You are on page 1of 3

Indonesia is World's Largest Exporter of Sharks

AS a top predator in the food chain, sharks have a very important role in conserving the ecosystem. An
ecosystem can change and declining levels of productivity, even in some cases may become extinct, if
the loss of top predators.

The fact of the importance of the role of the shark seems to have become a common awareness of
Indonesian society. Because, Indonesia, which is rich in marine life it has now become the largest
exporter of shark which accounts for 100 thousand tons per year to the international market. Tragically,
this is happening since 13 years ago.

"With this level of hunting pressure is very high, the shark population in Indonesia are now at stake,"
said Senior Advisor Indonesia Conservation International Indonesia Marine Program, Mark V Erdmann,
in National Symposium on Protection of Sharks, in Jakarta, Tuesday (19 / 3).

Indonesia's role as the largest exporter of shark has indirectly contributed to declines in global
population by 90-99 percent since last 50 years. "As a result of fishing and demand for shark fin soup
and ongoing, at least 73 million sharks are killed each year," said Mark.

The situation is analogous to what happens in some parts of Indonesia where the shark fishing is done
openly by the public. For example, Mark said, in the area of Lombok, West Nusa Tenggara, to be able to
catch the shark using dolphins and turtles as bait.

How, in the middle of the ocean fishermen catch dolphin then immediately cut that shark hooked by the
blood of the dolphins. Injured dolphin was then thrown away, left to die. "So is the turtle, whose body
parts were taken for bait only him alone," said Mark.

Nevertheless, continued Mark, he was optimistic about the socialization of the importance of sharks
plus regulatory support from the government, the number of shark fishing will be decreased
significantly. "I think in the next 5 years will be sharks industry dropped dramatically," said Mark.

To support the preservation of sharks, the government will tighten his arrest for sharks included in
Appendix II "Convention on International Trade in Endangered Species' (CITES) in 2013. That
commitment, said Minister of Marine and Fisheries, Sharif C. Sutardjo, immediately issued a Regulation
of the Minister of Marine Fisheries.
Tightening the management of sharks is important to remember where the top predator is very
important to keep the marine ecosystem. Moreover, the number of species has declined more than 75
percent, even for certain types reach 90 percent or more.

Indonesia Eksportir Hiu Terbesar Dunia


Oleh: Heru Budhiarto

SEBAGAI predator puncak dalam rantai makanan, hiu memiliki peran yang sangat penting dalam
menjaga kelestarian ekosistem. Sebuah ekosistem dapat berubah dan menurun tingkat
produktivitasnya, bahkan dalam beberapa kasus dapat punah, jika kehilangan predator puncak.

Kenyataan akan pentingnya peran hiu rupanya belum menjadi kesadaran bersama masyarakat
Indonesia. Pasalnya, Indonesia yang kaya akan biota laut justru kini menjadi eksportir hiu terbesar yang
menyumbang 100 ribu ton per tahun ke pasar internasional. Tragisnya, hal ini terjadi sejak 13 tahun
silam.

"Dengan tingkat tekanan terhadap perburuan yang sangat tinggi tersebut, populasi hiu di Indonesia pun
kini berada di ujung tanduk," ujar Senior Advisor Indonesia Marine Program Conservation International
Indonesia, Mark V Erdmann, dalam Simposium Nasional Perlindungan Hiu, di Jakarta, Selasa (19/3).

Peran Indonesia sebagai eksportir terbesar hiu secara tidak langsung telah menyumbang penurunan
populasi secara global sebesar 90-99 persen sejak 50 tahun lalu. "Akibat pemancingan dan dan
permintaan sup sirip hiu yang terus menerus, setidaknya 73 juta hiu dibunuh tiap tahunnya," ungkap
Mark.

Situasi tersebut sejalan dengan apa yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia di mana proses
penangkapan hiu dilakukan secara terang-terangan oleh masyarakat. Misal, kata Mark, di daerah
Lombok, Nusa Tenggara Barat, untuk dapat menangkap hiu masyarakat menggunakan lumba-lumba dan
penyu sebagai umpan.
Caranya, di tengah laut nelayan menangkap lumba-lumba kemudian langsung memotongnya agar hiu
terpancing dengan darah dari lumba-lumba. Lumba-lumba yang dilukai itu lalu dibuang begitu saja,
dibiarkan mati. "Begitu juga dengan penyu, bagian tubuh yang diambil untuk umpan hanya hatinya
saja," papar Mark.

Namun demikian, sambung Mark, ia optimis dengan sosialisasi pentingnya peran hiu ditambah
dukungan regulasi dari pemerintah, angka penangkapan hiu akan dapat menurun secara signifikan.
"Saya kira dalam 5 tahun ke depan industri hiu ini akan menurun drastis," tandas Mark.

Untuk mendukung pelestarian hiu, pemerintah akan memperketat penangkapannya karena hiu masuk
dalam Appendix II "Convention on International Trade in Endangered Species" (CITES) 2013. Bentuk
komitmen itu, kata Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C. Sutardjo, dengan segera mengeluarkan
Peraturan Menteri Kelautan Perikanan.

Pengetatan pengelolaan hiu ini penting mengingat keberadaan predator puncak tersebut sangat penting
untuk menjaga ekosistem laut. Apalagi, jumlah spesiesnya telah mengalami penurunan lebih dari 75
persen, bahkan untuk jenis tertentu mencapai 90 persen atau lebih.

You might also like