapi semua mempunyai tujuan yang sama yaitu produk yang

dihasilkan haruslah dapat memenuhi kebutuhan serta harapan dari konsumen

dan juga untuk mendapatkan profitabilitas yang tinggi dan semakin

meningkat setiap tahunnya.

Terkait dengan aspek profitabilitas, profitabilitas perusahaan telah

menjadi salah satu perhatian bagi para investor karena profitabilitas

perusahaan dapat mencerminkan baik atau buruknya kinerja suatu

perusahaan. Dari penilaian dan analisis atas rasio profitabilitas tersebut akan

membantu para investor dalam memutuskan untuk mendanai suatu badan

usaha atau perusahaan, keputusan tersebut tentunya disertai dengan harapan

besar bahwa perusahaan tersebut mampu untuk menghasilkan profitabilitas

yang tinggi sehingga dapat memberikan pengembalian atas dana yang telah
4

diinvestasikan. Dengan adanya harapan yang besar dari para investor

tentunnya akan membuat manajemen selaku agen dari prinsipal (investor)

akan bekerja keras dalam menjalankan roda bisnis perusahaan.

Menurut penelitian yang pernah dilakukan Sandag, dkk. (2014) yang

menganalisis pengaruh biaya kualitas dalam meningkatkan profitabilitas

perusahaan pada CV. Ake Abadi Manado dengan menggunakan Earning

Before Tax and Interest diperoleh hasil bahwa dengan mengalokasikan biaya

kualitas lebih banyak pada aktivitas pengendalian yaitu pencegahan dan

penilaian maka berdampak pada menurunnya biaya kegagalan dalam kata lain

produk akan sesuai dengan spesifikasi yang dijadikan sebagai acuan kualitas

produk dan secara umum akan meningkatkan nilai EBIT.

Penelitian tersebut juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Winarno (2015) pada CV. Meranti Manunggal Furniture dengan

menggunakan variabel yang sama bahwa biaya kualitas secara simultan

positif mempengaruhi keuntungan peusahaan (Earning Before Interest and

Tax/EBIT) tetapi secara parsial hanya elemen biaya kegagalan eksternal yang

mempunyai pengaruh negatif terhadap EBIT Perusahaan. Hal ini berbeda

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maidin, dkk. (2011) yang

menemukan bahwa biaya kegagalan internal yang tidak mempunyai pengaruh

signifikan terhadap profitabilitas perusahaan sedangkan biaya kegagalan

ekternal mempunyai pengaruh negatif terhadap profitabilitas perusahaan pada

salah satu rumah sakit di Makassar (sama dengan Winarno, 2015).


5

Penelitian lain juga dilakukan oleh Anwar (2014) bahwa biaya

kualitas memang berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan khususnya

pada PT Semen Tonasa dengan menjelaskan bahwa pengaruh dari biaya

kegagalan, baik itu kegagalan internal atau eksternal tidak mempunyai

pengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan yang diukur dengan

Return on Invesment (ROI). Ini menandakan bahwa pengalokasian biaya

kualitas difokuskan pada biaya pencegahan. Tetapi hasil penelitian dari

Lestari dan Hakim (2014) mengambarkan bahwa elemen biaya pencegahan

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas perusahaan pada

PT Mitra Sejati Mulia Industri.

Kemudian hasil penelitian dari Tresnawati, dkk. (2017) yang berjudul

The Effect of Efficiency and Quality Cost on Profitability juga mengambarkan

bahwa biaya kualitas yang diukur dengan nilai biaya perawatan dan biaya

perbaikan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI mempunyai

pengaruh yang positif terhadap Net Profit perusahaan. Hasil ini juga sejalan

dengan penelitian terdahulu dari Swartari dan Habibie (2015) yang

mengambil lokasi penelitian pada PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk bahwa

biaya kualitas berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Selanjutnya

hasil yang ditemukan oleh Kurniawan (2014) yang ingin menghubungkan

variabel yang sama dengan alat analisis regresi linier sederhana menemukan

bahwa biaya kualitas berpengaruh negatif terhadap profitabilitas perusahaan

(secara total) sehingga semakin kecil biaya kualitas akan semakin besar

profitabilitas perusahaan.
6

Penelitian terkait dengan biaya kualitas telah dilakukan oleh banyak

peneliti dari waktu ke waktu pada perusahaan yang berbeda-beda pula dan

tentunya hasil yang diperoleh sangatlah beragam sehingga dari

ketidakkonsistenan hasil yang ditemukan oleh penelitian yang pernah

dilakukan sebelumnya, hal tersebut menjadi latar belakang untuk melakukan

penelitian serupa atau replikatif dengan menilai dan menganalisa kembali

setiap elemen-elemen biaya kualitas yang diindikasikan dapat mempengaruhi

kinerja keuangan suatu perusahaan yang berbeda dari penelitian terdahulu dan

belum pernah diteliti sebelumnya yaitu pada Hotel Le Grande Bali.

Hotel Le Grande Bali merupakan hotel yang didirikan pada tahun

2006 dan berada dibawah naungan PT. Graha Albros. Hotel yang beralamat di

Pecatu Indah Resort Blok 5 Jl. Raya Uluwatu ini, menyediakan 3 (tiga) tipe

kamar yaitu Deluxe Room, One Bedroom Suite, dan Two Bedroom Suite.

Seperti perusahaan pada umumnya, hotel ini tentu mempunyai tujuan untuk

mencari keuntungan keuangan sebesar-besarnya sehingga perusahaan ini

sangat memperhatikan pelayanan serta produk yang dihasilkan agar sesuai

dengan spesifikasi yang telah ditetapkan perusahaan yang berfokus pada

kualitas, kuantitas, harga dan waktu sehingga mampu untuk ikut serta dalam

persaingan bisnis perhotelan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dalam penelitian ini akan

dibahas mengenai “Analisis Pengaruh Biaya Kualitas terhadap Tingkat

Profitabilitas” dengan mengambil studi kasus pada Hotel Le Grande Bali.


7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka penulis

merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah biaya pencegahan berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas pada

Hotel Le Grande Bali?

2. Apakah biaya penilaian berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas pada

Hotel Le Grande Bali?

3. Apakah biaya kegagalan internal berpengaruh terhadap tingkat

profitabilitas pada Hotel Le Grande Bali?

4. Apakah biaya kegagalan eksternal berpengaruh terhadap tingkat

profitabilitas pada Hotel Le Grande Bali?

5. Apakah elemen-elemen biaya kualitas secara simultan berpengaruh

terhadap tingkat profitabilitas pada Hotel Le Grande Bali?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penulisan penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah biaya pencegahan berpengaruh terhadap tingkat

profitabilitas pada Hotel Le Grande Bali

2. Untuk mengetahui apakah biaya penilaian berpengaruh terhadap tingkat

profitabilitas pada Hotel Le Grande Bali

3. Untuk mengetahui apakah biaya kegagalan internal berpengaruh terhadap

tingkat profitabilitas pada Hotel Le Grande Bali


8

4. Untuk mengetahui apakah biaya kegagalan eksternal berpengaruh terhadap

tingkat profitabilitas pada Hotel Le Grande Bali

5. Untuk mengetahui apakah elemen-elemen biaya kualitas secara simultan

berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas pada Hotel Le Grande Bali

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Hotel Le Grande Bali

Dengan hadirnya penelitian ini diharapkan akan dapat dijadikan bahan

pertimbangan bagi manajemen dalam menentukan kebijakan perusahaan,

khususnya dalam penerapan biaya kualitas sehingga tujuan perusahaan

untuk mendapatkan profit yang sebesar-besarnya dapat tercapai.

2. Bagi Politeknik Negeri Bali

Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan tambahan

referensi bacaan sebagai pedoman atau bahan pertimbangan oleh pihak

lain dalam membahas hal yang sejenis.

3. Bagi Mahasiswa

Melalui penelitian ini akan memberikan wawasan yang lebih luas dalam

bidang Akuntansi Biaya terutama mengenai biaya kualitas (quality cost)

dan dalam rangka penerapan teori–teori yang diberikan selama di bangku

kuliah.
9

E. Sistematika Penelitian

Untuk memberikan gambaran tentang penelitian yang dilakukan,

usulan proposal penelitian ini ditulis dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tentang landasan teori, definisi operasional

variabel penelitian, hasil penelitian sebelumnya, dan kerangka

konseptual, serta hipotesis penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang jenis data, prosedur pengumpulan

data, prosedur penentuan sampel, dan teknik analisis.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengaruh

Menurut (Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, 2008:

1150), “pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang

atau benda) yang ikut membentuk watak kepercayaan dan perbuatan

seseorang”.

2. Biaya

a. Pengertian Biaya

Menurut (Raiborn dan Kinney, 2011: 34), “biaya (cost) adalah

pengukuran moneter dari sumber daya yang dibelanjakan untuk

mendapatkan sebuah tujuan seperti membuat barang atau mengantarkan

jasa”.

Menurut (Hansen dan Mowen, 2013: 35), “biaya adalah kas atau

ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang dan jasa

yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa datang bagi

organisasi”.

Berdasarkan 2 (dua) pendapat ahli diatas, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa biaya (cost) adalah pengorbanan sumber ekonomi

guna memperoleh barang dan jasa dalam usaha untuk mendapatkan

10
11

keuntungan baik pada saat ini maupun di masa yang akan datang serta

dapat diukur dengan satuan moneter (uang)

b. Penggolongan Biaya

Untuk jenis biaya sendiri dapat digolongkan atau dikelompokan

berdasarkan ukuran atau pertimbangan tertentu, seperti :

1) Klasifikasi biaya berdasarkan hubungannya dengan suatu yang

dibiayai, antara lain : (Garrison, dkk., 2013: 46)

a) Biaya Langsung (direct costs) adalah biaya yang secara tepat dan

ekonomis mudah dilacak ke objek biaya yang bersangkutan

b) Biaya tidak langsung (indirect costs) adalah biaya yang tidak

dapat secara ekonomis dilacak ke objek biaya yang bersangkutan

melainkan harus dialokasikan ke objek biaya.

2) Klasifikasi biaya sebagai biaya produk atau dan biaya periodik,

antara lain : (Garisson, dkk., 2013: 28)

a) Biaya produk, untuk akuntansi keuangan, biaya produk termasuk

semua biaya yang terkait dengan permerolehan atau pembuatan

suatu produk. Seperti biaya produksi yang mencakup bahan

langsung, tenanga kerja, dan overhead pabrik

b) Biaya periodik adalah semua biaya yang tidak termasuk dalam

biaya produk. Biaya ini adalah biaya yang ada pada laporan laba

rugi dalam periode di mana biaya tersebut terjadi dengan

menggunakan peraturan akuntansi akrual.


12

3) Klasifikasi biaya berdasarkan perilaku biaya, antara lain : (Garisson,

dkk., 2013: 30-35)

a) Biaya variabel adalah biaya yang berubah secara proposional

dengan perubahan aktivitas.

b) Biaya tetap adalah biaya yang selalu tetap secara keseluruhan

tanpa terpengaruh oleh tingkat aktivitas.

c) Biaya semi semivariabel merupakan biaya yang mengantung

unsur biaya tetap dan variabel pada masing pada kapasitas

tertentu.

4) Klasifikasi biaya berdasrkan fungsi pokoknya diklasifikasikan pada

3 fungsi pokok utama organisasi, antara lain : (Pasaribu, 2013: 4)

a) Biaya Produksi, biaya ini adalah pengeluaran-pengeluaran terkait

dengan produksi dari memperoleh dan mengelola bahan baku

sampai menjadi produk jadi dan siap dijual. Biaya ini meliputi

biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.

b) Biaya Pemasaran, merupakan biaya yang terjadi untuk

melaksanakan kegiatan pemasaran produksi.

c) Biaya Administrasi dan Umum, merupakan biaya untuk

mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran atau biaya

yang dikeluarkan untuk menunjang kegaitan operasional

perusahaan.
13

Sedangkan (Garrison, dkk., 2013: 26-27) menyederhanakan menjadi

biaya produksi dan non-produksi dimana biaya non-produksi

mencakup biaya penjualan dan administrasi.

5) Klasifikasi biaya menurut jangka waktu manfaatnya, biaya dibagi

menjadi dua yaitu sebagai berikut : (Pasaribu, 2013: 5)

a) Pengeluaran modal (capital expenditure), merupakan pengeluaran

(biaya) yang diharapkan mempunyai manfaat lebih dari satu

periode akuntansi. Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya

dibebankan sebagai harga pokok aset dan dibebankan dalam

tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara depresiasi,

amortisasi atau deplesi.

b) Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure), merupakan biaya

yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi

terjadinya pengeluran tersebut. pada saat terjadinya, pengeluaran

pendapatan ini akan dianggap sebagai beban dan dipertemukan

dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran jenis ini.

3. Kualitas

a. Pengertian Kualitas

Menurut (Prawironegoro dan Purwanti, 2008: 321), “kualitas

atau mutu secara singkat diartikan sebagai kepuasan pelanggan”.

Kepuasan artinya kebutuhan perasaan terpenuhi dalam mengkonsumsi

barang atau jasa. Oleh karena itu kepuasan berarti bertumpu pada

pemenuhan kebutuhan barang atau jasa secara materiil. Barang atau jasa
14

dapat dikatakan bermutu jika sesuai dengan kepentingan, pemikiran,

dan perasaan konsumen.

Sedangkan secara spesifik menurut (Loverlock dan Wright,

2011: 96), kualitas jasa didefinisikan sebagai suatu evaluasi kognitif

jangka panjang pelanggan terhadap penyerahan jasa suatu perusahaan

atau untuk lebih sederhananya kualitas jasa adalah sejauh mana jasa

yang diberikan memenuhi atau melampaui harapan pelanggan.

b. Dimensi Kualitas

Menurut (Nasution, 2015: 3-4), dimensi kualitas atau atribut

kualitas dapat meliputi beberapa hal antara lain :

1) Performa (performance), berkaitan dengan aspek fungsional dari

produk dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan

pelanggan ketika ingin membeli suatu produk. Misalnya untuk

produk jasa penerbangan adalah ketepatan waktu, kenyaman, ramah

tamah.

2) Keistimewaan (features), berkaitan dengan pilihan-pilihan dan

pengembangan dari produknya.

3) Keandalan (reliability), berkaitan dengan kemungkinan suatu produk

berfungsi secara berhasil dalam periode waktu tertentu di bawah

kondisi tertentu atau dengan lain berkaitan dengan merefleksikan

kemungkinan tingkat keberhasilan dalam penggunaan suatu produk.


15

4) Konfirmasi (conformance), berkaitan dengan tingkat kesesuaian

produk terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya

berdasarkan keinginan pelanggan.

5) Daya tahan (durability), merupakan ukuran masa pakai suatu

produk.

6) Kemampuan pelayanan (service ability), merupakan karakteristik

yang berkaitan dengan kecepatan, kesopanan, kompetensi,

kemudahan, serta akurasi dalam perbaikan.

7) Estetika (aesthetics), merupakan karakteristik mengenai keindahan

yang bersifat subjektif sehingga berkaitan dengan pertimbangan

pribadi dan refleksi dari preferensi atau pilihan individual. Estetika

dari suatu produk (cenderung) berkaitan dengan perasaan pribadi dan

mencakup karakteristik tertentu.

8) Kualitas yang dipersepsikan (percived quality), bersifat subjektif,

berkaitan dengan perasaan pelanggan dalam mengkonsumsi produk,

seperti meningkatkan harga diri (dapat berkaitan dengan reputasi

atau brand name-image).

Sedangkan menurut (Pasaribu, 2013: 5-6) yang dikutip dari

(Hansen dan Mowen, 2013: 269), produk atau jasa yang berkualitas

adalah yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan dalam delapan

dimensi berikut :

1) Kinerja (performance), merupakan tingkat konsistensi dan kebaikan

fungsi-fungsi produk.
16

2) Estetika (aesthetics), Berhubungan dengan penampilan produk serta

jasa.

3) Kemudahan perawaratan dan perbaikan (serviceability),

berhubungan dengan tingkat kemudahan merawat dan memperbaiki

produk.

4) Fitur (features), merupakan karakteristik produk yang berbeda secara

fungsional dari produk-produk sejenis.

5) Keandalan (reliability), merupakan probabilitas produk atau jasa

menjalankan fungsi yang dimaksudkan dalam jangka waktu tertentu.

6) Tahan lama (durability), meruapakan umur manfaat dari fungsi

produk.

7) Kualitas kesesuaian (quality of conformance), merupakan ukuran

mengenai apakah sebuah produk atau jasa telah memenuhi

spesifikasinya.

8) Kecocokan pelanggan (fitnes for use), merupakan kecocokan dari

sebuah produk menjalankan fungsi-fungsi sebagaimana yang

iklankan.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas

Menurut (Besterfield, 2009: 180), faktor-faktor mendasar yang

mempengaruhi kualitas produk atau jasa, antara lain sebagai berikut :


17

1) Man (tenaga kerja)

Faktor tenaga kerja sangat berperan penting dalam menentukan

kualitas produk dari tahap perencanaan sampai produk tersebut

sampai ke tangan konsumen.

2) Materials (bahan baku)

Kualitas bahan baku akan sangat mempengaruhi kualitas dari suatu

barang dan jasa. Jadi dalam usaha menghasilkan barang atau jasa

yang berkualitas maka bahan baku yang tersedia haruslah berkualitas

juga.

3) Method (metode kerja)

Metode kerja yang digunakan suatu organisasi akan sangat

mempengaruhi kualitas dan hasil produksi barang ataa jasa. Metode

kerja haruslah baik dari perencanaan sampai dengan pelaksanaannya.

4) Machine (mesin)

Pengendalian, penggunaan, dan perawatan mesin haruslah dilakukan

dengan baik agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar

schingga mencapai hasil yang diharapkan.

5) Environment (lingkungan)

Lingkungan produksi haruslah dapat mendukung jalannya proses

produksi, sehingga proses produksi dapat berjalan dengan lancar dan

menghasilkan produk yang sesuai dengan harapan.


18

4. Biaya Kualitas

a. Pengertian Biaya Kualitas

Menurut (Nasution, 2015: 162), biaya kualitas didefinisikan

sebagai biaya yang terjadi atau mungkin akan terjadi karena kualitas

yang buruk. Ini berarti kualitas adalah biaya yang berhubungan dengan

penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan dan pencegahan kerusakan.

Hansen dan Mowen (2015: 272) menyatakan bahwa aktivitas yang

berhubungan dengan kualitas adalah aktivitas yang dilakukan karena

mungkin ada atau telah ada produk yang jelek atau buruk kualitasnya.

Biaya dari pengerjaan aktivitas tersebut disebut sebagai biaya kualitas.

Sehingga biaya kualitas adalah biaya yang timbul karena mungkin ada

atau telah ada produk yang jelek atau buruk atau yang tidak sesuai

dengan spesifikasi atau satuan ukur kualitas yang telah ditetapkan

sebelumnya.

b. Elemen-Elemen Biaya Kualitas

Hansen dan Mowen (2013: 272) menjelaskan biaya kualitas

yang dikeluarkan dapat dikelompokan ke dalam dua aktivitas, yaitu

aktivitas yang berhubungan dengan aktivitas pengendalian (control

activities) dan aktivitas kegagalan (failure activities). Aktivitas

pengendalian adalah suatu tindakan dari perusahaan atau entitas atau

organisasi untuk mencegah atau mendeteksi adanya kualitas yang

rendah (karena mungkin adanya kualitas yang rendah). Biaya yang


19

dikeluaran terkait dengan aktivitas ini disebut sebagai biaya pencegahan

atau pengendalian (control activities).

Sedangkan aktivitas kegagalan (failure activities) adalah ativitas

atau tindakan dari perusahaan atau organisasi untuk merespon adanya

rendahnya kualitas dari jasa atau barang yang dihasilkan. Biaya yang

dikeluarkan perusahaan terkait dengan aktivitas ini disebut sebagai

biaya kegagalan.

Menurut (Hansen dan Mowen, 2013: 272), secara spesifik biaya

kualitas dikelompokan menjadi 4 (empat) kategori atau elemen, yaitu :

1) Biaya Pencegahan terjadi untuk mencegah kualitas yang


buruk pada produk atau jasa yang dihasilkan. Sejalan dengan
peningkatan biaya pencegahan, kita mengharapkan biaya
kegagalannya turun.
2) Biaya penilaian terjadi untuk menentukan apakah produk dan
jasa telah sesuai dengan persyaratan atau kebutuhan
pelanggan.
3) Biaya kegagalan internal terjadi karena produk dan jasa yang
dihasilkan tidak sesuai dengan spesifikasi atau kebutuhan
pelanggan. Ketidaksesuaian ini dideteksi sebelum dikirim ke
pihak luar.
4) Biaya kegagalan eksternal terjadi karena produk dan jasa
yang dihasilkan gagal memenuhi persyaratan atau tidak
memuaskan kebutuhan pelanggan setelah produk
disampaikan kepada pelanggan.
Nasution (2015: 162-164) juga membagi biaya kualitas menjadi

4 (empat) ketegori atau elemen biaya kualitas, yaitu biaya pencegahan,

biaya penilaian/deteksi, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan

eksternal.
20

1) Biaya Pencegahan (Prevention Cost)

Biaya ini merupakan biaya yang terjadi untuk mencegah

kerusakan produk yang dihasilkan. Biaya ini meliputi biaya yang

berhubungan dengan perancangan, pelaksanaan, serta pemeliharaan

sistem kualitas.

2) Biaya Deteksi atau Penilaian (Appraisal Cost)

Biaya deteksi (penilaian) adalah biaya yang terjadi untuk

menentukan apakah produk dan jasa sesuai dengan persyaratan-

persyaratan kualitas. Tujuan deteksi ini adalah untuk menghindari

terjadinya kesalahan dan kerusakan sepanjang proses perusahaan,

seperti mencegah pengiriman barang yang tidak sesuai dengan

persyaratan kepada pelanggan.

3) Biaya Kegagalan Internal (Internal Failure Cost)

Biaya ini adalah biaya yang terjadi karena dan ketidaksesuaian

dengan persyaratan dan terdeteksi sebelum barang atau jasa tersebut

dikirimkan ke pihak luar (pelanggan). Pengukuran biaya kegagalan

ini biasanya dilakukan dengan menghitung kerusakan produk

sebelum meninggalkan perusahaan.

4) Biaya Kegagalan Eksternal (External Failure Cost)

Biaya ini terjadi karena produk atau jasa gagal memenuhi

persyaratan-persyaratan yang diketahui setelah produk tersebut

dikirimkan kepada para pelanggan.


21

Pengklasifikasian secara spesifik atas pengeluaran biaya terkait

dengan biaya kualitas dalam masing-masing elemen di atas berbeda-

beda setiap perusahaan karena pengelompokan biaya kualitas

cenderung disesuaikan dengan kebutuhan dari perusahaan atau

organisasi dan faktor subjektif dari pembuat informasi atas biaya

kualitas. Tetapi tentunya semua pengelompokan biaya berpatokan pada

konsep aktivitas pengendalian dan aktivitas kegagalan.

Untuk aspek pengukuran biaya kualitas, Hansen dan Mowen

(2013:273) membagi biaya kualitas dapat dibagi kedalam dua

kelompok yaitu biaya kualitas yang dapat diamati (observable quality

costs) dan biaya kualitas yang tersembunyi (Hidden quality cost).

1) Biaya kualitas yang dapat diamati (observable quality costs)

Biaya yang dapat diamati ini adalah biaya-biaya yang tersedia

atau dapat diperoleh dari catatan-catatan akuntansi perusahaan,

misalnya biaya perencanaan kualitas, biaya pemeriksaan, atau biaya

pengerjaan ulang (elemen biaya pencegahan, biaya penilaian dan

biaya kegagalan internal).

2) Biaya kualitas yang tersembunyi (hidden quality costs)

Biaya kualitas yang tersembunyi adalah biaya kesempatan

(opportunity costs) yang terjadi karena kualitas produk yang rendah

atau buruk dan biaya kesempatannya sering kali tidak dinyatakan

dalam catatan akuntansi perusahaan. Biaya kesempatan (opportunity


22

costs) seperti kerugian/biaya terkait kehilangan penjualan atau

pangsa pasar, atau biaya terkait dengan ketidakpuasan pelanggan.

c. Distribusi Optimal Biaya Kualitas

1) Pandangan Tradisional

Hansen dan Mowen (2015:277) menyatakan bahwa dalam

pandangan tradisional mengasumsikan bahwa terdapat trade-off

antara elemen biaya pengendalian dan biaya kegagalan. Ketika

elemen biaya pengendalian meningkat, elemen biaya produk gagal

harus turun.

Selama penurunan elemen biaya kegagalan lebih besar

daripada kenaikan biaya pengendalian, perusahaan harus terus

meningkatkan usahanya untuk mencegah atau mendeteksi produk

yang tidak sesuai dengan spesifikasi kualitas produk. Sehingga pada

akhirnya akan dicapai suatu titik dimana setiap kenaikan tambahan

biaya dalam usaha tersebut menimbulkan biaya yang lebih besar dari

pengurangan elemen biaya kegagalan. Titik tersebut mengambarkan

tingkat minimun total biaya kualitas, dan merupakan nilai saldo

optimal antara elemen biaya pengendalian dan elemen biaya

kegagalan. Titik ini disebut sebagai tingkat kualitas yang dapat

diterima (acceptable quality level-AQL).


23

2) Zero-Defect View or Total Quality Approach atau Pandangan

Kontemporer

Hansen dan Mowen (2013:279) memaparkan juga bahwa

dalam pandangan kontemporer, sudut pandang AQL (tingkat kualitas

yang dapat diterima) atau sebuah produk dikatakan cacat jika

karakteristik kualitasnya berada diluar batas toleransi tidak berlaku

lagi. Pandangan kontemporer menggunakan pendekatkan model

cacat nol (zero defect). Model ini menyatakan bahwa dengan

mengurangi unit cacat hingga nol maka akan diperoleh keunggulan

dalam segi biaya.

Perusahaan yang menghasilkan semakin sedikit produk cacat

akan lebih kompetitif daripada perusahaan yang menggunakan

model AQL. Model zero defect kemudian disempurnakan lagi

dengan model mutu kaku (robust quality model) yang berasumsi

bahwa kerugian terjadi karena diproduksinya produk yang

menyimpang dari nilai target, dan semakin jauh penyimpangannya

semakin besar kerugian yang dapat dialami.

d. Perilaku Biaya Kualitas

Kualitas dapat diukur berdasarkan biaya. Perusahaan

menginginkan agar biaya kualitas turun, namun dapat mencapai kualitas

yang lebih tinggi, setidak-tidaknya sampai dengan titik tertentu.

Memang, jika standar kerusakan nol dapat dicapai, perusahaan masih

harus menanggung biaya pencegahan dan penilaian.


24

Menurut Gaspersz (2008:98), perusahaan mengukur dan

menganalisis biaya kualitas sebagai indikator keberhasilan program

perbaikan kualitas, yang dapat dihubungkan dengan ukuran-ukuran

biaya lain yaitu :

1) Biaya kualitas dibandingkan dengan nilai penjualan, semakin rendah

nilai ini menunjukkan program perbaikan kualitas semakin sukses.

2) Biaya kualitas dibandingkan dengan keuntungan, semakin rendah

nilai ini menunjukkan program perbaikan kualitas semakin sukses.

3) Biaya kualitas dibandingkan dengan harga pokok penjualan (cost of

goods sold), diukur berdasarkan persentase biaya kualitas total

terhadap nilai harga pokok penjualan, dimana semakin rendahnya

nilai ini menunjukkan semakin suksesnya program perbaikan

kualitas.

5. Profitabilitas

Menurut Santoso Imam (2008:509), profitabilitas adalah kemampuan

perusahaan untuk menciptakan laba dalam satu periode tertentu dan

melihat sejauh mana efektivitas pengelolaan perusahaan secara

keseluruhan

Sedangkan Gitman (2015:65) berpendapat bahwa “Profitability ratio

enable the analysis to evaluate the firm profits with respect to a given level

of sales, a certain level of assets, or the owner investment”. Artinya rasio

profitabilitas meruapakan salah satu analisis yang mengukur atau menilai


25

akan keuntungan suatu perusahaan dengan melihat tingkat pendapatan dari

penjualan, aset, dan juga investasi.

Menurut Gitman (2015:67), rasio profitabilitas dapat dikelompokkan

sebagai berikut:

a. Gross Profit Margin

Rasio ini mengukur berapa besar persentase pendapatan bersih yang

diperoleh dari setiap penjualan. Semakin tinggi hasil gross profit

margin, maka akan semakin baik. Gross Profit Margin dihitung dengan

rumus sebagai berikut :

b. Operating Profit Margin

Rasio ini mengukur berapa besar persentase laba dari penjualan

sebelum bunga dan pajak. Semakin tinggi hasil operating profit margin

akan semakin baik. Operating Profit Margin dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

c. Net Profit Margin

Rasio ini mengukur berapa besar persentase dari penjualan setelah

bunga dan pajak (penjualan bersih). Semakin tinggi hasil dari net profit

margin akan semakin baik. Net Profit Margin dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :


26

d. Earning Per Share (EPS)

Rasio ini mengukur tingkat profitabilitas atau keuntungan dari tiap

satuan lembar saham. EPS dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :

e. Return on Asset (ROA)

Rasio ini mengukur efektivitas keseluruhan kinerja manajemen dalam

mengelola aset perusahaan. Semakin tinggi hasil ROA akan semakin

baik. Return on Asset dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut :

f. Return on Equity (ROE)

Rasio ini mengukur tingkat pengembalian dari modal sendiri atau

investasi para pemegang saham biasa. ROE dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

g. Return on Investment (ROI)

Rasio ini mengukur tingkat kemampuan perusahaan dengan

keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aset yang digunakan untuk


27

operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. ROI dihitung

dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

6. Pengaruh Biaya Kualitas pada Profitabilitas

Kualitas merupakan hal dasar yang menyakut suatu produk, baik

produk barang atau jasa. Sejauh mana produk sesuai dengan kebutuhan

pemakainya ditunjukkan dengan kualitas yang dimiliki. Masalah kualitas

akan timbul ketika produk tidak dapat memberikan fungsinya secara tepat

dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Peningkatan kualitas

dapat mengarah pada keunggulan pasar yang dapat meningkatkan

profitabilitas dan memberikan kesejahteraan jangka panjang.

Perusahaan yang memilih untuk bersaing melalui harga yang

rendah bukan berarti memilih untuk memproduksi dengan kualitas yang

rendah. Harga yang rendah tetap harus memenuhi harapan pelanggan.

Sementara itu kualitas suatu produk dapat diukur secara finansial maupun

non finansial. Kuantifikasi kualitas kedalam satuan uang yang

memuncukan adanya istilah biaya kualitas. Sebagaimana yang telah

dipaparkan sebelumnya bahwa biaya kualitas adalah biaya yang timbul

karena mungkin atau telah terdapat produk yang buruk kualitasnya,

selanjutnya di jalaskan pula dalam kegiatan ini berimplikasi pada biaya

kualitas yang berhubungan dengan dua sub kategori yang tekait dengan
28

kualitas yaitu kegiatan pengendalian dan kegiatan karena kegagalan

(Hansen dan Mowen, 2013:272).

Penggolongan kualitas kedalam empat kategori yaitu biaya

penilaian, biaya pencegahan, biaya kegagalan internal, dan biaya

kegagalan eksternal adalah sebagai perangkat bagi manajemen atau pihak

lain untuk mempermudah melakukan analisis terhadap elemen-elemen

biaya kualitas baik itu dari segi sifat maupun hubungan antar masing-

masing elemen dalam biaya tersebut. Empat penggolongan biaya diatas

kemudian dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu biaya

pengendalian yang terdiri dari biaya penilaian dan biaya pencegahan serta

biaya kegagalan yang terdiri dari biaya kegagalan internal dan biaya

kegagalan eksternal. Semakin besar investasi perusahaan pada aktivitas

pengendalian maka semakin kecil biaya kegagalan yang akan terjadi.

Meningkatnya biaya pencegahan yang dilakukan oleh perusahaan

akan menyebabkan biaya penilaian juga meningkat. Hal itu disebabkan

kerena kedua biaya yang dikeluarkan tersebut merupakan sutu kesatuan

biaya pengendalian yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas. Upaya

peningkatan kualitas yang dilakukan tersebut akan menyebabkan

berkurangkan jumlah produk cacat yang yang dihasilkan. Dengan

pengurangan jumlah produk cacat inilah yang akan berakibat pada

penghematan biaya untuk perbaikan kembali terhadap produkproduk yang

cacat dan akan mengakibatkan berkurangnya jumlah pengeluaran untuk


29

biaya kegagalan baik internal maupun eksternal yang ada dalam

perusahaan.

Berkurangnya biaya kegagalan inilah yang menjadi salah satu

indikasi bahwa produk berkualitas yang dihasilkan perusahaan mengalami

peningkatan. Produk yang berkualitas merupakan produk yang memiliki

nilai (value) yang tinggi yang berdampak pada kepuasan pelanggan akan

produk tersebut. Kepuasan pelanggan memungkinkan perusahaan untuk

mendapatkan pangsa pasar yang lebih luas. Dengan pangsa pasar yang

lebih luas maka hal tersebut dapat meningkatkan pendapatan. Pendapatan

yang lebih tinggi dengan biaya yang lebih rendah mendorong profitabilitas

yang dilihat dari peningkatan laba (profit) perusahaan.

Untuk memperjelas dari pemaparan hubungan antara biaya kualitas

dan profitabilitas diatas, maka akan digambarkan bagan hubungan biaya

kualitas dan profitabilitas sebagai berikut:


30

GAMBAR 2.1

HUBUNGAN BIAYA KUALITAS DAN PROFITABILITAS

B. Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini ada 2 macam variabel penelitian yaitu variabel

independen (X) dan variabel dependen (Y).

1. Variabel Independen (X)

Menurut (Prof. Dr. Sugiyono, 2014: 96), variabel independen

sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam

bahasa Indonesia sering disebut dengan variabel bebas. Variabel bebas

merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab


31

perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel bebas

dalam penelitian ini adalah biaya kualitas yang terdiri dari:

a. Biaya Pencegahan (X1)

Biaya ini merupakan biaya yang terjadi untuk mencegah

kerusakan produk yang dihasilkan. Biaya ini meliputi biaya yang

berhubungan dengan perancangan, pelaksanaan, serta pemeliharaan

sistem kualitas. Variabel biaya pencegahan pada penelitian ini diukur

dengan indikator biaya pelatihan karyawan, biaya perawatan mesin dan

peralatan, dan biaya room amenities.

Penulis mengidentifikasikan biaya-biaya tersebut sebagai

indikator variabel biaya pencegahan karena dengan melakukan

pelatihan karyawan, perawatan mesin dan peralatan hotel secara rutin,

serta selalu menjaga kelengkapan ketersediaan room amunities

merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan pihak hotel untuk

mencegah terjadinya kerusakan atau kecacatan pada kualitas jasa yang

ditawarkan hotel kepada para tamu. Hal tersebut sesuai dengan

pengertian dari biaya pencegahan itu sendiri.

b. Biaya Penilaian (X2)

Biaya deteksi (penilaian) adalah biaya yang terjadi untuk

menentukan apakah produk dan jasa sesuai dengan persyaratan-

persyaratan kualitas. Tujuan deteksi ini adalah untuk menghindari

terjadinya kesalahan dan kerusakan sepanjang proses perusahaan.


32

Variabel biaya penilaian pada penelitian ini dapat diukur dengan

indikator biaya pemeriksaan fasilitas hotel.

Penulis mengidentifikasikan biaya pemeriksaan fasilitas hotel

sebagai indikator variabel biaya penilaian karena dengan melakukan

pemeriksaan kondisi fasilitas hotel secara rutin seperti mesin, bangunan,

peralatan, dan lain-lain akan memberikan gambaran apakah kegiatan

pencegahan yang selama ini telah dilakukan sudah berjalan secara

efektif. Dengan melakukan pemeriksaan secara rutin juga akan menjaga

kualitas pelayanan agar tetap seperti apa yang diinginkan dan

ditentukan oleh pihak hotel. Hal tersebut sesuai dengan pengertian dari

biaya penilaian itu sendiri.

c. Biaya Kegagalan Internal (X3)

Biaya kegagalan internal adalah biaya yang terjadi karena dan

ketidaksesuaian dengan persyaratan dan terdeteksi sebelum barang atau

jasa tersebut dikirimkan ke pihak luar (pelanggan). Variabel biaya

penilaian pada penelitian ini dapat diukur dengan indikator biaya

pengerjaan ulang mesin atau bangunan, biaya pemeriksaan dan

pengujian ulang mesin dan peralatan, dan biaya pengunduran diri

karyawan.

Penulis mengidentifikasikan biaya-biaya tersebut sebagai

indikator variabel biaya kegagalan internal karena kegiatan pengerjaan

ulang mesin atau bangunan, pemeriksaan atau pengujian ulang mesin

dan peralatan, dan juga pengunduran/pemberhentian tenaga kerja


33

merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak hotel karena terjadi

ketidaksesuaian kondisi mesin, bangunan, ataupun peralatan, serta

ketidaksesuaian kemampuan karyawan dengan yang diharapkan oleh

pihak hotel. Kegiatan-kegiatan ini harus dilakukan demi menjaga

kualitas pelayanan kepada tamu tetap sesuai dengan yang diharapkan.

Hal tersebut sesuai dengan pengertian dari biaya kegagalan internal itu

sendiri.

d. Biaya Kegagalan Eksternal (X4)

Biaya kegagalan eksternal adalah biaya yang terjadi karena

produk atau jasa gagal memenuhi persyaratan-persyaratan yang

diketahui setelah produk tersebut dikirimkan kepada para pelanggan.

Variabel biaya penilaian pada penelitian ini dapat diukur dengan

indikator biaya garansi atas ketidakpuasan tamu, biaya perbaikan atas

kerusakan fasilitas hotel, dan biaya untuk mengatasi keluhan pelanggan.

Penulis mengidentifikasin biaya-biaya tersebut sebagai indikator

variabel biaya kegagalan eksternal karena ketidakpuasan tamu atau

keluhan tamu merupakan suatu tindakan yang akan dilakukan tamu jika

mendapatkan pelayanan yang tidak sesuai dengan apa yang mereka

inginkan seperti keadaan mesin AC yang rusak atau keterlambatan

ketersediaan kamar. Oleh karena itu biaya untuk menanggulanginya

tergolong sebagai biaya kegagalan eksternal karena terjadi setelah tamu

mendapatkan pelayanan atau jasa. Hal tersebut sesuai dengan

pengertian dari biaya kegagalan eksternal itu sendiri.


34

2. Variabel Dependen (Y)

Menurut (Prof. Dr. Sugiyono, 2014: 97), variabel dependen sering

disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa

Indonesia sering disebut dengan variabel terikat. Variabel terikat

merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena

adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah salah

satu rasio profitabilitas yaitu Operating Profit Margin. Operating Profit

Margin merupakan rasio untuk mengukur berapa besar persentase dari

penjualan sebelum bunga dan pajak. Penulis memilih menggunakan

operating profit margin karena didalam rumus rasio ini terkandung elemen

Earning Before Interest and Tax (EBIT).

Menurut Jumingan (2011: 161) persentase dari perhitungan rasio

laba bersih atas penjualan menunjukan bagaimana penjualan neto yang

masih ada setelah dikurangkan dengan harga pokok penjualan dan biaya-

biaya usaha sehingga jauh lebih bagus dalam pengambilan keputusan pada

suatu pusat laba ataupun perusahaan dibandingkan dengan Gross Profit

Margin yang hanya mempertimbangkan HPP dan biaya langsung.

Selain itu, Gitman (2015:64) juga mengatakan bahwa Operating

Profit Margin menunjukkan profit sesungguhnya dari setiap penjualan

karena rasio ini hanya mengukur profit yang diperoleh dari kegiatan

operasi dan mengabaikan bunga, pajak, dan dividen saham preferen.


35

C. Hasil Penelitian Sebelumnya

Menurut penelitian yang pernah dilakukan Sandag, dkk. (2014) yang

menganalisis pengaruh biaya kualitas dalam meningkatkan profitabilitas

perusahaan pada CV. Ake Abadi Manado dengan menggunakan Earning

Before Tax and Interest diperoleh hasil bahwa dengan mengalokasikan biaya

kualitas lebih banyak pada aktivitas pengendalian yaitu pencegahan dan

penilaian maka berdampak pada menurunnya biaya kegagalan dalam kata

lain produk akan sesuai dengan spesifikasi yang dijadikan sebagai acuan

kualitas produk dan secara umum akan meningkatkan nilai EBIT.

Penelitian tersebut juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Winarno (2015) pada CV. Meranti Manunggal Furniture dengan

menggunakan variabel yang sama bahwa biaya kualitas secara simultan

positif mempengaruhi keuntungan peusahaan (EBIT) tetapi secara parsial

hanya elemen biaya kegagalan eksternal yang mempunyai pengaruh negative

terhadap EBIT Perusahaan, penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh

Susanto (2015) yang menggunakan parameter profitabilitas yang sama dan

menyimpulkan bawah secara simultan biaya kualitas berpengaruh terhadap

profitabilitas perusahaan namun secara parsial hanya biaya kegagalan

eksternal yang berpengaruh signifikan. Hal ini sama dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Maidin, dkk (2011) yang menemukan bahwa biaya

kegagalan internal yang tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap

profitabilitas perusahaan sedangkan biaya kegagalan ekternal mempunyai


36

pengaruh negatif terhadap profitabilitas perusahaan pada salah satu rumah

sakit di Makassar (sama dengan Winarno, 2015).

Penelitian lain juga dilakukan oleh Anwar (2014) bahwa biaya

kualitas memang mempengaruhi profitabilitas perusahaan khususnya pada PT

Semen Tonasa dengan menjelaskan bahwa pengaruh dari biaya kegagalan,

baik itu kegagalan internal atau eksternal tidak mempunyai pengaruh

signifikan terhadap profitabilitas perusahaan yang diukur dengan Return on

Invesment (ROI) dan melalui analisis regresi berganda bernilai negatif. Ini

menandakan bahwa pengalokasian biaya kualitas difokuskan pada biaya

pencegahan. Tetapi hasil penilitian dari Lestari dan Hakim (2014)

menggambarkan bahwa elemen biaya pencegahan tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap profitabilitas perusahaan pada PT Mitra Sejati Mulia

Industri.

Kemudian hasil penelitian dari Tresnawati, dkk (2017) yang berjudul

The Effect of Efficiency and Quality Cost on Profitability juga mengambarkan

bahwa biaya kualitas yang diukur dengan nilai biaya perawatan dan biaya

perbaikan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI mempunyai

pengaruh yang positif terhadap Net Profit perusahaan. hasil ini juga sejalan

dengan penelitian terdahulu dari Swartari dan Habibie (2015) yang

mengambil lokasi penelitian pada PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk bahwa

biaya kualitas berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Selanjutnya

hasil yang ditemukan oleh Kurniawan (2014) yang ingin menghubungkan

variabel yang sama dengan alat analisis regresi linier sederhana menemukan
37

bahwa biaya kualitas berpengaruh negatif terhadap profitabilitas perusahaan

(secara total) sehingga semakin kecil biaya kualitas akan semakin besar

profitabilitas perusahaan.

Rangkuman dari semua penelitian terdahulu mengenai variabel-

variabel yang diteliti, alat analisis serta hasil penelitian dapat dilihat pada

tabel yang terlampir (Lampiran 1. Peta Penelitian Terdahulu).

D. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian

1. Kerangka Konseptual

Kualitas merupakan hal krusial yang menyangkut suatu produk

baik itu berupa barang ata jasa. Kualitas merupakan salah satu fokus

strategi yang dapat dijalankan oleh suatu perusahaan yang berada pada

lingkungan persaingan bisnis. Sejauh mana produk yang dihasilkan dapat

memenuhi derajat atau tingkat harapan pelanggan masalah kualitas tidak

ada timbul, tetapi jika perusahaan tidak dapat memenuhi ekspetasi dari

pelanggan akan produk yang dikonsumsi (dalam hal ini dinyatakan dalam

bentuk kualitas) maka masalah kualitas akan mucul.

Dengan melakukan pengendalian terhadap elemen-elemen biaya

kualitas dalam perusahaan seperti pengalokasian pengeluaran yang tepat

untuk elemen biaya tertentu atau dengan menjaga tingkat maksimun

pengeluaran pada elemen biaya kualitas tertentu atau secara agregat

(keseluruhan) biaya kualitas maka akan meningkatkan kualitas dari proses

produksi dan pada kualitas produk yang dihasilkan itu sendiri sehingga
38

tingkat produk cacat akan berkurang yang menyebabkan penurunan pada

biaya produksi (pengerjaan ulang) dan diharapkan dengan produk yang

berkualitas maka penjualan akan meningkat dan tentunya akan

berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan.

Menurut Nasution (2015: 12) Biaya kualitas yang semakin

menurun merupakan salah satu indikasi kualitas barang atau jasa semakin

baik, yang artinya dapat memberi kepuasan kepada pelanggan. Jadi

perusahaan yang mampu mengendalikan besarnya biaya kegagalan atau

semakin menurunnya biaya kegagalan dari waktu ke waktu menandakan

perusahaan tersebut berkinerja dengan baik.

Dari penjelasan diatas maka kerangka konseptual yang dirumuskan

adalah sebagai berikut :

GAMBAR 2.2

KERANGKA KONSEPTUAL
39

2. Hipotesis Penelitian

Penerapan biaya kualitas di suatu perusahaan dapat menyebabkan

peningkatan laba perusahaan yang menyebabkan peningkatan profitabilitas

perusahaan yang juga ikut meningkat. unsur biaya kualitas terdiri dari

biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya

kegagalan ekternal.

a. Pengaruh Biaya Pencegahan terhadap Profitabilitas Perusahaan

Garrison (2013:83) mengatakan bahwa cara yang paling efektif untuk

meminimumkan biaya kualitas tetapi juga tetap mempertahankan

kualitas yang tinggi adalah dengan menghindari masalah yang berkaitan

dengan kualitas sedini mungkin dengan menggunakan biaya

pencegahan yang berkaitan dengan aktivitas untuk mengurangi produk

cacat. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Sandag Nefriani Ester

(2014:133) yang mengatakan bahwa biaya pencegahan dan penilaian

yang terus diperhatikan karena kedua biaya ini dapat dikendalikan

perusahaan dan sangat mempengaruhi produk yang nantinya akan

dihasilkan dan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sandag

Nefriani Ester mengatakan bahwa biaya pencegahan memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap tingkat profitabilitas perusahaan. Oleh karena

itu, hipotesis selanjutnya yang diajukan terkait dengan pengaruh dari

biaya pencegahan terhadap profitabilitas perusahaan adalah :

H1 : Biaya pencegahan berpengaruh terhadap profitabilitas

perusahaan
40

b. Pengaruh Biaya Penilaian terhadap Profitabilitas Perusahaan

Menurut penelitian oleh Susanto Budi (2015:104) mengatakan bahwa

biaya kegagalan dapat dikurangi ketika adanya pengalokasian dana

yang lebih pada aktifitas pengendalian dan dari hasil penelitian

mengemukakan bahwa biaya pengendalian yang terdiri dari biaya

pencegahan dan penilaian memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

profitabilitas perusahaan. Oleh karena itu, hipotesis selanjutnya yang

diajukan terkait dengan pengaruh dari biaya penilaian terhadap

profitabilitas perusahaan adalah :

H2 : Biaya penilaian berpengaruh terhadap profitabilitas

perusahaan

c. Pengaruh Biaya Kegagalan Internal terhadap Profitabilitas

Perusahaan

Menurut Bertalia (2013:9) mengatakan bahwa hubungan antara biaya

kegagalan yang terdiri dari biaya kegagalan internal dan biaya

kegagalan eksternal dari data yang dikemukakan mengatakan bahwa

biaya kegagalan internal memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

tingkat penjualan. Pendapatan yang lebih tinggi dengan biaya yang

lebih rendah mendorong profitabilitas yang dilihat dari peningkatan

laba (profit) perusahaan. Oleh karena itu, hipotesis selanjutnya yang

diajukan terkait dengan pengaruh dari biaya kegagalan internal terhadap

profitabilitas perusahaan adalah :


41

H3 : Biaya kegagalan internal berpengaruh terhadap profitabilitas

perusahaan

d. Pengaruh Biaya Kegagalan Eksternal terhadap Profitabilitas

Perusahaan

Bertalia juga mengatakan hubungan antara biaya kegagalan eksternal

juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penjualan yang

menandakan bahwa produk yang dibuat telah sesuai dengan standar

yang ditetapkan. Dengan meningkatnya kualitas pada suatu produk

yang dihasilkan maka perusahaan akan memiliki keunggulan kompetitif

dan menikmati tingkat profitabilitas yang tinggi. Oleh karena itu,

hipotesis selanjutnya yang diajukan terkait dengan pengaruh dari biaya

kegagalan eksternal terhadap profitabilitas perusahaan adalah :

H4 : Biaya kegagalan eksternal berpengaruh terhadap profitabilitas

perusahaan

e. Pengaruh Elemen-elemen Biaya Kualitas terhadap Profitabilitas

Perusahaan

Maidin (2011:7) dalam penelitian yang berjudul “Analisis Biaya

Kualitas Terhadap Profitabilitas Unit Perawatan VIP Rumah Sakit Stella

Maris Makassar” menyatakan bahwa biaya kualitas yang terdiri dari

biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal dan

kegagalan eksternal, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

profitabilitas unit perawatan VIP rumah sakit Stella Maris Makassar.

Oleh karena itu, hipotesis selanjutnya yang diajukan terkait dengan


42

pengaruh dari elemen-elemen biaya kualitas terhadap profitabilitas

perusahaan adalah :

H5 : Elemen-elemen Biaya Kualitas berpengaruh terhadap

profitabilitas perusahaan
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

a. Data Kuantitatif

Menurut (V. Wiratna Sujarweni, 2015:89), “Data Kuantitatif

adalah data yang berbentuk angka.” Menurut (Prof. Dr. Sugiyono, 2014:

28), “Data Kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data

kualitatif yang diangkakan (scoring).”

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat ditarik

kesimpulan bahwa data kuantitaif adalah data yang berbentuk angka

dari sumbernya atau data kualitatif yang diangkakan. Data kuantitatif

yang digunakan dalam penelitian ini adalah data mengenai biaya

kualitas Hotel Le Grande Bali tahun 2015-2017 dan juga Laporan Laba

Rugi Hotel Le Grande Bali tahun 2015-2017.

b. Data Kualitatif

Menurut (V. Wiratna Sujarweni, 2015:89), “Data Kualitatif

adalah data bukan angka namun diangkakan.” Menurut (Prof. Dr.

Sugiyono, 2014: 28), “Data Kualitatif adalah data yang berbentuk kata,

kalimat, gerak tubuh, ekspresi wajah, bagan, gambar, dan foto.”

43
44

Berdasarkan pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa

data kualitatif adalah data yang tidak berupa angka tetapi berbentuk

kata, kalimat, gerak tubuh, ekspresi wajah, bagan, gambar, dan foto.

Data kualitatif dapat menjadi data kuantitatif bila diangkakan. Data

kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah gambaran umum

Hotel Le Grande Bali, sejarah Hotel Le Grande Bali, dan struktur

organisasi, serta pembagian tugas dari jabatan-jabatan yang ada di Hotel

Le Grande Bali.

2. Sumber Data

a. Data Primer

Menurut (V. Wiratna Sujarweni, 2015:89), “Data Primer adalah

data yang diperoleh dari responden melalui kuisioner, kelompok fokus,

dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan nara sumber.

Data yang diperoleh dari data primer ini harus diolah lagi.” Menurut

(Prof. Dr. Sugiyono, 2014:223), “Data Primer adalah data yang

langsung diberikan oleh narasumber kepada pengumpul data.”

Berdasarkan pengertian para ahli tersebut, dapat disimpulkan

bahwa data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden

melalui kuisioner ataupun wawancara dengan peneliti dimana data yang

diperoleh harus diolah kembali. Data primer yang digunakan dalam

penelitian ini adalah hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti

terhadap pihak-pihak terkait seperti bagian akuntansi/keuangan hotel


45

dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan informasi secara lebih

lengkap.

b. Data Sekunder

Menurut (V. Wiratna Sujarweni, 2015:89), “Data Sekunder

adalah data yang didapat dari catatan, buku, dan majalah berupa laporan

keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, artikel, buku-buku

sebagai teori, majalah, dan lain sebagainya. Data yang diperoleh dari

data sekunder ini tidak perlu diolah lagi.” Menurut (Prof. Dr. Sugiyono,

2014:223), “Data Sekunder adalah data yang tidak langsung diberikan

oleh narasumber kepada pengumpul data.”

Berdasarkan pengertian para ahli tersebut, dapat disimpulkan

bahwa data sekunder adalah data yang tidak langsung didapatkan dari

narasumber namun berasal dari catatan, buku, dan majalah. Data

sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang

bersumber dari buku-buku pedoman, literatur yang disusun oleh para

ahli yang berhubungan dengan masalah yang sedang dianalisis.

B. Metode Pengumpulan Data

1. Studi Pustaka

Menurut (V. Wiratna Sujarweni, 2015:94), “Studi Pustaka

dilakukan dengan mempelajari dan mengambil data dari literatur terkait

dan sumber-sumber lain yang dianggap dapat memberikan informasi

mengenai penelitian ini.” Melalui teknik studi pustaka ini, peneliti


46

memperoleh informasi mengenai data-data yang data yang bersumber dari

buku-buku pedoman, jurnal, literatur yang disusun oleh para ahli yang

berhubungan dengan masalah yang sedang dianalisis.

2. Dokumentasi

Menurut (Prof. Dr. Sugiyono, 2014:396), “Dokumen merupakan

catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan,

gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.” Melalui teknik

dokumentasi ini, peneliti memperoleh informasi mengenai data mengenai

biaya kualitas Hotel Le Grande Bali tahun 2015-2017, Laporan Laba Rugi

Hotel Le Grande Bali tahun 2015-2017, gambaran umum hotel, sejarah

hotel, dan struktur organisasi.

3. Wawancara (Interview)

Menurut (V. Wiratna Sujarweni, 2015:94), “Wawancara adalah

salah satu instrumen yang digunakan untuk menggali data secara lisan.”

Menurut (Prof. Dr. Sugiyono, 2014:224), “Wawancara digunakan sebagai

teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi

pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga

apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih

mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.”

Pada penelitian ini menggunakan teknik wawancara yang

digunakan adalah wawancara tidak terstruktur. Menurut (Prof. Dr.

Sugiyono, 2014:228), “Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara

yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang


47

telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.”

Melalui teknik wawancara ini, peneliti memperoleh informasi yang lebih

lengkap terkait dengan gambaran umum hotel, struktur organisasi, dan

sejarah hotel.

C. Teknik Analisis

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistik

deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut (Prof. Dr. Sugiyono,

2014:238), “Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data

yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat

kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi”.

Menurut (Subana dan Sudrajat, 2011:25), “Pendekatan kuantitatif

dipakai untuk menguji suatu teori, untuk menyajikan suatu fakta atau

mendeskripsikan statistik, untuk menunjukkan hubungan antar variabel, dan

adapula yang bersifat mengembangkan konsep, mengembangkan pemahaman

atau mendeskripsikan banyak hal.”

Teknik analisis data metode statistik ini dihitung dengan

menggunakan SPSS (Statistikal Package for the Social Sciens). Adapun

teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:
48

1. Menghitung Operating Profit Margin

Berdasarkan data laba rugi yang diperoleh dari pihak hotel,

maka sebelum melakukan pengujian statistik dilakukan perhitungan

operating profit margin. Operating Profit Margin adalah rasio yang

digunakan untuk mengukur berapa besar persentase laba dari penjualan

sebelum bunga dan pajak. Rasio ini dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :

2. Melakukan Pengujian Statistik

a. Uji Normalitas Data

Menurut (W. Sujarweni, 2015: 120), uji normalitas merupakan

uji yang dilakukan untuk mengukur apakah data kita memiliki distribusi

normal sehingga dapat dipakai dalam statistik parametrik, jika data

tidak berdistribusi normal dapat dipakai statistik non parametrik. Uji

normalitas yaitu melakukan perbandingan antara data yang dimiliki

dengan data berdistribusi normal yang memiliki mean dan standar

devisiasi yang sama dengan data yang dimiliki.

Beberapa alat bantu yang sering digunakan dalam melakukan uji

validasi normalitas adalah metode P-P Plot, metode Lilliefors atau

dengan metode One Sample Kolmogorov-Smirnov. Dalam pengujian

akan digunakan metode One-Sample Kolmogorov-Smirnov, dimana

untuk menentukan normalitas dari data hanya cukup membaca pada

nilai signifikasi (Asymp Sig 2-tailed). Menurut (Priyatno, 2017:51), jika


49

signifikasi kurang dari 0,05, maka kesimpulannya data tidak terdistibusi

normal. tetapi jika nilai signifikasi lebih dari 0,05 maka hal tersebut

menandakan bahwa data terdistribusi dengan normal.

b. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik terdiri dari 3 (tiga) jenis pengujian yakni uji

multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.

1) Uji Multikoliniearitas

Menurut (Priyatno, 2017: 120), multikolinearitas adalah

keadaan di mana ada hubungan linier secara sempurna atau

mendekati sempurna antara variabel independen dalam model

regresi. Model regresi yang baik adalah yang terbebas dari masalah

multikolinearitas. Konsekuensi adanya multikolinearitas adalah

koefisien korelasi tidak tertentu dan kesalahan menjadi sangat besar /

tidak terhingga.

Variabel yang menyebabkan multiikolinearitas dapat dilihat

dari nilai tolerance yang lebih kecil dari 0,1 atau VIF yang lebih

besar dari nilai 10. Dari ooutput regresi didapatkan nilai tolerance

lebih dari 0,1 dan VIF kurang dari10, sehingga tidak terjadi

multikolinearitas.

2) Uji Heteroskedastisitas

Menurut (Priyatno, 2017: 126), heteroskedastisitas adalah

varian residual yang tidak sama pada semua pengamatan di dalam


50

model regresi. Regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

heteroskedastisitas. Pengambilan keputusannya yaitu :

a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk

suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar

kemudian menyembit), maka terjadi heteroskedastisitas.

b) Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas

dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas.

3) Uji Autokorelasi

Menurut (Priyatno, 2017: 123), autokorelasi adalah hubungan

yang terjadi antara residual dari pengamatan satu dengan

pengamatan yang lain. Model regresi yang baik seharusnya tidak

terjadi autokorelasi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya

autokolerasi, maka nilai DW akan dibandingkan dengan DW tabel.

Kriterianya adalah :

a) Jika DW < dl atau DW > 4-dL berarti terdapat autokorelasi.

b) Jika DW terletak antara dU dan 4-dU berarti tidak ada

autokorelasi.

c) Jika DW terletak antara dL dan dU atau diantara 4-dU dan 4-dL,

maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.

c. Uji Korelasi

Menurut (Sujarweni dan Endrayanto, 2012:59), uji korelasi

digunakan untuk menguji dua variabel untuk mencari variabel tersebut


51

berhubungan atau tidak. Sedangkan menurut (Priyatno, 2017: 137),

analisis korelasi sederhana atau korelasi brivarite digunakan untuk

mengentahui hubungan antara dua variabel. Dalam perhitungan korelasi

akan didapat koefisien korelasi yang menunjukan keeratan hubungan

antara dua variabel tersebut. Nilai koefisien korelasi berkisar antara -1

sampai 0 atau 0 sampai 1. Jika nilai koefisiensi korelasinya semakin

mendekati 1 atau -1, maka hubungan antara dua variabelnya akan

semakin erat.

d. Uji Regresi

Menurut (Sujarweni dan Endrayanto, 2012: 88), regresi

bertujuan untuk menguji pegaruh antara variabel satu dengan variabel

lain. Variabel yang dipengaruhi disebut variabel dependen, sedangkan

variabel yang mempengaruhi disebut sebagai variabel independen. Uji

regresi linier digunakan untuk meramalkan suatu variabel (variabel

dependen) berdasarkan satu atau beberapa variabel lain (variabel

independen) dalam suatu bersamaaan.

Uji regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

regresi linier berganda. Menurut (Prof. Dr. Sugiyono, 2014:277),

“Analisis regresi linier berganda bermaksud meramalkan bagaimana

keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau

lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik

turunkan nilainya). Jadi analisis regresi berganda akan dilakukan bila

jumlah variabel independennya minimal 2”.


52

Model persamaan regresi linier berganda untuk elemen-elemen

biaya kualitas dan profitabilitas perusahaan sebagai berikut :

Dimana :

Ƴ : Profitabilitas Perusahaan

α : Nilai Konstan

b₁ : Koefisien Regresi dari Variabel Biaya Pencegahan

b₂ : Koefisien Regresi dari Variabel Biaya Penilaian

b₃ : Koefisien Regresi dari Variabel Biaya Kegagalan Internal

b₄ : Koefisien Regresi dari Variabel Biaya Kegagalan Eksternal

X₁ : Biaya Pencegahan

X₂ : Biaya Penilaian

X₃ : Biaya Kegagalan Internal

X₄ : Biaya Kegagalan Eksternal

Ԑ : Faktor Error

1) Uji Koefisien Regresi Parsial (Uji t atau Uji Z)

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah secara parsial

(sebagian) masing-masing variabel independen berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel dependen. Kriteria Pengujian :

a) Jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel, maka Ho diterima

b) Jika –t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak.

Jika pengujian dilakukan berdasarkan signifikansi, maka kriteria

signifikansi pengujian adalah :


53

a) Jika signifikansi > 0,05, maka Ho diterima.

b) Jika signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak.

Perbedaan Uji t dan Uji Z terletak pada jumlah sampel, uji t

dapat digunakan untuk sampel sampai dengan 30 buah sedangka uji

Z digunakan untuk pada total sampel lebih dari 30 buah (Sujarweni

dan Endrayanto, 2012: 108).

2) Uji Koefisien Regresi Simultan (Uji F)

Menurut (Priyatno, 2017: 180), Uji F digunakan untuk

mengetahui pengaruh secara bersama-sama antara variabel

independen terhadap variabel dependen. Kriteria pegujian yaitu :

a) Jika F hitung ≤ F tabel, maka Ho diterima.

b) Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak.

Jika pengujian berdasarkan signifikasi maka kriteria pengujian yaitu:

a) Jika signifikansi > 0,05, maka Ho diterima.

b) Jika signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak.


54

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, M. 2014. Analisis Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Profitabilitas Pada


PT Semen Tonasa. Makassar: Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Hasanuddin. Brigham, E. F., and Houston, J. F. 1998

Bertalia, 2013. Analisis Pengaruh Biaya Kegagalan Internal, Biaya Kegagalan


Eksternal, Dan Beban Promosi Terhadap Kinerja Penjualan Pada
Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2007-2011.Sripsi :Jakarta barat. Universitas Bina
Nusantara.

Besterfield, Dale H. 2009. Quality Control. 8th edition. New Jersey : Pearson
Prentice Hall.

Garrison , R.H., E.W. Noreen, and Brewer P.C. 2013. Akuntansi Manajerial 1
Edisi 14. Jakarta : Salemba Empat

Gaspersz, Vincent. 2008. Total Quality Management. Jakarta : PT. Gramedia


Pustaka Umum

Gitman, Lawrence J. 2015. Principles of Management Finance (12th Edition).


Boston : Pearson Education Inc.

Hansen, D. R dan M. M. Mowen. 2013.Akuntansi Manajerial. Jakarta : Salemba


Empat

Jumingan. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Kurniawan, W. 2014. Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Profitabilitas


Perusahaan (Studi Kasus Pada Dealer Aceh Motor Boyolali). Naskah
Publikasi. Surakarta : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Surakarta.

Lestari, R. M. E., dan Hakim, M. M. 2014. Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap


Tingkat Penjualan Pada PT Mitra Sejati Mulia Industri. Jurnal Ilmiah
Manajemen & Akuntansi Fakultas Ekonomi (JIMAFE), 2: 34-41.

Loverlock, C.H. dan L.K. Wright. 2011. Manajemen Pemasaran Jasa


(Terjemahan). Jakarta : Indeks
55

Maidin, A., Sudirman, I., dan Immanuel, Y. 2011. Analisis Biaya Kualitas
Terhadap Profitabilitas Unit Perawatan VIP Rumah Sakit Stella Maris
Makassar (Naskah Publikasi). Makassar: Program Pasca Sarjana
Universitas Hasanuddin.

Nasution, M. N. 2015. Manajemen Mutu Terpadu Edisi Ketiga. Bogor : Gralia


Indonesia

Pasaribu, Rowland Bismark Fernando. 2013. Pengukuran dan Pengendalian


Biaya Mutu dan Produktivitas. Jakarta : Universitas Gunadarma

Prawironegoro dan Purwanti. 2008. Akuntansi Manajemen. Jakarta : Mitra


Wacana Media

Priyatno, Duwi. 2017. Belajar Cepat Olah Data Statistik dengan SPSS.
Yogyakarta : Andi

Raiborn , Cecily A. & Michael R. Kinney. 2011. Akuntansi Biaya Dasar dan
Perkembangan (Cost Accounting, Foundations and Evolutions). Jakarta :
Salemba Empat

Sandag. N. E., Tinagon, J., dan Walandauw, S. K. 2014. Analisis Biaya Kualitas
Dalam Meningkatkan Profitabilitas Perusahaan pada CV. Ake Abadi
Manado. Jurnal EMBA, 2(2) : 1327-1337.

Santoso, Imam. 2008. Akuntansi Keuangan Menengah. Jakarta : Refika Aditma

Subana, M. dan Sudrajat. 2011. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung :


Pustaka Setia

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Manajemen. Bandung : Alfabeta

Sujarweni, V.W. dan P. Endrayanto. 2012. Statistika untuk Penelitian.


Yogyakarta : Graha Ilmu

Sujarweni, Wiratna. 2015. Metodelogi Penelitian Bisnis & Ekonomi. Yogyakarta :


PUSTAKA BARU PRESS

Sunarno, Slamet Heri. 2015. Analisis Pengaruh Biaya Kualitas terhadap Tingkat
Keuntungan (Studi Kasus pada CV Meranti Manunggal Furniture).
Jakarta. Moneter Vol. II No. 1 April 2015
56

Susanto, B. 2015. Pengaruh Biaya Kualitas terhadap tingkat profitabilitas


Perusahaan. Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama.

Swantari, A., dan Habibie, F. H. 2015. Analisis Biaya Kualitas Terhadap


Profitabilitas (Kasus PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk). Jurnal Ilmiah
Pariwisata-STP Trisakti, 20(3).

Tim Penyusun Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa


Indonesia Edisi Keempat. Jakarta : Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional

Tresnawati, R., Octavia, E., dan Herwati, S. D. 2017. The Effect of Efficiency and
Quality Cost on Profitability. Rev.Integr. bus. Econ. Res., 6(1): 296-304.
57

LAMPIRAN
58

Lampiran 1

PETA PENELITIAN TERDAHULU

Judul, Peneliti, Variabel Metode


No Hasil Penelitian
dan Tahun X Y Penelitian
1. Analisis Biaya Biaya Kualitas Tingkat Metode Biaya kualitas
Kualitas dalam Profitabilitas Analisis sangat
Meningkatkan Deskriptif mempengaruhi
Profitabilitas segala jenis biaya
Perusahaan pada yang ada termasuk
CV Ake Abadi pada profitabilitas
Manado perusahaan.

Sandag, dkk
(2014)
2. Analisis Pengaruh Biaya Earning Regresi Biaya Kualitas
Biaya Kualitas Pencegahan Before Berganda mempengaruhi
terhadap Tingkat Interest & EBIT secara
Keuntungan Biaya Tax (EBIT) signifikan. Tetapi,
(Studi Kasus pada Penilaian secara parsial,
CV Meranti hanya biaya
Manunggal Biaya kegagalan eksternal
Furniture) Kegagalan yang tidak
Internal berpengaruh
Slamet Heri signifikan terhadap
Sunarno (2015) Biaya tingkat keuntungan
Kegagalan (EBIT) perusahaan
Eksternal
3. Analisis Biaya Biaya Tingkat Analisis Biaya kualitas
Kualitas Terhadap Pencegahan Profitabilitas Regresi memiliki
Profitabilitas Unit Linier hubungan terhadap
Perawatan VIP Biaya Sederhana profitabilitas.
Rumah Sakit Penilaian Secara parsial biaya
Stella pencegahan dan
Maris Makassar Biaya penilaian memiliki
Kegagalan hubungan positif
Maidin, A.,dkk. Internal signifikan, biaya
(2011) kegagalan internal
Biaya bernilai positif
59

Kegagalan tetapi
Eksternal tidak signifikan,
sedangkan biaya
kegagalan eksternal
memiliki pengaruh
negatif signifikan.
4. Analisis Pengaruh Biaya Profitabilitas Analisis Secara simultan
Biaya Kualitas Pencegahan Perusahaan Regresi semua elemen
terhadap (Return on Berganda biaya kualitas
Profitabilitas PT Biaya Investement mempunyai
Semen Tonasa. Penilaian / ROI) pengaruh terhadap
ROI perusahaan.
Anwar, M. (2014) Biaya Secara parsial biaya
Kegagalan pencegahan dan
Internal biaya penilaian
berpengaruh
Biaya signifikan positif
Kegagalan sedangkan biaya
Eksternal kegagalan (internal
dan eksternal) tidak
berpengaruh
terhadap
profitabilitas.
5. Pengaruh Biaya Biaya Tingkat Analisis Semua elemen
Kualitas Terhadap Pencegahan penjualan regresi biaya kualitas
Tingkat Penjualan perusahaan berganda berpengaruh
pada PT Mitra Biaya terhadap tingkat
Sejati Mulia Penilaian penjualan.
Industri Sedangkan secara
Biaya parsial biaya
Lestari, R. M. E. Kegagalan penilaian, biaya
Dan Hakim, M. Internal kegagalan internal
M. (2014) dan kegagalan
Biaya eksternal
Kegagalan berpengaruh
Eksternal signifikan, tetapi
biaya pencegahan
tidak berpengaruh
terhadap
tingkat penjualan
perusahaan.
6. Analisis Biaya Biaya kualitas Profitabilitas Analisis PT Jaya Ancol telah
Kualitas Terhadap (yang dinilai perusahaan Deskriptif menerapkan
Profitabilitas PT dari total biaya manajemen biaya
60

Jaya Ancol Tbk. atau beban Regresi kualitas dan secara


operasional Sederhana umum total biaya
Swantari, A. dan keseluruhan kualitas
Habibie, F. (2015) perusahaan) berpengaruh
terhadap
profitabilitas
perusahaan.
7. Pengaruh Biaya Biaya Profitabilitas Analisis Biaya kualitas
Kualitas Terhadap Kualitas Perusahaan regresi berpengaruh
Profitabilitas linier negative signifikan
Perusahaan sederhana terhadap
(Dealer Aceh profitabilitas
Motor) Dealer Aceh Motor
Boyolali.
Kurniawan, W.
(2014)
8. Pengaruh Biaya Biaya Profitabilitas Regresi Secara simultan
Kualitas Terhadap Pencegahan (EBIT) berganda biaya kualitas
Tingkat berpengaruh
Profitabilitas Biaya terhadap EBIT,
Perusahaan Penilaian tetapi secara parsial
hanya
Susanto, B. Biaya biaya kegagalan
(2015) Kegagalan eksternal yang
Internal berpengaruh
signifikan
Biaya terhadap EBIT
Kegagalan pada PT Pindad
Eksternal (Persero)
Bandung
9. Analisis Pengaruh Biaya Tingkat Analisis Biaya Kegagalan
Biaya Kegagalan Kegagalan Penjualan Regresi Internal, Biaya
Internal, Biaya Internal Berganda Kegagalan
Kegagalan Eksternal, dan
Eksternal, Dan Biaya Beban Promosi
Beban Promosi Kegagalan berpengaruh
Terhadap Kinerja Eksternal signifikan terhadap
Penjualan Pada tingkat penjualan.
Perusahaan Beban
Makanan Dan Promosi
Minuman Yang
Terdaftar Di
Bursa Efek
Indonesia Tahun
61

2007-2011

Bertalia (2013)
10. The Effect of Biaya Profitabilitas Analisis Secara simultan
Efficiency and Kualitas perusahaan regresi kedua elemen biaya
Quality Cost on (yang diukur (Net Profit) linier kualitas
Profitability dengan biaya sederhana mempunyai
perawatan pengaruh positif
Tresnawati, R., dan biaya terhadap tingkat
dkk. (2017) perbaikan) profitabilitas
perusahaan.

You might also like