You are on page 1of 50

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan potensi sumber daya alam yang sangat

besar. Potensi sumberdaya alam Indonesia yang besar dan beragam harus

dimanfaatkan sebaik-baiknya, sebagai pemasukan negara demi lancarnya

pembangunan di Indonesia. Salah satu mineral yang punya potensi besar adalah

mineral bauksit, yang persebarannya banyak di daerah Kalimantan Barat.

PT. ANTAM (Persero), Tbk UBP Bauksit merupakan salah satu unit

pertambangan PT. ANTAM (Persero), Tbk yang aktif dalam penambangan mineral

bauksit di daerah kecamatan Tayan Hilir, kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat.

Potensi cebakan bauksit terdapat pada jalur penyebaran busur laterit (Laterite Belt)

yang membujur dengan arah barat laut – tenggara dari Kota Singkawang,

Kabupaten Sambas, Bengkayang, Pontianak, Landak, Kubu Raya, Sanggau,

Kayong Utara, dan Ketapang, dengan total estimasi sumberdaya bauksit per tanggal

31 Desember 2016 sebesar 123,9 juta wmt dan cadangan sebesar 111,3 juta wmt.

Penambangan mineral bauksit di PT. ANTAM (Persero), Tbk UBP Bauksit

dilakukan dengan sistem tambang terbuka dan metode open cast. Pengambilan bijih

bauksit melewati proses yang dimulai dari penambangan, pencucian, hingga

penjualan yang dilakukan dengan alat mekanis. Oleh karena itu dilakukan

1
pengamatan proses penambangan secara keseluruhan serta mengkaji

keefektivitasan alat mekanis yang digunakan.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang menjadi focus dalam Kerja Praktek di PT ANTAM

(Persero) Tbk UBP bauksit, yaitu:

1. Bagaimana proses bisnis pertambangan di PT ANTAM (Persero) Tbk UBP

bauksit?

2. Berapa produktivitas alat-alat mekanis di PT ANTAM (Persero) Tbk UBP

bauksit?

3. Bagaimana keserasian alat muat dan alat angkut di PT ANTAM (Persero)

Tbk UBP bauksit?

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam Kerja Praktek ini adalah:

1. Proses bisnis pertambangan dimulai dari pembongkaran bijih bauksit

hingga penjualan di tongkang.

2. Perhitungan produktivitas dilakukan pada alat Excavator Volvo EC 330

BLC, Articulated Dumptruck Volvo A35F, Excavator Hitachi ZX330,

Dumptruck UD CWA 260X, dan Wheel Loader Liugong CLG856.

3. Pengkajian keserasian alat gali-muat dan alat angkut yang dilakukan pada

proses penambangan di bukit 7a, lokasi feeding WP, dan lokasi material

catching.

2
1.4 Tujuan Kerja Praktek

Tujuan dari Kerja Praktek ini adalah:

1. Mengetahui proses bisnis pertambangan di PT ANTAM (Persero) Tbk UBP

bauksit.

2. Mengetahui produktivitas alat-alat mekanis di PT ANTAM (Persero) Tbk

UBP bauksit.

3. Mengetahui tingkat keserasian alat muat dan alat angkut di PT ANTAM

(Persero) Tbk UBP bauksit.

1.5 Manfaat Kerja Praktek

Manfaat dari Kerja Praktek ini adalah:

1. Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi mahasiswa mengenai

aplikasi ilmu teknik pertambangan secara langsung.

2. Hasil dari kerja praktek ini dapat digunakan sebagai update data bagi

perusahaan mengenai efisiensi alat-alat mekanis yang digunakan.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada laporan Kerja Praktek ini adalah:

1. Pendahuluan

Bab Pendahuluan memuat latar belakang, rumusan masalah, batasan

masalah, tujuan kerja praktek, manfaat kerja praktek, dan sistematika

penulisan.

3
2. Tinjauan Umum

Bab tinjauan umum memuat

3. Tinjauan Pustaka

Bab tinjauan pustaka memuat tentang genesa bijih bauksit, klasifikasi

endapan bauksit, serta produktivitas alat gali-muat dan alat angkut.

4. Pengamatan

Bab pengamatan memuat tentang proses pertambangan secara keseluruhan,

proses Quality Control, perhitungan produktivitas dan match factor.

5. Kesimpulan dan Saran

Bab kesimpulan dan saran memuat kesimpulan dan saran yang diperoleh

dari kerja praktek yang dilakukan.

4
BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Sejarah Perusahaan PT. Antam (Persero) Tbk

Dalam perjalanan sejarah, sesuai dengan tuntutan jaman, PN Aneka

Tambang berubah status menjadi PT Aneka Tambang (Persero) melalui Peraturan

Pemerintah Nomor 26 Tahun 1974 tertanggal 30 Desember 1974. Pada 27

November 1997, mengiringi hari pelaksanaan Initial Public Offering (IPO), PT

Aneka Tambang (Persero) berubah menjadi PT Aneka Tambang (Persero) Tbk.

Pada tanggal 17 Juli 2002 nama PT Aneka Tambang (Persero) Tbk berubah

menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Aneka Tambang Tbk disingkat PT

Antam Tbk. Pada tanggal 27 Mei 2010 nama PT Antam Tbk berubah menjadi PT

ANTAM (Persero) Tbk. Saat ini Antam memiliki 1 Kantor Pusat serta 1 unit dan

5 unit bisnis, yaitu Unit Geomin, Unit Bisnis Pertambangan Nikel Sulawesi

Tenggara, Unit Bisnis Pertambangan Emas, Unit Bisnis Pengolahan dan

Pemurnian Logam Mulia, Unit Bisnis Pertambangan Nikel Maluku Utara, dan Unit

Bisnis Pertambangan Bauksit Tayan.

Pada tanggal 1 Mei 2009, dibentuk Tim Perencanaan dan Penambangan

Bauksit Tayan sesuai dengan surat yang diputuskan oleh direksi pada tanggal 1

Mei 2009 dan berlaku sampai 30 April 2010. Pada tanggal 1 Juli 2010 statusnya

ditingkatkan menjadi Proyek Pengembangan Tambang Bauksit Tayan sesuai

dengan surat yang diputuskan oleh direksi pada tanggal 1 Juli 2010 dan berlaku

sampai 30 Juni 2013. Pada tanggal 27 September 2013, statusnya kembali

5
ditingkatkan menjadi Unit Bisnis Pertambangan Bauksit Tayan sesuai dengan

surat keputusan direksi dan mulai berlaku pada tanggal 1 Oktober 2013.

2.2 Struktur Organisasi PT. Antam (Persero) Tbk, UBP Bauksit Tayan

Struktur organisasi yang disusun adalah untuk mendukung kegiatan

operasional rutin pertambangan. Kegiatan utamanya mulai survey, grade control,

produksi hingga pengelolaan lingkungan hidup. Sedangkan kegiatan pendukung

antara lalin berupa pengelolaan sarana kantor dan perumahan, sumberdaya

manusia, keuangan hingga CSR. Tenaga kerja untuk aktivitas penambangan

merupakan gabungan tenaga kerja Antam, kontraktor serta tenaga kerja tidak tetap

(kontrak). Antam akan menempatkan tenaga kerja berpengalaman diposisi

manajemen dan staf. Bentuk organisasi serta perangkatnya disesuaikan dengan

kebutuhan kegiatan untuk penambangan bijih bauksit di IUP Tayan. Berdasarkan

proses bisnisnya, organisasi dikelompokkan menjadi dua divisi atau kelompok,

yaitu kelompok proses bisnis inti dan proses bisnis pendukung. Pada proyek ini,

bisnis utamanya adalah penambangan, maka yang termasuk dalam proses bisnis inti

adalah semua kegiatan yang berhubungan langsung dengan penambangan dari land

clearing sampai menghasilkan produk WBx (bauksit tercuci). Kelompok bisnis inti

dipimpin oleh Operation Vice President yang melapor kepada General Manager.

Operation VP dibantu oleh Biro Quality Control dan Biro Mining yang masing

masing dipimpin oleh orang Manager. Sedangkan kelompok bisnis pendukung

pertambangan terdiri atas tiga biro, yaitu Supply Chain And Management, Finance

And Human Resources, dan General Affair External Relation And Corporate Social

Responsibility, Health Safety Environment. Keempat Manager pendukung

6
pertambangan melapor kepada General Manager. Masing masing Manager

membawahi beberapa Department yang dipimpin oleh Assistant Manager

sebagaimana struktur organisasi pada gambar 2.1.

Secara garis besar, fungsi masing-masing kelompok bisnis adalah sebagai

berikut:

2.2.1 Kelompok bisnis inti

Kelompok bisnis inti bertugas untuk melakukan pekerjaan yang berkaitan

dengan proses produksi untuk mendapatkan produk yang bisa jual sehingga

menghasilkan pendapatan (income) bagi perusahaan. Agar pekerjaan dalam proses

produksi ini bias dilakukan dengan baik diperlukan perangkat organisasi Biro

Mining dan Biro Quality Control.

Biro Mining tugas utamanya adalah membuat rencana tambang yang aman

dan efektif, melakukan penambangan secara aman dan berwawasan lingkungan

serta menerapkan kaidah konservasi bahan galian. Semua aktivitas tersebut dicatat

dengan baik kemudian dievaluasi keberhasilannya serta dipertimbangkan

penerapannya pada rencana tambang berikutnya.

Biro Quality Control tugasnya memastikan kualitas produk dari tiap tahap

proses produksi sesuaidengan rencana, serta melakukan evaluasi untuk mendeteksi

terjadinya penyimpangan kualitas produk dari tiap-tiap tahap. Quality Control

melakukan pengambilan conto (sampling) dari tiap tiap prdouksi dan

menganalisanya di laboratorium dengan baku mutu yang telah ditetapkan

perusahaan.

7
2.2.2 Kelompok bisnis pendukung

Kelompok bisnis pendukung adalah perangkat organisasi yang tidak terkait

dengan kegiatan untuk menghasilkan produk, tetapi bertugas untuk memenuhi

segala sesuatu yang diperlukan untuk kelancaran kegiatan proses produksi yang

dilakukan oleh kelompok bisnis Inti. Kelompok bisnis ini bertugas mengelola

ketenagakerjaan, keuangan, keperluan material, barang dan kontrak kerja sampai

kebutuhana komodasi serta menjalin hubungan dengan pihak-pihak diluar

perusahaan. Kelompok ini terdiri atas biro Supply Chain Management, biro Finance

& Human Resources dan biro General Affair, External Relation & Corporate Social

Responsibility.

Gambar 2.1
Struktur Organisasi PT Antam UBPB

2.3 Lokasi Kesampaian Daerah

Wilayah IUP Operasi Produksi No. 02/2010/SGU Antam Bauksit Tayan

terletak di 3 (tiga) kecamatan, yaitu Kecamatan Tayan Hilir, Toba, dan Meliau

8
Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat. Kota Tayan berada di tepi Sungai

Kapuas yang terletak ± 80 km jarak lurus dari sebelah Timur Kota Pontianak. Luas

wilayah IUP Operasi Produksi yang dimiliki adalah 34.360 Ha. Wilayah 13.400 Ha

di bagian Utara IUP didedikasikan sebagai umpan pabrik ICA.

Lokasi IUP Operasi Produksi No. 02/2010/SGU dapat ditempuh

menggunakan pesawat dari Jakarta ke Pontianak dengan waktu ±1.30 jam, dan

dilanjutkan dari Pontianak menuju Tayan menggunakan mobil dengan waktu ±2.30

jam. Sarana perhubungan setempat berupa jalan aspal dengan lebar rata - rata ± 6

m yang dapat dilalui oleh kendaraan roda dua maupun roda empat.

2.4 Keadaan Endapan

2.4.1 Bentuk dan penyebaran endapan

Endapan bauksit laterit umumnya terbentuk pada daerah dengan iklim tropis sampai

subtropis. Pada umumnya bentuk endapan bauksit laterit ini akan menempati

morfologi dengan perbukitan bergelombang, yang memungkinkan terjadinya

pelapukan yang sangat kuat. Endapan bauksit tersebar secara horizontal / lateral

ditutupi oleh lapisan overburden dengan ketebalan rata-rata 1.45-4.35 m dan tebal

dari endapan bauksitnya 1.35m-4.65 m.

2.4.2 Sifat dan kualitas endapan

Bauksit adalah batuan sedimen, sehingga tidak memiliki rumus kimia yang

tepat. Hal ini terutama terdiri dari mineral alumina yang terhidrasi seperti gibbsite

Al(OH)3 atau Al2O3.3H2O dalam deposit (endapan) tropis yang lebih baru, atau

keadaan subtropis, endapan bauksit memiliki mineral utama boehmite γ-AlO(OH)

9
atau Al2O3.H20 dan beberapa diaspore α-AlO(OH) atau Al2O3.H20. Sifat dan

kualitas endapan bauksit dicirikan dengan banyaknya kandungan persen (%) Al2O3

dan SiO2, serta sedikit Fe2O3 dan TiO2.

Bijih bauksit merupakan mineral oksida yang sumber utamanya adalah:

1. Al2O3.3H2O, gibbsite yang sifatnya mudah larut.

2. Al2O3. H2O, boehmite yang sifatnya susah larut

3. Al2O3. 2H2O, diaspore yang sifatnya tidak larut.

Kualitas endapan bauksit secara umum (keseluruhan sumberdaya) yang

dijumpai di daerah IUP Operasi Produksi No. 02/2010/SGU memiliki kandungan

rata-rata 45.02% T Al2O3, 4.09% RSiO2, dan 12.01% Fe2O3 (tanpa COG).

Berdasarkan penelitian, komposisi mineral terdiri gibbsite, kuarsa, mika, mineral

lempung, dan mineral opaque, sehingga dapat disimpulkan bahwa bijih bauksit di

IUP Operasi Produksi No. 02/2010/SGU memiliki komposisi utama mineral

gibbsite yang masuk kedalam tipe bijih bauksit trihidrat.Berdasarkan kandungan

Al2O3 yang terkandung, bauksit dibedakan menjadi high grade, medium

grade,ataupun low grade, untuk kadar high grade >50 untuk medium grade 46-50,

low grade 40-46, seperti pada (Tabel 2.1)

Tabel 2.1.

Klasifikasi kadar berdasarkan kandungan Al2O3

No Klasifikasi Kadar Kadar Al2O3 (%)

1 High Grade (HG) >50


2 Medium Grade (MG) 46 -50
3 Low Grade (LG) 40 – 46

10
4 Waste < 40

Spesifikasi Permintaan Bauksit PT. Antam (Persero), Tbk UBPB Tayan.


Bauksit hasil penambangan harus memenuhi spesifikasi permintaan bauksit yang
telah ditetapkan. Dalam proses loading sesuai dengan parameter washed bauxite
(WBx), harus sesuai dengan permintaan ekspor.

11
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Endapan Laterit Bauksit

Bauksit (Al2O3.2H2O) memiliki sistem kristal oktahedral, terdiri dari 35-

65% Al2O3, 210% SiO2, 2-20% Fe2O3, 1-3% TiO2 dan 1030% H2O. Sebagai

bijih alumina, bauksit mengandung sedikitnya 35% Al2O3, 5% SiO2, 6% Fe2O3,

dan 3% TiO2. Bauksit terbentuk dari batuan yang mempunyai kadar aluminium

tinggi, kadar besi rendah dan sedikit kadar kuarsa bebas. Pada saat batuan

mengalami pelapukan kimiawi unsur kimia silika (Si) terlarut dan terlepas dari

ikatan kristal begitu juga sebagian unsur besi. Alumina, Titanium dan mineral

oksidasi terkonsentrasi sebagai endapan residu. Batuan yang dapat memenuhi

persyaratan itu antara lain nephelin sienit, batuan lempung/serpih. Batuan itu akan

mengalami proses lateritisasi (proses pertukaran suhu secara terus menerus

sehingga batuan mengalami pelapukan). Valeton (1972) Secara komersial bauksit

terjadi dalam tiga bentuk, yaitu:

1. Pissolitic atau oolitic disebut pula “kemel” yang berukuran diameter dari

sentimeter, sebagai amorfous trihydrate.

2. Sponge ore (Arkansas), porous, merupakan sisa dari batuan asal dengan

komposisi utama mineral gibsit.

3. Amorphous atau bijih lempung. Clay symposium (1952)

12
3.2 Klasifikasi Endapan Bauksit

3.2.1 Klasifikasi endapan bauksit berdasarkan letak deposit

Berdasar letak depositnya, menurut Valeton (1972) bauksit klasifikasikan

menjadi empat tipe, yaitu:

1. Deposit bauksit residual

Asosiasi dengan kemiringan lereng yang menengah sampai hampir datar

pada batuan nephelin syenit. Permukaan bauksit kemiringannya lebih dari

50 dan batasan yang umum adalah 250. Pada batuan nephelin syenit bagian

bawah bertekstur granitik.

2. Deposit bauksit koluvial

Deposit diselubungi oleh kaolinit, nephelin, dan sienit. Deposit ini terletak

di bawah lempung dan termasuk swamp bauxite dengan tekstur pisolitik dan

oolitik yang masih terlihat jelas serta berada di daerah lembah.

3. Deposit bauksit alluvial pada perlapisan

Deposit membentuk perlapisan silang siur, dipisahkan dengan gravel yang

bertekstur pisolitik

4. Deposit bauksit alluvial pada konglomerat kasar

Deposit tipe ini umumnya menutupi bauksit boulder dengan konglomerat

kasar, terutama dari lempung karbonat dan pasir.

3.2.2 Klasifikasi endapan bauksit berdasarkan kriteria lapisan tanah

Berdasarkan kriteria lapisan tanah yang ideal dalam pengendapan bauksit,

terdapat 3 jenis lapisan tanah (Valeton (1972), yaitu :

13
1. Latosol : Tanah yang terbentuk dari batuan asal

2. Andosol : Tanah mineral yang berasal bukan dari batuan asal biasanya dari

abu gunung api yang kaya akan Al+ dengan Gibbsite sebagai Aluminum.

3. Catena : Tanah yang ada bersama sama berkembang pada saat bersamaan

dibawah kondisi yang berbeda.

3.3 Proses Pembentukan Endapan Bauksit

Menurut Zarasyandi, dkk (1984). proses-proses yang dapat membentuk

endapan bauksit dijelaskan sebagai berikut :

1. Proses magmatic

Alumina yang bersumber dari proses magmatik dijumpai dalam bentuk

batuan yang kaya akan kandungan alumina yang disebut dengan alumina-

rich rock.

2. Proses hydrothermal

Alumina produk alterasi hidrothennal dari trasit (trachyte) dan riolit

(rhyolite).

3. Proses metamorfosa

Alumina yang bersumber dari proses metamorfosa adalah sumber alumina

yang tidak ekonomis.

4. Proses Pelapukan

Alumina yang bersumber dari proses pelapukan, dijumpai sebagai cebakan

residual dan disebut sebagai bauksit.

14
3.4 Produksi Alat Gali-Muat dan Alat Angkut

Pada perhitungan produksi alat terdapat 2 macam kemampuan alat yaitu

kemampuan alat secara teoritis dan kemampuan alat secara nyata.Produksi teoritis

alat merupakan hasil terbaik secara perhitungan yang dapat dicapai suatu hubungan

kerja alat selama waktu operasi tersedia dengan memperhitungkan faktor koreksi

yang ada. Besarnya produksi dari alat gali-muat dan alat angkut didapat dengan

mengalikan kapasitas mangkuk (bucket), jumlah trip per jam dan faktor

koreksi.Faktor koreksi terdiri dari yaitu Dl (Density loose), Ff (Fill factor), dan EU

(Effective Utilization) atau Efisiensi Kerja.

1. Produksi loader

60
𝑃𝐿 = 𝑥 𝐾𝑏𝑢𝑐𝑘𝑒𝑡 𝑥 𝐵𝐹𝐹 𝑥 𝐸𝑈 𝑥 𝐷𝑙𝑜𝑜𝑠𝑒
𝐶𝑇

Keterangan:

𝑃𝐿 = Produksi loader (ton/jam)

𝐶𝑇 = Waktu edar loader (menit)

𝐾𝑏𝑢𝑐𝑘𝑒𝑡 = Kapasitas bucket loader (𝑚3 )

𝐵𝐹𝐹 = Faktor isian bucket

𝐸𝑈 = Effective Utilization

𝐷𝑙𝑜𝑜𝑠𝑒 = Density loose (ton/𝑚3 )

2. Produksi hauler

60
𝑃𝐻 = 𝑥 𝐾𝑏𝑎𝑘 𝑥 𝐵𝐹𝐹 𝑥 𝐸𝑈 𝑥 𝐷𝑙𝑜𝑜𝑠𝑒
𝐶𝑇

Keterangan:

𝑃𝐻 = Produksi hauler (ton/jam)

15
𝐶𝑇 = Waktu edar hauler (menit)

𝐾𝑏𝑎𝑘 = Kapasitas bak hauler (𝑚3 )

𝐵𝐹𝐹 = Faktor isian bak

𝐸𝑈 = Effective Utilization

𝐷𝑙𝑜𝑜𝑠𝑒 = Density loose (ton/𝑚3 )

3.5 Faktor Keserasian Kerja Alat (Match Factor)

Untuk mendapatkan hubungan kerja yang serasi antara alat gali-muat dan

alat angkut, maka produksi alat gali-muat harus sesuai dengan produksi alat

angkut.Faktor keserasian alat gali-muat dan alat angkut didasarkan pada produksi

alat gali-muat dan produksi alat angkut, yang dinyatakan dalam Match Factor (MF).

Secara perhitungan teoritis, produksi alat gali-muat haruslah sama dengan produksi

alat angkut, yaitu : Produksi alat gali-muat = Produksi alat angkut Sehingga

perbandingan produksi antara alat angkut dan alat gali-muat mempunyai nilai satu.

𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝐻𝑎𝑢𝑙𝑒𝑟
1=
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑎𝑙𝑎𝑡 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑒𝑟

𝑛𝐻 𝑥 𝐿𝑡 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑒𝑟
𝑀𝐹 =
𝑛𝐿 𝑥 𝐶𝑡 𝐻𝑎𝑢𝑙𝑒𝑟

Keterangan:

𝑛𝐻 = Jumlah hauler

𝐿𝑡 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑒𝑟 = Waktu yang dibutuhkan loader mengisi hauler

𝑛𝐿 = Jumlah loader

𝐶𝑡 𝐻𝑎𝑢𝑙𝑒𝑟 = Waktu edar hauler

16
BAB IV

PEGAMATAN

Proses penambangan bijih bauksit yang dilakukan di PT ANTAM (Persero),

Tbk menggunakan system tambang terbuka, sesuai dengan karakteristik deposit

bauksit yang dangkal. Pembongkaran material tidak memerlukan proses peledakan,

tetapi secara gali bebas menggunakan excavator. Metode yang digunakan adalah

metode open cast, karena paling efektif dan sesuai dengan karakteristik endapan

bauksit yang landai.

Proses bisnis pertambangan yang diamati dalam Kerja Praktek ini secara

gatis besar dimulai dari tahap development hingga penjualan, termasuk didalamnya

proses quality control yang dilakukan sepanjang proses pertambangan. Alur proses

bisnis pertambangan di PT ANTAM (Persero), Tbk dapat dilihat pada gambar 4.1.

Gambar 4.1
Alur proses pertambangan UBP Bauksit

17
4.1 Persiapan Penambangan

4.1.1 Land clearing

Tahapan land clearing adalah proses pembersihan lahan sebelum aktivitas

penambangan. Area sebelum penambangan berupa perbukitan dengan pepohonan.

Land clearing diakukan dengan pemotongan pohon-pohon serta hutan belukar. Alat

yang digunakan adalah bulldozer, excavator, dan chainsaw.

Hutan di area IUP merupakan hutan dengan sebagian besar berisi pohon-

pohon yang tidak terlalu besar, dan belukar. Alat mekanis seperti bulldozer dan

excavator sangat efektif untuk membersihkan belukar dan pohon pohon kecil. Alat

bulldozer dapat membersihkan area dan menumbangkan pohon hingga yang

berdiameter 30cm. Pohon dengan diameter diatas 30 cm dilakukan penebangan

menggunakan alat chainsaw.

4.1.2 Top soil handling

Tahapan top soil handling merupakan penanganan tanah penutup yang yang

mengandung unsur hara. Top soil dicirikan dengan dengan warna coklat tua, dengan

masih memiliki akar-akar yang tertinggal. Tebal top soil berkisar ±30 cm.

Penanganan top soil disini adalah pengupasan top soil yang dibedakan dari over

burden dan di tumpuk di sekitar area penambangan agar pengangkutan yang tidak

jauh dan lebih mudah ketika back filling. Penanganan top soil merupakan tahapan

yang sangat penting karena akan digunakan kembali pada tahap revegetasi sebagai

media tumbuh tanaman.

18
Gambar 4.1
Top soil handling

4.1.3 Pengupasan overburden

Tahap pengupasan overburden dilakukan untuk mengekspos bijih bauksit

agar dapat ditambang. Overburden disini memiliki ciri yang liat, dan berwarna

coklat cerah. Overburden memiliki tebal bervariasi, berkisar dari 2 hingga 5 meter.

Sama seperti top soil, overburden yang dikupas juga ditumpuk disekitar area yang

akan ditambang, namun terpisah dari top soil.

Gambar 4.2
Penumpukan overburden

19
4.2 Siklus Operasi Penambangan

Operasi penambangan saat dilakukan kerja praktek dilakukan di area bukit

7a. Karakteristik material di area tambang PT. ANTAM UBPB tidak keras

sehingga penggalian dapat dilakukan langsung dengan kombinasi excavator dan

truck. Siklus operasi penambangan yang dilakukan, dapat dikategorikan menjadi 4

tahapan yaitu:

4.2.1 Digging

Merupakan penggalian bijih bauksit dengan excavatr Volvo EC 330 BLC

yang memiliki kapasitas bucket 4,92 ton. Penggalian pada kondisi penggalian

yang sulit terkadang dibantu dengan dozer untuk penumpukan yang memudahkan

excavator untuk melakukan penggalian.

Gambar 4.3
Penggalian bijih bauksit

20
4.2.2 Loading

Merupakan pemuatan bijih bauksit satelah penggalian ke Articulated

Dumptruck Volvo A35F, dengan kapasitas bak 34,44 ton. Metode pemuatan yang

digunakan disesuaikan dengan kondisi area penggalian, yang artinya bisa dengan

top loading maupun bottom loading. Namun bila memungkinkan, lebih

diutamakan pemuatan secara top loading.

Gambar 4.4
Pemuatan bijih bauksit

4.2.3 Hauling

Merupakan proses pengangkutan CBx dari front penambangan (bukit 7a)

ke stockpile exportable transit ore (ETO). Pengangkutan CBx dilakukan dengan

alat ADT Volvo A35F.

21
4.2.4 Dumping

Merupakan proses penumpahan CBx dari ADT ke stockpile exportable

transit ore (ETO). Proses penupukan pada stockpile ETO diatur oleh satuan kerja

quality control. Setelah proses dumping selesai, ADT akan kembali dengan

muatan kosong sehingga membentuk suatu siklus.

Gambar 4.5
Proses dumping CBx

4.3 Pencucian bauksit

Setelah tahap penambangan di front penambangan bukit 7a, WBx yang telah

ditumpuk di stockpile ETO di umpan ke Washing Plant (WP). WBx hasil

penambangan memiliki banyak pengotor yaitu silica dan tanah liat (clay).

4.3.1 Stockpile Exportable Transit Ore (ETO)

Telah disinggung sebelumnya, stockpile eto merupakan tempat

penumpukan CBx . Material CBx kemudian di pindahkan ke WP untuk dicuci.

Proses ini biasa disebut feeding. Pemindahan ini dilakukan dengan alat Dump

Truck UD CWA 260X dan alat muat excavator Hitachi ZX330 atau Liugong CLG

856.

22
Gambar 4.6
Proses feeding CBx

4.3.2 Washing Plant

Washing plant merupakan suatu rangkaian alat yang berfungsi melakukan

proses pencucian CBx yang bertujuan untuk pemisahan CBx dengan pengotornya.

Material CBx yang diumpankan ke hopper dengan aba-aba pluit dari petugas.

Komponen alat washing plant:

1. Hopper

Hopper merupakan rangkaian pertama dalam unit washing plant, terdiri dari

grizzly dan jet pump. Bukaan grizzly berukuran 35 x 40 cm. grizzly

berfungsi unutk menahan CBx yang berukuran boulder (yang berukuran

besar). Bila terdapat beberapa material yang tertahan (tidak dapat lolos),

maka akan dibantu dengan excavator dengan cara ditekan dengan bucket

excavatornya, sehingga material hancur dan lolos. Proses ini memakan

cukup waktu dan memakan produktivitas dari washing plant rendah. Jet

pump berfungsi untuk mempermudah material CBx lolos dari grizzly.

23
Gambar 4.7
Hopper pada Washing Plant

2. Trommel grizzly

Berbentuk silinder yang diposisikan miring, trommel grizzly berfungsi

untuk mencuci dan memisahkan material yang berukuran ≥ 10 cm dengan

material yang berukuran < 10 cm.

Gambar 4.8
Trommel grizzly

3. Jaw crusher

Merupakan alat untuk mereduksi ukuran CBx. Umpan dari jaw crusher

merupakan material yang lolos dari trommel grizzly dengan ukuran -35 cm.

Material hasil reduksi ukuran ini bervariasi hingga -15 cm.

24
Gambar 4.9
Jaw crusher

4. Trommel plate

Trommel plate memiliki bentuk seperti trommel grizzly, yang membedakan

adalah bentuk dan ukuran bukaan, dimana bentuk bukaan dari trommel plate

berbentuk seperti kapsul yang memiliki lebar 1 cm.

Gambar 4.10
Trommel plate

5. Trommel screen

Trommel screen memiliki lebar bukaan 2 mm. Material yang tertahan dari

trommel screen menjadi produk WBx undersize 1. Sedangkan, material

yang lolos menjadi residu yang dialirkan ke sediment pond.

25
Gambar 4.11
Trommel screen

6. Fix screen

Fix screen terletak pada saluran hasil material yang tertahan dari trommel

plate. Berbentuk garis-garis besi, fix screen berfungsi memisahkan material

yang berukuran ≥ 5 cm dan < 5 cm. Material yang lolos akan menjadi

produk undersize 2, sedangkan material yang tertahan akan menjadi produk

oversize.

Gambar 4.12
Fix screen

4.3.3 Stockpile Exportable Fine Ore (EFO)

Bauksit hasil pencucian Washing Plant (WBx) ditumpuk di stockpile EFO

hingga mencapai ±1500 ton. Manajemen stockpile dilakukan oleh satuan kerja QC,

yang penumpukannya berdasarkan grade bauksit.

26
Gambar 4.13
Stockpile Exportable Fine Ore (EFO)

4.4 Penjualan WBx

PT Antam UBPB Memiliki 2 tujuan penjualan WBx, yaitu:

4.4.1 PT Indonesia Chemical Alumina (ICA)

Merupakan salah satu anak perusahaan PT Antam dengan

komposisi kepemilikan sahamPT Antam 80% dan Showa Denko, K.K.

20%. Terletak tidak jauh dari penambangan bauksit, PT ICA melakukan

pengolahan WBx menjadi alumina dengan proses bayer. Proses

pengangkutan WBx menuju PT ICA dilakukan menggunakan Dump Truck

UD CWA 260X, melewati proses penimbangan di jembatan timbang. Proses

penimbangan dimulai dengan menimbang truck beserta muatan, kemudian

menimbang kembali truck kosong setelah dumping di PT ICA sehingga dapat

diketahui jumlah suplai yang dilakukan. Saat kerja praktek dilakukan, tidak

dilakukan penjualan ke PT ICA.

27
4.4.2 Export

Ketika kerja praktek, satu-satunya tujuan penjualan WBx adalah export ke

negara China. Bila tujuan penjualan export, stock WBx akan diangkut dan diumpuk

di stockpile demaga di tepian sungai kapuas. Pengangkutan WBx untuk tujuan

export menggunakan tongkang 6000 ton yang kemudian menuju mother vessel.

Pengisian WBx ke tongkang dilakukan dengan Dump Truck yang dumping didalam

tongkang.

Gambar 4.14
Pemuatan tongkang dengan Dump Truck

4.5 Reklamasi

Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha

pertambangan untuk menata, memulihkan dan memperbaiki kualitas lingkungan

dan ekosistem agar dapat berfungsi sesuai peruntukannya. Proses kegiatan

reklamasi yang silakukan PT Antam UBPB sapat dibagi menjadi 2 kegiatan utama

yaitu:

28
4.5.1 Penataan lahan/ Regrading

Proses penataan lahan dimulai ketika area yang penambangan yang sudah

dinyatakan Mine Out dan siap untuk di Back Fill. Proses penataan lahan dilakukan

oleh satuan kerja Mining dan HSE, dengan tahapan proses:

1. Back Fill Overburden

Yaitu mengembalikan Overburden yang sebelumnya dipindahkan ketika

akan memulai penambangan. Merupakan suatu keuntungan dengan

memindahkan Overburden ke samping area penambangan sehingga akan

memudahkan pemindahan Overburden dalam proses ini. Saat pengamatan

kerja praktek, ada 2 opsi yang dilakukan pada tahap ini yaitu dengan

excavator (Hitachi ZX 210) atau didorong dengan Bulldozer Komatsu

D85E-SS.

Gambar 4.15
Area Mine Out

29
2. Pengaturan bentuk lahan

Setelah Overburden di pindahkan ke area reklamasi, area tersebut akan

diatur bentuk lahannya agar proses rekalmasi dapat berhasil. Pengaturan

yang dilakukan ialah dengan dibuat berteras agar lebih stabil dan dapat juga

disesuaikan dengan top soil yang membentuk guludan untuk memperlambat

Run Off.

3. Penghamparan top soil

Top yang penumpukannya dekan dengan area penambangan dilakukan

penghamparan dengan excavator atau dapat dengan bulldozer. Top soil

merupakan media tumbuh bagi tanaman sehingga sangat berharga ditambah

lagi jumlahnya yang terbatas.

4. Pencegahan erosi

Tahapan ini mulai dikerjakan oleh satuan kerja HSE bagian lingkungan

(tahapan sebelumnya oleh satuan kerja Mining). Pencegahan erosi

dilakukan dengan penempatan tandan kosong kelapa sawit (TKKS). TKKS

ini berfungsi sebagai:

a. Membantu pertumbuhan Cover Crop

b. Mengikat tanah

c. Mengurangi erosi areal miring

d. Menambah bahan organic tanah

e. Menahan dan menyerap air, dll

30
4.5.2 Revegetasi

Merupakan tahap yang melanjutkan tahap penataan lahan. Pada tahap ini,

proses yang dilakukan adalah penghijauan pada area yang telah ditata.

Proses revegetasi memiliki 4 tahapan yaitu:

1. Penanaman Cover Crop

Tahap ini dilakukan ketika menempatkan TKKS, dimana akan membuat

tumbuhan Cover Crop tumbuh dengan baik. Cover Crop yang ditanam

adalah Legium Cover Crop (LCC) jenis kacang-kacangan (Aracis dan PJ).

Penanaman Cover Crop juga membantu pencegahan erosi dan mengikat

struktur tanah sebelum dilakukan penanaman pohon.

Gambar 4.16
Area yang telah ditanami Cover Crop

2. Penanaman tumbuhan Fast Growing

Penanaman tumbuhan fast growing yang ditanam adalah sengon dan johar.

Penanaman tumbuhan fast growing ini dilakukan untuk beberapa tanaman

local yang tumbuh dengan naugan pohon lain.

31
3. Penanaman tumbuhan lokal

Tumbuhan lokal adalah prioritas tanam dalam reklamasi. Jenis tumbuhan

local yang ditanam adalah karet, jambu hutan, jambu mete, cempedak,

langsat, dll dengan jarak tanam 3m x 3m

4. Pemantauan

Tanaman pohon yang telah ditanam akan tetap dirawat dan dipantau hingga

dapat berdiri sendiri. Pemantauan dilakukan dengan mengukur

pertumbuhan pohon secara berkala.

Gambar 4.17
Contoh area reklamasi yang telah berhasil

4.6 Operasi Pendukung

Merupakan suatu operasi yang dilakukan agar operasi inti dapar berjalan

dengan baik. Operasi pendukung yang bekerja adalah sebagai berikut:

1. Perbaikan jalan tambang

Bila hujan, operasi penambangan dihentikan sementara, namun ketika hujan

telah berhenti operasi penambangan tidak dapat langsung melakukan

kegiatannya dikarenakan jalan tambang yang licin bagi ADT. Jalan tambang

32
akan di keruk sedikit dan diratakan kembali agar tidak licin. Perbaikan jalan

juga dilakukan bila terdapat jalan tambang dengan kondisi yang rusak. Alat

yang digunakan: Motor grader Mitsubishi MG330, Soil Compactor Sakai.

2. Penanganan Sediment Pond

Sediment pond merupakan kolam yang menampung lumpur sisa pencucian

dimana terdapat tailing yang yang terbuang. Bila tidak di tangani, sediment

pond akan sangat cepat dangkal. Maka dari itu harus dilakukan penggerukan

secara terus menerus agar hal tersebut dapat ditangani. Alat yang digunakan:

Excavator Hitachi ZX210 Long Arm.

Gambar 4.18
Pengaerukan Tailing

3. Penyediaan air Washing plant

Air yang digunakan untuk pencucian bauksit berasal dari sisa pencucian tiu

sendiri setelah material solid diendapkan di sediment pond. Air tersebut

dipompakan kembali menggunakan pompa. Penyediaan air untuk Washing

Plant sangat penting karena jika tidak maka pencucian bauksit tidak dapat

berjalan.

33
4. Penyiraman jalan

Penyiraman jalan dilakukan untunk mengurangi debu yang dihasilkan

akibat melintasnya kendaraan di tambang (Truck, LV, dll). Hal ini penting

dilakukan agar para pekerja dapat bekerja dengan nyaman dan mengurangi

potensi bahaya penyakit pernapasan. Penyiraman jalan dilakukan

menggunakan Water Truck

Gambar 4.19
Penyiraman jalan dengan water truck

5. Penrangan Shift Malam

Operasi penambangan di PT Antam UBPB menjalankan 2 shift, yaitu shift

siang (pukul 07:00-16:00) dan shift malam (pukul 21:00-05:00). Untuk

membantu pekerjaan di shift malam, perlu penerangan tambahan selain dari

lampu pada masing-masing alat. Penerangan pada shift malam

menggunakan alat tower lamp.

34
Gambar 4.20
Penerangan pada shift malam

6. Maintanance alat

Maintanace alat dilakukan dalam rangka perawtan alat dan bila terjadi

kerusakan. Untuk alat kepemilikan PT Antam ada workshop untuk

perbaikan alat, sedangkan alat-alat dari konraktor META, memiliki

workshop tersendiri.

Gambar 4.21
Workshop PT Antam UBPB

35
4.7 Quality Control

4.7.1 Mine survey

Mine survey merupakan bagian dari satuan kerja quality control. Alat yang

digunakan oleh tim Mine survey adalah Total Station, Tripod, Stick, dan prisma.

Tim Mine survey bertugas untuk melakukan:

1. Blocking

Merupakan tahapan yang dilakukan sebelum pembersihan lahan. Blocking

dilakukan dengan membuat paritan batas yang menjadi batasan area yang

akan dibuka dan dilakukan penambangan. Area yang diblocking sesuai

dengan mine planning dari satuan kerja mining.

2. Survey kemajuan tambang

Survey ini dilakukan dengan mengambil data koordinat titik-titik tertentu

dari front penambangan. Data koordinat ini diambil kemudian diolah

dengan software Surpac untuk mendapatkan informasi kemajuan tambang

sekaligus update kondisi dari front penambangan.

Gambar 4.22
Proses mine survey

36
3. Survey volume Stockpile

Surver ini dilakukan untuk mengetahui volume stockpile baik di ETO

maupun EFO. Data hasil survey juga diolah di software surpac untuk dapat

diketahui volume stockpilenya. Survey stockpile ETO dilakukan setiap hari

sedangkan survey stockpile EFO dilakukan secara bulanan,

4.7.2 Sampling

Sampling merupakan proses pengambilan contoh atau sampel. Sampel

adalah bagian dari populasi yang mewakili seluruh karakteristik dari populasi.

Sebuah populasi dengan kuantitas besar dapat diambil sebagian dengan kualitas

sampel yang mewakili sama persis dengan kualitas dari populasi dengan kata

representative. Proses sampling dalam tahapan pertambangan bauksit di PT Antam

UBPB mengikuti Japan Industial Standard (JIS) M 8100 dan M8110. Sampling

yang dilakukan, dapat dikelompokkan menjadi:

1. Sampling pada proses eksplorasi

Teknik sampling yang digunakan yaitu dengan membuat test pit (sumuran

uji) di beberapa tempat sesuai dengan jarak pengaruhnya. Ukuran dari

test pit yang dibuat yaitu dengan panjang 1.2 meter, lebar 0.8 meter dan

dengan kedalaman yang bervariasi, umumnya 10 meter. Jika sampai

kedalaman 10 meter, masih belum bertemu dengan lapisan claystone

(batu lempung) maka penggalian tetap dilakukan. Dari pembuatan test pit,

dapat diketahui ketebalan tap sail, Overburden dan bijih bauksit. Sampel

37
diambil dari dinding test pit secara berurutan dari atas sampai bawah, lalu

dikirim ke laboratorium untuk dianalisa.

2. Bukit yang mengandung ore (bauksit) yang akan dibuka disesuaikan

dengan permintaan konsumen terkait dengan minimal kadar alumunium

yang disyaratkan dan komposisi zat pengotor seperti reactive silica dan

oksida besi. Sebelum land clearing, sampling dilakukan kembali guna

memastikan bahwa kadar alumunium dari bukit yang akan dibuka sesuai

dengan data kadar hasil eksplorasi di awal. Caranya yaitu dengan

menggunakan Grade Cantral Sampling (GCS). Grade Cantral Sampling

pada prinsipnya sama dengan grade contral pada saat tahap eksplorasi,

yaitu dengan cara membuat test pit.

3. Sampling di CBx

CBx hasil penambangan yang di angkut menggunakan ADT menuju

stockpile ETO akan singgah terlebih dahulu di pos checker untuk dilakukan

sampling. Pengambilan sampel diambil setiap 2 ritase = 1 increment. 1

increment diambil dengan sekop ukuran 100 D yang setara dengan 15 kg.

Sampel kemudian dimasukkan kedalam karung 50kg dan diberi kode

sampel dengan pita.

38
Gambar 4.23
Proses sampling CBx

Hasil sampel ini kemudian akan dibawa ke unit pencucian manual.

Pencucian manual dilakukan agar mendapatkan bauksit yang telah bersih

dari pengotor luar (silica dan clay).

Gambar 4.24
Alat cuci manual

4. Sampling di WBx

WBx yang merupakan ore bauksit hasil pencucian di WP, dilakukan

sampling setiap 2 ritase DT = 1 increment. Alat yang digunakan adalah

sekop ukuran 100D untuk 1 increment dimana mewakili 40 ton WBx.

Berbeda dengan sampling CBx yang diambil diatas ADT, sampling WBx

39
diambil pada bucket Wheel Loader sebelum pemuatan ke DT. Sampel yang

diambil adalah sampel WBx Oversize dan Sample Undersize. Setelah

sampel diambil, diberi kode sampel dengan pita.

5. Sampling di dermaga

Sampling yang dilakukan di dermaga dilakukan dengan prosedur yang

sama dengan sampling di CBx, yaitu dilakukan diatas DT. Sampling di

dermaga dilakukan agar mengetahui kadar bauksit sebelum penjualan

sehingga dapat dikontrol kualitasnya.

4.7.3 Preparasi sampel

Sampel yang sudah komplit dan siap untuk dipreparasi akan dibawa ke unit

preparasi yang berada 1 gedung dengan kantor Quality Control. Proses Preparasi

sampel dalam tahapan pertambangan bauksit di PT Antam UBPB mengikuti Japan

Industial Standard (JIS) M 8100 dan M8110.

Ada 2 agenda utama dalam preparasi adalah reduksi dari segi ukuran dan

reduksi dari segi bobot. Dua agenda ini harus memenuhi prinsip utama preparasi

sampel yaitu harus Represetatif dan Homogen. Untuk memenuhi 2 prinsip ini,

maka sampel harus diberikan perlakuan sedemikian rupa sesuai dengan JIS.

40
Proses preparasi sampel dapat debedakan menjadi 2 yaitu:

1. Preparasi basah

Tertahan
Sample Portable Screen Jaw Crusher
3x3cm

Lolos

Matrix 4 x 5 Mixing
manual 3x

Pengambilan di -Preparasi kering (10kg)


tiap matrix
-Uji MC (5kg)
Sekop 30D (0.5 kg)
-Arsip (10kg)

Gambar 4.25
Proses preparasi basah

Pada tahapan ini, sampel yang telah dikumpulkan dari lapangan

apabila telah lengkap dibagi menjadi beberapa bagian dengan perhitungan

sesuai total increment dan jumlah lot yang ada. Sampel yang didapat dari

1 lot populasi yang terdiri dari beberapa increment dibagi menjadi 2 -3

kelompok baik sampel CBx maupun sampel WBx. Pembagian

kelompok didasarkan pada jumlah increment agar didapat sampel yang

representatif. Lalu setiap kelompok direduksi jumlahnya menggunakan

jaw crusher menjadi ukuran - 3 cm. Kemudian dilakukan mixing manual

tiga kali menggunakan sekop dan pembuatan matriks 4x5. Di akhir

preparasi basah, sampel akan diambil menggunakan sekop 30 D yang

41
setara dengan 0,5 kg bauksit pada masing-masing cell sehingga didapatlah

berat sample 10 kg pada masing-masing kelompok

2. Preparasi kering

Gambar 4.26
Proses preparasi kering

Setelah mengalami pengeringan, ukuran sample akan direduksi terlebih

dahulu menggunakan jaw crusher dengan ukuran feed mayoritas 5 cm.

Setelah itu dilakukan mixing menggunakan mixer-v selama 4 menit dan

membuat matriks 4 X 5 lalu diambil dengan menggunakan scope 15D.

Reduksi ukuran kembali dilakukan dengan menggunakan roll crusher

dengan ukuran feed 1 cm, kemudian dilakukan mixing dan membuat

matriks 4 X 5 lalu diambil dengan menggunakan scope 15D juga. Setelah

42
mengalami peremukan, dilakukan penggerusan dengan pulverizer selama

4 menit lalu dilakukan mixing dan reduksi jumlah dengan riffle JIS 10, di

mana salah satu bagian hasil reduksi dengan riffle JIS 10 tersebut akan di-

mixing kembali dan dibuat matriks 4 X 5 lalu diambil dengan

menggunakan scope 5D.

Setelah mengalami peremukan dan penggerusan dilakukan pengayakan

dengan ukuran 60 mesh, di mana material yang tertahan harus kurang dari

10%. Jika lebih dari 10%, akan digerus kembli dengan pulverizer. Produk

akhir dari preparasi kering adalah lima kantong sampel dengan berat

masing-masing 200 gram. Salah satu kantong akan dikirim ke laboratorium

yang ada di pabrik PT. Indonesia Chemical Alumina (ICA) untuk

dilakukan analisis kadar alumuium, titanium, oksida besi, dan reactive

silica-nya, sedangkan empat kantong lainnya akan dijadikan duplo/arsip.

4.8 Produktivitas alat mekanis

4.8.1 Lokasi front penambangan

Pada lokasi penambangan, terdapat dua alat mekanis yang diamati

prodiktivitasnya yaitu:

1. Excavator Volvo EC 330 BLC

Diketahui:

 Kapasitas bucket: 4,92 ton

 Cycle Time: 26,51 detik

 Efisiensi Kerja: 68,33%

43
Produktivitas

60
𝑄 =𝑞𝑥 𝑥 𝐸𝐾
𝐶𝑇
3600 𝑡𝑜𝑛
𝑄 = 4,92 𝑥 𝑥 0,6833 = 456,53
26,508 𝐽𝑎𝑚

2. Articulated Dump Truck Volvo A35F

Diketahui:

 Kapasitas bak: 34,44 ton

 Cycle Time: 15,1 menit

 Effisiensi kerja: 68,33%

Produktivitas

60
𝑄 =𝑞𝑥 𝑥 𝐸𝐾
𝐶𝑇
60 𝑡𝑜𝑛
𝑄 = 34,44 𝑥 𝑥0,6833 = 93,44
15,112 𝐽𝑎𝑚

4.8.2 Lokasi stockpile ETO

Pada lokasi stockpile ETO, terdapat dua alat mekanis yang diamati

prodiktivitasnya yaitu:

1. Excavator Hitachi ZX 330

Diketahui:

 Kapasitas bucket: 3,28 ton

 Cycle Time: 20,66 detik

 Effisiensi kerja: 66,67 %

44
Produktivitas

60
𝑄 =𝑞𝑥 𝑥 𝐸𝐾
𝐶𝑇
3600 𝑡𝑜𝑛
𝑄 = 3,28 𝑥 𝑥 0,6667 = 380, 86
20,665 𝐽𝑎𝑚

2. Dump Truck UD CWA 260X

Diketahui:

 Kapasitas bak: 19,68 ton

 Cycle Time: 4,921 menit

 Effisiensi kerja: 66,67 %

Produktivitas

60
𝑄 =𝑞𝑥 𝑥 𝐸𝐾
𝐶𝑇
60 𝑡𝑜𝑛
𝑄 = 19,68 𝑥 𝑥 0,6667 = 160
4,92 𝐽𝑎𝑚

4.8.3 Lokasi stockpile EFO

Pada lokasi stockpile EFO terdapat dua alat mekanis dan 2 produk yang

diamati produktivitasnya yaitu:

1. Wheel Loader LiugongCLG 856 (Oversize)

Diketahui:

 Kapasitas bucket: 3.44 ton

 Cycle Time: 31,757 detik

 Effisiensi kerja: 75,74%

45
Produktivitas

60
𝑄 =𝑞𝑥 𝑥 𝐸𝐾
𝐶𝑇
3600 𝑡𝑜𝑛
𝑄 = 3,44 𝑥 0,7574 = 295,36
31.756 𝐽𝑎𝑚

2. Wheel Loader LiugongCLG 856 (Undersize)

Diketahui:

 Kapasitas bucket: 4,41 ton

 Cycle Time: 37,138 detik

 Effisiensi kerja: 75,74 %

Produktivitas

60
𝑄 =𝑞𝑥 𝑥 𝐸𝐾
𝐶𝑇
3600 𝑡𝑜𝑛
𝑄 = 4,41 𝑥 𝑥 0,7574 = 323,78
37,138 𝐽𝑎𝑚

3. Dump Truck UD CWA 260X (Undersize)

Diketahui:

 Kapasitas bak: 22,05 ton

 Cycle Time: 9,024 menit

 Effisiensi kerja: 75,74 %

Produktivitas

60
𝑄 =𝑞𝑥 𝑥 𝐸𝐾
𝐶𝑇
60 𝑡𝑜𝑛
𝑄 = 22,05 𝑥 𝑥 0,7574 = 123,53
9,024 𝐽𝑎𝑚

4. Dump Truck UD CWA 260X (Oversize)

Diketahui:

46
 Kapasitas bak: 17,2 ton

 Cycle Time: 11,297 menit

 Effisiensi kerja: 75,74 %

Produktivitas

60
𝑄 =𝑞𝑥 𝑥 𝐸𝐾
𝐶𝑇
60 𝑡𝑜𝑛
𝑄 = 17,2 𝑥 𝑥 0,7574 = 76,08
11,297 𝐽𝑎𝑚

4.9 Keserasian alat muat dan alat angkut (Match Factor)

Match Factor merupakan hal yang diperhatikan untuk menentukan apakan

alat mekanis yang dioperasikan di tambang bekerja secara serasi atau tidak.

1. Match Factor di front penambangan

Diketahui:

 Jumlah hauler: 3 unit

 Loading time: 26,51 x 6 = 160 detik

 Jumlah Loader: 1 unit

 Cycle time hauler: 906 detik

Match Factor

𝑛𝐻 𝑥 𝐿𝑡 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑒𝑟
𝑀𝐹 =
𝑛𝐿 𝑥 𝐶𝑡 𝐻𝑎𝑢𝑙𝑒𝑟
3 𝑥 160
𝑀𝐹 = = 0.53
1 𝑥 906

2. Match Factor di stockpile ETO

Diketahui:

 Jumlah hauler: 2 unit

 Loading time: 20,66 x 6 = 124 detik

47
 Jumlah Loader: 1 unit

 Cycle time hauler: 295,26 detik

Match factor

𝑛𝐻 𝑥 𝐿𝑡 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑒𝑟
𝑀𝐹 =
𝑛𝐿 𝑥 𝐶𝑡 𝐻𝑎𝑢𝑙𝑒𝑟
2 𝑥 124
𝑀𝐹 = = 0,84
1 𝑥 295,26

3. Match Factor di stockpile ETO

Diketahui:

 Jumlah hauler Undersize: 2

 Jumlah hauler Oversize: 1

 Kapasitas Hauler Undersize: 22,05 ton

 Kapasitas Hauler Oversize: 17,2 ton

 Cycle time Hauler Undersize: 9,024 menit

 Cycletime Hauler Oversize: 11,297 menit

 Cycle time Loader Undersize:37,138 detik

 Cycletime Loader Oversize: 31,756 detik

Match factor

𝑛𝐻1 𝑥 𝐾𝑎𝑝. 𝐻1 𝑛𝐻2 𝑥 𝐾𝑎𝑝. 𝐻2 𝑛𝐿1 𝑥 𝐾𝑎𝑝. 𝐿1 𝑛𝐿2 𝑥 𝐾𝑎𝑝. 𝐿2


𝑀𝐹 = [ + ]:[ + ]
𝐶𝑡𝐻1 𝐶𝑡𝐻2 𝐶𝑡𝐿1 𝐶𝑡𝐿2

2𝑥22,05 1 𝑥 17,2
9,024 + 11,297
𝑀𝐹 = = 0,926
2 1
𝑥 4,41𝑥 60 𝑥 3,44 𝑥 60
3 3
37,138 + 31,756

48
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pelaksanaan Kerja Praktek yang dilakukan di PT. Antam

(Persero) Tbk, UBP Bauksit Tayan dapat ditarik kesimpulan:

1. Penambangan yang dilakukan oleh PT. Antam (Persero) Tbk, UBP Bauksit

menggunakan metode tambang terbuka dengan sistem penambangan open

cast.

2. Kegiatan utama dalam penambangan bauksit di PT. Antam (Persero) Tbk,

UBP Bauksit adalah penambangan, pencucian, dan Quality Control.

3. Produktifitas alat muat untuk satu alat yaitu 456 ton/jam di area front

penambangan, 380 ton/jam di area stockpile ETO, 323 ton/jam di area

stockpile EFO (Undersize) dan 295 ton/jam di area stockpile EFO

(Oversize).

4. Produktifitas alat angkut untuk satu alat yaitu 93 ton/jam di area front

penambangan, 106 ton/jam di area stockpile ETO, 123 ton/jam di area

stockpile EFO (Undersize) dan 76 ton/jam di area stockpile EFO (Oversize).

5. Keserasian alat muat dan alat angkut yaitu 0,53 di area front penambangan,

0,84 di area stockpile ETO, 0,93 di area stockpile EFO.

49
5.2 Saran

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada saat melakukan Kerja

Praktek di PT. Antam (Persero) Tbk, UBP Bauksit Tayan dan juga dari kesimpulan

yang telah dibuat, berikut merupakan beberapa saran yang dapat diberikan untuk

PT. Antam (Persero), Tbk UBPB Tayan :

1. Pembuatan area berpijak pada samping leher trammel

2. Perlunya dilakukan penggalian yang lebih selektif terhadap boulder pada

front area dan stockpile eto.

3. Pada front dimana MF = 0,53 perlu adanya penambahan ADT 2 unit untuk

meningkatkan MF menjadi 0,88.

50

You might also like