You are on page 1of 17

PROSES PEMBUATAN ASPAL

MELALUI ASPHALT MIXING PLANT (AMP) dan


PENGAPLIKASIAN PENGASPALAN DI LAPANGAN
(Pengertian, Penjelasan Dan Pengaplikasian Aspal Dilapangan)
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pelaksanaan Perkerasan Jalan Raya
Dosen pengampu Danny Setiawan, S.T., M.Sc.

HALAMAN SAMPUL

Disusun oleh:
DIDIEK HERMANSYAH
5150811095

UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA


YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan
Laporan Pelaksanaan Perkerasan Jalan Raya tentang “Proses Pembuatan Aspal
Melalui Asphalt Mixing Plant (AMP) Dan Pengaspalan”. Dalam penyusunan
laporan ini penyusun tidak lepas dari berbagai pihak, maka dari itu, penyusun
banyak mengucapkan terima kasih kepada :
1. M. Yani Bhayusukma, Ph.D selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Teknologi Yogyakarta.
2. Danny Setiawan, S.T., M.Sc., selaku Dosen Mata Kuliah Pelaksanaan
Perkerasan Jalan Raya.
3. Rekan-rekan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Teknologi Yogyakarta.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan tugas ini yang
tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Dengan segala keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penyusun,
penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari
itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak, penyusun senantiasa
harapkan demi peningkatan berikutnya.
Akhirnya kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat sebagaimana
mestinya.

Yogyakarta, Februari 2018

Penyusun

1
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... 1
DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2
1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................ 3
2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 3
2.1 Material dan Peralatan Konstruksi (MPK) ................................................ 3
2.2 Peralatan Konstruksi .................................................................................. 3
2.3 Waktu Siklus (CT) Peralatan Konstruksi .................................................. 3
2.4 Produktivitas Alat (Kapasitas Produksi Alat) ............................................ 4
3. PEMBAHASAN ............................................................................................. 2
3.1 Proses Produksi .......................................................................................... 3
3.1.1 Bahan dan material ................................................................................. 3
a. Bahan Baku Agregat ............................................................................. 3
b. Bahan Baku Aspal................................................................................. 3
c. Filler. .................................................................................................... 4
3.1.2 Peralatan ................................................................................................. 4
Asphalt mixing plant (AMP) ................................................................... 4
1. Bin dingin.............................................................................................. 6
2. Proses Pengeringan Agregat Pada Unit Dryer ...................................... 7
3. Pengumpul Debu (dust collector). ....................................................... 7
4. Proses Pemisahan Agregat Pada (Hot Screen) .................................... 8
5. Bin panas (hot bin) ............................................................................... 9
6. Timbangan (asphalt weight hopper) .................................................... 9
7. Proses Pemanasan Aspal Padat Pada Boiler Fire Tube. ..................... 10
8. Proses Akhir Mixer (mixer atau pugmill) .......................................... 10
9. Tenaga penggerak (genset)................................................................. 10
10. Ruang Pengendali Pengontrol Atau Ruang Pengontrol (Control 10
3.2 Pekerjaan Penghamparan ........................................................................ 12
3.2.1 Persiapan Alat ................................................................................ 12
3.2.2 Mobilisasi....................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

2
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Jalan merupakan sarana penghubung antar wilayah yang memegang peran
penting dalam kemajuan wilayah tersebut. Tidak tersedianya konstruksi jalan yang
baik akan mengakibatkan wilayah tersebut sulit diakses dan juga dapat
mengakibatkan pertumbuhan ekonominya tidak berkembang. Dalam pekerjaan
konstruksi jalan sering terjadi keterlambatan pekerjaan dari waktu yang
dijadwalkan, salah satu faktor penyebab keterlambatan tersebut ialah kurang
tersedianya alat berat dan material yang memadai di lokasi. Kurangnya alat berat di
lokasi proyek disebabkan oleh besarnya biaya sewa alat dan mobilisasi alat berat ke
lokasi, sedangkan kurangnya material di lokasi disebabkan oleh keterlambatan
pengiriman material ke lokasi akibat jarak antara sumber material dengan lokasi
proyek yang jauh. Jarak antara sumber material dan lokasi proyek ini juga akan
mempengaruhi biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan proyek konstruksi jalan
tersebut.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Material dan Peralatan Konstruksi (MPK)
Menurut Supriyatna (2011), dalam bidang teknik sipil material konstruksi
meliputi seluruh bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian pekerjaan
dalam satu kesatuan pekerjaan pada suatu proses konstruksi. Tanpa adanya
material maka suatu pekerjaan konstruksi tidak dapat terselesaikan. Oleh karena itu
material merupakan salah satu komponen penting dalam pekerjaan konstruksi.
2.2 Peralatan Konstruksi
Dalam bidang teknik sipil, alat berat digunakan untuk membantu manusia
dalam melakukan pekerjaan pembangunan suatu struktur bangunan. Saat ini, alat
berat merupakan faktor penting dalam proyek, terutama proyek-proyek konstruksi
dalam skala besar.Tujuan penggunaan alat berat tersebut ialah untuk memudahkan
manusia dalam mengerjakan pekerjaannya sehingga hasil yang diharapkan dapat
tercapai dengan mudah pada waktu yang relatif lebih singkat. (Rostiyanti, 2008).
2.3 Waktu Siklus (CT) Peralatan Konstruksi
Waktu siklus produksi adalah rangkaian aktivitas suatu pekerjaan dan operasi
pemrosesan sampai mencapai suatu tujuan atau hasil yang terus terjadi yang

3
berkaitan dengan pembuatan suatu produk (Balitbang PU, 2012). Waktu siklus
dapat dirumuskan sebagai berikut :
CT = LT + HT + DT + RT + ST
Keterangan :
LT : Waktu muat atau loading time DT : Waktu pembongkaran atau
HT :Waktu angkut atau hauling time dumping time
RT : Waktu kembali atau return time ST : Waktu tunggu atau spotting time

2.4 Produktivitas Alat (Kapasitas Produksi Alat)


Dalam menentukan durasi suatu pekerjaan maka hal-hal yang perlu diketahui
volume perkerjaan dan produktivitas alat tersebut. Produktivitas adalah
perbandingan antara hasil yang dicapai (ouput) dengan seluruh sumber daya yang
digunakan (input) (Rostiyanti, 2008). Produktivitas alat tergantung pada kapasitas
dan waktu siklus alat. Rumus dasar produktivitas adalah :
Produktivitas Q = Kapasitas (V)/CT
Keterangan :
Q : Produktivitas alat / kapasitas Produksi alat (m/Jam)
V : Kapasitas alat (m3)
CT : Waktu Siklus (jam)
Jika faktor efisiensi alat dimasukan maka rumusnya akan menjadi :
Produktivitas = V x (60/CT) x FA
Keterangan :
Q : Produktivitas alat / kapasitas Produksi alat (m/Jam)
V : Kapasitas alat (m)
CT : Waktu Siklus (jam)
Fa : Faktor Efisiensi Alat

4
Berdasarkan rumus dasar produktivitas di atas maka rumus untuk menghitung
produktivitas alat berat yang digunakan pada proses produksi hotmix dan distribusi
ke lokasi. (Balitbang PU, 2012)

3. PEMBAHASAN

MATERIAL
BAHAN DAN
1 • Agregat
• Aspalt
• Aspal
PENGHAMPARAN

Sprayer PROSES PRODUKSI


• Filler
• Aspalt
Finisher
• Dump
Truck

• Bin dingin
• Proses Pengeringan Agregat Pada Unit Dryer
PERALATAN

• Pengumpul Debu
• Proses Pemisahan Agregat (HOT SCREEN)
• Bin panas
• Timbangan (asphalt weight hopper)
• Proses Pemanasan Aspal Padat Pada Boiler Fire Tube.
• Proses Akhir Mixer (mixer atau pugmill)
• Tenaga penggerak
• Ruang Pengendali Pengontrol

Gambar 3.1 Skema Proses Produksi dan Pengaplikasian Aspal di lapangan

2
3.1 Proses Produksi
3.1.1 Bahan dan material
a. Bahan Baku Agregat
Agregat adalah merupakan material granular, misalnya pasir, kerikil, batu
pecah dan kerak tungku besi, yang dipakai secara bersama-sama dengan suatu
media pengikat. Kemudian batu–batuan tersebut diproses melalui mesin
perengkahan Stone Crusher yang menghasilkan beberap jenis agregat sesuai
dengan yang di inginkan. Bahan baku batu pecah/agregat dapat dilihat pada
Gambar berikut.

Gambar 1 Agregat
b. Bahan Baku Aspal
Aspal ialah bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna
hitam kecoklatan, tahan terhadap air, dan visoelastis. Aspal sering juga disebut
bitumen merupakan bahan pengikat pada campuran beraspal yang dimanfaatkan
sebagai lapis permukaan lapis perkerasan lentur. Aspal sebagai bahan pengikat
dalam perkerasan lentur mempunyai sifat viskoelastis. Jenis aspal yang
digunakan ialah aspal emulsi yang diperoleh dari hasil penyulingan minyak
bumi. diimpor dari berbagai produsen yang ada di dalam maupun luar negeri.
Aspal emulsi dapat dilihat pada Gambar dibawah.

Gambar 2 Aspal Emulsi

3
c. Filler.
Filler adalah bahan penambah pada proses pencampuran atara agregat
dengan aspal yang berfungsi untuk menutup pori-pori yang ada pada permukaan
aspal beton yang disebabkan karena kurangnya campuran dari gradasi agregat
pada unit timbangan. Bahan pengisi yang ditambahkan terdiri atas debu batu
kapur (limestone dust), kapur padam (hydrated lime), semen atau abu terbang
yang sumbernya disetujui oleh Direksi Pekerjaaan. Bahan pengisi yang
ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji
dengan pengayakan sesuai SNI (Standar Nasional Indonesia) 03-1968-1990,
bahan pengisi pori-pori pada aspal dapat dilihat pada Gambar berikut:

Gambar 3 Filler

3.1.2 Peralatan
Asphalt mixing plant (AMP)
Asphalt mixing plant/AMP (unit produksi campuran beraspal) adalah
seperangkat peralatan mekanik dan elektronik dimana agregat dipanaskan,
dikeringkan dan dicampur dengan aspal untuk menghasilkan campuran beraspal
panas yang memenuhi persyaratan tertentu. AMP dapat terletak di lokasi yang
permanen atau berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Apabila ditinjau dari jenis
cara memproduksi campuran beraspal dan kelengkapannya, ada beberapai jenis
AMP, yaitu:
a) AMP jenis takaran (batch plant)
b) AMP jenis drum pencampur (drum mix)
c) AMP jenis menerus (continuous plant)
Namun secara umum kebanyakan AMP dikategorikan atas jenis takaran
(timbangan) atau jenis drum pencampur. Perbedaan utama dari AMP jenis

4
timbangan dan jenis drum adalah dalam hal kelengkapan dan proses bekerjanya.
Pada AMP jenis timbangan komposisi bahan dalam campuran beraspal ditentukan
berdasarkan berat masing-masing bahan sedangkan pada AMP jenis pencampur
drum komposisi bahan dalam campuran ditentukan berdasarkan berat masing-
masing bahan yang diubah ke dalam satuan volume atau dalam aliran berat per
satuan waktu.
Proses pencampuran campuran beraspal pada AMP jenis takaran dimulai
dengan penimbangan agregat, bahan pengisi (filler) bila diperlukan dan aspal sesuai
komposisi yang telah ditentukan berdasarkan Rencana Campuran Kerja (RCK) dan
dicampur pada pencampur(mixer/pugmill) dalam waktu tertentu. Pada AMP jenis
pencampur drum, agregat panas langsung dicampur dengan aspal panas di dalam
drum pemanas atau di dalam silo pencampur di luar drum pemanas.
Perbedaan dalam hal kelengkapan dari kedua jenis AMP tersebut adalah;
AMP jenis takaran dilengkapi saringan panas (hot screen), bin panas (hot bin),
timbangan (weight hopper) dan pencampur (pugmill/mixer) sedangkan pada AMP
jenis pencampur drum kelengkapan tersebut tidak tersedia. Bagian-bagian AMP
jenis timbangan adalah:
a) Bin dingin (cold bins)
b) Pintu pengatur pengeluaran agregat dari bin dingin (cold feed gate)
c) Sistem pemasok agregat dingin (cold elevator)
d) Pengering (dryer)
e) Pengumpul debu (dust collector)
f) Cerobong pembuangan (exhaust stack)
g) Sistem pemasok agregat panas (hot elevator)
h) Unit ayakan panas (hot screening unit)
i) Bin panas (hot bins)
j) Timbangan Agregat (weigh box)
k) Pencampur (mixer atau pugmill)
l) Penyimpanan bahan pengisi (mineral filler storage)
m) Tangki aspal (hot asphalt storage)

5
n) Sistem penimbangan aspal (aspal weigh bucket)
Gambar 4 AMP jenis takaran
(batch plant)
(Sumber: Manual Pemeriksaan
Peralatan Unit Pencampur Aspal
Panas Buku-I : Fungsi dan Cara
Kerja)

Gambar 5 AMP jenis pencampur


drum (drum mix)
Sumber: Manual Pemeriksaan
Peralatan Unit Pencampur Aspal
Panas Buku-I : Fungsi dan Cara Kerja

Gambar 6 Tipikal tata letak AMP jenis


takaran dan pencampur drum
Sumber: Manual Pemeriksaan Peralatan Unit
Pencampur Aspal Panas Buku-I : Fungsi dan
Cara Kerja

1. Bin dingin
Bin dingin (cold bin) adalah bak tempat menampung material agregat dari
tiap-tiap fraksi mulai dari agregat halus sampai agregat kasar yang diperlukan
dalam memproduksi campuran aspal panas (hot mix). Bagian pertama dari AMP
(Aspal Mixing Plant) adalah bin dingin, yaitu tempat penyimpanan fraksi agregat
kasar, agregat sedang, agregat halus dan pasir. Agregat-agregat tersebut harus
terpisah satu sama lain, untuk menjaga keaslian gradasi dari masing masing bin
sesuai dengan rencana campuran kerja (RCK). Bin dingin (cool bin) yang
digunakan dapat dilihat pada Gambar berikut

6
Gambar 7 Jenis jenis Bin Dingin (cold bin)
2. Proses Pengeringan Agregat Pada Unit Dryer
Unit dryer tujuannya untuk menghilangkan kadar air, kadar air harus
seminim mungkin karena kalau tidak akan berpengaruh pada pencampuran aspal
nantinya. Proses pengeringan pada dryer adalah dengan cara membakar agregat di
dalam kilen yang berputar dengan suhu ±1500 C. Pembakaran harus sempurna, hal
ini dapat diindikasikan dari warna asap yang keluar dari cerobong asap adalah putih
dan nyala api pembakaran berwarna biru. Warna asap yang hitam menandakan
pembakaran tidak sempurna.

Gambar 8 Unit Dryer


3. Pengumpul Debu (dust collector).
Alat pengumpul debu (dust collector) merupakan peralatan pengendali
pencemar udara yang berfungsi untuk mengumpulkan partikel-partikel halus yang
terbawa dalam gas buang suatu proses dengan menggunakan titik-titik air. Gas
buang yang keluar dari sistem pengering ditambah dengan dorongan kipas
pengeluar (exhaust fan) akan dialirkan ke pengumpul debu. Gambar pengumpul
debu (dust collector) dapat dilihat pada Gambar berikut.

7
Gambar 9 Jenis jenis Pengumpul Debu (dust collector)
4. Proses Pemisahan Agregat Pada (Hot Screen)
Agregat yang panas yang telah melalui proses pembakaran dari dryer
selanjutnnya di bawa oleh hot elevator menuju ke atas tower untuk di lakukan
pemisahan pada hot screen, peroses pemisahan agregat ini adalah dengan cara
gravitasi agregat dijatuhkan pada ayakan/screen yang dirancang sedikit miring agar
dapat mengayak atau memisahkan agregat sesuai dengan ukurannya masing-
masing. Agregat yang telah disaring/dipisahkan berdasarkan ukurannya kemudian
masuk pada unit hot bin guna untuk menampung sementara agregat yang akan
masuk pada timbangan. Pemasangan saringan pada unit ayakan panas harus tidak
pada ukuran yang berdekatan. Contoh susunan ayakan untuk campuran beraspal
dengan ukuran butir agregat maksimum 19 mm adalah :
a) Saringan pertama/teratas berukuran 19 mm, butir agregat yang ukurannya lebih
besar (oversize) dibuang ke saluran pembuangan.
b) Saringan kedua berukuran 12,5 mm (1/2 inchi). Ukuran butir agregat antara 19
mm sampai 12,5 mm masuk ke bin 1.
c) Saringan ketiga berukuran 4,75 mm (No. 4). Ukuran butir agregat antara 9,5
sampai dengan 4,75 mm masuk ke bin 2.
d) Saringan keempat berukuran 2,36 mm (No. 8). Ukuran butir agregat antara 4,75
sampai dengan 2,36 mm masuk ke bin 3. Sementara agregat yang lolos
saringan 2,36 mm masuk ke bin 4. Alat hot screen dapat dilihat pada gambar
berikut.

8
Gambar 10 Hot Screen
5. Bin panas (hot bin)
Pada AMP (aspal mixing plant) jenis takaran umumnya akan terdapat 4 bin
yang dilengkapi dengan pembatas yang rapat dan kuat dan tidak boleh berlubang
serta mempunyai tinggi yang tepat sehingga mampu menampung agregat panas
dalam berbagai ukuran fraksi yang telah dipisah-pisahkan melalui unit ayakan
panas. Pada bagian bawah dari tiap bin panas harus dipasang saluran pipa untuk
membuang agregat yang berlebih dari tiap bin panas yang dapat dioperasikan secara
manual atau otomatis.
6. Timbangan (asphalt weight hopper)
Setelah aspal dipanaskan dalam tangki aspal pada temperatur yang ditentukan
berdasarkan tingkat keencerannya, maka aspal panas dialirkan melalui pipa
pemasok untuk ditimbang beratnya sesuai dengan yang dibutuhkan sebelum
dimasukkan ke dalam pencampur (mixer/pugmill). Proses penimbangan dilakukan
dengan sistem komputerisasi/otomatis.
Faktor-faktor penting pada unit timbangan agregat yang perlu mendapat
perhatian antara lain sebagai berikut :
a) Kalibrasi timbangan.
b) Weigh box tergantung bebas.
c) Kontrol harian terhadap kinerja operator AMP (aspal mixing plant).

Gambar 11 Tipikal penimbangan dan aliran aspal

9
7. Proses Pemanasan Aspal Padat Pada Boiler Fire Tube.
Dalam proses pencampuran aspal ini yaitu dengan cara memasukkan aspal ke
dalam suatu wadah kemudian membakarnya (merebus) hingga aspal menjadi cair
dan mudah untuk diaduk.
8. Proses Akhir Mixer (mixer atau pugmill)
Setelah aspal, agregat dan bahan pengisi (bila perlu) ditimbang sesuai dengan
komposisi yang direncanakan, bahan tersebut dimasukkan ke dalam pencampur
(mixer/pugmill). Waktu pencampuran harus sesingkat mungkin untuk mencegah
oksidasi yang berlebih namun harus diperoleh penyelimutan yang seragam pada
semua butir agregat. Pencampur terdiri dari ruang (chamber) dan poros kembar
(twin shaft) yang dilengkapi dengan dengan kayuh atau pedal (paddle). Mixer
adalah alat untuk proses pencampuran dimana agregat yang telah dipanaskan dan
telah melalui timbangan ditakar sesuai dengan komposisi yang diinginkan
selanjutnya dituangkan kedalam mixer dengan membuka pintu bin panas
menggunakan sistem hidrolik yang dikendalikan secara otomatis/manual.
Proses pencampuran pada mixer adalah proses pencampuran antara agregat
panas, aspal, dan filler dengan suhu ± 1500C, lama pengadukan antara 30-40 detik
pengadukan dengan kapasitas 800 kg/ 30-40 detik setelah itu agregat yang telah
sehomogen mungkin dicampurkan maka akan dituang langsung ke dalam truk
pengangkut dengan cara membuka pintu bukaan yang ada pada bagian bawah mixer
dengan control hidrolik.
9. Tenaga penggerak (genset).
Untuk menjalankan semua bagian-bagian atau komponen-komponen AMP
sumber tenaga utamanya adalah generator set atau genset. Pada umumnya genset
ini diputar oleh mesin diesel. Kekuatan atau kapasitas genset ini berkapasitas 250
KVA (Kilo Volt Ampere).
10. Ruang Pengendali Pengontrol Atau Ruang Pengontrol (Control Room)
Seluruh kegiatan operasi unit peralatan pencampur aspal panas (AMP)
dikendalikan dari ruang pengontrol atau control room ini. Ada 3 cara pengendalian
operasi yang dikenal; yaitu cara manual, cara semi otomatis dan cara otomatis. Pada
pengendalian operasi cara manual, pengaturan/pengoperasian komponen atau
bagian-bagian peralatan pencampur aspal panas (AMP) dilakukan dengan mengatur

10
sakelar atau tombol mengunakan tangan. Pengendalian secara semi otomatis,
beberapa pengaturan pembukaan dan penimbangan masih dikontrol secara manual,
termasuk bukaan pintu pengeluaran pugmill. Pengendalian operasi secara otomatis,
maka semua operasinya sudah diatur secara otomatis dengan sistem komputerisasi,
termasuk kontrol apabila ada kesalahankesalahan atau ketidakcocokan dan
ketidaklancaran operasi dari satu atau beberapa bagian kegiatan/ operasi, misalnya
temperatur agregat panas rendah maka terkontrol pada burnernya, misalnya
ditingkatkan pemanasannya.
AMP JENIS TAKARAN

Di Indonesia sebagian besar jenis AMP yang ada adalah dari AMP jenis
takaran. Sementara jenis drum relatif sedikit dengan kapasitas yang kecil. AMP
jenis menerus seperti yang banyak dimiliki beberapa Kotamadya memiliki beberapa
kelebihan dan kekurangan, yaitu;
a) Gradasi agregat kurang begitu terjamin kesesuaiannya dengan gradasi pada
FCK, disebabkan karena kontrolnya hanyalah dilakukan dari bukaan pintu bin
dingin saja.
b) Pengaturan jumlah pasokan agregat tidak begitu teliti jika hanya mengandalkan
pengaturan bukaan bin dingin tanpa ada alat kontrol lain.
c) Jumlah pasokan aspal yang diberikan saat pencampuran dengan agregat panas
sangat tergantung dari viskositas aspal.
d) Temperatur campuran kadang-kadang terjadi penyimpangan
Pada AMP jenis takaran agregat digabungkan, dipanaskan dan dikeringkan
serta secara proporsional dicampur dengan aspal untuk memproduksi campuran
beraspal panas.

Gambar 12 Skema pengoperasian AMP jenis takaran


Sumber: Manual Pemeriksaan Peralatan Unit Pencampur Aspal Panas Buku-I :
Fungsi dan Cara Kerja

11
3.2 Pekerjaan Penghamparan
3.2.1 Persiapan Alat
Persiapan alat yang di butuhkan seperti:
Aspalt Sprayer, Aspalt Finisher, Dump Truck, dan peralatan pendukung lainnya.

Gambar 13 Aspalt Sprayer Gambar 14 Aspalt Finisher

Gambar 15 Dump Truck

3.2.2 Mobilisasi
Mobilisasi meliputi peralatan yang di perlukan dan pekerja ke lapangan.
Persiapan bahan, Pelaksanaan dilapangan, Penghamparan campuran aspal

Gambar 16 Penghamparan Aspal

12
DAFTAR PUSTAKA

Yunita A. Messah. Rosmiyati A. Bella. Gerry B. Klomang. 2016. Jurnal Teknik


Sipil. Analisis Biaya Produk Asphalt Mixing Plants (Amp) Di Pulau Timor
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28843/3/Chapter%20II.pdf
https://hermantechnic-ind.blogspot.co.id/2016/10/proses-pembuatan-aspal-jalan-
asphalt.html
Manual Pemeriksaan Peralatan Unit Pencampur Aspal Panas Buku-I : Fungsi dan
Cara Kerja
NN. 2014. Laporan Kegiatan Kuliah Lapangan Asphalt Mixing Plant. Universitas
Hasanudin
https://ririztheone.wordpress.com/2013/03/08/metode-kerja-pekerjaan-aspal/

13

You might also like