You are on page 1of 15

MAXILLOMANDIBULAR RELATION (MMR)

Dosen Pengampu: drg. Helmi Fathurrahman Hanafie, Sp. Pros


Tim Pencatat: Muhammad Prigel Nashrullah
Tim Moting: Dea Intania Dewi

“GTL  mampu memperlambat proses resorbsi tulang alveolar  tapi


resorbsi tulang alveolar tetap akan terjadi secara natural karena sudah tidak

ada giginya”

“Diagnosis prostho dalam ICD-10:


- Kehilangan gigi sebagian

- Kehilangan gigi seluruh”

“Base plate:
- Permanen  terbuat dari resin akrilik heat cure
- Sementara  terbuat dari baseplate wax (berwarna merah) atau resin

akrilik self cure  nantinya akan diganti permanen”


“Bite rim  semuanya hanya bersifat sementara  terbuat dari baseplate
wax
Prosedur:
1. Dibuat pada neutral zone  pada puncak precessus alveolaris
 RA: antara pipi & palatum
RB: antara pipi & lidah
 untuk mendapatkan stabilisasi

 tempat terjadinya resultan gaya (F ≈ 0)

otot-otot mastikasi  gaya paling kecil yg


dialami oleh GT
2. Tinggi bite rim ± 10-12 mm

tinggi basis = setinggi retromolar pad


perluasan basis distal = 1/3 trigonum retromolar
3. Lebar bite rim  bentuk tapal kuda yg mengikuti bentuk rahang
 untuk mempermudah penyusunan gigi & MMR”

“Dimensi Vertikal (DV)  ketinggian yg dihitung dari titik SNA (Spina

Nasalis Anteriror) – Pogonion”

“DV  DVO (Dimensi Vertikal Oklusi)  jarak RA & RB pada saat


kontak oklusi/sentrik oklusi 
pada orang Indonesia ± 60-70
mm
 DVRP (Dimensi Vertikal Rest Position)  jarak RA & RB pada
saat RB sedang
istirahat/sedang

melongo”

“pada pasien full edentulous  yg hilang: DVO


 tapi masih punya DVRP”

METODE MMR

“terdapat ± 20 teknik”
1. Metode mekanik
- Pre extraction
a. Profile radiograph
b. Profile fotograph
c. Swenson’s method adalah pembuangan daerah aganglion
hingga batas sphincter ani interna dan dilakukan anastomosis
coloanal pada perineum

- Post extraction
a. Niswonger’s method (2 dot system)
Pengukuran dimensi vertikal dengan metode Niswonger
(Physiologic Rest Position Test) dilakukan dengan mengukur
jarak titik subnasion ke titik gnasion pada saat rahang pasien
berada dalam posisi istirahat. Pengukuran ke- 2 titik ini
dilakukan 2 kali, yaitu saat penderita tanpa menggunakan gigi
tiruan lengkap serta pada saat penderita menggunakan gigi
tiruan lengkap. Di dalam penelitian ini, jarak free way
space ditentukan sebesar 2-4 mm. Setelah mendapatkan hasil
pengukuran dimensi vertikal, misalnya x mm (tanpa
menggunakan gigi tiruan lengkap) dan y mm (menggunakan
gigi tiruan lengkap), maka peneliti dapat menentukan dimensi
vertikal penderita tersebut dikatakan: normal, terlalu tinggi,
atau terlalu rendah

b. Willi’s method
c. Silverman’s closest speaking space
2. Metode fisiologis
- physiologic rest position
- phonetics
- facial expression
- swallowing method

TEHNIK MMR
KOMBINASI :
Mekanik (Willi’s method) – fisiologis

RELASI RAHANG
1. Relasi orientasi
2. Relasi vertikal / dimensi vertikal
- OVD
- RVD
3. Relasi horizontal / sentris
TAHAP MMR
1. Establishment of Plane Orientation

“penentuan bidang orientasi”


2. Establishment of Vertical jaw relation

“penentuan dimensi vertikal”


3. Establishment of Horizontal jaw relation

“penentuan relasi horizontal”


4. Record of centric relation

“penetapan gigitan/fiksasi”

ESTABLISHMENT OF PLANE ORIENTATION


“hanya dengan menggunakan baseplate & biterim RA”
“menggunakan alat bantu: occlusal guide plane / fox guide plane”
“Bila dilihat dari anterior:
- Garis chamfer / garis tragus ala nasi  menghubungkan tragus kanan-
kiri & ala nasi
- Sejajar garis pupil  menghubungkan pupil kanan & kiri
- Bite plane harus tampak ± 2 mm dari low lip line (garis bawah bibir

atas)”

“Bila dilihat dari lateral:


- Biterim harus sejajar dengan garis chamfer”

“Yang perlu diingat:


- Anterior sejajar garis pupil
- Anterior 2 mm di bawah low lip line

- Lateral sejajar garis chamfer”

ESTABLISHMENT OF VERTICAL JAW RELATION


Definisi dimensi vertikal :
Pengukuran wajah secara vertikal pada midline yang ditentukan oleh 2 titik
secara arbitrari, di mana salah satu titik berada di atas mulut dan titik lainya
berada di bawah mulut.

DIMENSI VERTIKAL / TINGGI GIGITAN


• Dimensi Vertikal Oklusi (OVD)
• Dimensi Vertikal Posisi Istirahat (RVD)
OVD = jarak SUBNASION / HIDUNG dengan GNATHION/DAGU
pada waktu gigi- gigi RA dan RB berkontak ( oklusi ).
RVD = jarak antara SUBNATION /HIDUNG dengan GNATHION /
DAGU pada waktu gigi-gigi RA dan RB tidak berkontak ( RB dalam
keadaan istirahat ).
RVD – OVD = FREE WAY SPACE
Rentang FREE WAY SPACE : 2 – 4mm / 6mm

GAMBAR

FREE WAY SPACE

“Metode Willi’s  PM (pupil-sudut mulut) = HD (hidung-dagu)


 melakukan penelitian DV pada ras Kaukasoid

 pada saat melakukan rest position”


“kalau misalkan biterim ketinggian  yg dikurangin adalah biterim RB 
biterim RA HARAM diubah kalau sudah melewati step 1”

“Metode fisiologis  untuk mengetahui apakah rumus Willi’s sudah tepat


atau belum DVO nya  karena penelitiannya
menggunakan subjek ras Kaukasoid
 mudah untuk menelan (pada DVO yg tepat) &
mengucap huruf berdesis (S & F)
 kadang menguranginya bisa sampai ± 6mm 

melebihi freeway space”

KESALAHAN-2 PENGUKURAN DIMENSI VERTIKAL :


1. TERLALU TINGGI / OVER OPENING
• TRAUMA
Gigi akan saling bertemu dengan kekuatan yang cukup besar → timbul rasa
sakit pada jaringan pendukung GTL.
• PENAMPILAN / APPEARANCE
wajah mengalami perpanjangan → wajah menjadi tegang dan pada waktu
RB dalam posisi istirahat bibir akan terbuka.
• KEHILANGAN FREE WAY SPACE
• RB tidak dlm posisi istirahat, otot-otot tegang dan cepat lelah →
timbul CLICKING TEETH / HORSE SHOE SOUND → SPEAK
DEFECT.
• RASA TIDAK NYAMAN / DISCOMFORT
pada waktu mengunyah makanan gigi-gigi RA dan RB saling bertemu lebih
cepat dari yang diperkirakan → kehilangan kontrol dari otak →
makanan tanpa terkendali keluar dari mulut
2. TERLALU RENDAH / OVER CLOSING
• PENAMPILAN
wajah mengalami pemendekan → jaringan lunak mengkerut, garis-2 wajah
menjadi lebih dalam → lebih tua.
• ANGULAR CHEILITIS / PERLECHE
akibat adanya sudut mulut yang jatuh ke bawah dan masuk ke dalam →
genangan saliva pada sudut mulut tsb → timbul luka yang sukar
sembuh.
• PIPI TERGIGIT
VDO lebih rendah dari semestinya → tonus otot pipi berkurang, pipi
tendensi melekuk ke dalam masuk di antara gigi-gigi RA dan RB.
• EFISIENSI PENGUNYAHAN BERKURANG
gigi-2 RA dan RB belum berkontak pada waktu otot-2 pengunyahan sudah
selesai berkontraksi → perlu kontraksi tambahan untuk gigi-2 RA
dan RB saling bertemu → kondisi kontraksi otot-2 sudah lemah →
makanan kurang lumat.
• COSTEN’S SYNDROME
pendengaran terganggu / tinnitus aurium, macam-2 gejala neuralgik ; lidah,
tenggorokan, tepi hidung terasa terbakar, sakit kepala regio
temporal, dan rasa kering dalam mulut ( serostomia ) karena
gangguan fungsi glandula salivarius.
Tinitus aurium adalah gangguan telinga yang dimanifestasikan oleh
persepsi suara seperti bernada peluit, dengung atau dering, bahkan
tanpa adanya suara eksternal.
ESTABLISHMENT OF HORIZONTAL JAW RELATION

“dimensi horizontal/relasi sentrik  hubungannya dengan TMJ”


“pada pasien full edentulous  condyle lebih ke anterior  cenderung

memposisikan RB menjadi maloklusi kelas III”

HORIZONTAL JAW RELATION


1. Oklusi sentrik : Posisi intercusp (oklusi sentrik) adalah posisi gigi
yang memungkinkan terjadinya kontak maksimum ketika gigi
beroklusi
2. Relasi sentrik : merupakan hubungan mandibula terhadap maksila,
yang menunjukkan posisi mandibula terletak 1-2 mm lebih
kebelakang dari oklusi sentris (mandibula terletak paling posterior
dari maksila) atau kondil terletak paling distal dari fossa glenoid,
tetapi masih dimungkinkan adanya gerakan dalam arah lateral.
Pada keadaan kontak ini gigi-geligi dalam keadaanIntercuspal
Contact Position (ICP) atau dapat dikatakan bahwa ICP berada
pada posisi RCP.
3. Oklusi eksentrik
4. Relasi eksentrik

METODE PENENTUAN RELASI SENTRIK


1. Pasien diinstruksikan relax, kemudian RB disorong ke belakang

2. Membimbing pergerakan protrusif-retrusif “secara maksimal”


3. Teknik boo

“menggerakkan rahang ke kanan-kiri dan anterior-posterior secara

maksimal”
4. Instruksi menelan dengan lidah menyentuh sisi base plate paling
posterior
5. Metode fatigue

“pasien diinstruksikan untuk buka-tutup mulut sampai lemas (± 2 menit) 


otot mandibula akan cenderung kembali ke posisi sentrik  lebih

mudah untuk dikendalikan oleh operator”

“Yg dilakukan setelah menentukan relasi sentrik:


1. Bikin midline
2. Bikin garis Caninus kanan-kiri  proyeksikan dengan garis ala-nasi
3. Saat biterim dicobakan ke pasien, harus segaris antara RA & RB 
kalau masih menceng-menceng, ulangi lagi tahapan relasi sentrik
4. Bikin garis senyum (smile line)  agar untuk memudahkan dalam
menyusun gigi anasir  sebagai garis bibir (lip line)

RECORD OF CENTRIC RELATION “fiksasi”


1. Pemanasan bite rim
2. Paper clip

“menggunakan isi stapler  dipasang pada bagian anterior kanan-kiri dan


posterior kanan-kiri  cara ini diindikasikan hanya pada pasien yg

bisa buka mulut lebar”


3. Double v groove

“bisa untuk pasien yg buka mulut lebar & tidak  tapi cara ini lebih sulit
dibandingkan dengan cara yg lainnya”
“Cara double v groove:

Cara paper clip:

Cara pemanasan bite rim:


You might also like