Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
pembesaran dari kelenjar prostat akibat hyperplasia jinak dari sel-sel yang biasa
terjadi pada laki-laki berusia lanjut. Kelainan ini ditemukan pada usia 50 tahun keatas
dan frekuensinya makin bertambah sesuai dengan penambahan usia, sehingga pada
usia di atas 80 tahun sekitar 80% dari laki-laki yang menderita kelainan ini. Jika hal
ini sudah semakin parah maka hal yang harus dilakukan untuk menyelesaikan
Klien post operasi akan merasakan nyeri saat klien sadar dari anestesinya.
Nyeri akibat insisi menyebabkan klien gelisah dan mungkin nyeri ini dapat
terjadi selama satu sampai dua jam, sehingga klien harus segera mendapatkan
manajemen nyeri secepat mungkin karena jika tidak ditangani dengan baik dapat
nyeri merupakan suatu mekanisme bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang rusak,
Nyeri biasanya terjadi pada 12 sampai 36 jam setelah pembedahan, dan menurun
1
Adapun proses terjadinya nyeri menurut Lindamen & Athie dalam Hartanti
(2009), adalah dimulai ketika bagian tubuh terluka oleh tekanan, potongan, sayatan,
dingin atau kekurangan oksigen pada sel, maka bagian tubuh yang terluka akan
ekstraseluler maka akan mengiritasi nosiseptor. Saraf ini akan merangsang dan
yang membawa pesan nyeri dari medula spinalis ditransmisikan ke otak dan
pada pria usia 50 tahun ketas (Samidah & Romadhon, 2015). Di Indonesia,
menempati urutan ke-3 kanker pada pria setelah kanker paru dan kanker kolorektum,
Indonesia tahun 2013 adalah sebesar 0,2 % atau diperkirakan sebanyak 25.012
penderita.
pasien menyeringai saat digunakan untuk bergerak , Nyeri seperti terbakar di luka
bekas operasi, Nyeri terasa pada dari daerah perineal dan organ vital, pada
Responden A skala nyeri dari 0-10 didapakan skala 5 atau nyeri sedang, dan pada
Responden B skala nyeri dari 0-10 didapakan skala 4 atau nyeri sedang Nyeri timbul
penyakit BPH dikarenakan pola hidupnya yang kurang sehat, suka merokok dan
terlalu sering menahan kencing saat sedang diperjalanan, terlalu sering minum kopi
dan kurang minum air putih, kurang olahraga dan pernah mengalami penyakit
kencing batu.
Berdasakan latar belakang diatas , penulis ingin mengetahui dan memahami lebih
dengan masalah Nyeri Post-op di RSUD Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan pada kasus
dengan masalah Nyeri Post-op di RSUD Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto
1.4 Tujuan
BPH ) dengan masalah nyeri Post-op di RSUD Wahidin Sudiro Husodo Kota
Mojokerto
3
1.4.2 Tujuan Khusus
4
BAB 2
TINJAUAN PUSATAKA
Pada Bab Ini Menjelaskan Tentang Konsep Benigna Prostat Hyperplasia (BPH),
Konsep Dasar Nyeri, dan konsep asuhan keperawatan pada klien yang mengalami
Nyeri.
2.1.1 Definisi
(noncancerous) dari kelenjar prostat (prostate gland) yang dapat membatasi aliran
prostat yang dapat menyebabkan obstruksi dan ristriksi jalan urine (urethra).
Pada usia lanjut beberapa pria mengalami pembesaran prostat benigna. Keadaan
ini di alami oleh 50% yang berusia 60 tahun dan kurang lebih 80% pria yang berusia
2.1.2 Etiologi
berperan sebagai penyebab BPH. Hal ini, di dasarkan pada fakta bahwa BPH
5
terjadi ketika seorang laki-laki kadar hormon estrogen meningkat dan kadar hormon
testosteron menurun, dan ketika jaringan prostat menjadi lebih sensitif terhadap
2.1.3 Patofisiologi
ini terjadi setelah usia pertengahan akibat perubahan normal. Bagian paling dalam
mendesak jaringan prostat yang normal ke arah tepi dan juga menyempitkan uretra.
keadaan ini menyebabkan buang air kemih yang tidak efisien karena air kemih yang
di keluarkan hanya sedikit dan menimbulkan urin sisa yang tertinggal di dalam
kandung kemih.
2.1.4 Klasifikasi
1.) Derajat Satu, keluhan prostatisme ditemukan penonjolan prostat 1-2 cm, sisa
2.) Derajat dua, keluhan miksi terasa panas, sakit, disuria, nokturia bertambah berat,
6
lebih menonjol, batas atas masih teraba, sisa urine 50-100 cc dan beratnya ±
40 gram
3.) Derajat tiga, gangguan lebih berat dari derajat dua, batas sudah tidak teraba,
sisa urine >100 cc, penonjolan prostat 3-4 cm, dan beratnya 40 gram
4.) Derajat empat, inkontinensia, prostat lebih menonjol dari 4 cm, ada penyulit
meliputi :
1. hesitancy
2. intermiten
5. retensi urin.
4. Disuria
7
2.1.6 Komplikasi
Menurut Luckman dalam buku wijaya dan putri (2016: 169) mengatakan bahwa
komplikasi bagi penderita gangguan prostat atau Benigna Prostat Hiperplesia bisa
saja terjadi, di antaranya hidronefrosis (peradangan pada salah satu atau kedua ginjal
akibat terkumpulnya urin di dalam ginjal), gagal ginjal, Pielonefritis (infeksi saluran
kemih atau ISK yang menyerang ginjal saluran kemih terdiri dari kandung kemih,
uretra, ginjal, dan ureter) dan hernia (gangguan kesehatan yang ditandai dengan
tonjolan organ karena pembukaan atau kelemahan dinding rongga tersebut) bila
gejala komplikasi muncul dapat dilakukan tindakan operasi TUR-P dan setelah
atau retensio oleh karena bekuan darah. Sedangkan komplikasi jangka panjang
pembedahan tidak mengobati penyebab BPH, maka biasanya penyakit ini akan
(Anugoro 2008:377)
8
2.1.7 Pathway Benigna Prostat Hyperplasia
Sel prostata
umur Proliferasi
Faktor Usia Growth Factor
panjang abnorma sel stem
Hyperplasia prostat
Gagal Ginjal
Cortex cerebri
Refluks
vesiko ureter Nyeri akut
9
2.1.8 Penatalaksanaan Medis
kondisi pasien. Jika pasien masuk RS dengan kondisi darurat karena ia tidak dapat
berkemih maka kateterisasi segera dilakukan. Pada kasus yang berat mungkin
digunakan kateter logam dengan tonjolan kurva prostatik.Kadang suatu insisi dibuat
ke dalam kandung kemih (sitostomi supra pubik) untuk drainase yang adekuat.
diperbolehkan minum alkohol agar tidak terlalu sering miksi. Setiap 3 bulan
b. Terapi medikamentosa
otot polos di leher vesika, prostat sehingga terjadi relaksasi. Hal ini akan
menurunkan tekanan pada uretra pars prostatika sehingga gangguan aliran air
10
c. Terapi bedah
Tergantung pada beratnya gejala dan komplikasi. Indikasi absolut untuk terapi
bedah yaitu :
2) Hematuri
1) Prostatektomi
dan optikal dimasukan secara langsung melalui uretra ke dalam prostat yang
kemudian dapat dilihat secara langsung. Kelenjar diangkat dalam irisan kecil
11
b. Prostatektomi Perineal.
ini lebih praktis dibanding cara yang lain, dan sangat berguna untuk
rectal dapat mungkin terjadi dari cara ini. Kerugian lain adalah
operatif terbatas.
c. Prostatektomi retropubik.
antara arkus pubis dan kandung kemih tanpa memasuki kandung kemih.
kembali dalam 6 sampai 8 minggu karena saat itu fossa prostatik telah
12
uin.Perubahan anatomis pada uretra posterior menyebabkan ejakulasi
retrogard.
instrumen melalui uretra. Satu atau dua buah insisi dibuat pada prostat dan
kapsul prostat untuk mengurangi tekanan prostat pada uretra dan mengurangi
Cara ini dapat dilakukan di klinik rawat jalan dan mempunyai angka
dengan tabung 10-3-F untuk pembedahan uretra yang dilengkapi dengan alat
pemotong dan counter yang disambungkan dengan arus listrik. Tindakan ini
13
cairan isotonis selama prosedur. Setelah dilakukan reseksi, penyembuhan
UI,2015).
Setelah dilakukan TURP, dipasang kateter Foley tiga saluran no. 24 yang
dari kandung kemih. Irigasi kanding kemih yang konstan dilakukan setelah 24
jam bila tidak keluar bekuan darah lagi. Kemudian kateter dibilas tiap 4 jam
sampai cairan jernih. Kateter dingkat setelah 3-5 hari setelah operasi dan
dari sedang sampai berat, volume prostat kurang dari 60 gram dan pasien
penyebab BPH, maka biasanya penyakit ini akan timbul kembali 8-10 tahun
kemudian.
B. Urinalisis: untuk mendeteksi adanya protein atau darah dalam kemih, berat
14
C. Pemeriksaan laboratorium (darah)
(PSA)
E. Transrectal ultrasonography
ureter. Struktur ini mengalami distorsi bentuk apabila terdapat kista, lesi, dan
obstruksi.
1. Berhenti merokok
beralkohol
infeksi
6. Jelaskan komplikasi yang mungkin BPH dan untuk melaporkan hal ini
sekaligus
fenilpropanolamin dingin
15
8. Mendorong untuk selalu check up
Nyeri suatu kondisi yang lebih dari pada sensasi tunggal yang disebabkan
oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan individual. Selain itu nyeri juga
bersifat tidak menyenangkan, sesuatu kekuatan yang mendominasi, dan bersifat tidak
berkesudahan. Stimulus nyeri dapat bersifat fisik dan/atau mental, dan kerusakan
dapat terjadi pada jaringan aktual atau pada fungsi ego seseorang. Nyeri tidak dapat
Walaupun tipe nyeri tertentu menimbulkan gejala yang dapat diprediksi, sering kali
perawat mengkaji nyeri dari kata-kata, prilaku ataupun respons yang diberikan oleh
klien.hanya klien yang tahu apakah terdapat nyeri dan seperti apa nyeri tersebut.
Nyeri merupakan campuran reaksi fisik emosi dan prilaku, Nyeri mengarah
pada ketidakmampuan. Seiring dengan peningkatan usia harapan hidup, lebih banyak
orang mengalami penyakit kronik degan nyeri yang merupakan gejala umum
16
Proses Terjadinya Nyeri
a) Reseptor nyeri
ditemukan hampir pada setiap jaringan tubuh. Impuls nyeri dihantarkan ke Sistem
Saraf Pusat (SSP) melalui dua sistem Serabut. Sistem pertama terdiri dari serabut
Aδ bermielin halus bergaris tengah 2-5 µm, dengan kecepatan hantaran 6-30
m/detik. Sistem kedua terdiri dari serabut C tak bermielin dengan diameter 0.4-1.2
menghantarkan “ Nyeri cepat” dan menghasilkan persepsi nyeri yang jelas, tajam
nyeri terletak di talamus, kedua jenis serabut nyeri berakhir pada neuron traktus
spinotalamus lateral dan impuls nyeri berjalan ke atas melalui traktus ini ke
nukleus posteromidal ventral dan posterolateral dari talamus. Dari sini impuls
b) Transduksi
Stimuli ini dapat berupa stimuli fisik (tekanan), suhu (panas)atau kimia (substansi
17
nilai ambang rangsang nosiseptor karena pengaruh mediator-mediator tersebut di
atas dan penurunan pH jaringan. Akibatnya nyeri dapat timbul karena rangsang
yang sebelumnya tidak menimbul kan nyeri misal nya rabaan. Sensitisasi perifer
c) Transmisi
d) Modulasi
endorphin yang dikeluarkan oleh sel otak dan neuron di spinalis. Impuls ini
pre maupun pasca sinaps di tingkat spinalis. Modulasi nyeri dapat timbul di
e) Persepsi
18
nyeri yang diterima. Rekonstruksi merupakan hasil interaksi sistem saraf sensoris,
Transduksi
Stimulasi nosiseptor
Serabut A- delta
Serabut C
Substansi P
Transmisi
Medulla spinalis
Jalur NS Jalur PS
Persepsi
Modulasi
19
Ket :
Nyeri merupakan campuran reaksi fisik , emosi , dan perilaku . cara yang baik
fisiologis berikut, yakni : resepsi dan reaksi. Stimulus penghasil nyeri mengirimkan
impuls melalui serabut saraf saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medulla spinalis
dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai di dalam masa
sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau
nyeri dan memproses informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta
asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersepsikan nyeri (Potter & Perry , 2009).
Biasanya bersifat burning (seperti terbakar) ex: terkena ujung pisau atau
gunting
b) Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament, pemb.
Darah, tendon dan syaraf, nyeri menyebar & lebih lama daripada cutaneus ex:
sprain sendi
20
c) Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dlm rongga abdomen,
cranium dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot, iskemia, regangan
jaringan
a) Radiating pain
Referred pain
penyebab
c) Intractable pain
d) Phantom pain
e) Berdasarkan penyebab:
- Fisik
- Psycogenic
f) Menurut Serangannya
- Nyeri akut
- Nyeri kronik
1). Skala deskritif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih
21
merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi
yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini
diranking dari “ tidak terasa nyeri” sampai “ nyeri yang tidak tertahankan” .
Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih
intensitas nyeri trbaru yang ia rasakan.. Alat VDS ini memungkinkan klien
2). Skala penilaian numerik (Numerical rating scales, NRS) lebih digunakan
sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri
dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji
3). Skala analog visual (Visual analog scale, VAS) tidak melebel subdivisi. VAS
adalah suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan
pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan
mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa memilih satu kata
Keterangan :
0 :Tidak nyeri
dengan baik.
22
4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis,
berkomunikasi, memukul.
23
Keterangan:
0 : tidak nyeri
aktivitas sehari-hari
7-9 (nyeri berat) : Nyeri disertai pusing, sakit kepala berat, muntah,
4. Skala Face’ s
24
2.2.5 Respon Nyeri
Ada beberapa respon yang dialami penderita setelah merasakan sakitnya nyeri:
d) Diaphoresis
f) Dilatasi pupil
g) Penurunan motilitas GI
a) Muka pucat
b) Otot mengeras
c) Penurunan HR dan BP
25
d) Gerakan tubuh (Gelisah, Imobilisasi, Ketegangan otot, peningkatan
kronis.
faktor-faktor tersebut dalam menghadapi klien yang mengalami nyeri. Hal ini sangat
penting dalam pengkajian nyeri yang akurat dan memilih terapi nyeri yang baik.
a) Usia
Menurut Potter & Perry (2009) usia adalah variabel penting yang
Anak-anak kesulitan untuk memahami nyeri dan beranggapan kalau apa yang
secara verbal dan mengekspresikan nyeri kepada orang tua atau perawat.
26
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji
respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah
b) Jenis kelamin
mengenai respon mereka terhadap nyeri. Masih diragukan bahwa jenis kelamin
merupakan faktor yang berdiri sendiri dalam ekspresi nyeri. Misalnya anak laki-
laki harus berani dan tidak boleh menangis dimana seorang wanita dapat
menangis dalam waktu yang sama. Penelitian yang dilakukan Burn, dkk. (1989)
dikutip dari Potter & Perry, 2009 mempelajari kebutuhan narkotik post operative
c) Budaya
nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh
Nilai-nilai budaya perawat dapat berbeda dengan nilai-nilai budaya pasien dari
yang berlebihan. Pasien dengan latar belakang budaya yang lain bisa berekspresi
27
mengekspresikan nyeri klien dan bukan perilaku nyeri karena perilaku berbeda
mempunyai pemahaman yang lebih besar tentang nyeri pasien dan akan lebih
akurat dalam mengkaji nyeri dan respon-respon perilaku terhadap nyeri juga
d) Ansietas
nyeri, mungkin tidak seluruhnya benar dalam semua keadaaan. Riset tidak
memperlihatkan suatu hubungan yang konsisten antara ansietas dan nyeri juga
Ansietas yang tidak berhubungan dengan nyeri dapat mendistraksi pasien dan
secara aktual dapat menurunkan persepsi nyeri. Secara umum, cara yang efektif
28
e) Pengalaman masa lalu dengan nyeri
akan diakibatkan. Individu ini mungkin akan lebih sedikit mentoleransi nyeri,
akibatnya ia ingin nyerinya segera reda sebelum nyeri tersebut menjadi lebih
parah. Reaksi ini hampir pasti terjadi jika individu tersebut mengetahui
Cara seseorang berespon terhadap nyeri adalah akibat dari banyak kejadian nyeri
f) Efek plasebo
tindakan lain karena sesuatu harapan bahwa pengobatan tersebut benar benar
bekerja. Menerima pengobatan atau tindakan saja sudah merupakan efek positif.
meredakan nyeri hampir pasti akan mengalami peredaan nyeri dibanding dengan
pasien yang diberitahu bahwa medikasi yang didapatnya tidak mempunyai efek
apapun. Hubungan pasien – perawat yang positif dapat juga menjadi peran yang
amat penting dalam meningkatkan efek plasebo (Potter & Perry, 2009).
29
g) Keluarga dan Support Sosial
kehadiran dari orang terdekat. Orang-orang yang sedang dalam keadaan nyeri
h) Pola koping
adalah hal yang sangat tak tertahankan. Secara terus-menerus klien kehilangan
kontrol dan tidak mampu untuk mengontrol lingkungan termasuk nyeri. Klien
sering menemukan jalan untuk mengatasi efek nyeri baik fisik maupun
menurunkan nyeri klien. Sumber koping lebih dari sekitar metode teknik.
keluarga atau teman. Meskipun nyeri masih ada tetapi dapat meminimalkan
30
kenyamanan untuk berdo’ a, memberikan banyak kekuatan untuk mengatasi
data berikut :
1) Mayor :
dideskripsikan.
2) Minor :
b) Memusatkan diri.
berpikir).
31
2.2.7 Konsep Asuhan Keperawatan Nyeri Akut pada Post Operasi BPH
1) Pengkajian
1. Data Subyektif a.
Biodata Pasien
Keluhan utama
Keluhan yang paling dirasakan klien yaitu nyeri akut. Nyeri timbul
perjalanan
32
f. Gaya hidup
2. Data Obyektif
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum :
pola nafas,
pernafasan berhati-hati
b. Pemeriksaan fisik
nafas, pola nafas cepat tergantung rasa nyeri yang sedang terjadi
33
klien sering merasakan adanya kram otot kaki apabila terlalu lama
diam
dalam saluran kemih agar tidak terjadi obstruksi akibat darah yang
membeku di ureter
ditimbulkan sehingga klien hanya berfokus pada rasa nyeri dan tidak
bawah, serta nyeri pada luka insisi dikarenakan pasien tidak berani
2) Diagnosa Keperawatan
Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri fisik ( spasme kandung kemih )
3) Perencanaan
kandung kemih )
Kriteria Hasil : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam nyeri
34
Kriteria Hasil Menurut NANDA NIC-NOC 2015 :
managemen nyeri
nyeri )
Intervensi
nyeri pasien
interpersonal).
j. Tingkatkan istirahat.
35
k. Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil.
4) Implementasi
berhubungan dengan post operasi BPH yaitu NIC : pain management penulis
e. Mengajarkan relaksasi dan terapi non farmakologi tarik nafas dalam dan terapi
keperawatan.
36
5) Evaluasi
Menurut Wilkinson dan Ahern (2012, p.533), kriteria evaluasi nyeri akut
gelisah atau ketegangan otot, durasi episode nyeri, merintih, dan menangis).
37
BAB 3
METODE PENELITIAN
menyelenggarakan studi kasus , pada bab ini akan disajikan (1) Desain penelitian
, (2) Batasan Istilah , (3) Partisipan , (4) Lokasi penelitian dan waktu penelitian,
(5) Pengumpulan data , (6) Uji keabsahan data , dan (7) Analisa Data.
Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Penelitian
studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah keperawatan dengan
berbagai sumber informasi . Penelitian studi kasus dibatasi oleh waktu dan tempat ,
serta kasus yang dipelajari berupa peristiwa , aktivitas atau individu (Tri,dkk,2015)
Studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada
sangat perlu memberikan batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai
berikut :
1). Asuhan keperawatan : suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
38
kesehatan dengan menggunakan proses keperawatan , berpedoman pada standart
2). Klien : orang yang mengalami nyeri pada post-op Benigna Prostat Hyperplasia
( BPH )
3.3 Partisipan
Partisipan merupakan sejumlah orang yang turut berperan serta dalam suatu
kegiatan , ke ikut sertaan dan peran serta dari awal sampai akhir (Latipun,2010).
Partisipan pada studi kasus ini dipilih menggunakan metode purposive . Metode
purposive adalah metode pemilihan partisipan dalam suatu studi kasus dengan
menentukan terlebih dahulu kriteria yang akan dimasukkan dalam studi kasus ,
dimana partisipan yang diambil dapat memberikan informasi yang berharga bagi
Subyek yang digunakan adalah pasien dengan kriteria elektif masalah keperawatan
pada pasien post-op Benigna Prostat Hyperplasia (BPH) hari ke 1 di RSUD Wahidin
Studi kasus individu (di RSUD Wahidin Sudiro Husodo) pada bulan
februari-mei 2018
39
1). Pengkajian : wawancara ( hasil anamnesis berisi tentang identitas klien , keluhan
2). Observasi dan pemeriksaan fisik ( dengan pendekatan IPPA : inspeksi , palpasi ,
perkusi , auskultasi ) pada sistem tubuh klien ( data fokus sesuai dengan tema
3). Studi dokumentasi dan angket (hasil dari pemeriksaan diagnostic dan data lain
yang relevan
Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data informasi yang
peneliti ( karena peneliti menjadi intrsument utama) , uji keabsahan data dilakukan
dengan :
2). Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber data
utama yaitu klien, perawat dan klien yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti.
sampai dengan semua data terkumpul . Analisis data dilakukan dengan cara
40
hasil interpretasi wawancara mendalam yangdilakukan untuk menjawab rumusan
masalah penelitian. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti
oleh peneliti dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan
1.) Pengumpulan
pelaksanaan, evaluasi.
dijadikan satu dalam bentuk transkip dan dikelompokkan menjadi data subyektif
Penyajian data dapat dilakukan dengan table, gambar, bagan maupun teks
naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari
klien . dari data yang disajikan , kemudian data dibahas dan dibandingkan
dengan hasil penelitian terdahulu dan secara teritis dengan perilaku kesehatan.
41
4.) Simpulan Penarikan simpulan dilakukan dengan metode induksi . dicantumkan
(Hidayat,2008)
atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
c) Confidentiality ( kerahasiaan)
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset .
penelitian (Hidayat,2008).
42