You are on page 1of 3

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kaki merupakan salah satu anggota gerak tubuh yang paling sering
digunakan baik dalam aktivitas sehari-hari maupun bidang pekerjaan. Apabila
fungsi kaki mengalami gangguan atau disfungsi maka akan menghambat
aktivitas sehari-hari bahkan penurunan kinerja dan produktivitas. Cidera
tungkai adalah yang paling sering terjadi, terutama pada atlet olahraga karena
tekanan dan tarikan pada ligamen penyusun sendi ankle (Apley, 1995). Salah
satu cidera yang paling sering terjadi adalah sprain ankle.
Sprain ankle adalah cedera yang mengenai pada ligamen penyusun
pergelangan kaki (Apley, 1995). Sprain ankle merupakan cedera yang sering
terjadi saat ankle bergerak di luar lingkup gerak yang normal karena
penguluran dan kelemahan ligamen serta soft tissues disekitar pergelangan
kaki yang menyebabkan kehilangan fungsi ankle (Griffth, 1982).
Prevalensi sprain ankle bervariasi, Ross dkk melaporkan di Mayo Clinic,
pada tahun 2000–2005 kasus sprain ankle khususnya yang terkena pada
ligamen lateral adalah 85%. Dari angka kejadian sprain ankle terjadi pada
atlet olahraga adalah 38-45%. Sekitar 80% dari angka kejadian, dilaporkan
merupakan cidera sprain ankle yang terulang setelah cidera pertama terjadi.
Dari 40% individu yang terkena sprain ankle memiliki gejala sisa dari sprain
ankle yang kronis yaitu instabilitas pada ankle. Prosentase dari sprain ankle
didominasi oleh wanita yaitu mencapai 63% dan pada pria berkisar 37%.
Tanda dan gejala yang sering timbul pada penderita sprain ankle umumnya
adalah rasa nyeri pada pergelangan kaki dan bengkak. Berjalan bahkan berlari
sesaat setelah terjadi robekan dapat memperburuk pembengkakan, memar dan
kerusakan pada ligamen (Griffth,19820. Pada sprain ankle ringan, penderita

1
2

hanya akan merasa sedikit nyeri dan bengkak tapi masih mampu melakukan
aktivitas sehari-hari. Namun pada kondisi yang berat, nyeri akan meningkat
dan jika tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan disused atrophy dan
membuat penderitanya tidak bisa berjalan.
Berbagai upaya kesehatan dilakukan untuk menangani kondisi ini, salah
satunya adalah fisioterapi. Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan
yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan,
memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur
kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan
gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi, dan
komunikasi (Depkes RI, 2007).
Modalitas fisioterapi yang dapat digunakan dalam penanganan sprain ankle
antara lain ultrasound, TENS, infrared, Micro Wave Diathermy dan terapi
latihan.
Ultrasound dapat menghasilkan efek thermal dan non-thermal yang secara
fisiologis dapat mengakibatkan meningkatnya sirkulasi darah, relaksasi otot,
meninggikan permeabilitas membran, meningkatkan kemampuan regenerasi
jaringan, pengaruh terhadap saraf perifer, dan mengurangi nyeri (Sujatno, dkk,
2002).
Terapi latihan adalah suatu usaha pengobatan yang dalam pelaksanaannya
menggunakan latihan- latihan gerak tubuh baik secara aktif maupun pasif.
Terapi latihan dapat membantu mempertahankan kekuatan otot, mencegah
kontraktur otot, serta mempertahankan lingkup gerak sendi (Kisner, 1996).
Berdasarkan hal diatas, penulis menggunakan ultrasound dan terapi latihan
pada laporan kasus sprain ankle kronis dengan judul “Penatalaksanaan
Fisioterapi dengan menggunakan Ultrasound dan Terapi Latihan pada
Kondisi Sprain Ankle Sinistra”
3

B. Rumusan Masalah
Bagaimana keadaan pada kondisi sprain ankle kronis setelah dilakukan
terapi ultrasound dan terapi latihan sebanyak 6 kali terapi?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk memenuhi salah satu tugas komprehensif di RSPAD Gatot Subroto
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui penatalaksanaan terapi ultrasound dan terapi
latihan pada kasus sprain ankle.
b. Untuk mengetahui keadaan pada kondisi sprain ankle setelah
dilakukan terapi ultrasound dan terapi latihan sebanyak 6 kali terapi.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang ingin dicapai penulis dari penulisan laporan kasus ini adalah:
1. Agar dapat menambah pengetahuan pembaca dan masyarakat, khususnya
tentang pengertian sprain ankle, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
problematika, dan penanganan fisioterapi yang dapat diberikan pada
kasus sprain ankle.
2. Agar dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan fisioterapi, khususnya
pengetahuan dan pemahaman dalam memberikan dan menyusun
penatalaksanaan terapi ultrasound dan terapi latihan pada kasus sprain
ankle.

You might also like