You are on page 1of 15

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH

UJI KEMURNIAN BENIH

Disusun oleh:

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Teknologi benih adalah suatu ilmu pengetahuan mengenai cara-cara untuk
dapat memperbaiki sifat-sifat genetik dan fisik benih yang mencangkup kegiatan-
kegiatan seperti pengembangan varietas, penilaian dan pelepasan varietas,
produksi benih, pengolahan penyimpanan, pengujian dan sertifikasi benih. Benih
merupakan simbol dari suatu permulaan, yang merupakan inti dari kehidupan dari
alam semesta dan paling penting adalah kegunaanya sebagai penyambung dari
kehidupan tanaman.
Benih merupakan bagian tanaman hasil penyerbukan yang digunakan
untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakan tanaman seperti yang ada
dalam Undang-undang RI No. 12 Tahun 1992.
Pengujian benih untuk mendapatkan benih bermutu tinggi diperlukan
karena walaupun pertumbuhan dari suatu tanaman dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, namun pada umumnya benih bermutu tinggi akan memberikan hasil
produksi relatif lebih tinggi dibandingkan dengan benih bermutu rendah. Oleh
sebab itu usaha pengembangan dan pengadaan benih bermutu tinggi sangat
penting.

1.2 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui dan mengidentifikasi suatu
benih sehingga dapat menghasilkan benih yang benar-benar murni dengan
membuang benih-benih yang dianggap rusak atau tidak sama varietasnya dengan
benih yang akan digunakan.

1.3 Manfaat
Mahasiswa dapat memahami cara-cara atau tahapan pada pengujian mutu
fisik pada benih.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Uji Mutu Fisik Benih dan Tujuannya


Uji mutu Fisik benih merupakan pengujian yang meliputi uji kemurnian,
uji bobot 1000 butir benih (Lab Pemuliaan UB, 2012). Pengujian mutu benih
merupakan salah satu bagian yang sangat penting dari suatu proses produksi benih
di samping pemeriksaan lapangan, penanganan hasil produksi dan pelabelan.
Tujuan pengujian benih menurut Sutopo (2002) untuk mengetahui mutu atau
kualitas dari suatu jenis atau kelompok benih. Mutu benih dibedakan menjadi tiga
yaitu mutu fisik, mutu fisiologis dan mutu genetis.

2.2 Pengertian Uji Kemurnian Benih dan Tujuannya


Pengujian kemurnian benih menurut Justice (1990) adalah pengujian yang
dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain
dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen
benih tersebut. Tujuan analisis kemurnian untuk menentukan komposisi benih
murni, benih tanaman lain dan kotoran benih dari contoh benih yang mewakili.
Menurut Kuswanto (1997) Uji kemurnian benih sebaiknya merupakan uji
yang pertama kali dilakukan. Benih murni yang diperoleh itu baru kemudian
dipakai untuk uji yang lain, yaitu persentase kadar air dan viabilitas benih. Hal ini
dilakukan karena nilai yang ingin diperoleh adalah nilai dari benih murni, bukan
dari benih campuran.
Seed purity testing is a test conducted by separating the three components
of pure seed, other plant seeds, and seed impurities which are then calculated
percentage of the three components of the seed. (Willan, 1985).
Tujuan utama dari analisa kemurnian benih menurut Kartasapoetra (1986)
adalah untuk menentukan komposisi berdasarkan berat dari contoh benih yang
akan diuji atau dengan kata lain komposisi dari kelompok benih dan untuk
mengidentifikasi dari berbagai spesies benih dan partikel-partikel lain yang
terdapat dalam suatu benih. Untuk analisa kemurnian benih, maka contoh uji
dipisahkan menjadi 4 komponen yaitu benih murni, benih spesies lain, benih
gulma dan bahan lain atau kotoran.
2.2.1 Komponen-komponen dalam Pengujian Kemurnian Benih
Analisis kemurnian benih menurut Sutopo (1998) dibagi menjadi 3
komponen sebagai berikut :
a. Benih murni, adalah segala macam biji-bijian yang merupakan jenis atau
spesies yang sedang diuji, yang termasuk benih murni diantaranya adalah:
 Benih masak utuh.
 Benih yang berukuran kecil, mengkerut, tidak masak.
 Benih yang telah berkecambah sebelum diuji.
 Pecahan atau potongan benih yang berukuran lebih dari separuh benih
yang sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih
tersebut termasuk kedalam spesies yang dimaksud.
 Biji yang terserang penyakit dan bentuknya masih dapat dikenali.
b. Benih tanaman lain, adalah jenis atau spesies lain yang ikut tercampur
dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji.
c. Kotoran benih, adalah benih dan bagian dari benih yang ikut terbawa
dalam contoh, yang termasuk kotoran benih adalah:
 Benih dan bagian benih:
1. Benih tanpa kulit benih.
2. Benih yang terlihat bukan benih sejati.
3. Biji hampa tanpa lembaga pecahan benih ≤ 0,5 ukuran normal.
4. Cangkang benih.
5. Kulit benih.
 Bahan lain:
Sekam, pasir, partikel tanah, jerami, ranting, daun, tangkai, dll.

2.2.2 Cara Pengujian Kemurnian Benih (Simplo dan Duplo)


Dalam pengambilan contoh kerja untuk kemurnian benih menurut
Kartasapoetra (1986) ada dua metode yang dapat dilakukan, yaitu:
a) Secara duplo, adalah pengambilan contoh kerja yang dilakukan dua kali.
b) Secara simplo, adalah pengambilan contoh kerja yang dilakukan satu kali.
Setelah dilakukan pengambilan contoh kerja maka dilakukan penimbangan
untuk mengetahui berat awal benih sebelum dilakukan pengujian kemurnian.
Tahap selanjutnya adalah analisis kemurnian, setiap benih diidentifikasi satu
persatu secara visual bedasarkan penampakan morfologi. Semua benih tanaman
lain dan kotoran benih dipisahkan. Setelah dilakukan analisis kemudian dilakukan
penimbangan pada setiap komponen tersebut. Hasil dari penimbangan dilakukan
perhitungan faktor kehilangan.
Analisa kemurnian benih biasanya dilakukan secara duplo. Beda antara
hasil ulangan pertama dan kedua tidak boleh lebih tinggi atau lebih rendah dari
5%. Setiap komponen ditimbang lalu ditotal, dimana berat total seharusnya
dengan berat mula-mula keseluruhan contoh uji untuk kemurnian tetapi bisa
kurang. Persentase dari setiap komponen didapatkan dari berat masing-masing
komponen dibagi berat total kali 100%. Hasilnya ditulis dalam dua desimal atau
dua angka di belakang koma.

2.3 Pengertian Bobot 1000 Butir


Penetapan bobot 1000 butir menurut Purnomo (2010) merupakan salah
satu pengujian khusus yang mempengaruhi mutu fisik benih. Benih yang diuji
berasal dari benih murni. Cara pengukuran didasarkan pada Metoda A:
menghitung berdasarkan seluruh contoh kerja dan Metoda B: menghitung dalam
ulangan.
Berat 1000 biji menurut Nasir (2005) merupakan karakter kuantitatif dari
suatu tanaman yang meliputi bagian biji, panjang biji, jumlah biji, berat biomassa
dan lain-lain.
Weight 1000 grains is to know the seeds are large or heavy means to
indicate the seeds at the time of harvest is in a state that really cook, because the
seeds are good to be planted or made seed is the seed that really cook (Priestley,
1986)

2.3.1 Metode Penetapan Bobot 1000 Butir


Berikut metode penepatan bobot 1000 butir benih menurut Siregar, dkk
(2013).
 Metode A
Dilakukan dengan menghitung semua contoh kerja, kemudian dilakukan
penimbangan. Berat per satuan benih dihitung dari hasil timbangan per jumlah
benih. Berat 1000 butir benih dihitung dengan mengalikannya dengan bilangan
1000.
 Metode B1
Dilakukan dengan mengambil secara acak 100 butir benih dengan 8 ulangan , dan
setiap ulangan ditimbang bobotnya. Selanjutnya dihitung ragam, standar deviasi,
dan koefisien variasinya. CV tidak boleh lebih besar dari 6% untuk benih-benih
bersekam atau berbulu dan tidak boleh lebih dari 4% untuk benih tidak bersekam.
 Metode B2
Sebanyak 100 butir benih secara acak dengan 4 ulangan. Setiap ulangan
ditimbang bobotnya dengan 2 desimal . Keempat ulangan dijumlahkan bobot
benihnya. Bobot 1000 butir = jumlah keempat ulangan x 2,5.
 Metode B3
Sebanyak 100 butir diambil secara acak dengan 10 ulangan. Setiap ulangan
ditimbang bobotnya (2 desimal) dan jumlah rata-rata kesepuluh ulangan dihitung.
Bobot 1000 butir = X x10
 Metode B4
Sebanyak 100 butir benih diambil secara acak dengan 8 ulangan. Setiap ulangan
ditmbang bobotnya (2 desimal). Perbedaan antar ulangan tidak boleh lebih dari
6% selanjutnya kedelapan ulangan dirata-ratakan. Bobot 1000 butir = X x 10.
III. METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


No. Alat dan Bahan Fungsi
1. Timbangan Analitik Untuk menimbang bahan
2. Kalkulator Untuk menghitung persentase
3. Alat Tulis Untuk mencatat hasil pengamatan
4. Kamera Untuk mendokumentasikan
5. Wadah Tempat meletakkan benih
6. Benih Kelor Bahan pengamatan

3.2 Cara Kerja


3.2.1 Uji Kemurnian Benih

Menimbang 110 gram contoh kerja

Memisahkan setiap komponen benih yaitu benih murni, benih tanaman


lain, dan kotoran benih

Menimbang setiap komponen benih

Menghitung nilai faktor kehilangan, persentase benih murni, benih lain


dan kotoran benih

Mendokumentasi dan mencatat hasil pengamatan


3.2.2 Uji Bobot 1000 Butir

Menyiapkan sampel benih murni yang akan di uji

Mengambil 100 butir benih kelor secara acak

Menimbang berat benih dan mencatat hasilnya

Melakukan sebanyak 4 kali ulangan

Menghitung berat 1000 butir dengan rumus


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Uji Kemurnian Benih
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, sampel benih kelor
dipisahkan menjadi tiga komponen berbeda yaitu:
Contoh Benih Benih Kotoran
Kerja Murni Tanaman Benih
Lain
Massa Benih (gr) 110 gram 91,77 gram 4,84 gram 22,39 gram
FK
CK−(BM+BTL+KB)
= x 100%
CK
110−(91,77+4,84+22,39)
= x 100% = -8,18%
110
% Benih murni
BM
= BM+BTL+KB x 100%
91,77
= x 100% = 77,11%
91,77+4,84+22,39

% Benih tanaman
lain BTL
= BM+BTL+KB x 100%
4,84
= 91,77+4,84+22,39 x 100% = 4,06%

% Kotoran benih
KB
= BM+BTL+KB x 100%
22,39
= 91,77+4,84+22,39 x100% = 18,81%

4.1.2 Bobot 100 Butir


Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, sampel benih kelor
ditimbang 100 gram dan dilakukan 4 kali pengulangan yaitu:
Massa Benih Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 4
100 gram 28,00 gram 30,47 gram 30,46 gram 30,46 gram
Bobot 100 Z = (U1+U2+U3+U4) x 2,5
Butir = (28,00 + 30,47+ 30,46 + 30,46) x 2,5
= 119,39 x 2,5 = 298, 475 gram
4.2 Pembahasan
Pengujian mutu benih dengan menggunakan benih kelor meliputi
pengujian mutu genetik, pengujian mutu fisik dan pengujian mutu fisiologis yang
bertujuan untuk mengetahui mutu atau kualitas dari suatu kelompok benih
tersebut. Proses uji kemurnian benih terdapat 2 metode yaitu simplo dan duplo,
dimana ketika hasil dari perhitungan FK lebih dari 5% maka disebut duplo dan
harus melakukan pengujian ulang agar hasilnya kurang dari 5% atau disebut
dengan simplo sehingga dapat dilanjutkan ke perhitungan. Menurut Ningsih, dkk
(2015) kemurnian benih merupakan salah satu ukuran mutu fisik benih dan benih
murni adalah benih yang tidak tercampur dengan kotoran yang terbawa ataupun
benih-benih yang tidak utuh.
Berdasarkan hasil praktikum, total dari keseluruhan benih seberat 110
gram. Setelah dipisahkan antara benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran
benih kemudian ditimbang benih murni dan diperoleh hasil benih murni dengan
berat 91,77 gram dan persentase 77,11%. Benih tanaman lain dengan berat 4,84
gram dan persentase 4,06%. Serta kotoran benih dengan berat 22,39 gram dan
persentase 18,81% dan faktor kehilangan sebesar -8,18%. Berdasarkan hasil
persentase faktor kehilangan (FK) maka disebut simplo karena FK ≤5% sehingga
dilanjutkan ke perhitungan selanjutnya. Dalam penimbangan digunakan
timbangan analitik dan harus menunggu timbangan stabil agar hasil yang
diperoleh valid. Berdasarkan hasil, diperolehnya nilai minus pada faktor
kehilangan (FK) dapat disebabkan karena kesalahan saat menimbang, angka yang
ditunjukkan ditimbangan analitik belum stabil.
Menurut Wina (2009) faktor kehilangan yang diperbolehkan ≤ 5%, jika
terdapat kehilangan berat > 5% dari berat contoh kerja awal, maka analisis
diulang dengan menggunakan contoh kerja baru. Jika faktor kehilangan ≤ 5%
maka analisis kemurnian tersebut diteruskan dengan menghitung presentase ketiga
komponen tersebut.
Berdasarkan hasil praktikum uji bobot 1000 butir benih, didapatkan rata-
rata sampel benih kelor yang ditimbang 100 gram dari 4 kali ulangan
penimbangan sebesar 298,475 gram untuk mewakili 1000 butir benih. Banyaknya
ulangan secara efisien ditentukan berdasarkan nilai koefisien keragaman (CK).
Berat 1000 butir benih ditimbang dari benih murni. Benih yang akan dihitung
diambil secara acak dari semua kelompok benih dalam jumlah yang cukup dan
mewakili kelompok benih. Jumlah benih dihitung secara manual kemudian
ditimbang.
Menurut Ningsih, dkk (2015) Berat benih suatu tumbuhan juga
berhubungan erat dengan ketersediaan cadangan makanan untuk pertumbuhan
embrio. Dengan kata lain semakin besar ukuran benih maka semakin besar pula
berat benihnya.
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Benih harus diuji terlebih dahulu untuk mengetahui potensi benih dalam
proses perkecambahan. Semakin baik mutu fisik benih, akan berpengaruh pada
semakin baik mutu genetis dan fisiologis. Sebab murni benih tersebut, maka daya
kecambah dan campuran dari benih lain juga sedikit, sehingga karakter benih
terjaga dan tumbuh dilapangan dengan optimal.
Kemurnian benih merupakan persentase berdasarkan berat benih murni
yang terdapat dalam suatu contoh benih. Dari hasil yang diperoleh diketahui
bahwa nilai FK adalah -8,18% sehingga tidak dilakukan pengambilan contoh
kerja ulang. Nilai minus dapat disebabkan karena angka yang ditunjukkan
ditimbangan belum stabil. Semakin besar ukuran benih maka semakin besar pula
berat benihnya.

5.2 Saran
Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat dan untuk penyampaian materi
selanjutnya agar lebih diperjelas lagi dan mudah diterima oleh praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Justice, O.L., dan Louis, N.B. 1990. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih.
Jakarta: CV Rajawali.

Kartasapoetra, 1986. Teknologi Benih. Jakarta: Rineka Cipta.

Kuswanto, H. 1997. Analisis Benih. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Lab Pemuliaan UB. 2012. http://labpemuliaantanaman.staff.ub.ac.id/files/


2012/03/modul-5-uji-mutu-fisik-dan-kadar-air.pdf. Diakses pada tanggal 18
Maret 2018.

Nasir 2005. Peranan Benih dalam Usaha Pengembangan Palawija. Jurnal


Agronomi XII (1): 12-15.

Ningsih, K. M., Biantary, M.P., dan Jumani. 2015. Uji Mutu Fisik dan Fisisologis
Benih Pohon Penghasil Gaharu (Aquilaria micocarpa Bail.) Berdasarkan
Fenotipe Pohon Induk do KHDTK Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara.
Jurnal Argifor. Vol. 14(2).

Priestley, D.A. 1986. Seed Aging: Implications for Seed Storage and Persistance
in the Soil. New York: Camstock Publishing Associates.

Purnomo, Rudi 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan


Perkembangan Tumbuhan. Agriculture Lands.

Siregar, Daniel; Posma Marbun; dan Purba Marpaung. 2013. Pengaruh Varietas
dan Bahan Organik yang Berbeda terhadap Bobot 1000 Butir dan Biomassa
Padi Sawah IP 400 pada Musim Tanam 1. Medan: Jurnal Online
Agroekoteknologi Vol.1(4).

Sutopo, L. 1998. Teknologi Benih cetakan ke-4. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Malang: Fakultas Pertanian UNBRAW.

Willan, R. L. 1985. A Guide to Forest Seed Handling Food and Agricultural


Organization. Rome.

Wina. 2009. Pengujian Kemurnian Benih. Bogor: IPB.


LAMPIRAN PERHITUNGAN

Perhitungan Uji Kemurnian Benih:


Contoh Kerja (CK) = 110 gram
Berat Benih Murni (BM) = 91,77 gram
Berat Benih Tanaman Lain (BTL) = 4,84 gram
Berat Kotoran Benih (KB) = 22,39 gram

CK−(BM+BTL+KB) 110−(91,77+4,84+22,39)
FK = x 100% = x 100% = -8,18%
CK 110
BM 91,77
% Benih Murni = BM+BTL+KB x 100% = x 100% = 77,11%
91,77+4,84+22,39
BTL 4,84
% Benih Tanaman Lain = BM+BTL+KB x 100% = 91,77+4,84+22,39 x 100% = 4,06%
KB 22,39
% Kotoran Benih = BM+BTL+KB x 100% = 91,77+4,84+22,39 x100% = 18,81%

Perhitungan Bobot 1000 Benih:


 Ulangan 1 = 28,00 gram
 Ulangan 2 = 30,47 gram
 Ulangan 3 = 30,46 gram
 Ulangan 4 = 30,46 gram

Z= (U1+U2+U3+U4) x 2,5
= (28,00 + 30,47+ 30,46 + 30,46) x 2,5
= 119,39 x 2,5 = 298, 475 gram
DOKUMENTASI

Uji kemurnian benih

s
Menyiapkan alat Menimbang
Memilah benih
dan bahan spesimen

Menimbang BM Menimbang TBL Menimbang KB

Bobot 1000 butir

Menimbang benih selama 4 kali pengulangan

You might also like