Professional Documents
Culture Documents
Pengertian : Tindakan yang dilakukan dengan pemberian cairan untuk mengatasi syok dan
menggantikan volume cairan yang hilang akibat perdarahan atau dehidrasi
Tujuan : Untuk menggantikan volume cairan tubuh yang hilang sebelumnya, menggantikan
cairan hilang yang sedang berlangsung dan mencukupi kebutuhan cairan sehari
Jenis-jenis cairan :
Enteral : oralit (oral rehidration solution), larutan gula garam, larutan air tajin dll.
Parenteral : kristaloid, koloid dan transfusi
Cairan parenteral
Kristaloid :
Koloid :
Cairan yang mengandung partikel onkotik yang dapat menyebabkan tekanan onkotik
Sebagian besar menetap di intravaskuler
Koloid yang bersifat plasma ekspander akan menarik cairan ekstravaskuler ke
intravaskuler
Dapat menyebabkan reaksi anafilaksis
Harganya mahal
Pemberian berlebih dapat menyebabkan edema paru tetapi tidak akan menyebabkan
edema perifer.
Untuk resusitasi digunakan Dekstran, HES, gelatin
Transfusi darah :
Pergantian cairan sesuai perkiraan jumlah darah yang hilang (Estimate Blood Loss) :
wat darurat
B. Terapi Cairan
Terapi cairan ialah tindakan untuk memelihara, mengganti cairan tubuh dalam batas-
batas fisiologis dengan cairan infus kristaloid (elektrolit) atau koloid (plasma
ekspander) secara intravena. Terapi cairan berfungsi untuk mengganti defisit cairan saat
puasa sebelum dan sesudah pembedahan, mengganti kebutuhan rutin saat pembedahan,
mengganti perdarahan yang terjadi, dan mengganti cairan yang pindah ke rongga
ketiga.
1. Terapi cairan resusitasi
Terapi cairan resusitasi ditujukan untuk menggantikan kehilangan akut cairan tubuh
atau ekspansi cepat dari cairan intravaskuler untuk memperbaiki perfusi jaringan.
Misalnya pada keadaan syok dan luka bakar. Terapi cairan resusitasi dapat dilakukan
dengan pemberian infus Normal Saline (NS), Ringer Asetat (RA), atau Ringer laktat
(RL) sebanyak 20 ml/kg selama 30-60 menit. Pada syok hemoragik bisa diberikan 2-3
L dalam 10 menit.
2. Terapi rumatan
Terapi rumatan bertujuan memelihara keseimbangan cairan tubuh dan nutrisi. Orang
dewasa rata-rata membutuhkan cairan 30-35 ml/kgBB/hari dan elektrolit utama Na+=1-
2 mmol/kgBB/haridan K+= 1mmol/kgBB/hari. Kebutuhan tersebut merupakan
pengganti cairan yang hilang akibat pembentukan urine, sekresi gastrointestinal,
keringat (lewat kulit) dan pengeluaran lewat paru atau dikenal dengan insensible water
losses.
Terapi rumatan dapat diberikan infus cairan elektrolit dengan kandungan karbohidrat
atau infus yang hanya mengandung karbohidrat saja. Larutan elektrolit yang juga
mengandung karbohidrat adalah larutan KA-EN, dextran + saline, DGAA, Ringer’s
dextrose, dll. Sedangkan larutan rumatan yang mengandung hanya karbohidrat adalah
dextrose 5%. Tetapi cairan tanpa elektrolit cepat keluar dari sirkulasi dan mengisi ruang
antar sel sehingga dextrose tidak berperan dalam hipovolemik.
Dalam terapi rumatan cairan keseimbangan kalium perlu diperhatikan karena seperti
sudah dijelaskan kadar berlebihan atau kekurangan dapat menimbulkan efek samping
yang berbahaya. Umumnya infus konvensional RL atau NS tidak mampu mensuplai
kalium sesuai kebutuhan harian. Infus KA-EN dapat mensuplai kalium sesuai
kebutuhan harian.
Pada pembedahan akan menyebabkan cairan pindah ke ruang ketiga, ke ruang
peritoneum, ke luar tubuh. Untuk menggantinya tergantung besar kecilnya
pembedahan, yaitu :
• 6-8 ml/kg untuk bedah besar
• 4-6 ml/kg untuk bedah sedang
• 2-4 ml/kg untuk bedah kecil
Infus menjadi salan satu perawatan medis yang serong dilakukan. Perawatan medis ini
dilakukan dengan mengaliri tubuh lewat pembuluh darah melalui selang infus. Selang infus
ini di dalamnya terdapat cairan infus yang akan masuk ke tubuh. Seperti apakah jenis cairan
infus yang seringkali diberikan. Berikut ini diantaranya :
1. Asering
Na 130 mEq
Cl 109 mEq
Ca 3 mEq
K 4 mEq
Asetat/garam 28 mEq
Fungsi cairan ini dapat diberikan saat pasien dehidrasi (keadaan shock hipovolemik dan
asidosis), demam berdarah dengue, trauma, dehidrasi berat, luka bakar dan shock hemoragik.
Dapat menjaga suhu tubuh sentral pada anestasi dan isofluran terutama kandungan
asetatnya pada saat pasien dibedah
Meningkatkan tonisitas sehingga dapat mengurangi resiko edema serebral
2. Cairan Kristaloid
Kegunaan :
Manfaat cairan Ringer Laktat : Kandungan kaliumnya bermanfaat untuk konduksi saraf dan
otak, mengganti cairan hilang karena dehidrasi, syok hipovolemik dan kandungan natriumnya
menentukan tekanan osmotik pada pasien.
c.) Deaktrosa
Manfaat deaktrosa adalah cairan yang diperlukan pasien pada saat terapi intravena,dan
diperlukan untuk hidrasi ketika pasien sedang dan selesai operasi.
Komposisi cairan ini hampir sama dengan cairan Ringer Laktat namun keduanya memiliki
manfaat yang berbeda bagi pasien yaitu :
Manfaat yang dirasakan pasien dengan cairan ini 3-4 kali lebih cepat dan efektif daripada
cairan Ringer Laktat (RL).
3. Cairan Koloid
Cairan ini merupakan cairan yang terdiri dari molekul besar yang sulit untuk menembus pada
membran kapiler. Biasanya cairan digunakan untuk mengganti cairan yang hilang yakni
cairan intravaskuler, digunakan untuk membuat tekanan osmose plasma lebih terjaga dan
mengalami peningkatan. Jenis cairan koloid yaitu :
a.) Albumin
Komposisi : Protein 69-kDa yang mendapat pemurnian yang berasal dari plasma manusia
(misalnya 5 %).
Adapun manfaat albumin yaitu mengganti jumlah volume yang hilang atau protein ketika
pasien mengalami syok hipovolemia, hipoalbuminemia, saat operasi ,trauma, gagal ginjal
yang akut dan luka bakar. Selain itu, ketika pasien diterapi dengan albumin dapat memberi
pengaruh diuresis yang berkelanjutan serta membantu dalam penurunan berat badan.
Manfaat cairan HES yakni membantu menurunkan permeabilitas pembuluh darah pada
pasien post trauma. sSehingga resiko kebocoran kapiler dapat terhindarkan dan membantu
menambah jumlah volume plasma walaupun pasien mengalami kenaikan permeabilitas.
c.) Dextran
Manfaat dextran, membantu menambah plasma ketika pasien mengalami trauma, syok sepsis,
iskemia celebral, vaskuler perifer dan iskemia miokard. Selain itu, cairan dextran memberi
efek anti trombus yakni dapat menurunkan viskositas darah dan mencegah agregasi platelet.
d.) Gelatin
Manfaat : Memberi efek antikoagulan, Dapat membantu menambah volume plasma pada
pasien
4. Cairan Mannitol
Komposisi terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen (C6H14O6). Manfaatnya yaitu
membantu tekanan intrakranial yang tingga menjadi normal atau berkurang, memberi
peningkatan diuresis pada proses pengobatan gagal ginjal (oliguria), membuateksresi
senyawa toksik menjadi meningkat. Bermanfaat juga sebagai larutan irigasi genitouriner
ketika pasien sedang menjalani operasi prostat atau transuretral.
Sponsors Link
5. KA-EN 1B
Dapat menjadi cairan elektrolit pasien pada kasus pasien yang sedang dehidrasi karena tidak
mendapat asupan oral dan pasien yang sedang demam. Selain itu cairan ini bisa diberikan
kepada bayi prematur maupun bayi yang baru lahir sebagai cairan elektrolitnya.
Komposisi :
KA-EN 3A
Sodium klorida 2,34 g
Potassium klorida 0,75 g
Sodium laktat 2,24 g
Anhydrous dekstros 27 g
Cairan elektrolit (meq/L): Na + 60,K+10,Cl-50,glukosa 27g/L,kcal/L:108
KA-EN 3B
Sodium klorida 1,75 g
Ptasium klorida 1,5 g
Sodium laktat 2,24
Anhydrous dekstros 27 g
Cairan elektrolit (mEq/L) : Na + (50),K+ (20),Cl- (50),laktat- (20),glukosa (27g/L),kcal/L (108)
Membantu memenuhi kebutuhan pasien akan cairan dan elektrolit karena kandungan
kaliumnya (pada KA-EN 3A mengandung kalium 10 mEq/L dan KA-EN 3B mengandung
kalium 20 mEq/L) yang cukup walaupun pasien sudah melakukan ekskresi harian.
7. KA-EN MG3
Komposisi :
Manfaatnya yakni membantu cairan elektrolit harian pasien maupun saat pasien mendapat
asupan oral terbatas, memenuhi kebutuhan kalium pasien (20 mEq/L) dan sebagai suplemen
NPC yang dibutuhkan pasien (400 kcal/L).
8. KA-EN 4A
Na 30 mEq/L
Cl 20 mEq/L
K 0 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 40 gr/L
Manfaat larutan ini yakni dapat diberikan sebagai larutan infus untuk bayi dan anak-anak,
menormalkan kadar konsentrasi kalium serum pada pasien, membantu pasien mendapatkan
cairan kembali ketika mengalami dehidrasi hipertonik.
9. KA-EN 4B
Komposisinya yaitu :
Na 30 mEq/L
K 8 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 37,5 gr/L
Cl 28 mEq/L
sponsored links
Dapat diberikan pada bayi dan anak–anak usia kurang dari 3 tahun sebagai cairan infus bagi
mereka, mengurangi resiko hipokalemia ketika pasien kekurangan kalium dan mengganti
cairan elektrolit pasien ketika dehidrasi hipertonik.
10. Otsu-NS
Na+=154
Cl- +154
11. Otsu-RL
Na+ =130
K+ = 4
Cl- =108.7
Laktat = 28
Ca++ = 2.7
Manfaatnya yaitu memberi pasien ion bikarbonat dan sebagai cairan asidosi metabolik dan
sebagai resuisitasi.
12. MARTOS-10
Komposisi : 400 kcal/L
Manfaat cairan ini adalah dapat membantu mencukupi suplai air dan karbohidray pada pasien
diabetik secara parental dan dapat memberi nutrisi eksogen pada pasien kritis penderita
tumor,infeksi berat,pasien stres berat maupun pasien mengalami defisiensi protein.
13. AMIPAREN
Komposisi tiap liter dari Amiparen terdiri dari beberapa kandungan yaitu:
L-leucine 14g, L-isoleucine 8g, L-valine 8g,lysine acetate 14,8g (L-lysine equivalent 10,5g),
L-threonine 5,7g,L-tryptophan 2g,L-methionine 3,9g,L-phenylalanine 7g,L-cysteine 1g,L-
tyrosine 0,5g, L-arginine 10,5g,L-histidine 5g,L-alanine 8g, L-proline 5g,L-serine
3g,aminoacetic acid 5,9g,L-aspartic acid 30 w/w%,total nitrogen 15,7g,sodium kurang lebih 2
mEq,acetate kira-kira 1220 mEq dan kandungan Sodium bisulfit ditambahkan sebagai
stabilisator.
Cairan ini bermanfaat bagi pasien yang mengalami stres metabolik berat, mengalami luka
bakar, kwasiokor dan sebagai kebutuhan nutrisi secara parental.
Manfaatnya adalah meningkatkan kebutuhan metabolik pada pasien yang mengalami luka
bakar, trauma pasca operasi serta pasien yang mengalami stres metabolik sedang. Selain itu,
cairan diberikan kepada pasien GI sebagai penambah nutrisi.
Manfaatnya yakni memenuhi kebutuhan pasien akan air dan cairan elektrolit baik saat
sebelum,sedang dan sesudah operasi. Selain itu, dapat membantu pasien mendapatkan
kembali air dan cairan elektrolit saat mengalami dehidrasi isotonik dan kehilangan cairan
intarselular, juga memenuhi kebutuhan pasien akan makanan yang mengandung karbohidrat
secara parsial.
Pertolongan pertama pada syok hipovolemik Kita sepakat bahwa setiap syok hipovolemik adalah
kondisi gawat darurat yang harus segera mendapatkan pertolongan. Sementara pasien menunggu
sampai ke rumah sakit ada beberapa pertolongan awal yang dapat diterapkan: Posisikan pasien
berbaring dengan kaki ditinggikan sekitar 12 inci (lebih tinggi dari dada). Jangan gerakkan kepala dan
bagian leher apabila dicurigai terdapat cedera pada kepala, leher, atau punggung. Menyelimuti
pasien untuk menjaga kehangatan agar terhindar dari hipotermia. Dan jaga selalu agar tetap
nyaman. Jangan memberikan pasien cairan melalui mulut. Dikhawatirkan dengan kesadaran yang
sudah menurun pasien bisa tersedak. Jika ada pisau, pecahan kaca, panah, atau benda tajam lainnya
yang tertancap jangan mencoba untuk mecabutnya. Dikhawatirkan akan menyebabkan pendarahan
yang hebat. Apabila terlihat ada luka berdarah, maka tutuplah dengan kain bersih dan tekan,
pertahankan untuk mengurangi perdarahan. Hindari membubuhkan serbuk kopi atau lainnya pada
luka, ini malah akan membuat luka menjadi kotor dan menyulitkan dokter dalam penanganan
selanjutnya.
Bersumber dari: Syok Hipovolemik : Gejala, Penyebab, dan Pengobatan | Mediskus
Penanganan syok hipovolemik di Rumah Sakit Setelah di rumah sakit, seseorang yang diduga
mengalami syok hipovolemik akan menerima cairan atau transfusi darah melalui jalur intravena,
untuk mengisi darah yang hilang dan meningkatkan sirkulasi. Prinsip pengobatan syok hipovolemik
adalah mengendalikan kehilangan cairan dan darah, mengganti yang telah hilang, dan menstabilkan
kerusakan yang disebabkan oleh syok hipovolemik. Hal ini juga meliputi penanganan cedera atau
sakit yang menyebabkan syok, jika memungkinkan. Adapun tindakan untuk menstabilkan volume
darah diantaranya: transfusi plasma darah transfusi trombosit transfusi sel darah merah cairan
kristaloid intravena (infus)
Bersumber dari: Syok Hipovolemik : Gejala, Penyebab, dan Pengobatan | Mediskus
Macam Macam Cairan Infus
1. Cairan Hipotonik :
Osmolaritasnya lebih rendah di bandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah di
bandingkan serum), maka larut dalam serum, & menurunkan osmolaritas serum. Sehingga
cairan ditarik dari dalam pembuluh darah menuju ke luar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan
berpindah dari osmolaritas yang rendah ke osmolaritas lebih tinggi), sampai akhirnya mengisi
sel-sel yg dituju. Digunakan pada kondisi sel “mengalami” dehidrasi, contohnya pada pasien
cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, serta pada pasien hiperglikemia (dengan kadar gula
darah tinggi) dengan gangguan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yg membahayakan ialah
perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps
kardiovaskular & peningkatan tekanan intrakranial (didalam otak) pada sebagian beberapa
orang. Misalnya ialah NaCl 45% & Dekstrosa 2,5%.
2. Cairan Isotonik :
Osmolaritas (merupakan tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (merupakan bagian
cair dari komponen darah), maka terus berada di dalam pembuluh darah. Berguna pada pasien
yg mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, maka tekanan darah konsisten menurun).
Mempunyai risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal
jantung kongestif & hipertensi. Misalnya ialah cairan Ringer-Laktat (RL), & normal
saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
3. Cairan hipertonik :
Osmolaritasnya lebih tinggi di bandingkan serum, maka “menarik” cairan & elektrolit dari
jaringan & sel ke dalam pembuluh darah. Dapat mengurangi edema (bengkak), menstabilkan
tekanan darah & meningkatkan produksi urin . Penggunaannya kontradiktif dengan cairan
hipotonik. Contohnya NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%, Dextrose 5%+Ringer-Lactate,
Dextrose 5%+NaCl 0,9%, product darah (darah), & albumin.
4. Kristaloid
bersifat isotonik, sehingga efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan ke dalam pembuluh
darah dalam waktu yg singkat, & bermanfaat pada pasien yg memerlukan cairan segera.
Contohnya Ringer-Laktat & garam fisiologis.
5. Koloid
Ukuran molekulnya (umumnya protein) cukup besar maka tidak akan ke luar dari membran
kapiler, & terus berada dalam pembuluh darah, sehingga sifatnya hipertonik, & mampu
menarik cairan dari luar pembuluh darah. Misalnya ialah albumin & steroid.
ASERING
Indikasi : Dehidrasi (syok hipovolemik & asidosis) pada keadaan : gastroenteritis akut, demam
berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
Komposisi : Setiap liter asering terkandung didalamnya :
Na 130 MEq
Cl 109 MEq
K 4 MEq
Ca 3 MEq
Asetat (garam) 28 MEq
Keunggulan :
Asetat dimetabolisme di otot, & masihlah dapat ditolelir pada pasien yg mengalami gangguan
hati
Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA akan mengatasi asidosis laktat lebih baik
dibanding RL pada neonatus
Pada kasus bedah, asetat akan mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi dengan
isofluran
Memiliki resiko vasodilator
Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 persen sebanyak 10 ml pada 1000 ml RA, bisa
meningkatkan tonisitas larutan infus maka memperkecil risiko edema serebral
KA-EN 1B
Indikasi :
Sebagai larutan awal apabila status elektrolit pasien belum diketahui, misalnya ditemukan
pada kasus emergensi (dehidrasi lantaran asupan oral tidak memadai, demam)
Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian dengan cara IV. Kecepatan sebaiknya 300-
500 ml/jam (dewasa) & 50-100 ml/jam pada anak-anak
< 24 jam pasca operasi
Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam
Indikasi :
KA-EN MG3
Macam Macam Cairan Infus
Indikasi :
KA-EN 4A
Macam Macam Cairan Infus
Indikasi :
K 0 MEq/L
Na 30 MEq/L
Cl 20 MEq/L
Laktat 10 MEq/L
Glukosa 40 Gr/L
KA-EN 4B
Macam Macam Cairan Infus
Indikasi :
Adalah larutan infus rumatan untuk bayi & anak umur kurang 3 th
Mensuplai 8 MEq/L kalium pada pasien maka meminimalkan risiko hipokalemia
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi :
Na 30 MEq/L
K 8 MEq/L
Glukosa 37,5 Gr/L
Laktat 10 MEq/L
Cl 28 MEq/L
Otsu-NS
Macam Macam Cairan Infus
Indikasi :
Untuk resusitasi
Kehilangan Na > Cl, misal diare
Sindrom yg berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum, insufisiensi
adrenokortikal, luka bakar)
Otsu-RL
Macam Macam Cairan Infus
Indikasi :
MARTOS-10
Macam Macam Cairan Infus
Indikasi :
Suplai air & karbohidrat dengan cara parenteral pada penderita diabetik
Kondisi kritis lain yg membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, stres berat, infeksi berat &
defisiensi protein
Dosis : 0,3 gr/kg BB/jam
Mengandung 400 Kcal/L
AMIPAREN
Macam Macam Cairan Infus
Indikasi :
Luka bakar
Stres metabolik berat
Infeksi berat
Kwasiokor
Pasca operasi
Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit
Total Parenteral Nutrition
AMINOVEL-600
Macam Macam Cairan Infus
Indikasi :
PAN-AMIN G
Macam Macam Cairan Infus
Indikasi :
HIPOVOLEMIA
Hipovolemia adalah penipisan volume cairan ekstraseluler (CES).
Hipovolemia ini terjadi dapat disebabkan karena penurunan masukan,
kehilangan cairan yang abnormal melalui kulit, gastro intestinal, ginjal abnormal,
dan perdarahan. Tergantung pada jenis kehilangan cairan hipovolemia dapat
disertai dengan ketidak seimbangan asam basa, osmolar atau elektrolit. Penipisan
(CES) berat dapat menimbulkan syok hipovolemik.
Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi hipolemia adalah dapat berupa
peningkatan rangsang sistem syaraf simpatis (peningkatan frekwensi jantung,
inotropik [kontraksi jantung] dan tahanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormon
antideuritik [ADH], dan pelepasan aldosteron. Kondisi hipovolemia yang lama
dapat menimbulkan gagal ginjal akut.
Pengkajian
1. Tanda dan gejala : pusing, kelemahan, keletihan, sinkope, anoreksia, mual,
muntah, haus, kekacauan mental, konstipasi, oliguria.
2. Pengkajian Fisik : penurunan tekanan darah (TD), khususnya bila berdiri
(hipotensi ortostatik); peningkatan frekwensi jantung (FJ); turgor kulit buruk;
lidah kering dan kasar; mata cekung; vena leher kempes; peningkatan suhu dan
penurunan berat badan akut. Bayi dan anak-anak : penurunan air mata, depresi
fontanel anterior.
Pada pasien syok akan tampak pucat dan diaforetik dengan nadi cepat dan haus;
hipotensi terlentang dan oliguria.
3. Pengukuran hemodinamik : Penurunan CVP, penurunan tekanan arteri
pulmoner (TAP), penurunan curah jantung (CJ), penurunan tekanan arteri rerata
(TAR), peningkatan tekanan vascular sistemik (TVS).
4. Riwayat dan faktor-faktor risiko :
Kehilangan GI abnormal : muntah, penghisapan NG, diare, drainase intestinal
Kehilangan kulit abnormal : diaforesis berlebihan sekunder terhadap demam atau
latihan, luka bakar, fibrosis sistik
Kehilangan ginjal abnormal : terapi diuretik, diabetes insipidus, diuresis osmotik
(bentuk poliurik), insufisiensi adrenal, diuresis osmotik (DM takterkontrol, pasca
penggunaan zat kontras
Spasium ketiga atau perpindahan cairan plasma ke interstisial : peritonitis,
obtruksi usus, luka bakar, acites
Hemoragi
Perubahan masukan : koma, kekurangan cairan.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Nitrogen urea darah (BUN) : Mungkin meningkat karena dehidrasi, penurunan
perfusi ginjal, atau panurunan fungsi ginjal.
2. Hematokrit : Peningkatan pada dehidrasi ; penurunan dalam perdarahan.
3. Elektrolit serum : Tergantung pada jenis kehilangan cairan. Hipokalemia terjadi
pada kehilangan GI atau ginjal abnormal. Hiperkalemia terjadi pada insufisiensi
ginjal. Hipernatermia dapat terlihat pada peningkatan kehilangan takkasatmata
ataukehilangan keringat dan diabetes insidipus. Hiponatermia dapat terjadi pada
kehilangan jenis hipovolemia karena peningkatan haus dan pelepasan ADH,,
yang menimbulkan peningkatan masukan dan retensi air, dengan demikian
mengencerkan natrium serum.
4. CO2 total serum (juga diketahui sebagai kandungan CO2) : Menurun pada
asidosis metabolic dan meningkat pada alkalosis metabolic.
5. Gas darah arteri (nilai GDA) : asidosis metabolik (pH <7,35 dan HCO3 <22
mEq/L) dapat terjadi pada kehilangan GI bagian bawah, syok, atau ketoasidosis
diabetik. Alkalosis metabolik (pH >7,45 dan HCO3 >26 mEq/L) dapat terjadi
pada kehilangan GI atau terapi diuretik.
6. Berat jenis urine : peningkatan karena upaya ginjal untuk menghemat air; dapat
menetap kira-kira 1,010 pada penyakit ginjal; akan menurun pada diabetes
insipidus.
7. Natrium urine : menunjukan kemampuan ginjal untuk menyimpan natrium
dalam respons terhadap peningkatan kadar aldosteron, pada takadanya penyakit
ginjal, dieresis osmotik, atau terapi diuretik, ini harus <10-20 mEq/L
8. Osmolalitas serum : Tergantung pada jenis kehilangan cairan dan kemampuan
tubuh untuk mengkompensasi haus dan ADH.
Penatalaksanaan Kolaboratif
1. Pemulihan volume cairan normal dan koreksi gangguan penyerta asam-basa dan
elektrolit.Jenis penggantian cairan tergantung pada jenis kehilangan cairan dan
beratnya kekurangan elektrolit serum, osmolalitas serum, status asam-basa
Dekstrosa dan air : memberikan hanya air bebas dan akan di distribusikan dengan
merata keseluruh CIS dan CES; digunkan untuk hanya mengatasi kekurangan
cairan tubuh total.
Normal salin isotonik : Hanya memperbanyak CES; tidak masuk CIS. Biasanya
digunakan sebagai penambahan volume intrasesular atau untuk menggantikan
kehilangan abnormal.
Darah dan komponen darah : Hanya memperbanyak bagian intravascular CES.
Larutan elektroli/salin campuran : Memberikan tambahan elektrolit (Mis., Kalium
dan Kalsium) dan buffer (Laktat atau Asetat). Biasanya, larutan hipotonik
digunakan sebagai cairan pengganti karena kebanyakan kehilangan cairan
abnormal adalah isotonik.
Cairan harus diberikan dengan cukup cepat dan pada kuantitas yang cukup
untuk mempertahankan perfusi jaringan adekuat tanpa kelebihan beban system
kardiovaskular. Fungsi dasar kardiovaskular dan ginjal pasien menentukan
seberapa baik ia mentoleransi penggantian cairan. Sehingga kecepatan pemberian
cairan harus didasarkan pada beratnya kehilangan dan respon hemodinamik
individu terhadap penggantian cairan. Selama penambahan cairan, volume cairan
diberikan pada kecepatan khusus dan interval serta respon hemodinamik pasien
dipantau dan didokumentasikan. Parameter hemodinamik dapat diresepkan oleh
dokter atau, tergantung pada kebijakan pelayanan, ditentukan oleh protokol
penambahan cairan. Penambahan cairan khusus termasuk langkah berikut :
Diagnosa
1. Defisit volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan tubuh atau
penurunan masukan.
Hasil yang diharapkan: pasien memenuhi mamsukan cairan dan elektrolit
adekuat dibuktikan oleh haluran urine ≥30 ml/jam, berat badan stabil, berat jenis
1,010-1,030, tak ada tanda klinis hipovolemia (lidah kering, dll.), TD dalam batas
normal pasien, CVP 2-6 mm Hg, dan FJ 60-100 dpm. Natrium serum 137-147
mEq/L dan hematokrit; BUN dalam batas normal pasien. Untuk pasien dalam
perawatan kritis berikut ini dicapai :TAP 20-30/8-15 mm Hg dan CJ 4-7 L/mnt.
2. Perubahan perfusi serebral, ginjal dan perifer yang berhubungan dengan
hipovolemia.
Hasil yang diharapkan : pasien mempunyai perfusi yang adekuat dibuktikan
dengan kesadaran, kulit hangat dan kering, TD dalam batas normal pasien,FJ
<100 denyut permenit (DPM)keluaran urine ≥30 ml/jam selama 2 jam berturut-
turut, pengisian kapiler <2 detik, dan nadi perifer >2+ pada skala 0-4+.