You are on page 1of 15

MAKALAH TBC

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Preskripsi

Kelompok 4

Farmasi D

TAUFIK HALDI (201510410311154)


HEFTI ARI FRANSISKA (201510410311158)
DIAN PUSPITA LOKA (201510410311161)
DIMA ATSYARI (201510410311182)
SALFA ALHAMID (201510410311194)
ANIS NURFAISAH (201510410311202)

Program Studi Farmasi

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Malang

2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya atas rahmat dan
pentunjuk-Nya kami dapat menyelesaikan laporan ini. Laporan ini kami susun berdasarkan
praktikum yang telah kami kerjakan.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
menyelesaikan laporan praktikum Preskripsi “TBC” para dosen yang membimbing kami pada
saat praktikum maupun dalam pembuatan laporan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karenanya kami mohon dan sangat kami harapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
demi sempurnanya laporan berikutnya.

Malang,15 Mei 2018

Penulis

i
Daftar Isi

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan masalah


1. Apa definisi dari penyakit TBC?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi TBC ?
3. Bagaimana klasifikasi TBC?
4. Bagaimanakah etiologi penyakit TBC ?
5. Bagaimana pathway dari TBC ?
6. Bagaimanakah Epidemiologi TBC ?
7. Bagaimanakah patofisiologi penyakit TBC ?
8. Bagaimanakah Manifestasi Klinis penyakit TBC ?
9. Bagaimanakah Komplikasi TBC ?
10. Bagaimanakah terapi farmakologi penyakit TBC ?
11. Bagaimanakah terapi non-farmakologi penyakit TBC?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari penyakit TBC
2. Untuk mengetahui anatomi dan fisiolgi TBC
3. Untuk mengetahui klasifikasi TBC
4. Untuk mengetahui etiologi penyakit TBC
5. Untuk mengetahui pathway TBC
6. Untuk mengetahui Epidemiologi TBC
7. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit TBC
8. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis penyakit TBC
9. Untuk mengetahui Komplikasi TBC
10. Untuk menegtahui terapi farmakologi penyakit TBC
11. Untuk mengetahui terapi non-farmakologi penyakit TBC

3
4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian TB
Tuberculosis (TB) merupakan penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim
paru, dengan agen infeksius utama Mycobacterium tuberculosis (Smeltzer & Bare, 2001).
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis yaitu suatu bakteri yang tahan asam (Suriadi, 2001). Tuberculosis paru adalah suatu
penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycrobacterium Tuberculosis.Sebagian
bersar kuman tuberculosis menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya
(Depkes, 2008). Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis yang dapat menyerang pada berbagai organ tubuh mulai dari paru dan organ di luar
paruseperti kulit, tulang, persendian, selaput otak, usus serta ginjal yang sering disebut dengan
ekstrapulmonal TBC (Chandra,2012).

Nama tuberkulosis berasal dari tuberkel yang berarti tonjolan kecil dan keras yang
terbentuk waktu sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi bakteri dalam paru. Tb paru
ini bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan
nekrosis jaringan. Tb paru dapat menular melalui udara, waktu seseorang dengan Tb aktif pada
paru batuk, bersin atau bicara.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Tuberculosis Paru adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis suatu basil yang tahan asam
yang menyerang parenkim paru atau bagian lain dari tubuh manusia.

5
2.2 Anatomi dan Fisiologi

Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar toraks, yang merupakan suatu
bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan tekanan. Paru-paru ada dua, merupakan alat
pernafasan utama, paru-paru mengisi rongga dada, terletak di sebelah kanan dan kiri dan di tengah
dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah besarnya dan struktur lainnya yang terletak di
dalam mediastinum.
Mediastinum adalah dinding yang membagi rongga toraks menjadi dua bagian. Mediastinum
terbentuk dari dua lapisan pleura. Semua struktur toraks kecuali paru-paru terletak diantara kedua
lapisan pleura. Bagian terluar paru-paru dilindungi oleh membran halus dan licin yang disebut
pleura yang juga meluas untuk membungkus dinding interior toraks dan permukaan superior
diafragma, sedangkan pleura viseralis melapisi paru-paru. Antara kedua pleura ini terdapat ruang
yang disebut spasium pleura yang mengandung sejumlah kecil cairan yang melicinkan permukaan
dan memungkinkan keduanya bergeser dengan bebas selama ventilasi.
Setiap paru dibagi menjadi lobus-lobus. Paru kiri terdiri atas lobus atas dan bawah.
Sementara paru kanan mempunyai lobus atas, tengah dan bawah. Setiap lobus lebih jauh dibagi
lagi menjadi segmen yang dipisahkan oleh fisurel yang merupakan perluasan pleura. Dalam setiap
lobus paru terdapat beberapa divisi-divisi bronkus. Pertama adalah bronkus lobaris (tiga pada paru
kanan dan pada paru kiri). Bronkus lobaris dibagi menjadi bronkus segmental (sepuluh pada paru

6
kanan dan delapan pada paru kiri). Bronkus segmental kemudian dibagi lagi menjadi bronkus sub
segmental.
Bronkus ini dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki arteri, limfotik dan syaraf. Bronkus
subsegmental membantu percabangan menjadi bronkiolus. Bronkiolus membantu kelenjar
submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk laposan
bagian dalam jalan nafas. Bronkus dan bronkiolus juga dilapisi sel-sel yang permukaannya dilapisi
oleh silia dan berfungsi untuk mengeluarkan lendir dan benda asing menjauhi paru-paru menuju
laring. Bronkiolus kemudian membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang tidak
mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis kemudian menjadi saluran transisional
antara kalan udara konduksi dan jalan udara pertukaran gas. Bronkiolus respiratori kemudian
mengarah ke dalam duktus alveolus dan jakus alveolar kemudian alveoli. Pertukaran oksigen dan
karbondioksida terjadi di dalam alveoli.
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel-sel alveolar, yaitu tipe I
adalah sel membentuk dinding alveolar. Sel-sel alveolar tipe II adalah sel-sel yang aktif secara
metabolik, mensekresi sufraktan, suatu fostolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah
alveolar agar tidak kolaps. Sel alveoli tipe III adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagosit
besar yang memakan benda asing, seperti lendir dan bakteri, bekerja sebagai mekanisme
pertahanan yang penting (Smeltzer & Bare, 2002).

2.3 Klasifikasi TB

Ada beberapa klasifikasi Tb paru yaitu menurut Depkes (2007) yaitu :

A. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:


1. Tuberkulosis paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru. tidak
termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
2. Tuberkulosis ekstra paru Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang,
persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.

7
Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada Tb Paru :

1. Tuberkulosis paru BTA positif

Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.


1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan
gambaran tuberkulosis.
1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman Tb positif.
1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah
pemberian antibiotika non OAT.

2. Tuberkulosis paru BTA negatif


Kriteria diagnostik Tb paru BTA negatif harus meliputi:
Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif.
Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.

B. Klasifikasi berdasarkan tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan


sebelumnya. Ada beberapa tipe pasien yaitu:
1. Kasus baru adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
2. Kasus kambuh (relaps) Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah
mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh tetapi kambuh lagi.
3. Kasus setelah putus berobat (default) Adalah pasien yang telah berobat dan putus
berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.
4. Kasus setelah gagal (failure) Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap
positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.

8
5. Kasus lain Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas, dalam
kelompok ini termasuk kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA
positif setelah selesai pengobatan ulangan (Depkes RI, 2006).

2.4 Etiologi

Penyebab dari penyakit tuebrculosis paru adalah terinfeksinya paru oleh


micobacterium tuberculosis yang merupakan kuman berbentuk batang dengan ukuran
sampai 4 mycron dan bersifat anaerob. bentuk dari bakteri ini yaitu batang, tipis, lurus
atau agak bengkok, bergranul, tidak mempunyai selubung tetapi kuman ini mempunyai
lapisan luar yang tebal yang terdiri dari lipoid (terutama asam mikolat). Sifat dari bakteri
ini agak istimewa, karena bakteri ini dapat bertahan terhadap pencucian warna dengan
asam dan alkohol sehingga sering disebut dengan bakteri tahan asam (BTA). Selain itu
bakteri ini juga tahan terhadap suasana kering dan dingin. Bakteri ini dapat bertahan pada
kondisi rumah atau lingkungan yang lembab dan gelap bisa sampai berbulan-bulan
namun bakteri ini tidak tahan atau dapat mati apabila terkena sinar, matahari atau aliran
udara (Widoyono,2011).

Sifat ini yang menunjukkan kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi
kandungan oksigennya, sehingga paru-paru merupakan tempat prediksi penyakit
tuberculosis. Kuman ini juga terdiri dari asal lemak (lipid) yang membuat kuman lebih
tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Penyebaran
mycobacterium tuberculosis yaitu melalui droplet nukles, kemudian dihirup oleh
manusia dan menginfeksi (Depkes RI, 2002).

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium


tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis ditemukan oleh Robet Koch pada tahun 1882.
Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering,
tetapi dalam cairan mati dalam suhu 600 C dalam 15-20 menit. Fraksi protein basil
tuberkulosis menyebabkan nekrosis jaringan, sedangkan lemaknya menyebabkan sifat
tahan asam dan merupakan faktor terjadinya fibrosis dan terbentuknya sel epiteloid dan
tuberkel.(FKUI,2005).

9
Gambar Mycobacterium tuberculosis

2.5 Pathway

10
2.6 Patofisiologi

2.7 Epidemiologi

2.8 Manifestasi Klinis

2.9 Komplikasi

Tb paru apabila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan komplikasi.Komplikasi-


komplikasi yang terjadi pada penderita Tb paru dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Komplikasi dini: komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis, usus.

2. Komplikasi pada stadium lanjut: Komplikasi-komplikasi yang sering terjadi pada


penderita stadium lanjut adalah:

a. Hemoptisis masif (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena sumbatan jalan nafas atau syok hipovolemik

b. Kolaps lobus akibat sumbatan duktus

c. Bronkietaksis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada
proses pemulihan atau reaktif) pada paru

d. Pnemotoraks spontan, yaitu kolaps spontan karena bula/blep yang pecah

e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal, dan sebagainya

2.10 Penatalaksanaan

2.10.1 Terapi Farmakologi

2.10.2 Terapi Non Farmakologi

• Istirahat yang cukup

11
• Diet sehat, dianjurkan mengkonsumsi banyak lemak dan vitamin A untuk
membentuk jaringan lemak baru dan meningkatkan sistem imun.

• Menjaga sanitasi/kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal.

• Menjaga sirkulasi udara di dalam rumah agar selalu berganti dengan udara yang
baru.

• Berolahraga, seperti jalan santai di pagi hari.

• Mencegah penularan

• Memulihkan kondisi pasien

• Pembedahan untuk mengambil jaringan yang rusak permanen

• Menghindari kontak langsung dengan pasien TB

• Rajin mengontrol gula darah

12
BAB III

KESIMPULAN

13
DAFTAR PUSTAKA

Chandra B,2012. Pengantar Kesehatan Lingkungan . Jakarta : Kedokteran EGC.


Departemen Kesehatan RI.2005. Pharmaceutical Care Untuk TBC.
Gunawan,sulistia.2009. Farmakologi dan Terapi . Jakarta : Fakultas Kedokteran UI.
Smeltzer,Suzanne C. dan Bare,Brenda G,2002., Buku Ajar keperawatan Medikal. Bedah Brunner
dan Suddarth.
Suriadi,Rita Yuliani,2001. Asuhan Keperawatan pada anak Edisi 2 . Jakarta .
Widoyono.,2011. Penyakit Tropis (epidemiologi,penularan,pencegahan & Pemberantasannya).
Jakarta: Erlangga.

14

You might also like