You are on page 1of 29

PEDOMAN TEKNIS PENGENDALIAN

PENCEMARAN UDARA

Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara


Diten Pengendalian Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan
“Gedung B Lantai 3”
Jl. D.I. Panjaitan Kav. 24 Jakarta 13410
1
ACUAN
KEPDAL 205 tahun REVISI KEPDAL
1996 tentang tentang Pedoman
Pedoman Teknis Teknis
Pengendalian Pengendalian
Pencemaran Udara Pencemaran Udara
Sumber Tidak Sumber Tidak
Bergerak Bergerak
Batang Tubuh

Pelaksanaan Pemantauan
Kualitas Udara

Keputusan Kepala Bapedal Nomor 205 Tahun 1996


Pengambilan Contoh Uji &
Tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Analisa
Udara Sumber Tidak Bergerak:

Persyaratan Cerobong

Unit Alat Pengendali


Pencemaran UDara
Batang Tubuh
• Pasal I
Peruntukan pedoman bagi instansi terkait, Pemerintah
dan Penanggungjawab kegiatan
Pelaksanaaan Pemnatauan lapangan, Pengambilan
contoh uji dan analisis, persyaratan cerobong, unit
pengendalian pencemaran
• Pasal 2
• Lampiran
Pelaksanaan Pemantauan Kualitas Udara
- Mekanisme Kunjungan Pendahuluan
- Periode Pemantauan
- Penetapan Lokasi Pemantauan
- Pemasangan Peralatan Pemantauan Kualitas Udara Emisi
- Pelaporan
PARAMETER EMISI

Dokumen
Lingkungan

Peraturan
Baku Mutu Emisi
Gubernur

Peraturan
Menteri
PENGUKURAN ISOKINETIK
Metoda Isokinetik
• Metode isokinetik digunakan untuk sampel polutan dalam keadaan padat atau aerosol pada
suhu tumpukan dengan mempertahankan tingkat sampel yang sama dengan kecepatan
aliran sampel.
• Partikel atau partikel polutan ditangkap pada media filter
• Kecepatan sampel "kecepatan yang sama" penting sehingga sampel yang dikumpulkan tidak
bias karena ukuran partikel yang bervariasi.
• Isokinetik adalah kecepatan linier gas yang masuk dalam nosel pengambil contoh uji sama dengan
kecepatan linier gas pada titik pengambilan contoh uji dalam cerobong
• Sampel diameter nosel dan laju sampel dipilih untuk mencapai kondisi sampling isokinetik.
• Kriteria kecepatan / tingkat sampel untuk metode isokinetik adalah 90 -110%
Bila kriteria 8D dengan 2D tidak dipenuhi maka jumlah minimum titik lintas ditentukan dari
gambar untuk pengambilan contoh uji partikulat
Untuk pengukuran kecepatan
SUMBER EMISI

Persyaratan Teknis Cerobong


(KepDal Nomor 205 tahun 1996 )

1. Pemenuhuhan tangga besi dan selubung


pengaman berupa pelat besi,
2. Lantai kerja (landasan pengambil sampling)
dengan ketentuan yaitu dapat mendukung
beban minimal 500 Kg, keleluasan kerja bagi
minimal tiga orang, lebar lantai kerja
terhadap lubang sampel 1.2 meter dan
melingkari cerobong, pagar pengaman
setinggi 1 (satu) meter, dan dilengkapi
dengan kontrol pengangkat alat pengambilan
sampel.
3. Ketersediaan sumber listrik
Ilustrasi Sarana Sampling pada Cerobong

Penahan angin

2D
Flange
Lubang sampling

10 cm
1.25 m
1m

Detail Lubang sampling


8D

Lantai kerja +
pagar
pengaman

Tangga
Lokasi Pemantauan Udara Emisi
(Sesuai SNI 7117.13-2009)

2D 2De

2dD
8D D = Diameter Dalam 8De De =
(D + d)

D D
Lokasi Pemantauan Udara Emisi (Lanjutan)
(Sesuai SNI 7117.13-2009)

2D
2De

a
2LW b
8De De =
(L + W)
c

Mana 8D yang
benar?
a, b, atau c?
W
L
Jumlah Titik Lintas
(Sesuai SNI 7117.13-2009)

Menentukan Jumlah Titik Lintas Pengambilan Contoh Uji Partikulat


Diameter Duct Aliran Atas Dari Gangguan Aliran (Jarak A)
0.5 1.0 1.5 2.0 2.5
50

Jumlah Minimum Dari Titik lintas


40 Gangguan
A
Lokasi
Pengukuran
30 B
24 atau 25*
Gangguan
20
20
16 D> 0.61 m
12
10
0.3 m ≤ D ≤ 0.61 m 8 atau 9*

0
2 3 4 5 6 7 8 9 10

Diameter Duct Aliran Bawah Dari Gangguan Aliran (Jarak B)

Sebisa mungkin memenuhi kriteria 2D-8D


Jumlah Titik Lintas
(Sesuai SNI 7117.13-2009)

Menentukan Jumlah Titik Lintas Untuk Kecepatan Linier


Diameter Duct Aliran Atas Dari Gangguan Aliran (Jarak A)
0.5 1.0 1.5 2.0 2.5
50

Jumlah Minimum Dari Titik lintas


40 Gangguan
A
Lokasi
Pengukuran
30 B
Gangguan

20
16 D> 0.61 m
12
10
0.3 m ≤ D ≤ 0.61 m8 atau 9*

0
2 3 4 5 6 7 8 9 10

Diameter Duct Aliran Bawah Dari Gangguan Aliran (Jarak B)


Titik lintasan untuk yang mengikuti kriteria 8D atau 2D

1. 8 titik pengukuran untuk cerobong silinder dengan diameter antara 0,30 -0,61 cm .
2. 9 titik pengukuran untuk cerobong persegi panjang dengan diameter ekivalen ( De)
antara 0,30 -0,61 meter .
3. 12 titik pengukuran untuk cerobong selinder dan persegi panjang dengan diameter
> 0,61 meter.
Contoh Penentuan Lokasi Sampling Emisi
(Contoh – Cerobong Sederhana)
1m
Lokasi lubang sampling
Tentukan lokasi lubang
sampling yang memenuhi 1. Tinggi cerobong dibagi diameter = 11 D
kriteria 2D-8D, serta lokasi 2. Tinggi cerobong dihitung dari gangguan
titik-titik lintasnya! bawah:

10 m
11 m
11 m - 1 m = 10 m = 10
1m
D
11 m
3. Letak lubang dihitung dari gangguan
bawah dan permukaan tanah:

1m 8D 8 D (9 m) dari permukaan
9m
tanah

Permukan Tanah
Contoh Penentuan Lokasi Sampling Emisi
Lokasi titik(Contoh
lintas– Cerobong Sederhana)
1. Tentukan jumlah titik lintas minimum dari grafik
Jarak A
0.5 1.0 1.5 2.0 2.5
50

40
2D

Jumlah Minimum Dari Titik lintas


30
24 atau 25*

20
20
D> 0.61 m
8D
16
12
10
0.3 m ≤ D ≤ 0.61 8matau 9*
0
2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jarak B

Dilihat dari: duct atas (Jarak A), jumlah titik lintas = 12


buah
duct bawah (Jarak B), jumlah titik lintas = 12
buah
Maka jumlah titik lintas = 12 buah
Posisi traverse points
dari dinding dalam
Contoh Penentuan Lokasi Sampling Emisi
(Contoh – Cerobong Sederhana)
Lokasi titik lintas
2. Tentukan lokasi titik lintas dari tabel
Titik lintas terletak secara horizontal dan vertikal. Karena itu dalam 1 jalur,
akan terdapat 6 titik lintas. Jarak distribusi titik lintas berdasarkan tabel:

Lokasi titik Jarak titik lintas terhadap


No
lintas (%) dinding cerobong (m) 0.956 m
D1 4.4 0.044 0.854 m
0.704 m
D2 14.5 0.145
D3 29.6 0.296
0.296 m
D4 70.4 0.704 0.145 m
D5 85.4 0.854 0.044 m
D6 95.6 0.956
Traverse points :
Titik-titk lintasan pengukuran
Ketentuan titik-titik lintas pada cerobong yang memiliki penampang
berbentuk persegi panjang

Jumlah Titik Lintas Matriks


9 3x3
12 3x4
16 4x4
20 5x4
25 5x5
30 6x5
36 6x6
42 7x6
49 7x7
PENGAMBILAN CONTOH UJI DAN ANALISIS
No Nomor SNI Judul Indonesia
1 SNI 19-7117.1-2005 Emisi gas buang - Sumber tidak bergerak - Bagian 1: Penentuan kecepatan alir
Emisi gas buang - Sumber tidak bergerak - Bagian 2: Penentuan lokasi dan titik-titik lintas pengambilan
SNI 19-7117.2-2005
2 contoh uji partikel
Emisi gas buang - Sumber tidak bergerak - Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SOx) -Seksi l:Cara uji dengan
SNI 19-7117.3.1-2005
3 metode turbidimetri menggunakan spektrofotometer
Emisi gas buang - Sumber tidak bergerak - Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SOx) -Seksi 2: Cara uji dengan
SNI 19-7117.3.2-2005
4 metode netralisasi titrimetri

SNI 19-7117.4-2005
5 Emisi gas buang - Sumber tidak bergerak - Bagian 4: Cara uji kadar uap air dengan metode gravimetri
Emisi gas buang - Sumber tidak bergerak - Bagian 5: Cara uji oksida-oksida nitrogen dengan metode phenol
SNI 19-7117.5-2005
6 disuphonic acid (PDS) menggunakan spektrofotometer
Emisi gas buang - Sumber tidak bergerak - Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH3) dengan metode
7 SNI 19-7117.6-2005
indofenol menggunakan spektrofotometer
Emisi gas buang - Sumber tidak bergerak - Bagian 7: Cara uji kadar hidrogen sulfida (H2S) dengan metode
8 SNI 19-7117.7-2005
biru metilen menggunakan spektrofotometer
Emisi gas buang - Sumber tidak bergerak - Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCI) dengan metode
9 SNI 19-7117.8-2005
merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer
Emisi gas buang - Sumber tidak bergerak - Bagian 9: Cara uji kadar hidrogen fluorida (HF) dengan metode
10 SNI 19-7117.9-2005 kompleks lanthanum alizarin menggunakan spektrofotometer
Emisi gas buang - Sumber tidak bergerak - Bagian 10: Cara uji konsentrasi CO, C02, dan 02 dengan peralatan
11 SNI 19-7117.10-2005
analisis otomatik
Emisi gas buang - Sumber tidak bergerak - Bagian 11: Cara uji opasitas menggunakan skala Ringelmann
12 SNI 19-7117.11-2005
untuk asap hitam
Emisi gas buang - Sumber tidak bergerak - Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik
13 SNI 19-7117.12-2005
Rangkain Peralatan Sampling
Data Penunjang Dalam Prencanaan Pengambilan
Sampel ....
Laboratorium..... Penguji
Jenis industri :

Proses produksi, jenis bahan baku, jenis polutan yang diemisikan,


temperatur gas, kecepatan gas, komposisi gas

Data cerobong :

Tinggi, diameter, posisi lubang sampling, jumlah lubang sampling , tangga,


katrol dll
Peralatan Kontrol
Polusi

Peralatan Kontrol Peralatan Kontrol Gas


Partikulat
a. Settling chamber a. FGD
b. Siklon b. SCR
c. Bag house c. NSCR
d. Electrostatic Precipitator
e. Wet collector (Scrubber)

You might also like