Professional Documents
Culture Documents
Email : Fauzialaily6@gmail.com
Email : rah.rizqy@gmail.com
Abstract :
Cooking oil is one of the nine staple commodities (SEMBAKO) which is strategic and
multipurpose which concerns the welfare of the community. These two properties make cooking
oil a commodity that has an important role in the Indonesian economy. As the largest producer of
crude palm oil, Indonesia is currently enjoying an upward trend in palm oil prices on the world
market. Unfortunately, the rapid development of the palm oil industry in Indonesia is not
accompanied by transparency of authorities and weak governance.
The price of cooking oil in recent years has increased quite high. The cooking oil crisis
is almost evenly distributed in almost all cities in a country that is one of the largest producers of
palm oil in the world. With the condition of the price of cooking oil that is increasingly soaring,
it makes a number of business actors increasingly difficult to obtain it.
So that many of the household consumers and industrial consumers, especially the food
processing industry, use used cooking oil (used oil) to be reused, as a result the quality of the
resulting product decreases. Because if business actors increase the price of food, it will affect
the interest of buyers.
Keywords : Operational management, rising oil prices
AOSCM: Articles on Operations and Supply Chain Management (OSCM)
Minyak goreng adalah salah satu bagian dari (SEMBAKO) Sembilan Bahan Pokok yang
multiguna yang menyangkut kesejahteraan masyarakat . hal ini membuat minyak goreng menjadi
salah satu yang memiliki peran penting dalam perekonomian indonesia. Sebagai negara produsen
minyak sawit mentah terbesar, Indonesia saat ini tengah menikmati tren naiknya harga minyak
sawit di pasar domestik. Sayangnya, pesatnya perkembangan industri sawit di Indonesia tidak
dibarengi dengan transparansi otoritas dan masih lemahnya tata kelola.
Harga minyak goreng beberapa tahun ini mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari
semula harga minyak goreng Rp. 14.000/liter menjadi Rp. 28.000/liter. Krisis minyak goreng
nyaris merata di hampir seluruh kota di indonesia , tidak hanya itu menurut Kemendag naiknya
harga minyak goreng ini diikuti dengan kelangkaan minyak goreng yang dimana beberapa
pabrik/perusahaan minyak menimbun mniyak goreng hampir 1 ton liter . Dengan kondisi harga
minyak goreng yang semakin melambung tinggi, membuat sejumlah pelaku usaha semakin
kesusahan dalam memperolehnya.
Sehingga banyak dari sebagian konsumen rumah tangga maupun konsumen industry
terutama industry pengolahan makanan menggunakan minyak jelantah (minyak bekas pakai)
untuk digunakan kembali, akibatnya kualitas yang dihasilkan pun menurun. Karena jika para
pelaku usaha menaikan harga makanan akan mempengaruhi para minat pembeli.
Pendahuluan
Fenomena beberapa tahun terakhir menunjukkan adanya gejolak harga CPO dunia,
dan berdampak pada gejolak harga minyak goreng di pasar domestik. Namun, ketika terjadi
penurunan harga di pasar input (CPO), harga minyak goreng di pasar domestik tidak berespon
secara proporsional. Hal ini dapat memicu terjadinya perilaku ataupun praktek persaingan
usaha tidak sehat yang dilakukan oleh para pelaku usaha minyak goreng di Indonesia
(sehingga mengkondisikan harga minyak goreng relatif tetap tinggi meskipun variabel input
(CPO) telah mengalami penurunan harga yang signifikan).
Industri minyak goreng tidak terlepas dari industri hulu, yakni industri CPO
domestik. Selain untuk memenuhi kebutuhan domestik, komoditas CPO juga memiliki
orientasi ekspor yang sangat tinggi. Hal ini disebabkan oleh permintaan CPO dunia yang
setiap tahun meningkat dengan laju 1,96% per tahun.
Namun juga adanya faktor dari dalam negeri sendiri mengapa harga minyak serta
kelangkaan minyak terjadi, salah satunya ialah masyarakat terlalu “Panic Buying” padahal
kembali normalnya harga minyak sama seperti dulu sebelum harga minyak naik, masyarakat
terlalu hectic dengan harga minyak yang murah dan beranggapan takut kehabisan stok minyak
goreng yang ada, padahal justru jika masyarakat bisa menyikapinya dengan baik kelangkaan
serta kenaikan harga minyak ini mungkin bisa meminimalisir keadaan. Dampak dari “panic
Rumusan Permasalahan
Secara umum permasalahan yang akan difokuskan dalam studi ini adalah :
1. Apa penyebab utama terjadinya kelangkaan serta kenaikan harga minyak goreng di
indonesia ?
2. Bagaiaman system tata kelola perusahaan minyak goreng di indonesia terhadap naiknya
harga minyak goreng di indonesia saat ini ?
3. Bagaimana dampak bagi perusahaan serta bagi masyarakat dari adanya kenaikan harga
minyak goreng ini ?
Manfaat Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana system tata kelola yang dilakukan perusahaan minyak
goreng di indonesia hingga menimbulkan gejolak harga,
2. tidak hanya itu juga untuk mengetahui apa saja dampak serta penyebab dari kenaikan
yang cukup tinggi dari minyak goreng ini.
3. Manfaat penelitian ini bagi penelitian yang akan datang adalah sebagai acuan dalam
melakukan penelitian yang berhubungan dengan kenaikan harga minyak serta kelangkaan
minyak goreng di indonesia .
Minyak goreng bagi masyarakat Indonesia adalah salah satu kebutuhan pokok atau
merupakan salah satu dari Sembako (sembilan bahan pokok) menurut keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan. Dalam kehidupan sehari-hari minyak goreng dikonsumsi oleh
hampir seluruh masyarakat Indonesia baik yang berada di perkotaan maupun perdesaan (Amang,
1996: 37). Minyak goreng digunakan untuk memasak seperti: penumisan, penggorengan dalam
jumlah yang sedikit maupun banyak. Sebab minyak goreng dapat memberikan aroma yang
sedap, cita rasa yang lebih lezat, gurih, membuat makanan menjadi renyah atau crispy, serta
penampilan yang lebih menarik memberikan warna keemasan dan kecoklatan daripada makanan
yang dikukus, direbus atau dipanggang. Buana (2001) dalam Utama (2013) Minyak goreng atau
disebut RBD (Refined, Bleached, Deodorized) Olein merupakan salah satu hasil olahan kelapa
sawit yang menjadi bahan makanan pokok yang mendapat perhatian khusus dari pemerintah.
Minyak goreng dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa memandang status sosial,
ekonomi dan politik. Menurut surat Keputusan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan Nomor : 02240/B/SK/VII/1991 tentang pedoman persyaratan mutu serta label dan
periklanan makanan yang dimaksud minyak goreng (cooking oil) adalah minyak yang diperoleh
dari atau dengan cara memurnikan minyak nabati, dengan tujuan untuk menghilangkan bahan-
bahan logam, bau, asam lemak bebas dan zat-zat warna.
Menurut pendapat Heizer dan Render (2011:4) yang mengatakan bahwa definisi
manajemen Operasi (Operations Management) adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan
nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. Maka dari itulah,
mengapa rata-rata perusahaan besar yang ada di seluruh dunia ini banyak
menerapkan teknik MO (Manajemen Operasional) dikarenakan kesadaran akan pentingnya
perhatian dalam proses produksi guna meningkatkan nilai produksi dan mendapatkan laba.
Manajemen operasi adalah area bisnis yang berfokus pada proses produksi, serta memastikan
pemeliharaan dan perkembangan berlangsung secara efektif dan efesien. Seorang manajer
operasi bertanggung jawab mengelola proses pengubahan input menjadi output.
Tujuan :
4. Memiliki tujuan meningkatkan kualitas perusahaan, atau dikenal juga dengan quality.
5. Mempunyai tujuan mengontrol waktu proses produksi seminimal mungkin, dikenal juga
dengan reduced processing time.
Berbicara ruang lingkup manajemen operasional, terdapat tiga aspek yang berkaitan erat. Aspek
struktural, fungsional, dan lingkungan hampir tidak bisa dilepaskan dari ruang lingkup operation
management.
Sesuai namanya, aspek struktural merupakan aspek tentang pengaturan komponen dalam
membangun suatu sistem operasional sehingga dapat saling berinteraksi satu sama
Meskipun Indonesia berstatus sebagai negara produsen sawit terbesar kedua di dunia,
namun hubungan dengan pengolahan produk turunan tidak terjalin dengan baik. Pembelian
kembali CPO sebagai bahan baku minyak goreng mesti disesuaikan dengan harga yang
ditentukan oleh pasar internasional. Hal ini yang membuat kenaikan minyak goreng tak
terelakkan. Situasi ini merupakan konsekuensi dari perdagangan bebas yang menerapkan standar
harga internasional sebagai hukum ekonomi
Untuk merespons kenaikan harga minyak goreng, pada awal Januari 2022, pemerintah
membuat kebijakan dengan menetapkan kebijakan subsidi minyak goreng. Namun, kebijakan ini
malah membuat stok minyak goreng di pasaran semakin terbatas, bahkan langka.
Beberapa faktor yang memengaruhi kenaikan harga minyak goreng. Salah satunya adalah
harga CPO dunia yang sedang meningkat. Selama 2021, harga CPO mengalami kenaikan yang
sangat drastis.
1. Pertama, terjadinya penurunan produksi CPO di negara produsen akibat Covid-19 serta
gangguan cuaca. Misalnya, produksi CPO Indonesia pada 2021 sebesar 46,88 juta ton
atau turun 0,31% dibandingkan produksi 2020 sebesar 47,03 juta ton.
2. Kedua, permintaan CPO mengalami kenaikan di pasar domestik maupun pasar ekspor.
Untuk permintaan minyak sawit di dalam negeri saja terjadi kenaikan 6% dari 17,34 juta
ton pada 2020 menjadi 18,42 juta ton pada 2021.
3. Faktor ketiga, terjadinya gejala commodity supercycle di masa pandemi Covid-19 saat ini
melahirkan fenomena spekulasi di pasar komoditas, termasuk pada pasar CPO. Masifnya
stimulus fiskal yang digelontorkan berbagai negara dunia selama masa pandemi
menyebabkan bertambahnya uang beredar, sehingga memicu inflasi.
Harga komoditas minyak goreng terus mengalami kenaikan secara signifikan pada akhir
tahun 2021 lalu. Memasuki 2022, harganya masih belum juga mengalami penurunan, bahkan
terus naik. Kemudian Minyak Goreng Kemasan Bermerk pada 30 Desember 2021 harganya Rp
20.600/liter. Sementara kemarin menjadi Rp 20.800/liter.
Untuk mengetahui faktor penyebab kenaikan harga minyak, kita perlu melihat jumlah
produksi, konsumsi, dan ekspor Minyak Sawit. berdasarkan gambar pada atas bahwa produksi
(CPO+CPKO) serta stok cadangan (8 juta ton) lebih besar daripada jumlah konsumsi domestik
(1,67 juta ton), selain itu jumlah konsumsi domestik tidak semakin tinggi signifikan.
Dibandingkan konsumsi domestik jumlah ekspor lebih besar yaitu mencapai tiga juta ton.
Meskipun Indonesia adalah produsen crude palm oil (CPO) terbesar, namun kondisi di
lapangan menunjukkan sebagian besar produsen minyak goreng tidak terintegrasi dengan
produsen CPO. Seharusnya para produsen minyak goreng bisa membangun kerjasama yang baik
dengan produsen CPO yang ada di dalam negeri, sehingga kita tidak perlu mengimpor atau
membeli minyak mentah dari luar , seharusnya kita bisa memanfaatkan hasil dari negeri kita
sendiri yang mana sedang dibutuhkan oleh masyrakat luas.
Dengan adanya Harga minyak goreng yang melonjak tinggi ini membuat kita harus pintar
dalam menghemat penggunaan minyak goreng harian
Kelangkaan minyak goreng yang terjadi di indonesia ini dalam beberapa bulan terakhir
menjadikan harga minyak goreng menjadi naik, dua kali lipat dari harga biasanya. Berbagai
macam upaya sudah dilakukan pemerintah untuk menekan harga minyak goreng di pasaran ,
seperti membatasi kebijakan batas kuota ekspor minyak, pengaturan distribusi minyak hingga
menindak para pelaku yang menimbun minyak goreng , namun kelangkaan minyak goreng di
pasaran tetap saja terjadi dan semakin parah dengan adanya antrian panjang para pembeli minyak
goreng dengan harga diatas normal.
Sebenarnya kelangkaan yang terjadi saat ini bukanlah kelangkaan minyak goreng, akan
tetapi kelangkaan minyak goreng dengan harga terjangkau itu yang sedang terjadi saat ini.
Masyarakat berbondong-bondong mencari produk yang biasa digunakan namun dengan harga
terendah.
Sebagai negara produsen sawit terbesar kita gaperlu takut seolah-olah minyak goreng itu
tidak ada, karena itu tidak mungkin kita hanya perlu menyikapi sewajarnya dan tidak perlu
sampai panic buying untuk membeli minyak karena itu sama saja memperparah keadaan yang
ada.
Dan bagaimana caranya agar kita tidak bergantung pada harga CPO Internasional karena
itu juga salah satu penyebab utama kelangkaan minyak yang diikuti dengan kenaikan harga
minyak goreng di indonesia saat ini.
Tidak hanya itu kelangkaan minyak goreng ini juga didukung oleh proses distribusi ,
minyak goreng ini di distribusi ke berbagai daerah yang mana ini akan berkaitan dengan logistic ,
harga pengangkut truk container saat ini lebih mahal dari harga sebelumnya harga ini juga diikuti
dengan shipping atau perkapalan juga mengalami kenaikan harga, Sehingga terhambatnya proses
distribusi yang ada.
Namun, jika kita bandingkan dengan kasus kelangkaan bahan pokok lainnya bahwa kasus
kelangkaan minyak goreng ini harusnya tak sama seperti kasus gula, kedelai, atau garam. Sebab,
komoditas lainnya harus dipasok melalui impor, sedangkan minyak goreng yang dipasok oleh
dalam negeri sendiri seharusnya cukup melimpah, dan Indonesia merupakan salah satu produsen
terbesar di dunia. Tapi hingga saat ini belum juga kelangkaan minyak goreng ini dapat teratasi.
Sistem Tata Kelola Perusahaan Minyak Goreng Terhadap Naiknya Harga Minyak Goreng
Namun itu hanya faktor eskternal yang menyebabkan minyak goreng mengalami
kenaikan harga yang cukup drastis sehingga menyebabkan langkanya ‘minyak goreng dengan
harga terjangkau’.
Akan tetapi, faktor penyebab lainnya apakah hanya dari eksternal saja , tentu tidak .
apakah sistem operasional atau sistem tata kelola yang dilakukan produsen minyak goreng sudah
benar hingga menimbulkan kenaikan harga minyak goreng , menurut berbagai sumber yang saya
baca salah satunya adalah banyak nya produsen minyak goreng yang menimbun minyak di
dalam gudangnya dalam jumlah yang sangat besar ini menjad pertanyaan besar, apakah hal
tersebut menjadi bagian dari salah satu operasional perusahaan minyak goreng ? tentu saja tidak,
karena penyimpanan barang atau hasil produksi didalam gudang dalam jumlah yang sangat besar
akan menimbulkan permasalahan baru, perusahaan bisa saja dituntut atas tindakan tersebut
karena sama saja menimbun hasil produksi yang mana hasil produksi tersebut sedang sangat
dibutuhkan oleh masyrakat, akibatnya minyak goreng menjadi langka karena terhambatnya
proses distribusi dan minyak goreng yang beredar dipasaran pun menjadi terbatas
Faktor lainnya dari kelangkaan serta kenaikan harga minyak goreng ini , adalah
operasional perusahaan yang seharusnya bisa menyediakan pasokan minyak goreng dua kali
lebih besar dari produksi biasanya, sehingga kelangkaan minyak goreng ini dapat teratasi.
Tidak hanya itu kenakalan tindakan produsen yang harus ditindaklanjuti karena
kejahatannya , yaitu mereka melakukan ekspor minyak goreng dalam jumlah yang cukup besar
padahal di dalam negeri sendiri pun stok minyak masih sangat terbatas , seharusnya para
produsen ini bisa memastikan memasok ke dalam negeri dan membanjiri kebutuhan minyak
goreng nasional. Keadaan juga semakin diperparah dengan para pelaku pasar ritel skala kecil
yang begitu barang masuk , langsung diborong kemudian disimpan , dan dijual ke tempat yang
lain .
seharusnya para produsen minyak goreng dalam negeri juga bisa bekerja sama dengan
para pelaku usaha ritel modern untuk mengalokasikan minyak goreng ini dan distribusikan ke
setiap geraai ritel modern secara nasional dan dalam skala besar.
Dan banyak produsen atau eksportir sawit ternyata tidak memasok bahan baku untuk
kebutuhan minyak goreng di dalam negeri, sehingga membutuhkan waktu untuk mencari pelaku
usaha domestik. Mengingat indonesia merupakan Produsen CPO (Crude Palm Oil) terbesar di
dunia , seharusnya bisa memasok lebih banyak kebutuhan minyak sawit di dalam negeri.
Dan sekarang bagaimana perusahaan negeri minyak goreng bisa memproduksi serta
mengembalikkan harga normal minyak goreng untuk kebutuhan dalam negeri. Jika hal ini
dilakukan maka stok minyak goreng dalam negeri menjadi lebih transparan dan mudah dikontrol.
Tanpa menganggu pergerakan ekonomi negara, yang mana produsen minyak goreng swasta tetap
bisa melakukan perdagangan baik domestic ataupun ekspor agar pendapatan negara dapat
bertambah melalui pungutan pajak tariff ekspor yang mana pungutan itu bisa di subsidikan untuk
produksi produsen negeri minyak dalam negeri.
Naik atau lonjakan harga minyak goreng yang terjadi di Indonesia saat ini masih menjadi
topik hangat , karena fakta bahwa indonesia salah satu negara produsen CPO terbesar di dunia
menjadi sebuah ironi, penghasil minyak mentah terbesar tapi tidak bisa memenuhi kebutuhan
dalam negeri nya sendiri, melihat ke belakang mengenai kenaikan harga pangan kedelai yang
semula Rp. 8.000/kg naik menjadi Rp. 10.000/kg hingga menyebabkan pengrajin tahu dan tempe
mogok produksi, namun hal ini dapat teratasi dengan baik .
menjadi sebuah pertanyaan besar mengapa kenaikan harga minyak ini tidak kunjung selesai
bahkan sekarang minyak goreng sulit untuk didapatkan ?
Dengan kenaikan harga minyak goreng ini tentunya sangat berdampak sekali bagi para
konsumen rumah tangga ataupun konsumen industri, apalagi masyarakat indonesia khususnya
ibu-ibu sangat akrab sekali dengan masakan yang serba di goreng, semua kalangan masyarakat
ikut merasakan imbas dari kenaikan harga minyak goreng saat ini.
Salah satu imbas yang sangat dirasakan ialah para pedagang makanan, warung makan
kecil seperti warteg, para pelaku usaha ini dihadapi dengan dilema mereka terpaksa memangkas
Kondisi ini tidak saja dialami oleh pedagang warung makan kecil, tapi turut juga
dirasakan oleh pengrajin keripik tempe, pengrajin kerupuk, dan para pelaku usaha lainnya. Untuk
itu penurunan harga minyak goreng ini sangat membantu para pelaku usaha dalam memproduksi
.
Tidak hanya itu bagi para pekerja yang gajinya belum memenuhi Upah Minimum
Regional pasti sangat mengalami kerugian dengan harga minyak goreng yang cukup tinggi
sementara masih banyak kebutuhan hidup lainnya yang juga harus dipenuhi. Ini menjadi sangat
dilematis bagi masyrakat karena dimana minyak goreng menjadi kebutuhan bahan pokok yang
pasti akan digunakan. Kenyataan ini menjadi beban psikologis masyarakat, terutama yang
mempunyai penghasilan tetap.
Kenaikan serta kelangkaan minyak goreng di indonesia ini sangat ironis, mengingat
indonesia adalah produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Krisis minyak goreng ini harus segera
di akhiri secepatnya, karena sangat merugikan banyak pihak, baik itu dari sektor perekonomian
indonesia, masyarakat atau pun dari para pelaku usaha .terlebih lagi kenaikan harga minyak
goreng ini tidak sebanding dengan pendapatan masyarakat.
Masih menjadi pembicaraan yang sangat hangat mengenai kenaikan serta kelangkan
minyak goreng yang terjadi di indonesia saat ini. Banyak menimbulkan beragam reaksi dari
public yang negative mengenai kenaikan harga minyak goreng ini, salah satunya para pelaku
usaha khususnya usaha mikro, mereka mengeluhkan dampak yang terasa dari naiknya harga
minyak goreng ini.
Namun, apakah kenaikan dari harga minyak goreng ini hanya berdampak bagi
masyarakat saja ? tentu saja tidak, perusahaan atau produsen minyak goreng ini pun juga turut
merasakan dari fenomena ini. Baik itu dampak dalam jangka panjang ataupun jangka pendek.
Tidak hanya itu, meningkatkan harga minyak juga berpengaruh dengan kenaikan biaya
produksi. Kenaikan produksi akan mendorong perusahaan untuk melakukan efisiensi dengan
mengurangi jumlah tenaga kerja. Akibatnyab terjadi penurunan penawaran. Penurunan
penawaran akan berakibat pada kenaikan harga.
Permintaan yang terjadi di pasar terus meningkat, namun perusahaan tidak bisa memasok
kebutuhan minyak lebih banyak dikarenakan minyak yang sudah beredar pun tidak sepenuhnya
dapat dibeli masyarakat akibat harga yang terlalu tinggi. Sementara harga CPO internasional
yang mengalami kenaikan diharga sebelumnya membuat perusahaan tidak bisa memproduksi
lebih banyak kebutuhan minyak goreng yang dibutuhkan masyarakat. Karena jika perusahaan
memproduksi minyak goreng dalam jumlah skala yang besar untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri, perusahaan tersebut akan mengalami kerugian dikarenakan biaya produksi yang
dikeluarkan tidak sebanding dengan harga CPO internasional.
Dan jika perusahaan memproduksi minyak goreng dalam jumlah yang banyak, ini juga
akan mempengaruhi jumlah karyawan yang ada, perusahaan harus merekrut karyawan lebih
banyak lagi agar hasil produksi bisa dihasilkan lebih cepat dan banyak. Namun ini tidak bisa
begitu saja dilakukan oleh perusahaan untuk merekrut karyawan karena akan berdampak pada
laba dari produksi minyak tersebut.
Tidak hanya masyarakat saja yang mengalami dilematis dari kenaikan harga minyak
goreng ini, perusahaan/ produsen minyak goreng pun juga mengalami hal yang sama.
Harga angkutan atau logistic yang juga mahal dikarenakan kondisi negara ini masih
dalam pandemic covid. harga pengangkut truk container saat ini lebih mahal dari harga
sebelumnya harga ini juga diikuti dengan shipping atau perkapalan juga mengalami kenaikan
harga, Sehingga perusahaan perlu mengeluarkan biaya lebih besar lagi untuk hal itu.
Metode Penelitian
Penyebab utama kenaikan harga minyak disebabkan Karen harga CPO internasional naik
sehingga CPO domestic mengikuti harga perdagangan internasional. Kenaikan harga minyak
goreng ini semata-mata tidak hanya karena harga CPO dunia naik namun juga banyak oknum
atau kartel-kartel yang melakukan penimbunan minyak sehingga minyak yang beredar luas di
pasaran pun menjadi sedikit hingga menyebabkan kelangkaan itu juga menjadi kesalahan dalam
operasional perusahaan karena penyimpanan barang atau hasil produksi didalam gudang dalam
jumlah yang sangat besar akan menimbulkan permasalahan baru. Tidak hanya itu banyak dari
produsen-produsen minyak yang melakukan kecurangan seperti melakukan kegiatan ekspor dari
hasil produksi minyak goreng padahal kebutuhan dalam negeri pun sangat terbatas seharusnya
mereka para produsen bisa membanjiri kebutuhan minyak dalam negeri. Ini memberikan dampak
yang cukup parah bagi masyarakat khusunya para pelaku UMKM mereka terpaksa memangkas
biaya produksi dan selisih keuntungan agar tetap bisa berjualan. Tidak hanya dampak bagi
Saran
Dari adanya krisis kenaikan minyak goreng ini sangat berdampak sekali bagi para konsumen
rumah tangga khususnya khusunya para pelaku usaha UMKM. Menurut saya perusahaan/
produsen minyak goreng harus menyiapkan langkah tempuh apa yang bisa diambil untuk
menurunkan kembali harga minyak goreng saat ini :
1. Seharusnya perusahaan/ produsen minyak goreng bisa bekerja sama dengan produsen
perkebunan kelapa sawit yang mana penghasil minyak sawit mentah agar perusahaan/
produsen minyak goreng tidak perlu mengimpor minyak sawit mentah dari luar ,
mengingat indonesia adalah salah satu negara terbesar di dunia penghasil CPO .
2. Perusahaan/ produsen minyak goreng dalam negeri seharusnya tidak melakukan kegiatan
ekspor dari hasil produksi minyak karena di dalam negeri sendiri pun stok minyak masih
sangat terbatas , seharusnya para produsen minyak goreng bisa membanjiri kebutuhan
minyak dalam negeri .
3. Perusahaan/ produsen minyak goreng seharusnya juga bekerjasama dengan pelaku usaha
ritel modern untuk mengalokasikan minyak goreng di berbagai daerah. Adapun volume
alokasi minyak yang didistribusikan ke setiap gerai ritel modern secara nasional.
4. Perusahaan/ produsen minyak goreng seharusnya memperbesar kapasitas produksi
dengan cara mengadakan operasi pasar dengan menyediakan subsidi terhadap minyak
goreng terlebih khusus untuk para pelaku UMKM sehingga pedagang-pedagang kecil
dapat terus meneruskan usaha nya.
F, W. (2022). dampak harga minyak goreng naik. Retrieved april 1, 2022, from
repjogja.republik.co.id
herlina, B. (2022). sejauh mana transportasi tata kelola sawit di indonesia. Retrieved maret 18,
2022, from dw.com
Herman. (2022). Minyak goreng langka dan mahal , salah siapa ? Retrieved maret 18, 2022, from
beritasatu.com
Ibrahim, I. (2022). penyebab utama kelangkaan minyak goreng. Retrieved maret 27, 2022, from
tribunnews.com
Idris, M. (2022). produsen beberkan penyebab kelangkaan minyak goreng dalam negeri.
Retrieved maret 31, 2022, from money.kompas.com
Iyaz, R. (2022). dampak kenaikan harga minyak goreng. Retrieved maret 1, 2022, from
kumparan.com
minyak goreng mencukupi lalu mengapa naik harganya. (2022). Retrieved april 17, 2022, from
lap2.or.id
Nuraeni, S. (2022). kenapa minyak goreng mahal. Retrieved maret 31, 2022, from katadata.com
redaksi, t. (2022). bisakah berdamai dengan kenaikan harga minyak goreng. Retrieved april 1,
2022, from Vo.id/bernas/
Sany, F. (2022). penyebab harga minyak goreng mahal. Retrieved maret 31, 2022, from
Cnbcindonesia.com.
Sunarta, K. (2010). analisis kebijakan stabilisasi harga minyak goreng di indonesia. research.
Retrieved maret 17, 2022, from researchgate.net
Zulfikar, F. (2022). Pakar UGM beri saran pemerintah soal kelangkaan minyak. Retrieved maret
22, 2022, from detik.edu