Professional Documents
Culture Documents
Narasumber:
Bambang Adi Riyanto, M.Eng
Fakultas Teknik Jurusan Sipil UNPAR Bandung
Jalan Ciumbuleuit No. 94 Bandung, Telp. 2033691-92
1
JADWAL PELATIHAN BENDUNGAN RUNTUH DENGAN HEC‐RAS, MAKASSAR 13‐15 SEPTEMBER 2017
SEPTEMBER 2017
No. Jam Tgl 13 Tgl 14 Tgl 15
Rabu Kamis Jumat
Analisis Keruntuhan Bendungan
3 09.30 ‐ 10.15 Latihan Pemodelan Jembatan Evaluasi
Menggunakan HEC‐RAS
10.15 ‐ 10.30
Analisis Keruntuhan Bendungan Analisis Aliran Tak tetap 1 D Dengan HEC‐
4 10.30 ‐ 11.15
Menggunakan HEC‐RAS RAS
Latihan Aliran Tak Tetap 1 D Dengan HEC‐
5 11.15 ‐ 12.00 Pengenalan HEC‐RAS
RAS
12.00 ‐ 13.00
Latihan Pemodelan Inline dan Lateral
8 14.30 ‐ 15.15 Bekerja Dengan HEC‐RAS
Structure
15.15 ‐ 15.45
2
I
Denah
H O Cd L H 3/2
O Cd A 2 g h
Potongan Melintang
3
Waduk Saguling
4
5
BENDUNGAN SAGULING
Waduk/Reservoir
Tubuh
Bendungan Pintu/Gate
Pelimpah/Spillway
6
Tubuh
Bendungan
Waduk/Reservoir
Pelimpah/Spillway
Pintu/Gate
9
10
11
12
Pendahuluan
Banjir akibat runtuhnya bendungan mempunyai sifat
berbeda dari banjir biasa:
Puncak banjir sangat tinggi.
Waktu sangat singkat, waktu puncak banjir sama dengan waktu
terbentuknya rekahan (), berkisar antara beberapa menit
sampai beberapa jam.
Ciri di atas mengakibatkan banjir akibat runtuhnya
bendungan mempunyai komponen percepatan jauh
lebih besar dari pada banjir biasa.
Data statistik penyebab runtuhnya bendungan di seluruh
dunia diperlihatkan pada tabel berikut:
13
14
15
16
Bendungan Teton Amerika Serikat :
H1 57 ft (17,1 m) pada lokasi bendungan
H2 14 ft (4,2 m) 9 mil (14,4 km) dari bendungan
H3 9 ft (1,8 m) 60 mil (96 km) hilir bendungan
17
Hidrograf Banjir Pada Beberapa Lokasi di S. Cisanggarung
Akibat Runtuhnya Bendungan Darma Karena Piping
5000
Jarak
No. dari Dam Darma
4500 ( km )
1
1 0.32
2 5.79
4000
2 3 10.21
4 15.18
3
3500 5 19.81
4
6 24.73
5 7 30.57
3000
6
8 35.84
9 41.67
Debit 7
2500 10 45.93
( m 3/det )
8
11 50.54
12 55.69
2000
9
1500 10
11
1000 12
500
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Waktu
( jam )
18
Hidrograf Banjir Pada Beberapa Lokasi di S. Cisanggarung
Akibat Runtuhnya Dam Babakan Akibat Overtopping
1300
Jarak
No. Dari Dam Babakan
1200
( km )
1100
1 0.03
1
2 5.06
1000 3 10.63
2 4 15.42
900
5 21.15
800 3
6 25.49
7 30.53
Debit ( m 3/det )
5
700
4 7
8 35.11
6
8 9 40.95
600
10 11 10 45.21
500
9 11 51.07
12 12 54.96
400
300
200
100
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Waktu
( jam )
19
Film Mekanisme
Gelombang
Runtuhnya
Bendungan
20
Video Gelombang Banjir
21
Hidrograf Banjir Akibat Bendungan-Runtuh
Hidrograf banjir akibat bendungan runtuh dapat dihasilkan
dengan 2 cara :
1. Memodelkan keruntuhan bendungan dengan menggunakan
parameter empiris rekahan, berupa :
lebar akhir rekahan b,
waktu keruntuhan dan
kemiringan lereng samping rekahan Z.
Pemodelan ini dapat dilakukan dengan model matematik NWS-
DAMBRK, FLDWAV atau HECRAS.
Kesulitan yang timbul adalah menentukan besarnya parameter-
parameter tersebut yang sesuai untuk bendungan yang diteliti.
22
Video Keruntuhan Bendungan Tanah
Video Keruntuhan Bendungan Tanah Longsor
Video Keruntuhan Bendungan Beton
23
24
25
TETON DAM USA
26
TETON DAM USA
TETON DAM USA
27
BALDWIN DAM (1963) LA USA
28
29
The August 2014 breach of the tailings pond at Mount Polley mine.
30
DAERAH GENANGAN BANJIR RUNTUHNYA MARIANA TAILING DAM (BRASIL)
31
DAERAH GENANGAN BANJIR RUNTUHNYA BENDUNGAN MARIANA (BRASIL)
32
DAERAH GENANGAN BANJIR RUNTUHNYA MARIANA TAILING DAM (BRASIL)
33
DAERAH GENANGAN BANJIR RUNTUHNYA MARIANA TAILING DAM (BRASIL)
34
RUNTUHNYA SITU GINTUNG 35
RUNTUHNYA SITU GINTUNG 36
RUNTUHNYA SITU GINTUNG 37
RUNTUHNYA SITU GINTUNG 38
RUNTUHNYA SITU GINTUNG 39
RUNTUHNYA SITU GINTUNG 40
RUNTUHNYA SITU GINTUNG
41
DAERAH GENANGAN BANJIR RUNTUHNYA BENDUNGAN MARIANA (BRASIL)
42
Damage caused by dam failure in Iowa 43
Panshet earthen dam developed a breach in its wall due to structural failure
under the massive pressure of accumulated rain water (India)
44
Rekahan
45
46
47
Hidrograf Banjir Akibat Bendungan-Runtuh
2. Memodelkan keruntuhan bendungan dengan model erosi
rekahan untuk bendungan tanah. Model ini adalah model
matematik berbasis sifat-sifat fisik material tubuh bendungan,
antara lain :
diameter rata-rata (d50),
sudut geser dalam (),
berat jenis () dan
kohesi (C).
Juga dapat dimodelkan adanya material inti tubuh bendungan
yang berbeda dengan material tubuh bendungan bagian luar
serta adanya lapisan rumput pada lereng hilir tubuh bendungan.
Model matematik ini diberi nama BREACH- An Erosion Model
For Earthen Dam Failures. Karena model ini berbasis fisik,
maka parameternya mudah ditentukan berdasarkan sifat-sifat
meterial tubuh bendungan, sehingga banyak kelebihannya
dibandingkan model pertama.
48
Model Erosi Rekahan
Wcr
Hy
Hu
Hi
ZU
ZD
Hsp (Spillway Crest)
1 1
D50 c Lapisan rumput
D50 S
Hl
49
50
Penelusuran Banjir Dinamik
Hidrograf banjir akibat bendungan runtuh ini kemudian ditelusurkan
ke lembah hilir.
Analisis penelusuran menggunakan penelusuran banjir dinamik,
berdasarkan persamaan Saint Venant (aliran tak tetap 1 dimensi),
Digabung dengan persamaan batas internal pada bangunan (rumus
aliran lewat bendung ambang lebar).
Analisis ini dilakukan menggunakan program NWS DAMBRK,
FLDWAV, HECRAS, SOBEK, MIKE 11 dll.
Hasil analisis berupa profil muka air banjir maksimum serta
hidrograf banjir pada lokasi tertentu.
Dengan data di atas dapat dihasilkan peta genangan banjir di
bagian hilir sebagai dasar pembuatan Rencana Tindak Darurat
(RTD).
51
Rekahan
Rekahan adalah lubang yang terbentuk pada saat bendungan runtuh.
Mekanisme keruntuhannya sendiri sampai saat ini tidak diketahui
secara pasti baik untuk bendungan tanah maupun bendungan beton.
Untuk memperkirakan banjir di hilir akibat runtuhnya bendungan di
masa lalu, biasanya diasumsi bahwa bendungan akan runtuh
seketika dan seluruhnya.
Para peneliti gelombang bajir akibat runtuhnya bendungan seperti
Ritter (1892), Shocklitsch (1917), Re (1946), Dressler (1954),
Stoker (1957), Su dan Barnes (1969), serta Sakkas dan Strelkoff
(1973) menganggap rekahan akan mencakup seluruh bendungan
dan terjadi seketika.
Peneliti lain, seperti Schocklitsch (1917) dan Army Corps of
Engineers (1960), menganggap runtuhnya sebagian bendungan
saja bukan keseluruhan dan terjadi seketika.
Asumsi ini dianggap benar untuk kasus bendungan beton, akan tetapi
tidak demikian untuk bendungan tanah maupun pasangan batu
52
Rekahan
Secara umum rekahan dapat terjadi dengan
diawali terjadinya :
Limpasan di atas puncak bendungan
(Overtopping), atau
Rembesan yang terjadi dalam tubuh bendungan
(Piping)
53
Rekahan Limpasan (Overtopping)
Parameter Rekahan Limpasan :
Interval waktu terjadinya rekahan ()
Disebut juga waktu keruntuhan, adalah durasi waktu
antara rekahan pertama yang terjadi sampai terbentuk
seluruhnya.
Untuk keruntuhan limpasan, awal terbentuknya rekahan
adalah setelah lereng hilir tubuh bendungan telah tererosi
habis dan alur yang terbentuk telah mencapai lereng hulu.
Lebar dasar rekahan akhir (b)
Lebar akhir b merupakan fungsi lebar rata-rata rekahan (brt)
dalam rumus :
………………………(1)
b = brt – Z hd
Bila < 1 menit, maka lebar dasar rekahan dimulai dengan
nilai b (keruntuhan seketika).
54
Rekahan Limpasan (Overtopping)
Rekahan
1
1 1
Z
Z 1 Z
hd
h
hb
hbm b
55
56
Rekahan Limpasan (Overtopping)
Elevasi dasar rekahan disimulasikan sebagai fungsi dari
waktu () sbb:
tb
hb hd (hd hbm ) jika 0 t b ………(2)
dimana :
hd : Elevasi puncak bendungan
hbm : Elevasi akhir dari dasar rekahan dimana umumnya, tetapi tidak
harus, sama dengan elevasi dasar waduk atau elevasi dasar
bangunan pengambilan,
tb : Waktu, dihitung dari saat terjadinya rekahan,
: Parameter yang menunjukkan derajad ketidak linieran, = 1
menunjukkan hubungan linier, = 2 hubungan non linier
kuadratik. Rentang nilai adalah 1 ≤ ≤ 4. Umumnya yang
digunakan adalah hubungan linier
57
Rekahan Limpasan (Overtopping)
Lebar dasar rekahan pada suatu saat (bi) sbb:
60
Rekahan Rembesan (Piping)
Runtuhnya bendungan diawali dengan rembesan
yang terjadi di dalam tubuh bendungan.
Parameter rekahan rembesan adalah:
Elevasi titik pusat lubang rembesan
Dimensi awal lubang rembesan
hd h
hf
hbm
b
61
Film Proses Keruntuhan
62
Memperkirakan Parameter Rekahan
Bendungan tanah cenderung tidak runtuh seluruhnya
ataupun runtuh seketika.
Rekahan akhir dari bendungan tanah secara umum
mempunyai lebar rata-rata (brt) dalam rentang :
h ≤ brt ≤ 5 hd ………….………(4)
64
Memperkirakan Parameter Rekahan
Cara lain untuk memeriksa kebenaran parameter brt dan
adalah dengan rumus berikut :
3
C
Q p 3,1 brt …………………………..(7)
C
hd
65
Memperkirakan Parameter Rekahan
dimana :
Q*p = Perkiraan debit puncak melalui rekahan [cfs]
Vr = Volume waduk [acre-ft]
hd = Tinggi bendungan [ft]
C = 23,4 As/brt
As = Luas daerah genangan waduk pada elevasi puncak
bendungan [acres]
66
Memperkirakan Parameter Rekahan
Setelah menetapkan nilai brt dan , persamaan (7) dapat
digunakan untuk menghitung besarnya Qp, yang
kemudian dibandingkan dengan nilai Q*p yang diperoleh
dari persamaan (6).
Jika Qp >> Q*p , maka nilai brt terlalu besar dan atau nilai
terlalu kecil,
Bila Qp << Q*p, maka nilai brt terlalu kecil dan atau nilai
terlalu besar.
67
Model BREACH
Fread (1984a, 1987a) mengembangkan model erosi
rekahan untuk bendungan tanah yang disebut sebagai
BREACH.
Model ini adalah model matematik berbasis fisik
(physically based mathematical model) yang
memperkirakan karakteristik rekahan (ukuran, bentuk,
waktu terbentuk) dan hidrograf debit banjir yang
dihasilkan dari rekahan bendungan tanah.
Model BREACH dikembangkan dengan menggabungkan
konservasi massa aliran masuk waduk, aliran ke luar
lewat pelimpah, dan debit air yang ke luar dari rekahan,
dengan kapasitas angkutan sedimen dari aliran seragam
tak tetap sepanjang saluran rekahan yang terbentuk karena
terjadinya erosi. 68
Model BREACH
Kemiringan dasar dari saluran rekahan dianggap sama
dengan kemiringan lereng hilir tubuh bendungan.
Pembesaran dari saluran rekahan tergantung dari
karakteristik material tubuh bendungan (D50, berat jenis,
sudut geser dalam dan kohesi).
69
Model BREACH
Model ini memperhitungkan adanya kondisi berikut :
Material inti bendungan yang mempunyai sifat berbeda
dengan material tubuh bendungan bagian luar,
Terbentuknya alur kecil sepanjang lereng hilir tubuh
bendungan sebelum terbentuknya rekahan yang
sesungguhnya akibat limpasan air (overtopping),
Lereng hilir bendungan dapat tertutup lapisan rumput
atau tertutup oleh lapisan batuan (rip rap) yang
mempunyai ukuran butir lebih besar dari material butiran
di bagian luar tubuh bendungan,
Pembesaran rekahan melalui mekanisme keruntuhan
struktural sebagian tubuh bendungan secara tiba-tiba,
dimana rekahan terjadi karena tekanan hidrostatik
melebihi gaya tegangan geser dan kohesi material.
70
Model BREACH
Model ini memperhitungkan adanya kondisi berikut :
Pembesaran lebar rekahan karena runtuhnya lereng
samping rekahan mengikuti teori stabilitas lereng, dan
Terjadinya rekahan diawali oleh rembesan (piping) yang
berkembang menjadi aliran bebas pada rekahan.
71
Teori Dasar Rekahan
Model BREACH mensimulasikan keruntuhan bendungan
tanah seperti diperlihatkan pada gambar di bawah.
Bendungan dapat berupa bendungan tanah homogen
atau dapat terdiri dari dua macam material : bagian luar
maupun bagian inti dengan karakterisitik material yang
berbeda.
Karakteristik material disajikan dengan parameter sbb :
: sudut geser dalam,
C : kohesi,
D50 : diameter rata-rata butiran [mm], dan
: berat jenis.
72
Teori Dasar Rekahan
Geometri dari lereng hilir bendungan dilukiskan dengan
memberikan data :
elevasi dasar bendungan (Hl) dan
puncak bendungan (Hu),
perbandingan kemiringan lereng 1 (vertikal) : ZD (horisontal).
Sedangkan geometri lereng hulu dilukiskan dengan
memberikan data perbandingan kemiringan lereng 1
(vertikal) : ZU (horisontal).
Pada bendungan buatan, diperlukan data tambahan,
yaitu lebar puncak bendungan (bagian datar di puncak)
(Wcr), sedangkan untuk bendungan-tanah longsor
(bendungan yang terbentuk akibat tanah longsor), tidak
terdapat puncak-datar maupun pelimpah.
73
Teori Dasar Rekahan
B A
Wcr
Hy
Hu
Hi
ZU
ZD
Hsp (Spillway Crest)
1 1
D50 c
D50 S
Hl
Qb 3 Bo ( H H c )1,5 ……………….…….………(8)
76
Rekahan Limpasan
dimana :
Qb : Debit aliran ke dalam saluran rekahan,
Bo : Lebar awal saluran yang berbentuk segi empat,
Hc : Elevasi dasar rekahan.
77
Rekahan Limpasan
Bila lereng hilir bendungan tertutup lapisan rumput, kecepatan
air sepanjang lereng akan dihitung setiap saat dengan rumus
Manning. Bila kecepatan ini melebihi kecepatan maksimum
yang diijinkan untuk saluran berlapis rumput, maka erosi baru
terjadi sepanjang lereng hilir.
78
Rekahan Limpasan
Saat mulai erosi, seketika dianggap terbentuk sebuah selokan
sedalam 1 ft dengan lebar dua kali kedalaman sepanjang
permukaan lereng hilir.
Proses erosi dalam selokan sama dengan kasus dimana
lereng hilir tidak ditutup rumput.
Kecepatan sepanjang lereng hilir dihitung dengan rumus :
q 3( H H c )1, 5
0, 6
q n'
y
1,49 1 / ZD
n' aq b
V q/ y 79
Rekahan Limpasan
dimana :
Q = debit limpasan per ft panjang puncak bendungan
H-Hc = hidrostatic head di atas puncak [ft]
n’ = koefisien Manning untuk saluran dilapis rumput (Chow,
1959)
a dan b = koefisien regresi dari grafik oleh Chow
80
Rekahan Rembesan (Piping)
Jika diinginkan simulasi rekahan karena rembesan, maka
elevasi muka air (H) di waduk harus lebih besar dari pada
elevasi pusat lubang awal rembesan (Hp) yang berbentuk
segi empat.
Dasar lubang rembesan akan tergerus vertikal ke bawah
sementara puncak lubang akan tergerus vertikal ke atas
dengan kecepatan yang sama. Aliran ke dalam lubang
dikendalikan oleh rumus aliran melalui lubang sebagai
berikut:
0,5
2 g ( H H )
Qb A
p
……………….…….………(9)
fL
(1
D
81
Rekahan Rembesan (Piping)
dimana :
Qb : Debit aliran melewati lubang rembesan [cfs]
g : Percepatan gravitasi [ft/sec2]
A : Luas penampang lubang [ft2]
(H-Hp) : Tinggi tekan hidrostatik pada lubang [ft]
L : Panjang lubang [ft]
D : Diameter atau lebar lubang [ft]
f : Koefisien kekasaran Darcy-Weisbach
82
Rekahan Rembesan (Piping)
H H p 2 ( H pu H p ) ……………….…….………(10)
84
Garis Pusat Rekahan Bo
Hc
Hd
Bendungan Bendungan
Bom
H
H’c H’
Y
Hd Y/3
Bendungan Bendungan
H H ' ……………….…….……(13b)
……………….…….……(13c)
Bo Br y 1 87
Rekahan Rembesan (Piping)
Bo Bom 1 ……………….…….……(13d)
H H c' y / 3 ……………….…….……(13i)
89
Penentuan Elevasi Air Waduk
Untuk menghitung perubahan elevasi muka air waduk (H)
digunakan konservasi massa, merupakan fungsi dari:
Debit aliran masuk waduk (Qi)
Aliran ke luar melalui pelimpah (Qsp)
Limpasan di atas bendungan (Qo)
Aliran melalui rekahan (Qb)
Karakteristik tampungan waduk
Konservasi massa pada interval waktu (t) dalam jam
diberikan pada rumus berikut :
Qi Qb Qsp Qo S a
H 43560 ……………….…….……(13j)
t 3600
90
Penentuan Elevasi Muka Air Waduk
dimana :
H = perubahan elevasi muka air waduk selama interval waktu t
Sa = luas permukaan waduk pada elevasi H (acre)
Persamaan (13 j) disederhanakan menjadi :
H
0,0826 t
Sa
Qi Qb Qsp Qo ……………….…….……(13k)
H H ' H ……………….…….……(13l)
91
Saluran Rekahan (Breach Channel)
Aliran pada rekahan diasumsikan sebagai aliran quasi
seragam dan mengikuti rumus Manning berikut:
1,49 S 0,5 A1,67
Qb
n P 0.67
dimana :
S = 1/ZD
A = luas penampang selokan
P = keliling basah
n = koefisien Manning, dihitung dengan rumus Strickler
berdasarkan rata-rata diameter material saluran rekahan.
n 0,013 D500,167
92
Saluran Rekahan (Breach Channel)
Bila saluran rekahan adalah segi empat, kedalaman
normal yn dapat dihitung dengan rumus berikut :
0, 6
Qb n
yn 0,5
1,49 Bo S
Bila saluran berbentuk trapesium, maka kedalaman
normal dihitung dengan rumus Manning dan
diselesaikan dengan trial and error
93
Angkutan Sedimen
Kecepatan erosi dari rekahan tergantung dari kapasitas
angkutan sedimen dari aliran melalui rekahan.
Digunakan rumus angkutan sedimen Mayer-Peter dan
Muller yang dimodifikasi oleh Smart (1984) untuk saluran
curam :
2/3
D
Qs 3,64 ( D90 / D30 ) 0, 2 P S 1,1 ( DS T )
n
T 0,0054 c D50 (noncohesive)
b'
T ( PI ) c ' (cohesive)
62,4
c a' 0'
94
Angkutan Sedimen
tan 1 S
*0 , 970
0,122 / R
'
0 R* 3
*0 , 266
0,056 / R
'
0 3 R * 10
0' 0,0205 / R *0,173 R * 10
S 1 / ZD
R * 1524 D50 ( DS ) 0,5
dimana :
Qs = angkutan sedimen
D30 , D50, D90 = gradasi butiran [mm]
D = kedalaman hidraulik [ft]
S = kemiringan lereng hilir
’o = tegangan geser kritis shield
95
Angkutan Sedimen
dimana :
PI = indeks plastisitas
b’, c’ = koefisien empiris, nilainya sebagai berikut:
0,002 b’ 0,019; 0,54 c’ 0,84
96
Pembesaran Rekahan Dengan Runtuh Seketika
97
Pembesaran Rekahan Dengan Runtuh Seketika
WccXP
hd
Yn
ZU ZD
1 Fss 1
Yc Fw Fcs
Jenuh Tak Jenuh
Fsb Fcb
98
Pembesaran Rekahan Dengan Runtuh Seketika
99
Pembesaran Rekahan Dengan Runtuh Seketika
100
Algoritma Perhitungan
Langkah perhitungan adalah iterasi karena aliran dalam rekahan
merupakan fungsi dari elevasi dasar rekahan dan lebar dasar
rekahan, sementara karakteristik rekahan tergantung dari kapasitan
angkutan sedimen dari rekahan dan angkutan sedimen tergantung
dari dimensi rekahan dan aliran.
Iterasi dimulai dengan memberikan nilai awal kedalaman erosi
(H’c). Nilai ini perkiraan ini dapat diekstrapolasi dari nilai
perhitungan sebelumnya.
Algoritma perhitungan sebagai berikut :
1. Waktu di tambah : t = t’ + t
2. Hitung Hc menggunakan perkiraan H’c : Hc = H’c - H’c
3. Hitung elevasi waduk : H = H’ + H, dimana H’ adalah nilai perkiraan
perubahan elevasi muka air waduk.
4. Hitung Qsp, Qi, Qo pada elevasi muka air waduk H
5. Hitung H dari pers (13 k), menggunakan nilai Qb dari perhitungan
sebelumnya.
6. Hitung elevasi muka air waduk H = H’ + H
101
Algoritma Perhitungan
Algoritma perhitungan sebagai berikut :
7. Hitung debit rekahan (Qb)
8. Hitung Bo, , B, P, dan R untuk saluran rekahan
9. Hitung angkutan sedimen (Qs)
10. Hitung Hc = 3600 t Qs/[Po L (1 – Por) dimana L panjang dari saluran
rekahan, Por adalah porositas dari material rekahan, dan Po adalah
total perimeter rekahan.
Po = Bo + 2 (Hu – Hc)/cos
11. Hitung Hc berdasarkan perkiraan H’c ; jika 100 (H’c - Hc )/ Hc <
E, dimana E adalah toleransi kesalahan
12. Periksaan terhadap keruntuhan
13. Ekstrapolasi untuk nilai H’c dan H’
14. Jika t < durasi perhitungan (te) kembali ke langkah (1)
15. Plot hidrograf outflow.
102
Aplikasi Model
Program BREACH telah diterapkan untuk memodelkan
keruntuhan 4 buah bendungan, yaitu :
Teton
Lawn Lake
Mantaro Landslide Dam
Spirit Lake Landslide Dam
103
104
105
106
Foto-foto Keruntuhan Bendungan Teton Amerika
Tahun 1976
107
108
109
110
111
112
113
Bimbingan Teknis Analisis Keruntuhan Bendungan
Makassar 13 – 15 September 2017
114
115