Professional Documents
Culture Documents
Metodologi Feasibility Study
Metodologi Feasibility Study
Pengumpulan data
1. Lalu Lintas
2. Topografi
3. Geologi & Geoteknik
4. Hidrologi & drainase
5. Lingkungan dan Keselamatan
1.2.1. Lalulintas
1. Untuk perancangan geometri dan evaluasi manfaat ekonomi perlu
diketahui besarnya volume lalulintas sekarang dan prakiraan
lalulintas masa depan. Untuk perancangan tebal perkerasan perlu
keterangan tambahan mengenai jumlah dan berat dari berbagai
jenis kendaraan berat yang ada dalam arus lalulintas tersebut.
2. Ada beberapa jenis lalulintas yang mungkin terjadi di jalan yang
sedang ditinjau, yaitu lalulintas normal (normal traffic), lalulintas
teralih (diverted traffic), lalulintas alih moda, lalulintas terbangkit
(generated traffic), lalulintas yang merubah tujuan, dan lalulintas
yang terpendam (suppressed traffic).
a. Lalulintas normal adalah lalulintas yang diharapkan tumbuh
secara normal di wilayah studi yang tidak dipengaruhi dengan
adanya proyek.
b. Lalulintas teralih merupakan pertambahan lalulintas akibat
beralihnya lalulintas dari rute lain yang paralel. Asal dan tujuan
dari perjalanan tidak berubah. Alihan ini terjadi karena alasan
ekonomis, dimana para pelaku perjalanan akan memperoleh
manfaat dari berkurangnya biaya perjalanan akibat
memanfaatkan proyek.
c. Lalulintas moda alih merupakan lalulintas tambahan yang
terjadi akibat beralihnya perjalanan dari moda lain ke moda
jalan. Asal dan tujuan dari perjalanan tidak berubah, hanya
modanya saja yang berubah. Alihan ini terjadi karena alasan
ekonomis, dimana para pelaku perjalanan akan memperoleh
manfaat dari mengalihkan moda perjalanan akibat adanya
proyek.
d. Lalulintas terbangkit merupakan lalulintas baru yang belum ada
sebelumnya. Bangkitnya perjalanan ini terjadi karena turunnya
biaya perjalanan akibat adanya proyek. Perjalanan yang
sebelumnya tidak layak secara ekonomis menjadi layak untuk
dilaksanakan.
e. Lalulintas yang merubah tujuan merupakan lalulintas yang
merubah tujuan perjalanan akibat adanya proyek. Maksud dari
perjalanan tidak berubah, hanya tujuan yang berubah karena
alasan ekonomis, dimana pada tujuan yang baru maksud
perjalanannya terpenuhi secara lebih ekonomis. Perjalanan
untuk berbelanja, berpariwisata, ataupun memperoleh bahan
baku merupakan contoh perjalanan yang dapat berubah
tujuannya.
f. Lalulintas yang terpendam merupakan lalulintas yang
sebelumnya tidak dapat terjadi karena pelaku perjalanan
kekurangan waktu. Akibat adanya proyek, maka waktu
perjalanan berkurang, dan sisa waktunya dipergunakan untuk
perjalanan baru.
3. Pertumbuhan lalulintas dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi,
pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan kepemilikan kendaraan.
Prakiraan pertumbuhan lalulintas di awal periode rencana
merupakan kombinasi dari pertumbuhan normal dengan satu atau
lebih jenis pertumbuhan lainnya. Setelah suatu periode awal,
keseluruhan lalulintas akan tumbuh dengan suatu nilai
pertumbuhan normal yang baru, yang besarnya dapat saja lebih
besar dari pertumbuhan normal sebelumnya.
4. Analisis lalulintas menghasilkan LHR tahunan, baik untuk tahun
dasar maupun untuk tahun-tahun berikutnya selama umur rencana.
LHR tahunan merupakan lalulintas harian rata-rata untuk waktu
satu tahun; nilai ini dapat berbeda jauh dari LHR hari kerja di
daerah perkotaan, atau LHR akhir minggu di jalan antar kota yang
melayani lalulintas pariwisata. LHR pada tahun dasar diperoleh dari
pencacahan lalulintas selama beberapa hari penuh. Pencacahan
lalulintas dapat dilakukan secara manual atau secara semi otomatik
dengan penggunaan detektor kendaraan, atau secara otomatik
penuh dengan alat pencacah elektronik. Kecukupan data survai
akan menentukan akurasi dari LHR tahun dasar yang dicari. Metoda
penentuan LHR diatur dalam pedoman pencacahan lalulintas yang
diterbitkan oleh Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah
Nomor Pd.T-19-2004-B.
5. Karakteristik dari volume jam sibuk pada hari sibuk diwakili dengan
suatu faktor k. Nilai k ini tergantung pada karakteristik fluktuasi
dalam waktu dari arus lalulintas di wilayah studi, dan besarnya
resiko yang diambil untuk terlampauinya prakiraan nilai rencana di
tahun rencana. Nilai k diperoleh dari analisis data volume lalulintas
per jam. Untuk pedoman umum besarnya faktor k dapat dilihat
pada pedoman yang berlaku. Volume jam perencanaan (VJP) untuk
volume lalulintas dua arah diperoleh dari hubungan empiris sebagai
berikut:
𝐕𝐉𝐏 = 𝐤 × 𝐋𝐇𝐑
dengan pengertian:
𝐕𝐉𝐏 × 𝐒𝐏
𝐕𝐉𝐏 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐚𝐫𝐚𝐡 𝐬𝐢𝐛𝐮𝐤 =
𝟏𝟎𝟎
dengan pengertian:
1.2.2. Topografi
1. Peta topografi diperlukan dalam penentuan rute dan prakiraan
biaya proyek, yang berkaitan dengan kondisi eksisting,
kemungkinan pengadaan tanah, realokasi penduduk, kondisi
topografi (datar, berbukit atau pegunungan), jenis bangunan
pelengkap, jembatan dan lain-lain.
2. Rancangan dari alternatif jalan digambar pada peta topografi
dengan skala paling kecil sebesar 1:5000 untuk jalan antar kota,
dan skala 1:1000 untuk jalan perkotaan. Peta ini dibuat khusus
untuk keperluan studi dan berisi segala informasi yang diperlukan
seperti garis tinggi, jalan air, penggunaan lahan/tanah dan patok-
patok pengukuran.
3. Peta topografi untuk pekerjaan jalan antar kota berupa suatu peta
jalur yang mencakup suatu daerah minimum selebar 100 meter; bila
ada pekerjaan pendukung khusus, maka peta jalur ini harus
diperluas seperlunya.
4. Untuk daerah perkotaan, lebar jalur cakupan peta ini dapat
dikurangi sampai seluruh ruang pengawasan jalan saja. Khusus pada
daerah persimpangan, peta harus mencakup kaki persimpangan.
1.2.3. Geometri
1. Nilai rancangan dari elemen-elemen geometri jalan ditentukan oleh
suatu kecepatan rencana. Kecepatan rencana ini ditentukan
berdasarkan peran dari jalan yang sedang ditinjau, dan kelas jalan
yang dipilih.
2. Untuk memudahkan perancangan geometri dari jalan dikenal
beberapa kelas jalan. Hal ini diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 43 tahun 1993 tentang prasarana dan lalulintas jalan pasal
11 dan pasal 80. Adanya kelas jalan ini mengurangi jumlah
alternatif geometri jalan yang dapat dipertimbangkan.
3. Penampang jalan tergantung pada volume lalulintas yang
diperkirakan akan melewatinya, dan tingkat kinerja yang ingin
dicapai dalam operasi. Untuk prakiraan dari kinerja lalulintas
selama operasi, harus mengacu pada metoda yang diberikan dalam
pedoman yang berlaku.
4. Bila menurut prakiraan akan terdapat banyak kendaraan lambat
dan/atau kendaraan tidak bermotor dalam koridor yang ditinjau,
maka dapat dipertimbangkan untuk menambah lebar jalan,
ataupun menyediakan jalur khusus untuk kendaraan tidak
bermotor/jalur lambat.
5. Jenis persimpangan jalan dan metoda pengendaliannya ditetapkan
sesuai dengan hirarki jalan dan volume lalulintas rencana yang
melewatinya. Jenis pengendalian persimpangan dapat berupa
pengendalian tanpa rambu, dengan rambu hak utama, dengan alat
pemberi isyarat lalulintas (APILL), dengan jalan layang (flyover) dan
underpass, atau dengan persimpangan tak sebidang lainnya.
Perhitungan tentang persimpangan didasarkan pada pedoman
perencanaan persimpangan sebidang maupun tak sebidang dan
pedoman lain yang berlaku.
6. Elevasi rencana jalan juga dipengaruhi oleh tinggi rencana banjir
sepanjang rute yang ditinjau.
7. Seluruh jalan dan jaringannya harus dilengkapi dengan marka dan
rambu yang baku seperti telah diatur dalam pedoman yang berlaku.
b. Kualitas air
c. Polusi udara