You are on page 1of 31

LAPORAN PENDAHULUAN DHF

A. Pengertian

Demam berdarah dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh

arbovirus (Arthropadborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aides

(Aides albopictus dan Aedes Aegepty) (Ngastiyah, 2005).

Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam

manifestasi perdarahan dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat

menyebabkan kematian (Arief Mansjoer, 2000).

Dengue Syok Sindrom (DSS) adalah kasus demam berdarah dengue disertai

dengan manifestasi kegagalan sirkulasi/ syok/ renjatan. Dengue Syok Syndrome

(DSS) adalah sindroma syok yang terjadi pada penderita Dengue Hemorrhagic

Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD).

Jadi demam berdarah dengue adalah suatu penyakit infeksi yang

disebabkan oleh virus dengue dengan menifestasi klinis demam disertai gejala

perdarahan dan bila timbul renjatan dapat menyebabkan kematian. Untuk

memahami DHF perlu pemahaman terkait Anatomi fisiologi pada sistem sirkulasi.

B. Anatomi Fisiologi

Berikut adalah anatomi fisiologi yang berhubungan degan penyakit DHF

yang petama adalah sistem sirkulasi.

Sistem sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigen

dari traktus distivus dan dari paru-paru ke sela-sela tubuh.

Selain itu, sistem sirkulasi merupakan sarana untuk membuang sisa-sisa

metabolisme dari sel-sel ke ginjal, paru-paru dan kulit yang merupakan tempat
ekskresi sisa-sisa metabolisme. Organ-organ sistem sirkulasi mencakup jantung,

pembuluh darah, dan darah.

1. Jantung.

Merupakan organ yang berbentuk kerucut, terletak didalam thorax, diantara

paru-paru, agak lebih kearah kiri.

Gambar 1 : Anatomi sistem sirkulasi

(Sumber: Guiton, 1992)

2. Pembuluh Darah

Pembuluh darah ada 3 yaitu:

a. Arteri (Pembuluh Nadi)

Arteri meninggalkan jantung pada ventikel kiri dan kanan. Beberapa

pembuluh darah arteri yang penting:

1) Arteri koronaria

Arteri koronaria adalah arteri yang mendarahi dinding jantung


2) Arteri subklavikula

Arteri subklafikula adalah bawah selangka yang bercabang kanan kiri

leher dan melewati aksila.

3) Arteri Brachialis

Arteri brachialis adalah arteri yang terdapat pada lengan atas

4) Arteri radialis

Arteri radialis adalah arteri yang teraba pada pangkal ibu jari

5) Arteri karotis

Arteri karotis adalah arteri yang mendarahi kepala dan otak

6) Arteri temporalis

Arteri temporalis adalah arteri yang teraba denyutnya di depan telinga

7) Arteri facialis

Teraba facialis adalah arteri yang denyutan disudut kanan bawah

8) Arteri femoralis

Arteri femorais adalah arteri yang berjalan kebawah menyusuri paha

menuju ke belakang lutut

9) Arteri Tibia

Arteri tibia adalah arteri yang terdapat pada kaki

10) Arteri Pulmonalis

Arteri pulmonalis adalah arteri yang menuju ke paru-paru.

b. Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang teraba dari cabang

terhalus dari arteri sehingga tidak tampak kecuali dari bawah mikroskop.

Kapiler membentuk anyaman di seluruh jaringan tubuh, kapiler

selanjutnya bertemu satu dengan yang lain menjadi darah yang lebih besar

yang disebut vena.

c. Vena (pembuluh darah balik)

Vena membawa darah kotor kembali ke

jantung. Beberapa vena yang penting:

1) Vena Cava Superior.

Vena balik yang memasuki atrium kanan, membawa darah kotor dari

daerah kepala, thorax, dan ekstremitas atas.

2) Vena Cava Inferior

Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari semua organ

tubuh bagian bawah.

3) Vena jugularis

Vena yang mengembalikan darah kotor dari otak ke jantung

4) Vena pulmonalis

Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari paru-paru.


3. Darah

Beberapa pengertian darah menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :

Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian: bagian cair

yang disebut plasma dan bagian padat yang disebut sel darah (Evelyn.P,

2002). Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat didalam pembuluh

darah yang berwarna merah (Syaifudin, 1997). Darah adalah suatu cairan

kental yang terdiri dari sel-sel dan plasma (Guyton, 1992).

Jadi darah adalah jaringan cair yang terdapat dalam pembuluh darah

yang berwarna merah yang cair disebut plasma dan yang padat di sebut sel

darah yang befungsi sabagai transfer makanan bagi sel.

Volume darah pada tubuh yang sehat / organ dewasa terdapat darah

kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan jumlah

tersebut pada tiap orang tidak sama tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan

jantung atau pembuluh darah.

Tekanan viskositas atau kekentalan dari pada darah lebih kental dari

0
pada air yaitu mempunyai berat jenis 1.041 – 1.067 dengan temperatur 38 C

dan PH 7.37 – 1.45

Fungsi darah secara umum terdiri

dari: a. Sebagai Alat Pengangkut

1) Mengambil O2 atau zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan


keseluruh jaringan tubuh.

2) Mengangkut CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.

3) Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan

dibagikan ke seluruh jaringan/alat tubuh.


4) Mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh

untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.

b. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun

yang akan membinasakan tubuh dengan perantara leukosit, antibody atau

zat-zat anti racun.

c. Menyebarkan panas keseluruh tubuh.

Fungsi khususnya lebih lanjut di terangkan lebih banyak di struktur atau

bagian dari masing-masing sel darah dan plasma darah.

Adapun proses pembentukan sel darah (hemopoesis) terdapat tiga tempat,

yaitu: sumsum tulang, hepar dan limpa.

a. Sumsum Tulang

Susunan tulang yang aktif dalam proses hemopoesis adalah:

1) Tulang Vertebrae

Vertebrae merupakan serangkaian tulang kecil yang tidak teratur

bentuknya dan saling berhubungan, sehingga tulang belakang mampu

melaksanakan fungsinya sebagai pendukung dan penopang tubuh. Tubuh

manusia mempunyai 33 vertebrae, tiap vertebrae mempunyai korpus

(badan ruas tulang belakang) terbentuk kotak dan terletak di depan dan

menyangga. Bagian yang menjorok dari korpus di belakang disebut arkus

neoralis (Lengkung Neoral) yang dilewati medulla spinalis, yang

membawa serabut dari otak ke semua bagian tubuh. Pada arkus terdapat

bagian yang menonjol pada vertebrae dan dilekati oleh otot-otot yang

menggerakkan tulang belakang yang dinamakan prosesus spinosus.


2) Sternum (tulang dada)

Sternum adalah tulang dada. Tulang dada sebagai pelekat tulang kosta

dan klavikula. Sternum terdiri dari manubrium sterni, corpus sterni,

dan processus xipoideus.

3) Costa (Tulang Iga)

Costa terdapat 12 pasang, 7 pasang Costa vertebio sterno, 3 pasang

costa vertebio condralis dan 2 pasang costa fluktuantes.

Costa dibagian posterior tubuh melekat pada tulang vertebrae dan di

bagian anterior melekat pada tulang sternum, baik secara langsung

maupun tidak langsung, bahkan ada yang sama sekali tidak melekat.

b. Hepar

Hepar merupakan kelenjar terbesar dari beberapa kelenjar pada tubuh

manusia. Organ ini terletak di bagian kanan atas abdomen di bawah

diafragma, kelenjar ini terdiri dari 2 lobus yaitu lobus dextra dan ductus

hepatikus sinestra, keduanya bertemu membentuk ductus hepatikus

comunis. Ductus hepaticus comunis menyatu dengan ductus sistikus

membentuk ductus coledakus.

c. Limpa

Limpa terletak dibagian kiri atas abdomen, limpa terbentuk setengah bulan

berwarna kemerahan, limpa adalah organ berkapsula dengan berat normal

100 – 150 gram. Limpa mempunyai 2 fungsi sebagai organ limfaed dan

memfagosit material tertentu dalam sirkulasi darah. Limpa juga berfungsi

menghancurkan sel darah merah yang rusak.


C. Etiologi

Penyebab penyakit Dengue Hemorragic Fever (DHF) atau demam

berdarah adalah Virus Dengue, di indonesia virus tersebut sampai saat ini telah di

isolsi menjadi 4 serotipe virus Dengue yang termasuk dalam grup B dalam

Arthropedi bone viruses (arbu viruses), yaitu DEN-1,DEN -2,DEN-3, dan DEN-

4.Ternyata DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotipe yang menjadi penyebab

terbanyak.Di Thailand, di laporka bahwa serotipe DEN-2 adalah

dominan.sementara di Indnesia, yang terutama domian adalah DEN-3, tetapi

akhhir-akhir ini ada kecenderungan doinansi DEN-2.

Infeksi oleh salah satu serotipe meninbulkan anti badi seumur hidup

terhadap serotipe bersangkutan, tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe

lain.Virus dengue terutama di tularkan melalui vektor nyamuk aedes

aegypti.nyamuk aedes albopictus, aedes poly nesiensis, dan beberapa spesies lain

kurang berperan. Jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh indonesia kecuali di

ketinggian lebi dari 1000 m di atas permukaan laut.

Mekanisme sebenarnya mengenai patofisiologi,hemodinamika,dan

biokimia DHF hingga kini belum di ketahi secara pasti. Sebagian besar sarjana

masih menganut The Secondary Heterologous Infection Hyphotesis ata The

Sequential Infection Hyphotesis dari Halsteel yang menyatakan bahwa DHF

dapat terjadi bila seorang seteleh terinfeksi degue untuk pertamakalinya mendapat

infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berbeda (Nursalam, 2005).
D. Patofisiologi

Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk

terjadi viremia, yang ditandai dengan demam mendadak tanpa penyebab yang

jelas disertai gejala lain seperti sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot, pegal di

seluruh tubuh, nafsu makan berkurang dan sakit perut, bintik-bintik merah pada

kulit. Selain itu kelainan dapat terjadi pada sistem retikulo endotel atau seperti

pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Pelepasan zat

anafilaktoksin, histamin dan serotonin serta aktivitas dari sistem kalikrein

menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler/vaskuler sehingga cairan

dari intravaskuler keluar ke ekstravaskuler atau terjadinya perembesaran plasma

akibatnya terjadi pengurangan volume plasma yang terjadi hipovolemia,

penurunan tekanan darah, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.

Selain itu sistem reikulo endotel bisa terganggu sehingga menyebabkan reaksi

antigen anti body yang akhirnya bisa menyebabkan Anaphylaxia.

Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran darah akan menyebabkan

depresi sumsum tulang sehingga akan terjadi trombositopenia yang berlanjut akan

menyebabkan perdarahan karena gangguan trombosit dan kelainan koagulasi dan

akhirnya sampai pada perdarahan kelenjar adrenalin.

Plasma merembas sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya saat

renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat berkurang

sampai 30% atau lebih. Bila renjatan hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan

plasma yang tidak dengan segera diatasi maka akan terjadi anoksia

jaringan,asidosis metabolik dan kematian. Terjadinya renjatan ini biasanya pada

hari ke-3 dan ke-7.


Reaksi lainnya yaitu terjadi perdarahan yang diakibatkan adanya

gangguan pada hemostasis yang mencakup perubahan vaskuler, trombositopenia

(trombosit < 100.000/mm3), menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya

faktor koagulasi (protrombin, faktor V, IX, X dan fibrinogen). Pembekuan yang

meluas pada intravaskuler (DIC) juga bisa terjadi saat renjatan. Perdarahan yang

terjadi seperti petekie, ekimosis, purpura, epistaksis, perdarahan gusi, sampai

perdarahan hebat pada traktus gastrointestinal (Rampengan, 1997).

E. Manifestasi Klinik

Kasus DHF di tandai oleh manifestasi klinis, yaitu : demam tinggi dan

mendadak yang dapat mencapa 40 C atau lebih dan terkadang di sertai dengan

kejang demam, sakit kepala, anoreksia, muntah-muntah (vomiting), epigastric,

discomfort, nyeri perut kana atas atau seluruh bagian perut; dan perdarahan,

terutama perdarahan kulit,walaupun hanya berupa uji tuorniquet poistif. Selain

itu, perdarahan kulit dapat terwujud memar atau dapat juga dapat berupa

perdarahan spontan mulai dari ptechiae (muncul pada hari-hari pertama demam

dan berlangsung selama 3-6 hari) pada extremitas, tubuh, dan muka, sampai

epistaksis dan perdarahan gusi. Sementara perdarahan gastrointestinal masif lebih

jarang terjadi dan biasanya hanya terjadi pada kasus dengan syok yang

berkepanjangan atau setelah syok yang tidak dapat teratasi. Perdarahan lain

seperti perdarahan sub konjungtiva terkadang juga di temukan. Pada masa

konvalisen sering kali di temukan eritema pada telapak tangan dan kaki dan

hepatomegali. Hepatomegali pada umumnya dapat diraba pada permulaan

penyakit dan pembesaran hati ini tidak sejajar dengan beratanya penyakit.
Nyeri tekan seringkali di temukan tanpa ikterus maupun kegagalan

peredaran darah (circulatory failure) (Nursalam, 2005).

Tanda dan gejala yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF, dengan

masa inkubasi antara 13-15 hari menurut WHO (1975) sebagai berikut

1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus 2-7 hari

2. Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji tourniquet positif, seperti

perdarahan pada kulit (petekie, ekimosis. Epistaksis, Hematemesis, Hematuri,

dan melena)

3. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit)

4. Syok yang ditandai dengan nadi lemah, cepat disertai tekanan darah menurun

(tekanan sistolik menjadi 80 mmHg atau kurang dan diastolik 20 mmHg atau

kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung

hidung, jari dan kaki, penderita gelisah timbul sianosis disekitar mulut.

Selain timbul demam, perdarahan yang merupakan ciri khas DHF

gambaran klinis lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF

adalah:

a. Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.

c. Keluhan pada saluran pencernaan: mual, muntah, anoreksia, diare, konstipasi.

Keluhan sistem tubuh yang lain: nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot,

tulang dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada saluran

tubuh dll.

d. Temuan-temuan laboratorium yang mendukung adalah thrombocytopenia

3
(kurang atau sama dengan 100.000 mm ) dan hemokonsentrasi (peningkatan

hematokrit lebih atau sama dengan 20 %)


F. Klasifikasi Dengue Hemoragic Fever (DHF)

Mengingat derajat beratnya penyakit bervariasi dan sangat erat kaitanya dengan

pengelolaan dan prognosis, WHO (1975) membagi DBD dalam 4 derajat setelah

kriteria laboratorik terpenuhi yaitu :

1. Derajat I

Demem mendadak 2-7 hari disertai gejala tidak khas, dan satu-satunya

manifestasi perdarahan adalah tes toniquet positif

2. Derajat II

Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau perdarahan lain.

3. Derajat III

Ditemukan kegagalan sirkulasi ringan yaitu nadi cepat dan lemah tekanan

darah rendah, gelisah, sianosis mulut, hidung dan ujung jari.

4. Derajat IV

Syok hebat dengan tekanan darah atau nadi tidak terdeteksi.

G. Penatalaksaaan

1. Medis

Pada dasarnya pengoobatan pasien DHF bersifat simtomatis dan

suportif a. DHF tanpa renjatan

Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien

dehidrasi dan haus. Pada pasien ini perlu diberi banyak minum, yaitu 1,5

sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh manis, sirup, susu, dan

bila mau lebih baik oralit. Cara memberikan minum sedikit demi sedikit

dan orang tua yang menunggu dilibatkan dalam kegiatan ini. Jika anak

tidak mau minum sesuai ang dianjurkan tidak dibenarkan pemasangan

sonde karena merangsang resiko terjadi perdarahan.


Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat anti piretik dan

kompres dingin. Jika terjadi kejang diberi luminal atau anti konfulsan

lainnya. Luminal diberikan dengan dosis : anak umur kurang 1 tahun 50

mg IM, anak lebih 1 tahun 75 mg. Jika 15 menit kejang belum berhenti

lminal diberikan lagi dengan dosis 3 mg/kg BB. Anak diatas 1 tahun diveri

50 mg, dan dibawah 1 tahun 30 mg, dengan memperhatikan adanya

depresi fungsi vital.

Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila :

a) Pasien terus-menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga

mengancam terjadinya dehidrasi.

b) Hematokrit yang cenderung meningkat.

Hematokrit mencerminkan kebocoran plasma dan biasanya

mendahului mnculnya secara klinik perubahan fungsi vital (hipotensi,

penurunan tekanan nadi), sedangkan turunya nilai trombosit biasanya

mendahului naiknya hematokrit. Oleh karena itu, pada pasien yang diduga

menderita DHF harus diperiksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari mlai hari

ke-3 sakit sampai demam telah turun 1-2 hari. Nilai hematokrit itlah yang

menentukan apabila pasien perlu dipasang infus atau tidak.

b. DHF disertai renjatan (DSS)

Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segera sipasang

infus sebagai penganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma.

Caiaran yang diberikan bisanya Ringer Laktat. Jika pemberian cairan

tidak ada respon diberikan plasma atau plasma ekspander, banyaknya 20-

30 ml/kgBB. Pada pasien dengan renjatan berat diberikan infs harus

diguyur dengan cara membuka klem infus.


Apabila renjatan telah teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitudo

nadi besar, tekanan sistolik 80 mmHg /lebih, kecepatan tetesan dikurangi

10 l/kgBB/jam. Mengingat kebocoran plasma 24-48 jam, maka pemberian

infus dipertahankan sampai 1-2 hari lagi walaupn tanda-tanda vital telah

baik.

Pada pasien renjtan berat atau renjaan berulang perlu dipasang CVP

(Central Venous Pressure) untuk mengukur tekanan vena sentral melalui vena

magna atau vena jugularis, dan biasanya pasien dirawat di ICU. Trafusi

darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang

berat. Kadang-kadang perdarahan gastrointestinal berat dapat diduga

apabila nilai hemoglobin dan hematokrit menutun sedangkan

perdarahanna sedikit tidak kelihatan. Dengan memperhatikan evaluasi

klinik yang telah disebut, maka engan keadaan ini dianjurka pemberian

darah.

2. Keperawatan

Masalah pasien yang perlu diperhatikan ialah bahaya kegagalan

sirkulasi darah, resiko terjadi pendarahan, gangguan suhu tubuh, akibat infeksi

virus dengue, gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan

orang tua mengenai penyakit

a. Kegagalan sirkulasi darah

Dengan adanya kebocoran plasma dari pembuluh darah ke dalam

jaringan ekstrovaskular, yang puncaknya terjadi pada saat renjatan akan

terlihat pada tubuh pasien menjadi sembab (edema) dan darah menjadi

kental.
Pengawasan tanda vital (nadi, TD, suhu dan pernafasan) perlu

dilakukan secara kontinyu, bila perlu setiap jam. Pemeriksaan Ht, Hb dan

trombosit sesuai permintaan dokter setiap 4 jam. Perhatikan apakah pasien

ada kencing / tidak. Bila dijumpai kelainan dan sebagainya segera hubungi

dokter.

b. Resiko terjadi pendarahan

Adanya thrombocytopenia, menurunnya fungsi trombosit dan

menurunnya faktor koagulasi merupakan faktor penyebab terjadinya

pendarahan utama pada traktus gastrointestinal. Pendarahan grasto

intestinal didahului oleh adanya rasa sakit perut yang hebat (Febie, 1966)

atau daerah retrosternal (Lim, dkk.1966).

Bila pasien muntah bercampur darah atau semua darah perlu

diukur. Karena melihat seberapa banyak darah yang keluar perlu tindakan

secepatnya. Makan dan minum pasien perlu dihentikan. Bila pasien

sebelumnya tidak dipasang infuse segera dipasang. Formulir permintaan

darah disediakan.

Perawatan selanjutnya seperti pasien yang menderita syok. Bila

terjadi pendarahan (melena, hematesis) harus dicatat banyaknya /

warnanya serta waktu terjadinya pendarahan.

Pasien yang mengalami pendarahan gastro intestinal biasanya

dipasang NGT untuk membantu mengeluarkan darah dari lambung.

c. Gangguan suhu tubuh

Gangguan suhu tubuh biasanya terjadi pada permulaan sakit atau

hari ke-2-ke-7 dan tidak jarang terjadi hyperpyrexia yang dapat

menyebabkan pasien kejang.


Peningkatan suhu tubuh akibat infeksi virus dengue maka

pengobatannya dengan pemberian antipiretika dan anti konvulsan. Untuk

membantu penurunan suhu dan mencegah agar tidak meningkat dapat

diberikan kompres dingin, yang perlu diperhatikan, bila terjadi penurunan

suhu yang mendadak disertai berkeringat banyak sehingga tubuh teraba

dingin dan lembab, nadi lembut halus waspada karena gejala renjatan.

Kontrol TD dan nadi harus lebih sering dan dicatat secara baik dan

memberitahu dokter.

d. gangguan rasa aman dan nyaman

Gangguan rasa aman dan nyaman dirasakan pasien karena

penyakitnya dan akibat tindakan selama dirawat. Hanya pada pasien DHF

menderita lebih karena pemeriksaan darah Ht, trombosit, Hb secara

periodic (stp 4 jam) dan mudah terjadi hematom, serta ukurannya mencari

vena jika sudah stadium II.

Untuk megurangi penderitaan diusahakan bekerja dengan tenang

yakinkan dahulu vena baru ditusukan jarumnya. Jika terjadi hematum

segera oleskan trombophub gel / kompres dengan alkohol.

Bila pasien datang sudah kolaps sebaiknya dipasang venaseksi agar

tidak terjadi coba-coba mencari vena dan meninggalkan bekas hematom di

beberapa tempat. jika sudah musim banyak pasien DHF sebaiknya selalu

tersedia set venaseksi yang telah seteril.


H. Komplikasi

Dalam penyakit DHF atau demam berdarah jika tidak segera di tangani akan

menimbulkan kompikisi adalah sebagai berikut :

1. Perdarahan

Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler,

penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) <100.000 /mm³ dan

koagulopati, trombositopenia, dihubungkan dengan meningkatnya

megakoriosit muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup

trombosit. Tendensi perdarahan terlihat pada uji tourniquet positif, petechi,

purpura, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis dan melena.

2. Kegagalan sirkulasi

DSS (Dengue Syok Sindrom) biasanya terjadi sesudah hari ke 2 – 7,

disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi

kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum,

hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan hipovolemi yang mengakibatkan

berkurangnya aliran balik vena (venous return), prelod, miokardium volume

sekuncup dan curah jantung, sehingga terjadi disfungsi atau kegagalan

sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan.

DSS juga disertai dengan kegagalan hemostasis mengakibatkan aktivity

dan integritas system kardiovaskur, perfusi miokard dan curah jantung

menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemia jaringan dan

kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversibel, terjadi kerusakan sel

dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam 12-24 jam.


3. Hepatomegali

Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang berhubungan

dengan nekrosis karena perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati dan sel sel

kapiler. Terkadang tampak sel netrofil dan limposit yang lebih besar dan lebih

banyak dikarenakan adanya reaksi atau kompleks virus antibody.

4. Efusi pleura

Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan

ekstravasasi aliran intravaskuler sel hal tersebut dapat dibuktikan dengan

adanya cairan dalam rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi

dispnea, sesak napas.

I. Pengkajian Fokus

1. Identitas pasien

Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia

kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,

pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.

2. Keluhan utama

Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF datang ke rumah sakit

adalah panas tinggi dan pasien lemah.

3. Riwayat penyakit sekarang

Didapatkan adanya keluhan panas mendadak dengan disertai menggigil dan

saat demam kesadaran kompos mentis. Panas turun terjadi antara hari ke-3

dan ke-7, dan anak semakin lemah.


Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah,

anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri

ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi

perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemasis.

4. Riwayat penyakit yang pernah diderita

Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak biasanya mengalami

serangan ulangan DHF dengan type virus yang lain.

5. Riwayat imunisasi

Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemumgkinan akan

timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.

6. Riwayat gizi

Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan

status gizi baik maupun buruk dapat berisiko, apabila ada faktor

predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual,

muntah,dan nafsu akan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak

disertai pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami

penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.

7. Kondisi lingkungan

sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya dan lingkumgan yang

kurang bersih (seperti yang mengenang dan gantungan baju yang di kamar).
8. Pola kebiasaan

Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan

berkurang, dan nafsu makan menurun.

Eliminasi BAB: kadang-kadang anak mengalami diare atau konstipasi.

Sementara DHF grade III-IV bisa terjadi melena.

Eliminasi BAK : perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit atau banyak, sakit

atau tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.

Tidur dan istirahat : anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami

sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan kuantitas tidur

maupun istirahatnya kurang.

Kebersihan : upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan

cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes

aegypti.

Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upa untuk menjaga

kesehatan.

9. Pemeriksaan fisik

Meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi dari ujung rambut sampai ujung

kaki. Berdasarkan tingkatan grade DHF, keadaan fisik anak adalah :

a. Kesadaran : Apatis

b. Vital sign : TD : 110/70 mmHg00

c. Kepala : Bentuk mesochepal

d. Mata : simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, mata

anemis

e. Telinga : simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan

Pendengaran
f. Hidung : ada perdarahan hidung / epsitaksis

g. Mulut : mukosa mulut kering, bibir kering, dehidrasi, ada


perdarahan pada rongga mulut, terjadi perdarahan
gusi.
10. Sistem integumen
h. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kekakuan leher
tidak ada, nyeri telan

i. Dada

Inspeksi : simetris, ada penggunaan otot bantu pernafasan

Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan

Perkusi : Sonor

Palpasi : taktil fremitus normal

j. Abdomen :

Inspeksi : bentuk cembung, pembesaran hati (hepatomegali)

Auskultasi : bising usus 8x/menit

Perkusi : tympani

Palpasi : turgor kulit elastis, nyeri tekan bagian atas

k. Ekstrimitas : sianosis, ptekie, echimosis, akral dingin, nyeri otot, sendi

tulang

l. Genetalia : bersih tidak ada kelainan di buktikan tidak terpasang

kateter

Adanya peteki pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin

dan lembab.

Kuku sianosis atau tidak.

a. Kepala dan leher

Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata

anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade

II,III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi

perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami

hyperemia pharing dan terjadi perdarahan telingga (grade II, III, IV).

b. Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang sesak. Pada fhoto thorax terdapat

adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan, (efusi pleura),

rales, ronchi, yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.

c. Abdomen

Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) dan asites.

Ekstremitas : akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.

11. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menentukan adanya infeksi dengue

adalah :

a. Uji rumple leed / tourniquet positif

b. Darah, akan ditemukan adanya trombositopenia, hemokonsentrasi, masa

perdarahan memanjang, hiponatremia, hipoproteinemia.

c. Air seni, mungkin ditemukan albuminuria ringan

d. Serologi

Dikenal beberapa jenis serologi yang biasa dipakai untuk menentukan

adanya infeksi virus dengue

antara lain : uji IgG Elisa dan uji IgM Elisa

e. Isolasi virus

Identifikasi virus dengan melakukan fluorescence anti body technique test

secara langsung / tidak langsung menggunakan conjugate (pengaturan

atau penggabungan)

f. Identifikasi virus

Identifikasi virus dengan melakukan fluorescence anti body tehnique test

secara langsung atau tidak langsung dengan menggunakan conjugate


g. Radiology

Pada fhoto thorax selalu didapatkan efusi pleura terutama disebelah hemi

thorax kanan

(Departemen Kesehatan RI, 1999)


J. Pathways Keperawatan
Virus Dengue

Gigitan nyamuk
Aedes Aegypti

Terjadi viremia

Demam akut Nyeri otot, tulang Stimulasi RES Permeabilitas


dan sendi vaskuler

Keringat Hipertermi Hepotomegali

Gangguan rasa Kebocoran


nyaman nyeri plasma
Dehidrasi Mendesak rongga
abdomen
Penumpukan cairan Hematokit
Ht meningkat ekstra vaskuler dan trombositopeni
Defisit volume - Viskositas darah
cairan dan Mual, muntah - Hipoproteinemia
rongga serosa
elektrolit - Efusi serosa Fungsi trombosit
- Hiponatremi menurun,
Nafsu makan Aliran darah
Pleura Faktor koagulasi
lambat menurun,
Hematokrit menurun
Perubahan nutrisi Hipovolemi Efusi
Suplai O2
Sumber : Syaifoellah Noer, 1999 kurang dari ke jaringan
kebutuhan tubuh
Syok hipovalemi Dispnea
Gangguan Resiko
- Gelisah Pola nafas perfusi jaringan Perdarahan
- Takikardi tidak efektif
- Akral dingin
- Hipotensi
K. ANALISA DATA
N Data Etiologi Masalah Keperawatan
o
1 DS: Peningkatan Defisit volume cairan
Klien sering haus permeabilitas dan elektrolit
– Ibu klien mengatakan kapiler dan
BAB berdarah perdarahan
– Ibu klien mengatakan
anak sering
muntah/kadang berdarah

DO :
– Klien lemah
– Perdaharan
– Oedema
– Bibir kering, diare
– Ht meningkat, TD
menurun
2 DS: Proses infeksi virus Hipertermi
Ibu mengatakan anak
demam
– Ibu mengatakan anak
selalu rewel dan gelisah
DO :
– Suhu tubuh meningkat >
38o C
– Leukosit meningkat
– Keringat banyak
– Nafas cepat
– KU lemah
3 DS : Anoreksia Nutrisi Kurang dari
– Ibu mengatakan klien Kebutuhan Tubuh
susah untuk makan
– Ibu mengatakan setiap
yang dimakan selalu
dikeluarkan
DO :
– Klien kelihatan lemah
– Klien tampak mual dan
muntah
– BB menurun
– TD menurun
L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit volume cairan b/d peningkatan permeabilitas, perdarahan
2. Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi) b/d proses infeksi virus
3. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh b/d anoreksia
M. INTERVENSI KEPERAWATAN
No DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
1 Defisit volume cairan  Fluid balance Fluid management
 Hydration  Timbang popok/pembalut jika
b/d peningkatan  Nutritional Status: di perlukan
Food and Fluid  Pertahankan catatan intake
permeabilitas,
 Intake dan output yang akurat
perdarahan  Monitor status hidrasi
Kriteria Hasil : (kelembaban membran
 Mempertahankan mukosa, nadi adekuat, tekanan
urine output sesuai darah ortostatik), jika
dengan usia dan BB, diperlukan
BJ urine normal, HT  Monitor vital sign
normal  Monitor masu kan makanan /
 Tekanan darah, nadi, cairan dan hitung intake kalori
suhu tubuh dalam harian
batas normal  Kolaborasikan pemberian
 Tidak ada tanda tanda cairan IV
dehidrasi, Elastisitas  Monitor status nutrisi
turgor kulit baik,  Berikan cairan IV pada suhu
membran mukosa ruangan
lembab, tidak ada rasa  Dorong masukan oral
haus yang berlebihan  Berikan penggantian
nesogatrik sesuai output
 Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
 Tawarkan snack (jus buah,
buah segar)
 Kolaborasi dengan dokter
 Atur kemungkinan tranfusi
 Persiapan untuk tranfusi
Hypovolemia Management
 Monitor status cairan
termasuk intake dan output
cairan
 Pelihara IV line
 Monitor tingkat Hb dan
hematokrit
 Monitor tanda vital
 Monitor respon pasien
terhadap penambahan cairan
 Monitor berat badan
 Dorong pasien untuk
menambah intake oral
 Pemberian cairan IV monitor
adanya tanda dan gejala
kelebihan volume cairan
 Monitor adanya tanda gagal
ginjal

2  Hipertermi  Thermoregulation  Fever treatment


berhubungan  Monitor suhu sesering
dengan proses  Kriteria Hasil: mungkin
infeksi  Suhu tubuh dalam  Monitor IWL
rentang normal  Monitor warna dan suhu
 Nadi dan RR dalam kulit
rentang normal  Monitor tekanan darah, nadi
 Tidak ada dan RR
perubahan warna  Monitor penurunan tingkat
kulit dan tidak ada kesadaran
pusing  Monitor WBC, Hb, dan Hct
 Monitor intake dan output
 Berikan anti piretik
 Berikan pengobatan untuk
mengatasi penyebab demam
 Selimuti pasien
 Lakukan tapid sponge
 Kolaborasi pemberian
cairan intravena
 Kompres pasien pada lipat
paha dan aksila
 Tingkatkan sirkulasi udara
 Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya
menggigil
 Temperature regulation
 Monitor suhu minimal tiap
2 jam
 Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu
 Monitor warna dan suhu
kulit
 Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
 Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
 Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
 Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
 Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek
negatif dan kedinginan
 Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan
emergency yang diperlukan
 Ajarkan indikasi dan
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
 Berikan anti piretik jika
perlu
 Vital sign Monitoring
 Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
 Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
 Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk atau
berdiri
 Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan
abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan Vital sign

3 Ketidakseimbangan NOC : NIC :


nutrisi kurang dari  Nutritional Status : food Nutrition Management
kebutuhan tubuh and Fluid Intake  Kaji adanya alergi makanan
 Kolaborasi dengan ahli gizi
Kriteria Hasil : untuk menentukan jumlah kalori
 Adanya peningkatan dan nutrisi yang dibutuhkan
berat badan sesuai pasien.
dengan tujuan  Anjurkan pasien untuk
 Berat badan ideal sesuai meningkatkan intake Fe
dengan tinggi badan  Anjurkan pasien untuk
 Mampu meningkatkan protein dan
mengidentifikasi vitamin C
kebutuhan nutrisi  Berikan substansi gula
 Tidak ada tanda tanda  Yakinkan diet yang dimakan
malnutrisi mengandung tinggi serat untuk
 Tidak terjadi penurunan mencegah konstipasi
 Berikan makanan yang terpilih (
berat badan yang berarti sudah dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
 Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian.
 Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
 Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
 Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan

Nutrition Monitoring
 BB pasien dalam batas normal
 Monitor adanya penurunan berat
badan
 Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
 Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
 Monitor lingkungan selama
makan
 Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
 Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
 Monitor turgor kulit
 Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
 Monitor mual dan muntah
 Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
 Monitor makanan kesukaan
 Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
 Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
 Monitor kalori dan intake
nuntrisi
 Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan
cavitas oral.
 Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. Azis Alimul.2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Buku 2. Salemba Medika :
Jakarta
Hockenberry, Wilson.2007. Wong’s Nursing Care Of Infants And Children Eighth Edition.
Mosby Elsevter : Canada.
Mansjoer, Arif & Suprohaita. 2000. Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas Kedokteran
UI : Media Aescullapius : Jakarta.
Nadesul, Handrawan.2007. Cara Mudah Mengalahkan Demam Berdarah. Kompas : Jakarta.
Soedarmo SSP,dkk. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia :
Jakarta.
Soedarto.1994. Pedoman Diagnosis dan Terapi. F.K. Universitas Airlangga : Surabaya.
Sutaryo.2004. Dengue. Medika Fak.Kedokteran UGM : Yogyakarta.
Tatty ES. 2004. Pengelolaan Syok Pada Demam Berdarah Dengue Anak Dalam Sutaryo.
Tatalaksana Syok Dan Perdarahan Pada Demam Berdarah Dengue. Medika FK UGM :
Yogyakarta.

You might also like