You are on page 1of 8

Jurnal PENA Vol.34 No.

1 Edisi Maret 2020

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS


TENDINITIS SUPRASPINATUS SINISTRA DENGAN MODALITAS
ULTRASOUND, TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION
(TENS) DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD KRATON
KABUPATEN PEKALONGAN

Yayang Yuliana Cipta*) dan Eko Budi Prasetyo


Program studi DIII Fisioterapi FIK – Universitas Pekalongan
Email : yayangyuliana24@gmail.com ; hasan143173@gmail.com

ABSTRACT
Background : Supraspinatus Tendinitis is inflammation of the supraspinatus tendon due to
repeated friction of the tendon for a long time. Supraspinatus Tendinitis occurs at the age of 30-70
years, 20% to 33% in the adult population. The problem of physiotherapy in the case of
Supraspinatus Tendinitis is the presence of muscle spasm, tenderness and motion pain, limitation of
LGS, decreased muscle strength and decreased functional activity. In the case of Supraspinatus
Tendinitis the modalities used are Ultrasound, TENS and Exercise Therapy.
Objective : To determine the effect of Ultrasound, TENS and Exercise Therapy
Method : Research with descriptive analytical method. The method of collecting data uses
the Autoanamnesis method. The research design used was a case study. The subjects of this study
were patients with Supraspinatus Tendinitis using research instruments to examine spasm, pain,
muscle strength, scope motion of joint (LGS), and functional activity.
Results : From the therapy 6 times the results were obtained: (1) There was a decrease in
muscle spasm at T1 = 1 to T6 = 0, (2) There was a decrease in tenderness at T1 = 6 to T6 = 2, and
motion T1 = 6 to T6 = 3 , (3) There is an increase in muscle strength T1 = 4 to T6 = 5, (4) There is
an increase in LGSactive flexion movement T1 = 105º to T6 = 120º, in abduction T1 = 90º to T6 =
120º, and LGS passive to flexion motion T1 = 135º becomes T6 = 145º, and in abduction T1 = 115º
becomes T6 = 130º, (4) There is an increase in functional activity with a total score of T1 = 60
(moderate dependence) to T6 = 33 (mild dependence).
Conclusion : Physiotherapy with Ultrasound, TENS and Exercise Therapy Interventions can
reduce the problems that arise in the condition of Supraspinatus Tendinitis.
Suggestion : Know more deeply about the condition of Supraspinatus Tendinitis

Keywords : Tendinitis Supraspinatus, Ultrasound, Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation


(TENS) and Exercise Therapy.

PENDAHULUAN sering digunakan manusia untuk


Dalam kehidupan sehari-hari melakukan aktivitas sehari-hari
kita sering menjumpai orang-orang termasuk ketika melakukan sebuah
yang mengeluh mengalami gangguan pekerjaan.
gerak dan fungsi dasar tubuh terutama Prevalensi Tendinitis
di dalam melakukan aktivitas Supraspinatus banyak terjadi pada
fungsional sehari-hari, dimana orang dewasa muda, umumnya terjadi
mengeluh tentang menurunnya pada karyawan kantor, penulis, dan
kemampuan fungsional. Hal ini umumnya terjadi pada usia 30-70
dikarenakan sendi bahu merupakan tahun, dari 20% sampai 33% pada
salah satu persendian yang paling

55
Jurnal PENA Vol.34 No.1 Edisi Maret 2020

populasi dewasa (Yunida, et al., arthrokinematicnya berupa ventral


2015). translasi. Gerak fisiologi horizontal
Nyeri bahu dengan penyebab abduksi dan adduksidalam bidang
gerak dan fungsi yang paling sering transversal ROM 1100 dan 300
terjadi adalah disebabkan oleh dengan elastic end feel, gerak
Tendinitis Supraspinatus (Kuntono, arthrokinematicnya berupa ventral
2008). Rotatorcuff adalah grup dari translasi dan dorsal translasi
empat otot yang terdiri dari Muscle (Clarkson, 2000).
Supraspinatus, Muscle Infraspinatus, Tendinitis supraspinatus adalah
Muscle Subsacpularis, dan Muscle peradangan pada tendon
Teres minor, dan cedera yang paling supraspinatus akibat gesekan tendon
sering terjadinya adalah cedera pada terhadap caput humeri dan acromeon
otot Supraspinatus (Kevin L et al., yang bekerja terlalu berat secara
2009). berulang-ulang dalam jangka waktu
M. supraspinatus berorigo di yang lama (Hasibuan, 2007).
fossa supraspinata dan berinsertio Penyebab Tendinitis
dibagian tuberculum majus, otot ini Supraspinatus berupa cidera langsung
memperkuat humerus pada lekuk yang mengenai bahu ataupun juga
sendi, menegangkan capsula karena cidera atau trauma yang
articularis dan abduksi lengan disebabkan oleh kerja m.
dipersarafi oleh n. suprascapularis supraspinatus yang berlebihan
C4-C6 (Appley, 1993). (Sujudi, 1989 dalam Yunida, 2015).
Abduksi aktif baik dinamik Tanda dan gejala Tendinitis
maupun isometrik menimbulkan Supraspinatus antara lain :
nyeri, terutama pada ROM 60º-120º a. Adanya nyeri tekan pada tendon
yang biasa dinamai painfull arc yang supraspinatus.
berarti ada kompresi yang bersifat b. Keterbatasan gerak pada sendi
sementara dari suatu struktur yang bahu terutama untuk gerakan
terasa sakit. abduksi.
Gerak fisiologis fleksi-ekstensi c. Painful arc saat melakukan
dalam bidang sagital dengan ROM gerak abduksi 600-1200.
fleksi 1800 dan ekstensi 600 dengan d. Resisted abduksi kadang nyeri.
stetch end feel (elastic) dan gerak e. Kelemahan pada otot-otot
arthrokinematicnya berupa spin. rotator cuff (Kuntoro, 2007).
Gerak fisiologi abduksi dalam bidang Spasme otot dapat terjadi
frontal dengan ROM 900 dan elastic karena reaksi spontan dari suatu otot
harder end feel, gerak karena proteksi terhadap rasa nyeri,
arthrokinematicnya berupa caudal reaksi potensi lain adalah penderita
translasi. Gerak fisiologi internal berusaha menghindari dari gerakan
rotasi dalam bidangt ransversal yang menyebabkan gerakan nyeri
dengan ROM 1000 dan elastic end sehingga akan mengganggu proses
feel, gerak arthrokinematicnya latihan atau terapi. Apabila dibiarakan
berupa dorsal translasi. Gerak terus menerus akan mengakibatkan
fisiologi eksternal rotasi dalam kekakuan sendi, spasme otot,
bidang transversal dengan ROM 800 pemendekan otot atau atrofi dan
dan elastic end feel, gerak

56
Jurnal PENA Vol.34 No.1 Edisi Maret 2020

gangguan fungsional pada tungkai menggerakan sendi bahu atau


(Mardiman dkk, 1993). imobilisasi lama sehingga kekuatan
Ultrasound efektif untuk ototpun menurun. Pemeriksaan
mengurangi nyeri pada spasme kekuatan otot penggerak shoulder
karena ultra sound dapat dilakukan dengan menggunakan
meningkatkan ambang rangsang, MMT (Manual Muscle Testing).
mekanisme dari efek termal panas dan MMT adalah suatu usaha untuk
mekanik (micromassage), dimana mengetahui kemampuan seseorang
akan terjadi peningkatan metabolisme dalam mengkontraksikan otot atau
lokal, peningkatan sirkulasi, selain itu kelompok ototnya secara voluntary
terapi ultrasound juga berpengaruh (Luklukaningsih, 2009 ).
terhadap ekstensibilitas jaringan ikat Menilai kemampuan aktivitas
dan regenerasi jaringan (Sujanto, fungsional pasien dengan
2002). menggunakan indeks SPADI .
Nyeri didefinisikan sebagai rasa Dengan kriteria penilaian angka 0:
yang tidak menyenangkan dan tidak mengalami kesulitan dan 10:
merupakan pengalaman emosional sangat sulit sekali. Nilai total dari
yang berhubungan dengan kerusakan pemeriksaan gangguan fungsional
jaringan baik yang aktual maupun dengan menggunakan indeks
pontensial (Price dkk,2008). Skala disability dari SPADI menggunakan
VAS (Value Analog Scale) perhitungan yaitu :Jumlah nilai dibagi
Merupakan suatu alat pengukuran 130 dikali 100 (Roach et al,
derajat nyeri dengan menunjukkan 1991).
titik pada garis skala nyeri (0 – 10 Wahyu (2013), menyatakan
cm) salah satu titik ujung tidak n bahwa Terapi latihan yang dilakukan
yeri dan ujung yang lain secara bertahap dengan metode
menunjukkan nyeri yang hebat. latihan Hold Relax menyebabkan
TENS dapat mengurangi nyeri, penguluran struktur jaringan lunak
karena TENS mampu mengaktivasi seperti otot dan tendon yang nantinya
baik syaraf berdiameter besar maupun akan memelihara fleksibilitas dari
kecil yang akan menyampaikan jaringan tersebut sehingga
berbagai informasi sensoris ke saraf mempengaruhi peningkatan lingkup
pusat. Efektifitas TENS dapat gerak sendi, peningkatan kekuatan
diterangkan lewat teori gerbang otot dan peningkatan kemampuan
control (Sujatno, 1999). fungsional.
Adanya rasa nyeri pada daerah
shoulder menyebabkan keterbatasan METODOLOGI PENELITIAN
gerak pada shoulder, untuk itu perlu Metode penelitian yang
diperiksa LGS shoulder dengan digunakan adalah menggunakan
menggunakan goneometer. metode deskriptif analitik, yaitu suatu
Goneometer adalah alat yang metode dalam meneliti status
digunakan untuk mengukur seberapa kelompok manusia, suatu objek, suatu
luas gerak sendi dalam ukuran derajat set kondisi, suatu system pemikiran
(Clarkson, 2000). ataupun suatu kelas peristiwa pada
Penurunan nilai kekuatan otot masa sekarang. Rancangan penelitian
terjadi karena pasien enggan untuk

57
Jurnal PENA Vol.34 No.1 Edisi Maret 2020

yang digunakan adalah rancangan Data sekunder dalam studi


studi kasus (Notoatmojo, 2010). dokumentasi mengamati dan
Desain penelitian digambarkan mempelajari perkembangan pasien,
sebagai berikut. dalam studi pustaka diperoleh dari
buku-buku, artikel, e-book dan jurnal
X Y yang berkaitan dengan kondisi
Tendinitis Supraspinatus.

Z HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Spasme dengan palpasi
Spasme otot dengan palpasi
X :Keluhan pasien sebelum diberikan yaitu dengan cara menekan dan
program fisioterapi memegang tubuh pasien untuk
Y :Keluhan pasien setelah diberikan mengetahui ketegangan otot
program fisioterapi supraspinatus. Untuk kriteria
Z :Program fisioterapi penilaian sebagai berikut. (0) =
Permasalahan yang terjadi pada tidak ada spasme (1) = ada spasme
pasien sebelum dilakukan program (Mardiman dkk, 1993).
fisioterapi adalah adanya spasme otot,
nyeri tekan dan nyeri gerak, Grafik 1 Evaluasi Spasme Otot
penurunan LGS, penurunan kekuatan dengan Palpasi
otot dan penurunan kemampuan 1.2
aktivitas fungsional. Sebelumnya
pasien menjalani pemeriksaan 1
M.
fisioterapi diantaranya pemeriksaan 0.8 Supraspinatus
spasme dengan palpasi, nyeri dengan 0.6
VAS (Visual Analogue Scale), LGS
0.4
dengan goniometer, kekuatan otot M.Deltoideus
dengan MMT, dan kemampuan 0.2
aktivitas fungsional dengan SPADI. 0
Dalam hal ini modalitas yang T1 T2 T3 T4 T5 T6
diberikan adalah Ultrasound, TENS
dan terapi latihan.
Dari grafik 1 tersebut di
Prosedur pengambilan atau
dapatkan hasil terdapat
pengumpulan data mencakup data
pengurangan spasme pada otot
primer dan data sekunder.
supraspinatus dan otot deltoideus
Metode interview digunakan
shoulder sinistra dengan hasil T1
untuk mengumpulkan data dengan
sampai T5 pada otot supraspinatus
cara tanya jawab antara fisioterapis
nilai 1 dan T6 menjadi 0. Pada otot
dengan pasien yaitu dengan
deltoideus pengurangan spasme
anamnesis langsung dengan pasien
mulai dari T4 dengan T1 sampai
(auto anamnesis). Metode observasi
T3 hasil 1 menjadi T4 sampai T6
Dilakukan untuk mengetahui
hasil 0.
perkembangan pasien selama
diberikan terapi.

58
Jurnal PENA Vol.34 No.1 Edisi Maret 2020

2. Nyeri dengan skala VAS Grafik 3 Evaluasi Pengukuran


Skala VAS (Visual Analog Lingkup Gerak Sendi Aktif
Scale) merupakan alat pengukuran pada Shoulder Sinistra
derajat nyeri dengan menunjukkan
titik pada garis nyeri (0–10cm) LGS Aktif
salah satu titik ujung tidak nyeri 150
dan ujung yang lain menunjukkan Fleksi
nyeri tak tertahankan (Wall and 100 Ekstensi
Melzack, 1999). Abduksi
Grafik 2 Evaluasi Derajat Nyeri 50 Adduksi
dengan Skala VAS (Visual Eksorotasi
Analog Scale). 0
T1 T2 T3 T4 T5 T6 Endorotasi
7
6
5
Dari grafik 3 di atas tersebut
Nyeri Diam di dapatkan hasil peningkatan LGS
4
Aktif shoulder sinistra yaitu pada
3 Nyeri Tekan gerak fleksi mulai pada terapi ke 4,
2 Nyeri Gerak dengan T1 sampai T3 dengan hasil
1 150°, pada T4 sampai T5 dengan
0 hasil 115° dan T6 hasil 120°. Pada
T1 T2 T3 T4 T5 T6 gerak abduksi mulai pada terapi ke
3, dengan T1 sampai T2 hasil 90°,
pada T3 hasil 100°, T4 sampai T5
Dari grafik 2 tersebut di dengan hasil 105° dan T6 hasil
dapatkan hasil terdapat penurunan 120°.
nyeri tekan pada tendon
m.supraspinatus shoulder sinistra Grafik 4 Evaluasi Pengukuran
dengan T1 sampai T2 hasil 6, T3 Lingkup Gerak Sendi Pasif pada
dengan hasil 5, T4 hasil 3 menjadi Shoulder Sinistra
T5 sampai T6 dengan hasil 2.
Terdapat penurunan nyeri gerak 160
LGS Pasif
Fleksi
pada gerakan abduksi dengan T1 140
hasil 6, T2 sampai T3 dengan hasil 120 Ekstensi
5, T4 sampai T5 hasil 4 menjadi T6 100 Abduksi
dengan hasil 3. 80
60 Adduksi
3. Lingkup Gerak Sendi dengan 40 Eksorotasi
goneometer 20
0 Endoritasi
Untuk evaluasi lingkup
T1 T2 T3 T4 T5 T6
gerak sendi bahu dengan
menggunakan goneometer, yaitu Dari grafik 4 tersebut
dengan mengukur seberapa luas didapatkan adanya peningkatan
gerak sendi dalam ukuran derajat. LGS pasif terdapat peningkatan
dari gerak fleksi pada terapi ke 4,
dengan T1 sampai T3 hasil 135°,

59
Jurnal PENA Vol.34 No.1 Edisi Maret 2020

dan pada T4 sampai T6 menjadi 5. Kemampuan Aktivitas


145° dan pada gerak abduksi Fungsional dengan indeks
terdapat peningkatan mulai dari SPADI
terapi ke 4 juga, dengan T1 sampai Untuk evaluasi aktivitas
T3 hasil 115°, pada T4 sampai T5 fungsional yang dilakukan dengan
dengan hasil 120° dan pada T6 indeks SPADI diperoleh hasil
menjadi 130°. bahwa pada semua item skala
SPADI yang tadinya total scor nilai
4. Kekuatan Otot dengan MMT nya 60 (kesulitan sedang) menjadi
Evaluasi kekuatan grup otot 46 (kesulitan ringan).
bahu yaitu dengan menggunakan
MMT (Manual Muscle Testing) Grafik 6 Evaluasi Grafik Indeks
(Luklukaningsih, 2009). SPADI (Shoulder Pain and
Disability Index)
Grafik 5 Evaluasi Pemeriksaan 8
Kekuatan Otot dengam MMT 7
(Manual Muscle Testing) 6
5 5
4.5 Fleksor 4
4 3
3.5 Ekstensor 2
3 1
2.5 Abduktor 0 T1
2 T2
Adduktor
1.5
T3
1 Endorotator
0.5 T4
0 Eksorotator T5
T1 T2 T3 T4 T5 T6
T6

Dari grafik 5 di atas di Dari grafik 5 diatas dapat


dapatkan hasil adanya kelemahan disimpulkan bahwa adanya
grup otot fleksor dan abductor, peningkatan aktivitas fungsional
setelah dilakukan terapi selama 6 yang di ukur dengan menggunakan
kali terdapat peningkatan kekuatan indeks SPADI pada terapi ke 3 saat
otot pada grup otot fleksor pada aktivitas mengancingkan baju, dan
terapi ke 4 dengan T1 sampai T3 peningkatan pada terapi ke 4 pada
nilai 4 dan pada T4 sampai T6 saat aktivitas meraih benda di atas
menjadi 5, dan peningkatan dan saat memakai celana,
kekuatan otot pada grup otot sedangkan peningkatan aktivitas
abductor pada terapi ke 5 dengan pada terapi ke 5 yaitu saat aktivitas
hasil T1 sampai T4 nilai 4, pada T5 mencuci rambut, membersihkan
sampai T6 menjadi 5. punggung dan memakai bra, pada
peningkatan aktivitas di terapi ke 6
pada saat mengangkat beban berat,
dari terapi yang pertama hingga
terapi yang keenam diperoleh hasil

60
Jurnal PENA Vol.34 No.1 Edisi Maret 2020

bahwa pada semua item skala punggung, memakai bra,


SPADI yang tadinya total scor nilai mengancingkan baju, memakai
nya 60 dengan arti kesulitan celana dan mengangkat beban
sedang dan pada terapi yang berat.
keenam menjadi 46 dengan arti
kesulitan ringan. DAFTAR PUSTAKA
Apley, A. Graham. 1993. Buku Ajar
SIMPULAN Orthopedi Fraktur. Sistem
Pada pasien atas nama Ny. DD Apley. 7th ed, Widya Medika
(66 tahun) dengan kondisi Tendinitis
Clarkson, Hazed M, 2000;
Supraspinatus Sinistra tindakan
Musculoskeletal Assesment
terapi sebanyak 6x, hasil terapi akhir
joint Rnge of Motion and
dapat disimpulkan sebagai berikut :
Muscle Streght, Second
1. Terdapat pengurangan spasme
Edition, Lippincott Williams &
pada otot supraspinatus dan otot
Wilkins, Maryland, hal.102,
deltoideus shoulder sinistra
109-121
dengan hasil T1 pada otot
supraspinatus 1 menjadi 0. Pada Hasibuan. Junianto, P. 2007. Tanda
otot deltoideus pengurangan dan gejala penyebab tendinitis
spasme mulai dari T4 dengan T1 supraspinatus.
hasil 1 menjadi T6 hasil 0.
2. Terdapat penurunan nyeri tekan Kevin Laudner and Rob Sipes, 2009.
pada tendon m.supraspinatus The Incidence of Shoulder
shoulder sinistra dengan T1 hasil 6 Injury among Collegiate
menjadi T6 dengan hasil 2. Overhead Athletes, Journal of
Terdapat penurunan nyeri gerak Intercollegiate Sport, 2,
pada shoulder sinistra dengan T1 260268)
hasil 6 menjadi T6 dengan hasil 3. Kuntono, H. P., 2008. Aspek
3. Terdapat peningkatan kekuatan Fisioterapi Syndroma Nyeri
otot pada gerak fleksi dan gerak bahu dalam Kupas Tuntas
abduksi. Pada gerak fleksi mulai Frozen Shoulder, Surabaya.
dari T4 dengan T1 nilai kekuatan
otot 4 (mampu melawan tahanan Luklukaningsis Zuyina, 2009,
minimal) dan T6 dengan nilai 5. Sinopsis Fisioterapi untuk
Pada gerak abduksi peningkatan Terapi Latihan, Penerbit Mitra
kekuatan otot mulai dari T5 Cendekia Yogyakarta,
dengan T1 nilai kekuatan otot 4 Yogyakarta.
menjadi T6 dengan nilai 5. Mardiman, Sri, dkk, 1994;
4. Terdapat peningkatan LGS aktif Dokumentasi Persiapan
dan pasif pada gerak fleksi dan Praktek Profesional Profesi
gerak abduksi shoulder sinistra. (DPPPFT): Akademi
5. Terdapat peningkatan aktivitas Fisioterapi Surakarta Depkes;
fungsional yang diukur dengan Surakarta, hal. 8-35)
skala SPADI dengan intensitas
nyeri, meraih benda di atas, Price Sylvia A, Willson dan Lorraine
mencuci rambut, membersihkan M, 2005; Patofisiologi, Edisi 6,

61
Jurnal PENA Vol.34 No.1 Edisi Maret 2020

Penerbit EGC, Jakarta. Hal.


1063.
Roach, Budiman KE dan Mark E,
songsirijied, N, et al, 1991,
Shoulder Paint and Disability
Index Arthritis CareRes. Hal.
134-149
Sujanto, Ig, et all, 1999; Sumber Fisis,
Politeknik Kesehatan.
Surakarta: Surakarta Hal. 103-
124
Sujudi, 1989: Fisioterapi pada Nyeri
Bahu dengan Latihan. Makalah
Temu Il miah Tahunan
Fisioterapi, Surabaya
Wall Patrick D. Melzack Ronald.
1999. Text Book of Pain,
Fourth. Edition. Elsevier,
Chulchill Livingstone. USA.

62

You might also like