Professional Documents
Culture Documents
BEAM (BALOK)
1.1 Pendahuluan
Balok adalah member struktur yang menerima beban lateral. Dengan kata lain,
member struktur disebut sebagai balok jika beban yang bekerja menyebabkan
lentur/bending.
Penampang yang biasa digunakan sebagai balok adalah profil W, S dan M. Profil
C juga bisa digunakan, juga balok yang dibuat dari susunan pelat dengan bentuk I atau H
atau Box. Profil yang disusun dari pelat biasanya dikategorikan sebagai plate girder.
AISC memberikan batasan-batasan yang membedakan balok dengan plate girder
berdasarkan rasio width-thickness (lebar dan ketebalan) web (badan).
Seperti ditunjukkan pada Gambar 1.1. Member dianalisa sebagai beam jika:
h 970
tw Fy
h tw tw h
Gambar 1.
Hubungan antara beban dan kekuatan dituliskan sebagai:
M u b M n
dimana:
Mu = Momen terfaktor dari beban kombinasi
b = Faktor resistensi dari beam = 0,90
Mn = Kekuatan momen nominal
Kekuatan rencana b M n sering disebut momen rencana.
1.2 Bending stress (tegangan lentur) dan momen plastis
Untuk menjelaskan kekuatan momen nominal Mn sebuah beam, kita harus pelajari
perilaku beam terhadap beban, dari beban yang kecil bertambah sampai dengan beam
mencapai collapse. Perhatikan beam seperti pada Gambar 2, dimana bending terjadi pada
sumbu utama member. Untuk material linier elastik dan small deformation, distribusi
tegangan lentur diperlihatkan pada gambar 2b, dengan asumsi tegangan merata selebar
beam dan terdistribusi linier dari serat atas sampai serat bawah dan penampang datar
sebelum lentur dan tetap datar setelah lentur. Tegangan di setiap titik pada penampang
balok didapat dari rumus:
My
fb (1.1)
Ix
dimana M adalah momen lentur pada penampang yang ditinjau, y adalah jarak dari garis
netral penampang terhadap titik yang ditinjau, dan Ix adalah momen inersia penampang.
A B
V
RA
tw
y y
x x M
Gambar 2.
Untuk material homogen, garis netral berhimpit dengan centroid. Tegangan
maksimum akan terjadi pada serat terluar, dimana nilai y maksimum. Ada 2 nilai
tegangan maksimum, yaitu tegangan tekan maksimum pada serat atas penampang dan
tegangan tarik maksimum pada serat bawah penampang. Jika garis netral terletak pada
sumbu simetri, maka:
Mc M M
f max (1.2)
Ix Ix / c Sx
dimana c adalah jarak dari garis netral terhadap serat terluar penampan, dan Sx adalah
modulus section.
Persamaan 1 dan 2 valid bila beban kecil dan material masih dalam kondisi elastis, berarti
fmax tidak lebih dari Fy dan momen lentur tidak lebih dari:
M y Fy S x
f<Fy
Moment
f=Fy
Fy
Fy
Gambar 3.
Saat leleh pertama dicapai, distribusi tegangan pada penampang tidak lagi linier,
dan leleh akan merambat ke serat dalam sampai mencapai garis netral. Pada saat yang
sama, daerah yang mencapai yielding akan merambat ke arah longitudinal dari tengah
bentang menuju lokasi lain dimana My tercapai. Yielding region (daerah yang meleleh)
digambarkan sebagai daerah hitam pada gambar 3. Pada gambar 3c yielding sudah
mencapai web, dan gambar 3d, yielding sudah terjadi pada seluruh penampang yang
ditinjau. Pada tahap ini, penambahan beban akan mengakibatkan collapse, dan muncul
sendi plastis pada beam seperti ditunjukkan pada gambar 4.
Gambar 4.
Fy
C = Ac Fy
Garis Netral Plastis
T = A t Fy
Fy
Gambar 5.
Untuk penampang yang simetri dalam arah sumbu searah momen lentur, garis
netral elastis dan garis netral plastis berhimpit. Momen plastis Mp adalah momen kopel
yang terbentuk dari gaya yang sama dan berlawanan arah:
A
M p Fy ( Ac ) a Fy ( At ) a Fy a Fy Z
2
dimana:
A = luas penampang total
a = jarak antara centroid terhadap titik berat luasan total
A
Z a
2
Untuk batang tekan, instabilyti bisa terjadi pada overall (keseluruhan) penampang,
atau hanya pada bagian tertentu (local). Ketika bagian tekan dari penampang mengalami
lendutan, ke-tidakstabil-an ini disebut Lateral Torsional Buckling (LTB). LTB bisa
dicegah dengan memberikan lateral bracing pada bagian yang tertekan (dalam hal ini
sayap tekan). Skema ini bisa dilihat pada gambar 6. Kekuatan momen tergantung pada
unbraced length (panjang bagian yang tidak di-bracing).
Gambar 6.
Walaupun beam mampu menahan momen yang cukup besar hingga mencapai
momen plastis, kemampuan ini tidak berarti jika salah satu bagian dalam penampang
mengalami bucklin. Bila buckling terjadi pada sayap tekan disebut Flange Local
Buckling (FLB), jika buckling terjadi pada bagian web yang tertekan disebut Web Local
Buckling (WLB).
Elemen p r
bf 65 141
2t f Fy Fy 10
Flange
h 640 970
tw Fy Fy
Web
Jika:
p dan flange menerus dengan web, profil compact
p r profil noncompact
r profil slender
Profil diklasifikasikan sebagai profil compact bila kedua elemen (flange dan web)
memenuhi criteria tersebut.
bf 65 h 640
dan
2t f Fy tw Fy
Kriteria untuk web dipenuhi oleh semua profil pada table dalam manual AISC,
sehingga kontrol hanya dilakukan pada flange. Sebagian besar profil juga memenuhi
criteria balok compact. Jika beam compact dan di support pada arah lateral secara
menerus sepanjang balok, atau jika panjang yang tidak disupport sangat pendek, kekuatan
momen nominal (Mn) adalah kapasitas momen plastis maksimum (Mp), sedangkan untuk
balok yang support lateralnya kurang, atau tidak di support sama sekali, momen
tahanannya dibatasi oleh kekuatan lateral-torsional bickling.
Untuk kategori pertama, balok compact dengan lateral support, kekuatan nominal
(Mn):
Mn M p (AISC Equation F1-1)
dimana:
M p Fy Z 1,5M p
Batasan 1,5Mp untuk Mp adalah untuk mencegah beban kerja yang menyebabkan
lendutan yang berlebihan dan akan dipenuhi jika:
Z
Fy Z 1,5 Fy S atau 1,5
S
Kekuatan momen pada profil compact adalah fungsi dari unbraced length
(panjang yang tidak disupport) Lb, yang didifinisikan sebagai jarak antara lateral support.
Hubungan antara kekuatan nominal dengan unbraced length ditunjukkan pada gambar 2.
Jika unbraced length lebih kecil dari Lp, beam dikategorikan sebagai full lateral support
dan Mn=Mp. Jika Lb lebih dari Lp tapi sama atau lebih kecil dari Lr, kekuatan dihitung
berdasar pada inelastic LTB. Jika Lb lebih dari Lr, kekuatan dihitung berdasar elastic LTB.
Persamaan untuk kekuatan elastic LTB adalah sebagai berikut:
2
E
Mn EI y GJ I y C w (1.3)
Lb Lb
dimana:
Lb = unbraced length (in)
G = modulus geser = 11.200 ksi untuk baja konstruksi
J = konstanta torsi (in4)
Cw = konstanta warping (in6)
Jika momen lebih besar dari kondisi first yield, kekuatan adalah berdasar perilaku
inelastic, dan momen dihitung berdasar:
M r FL S x (AISC Equation F1-7)
dimana FL diambil yang terkecil diantara (Fyf-Fr) atau Fyw. Untuk member nonhybrid
Fyf=Fyw=Fy akan selalu sama dengan Fy-Fr, sedangkan FL digantikan dengan Fy-Fr
sehingga:
M r Fy Fr S x (AISC Equation F1-7)
dan
ry X 1
1 1 X 2 Fy Fr
2
Lr (AISC Equation F1-6)
Fy Fr
dimana
EGJA
X1
Sx 2
2
4C w S x
X2 (AISC Equation F1-8 and 9)
I y GJ
dan
Lb L p
M n M p M p M r (1.4)
L L
r p
dimana
300ry
Lp (AISC Equation F1-4)
Fy
dimana:
Mmax = nilai absolut momen maksimum dari unbraced length
MA = nilai momen absolut di ¼ bentang dari unbraced length
MB = nilai momen absolut di tengah bentang dari unbraced length
MC = nilai momen absolut di ¾ bentang dari unbraced length
Jika momen lenturnya seragam, maka nilai Cb:
12,5M
Cb 1,0
2,5M 3M 4 M 3M
Lb = L Lb = L/2
Cb = 1,14 Cb = 1,30
Lb = L Lb = L/2
Cb = 1,32 Cb = 1,67
M2 = M1
M1 B
A C D
Lb = L
Cb = 2,27 a a
Gambar 7.
Cb S x X 1 2 X 12 X 2
M cr 1
2 Lb / ry
2
Lb / ry
Penggunaan metode plastic analysis diijinkan jika profil compact dan jika:
Lb L pd
dimana
3600 2200( M 1 / M 2 )
L pd ry (AISC Equation F1-17)
Fy
dan
M1 = momen terkecil diantara kedua momen ujung
M2 = momen terbesar diantara kedua momen ujung
Rasio M1/M2 positif jika momen menyebabkan double curvature
Jika p r , flange adalah noncompact, buckling terjadi dalam kondisi inelastic, dan:
p
M n M p M p M r (AISC Equation A-F1-3)
r p
dimana
65
p
Fy
141
r
F y Fr
M r Fy Fr S x
dimana:
Vu = geser maksimum berdasar beban kombinasi yang paling menentukan
v = resisten factor untuk geser = 0,90
dimana:
fv = tegangan geser vertical dan horizontal pada titik yang ditinjau
V = gaya geser vertical pada penampang yang ditinjau
fv
M
V fv
Gambar 8.
Q =
I = momen inersia
T = lebar penampang melintang pada titik yang ditinjau
Gambar 9 Menunjukkan distribusi tegangan geser dari profil W. Distribusi
tegangn pada web tidak berbeda jauh, V/Aw, sehingga web akan meleleh sebelum flange
meleleh. Karena itu yielding dari web menentukan shear limit state. Dengan mengambil
tegangan leleh untuk geser pada web ditulis sebagai:
Vn
fv 0,60 Fy
Aw
VQ
tf fv
It
y
x x
tw
fv
V/Aw
Gambar 9.
Kondisi ini dicapai tergantung pada rasio h/tw. Jika rasio terlalu besar, berarti web
terlalu slender (langsing), maka web akan mengalami buckling karena geser. Hubungan
antara rasio h/tw dengan kekuatan geser adalah:
Untuk h / t w 418 / Fy
418 / Fy
Vn 0,60 Fy Aw (AISC Equation F2-2)
h / tw
132.000 Aw
Vn (AISC Equation F2-3)
h / tw 2
dimana
Aw = luas penampang web = dtw
d = tinggi beam
Jika h/tw lebih besar dari 260, maka diperlukan pengaku untuk web.
B C
Gambar 10.
atau
M ux
1,0
b M nx
dimana:
Mux
Mnx
Dengan cara yang sama, jika beban bekerja pada minor axis:
M uy
1,0
b M ny
dimana:
Muy
Mny
Jika beban bekerja di kedua sumbu maka,:
M ux M uy
1,0
b M nx b M ny
2. Web:
h 640 970
;p ; r
tw Fy Fy
2. Web:
h 640 970
;p ; r
tw Fy Fy
14)
3750 ry
Lp JA (AISC Equation F1-5)
Mp
57.000ry JA
Lr (AISC Equation F1-10)
Mr
2. Web:
h 640 970
;p ; r
tw Fy Fy
Untuk Lb Lr
M n M cr M p (AISC Equation F1-12)
dimana:
57.000C b JA
M cr (AISC Equation F1-
Lb / ry
14)
3750 ry
Lp JA (AISC Equation F1-5)
Mp
57.000ry JA
Lr (AISC Equation F1-10)
Mr
b. Web
d 127
; r p tidak digunakan
tw Fy
M n M cr
EI y GJ
Lb
B 1 B2
(AISC Equation F1-15)
M n 1,5M y for stem in tension
d Iy
B 2,3 (AISC Equation F1-16)
Lb J
M r Fy S x
Untuk L p Lb Lr
600
Mn Fy S (AISC Appendix F, Table A- F1.1)
D/t