Professional Documents
Culture Documents
1. Umur :
2. Jenis Kelamin :
3. Kebangsaan :
4. Tanggal kejadian :
5. Waktu kejadian :
6. Lokasi kejadian :
13. Mohon ambil dan unggah gambar dari tanda gigitan atau area yang terkena.
Kotak Kasus 2: Identifikasi Spesies
4. Pilih gambar ular serupa dari Galeri Gambar Ular dengan Kepentingan Medis dapat dilihat di
http://mstoxinology.blogspot.com/p/info.html atau di aplikasi INSAVE (link menyusul)
Kotak Kasus 3: Berikan diagnosis kerja
(untuk venom ophthalmia masuk ke dalam kode diagnosis ini dengan menambahkan at regio OD/OS)
(ular Australasian selain taipan dimasukkan ke dalam kode ini dengan penambahan suspect ular ...)
(ular Asia selain kobra dan coral dimasukkan ke dalam kode ini dengan penambahan suspect ular ... )
Keterangan: Biasanya jenis2 piton/ retic/ sanca dapat menimbulkan 3 tipe luka seperti edi bawah ini.
Bitten adalah luka puncture/lubang pd kulit karena tergigit gigi ular . Tipe bitten kl saat menggigit
hanya strike dan posisi gigi+rahang ular segera lepas dr kulit.
Struck adalah luka sobek pd kulit, biasanya beberapa sobekan, tp tidak ada bagian kulit yang
hilang. Tipe struck biasanya terjadi saat gigi ular menancap di kulit, anggota tubuh yang tergigit
kita tarik (biasanya karena reflek sakit/kaget), jadilah kulit robek memanjang.
Crushed adalah luka sobek2 pd kulit disertai sebagian kulit hilang/lepas. Pada tipe ini saat kulit
dijahit tidak bisa rapat lagi karena ada kulit yang hilang tercerabut. Tipe crushed biasanya terjadi
saat ular menggigit disertai gerakan rahang/chewing bersamaan dgn ditarik (ularnya yg menarik
atau kita yang menarik anggota tubuh yang tergigit), alhasil sebagian kulit tercerabut.
Kotak Kasus 4: Anamnesis Terfokus
d. Tanda-tanda syok
e. Ptosis :
(minta pasien untuk melirik ke bawah kemudian ke atas dan observasi kelopak mata atas berretraksi
penuh atau tertinggal)
f. Oftalmoplegia
l. Respiratorik paradoksal
b. Ekimosis (lebam)
c. Rubor (kemerahan)
d. Edema (bengkak)
e. Perdarahan
f. Laserasi
g. Nekrosis
h. Lepuh
i. Bula
j. Ulkus
1. Sebuah parameter informative untuk meninjau bengkak yang nyeri dan progresif
2. Pertama: Tentukan batas plester Untuk digunakan sebagai batas proksimal edema yaitu tepi distal ke
tepi distal plester penanda
3. Kedua: Palpasi batas paling proksimal bengkak dan tempelkan plester kecil pada batas paling proksimal
dari edema
5. Tentukan waktu interval tetap untuk meninjau progresi seperti tiap 2 jam atau 3 jam
Tanggal Waktu GCS Nadi Tensi Napas SpO2 PSP RPP PKGB
(t/b) (am/pm) (3-15) (x/m) (mmHg) (x/m) (%) (0-10) (cm/jam) Y/T
Table 4: Hasil Darah Serial (tiap 4-6 jam untuk 24 jam pertama atau setelah
pemberian Anti Bisa)
Tanggal Waktu 20WBCT WBC HB PLT PT APTT INR CK
Di Asia Tenggara, darah yang masih cair merupakan diagnostik dari gigitan ular kapak/
viper dan menyingkirkan dugaan elapid.
Jika tabung kaca yang baru tidak tersedia, tes ini dapat menggunakan botol kaca bekas antibiotik,
yang sudah dicuci dengan "normal saline 0,9% ", tanpa menggunakan deterjen atau agen pembersih
lainnya, dikeringkan dengan udara panas.
Jika botol atau vial bukan terbuat dari kaca atau sudah dibersihkan dengan deterjen,
mungkin tidak dapat menstimulasi pembekuan darah sampel (aktivasi permukaan dari
faktor XI – faktor hageman) dan hasil tes meragukan (false positif). Jika ada keraguan,
ulangi tes dan buatlah kontrol dari sampel darah orang yang sehat.
Gigitan ular di Papua dan Maluku dapat menyebabkan darah tidak membeku juga.
Sumber: http://clinicianonnet.blogspot.co.id/2015/01/role-of-20-minute-whole-blood-
clotting_10.html
A. Envenomasi Sistemik
1. Abnormalitas hemostasis: Perdarahan sistemik spontan, koagulopati (20WBCT atau profil koagulasi)
atau trombositopenia (<140.000/ul).
6. Bukti lain hemolisis intravaskuler atau rabdomiolisis umum (sakit dan nyeri otot, hiperkalemia,
peningkatan Kreatin Kinase/ level CPK sangat cepat).
B. Envenomasi Lokal
1. Bengkak nyeri progresif melibatkan lebih dari separuh ekstrimitas tergigit (tanpa torniket) dalam 48
jam setelah gigitan.
2. Ekstensi bengkak sangat cepat (seperti, di atas pergelangan tangan atau pergelangan kaki dalam
beberapa jam setelah gigitan pada tangan atau kaki) atau bengkak signifikan setelah gigitan pada jari
(jari kaki dan terutama jari tangan).
Komposisi:
Bahan aktif:
• 1,000 unit antibisa Brown Snake (Pseudonaja textilis)
• 3,000 unit antibisa Tiger Snake (Notechis scutatus)
• 6,000 unit antibisa Death Adder (Acantophis antarticus)
• 12,000 unit antibisa Taipan (Oxyuranus scutellatus)
• 18,000 unit antibisa Black Snake (Pseudechis australis)
Kotak Info 4: Persiapan dan Metode Pemberian Antibisa SABU 1
1. Jumlah dosis yang tepat tergantung tingkat keparahan penderita pada saat akan menerima serum.
2. Dosis pertama sebanyak 2 vial @ 5 ml yang bila ditambahkan ke dalam larutan fisiologis menjadi
larutan 2 % v/v dan diberikan sebagai cairan infus dengan kecepatan 40-80 tetes/ menit, diulang 6
jam kemudian.
3. Apabila diperlukan (misalnya dalam keadaan gejala-gejala tidak berkurang atau bertambah) Serum
Anti Bisa Ular Polivalen dapat terus diberikan setiap 24 jam sampai maksimum 80 – 100 ml.
4. Serum Anti Bisa Ular Polivalen yang tidak diencerkan dapat diberikan langsung sebagai suntikan
intravena dengan sangat perlahan-lahan.
5. Observasi ketat pasien selama infusdan setidaknya satu jam SETELAH infus selesai. Secara serial
petakan tanda-tanda vital dan progresi klinis dalam grafik. (Lihat Tabel 3).
Kotak Info 4B: Persiapan dan Metode Pemberian Antibisa SABU 2
1. Satu vial (40.000 units) dilarutkan dalam Hartman’s solution atau RL dengan perbandingan 1:10
(untuk dewasa) atau 1:5 (untuk anak-anak), kemudian diberikan secara perlahan melalui infus
intravena. Pemberian secara intramuskular tidak dianjurkan.
2. Pasien gigitan ular berbisa dengan gejala sistemik berat mungkin memerlukan beberapa vial
(dapat mencapai 6 vial) antibisa ular untuk mengontrol efek yang terjadi, terutama jika terdapat
koagulopati.
Dosis inisial yang dianjurkan oleh Australia expert panel :
Brown snake: 2 vial
Black snake: 1 vial
Taipan: 1 vial, jika berat gunakan 3 vial
Death adders: 1 vial, pada kasus berat peningkatan dosis mungkin diperlukan
3. Pasien harus dimonitor minimal 6 jam setelah pemberian.
4. Efek samping reaksi anafilaktik dan serum sickness dapat terjadi, untuk cara penanganan lebih
lanjut dapat dilihat di leaflet produk.
5. Observasi ketat pasien selama infusdan setidaknya satu jam SETELAH infus selesai. Secara serial
petakan tanda-tanda vital dan progresi klinis dalam grafik. (Lihat Tabel 3).
Kotak Info 5: Reaksi terhadap Antibisa & Manifestasi reaksi Antibisa
2. Berikan Adrenalin IM pada paha lateral atas dengan dosis inisial 0.5 ml dari 1 dalam 1,000 untuk
dewasa dan 0.01 ml/kg berat badan dari 1 dalam 1,000 (maks 0.5 ml) untuk anak-anak, setiap 5 menit.
JIka injeksi IM dikontraindikasikan, berikan secara bolus pelan IV 0.05 ml/kg berat badan dari 1:10,000
untuk dewasa dan 0.01 ml/kg dari 1:10,000 untuk anak-anak. Jika tidak membaik mulai infus IV pada
dosis 0.05 sampai 1 mcg/kg/menit.
Catatan: Pada reaksi pirogen pasien harus juga didinginkan secara fisik dan dengan antipiretik (seperti.
parasetamol oral atau suppositoria)
Dapat terjadi antara 1 sampai 12 hari (rata-rata 1 minggu) dengan keluhan demam, atralgia,
limfadenopati, dll.
1. Berikan klorfeniramin maleat 0.25 mg/kg/hari dalam dosis terbagi selama 5 hari.
2. Jika pasien gagal merrespon dalam 24 jam, berikan prednisolon oral (0.7 /kg/hari) selama 5 hari.
Kotak Info 6: OBSERVASI RESPON TERHADAP ANTIBISA
1. Jika pasien merasa membaik. Mual, nyeri kepala dan nyeri dan sakit umum dapat menghilang sangat
cepat. Ini dapat diakibatkan sebagian oleh efek placebo.
2. Perdarahan spontan sistemik (seperti dari gusi): Ini biasa berhenti dalam 15-30 menit.
3. Koagulabilitas darah (seperti diukur dengan 20WBCT): Ini biasa pulih antara 3-9 jam. Pada pasien-
pasien syok: tekanan darah dapat membaik dalam 30-60 menit pertama dan aritmia seperti bradikardia
sinus atau takiaritmia dapat membaik.
4. Envenomasi neurotoksik tipe post-sinaps (gigitan kobra) dapat mulai membaik secepat 30 menit
setelah Antibisa, tetapi biasa membutuhkan beberapa jam. Envenomasi dengan toksin pre-sinaps (krait
dan ular laut) tidak akan berrespon dengan cara ini.
5. Hemolisis aktif dan rabdomiolisis dapat menurun dalam beberapa jam dan urin kembali ke warna
normalnya.
Kotak Info 7: KRITERIA PENGULANGAN DOSIS ANTIBISA
1. Jika darah tetap tidak dapat membeku (seperti diukur dengan 20WBCT) enam jam setelah dosis inisial
Antibisa, dosis yang samaa sebaiknya diulang
2. Pada pasien-pasien yang terus berdarah secara cepat dalam 2 jam ulang dosis inisial seperti gusi atau
tanda gigitan (dosis sesuai Antibisa sebaiknya diulang)
3. Jika terjadi perburukan tanda-tanda neurotoksik dan kardiotoksik, dosis inisial sebaiknya diulang
setelah 2 jam (penanganan suportif penuh harus dipertimbangkan)
Kotak Info 8: Venom Oftalmia
1. Dekontaminasi segera dengan irigasi berlebih (> 5liter). Pertimbangkan alat irigasi lensa Morgan.
2. Analgesia dengan vasokonstriktor dengan aktivitas midriatikum lemah (seperti epinefrin) dan
penggunaan topikal terbatas dari lokal anestesi (seperti tetrakain)
3. Berikan sikloplegia topikal untuk mencegah sinekia posterior, spasme silier dan rasa tidak nyaman
5. Berikan bantalan pembalut untuk menutup mata dan rujuk untuk pemeriksaan oftalmologi.