You are on page 1of 2

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 latar Belakang

Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu tanaman


penghasil minyak atsiri yang cukup penting, yaitu minyak nilam atau lebih dikenal
dengan nama patchouly oil. Minyak nilam bersama dengan 14 jenis minyak atsiri
lainnya adalah komoditas ekspor penghasil devisa. Minyak nilam Indonesia sudah
dikenal dunia sejak 65 tahun yang lalu, bahkan Indonesia merupakan pemasok
utama minyak nilam dunia (90%). Ekspor nilam Indonesia berfluktuasi dengan laju
peningkatan ekspor sekitar 12% per tahun atau berkisar antara 700 ton - 2.800 ton
minyak nilam per tahun. Sementara itu kebutuhan dunia berkisar 1.200 ton – 1.500
ton dengan pertumbuhan sebesar 5% per tahun.

Sebagai komoditas ekspor, minyak nilam mempunyai prospek yang cukup


baik, karena permintaan akan minyak nilam sebagai bahan baku industri parfum,
kosmetik, sabun dan lainnya akan terus meningkat. Fungsi minyak nilam dalam
industri parfum adalah untuk memfiksasi bahan pewangi dan mencegah penguapan
sehingga wangi tidak cepat hilang, serta membentuk bau yang khas dalam suatu
campuran (Ketaren dalam Emmyzar dan Yulius, 2004). Hal ini menyebabkan
minyak nilam mutlak diperlukan dalam industri parfum.

Minyak nilam merupakan salah satu dari beberapa jenis yang termasuk ke
dalam kelompok minyak atsiri atau essential oils yang merupakan komoditi ekspor
Indonesia. Minyak nilam hingga saat ini memberikan kontribusi terbesar
dibandingkan jenis-jenis minyak atsiri lainnya. Hal ini dikarenakan tanaman nilam
dapat tumbuh baik pada berbagai kondisi lahan yang terdapat di Indonesia. Hingga
saat ini, terdapat beberapa sentra penghasil produk tanaman nilam diantaranya
Nanggroe Aceh Darussalam, Kalimantan, Bengkulu dan Jawa.

Minyak nilam merupakan salah satu komoditi ekspor yang dimiliki


Indonesia yang cukup tinggi nilainya, namun demikian hal tersebut tidak bisa
dirasakan manfaatnya secara signifikan di tingkat petani maupun penyuling,
ditambah lagi dengan masalah tingkat permintaan dunia yang kian tak seimbang
dengan pertumbuhan produksi nilam di Indonesia. Hal ini terjadi dikarenakan
ditingkat petani dan penyuling belum menerapkan strategi pembudidayaan,
pengolahan dan pemasaran yang dapat memberikan nilai tambah pada produk
tersebut sehingga seringkali terjadi kelangkaan bahan baku ataupun over supply
yang pada akhirnya membuat harga minyak nilam menjadi berfluktuasi dengan
nilai yang cukup drastis yang membuat banyak para petani maupun pelaku usaha
produk ini memilih untuk beralih kepada komoditi yang lain.

Fenomena terjadinya naik-turun harga komoditi minyak nilam memainkan


peranan penting dalam perkembangan agroindustri komoditi ini. Banyak para
pengusaha yang tidak dapat bertahan, akhirnya memberhentikan sementara atau
bahkan menutup usahanya pada saat harga komoditi ini jatuh pada nilai terendah (<
Rp.150.000). Begitupun juga sebaliknya, pada saat harga komoditi ini berada pada
nilai tertinggi (> Rp.1.200.000), banyak pula bermunculan pemain-pemain baru
pada bidang usaha ini, yang pada akhirnya hal ini juga menyebabkan terjadinya
kembali penurunan harga komoditi ini. Hal ini merupakan tantangan bagi setiap
pihak yang terlibat dalam agroindustri ini untuk dapat bertahan dalam
ketidakpastian harga yang sewaktu-waktu bisa mengacam keberlangsungan
usahanya. Hal ini seharusnya mendorong pihak pemerintah agar dapat memberikan
perhatian yang lebih dengan melakukan tindakan-tindakan strategis yang
seharusnya diambil untuk dapat mendukung berkembangnya agroindustri minyak
nilam ini.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Apa masalah yang dihadapi agroindustri nilam yang ada di Muna Barat?
2. Bagaimana solusi yang di tawarkan oleh penulis untuk mengatasi masalah
tersebut?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui masalah agroindustri nialam yanga ada di Muna Barat.
2. Untuk mengetahui solusi yang ditawarkam penulis untuk masalah tersebut.

You might also like