You are on page 1of 220

Vol. 10, No.

1, Januari-Juni 2016 ISSN 1979 - 3391

An-Nahdhah
Jurnal Pe ndidikan dan Hukum
MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN
Konsep Teori dan Aplikasi
Kasful Anwar.Us

PENGEMBANGAN KOSA KATA BAHASA ARAB


(Studi Pengembangan Kosa Kata Bahasa Arab dengan Proses aI-Sytiqoq)
Ali Musa Lubis

Problematika Dan Solusi Otonomi Pendidikan


Ali Usmar

Wewenang Dan Tanggung Jawab Dalam Al-Qur’an Dan Hadits


Maryani

Mendidik Keluarga Bahagia


H. Mitakul Huda

Pandangan Ulama Tentang Tabarruj Dalam Perspektif Hukum Islam


H. Mukhsin

Kepemimpinan Kepala Sekolah Yang Efektif


Rahmat Nasution

Dinamika Lembaga Dan Pranata Hukum


Randhy

Karakteristik Dan Keunikan Al-Qur’an Sentral Kajian Studi Islam


Sobri A

Komunikasi Interpersonal Dalam Proses Konseling


Sumarto

Pemberdayaan Ekonomi Umat Melalui Zakat


Syamsul Arif
An-Nahdhah
Jurnal Pe ndidikan dan Hukum
Vol. 10, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN 1979 - 3391

Pelindung 4. Dr. H. Marwazi, M.Ag (IAIN


Ketua Yayasan Pendidikan Sulthan Thaha Saifuddin Jambi)
Bintang Sembilan Jambi 5. Dr. H. Kasful Anwar Us, M.Pd (IAIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi)
Penanggung Jawab
6. H. Amran, S.Th.I., MA., Ph.D (STAI
Ketua STAI Ma’arif Jambi
Ma’arif Jambi)
Ketua LP2M
7. Dr. H. Kemas Imron Rosadi, M.Pd
Pimpinan Redaksi (IAIN Sulthan Thaha Saifuddin
(Ketua Penyunting) Jambi)
Dr. Sumarto, S.Sos.I., M.Pd.I 8. Dr. Jalaluddin, S.Ag., M.Pd.I (IAIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi)
Wakil Pimpinan Redaksi
(Wakil Ketua Penyunting) Penyunting Bahasa
Taufiq Rohman, S.Pd.I 1. H. Zainul Arifin, MA., M.Ed., Ph.D
2. Drs. Ali Musa Lubis, M.Ag
Sekretaris Redaksi
(Sekretaris Penyunting) Sekretariat
Emmi Kholilah Harahap, M.Pd.I
1. Dra. Hj. Jawanis
Penyunting Ahli 2. A. Basori, S.Pd.I
1. Prof. Dr. H. Muntholib, SM, MS 3. Padriansyah Putra, SH
(IAIN Sulthan Thaha Saifuddin 4. Betty Aryana, S.Kom
Jambi) 5. Hasanul Febrian Hariza, S.Sos
2. Prof. Dr. H. Lias Hasibuan, MA
(IAIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi)
3. Dr. H. Rahmat Nasution, M.Ag
(STAI Ma’arif Jambi)

Alamat Redaksi
JL. KH. A. Hasyim Asy’ari No. 33 Jambi 36125
Telp. (0741) 23854 - 32934
Kasful Anwar.Us

DAFTAR ISI

Manajemen Mutu Pendidikan: Konsep Teori dan Aplikasi


Kasful Anwar.Us................................................................................ 1

Pengembangan Kosa Kata Bahasa Arab (Studi Pengembangan Kosa


Kata Bahasa Arab dengan Proses aI-Sytiqoq)
Ali Musa Lubis.................................................................................. 14

Problematika Dan Solusi Otonomi Pendidikan


Ali Usmar........................................................................................... 25

Wewenang Dan Tanggung Jawab Dalam Al-Qur’an Dan Hadits


Maryani.............................................................................................. 43

Mendidik Keluarga Bahagia


H. Mitakul Huda............................................................................... 76

Pandangan Ulama Tentang Tabarruj Dalam Perspektif Hukum Islam


H. Mukhsin........................................................................................ 100

Kepemimpinan Kepala Sekolah Yang Efektif


Rahmat Nasution.............................................................................. 128

Dinamika Lembaga Dan Pranata Hukum


Randhy............................................................................................... 143

Karakteristik Dan Keunikan Al-Qur’an Sentral Kajian Studi Islam


Sobri A................................................................................................ 168

Komunikasi Interpersonal Dalam Proses Konseling


Sumarto.............................................................................................. 183

Pemberdayaan Ekonomi Umat Melalui Zakat


Syamsul Arif...................................................................................... 203

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 iii


Kasful Anwar.Us

MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN


Konsep Teori dan Aplikasi

H. Kasful Anwar.Us.

Abstrak

Setiap institusi mutu adalah agenda utama, oleh karena itu


meningkatkan mutu merupakan tugas yang sangat penting.
Meskipun demikian bagi sebagian orang mutu dianggap sebuah
konsep yang penuh dengan teka-teki, mereka mengangap bahwa
mutu adalah suatu hal yang membingungkan dan sulit diukur.
Disatu sisi, kita memang bisa mengetahui mutu ketika kita
mengalaminya, namun disisi lain, kita tetap merasa kesulitan ketika
kita mencoba mendeskripsikan dan menjelaskannya, kita hanya bisa
menyadari keberadaan mutu tersebut tatkala mutu tersebut hilang.
Satu hal yang perlu kita ketahui bersama adalah bahwa mutu
merupakan suatu yang dapat membedakan antara yang baik dan
yang sebaliknya.

Berangkat dari kenyataan di atas, jika kita berbicara tentang


pendidikan maka mutu dalam pendidikan merupakan hal yang
membedakan antara kesuksesan dan kegagalan dalam pendidikan.
Oleh karena itu, mutu jelas sekali menjadi masalah pokok yang akan
menjamin perkembangan sekolah dalam meraih status di tengah-
tengah persaingan dunia pendidikan. Untuk itu, dalam makalah
yang singkat ini nantinya kan dibahas tentang mutu pendidikan
mulai dari konsep, teori sampai bagaimana pengaplikasiannya
dalam dunia pendidikan, semoga makalah yang singkat ini dapat
bermanfaat.

Kata Kunci: Manjamen Mutu Pendidikan

A. Pengertian Manajemen Mutu Pendidikan


Sebelum kita membicarakan tentang pengertian manajemen mutu
pendidikan, ada baiknya disini penulis jelaskan secara terpisah antara
pengertian; manajemen, mutu, dan pendidikan. Dengan demikian, maka

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 1


Manajemen Mutu Pendidikan...

akan mempermudah mudah kita dalam memahami apa yang dimaksud


dengan manajeman mutu pendidikan. Secara sederhana manajemen
dapat kita artikan sebagai sebuah proses pengelolaan sumber daya untuk
mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Pengelolaan sumber daya
yang baik harus menggunakan fungsi-fungsi manajemen, yakni;
planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating
(penggerakan), dan controlling (pengontrolan).
Para ahli masih berbeda pendapat tentang pengertian manajemen,
namun demikian terdapat konsensus bahwa manajemen menyangkut
derajat keterampilan tertentu.1 Untuk memahami istilah manajemen
maka pendekatan yang digunakan di sisna adalah berdasar pada
pengalaman manejer, ini artinya bahwa manajemen dilihat dari suatu
sistem yang setiap komponennya menampilkan sesuatu untuk memenuhi
kebutuhan. Manajemen merupakan suatu proses sedangkan manajer
dikaitkan dengan aspek organisasi (organ – struktur – tugas – teknologi)
dan bagaimana mengaitkan aspek yang satu dengan yang lain, serta
bagaimana mengaturnya sehingga mencapai tujuan sistem.2
Sementara itu mutu sering diartikan dengan kepuasan pelanggan.
Alex Trotman menyatakan “bahwa kita tahu pada saat ini, masa-masa
sulit ini, kita harus benar-benar memberikan kepuasan pada pelanggan,
akan tetapi langkah awal untuk mencapai mutu tidaklah gampang,
dengarkan pelanggan anda dan beri respon pada mereka maka semua hal
akan tercipta dengan sendirinya”.3 Dalam dunia pendidikian, pelaku-
pelaku dunia pendidikan menyadari keharusan meraih mutu tersebut dan
menyampaikannya pada pelajar dan anak didik, pada hakikatnya sangat
banyak sumber mutu dalam pendidikan, misalnya sarana gedung yang
baik, guru yang terkemuka, nilai moral yang tinggi, hasil ujian yang
memuaskan, spesialisasi atau kejujuran, dorongan orang tua, bisnis dan

1Lihat, Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya,

1999), hlm. 1.
2Ibid.
3Edward Sallis, Total Quality Management in Education: Manajemen Mutu Pendidikan,

alih bahasa, Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurozi, (Yogyakarya: IRCiSoD, 2008), hlm. 31.

2 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Kasful Anwar.Us

komunitas lokal, sumber daya yang melimpah, aplikasi teknologi dan


lain-lain, jika semua ini dapat dimanfaatkan dengan baik maka akan
muncul mutu yang baik pula.
Selanjutnya, jika kita berbicara tentang pendidikan, lalu kita
bertanya tentang apa itu pendidikan, maka banyak penjelasan yang kita
peroleh dari pengertian pendidikan, salah satunya pendapat yang
dikemukakan oleh Prof. Drs. S. Brojonegoro. Dalam usaha menerangkan
pengertian pendidikan S. Brojonegoro, mengadakan analisa terhadap
istilah-istilah yang mengandung arti mendidik :4
1. Paedagogiek atau teori pendidikan berasal dari kata pais yang
berarti anak dan agogos yang berarti penuntun. Pada zaman Yunani
Kuno, seorang anak yang pergi kesekolah diantar oleh seorang yang
disebut gogos. Ia mengantar si anak membawakan alat-alatnya dan
setelah sekolah ditutup, gogos membawa anak pulang ke rumah.
Dalam lingkungan keluarga gogos diberi tugas pula mengamat-
amati sang anak. Maka oleh karena itu paedagogiek berarti Ilmu
menuntun anak.
2. Opvoeding (Bahasa Belanda) pada permulaannya berarti
“membesarkan” dengan makanan, jadi membesarkan anak dalam
arti jasmaniah. Akan tetapi lambat laun “tindakan membesarkan” ini
dikenakan juga pada pertumbuhan rohani anak, jadi pertumbuhan
pikiran, perasaan dan kemauan anak dan pertumbuhan watak anak.
Dalam arti yang luas, opvoeding berarti tindakan untuk
membesarkan anak dalam arti geestelyk (kebatinan, Jawa)
3. Dalam bahasa Romawi ada istilah “educare”= mengeluarkan dan
menuntun. Istilah ini menunjukkan tindakan untuk merealisasikan
potensi anak, yang dibawa waktu dilahirkan di dunia. Jadi educare
berarti membangunkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan
kekuatan potensi yang dimiliki anak.

4Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992), hlm. 1.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 3


Manajemen Mutu Pendidikan...

4. Pendidikan atau mendidik adalah tuntunan kepada manusia yang


belum dewasa untuk menyiapkan agar dapat memenuhi sendiri
tugas hidupnya atau dengan secara singkat : Pendidikan adalah
tuntunan kepada pertumbuhan manusia mulai lahir sampai
tercapainya kedewasaan, dalam arti jasmaniah dan rohaniah.
Dari pengertian semacam ini dapat kita menyimpulkan tentang apa
yang dimaksud dengan manajemen mutu pendidikan. Manajemen mutu
pendidikan adalah sebuah proses peningkatan kinerja pendidikan dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada agar terciptanya kepuasan
pelanggan, dengan demikan institusi-institusi pendidikan perlu
mengembangkan sistem-sistem mutunya, agar dapat membuktikan
kepada publik bahwa mereka dapat memeberikan layanan yang bermutu.
Pelanggan dalam hal ini adalah peserta didik atau pelajar.5

B. Konsep Dasar Manajemen Mutu Pendidikan


Manajemen berasal dari bahasa latin “manus” yang artinya tangan
dan “agere” yang artinya melakukan, kemudian diterjemahkan ke
Bahasa Inggris dengan kata kerja “ to manage “ dengan kata benda
management dan manager sebagai pelakunya. Kemudian, management
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi menejemen atau
pengelolaan (pengaturan).
Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan
dari fungsi-fungsi manajemen itu, jadi manajemen itu merupakan suatu
proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Mutu merupakan
suatu gagasan yang dinamis, tidak mutlak. Dalam pandangan umum,
mutu merupakan suatu konsep yang mutlak, seperti pada umumnya
orang menilai sebuah restoran yang mahal atau mobil yang mewah.6
Sedangkan dalam konteks TQM (Total Quality Management), mutu
merupakan sebuah filosofi dan metodologi yang membantu institusi

5Edward Sallis, Total Quality Management in Education: Manajemen Mutu…, hlm. 32.
6Hari Suderajat, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS), (Bandung:
Cipta Cekas Grafika, 2005), hlm. 1.

4 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Kasful Anwar.Us

untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda dalam


menghadapi tekanan-tekanan yang berlebihan.
Konsep manajemen mutu pendidikan (Total Quality Education/
TQE) merupakan sebuah konsep yang berasal dari Total Quality
Management (TQM). TQM pertama kali diperkenalkan pada tahun
1920-an oleh Edward Deming di Jepang. Deming adalah seorang warga
Amerika yang menjadi salah satu konsultan perusahaan di Jepang.
Konsep TQM pada awalnya berkembang dari pemikiran untuk
mewujudkan produk yang bermutu sampai pada akhirnya meliputi
semua aspek dalam organisasi. 7
Para ahli manajemen telah banyak yang mengemukakan pengertian
tentang Total Quality Management (TQM) atau yang dalam Bahasa
Indonesia disebut dengan Menejemen Mutu Terpadu. Salah satu
diantaranya adalah Deming, secara tegas menekankan pentingnya
pencegahan dari pada memperbaiki kerusakan, hal inilah yang dinilai
sebagai kontribusi unik dalam memahami bagaimana menjamin
peningkatan mutu. Studi penting Deming adalah analisa mengenai
kegagalan mutu. Hasil kajiannya menunjukkan bahwa penyebab
kegagalan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penyebab kegagalan
khusus dan umum. Penyebab umum adalah adanya kegagalan sistem,
yaitu berkaitan dengan proses internal lembaga. Hal tersebut dapat
diatasi atau dikurangi jika dilakukan perubahan sistem, proses, dan
prosedurnya. Sedangkan penyebab khususnya adalah gangguan yang
datang dari komponen sistem yang bervariasi.8
Manajemen Mutu Terpadu (TQM) merupakan suatu teori ilmu
manajemen yang mengarahkan pimpinan organisasi dan personilnya
untuk melakukan program perbaikan mutu secara berkelanjutan yang
terfokus pada pencapaian kepuasan dari para pelanggan. Manajemen
Mutu Terpadu (TQM) dalam konteks pendidikan merupakan sebuah

7Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen

Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 290.


8Ibid., hlm. 294.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 5


Manajemen Mutu Pendidikan...

filosofi metodologi tentang perbaikan secara terus menerus, yang dapat


memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi pendidikan
dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan, saat ini
maupun masa yang akan datang.9 Total Quality Management (TQM)
merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba
untuk memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-
menerus atas produk, jasa, manusia, tenaga kerja, proses, dan
lingkungan.10
TQM atau mungkin bisa kita sebut sebagai Gerakan Mutu Terpadu
dalam pendidikan masih tergolong baru. Hanya sedikit literatur yang
memuat referensi tentang hal ini sebelum tahun 1980-an, beberapa upaya
reorganisasi terhadap praktek kerja dengan konsep TQM telah
dilaksanakan di beberapa universitas di Amerika dan beberapa
pendidikan tinggi lainnya di Inggris. Ada banyak gagasan yang
dihubungkan dengan mutu yang dikembangkan dengan baik oleh
institusi-institusi pendidikan tinggi dan gagasan-gagasan mutu tersebut
yang terus-menerus di teliti dan diimplementasikan di sekolah-sekolah.
Secara praktis sekolah-sekolah yang mengunakan indikator-
indikator prestasi dalam meningkatkan mutu pendidikan secara tidak
langsung telah menggunakan TQM sebagai suatu nilai untuk
meningkatkan standar pelayanannya. Dengan kata lain bahwa untuk saat
ini sangat diperlukan sebuah konsep untuk meningkatkan mutu pelayan
pendidikan sebagai sebuah upaya untuk memajukan dan meningkatkan
kualitas pendidikan khususnya dalam bidang layanan seperti dengan
menggunakan konsep TQM.
Pada hakekatnya tujuan institusi pendidikan adalah untuk
menciptakan dan mempertahankan kepuasan para pelanggan (dalam hal
ini adalah siswa/masyarakat) dan dalam TQM kepuasan pelanggan
ditentukan oleh stakeholder lembaga pendidikan tersebut. Semua usaha/
manajemen dalam TQM harus diarahkan pada suatu tujuan utama, yaitu

9Edward Sallis, Total Quality Management In Education: Manajemen Mutu…, hlm. 73.
10Nasution. M. N. Manajemen Mutu Terpadu, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), hlm. 18.

6 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Kasful Anwar.Us

kepuasan pelanggan, apa yang dilakukan manajemen tidak ada gunanya


bila tidak melahirkan kepuasan para pelanggan.

C. Aplikasi Manajemen Mutu Pendidikan


1. Konsep Dasar Mutu Terpadu
Manajemen berasal dari kata “to manage“ yang artinya mengatur.
Hasibuan (2004:1) mengemukakan bahwa manajemen merupakan
pengaturan yang dilakukan melalui proses dan didasarkan pada urutan
dari fungsi-fungsi manajemen. Jadi, manajemen merupakan suatu proses
untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Pada dasarnya Total Quality
Management (TQM) ialah continuous improvement (perbaikan terus-
menerus) dan quality improvement (perbaikan mutu). Sebagai suatu
strategi manajemen, sprektum aktivitas manajemen mutu terpadu yang
berorientasi pada upaya untuk memperbaiki material dan jasa yang
menjadi masukan organisasi, memperbaiki upaya dalam memenuhi
kebutuhan para pemakai produk dan jasa pada masa kini dan masa yang
akan datang.11
Para ahli Total Quality Management (TQM), seperti Nasution M.N
(2004:18) menyatakan bahwa Total Quality Management merupakan
suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk
memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus
atas produk, jasa, manusia, tenaga kerja, proses, dan lingkungan. Edward
Sallis menyatakan bahwa manajemen mutu terpadu merupakan suatu
filsafat dan metodologi yang membantu berbagai institusi, dalam
mengelola perubahan dan menyusun agenda masing-masing untuk
menanggapi tekanan-tekanan faktor eksternal. Manajemen mutu terpadu
merupakan suatu teori ilmu manajemen yang mengarahkan pimpinan
organisasi dan personelnya untuk melakukan program perbaikan mutu

11Ibid.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 7


Manajemen Mutu Pendidikan...

secara berkelanjutan yang terfokus pada pencapaian kepuasan dari para


pelanggan.12
Dalam kontek pendidikan ini merupakan sebuah filosofi metodologi
tentang perbaikan secara terus menerus, yang dapat memberikan
seperangkat alat praktis kepada setiap institutsi pendidikan dalam
memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan, saat ini
maupun masa yang akan datang. Jargon utama yang mendasari falsafah
manajemen mutu terpadu terfokus pada pernyataan “Do the right things,
first time, every time”, yang artinya kerjakan sesuatu yang benar sejak
pertama kali, setiap waktu.
2. Hakikat Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan
Ada tiga faktor penyebab rendahnya mutu pendidikan yaitu:
kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan
pendekatan educational production function atau input-input analisis
yang tidak consisten; 2) penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara
sentralistik; 3) peran serta masyarakat khususnya orang tua siswa dalam
penyelenggaraan pendidikan sangat minim (Husaini Usman, 2002).
Dalam aplikasinya, istilah mutu terpadu dalam pendidikan disebut pula
Total Quality Education (TQE). Dalam konteks aplikasi konsep
manajemen mutu terpadu terhadap pendidikan dapat saja disebutkan
“mengutamakan pelajar” atau “program perbaikan sekolah” yang
dilakukan secara lebih kreatif dan konstruktif. Penekanan paling penting
bahwa mutu terpadu dalam programnya dapat mengubah kultur sekolah.
Para pelajar dan orang tuanya menjadi tertarik terhadap perubahan yang
ditimbulkan manajemen mutu terpadu melalui berbagai program
perbaikan mutu.13
Keuntungan yang dicapai dengan menerapkan manajemen mutu
terpadu dalam pendidikan di antaranya adalah: memperkuat organisasi

12Edward Sallis, Total Quality Management in Education: Manajemen Mutu…, hlm. 13.
13Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan; Konsep, Strategi, dan
Aplikasi, (Jakarta: PT Grasindo, 2002).

8 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Kasful Anwar.Us

sekolah dan memberikan peta jalan atau arah bagi perusahaan, menolong
kita untuk bekerja sebagai teman dalam kelompok kerja, bukan sebagai
musuh, mengupayakan suatu program yang akan mengusahakan bukan
hanya penanganan satu aspek saja dari pendidikan, tetapi menjadi
pendekatan yang holistik dan menyebabkan semua unsur sekolah
mengubah cara yang mengarahkan drinya, mengarahkan para orang tua
dan pelajar untuk memberikan saran untuk memajukan keadaan sekolah,
mengarahkan dan mengendalikan pengaruh segala sesuatu yang kita
lakukan dan cara kita mengendalikan
3. Kepemimpinan untuk Mutu Pendidikan
Kelangsungan hidup dan keberhasilan organisasi pada saat ini
tergantung pada kemampuannya dalam mengantisipasi perubahan
lingkungan eksternal. Dalam konteks ini, organisasi harus memiliki
pimpinan yang efektif dalam menjalankan manajemen untuk mengelola
perubahan yang ada dan berkelanjutan. Tantangan bagi seorang manajer
pendidikan (kepala sekolah/madrasah, pimpinan pesantren, rektor atau
direktur) adalah bagaimana menjadi pendorong atau pelopor perubahan
lembaga pendidikan yang dipimpinnya.
Upaya memperbaiki kualitas suatu organisasi sangat ditentukan oleh
mutu kepemimpinan dan manajemen yang efektif. Dukungan dari
bawahan hanya akan muncul secara berkelanjutan ketika pimpinannya
benar-benar berkualitas dan unggul. Yang dimaksud dengan pemimpin
dalam pendidikan adalah semua orang yang bertanggung jawab dalam
proses perbaikan yang berada pada semua level kelembagaan
pendidikan. Para pemimpin pendidikan harus memiliki komitmen
terhadap perbaikan mutu dalam fungsi utamanya. Oleh karena itu, fungsi
dari kepemimpinan pendidikan haruslah tertuju pada mutu belajar serta
semua staf lain yang mendukungnya.14
Menurut Edwin A. Locke (1997), fungsi utama pemimpin adalah
menetapkan sebuah visi untuk organisasi dan mengkomunikasikannya

14Ibid.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 9


Manajemen Mutu Pendidikan...

kepada anggota. Sedangkan peranan kepemimpinan pada setiap level


organisasi akan menentukan pencapaian perbaikan mutu. Menurut Sallis
ada beberapa peranan utama pemimpin pendidikan dalam
mengembangkan kultur (budaya) mutu,15 di antaranya adalah:
a. Memiliki visi yang jelas mengenai mutu terpadu bagi organisasinya
b. Memiliki komitmen yang jelas terhadap perbaikan mutu
c. Menjamin bahwa kebutuhan pelanggan menjadi pusat kebijakan dan
pekerjaan organisasi
d. Menjamin bahwa kejelasan struktur organisasi menegaskan
tanggung jawab dan memberikan pendelegasian yang cocok dan
maksimal
e. Membangun kelompok kerja aktif
f. Membangun mekanisme yang sesuai untuk memantau dan
mengevaluasi keberhasilan
4. Pemberdayaan Guru
Pemberdayaan berarti memberikan pegawai suatu pekerjaan untuk
dilakukan dan kebebasan bagi mereka untuk melakukannya secara
kreatif. Konsep pemberdayaan bersifat humanistik. Pemberdayaan guru
termasuk pegawai salah satunya adalah melalui pembagian tanggung
jawab. Keberadaan guru sebagai staf dalam proses pembelajaran dan
pengajaran di lembaga pendidikan menjadi salah satu pilar
kepemimpinan pendidikan. Proses memberdayakan guru bukan suatu hal
yang mudah. Kepala sekolah dalam menjalankan kepemimpinan
pendidikan, perlu melakukan beberapa hal penting dalam rangka
pemberdayaan guru. Hal-hal tersebut di antaranya adalah sebagai
berikut:
a. Melibatkan guru dan semua staf dalam aktivitas penyelesaian
masalah dengan menggunakan metode ilmiah dan prinsip
pengawasan mutu dengan statistik.

15Edward Sallis, Total Quality Management in Education: Manajemen Mutu…, hlm. 15.

10 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Kasful Anwar.Us

b. Meminta pendapat dan aspirasi mereka tentang sesuatu dan


bagaimana sebuah proyek ditangani, jangan menggurui mereka.
c. Memahami keinginan untuk perbaikan yang berarti bagi guru tidak
cocok dengan pendekatan top down terhadap manajemen.
d. Memberikan otonomi dan keberanian mengambil resiko
Membangun tim kerja, proses manajemen, pelayanan pelanggan,
kmunikasi dan kepemimpian.16
5. Kelompok Kerja untuk Meraih Mutu
Kerja sama tim dalam menangani suatu proyek perbaikan atau
pengembangan mutu pendidikan merupakan salah satu dari
pemberdayaan pegawai dan kelompok kerjanya, dengan memberikan
tanggung jawab yang lebih besar. Keberadaan tim kerja sama sebagai
modal utama untuk meraih mutu melalui proses perbaikan mutu. Mereka
perlu saling mendorong atau bersinergi untuk bekerja sama dalam
bidang akademik dan pendukung lainnya, seperti tim pengajar.
Berkaitan dengan pentingnya suatu tim dalam penerapan
manajemen mutu terpadu untuk mengejar mutu pendidikan, maka
beberapa langkah yang harus dilalui dalam membentuk tim kerja
perbaikan mutu adalah (1) pembentukan tim; (2) penggugahan; (3)
penetapan norma atau tata kerja; dan (4) melakukan kegiatan.
6. Alat dan Teknik Perbaikan Mutu
Alat-alat dan teknik mutu berarti mengenali penyelesaian masalah
secara kreatif. Beberapa alat yang dapat digunakan dalam perbaikan
mutu pendidikan adalah: Gugah pikiran (brainstorming), jaringan kerja
kemiripan (affinity network), diagram tulang ikan (fishbone diagram or
ishikawa), analisis keadaan lapangan (force-field analysis),
pendiagraman (process charting), diagram arus (flowcharts), analisis
pareto (pareto analysis), pengukuran kinerja (benchmarking), pemetaan
arah karier (career path-maping).

16Sukirman, (dkk). Administrasi dan Supervisi. Yogyakarta: UNY Press.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 11


Manajemen Mutu Pendidikan...

7. Strategi Implementasi Manajemen Mutu Pendidikan


Untuk menerapkan manajemen mutu terpadu dalam pendidikan, ada
sepuluh langkah yang harus dilalui, yaitu: Mempelajari dan memahami
manajemen mutu terpadu secara menyeluruh, memahami dan
mengadopsi jiwa dan filosofi untuk perbaikan terus menerus, menilai
jaminan mutu saat ini dan program pengendalian mutu, membangun
system mutu terpadu, mempersiapkan orang-orang untuk perubahan,
menilai budaya mutu sebagai tujuan untuk mempersiapkan perbaiakan,
melatih orang-orang untuk bekerja pada suatu kelompok kerja,
mempelajari teknik untuk menyerang atau mengatasi akar persoalan dan
mengaplikasikan tindakan koreksi dengan menggunakan teknik dan alat
manajemen mutu terpadu, memilih dan menetapkan pilot project untuk
diaplikasikan, tetapkan prosedur tindakan perbaikan dan sadari akan
keberhasilannya, menciptakan komitmen dan strategi yang benar mutu
terpadu oleh pemimpin yang akan menggunakannya, memelihara jiwa
mutu terpadu dalam penyelidikan dan aplikasi pengetahuan yang amat
luas.

D. Kesimpulan
Dari uraian-uraian yang telah dituliskan pada pembahasan
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa manajemen mutu terpadu
merupakan suatu teori ilmu manajemen yang mengarahkan pimpinan
organisasi dan personelnya untuk melakukan program perbaikan mutu
secara berkelanjutan yang terfokus pada pencapaian kepuasan dari para
pelanggan.
Keuntungan yang dicapai dengan menerapkan manajemen mutu
terpadu dalam pendidikan di antaranya adalah (1) Memperkuat
organisasi sekolah dan memberikan peta jalan atau arah bagi
perusahaan; (2) Menolong kita untuk bekerja sebagai teman dalam
kelompok kerja, bukan sebagai musuh; (3) Mengupayakan suatu
program yang akan mengusahakan bukan hanya penanganan satu aspek
saja dari pendidikan, tetapi menjadi pendekatan yang holistik dan

12 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Kasful Anwar.Us

menyebabkan semua unsur sekolah mengubah cara yang mengarahkan


drinya; (4) Mengarahkan para orang tua dan pelajar untuk memberikan
saran untuk memajukan keadaan sekolah; dan (5) Mengarahkan dan
mengendalikan pengaruh segala sesuatu yang kita lakukan dan cara kita
mengendalikan
Sedangkan penerapkan manajemen mutu pendidikan di sekolah
harus didukung oleh kepemimpinan mutu pendidikan, pemberdayaan
guru, kelompok kerja untuk meraih mutu, alat dan teknik perbaikan
mutu; serta strategi implementasi manajemen mutu pendidikan.
Demikianlah beberapa pembahasan yang dapat kami sampaikan pada
makalah ini khususnya tentang manajemen mutu dalam pendidikan,
semoga makalah singkat ini dapat bermanfaat dan menjadi bahan diskusi
yang menarik amin.

DAFTAR PUSTAKA
Fattah, Nanang. Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1999.
Nasution. M. N. Manajemen Mutu Terpadu. Jakarta: Ghalia Indonesia,
2004.
Sallis, Edward. Total Quality Management in Education: Manajemen
Mutu Pendidikan, alih bahasa, Ahmad Ali Riyadi dan
Fahrurozi, Yogyakarya: IRCiSoD, 2008.
Suderajat, Hari. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
(MPMBS), Bandung: Cipta Cekas Grafika, 2005.
Sukirman, (dkk). Administrasi dan Supervisi. Yogyakarta: UNY Press.
Suwarno. Pengantar Umum Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992.
Syafaruddin. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan; Konsep,
Strategi, dan Aplikasi, Jakarta: PT Grasindo, 2002.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia,
Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2008.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 13


Pengembangan Kosa Kata...

PENGEMBANGAN KOSA KATA BAHASA ARAB


(Studi Pengembangan Kosa Kata Bahasa Arab
dengan Proses aI-Sytiqoq)

Ali Musa Lubis

Abstraks
Bahasa Arab dikenal dengan bahasa yang memiliki keunggulan di-
bandingkan dengan bahasa-bahasa lain yang ada di dunia ini.
Keunggulan bahasa ini salah satunya dari segi kekayaan kosa kata
yang dimilikinya. Salah satu faktor yang menyebabkan kosa kata
bahasa Arab kaya adalah pengembangan kosa kata yang sangat
luwes. Proses pengembangan kosa bahasa Arab dalam ilmu bahasa
Arab disebut dengan al-isytiqoq. Tulisan ini akan memaparkan
hakikat dan proses perkembangan bahasa Arab dengan al-isytiqoq
Kata Kunci : Pengembangan, kosa kata, al-isytiqoq

A. Pendahuluan
Bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting bagi kehidupan
manusia. Sebagai makhluk social bahasa menjadi kebutuhan mutlak
yang digunakan untuk berintraksi dengan orang lain. Bahasa digunakan
untuk mengungkapkan isi hati seseorang kepada orang lain. Tanpa
bahasa, hubungan antara sesame manusia tidak akan berjalan lancar.
Dalam suatu ungkapan disebutkan“ Bahasa menunjukkan bangsa”.
Ini menunjukkan bahwa bahasa adalah cerminan dan potret dari
kebudayaan suatu bangsa. Bahasa yang digunakan suatu bangsa
mencermikan peradaban, bentuk sosial, masyarakat, kekayaan,
kepandaian dan lain sebagainya bangsa tersebut.
Bahasa Arab mempunyai karakteristik yang membedakannya
dengan bahasa yang lain. Salah satu kekhususan bahasa Arab itu terletak
pada pembentukan kosa kata yang dimilikinya. Pembentukan kosa kata
dalam bahasa Arab sangat jelas dan elastis. Elastisitas pembentukan kosa
kata ini dinilai sebagai keunggulan dan keistimewaan yang dimilikinya.

14 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Ali Musa Lubis

Pembentukan kosa kata Arab yang jelas dan elastis tersebut


membuat bahasa Arab sangat kaya dalam perbendaharaan kosa kata.
Menurut Matsna, Kekayaan kosa kata Arab ini menjadi salah satu alasan
logis Alquran diturunkan dalam bahasa Arab. Dengan kekayaan
perbendahaaraan kosa katanya, Alquran mampu merekam wahyu yang
mencakup perbendaharaan kata iman, hukum, kemasyarakatan, sejarah,
dll.1
Elastisitas pembentukan kata dalam bahasa Arab juga berdampak
pada kemampuan bahasa ini bisa mempertahankan fungsinya sebagai
bahasa komunikasi, baik komunikasi antara manusia dengan Sang
Khalik, maupun komunikasi antar sesama manusia. Selain itu, bahasa
Arab juga berfungsi sebagai sarana dalam penyampaian tujuan agama,
pencatatan berbagai ilmu pengetahuan, sarana ekspresi karya sastra, dll.
Al-isytiqaq merupakan faktor yang sangat penting dalam
pengembangan kosa kata bahasa Arab. Hal ini sebagaimana disampaikan
Rajab Abdul Jawwad Ibrahim, “‫االشتيقاق أهم وسيلة لتوليد" االلفاظ‬. Isytiqoq
merupakan factor yang paling penting yang paling dalam pembentukan
kata dalam bahasa Arab. Proses al-Isytiqoq akan menjadikan kosa kata
bahasa Arab akan berkembang meluas dan bertambah, sehingga
terbentuk kosa kata baru yang belum ada sebelumnya.

B. Pengertian al-Isytiqoq
Istilah al-isytiqoq adalah istilah bahasa Arab yang merupakan
bentuk mashdar dari kata isytaqqo, yasytaqqu. Secara etimologi,
isytiqoq berarti 2‫ اخذ شق الشيئ‬mengambil satu bagian dari sesuatu yang
lain. Secara terminologi ditemukan sejumlah definisi dari para ahli,
antara lain adalah :

1 Moh. Matsna HS, Kajian Arab Klasik dan Kontemporer, ( Jakarta : Prenadamedia, 2016),
hlm. 181
2 Emil Badi’ Ya’qub, Fiqh al-Lugah al-Arabiyah wa Khashaishuha, (Beirut : Dar ats-

Tsaqofah al-Islamiyah, tth.), hlm.186

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 15


Pengembangan Kosa Kata...

1. Emil Badi’ Ya’qub, : Mengambil satu kata dari kata yang lain
dengan proses perubahan lafal, namun tetap memiliki hubungan
makna”. 3
2. Amin Ali Sayyid mengartikan al-isytiqoq sebagai pengambilan
suatu kata dari kata lain karena adanya persamaan makna, meskipun
terjadi perubahan pada lafalnya.4
3. Muhammad As’ad an-Nadiri, hakikat al-isytiqoq adalah proses
melahirkan suatu kata dari kata yang lain yang berasal dari satu kata
tertentu5.
Dari beberapa definisi di atas, dapat dipahami bahwa al-isytiqoq
sebuah proses pembentukan kata yang dapat melahirkan beberapa kata
yang baru (mufrodah al-jadidah). Meskipun proses al-isytiqoq
menghasilkan kata yang baru, akan tetapi antara beberapa kata yang
dihasilkan melalui proses pembentukan tersebut tetap memiliki makna
yang mirip dengan makna kata dasarnya. Misalnya kata ‫ ذهاب‬yang
berarti kepergian, bisa melahirkan kata ‫ ذهب‬berarti telah pergi, ‫يذهب‬
yang berarti sedang atau akan pergi, ‫ ذاهب‬yang berarti orang yang pergi,
dll.
Dari beberapa pengertian al-isytiqoq di atas, maka sebagaian penulis
merumuskan beberapa persyaratan al-isytiqoq, yaitu sebagai berikut :
a. Kata yang lahir dari proses al-isytiqoq harus memiliki kata asal

3Ibid , hlm.186-187
4Defenisi di atas mengakomodir pengertian yang al-isytiqoq menurut ulama Nahu (an-
Nuhah), ulama Sharf (ash-Sharfiyun), dan ulama bahasa (ulama’ al-lughah). Ulama Nahu
membatasi al-isytiqoq dengan kata yang berbentuk kata benda dan kata sifat yang terdiri dari
isim fa’il, isim maf’ul, ash-shifah al-musyabbahah dan af’al at-tafdhil. Sementara itu, menurut
ulama Sharf, ruang lingkup al-isytiqoq menurut mereka lebih luas dari pada pendapat ulama
nahu. Menurut mereka, istiqoq itu selain dari aspek-aspek yang dikemukakan oleh ulama nahu
tersebut, mereka menambahkan dengan isim zaman, isim makan, dan isim alah, fi’il madhi,
mudhari’ dan amar. Ahli bahasa memberikan ruang lingkup yang lebih luas tentang al-isytiqoq
bila dibandingkan dengan kedua pendapat di atas. Menurut linguist, isytiqoq mencakup segala
kata yang menjadi turunan dari kata yang lain, meskipun berbeda urutan hurufnya dengan kata
asalnyaseperti halama, malaha, lahama, Amin Ali Sayyid, Fi ‘llmi Ash-Sarf, (Mesir : Dar al-
Ma’rifah, 1976), hlm. 18-19
5 Muhammad As’ad an-Nadiri, Fiqh al-Lugah Manahi wa Masailuh, (Beirut : al-Maktabah

al-‘Ashriyah, 2009), hlm.257

16 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Ali Musa Lubis

b. Ada persamaan huruf-huruf asalnya dengan huruf-huruf pada kata


asalnya
c. Mempunyai hubungan (al-munasabah) pada makna katanya6

C. Beberapa Pandangan Ulama Mengenai al-Isytiqoq


Keberadaan al- isytiqoq –seperti pengertian di atas- menjadi
perdebatan di kalangan para linguist Arab. Sebagian ada yang mengakui
keberadaan al-Isytiqoq dan sebagian yang lain tidak mengakuinya.
Perbedaan ini berawal dari pandangan mereka tentang kata keberadaan
kata dalam bahasa Arab. Sebagian ahli bahasa berpendapat bahwa
sebagian kata ada yang musytaq dan ada yang goiru musytaq (jamid).
Kelompok ahli bahasa modern melihat bahwa semua kata adalah
musytaq dan menurut kelompok yang lain melihat bahwa semua kata
dalam bahasa Arab adalah kata dasar tidak ada isim musytaq.7
Sehubungan dengan itu, Emil Badi’ Ya’qub, mengklassifikasikan
sikap para ahli bahasa tentang keberadaan al-isytiqoq kepada tiga
kelompok . Kelompok pertama adalah kelompok yang mengakui
keberadaan al-Isytiqoq. Di antara tokoh yang mengakui adanya al-
isytiqaq adalah kelompok ahli bahasa seperti al-Ashmu’i (w. 216 H),
Quthrub (w.206 H), al-Akhfasy (w. 210 H), Abû Nashr al-Bahilî, al-
Mufadhal Ibn Salmah, al-Mubarrad Ibn Duraid (w.321 H), al-Zajjaj, Ibn
al-Sarrâj, al-Rumani (386 H), al-Nuhâs, az-Zuzaj, Sibawaih dan lain
sebagainya. Mereka sepakat bahwa sebagian kata ada yang musytâq,
namun ada pula yang tidak musytaq (jamid) 8.
Menurut kelompok ini, setiap kata yang ada persamaan hurufnya
dengan kata lain, meskipun jumlah hurufnya tidak sama banyak antara
satu dengan yang lain, misalnya kata ar-rahl (‫ )الرحل‬berasal dari kata
‫ رحيل‬rahil, maka kata tersebut telah mengalami proses isytiqoq.

6 Muhamammd As-‘ad an-Nadiri, 257. Pendapat yang sama juga disampaikan oleh at-

Tahanawi, seperti dikutip oleh emil Badi’ Yakub, hlm. 187


7 Ibid
8 Ibid., hlm. 191. Lihat juga Ramadhan Abd at-Tawwab, Fushul fi Fiqh al-Lughah,
(Kairo: Maktabah Khanji, 1999), hlm. 292

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 17


Pengembangan Kosa Kata...

Kelompok kedua adalah yang menolak keberadaan al-Isytiqoq secara


mutlak. Pendapat seperti ini adalah pendapat yang paling sedikit
pengikutnya. Di antara ahli yang termasuk kelompok ini adalah As-
Suyuthi, Ibrahim Anis, dan Fuad Tarziri dan al-Sirrafi (w. 368 H).
Alasannya, menurut mereka, tidak ada jalan mengkiaskan kalimat
bahasa Arab. Menurut kelompok ini, kalimat bahasa Arab itu bersifat
aksiomatis (tauqifi). Menurut kelompok ini, suatu kata mirip dengan
yang lain, bukan karena terjadi proses al-isytiqoq, akan tetapi kata-kata
tersebut keadaannya telah lahir awal.9
Kelompok ketiga adalah kelompok moderat. Pendapatnya berada di
antara dua kutub yang berbeda di atas, yaitu pendapat yang tidak
menerima sepenuhnya dan tidak pula menolak sepenuhnya.10 Ini berarti
kosa kata bahasa Arab, baik isim maupun fi’il, ada yang bisa
dikembangkan dan melahirkan kosa kata baru dan ada kosa kata yang
tidak bisa berkembang. Kosa kata yang mengalami prose drivasi dalam
istilah ilmu bahasa Arab disebut al-musytaqqot dan yang tidak
mengalami disebut al-jamid.

D. Sekilas tentang Kajian al-isytiqoq


Menurut Emil Badi’ Ya’qub, Sampai pertengahan abad keempat
hijriyah, kajian al-isytiqâq hanya berbicara seputar kata yang
bersesuaian antara lafazh dan makna dan memiliki persamaan dalam
runtutan huruf. Pembahasan ini dinamakan dengan isytiqaq al-shaghîr
atau ashghar. Pada akhir abad keempat Ibn Jinn menambah pembahasan
tentang proses isytiqoq dalam bentuk pembentukan suatu kata dari kata
yang lain, dengan menukar salah sebagian hurufnya dengan huruf yang
lain. Meskipun ada pertukaran huruf dari bentuk asalnya, namun kedua
kata tersebut memiliki keterkaitan makna. Istiqoq seperti ini kemudian
diistilahkan dengan isytiqaq kabir. Tokoh yang pertama mempunyai ide

9 Ibid., hlm. 203


10 Emi Badi’, op.cit., hlm. 86

18 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Ali Musa Lubis

mengenai isytiqaq ini adalah Ibn Jinni. Setelah itu, ahli bahasa modern
mulai mengkaji pula al-isytiqoq al-kubbar.11

E. Jenis-jenis al-Isytiqaq
Di kalangan penulis, ada perbedaan pendapat dalam membagi
jenis-jenis al-isytiqoq. Emil Badi’ Ya’qub membagi al-isytiqoq kepada
dua bagian, yaitu al-isytiqoq shagir atau ashgor dan al-isytiqoq kabir
atau akbar12. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Ibn Jinni,
seperti dikutip oleh Matsna.13 Berbeda dengan itu, Muhammad As’ad
membagi al-isytiqoq kepada empat macam, yaitu : al-istiqioq ash-shagir
atau ashgor, al-isytiqoq kabir atau al-qolb, al-isytiqoq al-akbar atau al-
ibdal dan al-isytiqoq al-kubbar atau an-naht14 Subhi ash-Shalih dalam
kitab Dirosat fi Fi Fiqh al-Lughah. Ia mengelompokkan isytiqoq kepada
empat jenis, yaitu al-isytiqoq shagir, al-isytiqoq kabir al-isytiqoq akbar,
dan al-isytiqoq al-kubbar. Sementara itu, Abd Waid al-Wafi membagi
al-Isytiqoq kepada tiga macam, yatiu istiqoq al-‘am, al-isytiqoq ash-
shagir, dan al-istiqoq al-kabir.15 Berikut penjelasan dari jenis-jenis al-
isytiqoq
1. Al-Isytiqaq al-Shagir (‫)اإلشتقاق الصغير‬
Istilah lain bagi jenis al-isytiqoq ini adalah al- Isytiqoq al-‘am atau
Isytiqoq al- Ashgar.16 Pembentukan kata dengan Istiqoq ini adalah yang
paling strategis karena paling banyak digunakan. Jika ada istilah al-
isytiqoq tanpa mengaitkannya dengan yang lain, maka maksudnya
adalah al-isytiqoq shagir.17 Al-Isytiqoq shagir adalah proses
pembentukan suatu kata yang berasal dari kata yang lain, dengan syarat

11 Ibid., hlm. 188


12 Ibid., 188-197
13 Matsna, op.cit., hlm. 183-184
14 As’ad, op.cit., hlm. 257
15 Ramadhan Abd. Tawwab, op.cit., hlm. 76
16 Emil Badi’, op.cit., hlm. 188
17 Ibid., hlm. 188-189. Lihat juga Muhammad As’d, Op.cit., hlm. 257

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 19


Pengembangan Kosa Kata...

adanya persamaan makna, huruf-huruf asalnya dan urutan hurufnya18,


seperti isim fail "‫"كاتب‬, isim maf’ul “‫ ”مكتوب‬fi’il madhi "‫”كاتب‬, dll.
Diambil dari bentuk mashdarnya, yaitu kata ‫ كتابة‬menurut pendapat al-
Bashriyyun dan dari bentuk fi’il madhi mujarrod menurut al-Kufiyyun.19
Dengan demikian, ‫اإلشتقاق الصغير‬/al-Isytiqâq al-Sagîr/mencakup
‫ التصريف اللغوي‬yang terdiri bentuk fi’il madhi, mudhari’ amar, isim fa’il,
isim maf’ul, nahi, isim zaman, dan isim makan yang terdiri fi’il
mujarrod, mazid baik mazid biharfin, biharfain,rtsulatsi, maufun mazid
bi tsalatsah ahruf
2. Al-Isytiqaq al-Kabir (‫)اإلشتقاق الكبير‬
Al-Isytiqoq al-Kabir disebut juga Al-Qalab al-Lughawy. Menurut
Emil Badi’ Ya’qub, yang dimaksud dengan ‫( اإلشتقاق الكبير‬Isytiqoq al-
Kabir) yaitu:
20
‫هو أن يكون بني لكمتني تناسب ىف اللفظ واملعىن دون ترتيب احلروف‬

Artinya: “Dua kata yang memiliki persamaan pada lafaz dan makna,
tanpa memperhatikan urutan huruf .”

18 Ibid., Pengertian yang sama juga dikemukakan oleh Matsna. Menurutnya al -isytiqoq
ash-shagir adalah suku kata yang telah mengalami perubahan bentuk yang urutan hurufnya tidak
mengalami pergeseran tempat
19 Ulama Bashrah dan Kufah berbeda pendapat tentang Asal pengambilan kata dalam

bahasa Arab (ashlu al-Musytaqqot). ulama Kufah sepakat bahwa asal isytiqoq itu adalah fi’il
madhi tsulatsi mujarrod sedangkan ulama Bashrah asal dari al-isytiqoq adalah mashdar. Ada
lima alasan bagi ulama Kufah mengatakan bahwa asal mustaqqot adalah fiil madhi . Pertama,
masdar bergantung pada kata fi’il. Apabila kata fiil mu’tal maka mashdar pun akan mu’tal dan
apabila ia shahih, maka ia pun shahih seperti pada kata ‫قاوم قواما‬.dan ‫ قام قياما‬Kedua, Fi’il
memfungsikan mashdar seperti pada kalimat ‫ ضربت ضربا‬Ketiga kata mashdar berfungsi
menguatkan kata fi’il. Kedudukan yang mengutkan tentunya lebih pantas dari pada yang
dikuatkan. Keempat, Ada sejumlah fi’il yang tidak memiliki kata mashdar seperti kata ‫ليس‬
Kelima, mashdar tidak tergambar maknanya selama kata fi’ilnya. Oleh karena itu, fi’il pantas
menjadi asal bagi kata yang musytaqqot. mashdar menunjukkan satu peristiwa sedangkan kata
fi’il mengandung beberapa makna peristiwa. Satu adalah sumber bagi dua. Karena itu, maka
masdar adalah sumber tempat pengambilan fi’il. Kelima, masdar hanya satu sedangkan fi’il lebih
dari satu. Karena itu, maka mashdar adalah sumber bagi fi’il. Keenam,Makna Kata fi’il sesuai
dengan makna masdar. Karena itu kata fiil merupakan turunan dari mashdar. Ketuju, Kalau saja
mashdar berasal dari kata fi’il, maka masdar kan terbentu dengan jalan analogi. Emil, hlm.192-
193
20 Emil, hlm.198

20 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Ali Musa Lubis

Dengan kata lain, al-Isytiqaq al-Kabir adalah sebuah proses


pembentukan kata dalam bahasa Arab dengan cara membolak- balik
posisi huruf asalnya, sehingga dapat menimbulkan kata dan makna baru,
namun antara satu sama lain memiliki keterkaitan makna. Tokoh yang
banyak memberikan perhatian kepada al-isytiqoq ini adalah Ibn Jinni
Contoh, kata ‫حمد‬/hamida/ bisa dibentuk menjadi ‫مدح‬/madaha/ yaitu
menukar posisi fonem ‫م‬/mim/ dari tengah ke depan. Kata ‫حمد‬/hamida/
berati “memuji, berterimakasih”, kata ‫مدح‬/madaha/ juga berarti
“memuji”. Kata “‫ ”قال‬/qâla/ misalnya, berarti “berkata”,
mengisyaratkan gerakan yang mudah dari mulut dan lidah. Dari kata
“‫ ”قال‬tersebut terbentuk beberapa kata baru dan makna baru juga. Seperti
jika kita mendahulukan “‫ ”و‬/wawu/ kemudian “‫ ”ق‬/qâf/ dan kemudain
“‫ ”ل‬/lam/, sehingga ia menjadi “‫ ”وقل‬/waqala/, maka salah satu
artinya adalah “mengangkat satu kaki dan memantapkan kaki yang
lain di bumi”.
Makna ini menunjukkan makna asal dari kata tersebut di atas,
yaitu adanya suatu “gerakan”. Kemudian jika anda mendahulukan “‫”ل‬
/lam/, kemudian “ ‫ ”ق‬/qaf/ dan “ ‫ ”و‬/waw/ sehingga menjadi “‫”لقو‬
/laqwun/, maka di antara maknanya adalah “angin yang menimpa
seseorang sehingga menggerakkan wajahnya”. Dalam bahasa medis
disebut dengan tekanan darah tinggi atau strok. Dari akar kata yang sama
muncul pula kata “‫ ”لقي‬/laqiya/ yang berarti “bergerak menuju sesuatu
untuk bertemu”. Makna ini juga menunjukkan kepada makna asal yaitu
“bergerak”.21
3. Al-Isytiqâqu al-Akbar (‫)اإلشتقاق األكبر‬
Al-Isytiqoq al-akbar disebut juga dengan istilah al-Ibdal al-
Lughawi22, bukan ibdal ash-sharfi. Adapun yang dimaksud dengan
‫ اإلشتقاق األكبر‬menurut Emil Badi’Ya’qub adalah:

21 H. M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1998), hlm. 94 - 95.


22 Al-Ibdal (penukaran huruf ) dibagi kepada dua macam. Pertama al-Ibdal al-Lugowi dan
Kedua al-ibdal ash-Sharfi. Al-Ibdal ash-saharfi adalah terjadinya pergantian huruf pada tempat
tertentu dalam kosa bahasa Arab dengan huruf yang lain, seperti mengganti huruf dengan wau

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 21


Pengembangan Kosa Kata...

‫بعض املجمووت الوووتيب بو عض املعوات اطت اموا تيوا د يت يو‬


.‫ بل برتتيب األصيل وانلوع اذلي تن طج حتته‬،‫باألصوا نفسها‬
Artinya: “Adanya hubungan umum sebagian satuan bunyi dengan
sebagian makna.Hubungan itu tidak terikat oleh bunyi suara,
tetapi terikat dengan susunan asalnya serta jenis yang
termasuk di dalamnya”.23 Muhammad As’ad menjelaskan al-
Isytiqoq akbar terjadi apabila ada dua kata yang memiliki
hubungan makna dan sama huruf-huruf asalnya dan memiliki
persamaan dalam artikulasi huruf-huruf yang berubah seperti
kata ‫ نهق‬dengan ‫نعق‬. Kata ‫كلم‬memiliki hubungan makna
dengan kata ‫ لكم‬Kata ‫ كلم‬sangat memiliki hubungan makna
dengan ‫ لكم‬yang berati tinju atau pukulan keras.
Al-Isytiqoq al-Akbar biasanya juga disebut dengan ‫ اإلبدال‬karena
terjadi penukaran huruf pada sebuah kata dengan huruf yang lain yang
mirip dari segi makhrajnya atau cara m engartikulasikannya sehingga
lebih mudah untuk diucapkan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh-contoh dalam tabel
berikut ini :
Proses “ ‫ ”اإلبدال‬bunyi Asal Kata Menjadi
Huruf “‫" ه‬dengan huruf “‫”ن‬ ‫نهق‬ ‫نعق‬
Huruf “‫ ’ك‬dengan huruf”‫”ل‬ ‫كلم‬ ‫لكم‬
Menukar “‫ ”ت‬menjadi “‫”د‬ ‫ادتعى‬ ‫ادعى‬

dengan pada pada kata ‫صام‬, ‫قام‬,‫سار‬,dll. Ulama sharf sangat konsen dengan pembahasan pertukaran
huruf dalam bahasa Arab. Mereka berbeda pendapat tentang jumlah huruf yang mengalami
pertukaran. Ada yang berpendapat Sembilan huruf, ada yang mengatakan sebelas huruf dan ada
juga yang dua belas huruf. Kedua al-ibdal al-Lughawi cakupannya lebih luas daripada al-ibdal
ash-sarfi karena huruf-huruf yang dibisa diganti dengan yang lain lebih banyak dari pada huruf-
huruf yang ada pada ibdal ash-sharfi. Berkaitan dengan huruf-huruf yang bias diganti pada al-
ibdal al-lugowi para ulama berbeda pendapat. Ada berpendapat seluruh huruf hijaiyah dan
pendapat lain mengatakan harus huruf yang mirip (mutaqoribah) antara huruf yang mengganti
dan huruf yang diganti. Emil, hlm. 206
23Ibid., hlm. 205.

22 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Ali Musa Lubis

Menukar “‫ ”و‬menjadi “‫”ا‬ ‫قوم‬ ‫قام‬


Menukar “‫ ”ت‬menjadi “‫"ط‬ ‫اصتنع‬ ‫اصطنع‬

Memperhatikan pembentukan kata dalam bahasa Arab dapat


diketahui bahwa bahasa Arab memiliki sistem pembentukan kata yang
lebih beragam dan lebih variatif dibanding dengan bahasa Indonesia,
bahasa Inggris dan bahkan semua bahasa yang ada di dunia. Dengan
demikian, sangat wajar bahasa Arab adalah bahasa yang memiliki kosa
kata terbanyak di dunia.

F. Kesimpulan
Di Ketahui bahwasanya para ulama terdahulu banyak berpendapat
tentang makna dari isytiqaq itu sendiri, di antaranya Menurut Ya’qub,
yaitu membentuk kata dari kata yang lain dengan berbagai perubahan,
namun tetap memiliki hubungan makna.
Menurut Syahin, yaitu membuat bentuk kata dari kata yang lain dan
terjadi perubahan pada bentuk dan makna.”
a. Macam-macam Isytiqaq
1.) Al-Isytiqaqu al-Shagir
2.) Al-Isytiqaqu al-Kabir
3.) Al-Isytiqaqu al-Akbar
b. Beberapa Pandangan Mengenai Isytiqaq yaitu :
1.) Menurut Tamam Hasan isytiqaq
2.) Al-Jurjani dalam karyanya al-Ta’rifat
3.) Muhammad al-Tunji
c. Hubungan Isytiqaq dengan Bahasa
Isytiqaq sangat mempengaruhi dalam membuat syair. Ketika ada
syi`ir yang diperkirakan qafiyahnya tidak serasi maka ahli bahasa
mempunyai kesempatan untuk merubah yaitu dengan cara isytiqâq dan

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 23


Pengembangan Kosa Kata...

lain sebagainya. Oleh karena itu, isytiqâq merupakan salah satu yang
sangat membantu dan mempengaruhi proses berjalannya bahasa.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghalayani, Mustofa. Jamiudurus al-‘arabiyah, Beirut Libanon :
Darul Fikr, 1987.
An-Nadiri, Muhammad As’ad. Fiqh al-Lugah Manahi wa Masailuh,
Beirut : al-Maktabah al-‘Ashriyah, 2009.
At-Tawwab, Ramadhan Abd. Fushul fi Fiqh al-Lughah, Kairo:
Maktabah Khanji, 1999.
HS, Moh. Matsna. Kajian Arab Klasik dan Kontemporer, Jakarta :
Prenadamedia, 2016.
Ma’lûf, Louwis. al-Munjid fi al-Lugah wa al-A’lam, cet. Ke- 32, Beirût:
Dar al- Masyriq, 1992.
Sayyid, Amin Ali. Fi ‘llmi Ash-Sarf, Mesir : Dar al-Ma’rifah, 1976.
Shihab, M. Quraish. Mukjizat Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1998.
Syâhîn, Taufîq Muhammad. ‘Awâmil al-Tanmiyah li Al-Lugah al-
:Arabiyah, Kairo: Maktabah Wahbah, 1980 M/1400 H.
Ya’qub, Emil Badi’. Fiqh al-Lugah al-Arabiyah wa Khashaishuha,
Beirut : Dar ats-Tsaqofah al-Islamiyah, tth.

24 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Drs. Ali Usmar, M.Pd

PROBLEMATIKA DAN SOLUSI OTONOMI PENDIDIKAN

Drs. Ali Usmar, M.Pd

Abstrak
Permasalahan dan solusi otonomi pendidikan. Otonomi pendidikan
memiliki dampak positif dan negatif, dampak negatifnya yaitu
kecenderungan setiap pemerintah lebih egois untuk mementingkan
daerahnya sendiri tanpa menyadari harus selalu berinteraksi
dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah lainnya. Salah
satunya adalah bidang pendidikan dengan penerapan manajemen
berbasis sekolah masih mengalami banyak kendala.
Pemberlakuan sistem desentralisasi akibat pemberlakuan Undang-
undang No. 22 Tahun 1999 tentang otonomi pemerintahan daerah,
memberi dampak terhadap pelaksanaan pada manajemen
pendidikan yaitu manajemen yang memberi ruang gerak yang lebih
luas kepada pengelolaan pendidikan untuk menemukan strategi
berkompetisi dalam era kompetitif mencapai output pendidikan yang
berkualitas dan mandiri. Kebijakan Desentralisasi akan
berpengaruh secara signifikan dengan pembangunan pendidikan.
Setidaknya ada 4 dampak positif untuk mendukung kebijakan
desentralisasi pendidiikan, yaiitu : 1) Peningkatan Mutu, yaitu
dengan kewenangan yang dimiliki sekolah maka sekolah lebih
leluasa mengelola dan memberdayakan potensi sumber daya yang
dimiliki; 2) Efisiensi Keuangan, hal ini dapat dicapai dengan
memanfaatkan sumber-sumber pajak lokal dan mengurangi biaya
operasional; 3) Efisiensi Administrasi, dengan memotong mata
rantai birokrasi yang panjang dengan menghilangkan prosedur
yang bertingkat-tingkat; 4) Perluasaan dan pemerataan, membuka
peluang penyelenggaraan pendidikan pada daerah pelosok sehingga
terjadi perluasaan dan pemerataan pendidikan. Bidang pendidikan,
otonomi akan memberdayakan aparat tingkat daerah dan lokal
sehingga memberikan hasil yang lebih baik. Dibidang pendidikan
sendiri otonomi diberikan sampai pada tingkat sekolah.
Kata Kunci: Problematika, Solusi dan Otonomi Pendidikan

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 25


Problematika Dan Solusi...

A. Pendahuluan
Desentralisasi pendidikan mengharuskan diperkuat landasan dasar
pendidikan yang demokratis, transparan, efisien dan melibatkan
partisipasi masyarakat daerah.1 Pendidikan merupakan faktor penentu
keberhasilan pembangunan manusia, karena pendidikan berfungsi
sebagai pengembang pengetahuan, ketrampilan, nilai dan kebudayaan.
Melalui pendidikan aspek mental, rasionalitas, martabat, etika dan
estetika dapat ditanamkan. Namun, sistem desentralisasi pendidikan ini
belum segala-galanya apabila tidak diikuti usaha-usaha perbaikan
diberbagai bidang (Tilaar, 2000), karena pendidikan di Indonesia
menghadapi sejumlah tantangan yang timbul akibat proses globalisasi,
dan adanya krisis multi dimensi yang berakibat pada perubahan
perencanaan, kebijakan, manajemen, dan lain-lain.
Desentralisasi pendidikan dapat terjadi dalam tiga tingkatan, yaitu
Dekonsentrasi, Delegasi dan Devolusi (Florestal, 1997). Dekonsentrasi
adalah proses pelimpahan sebagian kewenangan kepada pemerintahan
atau lembaga yang lebih rendah dengan supervisi dari pusat. Sementara
Delegasi mengandung makna terjadinya penyerahan kekuasaan yang
penuh sehingga tidak lagi memerlukan supervisi dari pemerintah pusat.
Pada Tingkat Devolusi di bidang pendidikan terjadi apabila
memenuhi 4 ciri, yaitu: 1) terpisahnya peraturan perundangan yang
mengatur pendidikan di daerah dan di pusat; 2) kebebasan lembaga
daerah dalam mengelola pendidikan; 3) lepas dari supervisi hirarkhis
dari pusat dan 4) kewenangan lembaga daerah diatur dengan peraturan
perundangan. Berdasrakan ciri-ciri tersebut, proses desentralisasi
pendidikan di Indonesia berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 lebih
menjurus kepada Devolusi, yang peraturan pelaksanaannya tertuang
pada Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000, seluruh urusan
pendidikan dengan jelas menjadi kewenangan Pemerintah Daerah
Kabupaten/ Kota, kecuali Pendidikan Tinggi. Kewenangan Pemerintah

1 Hasbullah, Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah Dan Implikasinya


Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan (PT Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2007), hal. 66.

26 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Drs. Ali Usmar, M.Pd

Pusat hanya menetapkan standar minimal, baik dalam persyaratan calon


peserta didik, kompetensi peserta didik, kurikulum nasional, penilaian
hasil belajar, materi pelajaran pokok, pedoman pembiayaan pendidikan
dan melaksanakan fasilitasi (Pasal 2 butir 11).2
Dalam konteks otonomi pendidikan, secara alamiah (nature)
pendidikan adalah otonom. Otonomi pada hakikatnya bertujuan untuk
memandirikan seseorang atau suatu lembaga atau suatu daerah, sehingga
otonomi pendidikan mempunyai tujuan untuk memberi suatu otonomi
dalam mewujudkan fungsi manajemen pendidikan kelembagaan. Namun
sejak dilaksanakannya otonomi pendidikan, ternyata pelaksanaannya
belum berjalan sebagaimana diharapkan, justeru pemberlakuan otonomi
membuat banyak masalah yaitu mahalnya biaya pendidikan (Berita
Kota, 2003).
Sedangkan, pengertian otonomi pendidikan sesungguhnya
terkandung makna demokrasi dan keadilan sosial, artinya pendidikan
dilakukan secara demokrasi sehingga tujuan yang diharapkan dapat
diwujudkan dan pendidikan diperuntukkan bagi kepentingan
masyarakat, sesuai dengan cita-cita bangsa dalam mencerdaskan
bangsa.3

B. Pembahasan
1. Konsep Otonomi Pendidikan
Menurut Dressel, otonomi berkenaan dengan “kemandirian”
(independensi) atau pemerintahan sendiri (Autonomy refers to
independence of to selft government). Sedangkan Berdhal,
sebagaimana dikutip oleh Dressel, membedakan aspek-aspek
otonomi ke dalam dua (2) hal, yaitu: 1) substantive, dan 2)
Prosedural.

2 UU No. 22 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000.


3 Pembukaan Undang Undang Dasar 1945.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 27


Problematika Dan Solusi...

Otonomi substantif berkenaan dengan hak yang mempengaruhi


hal yang substansial sebagaimana dibedakan antara zat dengan
bentuk (matter and form). Zat substansi adalah sesuatu yang secara
material mempengaruhi keinginan-keinginan orang, yang dijamin
dan dilindungi oleh hukum. Hak-hak substantive adalah apa saja
yang secara mendasar, diakui, atau sudah ada sebelumnya, seperti
kehidupan, kebebasan, kemakmuran, dan reputasi. Semuanya
menjadi hak pribadi dan dijamin dalam tatanan hukum masyarakat.
Cakupan luasnya otonomi substantive bagi individu, organisasi, atau
kelompok adalah tanggung jawab dan akuntabilitas. Kepada mereka
yang mendapat otonomi harus menerima tugas-tugas dan
kewajiban-kewajiban tertentu.
Otonomi prosedural berkenaan dengan pelaksanaan otonomi
substantive, ia juga melibatkan tampilan-tampilan yang dilakukan
ketika otonomi substantive mungkin telah dilanggar. Asal mula
istilah otonomi prosedural bersandar pada konsep hukum dari
prosedur hukum, seperti pelaksanaan legitimasi, termasuk metode-
metode gugatan, fakta dan praktik, dan lain-lain. Dengan demikian,
otonomi prosedural mencakup keputusan, operasi, dan kebijakan
yang mencirikan cara yang digunakan oleh organisasi atau lembaga
dalam menggunakan sumber-sumbernya.
Dari batasan konsep otonomi di atas, maka pengertian otonomi
adalah kemandirian suatu organisasi atau daerah untuk mengatur
dan mengurus dirinya sendiri, baik secara substantif maupun
prosedural. Pengertian otonomi dalam konteks desentralisasi
pendidikan, menurut Tilaar mencakup enam aspek, yakni: (1)
Pengaturan perimbangan kewenangan pusat dan daerah, (2)
Manajemen partisipasi masyarakat dalam pendidikan, (3) Penguatan
kapasitas manajemen pemerintah daerah, (4) pemberdayaan bersama
sumber daya pendidikan, (5) hubungan kemitraan “stakeholders”
pendidikan; (6) pengembangan infrastruktur sosial.

28 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Drs. Ali Usmar, M.Pd

Otonomi pendidikan menurut Undang-Undang Sistem


Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 adalah terungkap pada
Bab Hak dan Kewajiban Warga Negara, Orang tua, Masyarakat dan
Pemerintah. Pada bagian ketiga Hak dan Kewajiban Masyarakat
Pasal 8 disebutkan bahwa “Masyarakat berhak berperan serta dalam
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program
pendidikan; Pasal 9 Masyarakat berkewajiban memberikan
dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan.”4
Begitu juga pada bagian keempat Hak dan Kewajiban
Pemerintah dan Pemerintah Daerah, pasal 11 ayat (2) “Pemerintah
dan Pemerintah Daerah wajib menjamin tersedianya dana guna
terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia
tujuh sampai lima belas tahun.” Khusus ketentuan bagi Perguruan
Tinggi, pasal 24 ayat (2) “Perguruan Tinggi memiliki otonomi untuk
mengelola sendiri lembaganya sebagai pusat penyelenggaraan
pendidikan tinggi, penelitian ilmiah, dan pengabdian kepada
masyarakat.”5
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep
otonomi pendidikan mengandung pengertian yang luas, mencakup
filosofi, tujuan, format dan isi pendidikan serta manajemen
pendidikan itu sendiri. Implikasinya adalah setiap daerah otonomi
harus memiliki visi dan misi pendidikan yang jelas dan jauh ke
depan dengan melakukan pengakjian yang mendalam dan meluas
tentang trend perkembangan penduduk dan masyarakat untuk
memperoleh konstruk masyarakat di masa depan; dan tindak
lanjutnya, merancang sistem pendidikan yang sesuai dengan
karakteristik budaya bangsa Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika
dalam perspektif tahun 2020.
Kemandirian daerah itu harus diawali dengan evaluasi diri,
melakukan analisis faktor internal dan eksternal daerah guna

4 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003.


5 Ibid.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 29


Problematika Dan Solusi...

mendapat suatu gambaran nyata tentang kondisi daerah sehinga


dapat disusun suatu strategi yang matang dan mantap dalam upaya
mengangkat harkat dan martabat masyarakat daerah yang berbudaya
dan berdaya saing tinggi melalui otonomi pendidikan yang bermutu
dan produktif.
2. Permasalahan dalam pelaksanaan Otonomi Pendidikan
Pemerintah telah menetapkan bahwa peningkatan kualitas
sumber daya melalui pendidikan merupakan perioritas nasional,
karena pendidikan dipandang sebagai faktor penentu keberhasilan
pembangunan manusia baik pengetahuan, ketrampilan, nilai dan
kebudayaan (Mochtar Buchori, 2001). Melalui pendidikan, aspek-
aspek mental, rasionalitas, martabat, etika dan estetika dapat
ditanamkan (Fauzan, 1999).
Perubahan peta politik pemerintahan telah bergeser dari
semangat sentralistik menjadi semangat desentralistik, sejak
diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan
Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 Tentang Pertimbangan
Keuangan antara pusat dan Daerah. Dan kemudian diperkuat dengan
keluarnya UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
dan UU No. 33 Tahun 2004 Tentang Pertimbangan Keuangan antara
Pusat dan Daerah. Perubahan politik pemerintahan tersebut
berdampak pada ragam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.6
Untuk itu, pemberian otonomi pendidikan harus diartikan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam penyelenggaraan
pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pemberian
otonomi pendidikan akan memberi pengaruh negatif maupun positif
dalam proses sistem perencanaan, pengelolaan dan pengawasan
pendidikan, seperti yang dialami negara lain yang telah

6 Muh. Tasrif Azkari, dkk, The Forest Policy Of Regional Autonomy Era And Implications

Revenue (Pad) And Forest Conservation In Gowa Regency (Makassar: Program Pasca Sarjana
UNHAS, Dowload Pdf 2015), hal. 1.

30 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Drs. Ali Usmar, M.Pd

berpengalaman melaksanakan desentralisasi pendidikan.


Pelaksanaan desentralisasi pendidikan atau disebut Otonomi
Pendidikan masih belum sepenuhnya berjalan sesuai dengan yang
diharapkan, disebabkan karena kekurang-siapan pranata sosial,
politik dan ekonomi.
Otonomi pendidikan akan memberi efek terhadap kurikulum,
efisiensi administrasi, pendapatan dan biaya pendidikan serta
pemerataannya. Ada 6 faktor yang menyebabkan pelaksanaan
otonomi pendidikan belum jalan, yaitu :1). Belum jelas aturan
permainan tentang peran dan tata kerja ditingkat kabupaten dan
kota. 2). Pengelolaan sektor publik termasuk pengelolaan
pendidikan yang belum siap untuk dilaksanakan secara otonom
karena SDM yang terbatas serta fasilitas yang tidak memadai. 3).
Dana pendidikan dari APBD belum memadai. 4). Kurangnya
perhatian pemerintah maupun pemerintah daerah untuk lebih
melibatkan masyarakat dalam pengelolaan pendidikan. 5) Otoritas
pimpinan dalam hal ini Bupati/ Walikota sebagai penguasa tunggal
di daerah kurang memperhatikan dengan sungguh-sungguh kondisi
pendidikan di daerahnya sehingga anggaran pendidikan belum
menjadi perioritas utama. 6) kondisi dari setiap daerah tidak
memiliki kekuatan yang sama dalam penyelenggaraan pendidikan
disebabkan perbedaan sarana, prasarana dan dana yang dimiliki.
Hal ini mengakibatkan akan terjadinya kesenjangan antar
daerah, sehingga pemerintah perlu membuat aturan dalam
penentuan standar mutu pendidikan nasional dengan memperhatikan
kondisi perkembangan kemandirian masing-masing daerah.
3. Pelaksanaan Otonomi Daerah dalam Pendidikan
Pelaksanaan otonomi pendidikan di Indonesia merupakan tugas
yang berat, yang harus dilaksanakan. Pemberian otonomi
pendidikan tidak cukup hanya diberikan pada tingkat propinsi,
kabupaten/ kota, namun idealnya harus sampai pada tingkat sekolah/
unit kerja. Kepala sekolah, guru, tenaga administrasi dan tenaga

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 31


Problematika Dan Solusi...

pelaksana diberi tanggungjawab besar dalam melaksanakan otonomi


pendidikan tersebut.
Otonomi pendidikan yang benar harus bersifat accountable,
artinya kebijakan pendidikan yang diambil harus selalu
dipertanggung-jawabkan kepada publik, karena sekolah didirikan
merupakan istitusi publik atau lembaga yang melayani kebutuhan
masyarakat. Otonomi tanpa disertai dengan akuntabilitas publik bisa
menjurus menjadi tindakan yang sewenang-wenang. Berangkat dari
ide otonomi pendidikan muncul beberapa konsep sebagai solusi
dalam menghadapi kendala dalam pelaksanaan otonomi pendidikan,
yaitu :
a. Meningkatkan Manajemen Pendidikan Sekolah
Menurut Wardiman Djajonegoro (1995) bahwa kualitas
pendidikan dapat ditinjau dari segi proses dan produk.
Pendidikan disebut berkualitas dari segi proses jika proses
belajar mengajar berlangsung secara efektif, dan peserta didik
mengalami pembelajaran yang bermakna. Pendidikan disebut
berkualitas dari segi produk jika mempunyai salah satu ciri-ciri
sebagai berikut : a) peserta didik menunjukkan penguasaan
yang tinggi terhadap tugas-tugas belajar (learning task) yang
harus dikuasai dengan tujuan dan sasaran pendidikan,
diantaranya hasil belajar akademik yang dinyatakan dalam
prestasi belajar (kualitas internal); b) hasil pendidikan sesuai
dengan kebutuhan peserta didik dalam kehidupan sehingga
dengan belajar peserta didik bukan hanya mengetahui sesuatu,
tetapi dapat melakukan sesuatu yang fungsional dalam
kehidupannya (learning and earning); c) hasil pendidikan sesuai
atau relevan dengan tuntutan lingkungan khususnya dunia kerja.
Menghadapi kondisi ini maka dilakukan pemantapan
manajemen pendidikan yang bertumpu pada kompetensi guru
dan kesejahteraannya.

32 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Drs. Ali Usmar, M.Pd

Menurut Penelitian Simmons dan Alexander (1980) bahwa ada


tiga faktor untuk meninkatkan mutu pendidikan, yaitu motivasi
guru, buku pelajaran dan buku bacaan serta pekerjaan rumah.
Dari hasil penelitian ini, tampak dengan jelas bahwa akhir
penentu dalam meningkatkan mutu pendidikan tidak pada
bergantinya kurikulum, kemampuan manajemen dan kebijakan
di tingkat pusat atau pemerintah daerah, tetapi lebih kepada
faktor-faktor internal yang ada di sekolah, yaitu peranan guru,
fasilitas pendidikan dan pemanfataannya; Kepala Sekolah
sebagai top manajemen harus mampu memberdayakan semua
unit yang dimiliki untuk dapat mengelola semua infrastruktur
yang ada demi pencapaian kinerja yang maksimal.
Selain itu, untuk dapat meningkatkan otonomi manajemen
sekolah yang mendukung peningkatan mutu pendidikan,
Pimpinan Sekolah harus memiliki kemampuan untuk: 1)
melibatkan partisipasi dan komitmen dari orangtua dan anggota
masyarakat sekitar sekolah untuk merumuskan dan
mewujudkan visi, misi dan program peningkatan mutu
pendidikan secara bersama-sama; Salah satu tujuan UU No. 20
Tahun 2003 adalah untuk memberdaya-kan masyarakat,
menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran
serta masyarakat, termasuk dalam meningkatkan sumber dana
dalam penyelenggaraan pendidikan.
Melalui otonomi daerah, pengambilan keputusan yang berkaitan
dengan penyelenggaraan pendidikan akan semakin erat
kaitannya dengan kebutuhan masyarakat. Pembentukan Dewan
Pendidikan dan Komite Sekolah dari tingkat propinsi sampai ke
tingkat kecamatan sebaiknya terdiri dari tokoh-tokoh
masyarakat, orangtua siswa, pakar pendidikan dan sebagainya.
Ini merupakan salah satu cara melibatkan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan Menurut Kepmen Diknas No.
044/U/2002 menyebutkan peran yang harus diemban Dewan

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 33


Problematika Dan Solusi...

Pendidikan dan Komite Sekolah adalah : a) Sebagai Advisory


Agency (pemberi pertimbang-an); b) Supporting Agency
(pendukung kegiatan layanan pendidikan); 3) Controlling
Agency (pengontrol kegiatan layanan pendidikan); dan 4)
Mediator atau penghubung atau pengait tali komunikasi antara
masyarakat dengan pemerintah (Ace Suryadi, 2003);2) dapat
merumuskan sasaran program dan indikator pencapaian yang
diikuti dengan upaya pemenuhan standar layanan minimal dari
seluruh komponen sekolah serta mekanisme untuk mencapai
sasaran program tersebut; 3) melaksanakan program “basic skill
test” yang hasilnya menggambarkan hasil akhir sebagai dampak
diterapkannya model manajemen peningkatan mutu berbasis
sekolah; 4) menyusun sendiri perencanaan sekolah baik pada
tataran perencanaan strategik (jangka menengah) maupun
perencanaan operasional (tahunan) termasuk perencanaan
anggaran (RAPBS); 5) dapat mempertanggung jawabkan
tingkat keberhasilan pelaksanaan program dalam bentuk
laporan akuntabilitas yang dapat dilihat dan diperiksa warga
sekolah, orangtua dan masyarakat luas.
Pentingnya pendidikan dengan manajemen yang baik sabagai
aplikasi dari manajemen berbasis sekolah yang merupakan buah
dari otonomi. Manajemen sebagai kerangka kerja yang
melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-
orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud
yang nyata. Manajemen adalah suatu kegiatan, pelaksanaannya
adalah managing (pengelolaan), sedang pelaksananya disebut
manager atau pengelola.7 Menurut Harold Koontz dan Cyril
O’Donnel, manajemen adalah usaha untuk mencapai suatu
tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain.8

7 George R. Terry dan Leslie W. Rue, Dasar-Dasar Manajemen (Jakarta: Bumi Aksara),
2005, hal. 1.
8 Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah (Jakarta: Bumi

Aksara, 2009), hal. 2-3.

34 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Drs. Ali Usmar, M.Pd

b. Membangun Pendidikan Berbasis masyarakat


Satu hal yang perlu disadari adalah pluralitas masyarakat,
budaya, dan geografis Indonesia. Penyeragaman pendidikan
masyarakat sama saja artinya penddikan melawan fakta yang
ada, pendidikan yang tidak membumi. Jadi secara alamiah,
sistem pendidikan yang perlu dibangun dalam era otonomi
adalah pendidikan berbasis masyarakat yang plural itu.
Pendidikan berbasis masyarakat (community-based education)
pada hakekatnya adalah pendidikan yang berasal, berlangsung,
dan berorientasi kepada kebutuhan masyarakat. Sasaran
akhirnya adalah pemberdayaan masyarakat dengan program-
program pendidikan yang menyentuh langsung kehidupan nyata
masyarakat setempat.
Kondisi Sumber Daya yang dimiliki setiap daerah tidak merata
untuk seluruh Indonesia. Untuk itu, pemerintah daerah dapat
melibatkan tokoh-tokoh masyarakat, ilmuwan, pakar berbagai
disiplin yang ada di daerah otonomi, terutama yang terdapat di
kampus sebagai Brain Trust atau Think Thank untuk turut
membangun daerahnya, tidak hanya sebagai pengamat,
pemerhati, pengecam kebijakan daerah.
Sebaliknya, lembaga pendidikan juga harus membuka diri, lebih
banyak mendengan opini publik, kinerjanya dan tentang
tanggung jawabnya dalam turut serta memecahkan masalah
yang dihadapi masyarakat. Intinya, kebijakan publik di daerah
otonomi harus berbasis masyarakat, khusus pembangunan
pendidikan dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya
manusia (SDM) aset dan investasi masa depan daerah otonomi.
Desentralisasi pendidikan memberikan kewenangan kepada
sekolah yang dikenal dengan otonomi pendidikan atau sekolah.
Kewenangan tersebut memberikan ruang gerak yang lebih luas

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 35


Problematika Dan Solusi...

kepada sekolah untuk mengelola sumber daya alam dan sumber


daya manusia sesuai dengan potensi daerah yang ada.9
c. Pengaturan Kebijakan Pendidikan
Pemerintah Pusat mengurangi campur tangan dalam urusan
pendidikan daerah. Pemerintah Pusat hanya diperbolehkan
memberikan kebijakan-kebijakan bersifat nasional, seperti
standard mutu dan pemerataan. Dengan demikian, pemerintah
pusat hanya berperan sebagai fasilitator dan katalisastor.
Langkah awal yang perlu dilakukan ke depan adalah
mengembalikan fungsi negara dan pemerintahan daerah kepada
fungsi yang sebenarnya.
Pemerintah sebagai pelayan publik tidak mesti menyentuh
secara langsung aspek-aspek kehidupan sosial dan ekonomi
masyarakat. Pemerintah hanya berurusan dengan regulasi,
membuat “rule of the games” dan menjaga ketentuan-ketentuan
itu untuk kelancaran penyelengaraan kegiatan sosial dan
ekonomi masyarakat, khusus sektor pendidikan. Untuk
Indonesia, perlu suatu model dan pola baru penyelenggaraan
manajemen kebijakaan publik, termasuk pelayanan pendidikan
dalam era otonomi yang sudah berlangsung beberapa tahun ini.
Model dan pola dimaksud berpedoman kepada prinsip efisiensi
dan efektivitas kebijakan publik. Menurut Iman Chourman,
model dan pola tersebut hanya dapat diwujudkan melalui tiga
hal: Pertama, menerapkan prinsip good governance (Prinisip
pengasuhan/pengayoman dan pelayanan yang baik dan benar);
kedua, kuatnya motivasi pengabdian/priotisme para abdi
negara/penyelenggara negara kepada masyarakat, nusa dan
bangsa; ketiga, proses pengambilan keputusan yang
berdasarkan consensus semua pihak yang berkepentingan.

9 Bedjo Sujanto, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah; Model Pengelolaaan Sekolah


di Era Otonomi Daerah (CV. Sagung Seto: Jakarta, 2007), hal. 36.

36 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Drs. Ali Usmar, M.Pd

Dalam manajemen strategik, membangun sebuah konsensus


dari stakeholder kunci sehingga melahirkan “initial agreement”
adalah ukuran keberhasilan kunci dalam mencapai tujuan
(goals) suatu organisasi. Jadi, ke depan pendekatan kolaboratif
menjadi esensi manajemen kebijakan publik, khususnya
menyangkut pelayanan pendidikan yang dirasakan adil dan
merata oleh masyarakat bangsa Indonesia ke depan.
d. Reformasi Lembaga Keuangan
Perlu dilakukan penataan tentang hubungan keuangan antara
Pusat dan Daerah menyangkut pengelolaan pendapatan
(revenue) dan penggunaannya (expenditure) untuk kepentingan
pengeluaran rutin maupun pembangunan daerah dalam rangka
memberikan pelayanan publik yang berkualitas. Sumber
keuangan diperoleh dari Pendapatan Asli daerah, Dana
perimbangan, pinjaman daerah dan lain-lain pendapatan yang
syah Dengan melakukan pemerataan diharapkan dapat
mendukung pelaksanaan kegiatan pada suatu daerah, terutama
pada daerah miskin.
Bila dimungkinkan dilakukan subsidi silang antara daerah yang
kaya kepada daerah yang miskin, agar pemerataan pendidikan
untuk mendapatkan kualitas sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Berbagai pengalaman
menunjukkan bahwa sumber pendapatan tidak dapat digali
secara optimal karena kondisi daerah, penaksiran tarif pajak
yang tidak relevan dengan kondisi yang ada, petugas pajak yang
kurang bertindak proaktif dan besarnya biaya operasional
pemungutan. Hal ini akan memberi dampak dalam menentukan
keberhasilan lembaga pendidikan, diakibatkan anggaran
pendidikan yang terlalu kecil.
e. Kemauan Pemerintah Daerah melakukan Perubahan
Pada era otonomi, kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh
kebijakan pemerintah daerah. Bila pemerintah daerah memiliki

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 37


Problematika Dan Solusi...

political will yang baik dan kuat terhadap dunia pendidikan, ada
peluang yang cukup luas bahwa pendidikan di daerahnya akan
maju. Sebaliknya, kepala daerah yang tidak memiliki visi yang
baik di bidang pendidikan dapat dipastikan daerah itu akan
mengalami stagnasi dan kemandegan menuju pemberdayaan
masyarakat yang well educated dan tidak pernah mendapat
momentum yang baik untuk berkembang. Otonomi pendidikan
harus mendapat dukungan DPRD, karena DPRD-lah yang
merupakan penentu kebijakan di tingkat daerah dalam rangka
otonomi tersebut. Di bidang pendidikan, DPRD harus
mempunyai peran yang kuat dalam membangun pradigma dan
visi pendidikan di daerahnya.
Salah satu wujud kemauan politik pemerintah daerah otonomi
adalah lahirnya peraturan daerah (Perda) tentang pendidikan
sebagai payung pembangunan pendidikan yang berbasis lokal,
bervisi nasional dan global. Oleh karena itu, badan legislatif
harus diberdayakan dan memberdayakan diri agar mampu
menjadi mitra yang baik. Kepala pemerintahan daerah/ kota
diberikan masukan secara sistematis dan berkelanjutan dalam
membangun daerah.
4. Otonomi Daerah Sebagai Solusi
Rondinelli dalam Zamrud Utami menggambarkan secara jelas
bahwa desentralisasi perlu dipilih dalam penyelenggaraan
pemerintahan pembangunan karena akan dapat meningkatkan
efektivitas dalam membuat kebijakan nasional. Yaitu dengan cara
mendelegasikan tanggung jawab yang lebih besar kepada para
pejabat tingkat lokal untuk merancang proyek-proyek pembangunan
agar sesuai dengan kebutuhan dan kondisi setempat.10
Semakin meningkatnya tuntutan pelayanan kemasyarakatan
yang mampu menjangkau seluruh pelosok terpencil yang hanya bisa

10 Zamrud Utami, Pengaruh Desentralisasi (Jakarta: FE Universitas Indonesia, 2010),


hal.9-10.

38 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Drs. Ali Usmar, M.Pd

dilakukan oleh pemerintah lokal. Kedua, pemikiran penyebarluasan


pelayanan masyarakat seperti program-program penyediaan
pembangunan (basic needs) semakin mendapat perhatian
masyarakat internasional.
Tuntutan desentralisasi juga didasarkan pertimbangan manfaat
yang diharapkan dari perencanaan regional yang didasarkan atas
pengamatan, penelitian dan kebijaksanaan setempat. Kebijakan
desentralisasi merupakan mekanisme untuk meningkatkan
pelayanan publik dan kesejahteraan individu. Dengan desentralisasi,
barang dan jasa diproduksi pada jarak yang terdekat dengan
konsume. Desentralisasi juga diperlukan untuk membuat pemerintah
daerah lebih kreatif, efektif dan efisien dalam meningkatkan fungsi-
fungsi publik untuk kesejahteraan masyarakat di daerah Rondinelli
dan Cheema dalam Zamrud Utami.11
Implementasi desentralisasi dan otonomi secara luas dimulai
tahun 2001, ketika Pemerintah memberlakukan Otonomi Daerah
dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah dan kemudian diganti dengan UU No. 32 tahun 2004.
Distribusi urusan pemerintahan dalam UU No. 32 Tahun 2004
dijelaskan Tim sosialisasi Departemen Dalam Negeri (Depdagri),
menganut prinsip prinsip: (1) Eksternalitas (Spill-over), yaitu siapa
yang kena dampak, merekalah yang berwenang mengurus; (2)
Akuntabilitas, yaitu yang berwenang mengurus adalah tingkatan
pemerintahan yang paling dekat dengan dampak tersebut (sesuai
prinsip demokrasi); (3) Efisiensi, dimana otonomi daerah harus
mampu menciptakan pelayanan publik yang efisien dan mencegah
high cost economy. Efisiensi ini dapat dicapai melalui skala
ekonomis (economic of scale) pelayanan publik, sedangkan skala
ekonomis ini dapat dicapai melalui cakupan layanan (catchment
area) yang optimal. Desentralisasi mempunyai empat manfaat

11 Ibid.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 39


Problematika Dan Solusi...

utama, yaitu di bidang ekonomi, politik, administrasi dan


kebudayaan.12
Di bidang ekonomi, desentralisasi dapat menjamin cost dan
menjamin pelayanan lebih efektif (tepat sasaran). Di bidang politik,
desentralisasi mengembangkan grassroots democracy, mengurangi
penyalahgunaan kekuasaan oleh Pusat dan secara psikologis akan
memuaskan daerah karena diberi kepercayaan untuk
menyelenggarakan urusannya sendiri. Di bidang administrasi,
desentralisasi memotong red tape birokrasi dan pengambilan
keputusan menjadi lebih efektif. Di bidang sosial budaya
desentralisasi menghargai dan mengembangkan keragaman budaya
lokal.
Menurut Shah dan Thompson dalam Zamrud Utami
desentralisasi mencakup 3 hal, yaitu : Desentralisasi politik
menyiratkan pemilihan pemerintah lokal (daerah) secara langsung
sehingga pemerintah yang terpilih dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat daerah tersebut. Desentralisasi administrasi,
memberikan kekuasaan atau wewenang kepada pemerintahan di
daerah untuk melaksanakan tugas dan membiayainya tanpa
persetujuan dari pemerintahan pada tingkat yang lebih tinggi.
Desentralisasi fiskal memastikan bahwa pemerintah pusat
memberikan kesempatan kepada daerah untuk membiayai kegiatan-
kegiatannya dengan memberikan kewenangan meningkatkan
pendapatannya baik dengan cara transfer pembiayaan dari
pemerintahan yang lebih tinggi atau kewenangan mengelola
sumber-sumber penerimaan tertentu.13

12 Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah diganti dengan UU

No. 32 tahun 2004. “Tim sosialisasi Departemen Dalam Negeri (Depdagri).”


13 Zamrud Utami, Op. Cit., hal. 12.

40 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Drs. Ali Usmar, M.Pd

C. Kesimpulan
Desentralisasi pendidikan menempatkan sekolah sebagai garis
depan dalam berperilaku untuk mengelola pendidikan. Desentralisasi
juga memberikan apresiasi terhadap perbedaan kemampuan dan
keberanekaragaman kondisi daerah dan rakyatnya. Perubahan paradigma
sistem pendidikan membutuhkan masa transisi. Reformasi pendidikan
merupakan realitas yang harus dilaksanakan, sehingga diharapkan para
pelaku maupun penyelenggara pendidikan harus proaktif, kritis dan mau
berubah.
Belajar dari pengalaman sebelumnya yang sentralistik dan kurang
demokratis membuat bangsa ini menjadi terpuruk. Marilah kita melihat
kepentingan bangsa dalam arti luas dari pada kepentingan pribadi atau
golongan atau kepentingan pemerintah pusat semata dengan
menyelenggarakan otonomi pendidikan sepenuh hati dan konsisten
dalam rangka mengangkat harkat dan martabat bangsa dan masyarakat
yang berbudaya dan berdaya saing tinggi sehingga bangsa ini duduk
sejajar dengan bangsa-bangsa maju di dunia.
Prinsip otonomi daerah Eksternalitas (Spill-over), yaitu siapa yang
kena dampak, merekalah yang berwenang mengurus, Akuntabilitas,
yaitu yang berwenang mengurus adalah tingkatan pemerintahan yang
paling dekat dengan dampak tersebut (sesuai prinsip demokrasi),
Efisiensi, dimana otonomi daerah harus mampu menciptakan pelayanan
publik yang efisien dan mencegah high cost economy.
Desentralisasi perlu dipilih dalam penyelenggaraan pemerintahan
pembangunan karena akan dapat meningkatkan efektivitas dalam
membuat kebijakan nasional. Yaitu dengan cara mendelegasikan
tanggung jawab yang lebih besar kepada para pejabat tingkat lokal untuk
merancang proyek-proyek pembangunan agar sesuai dengan kebutuhan
dan kondisi setempat.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 41


Problematika Dan Solusi...

DAFTAR PUSTAKA

Bedjo Sujanto, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah; Model


Pengelolaaan Sekolah di Era Otonomi Daerah. CV. Sagung
Seto: Jakarta, 2007.
George R. Terry dan Leslie W. Rue, Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta:
Bumi Aksara. 2005.
Hasbullah, Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah Dan
Implikasinya Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan. PT
Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2007.
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah.
Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Muh. Tasrif Azkari, dkk, The Forest Policy Of Regional Autonomy Era
And Implications Revenue (Pad) And Forest Conservation In
Gowa Regency. Makassar: Program Pasca Sarjana UNHAS,
Dowload Pdf 2015.
Pembukaan Undang Undang Dasar 1945.
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
diganti dengan UU No. 32 tahun 2004. Jakarta. Tim sosialisasi
Departemen Dalam Negeri (Depdagri).
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003.
UU No. 22 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000.
Zamrud Utami, Pengaruh Desentralisasi. Jakarta: FE Universitas
Indonesia, 2010.

42 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Maryani

WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB


DALAM AL-QUR’AN DAN HADITS

Maryani

Abstrak
Wewenang dan tanggung jawab sangat diperlukan dan merupakan
hal yang sangat penting dalam keberlangsungan organisasi. Jika hal
ini tidak ada maka akan hancurlah sebuah organisasi, dalam
makalah ini akan dibahas mengenai mengembangkan dan
memadukan develop and integrated (mengembangkan dan
terintegrasi) keilmuan manajemen pendidikan sub topik wewenang
dan tanggung jawab. Disini akan menggunakan pendekatan
Interkonektif serta akan dikonsultasikan dan di komunikasikan
berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits.
Sebagai wujud kesempurnaannya, manusia diciptakan oleh Allah
setidaknya memiliki dua tugas dan tanggung jawab besar. Pertama,
sebagai seorang hamba yang berkewajiban untuk memperbanyak
ibadah kepada Nya sebagai bentuk tanggung jawab
'ubudiyyah terhadap Tuhan yang telah menciptakannya. Kedua,
sebagai khalifah yang memiliki jabatan ilahiyah sebagai pengganti
Allah dalam mengurus seluruh alam. Dengan kata lain, manusia
sebagai khalifah berkewajiban untuk menciptakan kedamaian,
melakukan perbaikan, dan tidak membuat kerusakan, baik untuk
dirinya maupun untuk makhluk yang lain.
Kata Kunci: Wewenang, Tanggung Jawab, dalam Al-Qur’an
Dan Hadits

A. Latar Belakang
Islam memenuhi tuntutan kebutuhan manusia di mana saja berada
sebagai pedoman hidup baik bagi kehidupan duniawi maupun bagi
kehidupan sesudah mati. Dimensi ajaran Islam memberikan aturan
bagaimana caranya berhubungan dengan khalik Nya, serta aturan
bagaimana caranya berhubungan dengan sesama makhluk, termasuk di

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 43


Wewenang Dan Tanggung Jawab...

dalamnya persoalan hubungan dengan alam sekitar atau lingkungan


hidup.
Dalam perkembangan selanjutnya, dalam mengembang tugas,
manusia memerlukan suatu tuntunan dan pegangan agar dalam
mengolah alam ini mempunyai arah yang jelas dan tidak bertentang
dengan kehendak Allah SWT. Islam sebagai ajaran agama yang
diturunkan oleh Allah SWT kepada umat manusia melalui Rasul Nya
adalah satu pegangan dan tuntunan bagi manusia itu sendiri dalam
mengarungi kehidupan ini.
Al-Qur’an adalah mukjizat yang terbesar umat manusia yang
berfungsi sebagai petunjuk agar manusia dapat menjalankan semua
perintah dan menjauhi segala larangan. Al-Qur’an merupakan kitab suci
terakhir yang diturunkan Allah sebagai penyempurna dari kita-kitab
yang pernah diturunkan sebelumnya. Al-Qur’an dan Hadits merupakan
sumber pokok ajaran Islam dan merupakan rujukan umat Islam dalam
memahami syariat.
Ramayulis menyatakan bahwa pengertian yang sama dengan hakikat
manajemen adalah al-tadbir (pengaturan).1 Kata ini merupakan asal dari
kata dabbara (mengatur) yang banyak terdapat dalam Al-Qur’an seperti
firman Allah SWT dalam surat Al Sajadah ayat 5:

           

     


Artinya: Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, Kemudian (urusan)
itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah
seribu tahun menurut perhitunganmu.
Dari isi kandungan ayat di atas dapatlah diketahui bahwa Allah
SWT adalah pengatur alam (manager). Keteraturan alam raya ini

1 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hal 262.

44 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Maryani

merupakan bukti kebesaran Allah SWT dalam mengelola alam ini.


Namun, karena manusia yang diciptakan Allah SWT telah dijadikan
sebagai khalifah di bumi, maka dia harus mengatur dan mengelola bumi
dengan sebaik-baiknya sebagaimana Allah mengatur alam raya ini.
Sementara manajemen menurut istilah adalah proses
mengkordinasikan aktifitas-aktifitas kerja sehingga dapat selesai secara
efesien dan efektif dengan melalui orang lain.2 Dengan demikian maka
yang disebut dengan manajemen pendidikan Islam sebagaimana
dinyatakan Ramayulis adalah proses pemanfaatan semua sumber daya
yang dimiliki (umat Islam, lembaga pendidikan atau lainnya) baik
perangkat keras maupun lunak. Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui
kerjasama dengan orang lain secara efektif, efisien, dan produktif untuk
mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan baik di dunia maupun di
akhirat.3
Berbicara mengenai manajemen pendidikan Islam tentunya ada
kaitannya dengan wewenang dan tanggung jawab. Wewenang dan
tanggung jawab merupakan hal yang sangat penting di dalam organisasi.
Dengan adanya wewenang dan tanggung jawab maka sesuatu
perencanaan akan berhasil dengan baik dan maksimal.
Wewenang dan tanggung jawab sangat diperlukan dan merupakan
hal yang sangat penting dalam keberlangsungan organisasi. Jika hal ini
tidak ada maka akan hancurlah sebuah organisasi, dalam makalah ini
akan dibahas mengenai mengembangkan dan memadukan develop and
integrated (mengembangkan dan terintegrasi) keilmuan manajemen
pendidikan sub topik wewenang dan tanggung jawab. Disini akan
menggunakan pendekatan Interkonektif4 serta akan dikonsultasikan dan
di komunikasikan berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits.

2Robbin dan Coulter, Manajemen (edisi kedelapan), (Jakarta: PT Indeks, 2007), hal. 8
3Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Op. Cit, hal. 260
4 Amin Abdullah, Membangun Paradigma Keilmuan Interkonektif Islamic Studies di

Perguruan Tinggi; Pendekatan Integratif-Interkonektif, Cetakan: I, Februari 2006.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 45


Wewenang Dan Tanggung Jawab...

B. Wewenang Dan Tanggung Jawab Kepala Madrasah


Manajemen adalah merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
menejer dalam memanage organisasi, lembaga, maupun perusahaan.5
Manajemen pendidikan Islam adalah suatu proses penataan atau
pengelolaan lembaga pendidikan Islam yang melibatkan sumber daya
manusia muslim dan menggerakkannya untuk mencapai tujuan
pendidikan Islam secara efektif dan efisien. Seorang manajer dalam
memanage sebuah organisasi memiliki wewenang serta memiliki
tanggung jawab.

C. Wewenang dan Tanggung Jawab Berdasarkan Al-Qur’an dan


Hadits
Secara universal, manusia adalah makhluk Allah yang memiliki
potensi kemakhlukan yang paling bagus, mulia, pandai, dan cerdas.
Manusia mendapatkan kepercayaan untuk menjalankan dan
mengembankan titah-titah amanat-Nya serta memperoleh kasih
sayangNya yang sempurna.6
Sebagai wujud kesempurnaannya, manusia diciptakan oleh Allah
setidaknya memiliki dua tugas dan tanggung jawab besar. Pertama,
sebagai seorang hamba yang berkewajiban untuk memperbanyak ibadah
kepada Nya sebagai bentuk tanggung jawab 'ubudiyyah terhadap Tuhan
yang telah menciptakannya. Kedua, sebagai khalifah yang memiliki
jabatan ilahiyah sebagai pengganti Allah dalam mengurus seluruh alam.
Dengan kata lain, manusia sebagai khalifah berkewajiban untuk
menciptakan kedamaian, melakukan perbaikan, dan tidak membuat
kerusakan, baik untuk dirinya maupun untuk makhluk yang lain.
Dalam peraturan Menteri Agama Republik Indonesia menyatakan
bahwa setiap satuan pendidikan perlu dipimpin oleh seorang kepala

5 Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Surabaya: CV. Haji Mas Agung, 1997), hal.
78.
6 Rachmat Ramadhana al-Banjari, Prophetic Leadership, (Yogyakarta: DIVA Press, 2008),
hal. 21.

46 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Maryani

madrasah.7 Guru dapat diberikan tugas tambahan sebagai kepala


sekolah/ madrasah untuk memimpin dan mengelola sekolah/ madrasah
dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, bahwa dalam rangka
meningkatkan kualitas kepala sekolah/madrasah perlu dilakukan
pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah/ madrasah serta
sertifikasi kompetensi dan penilaian kinerja kepala sekolah/madrasah.
Dalam pasal 1 menyebutkan bahwa kepala sekolah/ madrasah
adalah guru yang diberi tugas tambahan untuk memimpin taman kanak-
kanak/raudhatul athfal (TK/ RA), taman kanak-kanak luar biasa
(TKLB), sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/ MI), sekolah dasar luar
biasa (SDLB), sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah
(SMP/MTs), sekolah menengah pertama luar biasa (SMPLB), sekolah
menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA), sekolah menengah
kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/ MAK), atau sekolah
menengah atas luar biasa (SMALB).8
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Dalam bab II mengenai tugas dan fungsi disebutkan dalam pasal 3
ayat 1 dan 2 kepala madrasah mempunyai tugas merencanakan,
mengelola memimpin dan mengendalikan program dan komponen
penyelenggaraan pendidikan pada madrasah berdasarkan standar
nasional pendidikan. Standar nasional pendidikan meliputi: standar
kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar pendidikan dan
tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,
standar pembiyaan, dan standar penilaian.9

7 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014, Tentang Kepala

Madrasah
8 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor 28 tahun 2010 Tentang Penugasan guru

sebagai kepala sekolah/ madrasah, 20 Juni 2010


9 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014, Tentang Kepala

Madrasah, Loc. Cit. Hal. 4.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 47


Wewenang Dan Tanggung Jawab...

Tugas dan tanggung jawab itu merupakan amanat ketuhanan yang


sungguh besar dan berat. Oleh karena itu, semua yang ada di langit dan
di bumi menolak amanat yang sebelumnya telah Allah SWT tawarkan
kepada mereka. Akan tetapi, manusia berani menerima amanat tersebut,
padahal ia memiliki potensi untuk mengingkarinya seperti firman Allah
SWT dalam surat Al-Ahzab ayat 72.

        

          
Artinya: "Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada
langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan
untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh"(Al-
Ahzab: 72).
Ibn 'Abbas sebagaimana dikutip oleh Ibn Kasir dalam
tafsirnya10 "menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan amanat pada
ayat di atas adalah ketaatan dan penghambaan atau ketekunan
beribadah. Ada juga yang memaknai kata amanah sebagai al-taklif atau
pembebanan, karena orang yang tidak sanggup memenuhinya berarti
membuat utang atas dirinya. Adapun orang yang melaksanakannya akan
memperoleh kemuliaan.
َ َُ َ ََُ َ َ ْ َ َ َ َ َ َِّ ْ َ ْ َ ُ َ َ َ ْ ْ َ ِّ ُ َ
‫ِإذا ض ِيعت اْلمانة فانت ِظر الساعة قال كيف ِإضاعتها يا رسول‬
َ َ َِّ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ ُ ْ َ ْ َ ْ ُ َ َ َ
ِ ‫اَّلل َِ قال ِإذا أس ِند اْلمر ِإَل غ‬
‫ْي أه ِل ِه فانت ِظر الساعة‬
Artinya: Rasulullah SAW bersabda: "Jika amanat telah disia-siakan,
tunggu saja kehancuran terjadi." Ada seorang sahabat
bertanya; ‘bagaimana maksud amanat disia-siakan? ‘Nabi

10 'Imad al-Din Abu al-Fida' Isma'il ibn Kasir al-Dimasyqi, Tafsir al-Qur'an al-Azim,
(Kairo: Muassasah Qurtubah, 2000), Jil. XI, hal. 25

48 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Maryani

menjawab; "Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya,


maka tunggulah kehancuran itu." (Bukhari–6015).
Sungguh benarlah ucapan Rasulullah SAW. "Jika amanat telah
disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi." Amanah yang paling
pertama dan utama bagi manusia ialah amanah ketaatan kepada Allah,
pencipta, pemilik, pemelihara dan penguasa alam semesta dengan
segenap isinya.
Kepala madrasah dalam menjalankan tugas kepemimpinan yang
dibarengi dengan wewenang dan tanggung jawab memikul amanat
bersesuain dengan surat Al-Ahzab ayat 72 yang lebih dititik beratkan
kepada semua isi komponen madrasah terdiri dari semua hal yang
menunjang segala sesuatu baik mengenai sarana dan prasarananya.
Dari sekian banyak penafsiran ulama tentang amanah, dapat ditarik
sebuah "benang merah" yang dapat menghubungkan antara satu dengan
yang lain, yaitu pada kata al-mas'uliyyah (tanggung jawab) atas
anugerah Tuhan yang diberikan kepada manusia, baik berupa jabatan
(hamba sekaligus khalifah) maupun nikmat yang sedemikian banyak.
Dengan kata lain, manusia berkewajiban untuk menyampaikan "laporan
pertanggung jawaban" di hadapan Allah atas limpahan karunia Ilahi
yang diberikan kepadanya. Kepala madrasah sebagai khalifah
mempertanggung jawabkan segalanya kepada allah SWT dan juga
pertangung jawaban kepada semua komponen madrasah.
Rasulullah SAW dalam hadits yang driwayatkan oleh al-Bukhari
dari Abdullah ibn Umar, yaitu:

‫ أن رسول اَّلل صىل اَّلل‬:‫عن عبد اَّلل بن عمر ريض اَّلل عنهما‬
‫ أال لككم راع ولككم مسؤول عن رعيته‬:‫عليه و سلم قال‬
‫فاإلمام االعظم اذلي ىلع انلاس راع وهو مسؤول عن رعيته‬
‫والرجل راع ىلع أهل بيته وهو مسؤول عن رعيته واملرأة راعية‬

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 49


Wewenang Dan Tanggung Jawab...

‫ىلع أهل بيت زوجها وودله ويه مسؤولة عنهم وعبد الرجل راع‬
‫ىلع مال سيده وهو مسؤول عنه أال فلككم راع ولككم مسؤول‬
‫عن رعيته‬
Artinya: "Abdullah bin Umar RA berkata bahwa Rasulullah SAW telah
bersabda, “Ketahuilah: kalian semua adalah pemimpin
(pemelihara) dan bertanggung jawab terhadap rakyatnya.
Pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya tentang
rakyat yang dipimpinnya. Suami adalah pemimpin bagi
keluarganya dan akan dimintai pertanggung jawabannya
tentang keluarga yang dipimpinnya. Isteri adalah pemelihara
rumah suami dan anak-anaknya. Budak adalah pemelihara
harta tuannya dan ia bertanggung jawab mengenai hal itu.
Maka camkanlah bahwa kalian semua adalah pemimpin dan
akan dituntut (diminta pertanggung jawaban) tentang hal yang
dipimpinnya”11
Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari pada kalimat seperti dibawah
12
ini:

‫لككم راء ولك راء مسئول عن رعيته‬


Artinya: ”Setiap dari kalian adalah pemimpin, dan tiap-tiap pemimpin
akan dimintai pertanggung jawabannya.”
Begitu berat dan besar tanggung jawab seorang pemimpin, pada
hadits rasulullah kembali mengulangi kalimat kullukum ra'in yang
diawali dengan huruf peringatan (tanbih) yaitu ‫ أال‬sebagai bentuk isyarat
yang mengingatkan setiap manusia untuk lebih berhati-hati dalam

11 Abu 'Abdillah Muhammad ibn Ismail al-Bukhari, al Jami' al-Sahih al-Musnad min

Hadis Rasulillah Sallallahu 'alaihi wa Sallam wa Sunanihi wa Ayyamihi, Jilid. III (Kairo: al-
Matba'ah al-Salafiyyah, 1403 H), hal. 328.
12 Ahmad Sunarta dan Syamsuddin Noor, Himpunan Hadits Shahih Bukhari, (Jakarta: An-

Nur, 2009), hal.103

50 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Maryani

menjalankan kepemimpinannya karena semua itu akan dipertanggung


jawabkan dihadapan Allah SWT.13

‫عن اعئشة ريض اَّلل عنها أن قريشا أهمتهم شأن املرأة املخزومية‬
، ‫ من يكلم فيها رسول اللهصلياللهعليهوسلم‬:‫اليت رسقت فقالوا‬
‫ ومن جيرتيء عليه إال أسامة بن زيد حب رسول‬:‫فقالوا‬
‫ رسول اَّلل صىل اَّلل‬:‫ فقال‬،‫ فلكمه أسامة‬، ‫اللهصلياللهعليهوسلم‬
:‫ فقال‬،‫ أتشفع يف حد من حدود اَّلل ثم قام فاختطب‬:‫عليه وسلم‬
‫ إنما أهلك اذلين قبلكم أنهم اكنوا إذا رسق فيهم‬:‫أيها انلاس‬
‫ وايم‬.‫ وإذا رسق فيهم الضعيف أقاموا عليه احلد‬،‫الرشيف تركوه‬
14
‫ رواه ابلخاري‬.‫اَّلل لو أن فاطمة بنت حممد رسقت لقطعت يدها‬
Artinya: “Dari Aisyah RA bahwa orang-orang Quraisy dibuat susah oleh
urusan seorang wanita Makhzumiyah yang mencuri. Mereka
berkata:”Siapa yang mau berbicara dengan Rasulullah SAW
untuk memintakan keringanan baginya?, Mereka berkata, siapa
lagi yang berani melakukannya selain dari Usamah bin Zaid,
kesayangan Rasulullah? Maka Usamah berbicara dengan
beliau, lalu beliau bersabda, Adakah engkau memintakan
syafa’at dalam salah satu hukum-hukum Allah? Kemudian
beliau berdiri dan menyampaikan pidato, seraya bersabda:
“Sesungguhnya telah binasalah orang-orang sebelum
kalian,karena jika orang yang terpandang di antara mereka
mencuri, mereka membiarkannya, dan sekiranya yang mencuri
itu orang lemah di antara mereka, maka mereka menegakkan
hukuman atas dirinya. Demi Allah, sekiranya Fatimah binti

Al-‘Asqalani, Syihab al-Din Abu al-Fadl Ahmad ibn ‘Ali ibn Hajar. Nuzhat al-Nazr
13

Syarh} Nukhbah. (Mesir. al-Munawwarah. t.th. Ibn Hajar al-'Asqalani), Jilid. XIII, hal. 113.
14 Abdullah bin Abdurrahman bin Shalih Ali Bassam,Taisirul-Allam Syarh Umdatul-

Ahkam, (Jeddah: Maktabah As-SAWady Lit-Tauzi’,1412/1992)

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 51


Wewenang Dan Tanggung Jawab...

Muhammad mencuri, niscaya kupotong tangannya.” (HR.


Bukhari).
Menurut atsar yang diriwayatkan oleh Aisyah bahwa dia
menceritakan seorang perempuan yang sering mengingkari barang yang
dia pinjam dari orang lain, maka nabi menyuruh untuk dipotong
tangannya, maka Usamah Bin Zaid sebagai saudara atau kerabatnya
meminta rasulullah untuk mengampuni kesalahannya.
Menurut atsar yang diriwayatkan oleh Jabir RA bahwa diceritakan
ada seorang wanita dari Bani Makhzum yang mencuri, maka Nabi SAW
mendatangkannya, akhrinya ia meminta perlindungan kepada Ummi
Salamah, namun Nabi SAW bersabda: Demi Allah, seandainya Fatimah
binti Muhammad mencuri maka akan aku potong tangannya.15
Hadits ini juga memberi hikmah kepada kita bahwa keadilan dalam
islam itu memang mutlak ditegakkan demi tercapainya masyarakat Islam
yang memiliki persamaan hak dan kewajiban dihadapan hukum Allah.
Tidak ada perbedaan hukum antara si kaya dengan si miskin, antara si
bangsawan dengan rakyat jelata, seluruh manusia sama dihadapan Allah
sang pemilik hukum, yang membedakan derajat hanya ketakwaan.
Selanjutnya dalam salah satu ayat Al-Qur’an, kemampuan dalam
melaksanakan wewenang Allah SWT kepada Nabi Adam disimbolkan
dengan kemampuan dalam mengeja nama-nama benda seluruhnya, Nabi
Adam bertanggung jawab untuk mengeja nama benda tersebut, hal ini
diisyaratkan dalam Al-Qur’an surah Al Baqarah ayat 31:

          

    


Artinya: “Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-
benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para

15 Ibid. 889.

52 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Maryani

malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepadaku nama benda-


benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar”.
Tanggung jawab manusia yang paling utama adalah bagaimana
manusia mampu memposisikan dirinya di hadapan Allah dan kehidupan
sosialnya. Untuk mengetahui hal tersebut perlu dipaparkan terlebih
dahulu maksud dan tugas diciptakan manusia itu, seperti dijelaskan
dalam ayat Al-Qur’an surat Adz-Dzariyat ayat 56:

      

Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agar
mereka mengabdi kepada Ku”.
Istilah kata Abdi dan pengabdian merupakan kata-kata yang biasa
dipergunakan sehari-hari. Tetapi dalam konteks Al-Qur’an
kata ‘abd yang darinya bahasa Indonesia abdi dan pengabdian itu
mengandung pengertian yang luas secara baik secara teologis maupun
filosofis. Abdi maksudnya adalah ketundukan hati, merendahkan diri di
hadapan Allah SWT. Dalam surat At-Tahrim ayat 6:

         

          

 
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 53


Wewenang Dan Tanggung Jawab...

Dari ayat Al-Qur’an ini tergambar jelas sebuah wewenang dan


tanggung jawab skala kecil yaitu seorang kepala rumah tangga selaku
manager terhadap keluarganya agar terhindar dari hal-hal yang dilarang
oleh Allah SWT. Kepala rumah tangga diberikan wewenang untuk
mengatur keluarga agar tidak masuk kedalam api neraka, dari skala kecil
inilah akan muncul skala yang lebih besar dalam menjalankan
manajemen. Berkaitan dengan kepala madrasah, tentunya kepala
madrasah bertanggung jawab memelihara rumah tangga sekolah dari api
neraka. Dikarenakan kepala madrasah merupakan Bapak yang akan
bertanggung jawab dalam tugas kepemimpinan yang di embankan
kepadanya.
Tanggung jawab merupakan perbuatan yang sangat penting
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, karena tanpa tanggung jawab,
maka semuanya akan menjadi tidak karuan. Dalam surat Al Mudatsir
ayat 38:

Artinya: “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah


diperbuatnya”
Ayat ini menegaskan bahwa tanggung jawab atas diri sendiri dan
berkaitan dengan surat At-Tahrim ayat yang menjelaskan tanggung
jawab itu bukan saja terhadap apa yang diperbuatnya akan tetapi melebar
sampai semua akibat dan bekas-bekas dari perbuatan tersebut. Orang
yang meninggalkan ilmu yang bermanfaat, sedekah jariyah atau anak
yang sholeh, kesemuanya itu akan meninggalkan bekas kebaikan selama
masih berbekas sampai kapanpun.
Tanggung jawab adalah bagian dari ajaran Islam yang disebut
mas'uliyyah. Jika manusia dapat menentramkan hati nuraninya dan
merespon panggilan jiwanya yang paling dalam, maka dia pasti bisa
bertanggung jawab kepada yang lain. Allah SWT berfirman dalam surat
Al-Isra ayat 36:

54 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Maryani

‫َ َ َ َُْ َ ْ ُ ا‬ ُ ُِّ ُ َ َ ُ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ َِّ َِّ


‫ابلَص والفؤاد ك أولـئِك اكن عنه مسؤوال‬ َ ‫إن السمع و‬
ِ
Artinya: "Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya
itu akan diminta pertanggungan jawabnya."
Mata yang dimiliki sehingga Anda dapat melihat dan
mengindentifikasi sesuatu, kemudian telinga yang Anda miliki sehingga
Anda dapat mendengarkan kebaikan untuk ditransformasikan ke dalam
hati dan fisik Anda, serta kalbu yang Anda miliki sehingga Anda dapat
merasakan, memutuskan, dan menjatuhkan pilihan dimana esensi
manusia terletak pada kalbunya, semua ini adalah sarana yang telah
dianugerahkan Allah SWT dan kelak akan diminta pertanggung
jawabannya.
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang bertanggung jawab.
Disebut demikian karena manusia selain makhluk sosial juga makhluk
Tuhan. Manusia mempunyai tuntutan yang besar untuk bertanggung
jawab mengingat ia mementaskan sejumlah peranan dalam konteks
sosial ataupun teologis.16
Tanggung jawab timbul karena telah diterima wewenang. Seperti
wewenang, tanggung jawab juga membentuk hubungan tertentu antara
pemberi wewenang dan penerima wewenang. Jadi tanggung jawab
seimbang dengan wewenang. Dengan demikian kalau terjadi sesuatu
maka seseorang yang dibebani tanggung jawab wajib menanggung
segala sesuatunya.
Dalam organisasi formal, pemimpin dalam hal ini kepala madrasah
memegang tanggung jawab terhadap psiformance. Pemimpin harus
menerima tanggung jawab atas kelompok yang dipimpinnya. Pemimpin
dapat memutuskan untuk memlih pertanggung jawaban yang didasarkan

16 Ahmad Mustofa, Ilmu Budaya Dasar, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), hal. 132

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 55


Wewenang Dan Tanggung Jawab...

atas keputusan-keputusan dimana para bawahan ikut berpartisipasi, atau


pertanggung jawaban yang didasarkan atas keputusan yang dibuat.17

          

       

Artinya: "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan


berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah
melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.
Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran."(An-Nahl: 90).
Rasulullah SAW bersabda:

‫وإنها أمانة وإنها يوم القيامة خزي وندامة إال من أخذها حبقها‬
‫وأدى اذلي عليه فيها‬
Artinya: "Sesungguhnya kepemimpinan itu adalah amanah, dan
sesungguhnya pada hari kiamat akan mendapatkan malu dan
penyesalan, kecuali orang yang mengambilnya dengan hak
dan melaksanakan tugas kewajibannya dengan baik".18
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab kepemimpinannya,
seorang kepala sekolah harus dapat memahami, menghayati, dan
menyelami kondisi jiwa yang berbeda-beda. Rakyat memiliki kapasitas
dan kapabilitas tersendiri, sehingga pemimpin harus terus menggali dan

17 Thomas Gordon, Kepemimpinan yang Efektif, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1994),


hal. 56
18Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi, Terjemah Shahih Muslim Riyadhus Shalihin, Jilid III,
hal. 1457.

56 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Maryani

mengembangkan kualitas pemahaman terhadap rakyatnya yang beragam


tersebut dengan perspektif psikologi Islam atau psikologi kenabian.19
Suatu pelajaran yang berharga dari Rasulullah SAW. agar pemimpin
memperhatikan orang-orang yang dipimpinnya yang memiliki kondisi
berbeda-beda diisyaratkan pada sabda beliau:

‫إذا صىل أحدكم للناس فليخفف فإنه منهم الضعيف والسقيم‬

‫والكبْي وإذا صىل أحدكم نلفسه فليطول ما شاء‬


Artinya: "Apabila salah seorang di antara kalian menjadi imam,
hendaklah ia meringankan shalatnya. Karena di antara
manusia itu ada yang lemah, ada yang sakit, dan adapula
yang tua. Apabila kalian shalat sendiri, hendaklah ia shalat
menurut yang ia kehendaki".

D. Wewenang Kepala Madrasah


Wewenang menurut para ahli seperti: George R. Terry, menjelaskan
bahwa wewenang merupakan hak jabatan yang sah untuk
memerintahkan orang lain bertindak dan untuk memaksa
pelaksanaannya, dengan wewenang seseorang dapat mempengaruhi
aktifitas atau tingkah laku perorangan dan grup. Mac Iver
R.M, menyebutkan wewenang merupakan suatu hak yang didasarkan
pada suatu pengaturan sosial, yang berfungsi untuk menetapkan
kebijakan, keputusan, dan permasalahan penting dalam masyarakat.
Soerjono Soekanto mengatakan bila orang-orang membicarakan tentang
wewenang, maka yang dimaksud adalah hak yang dimiliki seseorang
atau sekelompok orang. Max Weber menyebutkan bahwa wewenang
adalah sebagai kekuasaan yang sah.20

19 Rachmat Ramadhana al-Banjari, Prophetic Leadership. (Yogyakarta: DIVA Press.

2008), hal. 249.


20 Definisi Wewenang, http://artikata.com/arti-383651-wewenang.html

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 57


Wewenang Dan Tanggung Jawab...

Bagir Manan menyebutkan istilah wewenang dengan kekuasaan itu


berbeda. Kekuasaan menurutnya hanya digambarkan dalam bentuk hak
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Sedangkan wewenang
memiliki pengertian yang lebih luas meliputi hak dan kewajiban. Secara
teoritik pendapat H.D. Stout: wewenang adalah merupakan pengertian
yang berasal dari hukum organisasi pemerintahan, yang dapat dijelaskan
sebagai keseluruhan aturan-aturan yang berkenaan dengan perolehan dan
penggunaan wewenang. Wewenang adalah hak dan kekuasaan untuk
bertindak, kekuasaan membuat keputusan, memerintah dan
melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain.21
Wewenang adalah kekuasaan resmi yang dimiliki seseorang untuk
bertindak dan memerintah orang lain. Tanpa ada wewenang terhadap
suatu pekerjaan janganlah mengerjakan pekerjaan tersebut, karena tidak
mempunyai dasar hukum untuk melakukannya. Wewenang terbagi dua
yaitu pertama sentralisasi wewenang yaitu bila sebahagian besar
kekuasaan masih tetap dipegang oleh pimpinan. Sertralisasi wewenang
mengakibatkan pimpinan sibuk bekerja, sedangkan bawahan bekerja
santai saja. Kedua yaitu disentralisasi wewenang adalah apabila
sebahagian kecil kekuasaan dipegang pimpinan, sedangkan sebahagian
besar kekuasaannya didelegasikan kepada bawahan. Dengan
desentralisasi wewenang, pimpinan mempunyai banyak waktu untuk
merencanakan, mengarahkan dan mengawasi bawahannya.22
Umar bin Khatab dalam hal wewenang, sangat tegas, hal ini seperti
cerita pertemuan umar dengan utusan dari Azerbaijan datang ke kota
Madinah. Seusai shalat fajar, Umar RA mengajak tamunya singgah di
rumahnya. Ia berkata kepada istrinya, ”Wahai Ummu Kultsum,
sugguhkan makanan yang ada. Kita kedatangan tamu jauh dari
Azerbaijan.” ”Kita tidak mempunyai makanan, kecuali roti dan
garam.” jawab istri Umar.”Tidak mengapa,” kata Umar. Akhirnya
mereka berdua makan roti dengan garam. Walikota Azerbaijan
21 Ibid.
22 Malayu S.P Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2012), hal. 4

58 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Maryani

menyuruhku menyampaikan hadiah ini untuk Amirul Mukminin,”kata


utusan Azerbaijan seusai makan, sembari menunjukan sebuah
bungkusan. ”Bukalah bungkusan ini dan lihat apa isinya!” perintah
Umar RA setelah dibuka, ternyata berisi gula-gula. ”ini adalah gula-
gula khusus buatan Azerbaijan,” utusan itu menjelaskan. ”Apakah
semua kaum muslimin mendapatkan kiriman gula-gula ini?” tanya
Umar. Utusan itu tertegun atas pertanyaan Umar, kemudian
menjawab, ”Oh tidak, Baginda, gula-gula ini khusus untuk Amirul
Mukminin.” Mendengar jawaban itu, Umar tampak amat marah. Segera
ia memerintahkan kepada utusan Azerbaijan untuk membawa gula-gula
tersebut ke masjid dan membagi-bagikannya kepada fakir
miskin. ”Barang ini haram masuk kedalam perutku, kecuali jika kaum
muslimin memakannya juga,” kata Umar dengan nada agak marah. ”Dan
engkau cepatlah kembali ke Azerbaijan, beritahukan kepada yang
mengutusmu, bahwa jika ia mengulangi ini kembali, aku akan memecat
dari jabatannya.
Kisah diatas menggambarkan betapa kesederhanaan dan kehatia-
hatian Amirul Mukminin Umar bin Khattab RA tatkala menjadi
khalifah. Ia amat takut kepada Allah, sehingga matanya tidak bisa
terpejam sepanjang malam, khawatir tidak mendapatkan ampunan Allah.
Di keheningan malam saat rakyatnya tidur nyenyak, ia bangun dan
mendekatkan diri di masjid. Tidak ada pengawal yang menyertainya. Di
rumah, tak ada makanan istimewa layaknya para penguasa dan pejabat
sekarang. Istri Umar hanya memiliki roti dan garam, makanan sehari-
hari rakyat biasa. Sebagai Khalifah dan pemimpin negara, ia tidak malu
menyuguhkan makanan roti gandum kepada tamunya, sebab itulah
makanan kesehariannya.Tatkala mendapatkan hadiah khusus dari utusan
Azerbaijan, ia pun mempertanyakan, ”Apakah semua kaum muslimin
mendapatkan kiriman gula-gula ini?” Ini pertanyaan penting bagi Amirul
Mukminin. Jika ternyata seluruh kaum muslimin menerima hadiah
tersebut maka wajar jika ia menerima. Akan tetapi jika tidak, maka tidak
layak bagi dirinya menerima hadiah secara sendirian. Ternyata memang

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 59


Wewenang Dan Tanggung Jawab...

tidak. Itu adalah hadiah yang khusus diberikan kepada Amirul


Mukminin, maka ia pun menolaknya.
Sepantasnya seorang kepala madrasah ketika diberikan hadiah oleh
siapa saja memiliki tanggung jawab untuk melihat bagaimana keadaan
personel sekolah lainnya. Jika ada personel yang tidak mendapatkan,
maka kepala madrasah memiliki wewenang membuat keputusan untuk
tidak mengambilnya.
Namun pun demikian, tipe-tipe kepemimpinan itu bermacam-
macam dalam menjalankan wewenang, adapun bentuk-bentuk
wewenang seperti dibawah ini:23
a. Wewenang kharismatis, tradisional, dan rasional (legal)
Wewenang karismatik merupakan wewenang yang didasarkan pada
kharisma, yaitu suatu kemampuan khusus yang ada pada diri seseorang.
Dasar wewenang kharismatis bukanlah terletak pada suatu peraturan
(hukum), akan tetapi bersumber pada diri pribadi individu bersangkutan.
Wewenang kharismatis tidak diatur oleh kaidah-kaidah, baik yang
rasional maupun tradisional. Sifatnya cendrung irasional, adakalanya
kharisma dapat hilang, karena masyarakat sendiri yang berubah dan
mempunyai paham yang berbeda.
Berdasarkan konsep Max Weber mengenai wewenang karismatik,
bahwa peletakan kesetian pada hal-hal yang suci, kepahlawanan atau
sifat-sifat ndividu yang patut dicontoh memiliki sifat jujur cerdas dan
sifat-sifat terpuji lainnya dan pola-pola normatif yang diperlukan.24
Wewenang tradisional dapat dimiliki oleh seseorang maupun
sekelompok orang. Wewenang ini dimiliki oleh orang-orang yang
menjadi anggota kelompok. Ciri-ciri utama wewenang tradisional yaitu
Pertama, Adanya ketentuan-ketentuan tradisional yang mengikat
penguasa yang mempunyai wewenang, serta orang lain yang ada dalam
masyarakat. Kedua, Adanya wewenang yang lebih tinggi ketimbang
23 Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pres, 1990), hal. 281-285
24 Roderik Martin, Sosiologi Kekuasaan, ter. Herjoediono, (Jakarta: Rajawali Press, 1990),
hal. 147.

60 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Maryani

kedudukan seseorang yang hadir secara pribadi. Ketiga, dapat bertindak


secara bebas selama tidak ada pertentangan dengan ketentuan
tradisional.
Wewenang rasional atau legal adalah wewenang yang disandarkan
pada sistem hukum yang berlaku dalam masyarakat. Sistem hukum ini
dipahamkan sebagai kaidah yang telah diakui, ditaati masyarakat, dan
telah diperkuat oleh negara yang berbentuk di dalam lembaran-
lembaran.
b. Wewenang resmi dan tidak resmi
Wewenang yang berlaku dalam kelompok-kelompok kecil disebut
wewenang tidak resmi karena bersifat spontan, situasional, dan faktor
saling kenal. Contohnya pada ciri seorang ayah dalam fungsinya sebagai
kepala rumah tangga. Wewenang resmi sifatnya sistematis,
diperhitungkan dan rasional. Biasanya wewenang ini dapat dijumpai
pada kelompok-kelompok besar yang memerlukan aturan-aturan tata
tertib yang tegas dan bersifat tetap.
c. Wewenang pribadi dan teritorial
Wewenang pribadi sangat tergantung pada solidaritas antara
anggota-anggota kelompok, dan unsur kebersamaannya sangat berperan
penting. Para individu dianggap lebih banyak memiliki kewajiban
ketimbang hak. Struktur wewenang bersifat konsentris, yaitu dari satu
titik pusat lalu meluas melalui lingkaran-lingkaran wewenang.
Wewenang teritorial, yang berperan penting yaitu tempat tinggal. Pada
kelompok teritorial unsur kebersamaan cenderung berkurang, karena
desakan faktor-faktor individualisme. Wewenang pribadi dan teritorial
sangat berbeda namun dalam kenyataan keduanya berdampingan.
d. Wewenang terbatas dan menyeluruh
Wewenang terbatas merupakan wewenang yang tidak mencangkup
semua sektor dalam bidang kehidupan, namun terbatas pada salah satu
sektor bidang. Contohnya, seorang menteri dalam negeri tidak

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 61


Wewenang Dan Tanggung Jawab...

mempunyai wewenang untuk mencampuri urusan yang yang menjadi


urusan wewenang mentri luar negeri.
Wewenang menyeluruh berarti suatu wewenang yang tidak dibatasi
oleh bidang-bidang kehidupan tertentu. Contohnya, bahwa setiap negara
mempunyai wewenang yang menyeluruh atau mutlak untuk
mempertahankan kedaulatan wilayahnya. Fungsi ganda dari wewenang
adalah tanggung jawab yang menjadi kewajiban setiap individu untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan terbaik dari kemampuan yang
dimilikinya. Setiap manajer harus memiliki keseimbangan antara
tanggung jawab dan wewenang, wewenang tanpa tanggung jawab tidak
layak untuk dijadikan pegangan, begitu pun tanggung jawab tanpa
wewenang adalah omong kosong.25

E. Tangung Jawab Kepala Madrasah


Tanggung jawab menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah
keadaan wajib menanggung segala sesuatunya, sehingga bertanggung
jawab, berkewajiban menanggung segala sesuatu, atau memberikan
jawab dan menanggung akibatnya. Tanggung jawab adalah kesadaran
manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang
tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai
perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Tanggung jawab itu bersifat
kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap
manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak mau
bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksakan tanggung
jawab itu. Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua
sisi, yaitu dari sisi pihak yang berbuat dan dari sisi kepentingan pihak
lain.26
Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia
merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk

25 George R. Terry, Prinsip-prinsip Manajemen, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hal. 100
26 http://kbbi.web.id/tanggung+jawab

62 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Maryani

perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan


pengabdian atau pengorbanannya. Untuk memperoleh atau
meningkatkan kesadaran bertanggung jawab perlu ditempuh usaha
melalui pendidikan, penyuluhan, keteladanan, dan takwa kepada Allah
SWT.
Tanggung jawab merupakan syarat utama dalam kepemimpinan
seperti kepala madrasah. Tanpa memiliki rasa tanggung jawab, maka
kepala madrasah tidak dapat menjadi pemimpin. Dalam memaknai
tanggung jawab maka berisi di dalamnya keberanian mengambil resiko
terhadap tantangan, hambatan atau rintangan yang akan menghalang
tercapainya pekerjaan-pekerjaan yang dipikul dengan sebaik-baiknya.
Kepala madrasah harus mempunyai rasa tanggung jawab terhadap
kepemimpinannya.27
Tanggung jawab itu dapat dibedakan menurut keadaan manusia atau
hubungan yang dibuatnya. Atas dasar ini, lalu dikenal beberapa jenis
tanggung jawab, yaitu: Pertama tanggung jawab terhadap Allah SWT.
Manusia diciptakan oleh Allah SWT di bumi ini bukanlah tanpa
tanggung jawab, manusia mempunyai tanggung jawab langsung
terhadap perintah Allah SWT. Sehingga tindakan atau perbuatan
manusia tidak bisa lepas dari pengawasan Allah SWT yang dituangkan
dalam kitab suci Al-Qur'an. Kedua, tanggung jawab terhadap diri sendiri
menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri
dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi untuk bisa
memecahkan masalah-masalah kemanusian mengenai dirinya sendiri.
Ketiga, keluarga merupakan masyarakat kecil, keluarga terdiri dari
suami-istri, ayah-ibu dan anak-anak, dan juga orang lain yang menjadi
anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab
kepada keluarganya. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik
keluarga. Tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan,
keselamatan, pendidikan, dan kehidupan.

27
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008), hal.73

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 63


Wewenang Dan Tanggung Jawab...

Keempat tanggung jawab terhadap masyarakat, pada hakekatnya


manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan
kedudukannya sebagai makhluk sosial. Karena membutuhkan manusia
lain maka ia harus berkomunikasi dengan manusia lain tersebut.
Sehingga dengan demikian manusia di sini merupakan anggota
masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab tersebut.
Wajarlah apabila segala tingkah laku dan perbuatannya harus
dipertanggung jawabkan kepada masyarakat. Kelima, tanggung jawab
terhadap bangsa dan negara. Suatu kenyataan lagi, bahwa setiap
manusia, tiap individu adalah warga negara. Dalam berfikir, berbuat,
bertindak, bertinggah laku manusia terikat oleh norma-norma atau
ukuran-ukuran yang dibuat oleh negara.
Dalam diri manusia melekat tiga peran pokok yang harus dimainkan
dalam kehidupannya yaitu peran manusia sebagai hamba Allah SWT,
peran manusia sebagai makhluk sosial dan peran manusia sebagai
khalifah fil ardl. Peran pertama merupakan landasan utama dalam
menjalankan peran yang kedua dan ketiga. Membincangkan masalah
tanggung jawab manusia, erat hubungannya dengan
istilah khalifah seperti disebutkan dibeberapa ayat Al-Qur’an.
Menurut Dawam Raharjo dalam bukunya Ensiklopedi Al-Qur’an,
kata khalifah yang cukup dikenal di Indonesia mengandung makna
ganda. Di satu pihak, khalifah dimengerti sebagai kepala negara dalam
pemerintahan seperti kerajaan Islam di masa lalu, dan di lain pihak pula
pengertian khalifah sebagai ‘wakil tuhan” di muka bumi28. Yang
dimaksud dengan “wakil tuhan” menurut M. Dawam Raharjo bisa
mempunyai dua pengertian; Pertama yang diwujudkan dalam jabatan
pemerintahan seperti kepala negara, kedua, dalam pengertian fungsi
manusia itu sendiri di muka bumi.29

28 M. Dawam Raharjo, Ensiklopedi Islam, Tafsir Sosial berdasarkan Konsep-konsep


Kunci, (Jakarta: Paramadina, 2002), cet. II, hal. 346.
29 M. Quraish Shihab, Tafsir Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, (Jakarta:

Lentera Hati, 2002), cet. I, Vol. 11, hal. 336.

64 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Maryani

Menurut Hamka dalam tafsirnya Al-Azhar mengutip pendapat al-


Qurtubi, amanat yang ditugaskan Allah kepada manusia sungguh berat,
hal ini terbukti pada penolakan langit dan bumi serta gunung-gunung
ketika ditawarkan untuk memikulnya dan mengemban amanat tersebut.30
Penawaran dan penolakan amanat tersebut dipahami oleh banyak ulama
dalam arti kiasan atau majaz. Namun ada juga yang memahami dalam
arti yang sesungguhnya. Quraish Shihab menyimpulkan pendapat
pertamalah yang lebih kuat.31
Dasar yang dipakai manusia ketika bersedia menerima wewenang
(amanat) adalah karena ia diberi kemampuan atau potensi oleh Allah
yang memungkinkan mampu mengemban wewenang (amanat) itu.
Potensi yang dimaksud bukan saja potensi untuk dapat menunaikan
wewenang tersebut, tetapi potensi yang dapat menunaikan wewenang
dengan baik dan bertanggung jawab.32
Wewenang dari pimpinan (kepala madrasah) merupakan bagian
terpenting dari organisasi lembaga pendidikan. Hal ini dapat dilihat pada
kenyataannya ketika seorang kepala madrasah telah menjalankan
tugasnya memanej madrasah dengan baik maka organisasi tersebut akan
menjadi baik pula. Kepala madrasah merupakan faktor penggerak,
penentu arah kebijakan madrasah yang akan menentukan bagaimana
tujuan madrasah dan pendidikan pada umumnya yang direalisasikan.
Kepala madrasah dituntut senantiasa meningkatkan efektifitas kinerja.
Keberhasilan suatu lembaga pendidikan sangat tergantung pada
kepemimpinan kepala madrasah. Karena dia sebagai pemimpin
dilembaganya, maka dia harus mampu membawa lembaganya kearah
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, dia harus mampu melihat
adanya berubahan serta mampu melihat masa depan dalam kehidupan
globalisasi yang lebih baik. Kepala madrasah harus bertanggung jawab
atas kelancaran dan keberhasilan semua urusan pengaturan dan

30 Hamka, Tafsir al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1988), cet. I, juz XXII, hal. 112.
31 Ibid, hal. 346
32 Ibid, hal. 332.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 65


Wewenang Dan Tanggung Jawab...

pengelolaan madrasah secara formal kepada atasannya atau secara


informal kepada masyarakat yang telah menitipkan anak didiknya.
Kepala madrasah adalah tenaga fungsional guru yang diberi tugas
untuk memimpin suatu madrasah dimana diselenggarakan proses belajar
mengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang
memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.33
Wewenang dan fungsi tanggung jawab kepala madrasah sebagai
pemimpin pendidikan adalah:
1. Perencanaan madrasah dalam arti menetapkan arah madrasah
sebagai lembaga pendidikan dengan cara merumuskan visi, misi,
tujuan, dan strategi pencapaian.
2. Mengorganisasikan madrasah dalam arti mebuat membuat struktur
organiasasi (stucturing), menetapkan staff (staffing) dan
menetapkan tugas dan fungsi masing-masing staff
(functionalizing)
3. Mengawasi dalam arti melakukan supervisi, mengendalikan, dan
membimbing semua staf dan warga madrasah.
4. Mengevaluasi proses dan hasil pendidikan untuk dijadikan dasar
peningkatan dan pertumbuhan kualitas, serta melakukan problem
solving baik secara analitis sistematis maupun pemecahan masalah
secara kreatif, dan menghindarkan serta menanggulangi konflik34.
Sebagai admisnistrator mengandung makna bahwa sebagai kepala
madrasah dengan tugas pokok dan fungsi di bidang administrasi,
pimpinan madrasah yang menjalankan tugas pokok dan fungsi
menggerakkan dan mempengaruhi guru-guru dan staf madrasah untuk
bekerja. Manajer madrasah mengandung makna sebagai kepala
madrasah dengan tugas pokok dan fungsi proses dan operatif dari

33 Wohjosumidjo, Kepimpinan Kepala Madrasah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada),


cetakan ke3, hal. 83.
34 Hari Suderadjat, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah, (Bandung: Cipta

Cekas Grafika, 2004), hal. 112.

66 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Maryani

keseluruhan aktivitas instituisinya, sedangkan school principal


bermakna menjalankan tugas pokok dan fungsi sebagai principalship.35
Pada dasarnya tugas kepala madrasah itu sangat luas dan kompleks.
Rutinitas kepala madrasah menyangkut serangkaian pertemuan
interpersonal secara berkelanjutan dengan murid, guru dan orang tua,
atasan dan pihak-pihak terkait lainnya.
Tugas kepala sekolah (madrasah) sebagai berikut: (1) Menjaga agar
segala program madrasah berjalan sedamai mungkin (as peaceful as
possible); (2) Menangani konflik atau menghindarinya; (3) Memulihkan
kerjasama; (4) Membina para staf dan murid; (5) Mengembangkan
organisasi; (6) Mengimplementasi ide-ide pendidikan. Untuk memenuhi
tugas-tugas di atas, dalam segala hal hendaknya kepala madrasah
berpegangan kepada teori sebagai pembimbing tindakannya. Teori ini
didasarkan pada pengalamannya, karakteristik normatif masyarakat dan
madrasah, serta iklim instruksional dan organisasi madrasah.
Seorang kepala madrasah harus memiliki kualitas dan kompetensi.
Secara umum kepala madrasah setidaknya mengacu kepada empat hal
pokok yang dimiliki, yaitu; (a) sifat dan keterampilan kepemimpinan, (b)
kemampuan pemecahan masalah, (c) keterampilan sosial, dan (d)
pengetahuan dan kompetensi profesional.
Kepala madrasah merupakan faktor penggerak, penentu arah
kebijakan madrasah yang akan menentukan bagaimana tujuan madrasah
dan pendidikan pada umumnya. Kepala madrasah dituntut senantiasa
meningkatkan efektifitas kinerja. Melihat penting dan strategisnya posisi
kepala madrasah dalam mewujudkan tujuan madrasah, maka seharusnya
kepala madrasah harus mempunyai nilai kemampuan relasi yang baik
dengan segenap warga di madrasah, sehingga tujuan madrasah dan
tujuan pendidikan berhasil dengan optimal. Ibarat nahkoda yang
menjalankan sebuah kapal mengarungi samudra, kepala madrasah
mengatur segala sesuatu yang ada di madrasah.

35 Sudarwan, Menjadi Komunitas Pembelajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hal. 57

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 67


Wewenang Dan Tanggung Jawab...

Pada awal khalifah di dalam Islam, tanggung jawab kepemimpinan


ditunjukan kepada Umar bin Khatab setelah Abu Bakar. Banyak hal
mengenai tanggung jawab kepemimpinan yang sudah dicontohkan oleh
beliau. Pernah Umar memakai baju bulu domba yang sebagiannnya
dipenuhi dengan tambalan dari kulit, padahal waktu itu beliau adalah
seorang khalifah, sambil memikul jagung ia lantas berjalan mendatangi
pasar untuk menjamu orang-orang.” Abdullah, puteranya berkata, ”Umar
bin Khattab berkata, ”Seandainya ada anak kambing yang mati di tepian
sungai Eufrat, maka Umar merasa takut diminta pertanggung jawaban
oleh Allah SWT.”
Umar dalam tanggung jawab sebagai khalifah pemimpin umat
beliaulah yang lebih dahulu lapar dan yang paling terakhir kenyang,
Beliau berjanji tidak akan makan minyak samin dan daging hingga
seluruh kaum muslimin kenyang memakannya. Tidak diragukan lagi,
khalifah Umar bin Khattab adalah seorang pemimpin yang arif,
bijaksana dan adil dalam mengendalikan roda pemerintahan. Bahkan ia
rela keluarganya hidup dalam serba kekurangan demi menjaga
kepercayaan masyarakat kepadanya tentang pengelolaan kekayaan
negara.
Kepala madrasah seyogyanya mencontoh bagaimana tanggung
jawab kepemimpinan Umar, mendekatkan diri kepada Allah SWT,
dalam menjalankan aktifitas hubungan sebagai kepala madrasah dengan
guru, siswa dan elemen yang mendukung madrasah.

F. Pendelegasian Wewenang (Otoritas) Kepala Madrasah


Kunci perbedaan otoritas dan tanggung jawab adalah dua sisi dari
mata uang yang sama. Istilah otoritas singkatan dari kekuasaan atau hak
yang diberikan kepada seseorang untuk membuat keputusan yyang

68 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Maryani

disebut wewenang, sedangkan tanggung jawab adalah kewajiban untuk


memelihara dan mengatur kewenangan ditugaskan. 36
Delegasi wewenang adalah pelimpahan atau pemberian otoritas dan
tanggung jawab dari pimpinan atau kesatuan organisasi kepada
seseorang atau kesatuan organisasi lain untuk melakukan aktivitas
tertentu. Hal ini didasarkan bahwa pada esensinya hampir tidak ada
seorang kepala madrasah yang dapat secara pribadi menyelesaikan
secara penuh seluruh tugas organisasi seorang diri. Kepemimpinan
kepala madrasah yang sukses tampak pada kepemimpinan menejer yang
mempengaruhi bawahan untuk mengerjakan suatu tugas. Apabila
bawahan mengerjakan tugas tersebut, berarti kepala sekolah sukses
dalam kepemimpinannya, tetapi hal tersebut tidaklah efektif. Namun
apabila bawahan mengerjakan tugas tersebut dengan rasa
ketidaksenangan dan melakukan tugas tersebut hanya karena otoritas
seorang manajer maka manajer tersebut sukses dalam
37
kepemimpinannya.
Seorang ahli dari Inggris J.C Denyer dalam The Liang Gie
menyatakan bahwa seseorang manajer perkantoran harus memiliki
pendidikan dan latihan yang tepat maupun ciri-ciri perwatakan yang
cocok dengan tugasnya. Selanjutnya harus memiliki kemampuan
melimpahkan pekerjaan maupun kecakapan dalam organisasi.38
Pada dasarnya pelimpahan wewenang dan tanggung jawab
didasarkan atas prinsip-prinsip sebagai berikut:39
1. Agar organisasi dapat menggunakan sumber dayanya secara efisien,
tanggung jawab atas tugas yang detail yang dilimpahkan kepada
hierarki organisasi yang paling bawah yang mempunyai kemampuan
dan informasi yang cukup untuk pelaksanaan tugas tersebut yang
secara kompeten. Dampak yang diharapkan atas konsep ini adalah

36http://translate.google.com/translate?hl=id&sl=en&u=http://www.differencebetween.info

/difference-between-authority-and-responsibility&prev=search diakses tanggal 20 Oktober 2015


37 H.B. Siswanto, Pengantar Manajemen, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), hal. 163
38 The Liang Gie, Administrasi Perkantoran Modern, (Yogyakarta: Liberty, 2000), hal. 12.
39 Ibid. hal. 164

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 69


Wewenang Dan Tanggung Jawab...

agar setiap individu dalam organisasi dapat melaksanakan tugas


secara efektif.
2. Agar delegasi wewenang dan tanggung jawab berlangsung secara
efektif, para anggota organisasi harus eksistensi mereka dalam suatu
rantai komando. Prinsip ini mempertegas bahwa dalam suatu
organisasi harus terdapat suatu garis wewenang dan tanggung jawab
yang jelas.
3. Agar delegasi wewenang dan tanggung jawab itu berlangsung
efektif, setiap anggota organisasi melaporkan hanya kepada satu
atasan.
Dalam organisasi lini (garis) pendelegasian wewenang dilakukan
secara vertikal melalui garis terpendek dari seorang atasan kepada
bawahannya. Pelaporan tanggung jawab dari bawahan kepada atasannya
juga dilakukan melalui garis vertikal terpendek. Perintahan-perintah
hanya diberikan seorang atasan saja dan pelaporan tanggung jawab
hanya kepada atasan bersangkutan.
Pendelegegasi wewenang merupakan suatu faktor yang penting di
dalam manajemen dikarenakan: (a) menetapkan hubungan organisatoris
formal diantara anggota-anggota badan usaha, (b) memberikan
kekuasaan manajerial agar mereka mampu bertindak apabila keadaan
memaksa dan (c) mengembangkan bawahan dengan cara memberi izin
kepada mereka untuk mengambil keputusan dan menerapkan
pengetahuan yang mereka peroleh.40
Jika otoritas tidak pernah menjadi masalah, orang akan ingin
mendelegasikan tanggung jawab secara maksimum. Dalam rangka
paling lengkap untuk mewujudkan potensi dari setiap anggota, dan
jaminan terbaik keberhasilan organisasi, pimpinan akan ingin memiliki
semua orang merasa bertanggung jawab. Otoritas adalah cukup
sederhana kemampuan untuk membuat keputusan tertentu tanpa harus
meminta izin orang lain.

40 George R. Terry, Prinsip-prinsip .., hal. 101

70 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Maryani

Modulasi otoritas adalah masalah yang lebih halus dari pada


penyebaran tanggung jawab. Tidak seperti tanggung jawab, yang harus
sepenuhnya didistribusikan mungkin, otoritas harus lebih hemat
dibagikan.41 Wewenang dan tanggung jawab adalah fungsi dasar
dipertimbangkan pada tahap utama dalam sistem manajemen. Dalam
perusahaan sukses, ini adalah fungsi dasar yang dikelola oleh otoritas
masing-masing organisasi.
Otoritas adalah suatu entitas atau kekuasaan untuk menegakkan
hukum-hukum tertentu, aturan dan harapan. Kekuatan otoritatif selalu
diberikan dengan kebebasan mengambil keputusan dan mengelola
kendali yang diperlukan, untuk kepentingan organisasi.
Otoritas sebagai hak untuk memberi perintah. Tanpa otoritas, kepala
madrasah tidak lagi menjadi manajer, karena ia tidak bisa mendapatkan
kebijakannya dilakukan melalui orang lain. Dalam pendelegasian
wewenang berjalan mengalir ke bawah, yaitu bekerja dari atasan atas ke
pengikut lebih rendah.
Otoritas adalah kekuatan untuk memberi perintah dan
mendapatkannya dipatuhi atau dengan kata lain itu adalah kekuatan
untuk mengambil keputusan. Tanggung jawab berarti keadaan yang
akuntabel atau jawab untuk setiap kewajiban, kepercayaan, utang atau
sesuatu atau dengan kata lain berarti kewajiban untuk menyelesaikan
pekerjaan yang ditugaskan pada waktu dan dengan cara terbaik.
Wewenang dan tanggung jawab yang terkait erat dan ini menyatakan
prinsip bahwa kedua harus berjalan seiring. Ini berarti bahwa otoritas
yang tepat harus didelegasikan untuk memenuhi tanggung jawab.
Berikut ini adalah perbandingan antara wewenang dan tanggung
jawab:

41JonathanWallacedalamhttp://translate.google.com/translate?hl=id&sl=en&u=http://www.

spectacle.org/1098/leader.html&prev=search

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 71


Wewenang Dan Tanggung Jawab...

Kewenangan Tanggung jawab

Definisi Otoritas adalah kekuatan untuk Tanggung jawab adalah fakta


memberi perintah, membuat memiliki tugas untuk berurusan
keputusan, dan menegakkan dengan sesuatu, atau memiliki
kepatuhan. kendali atas seseorang.

Pada Kekuatan. Tugas.


dasarnya

Fungsi utama 1. Perintah 1. tugas


2. Perintah memainkan peran 2. Ketaatan memainkan peran
penting. penting.

Durasi Jangka waktu lebih lama Itu akan selesai dengan selesainya
Waktu dibandingkan dengan tanggung tugas sehingga memiliki waktu yang
jawab. lebih singkat.

Arus arah Mengalir ke bawah. Mengalir ke atas.

Delegasi Hal ini dapat didelegasikan kepada Hal ini tidak dapat didelegasikan.
orang lain.

Contoh Hak manajer untuk perintah Kewajiban bawahan untuk


bawahannya. menyelesaikan pekerjaan yang
ditugaskan.

Tanggung jawab adalah kewajiban, wewenang adalah hak, ketika


hak dilaksanakan, kewajiban terlaksana, ketika hak dilaksanakan,
kewajiban dilaksanakan maka tidak akan terganggu, kalau kewajiban
terlaksana maka hak orang lain terpenuhi. Kewajiban dilanggar, maka
hak tidak terpenuhi. Maka sepantasnya seorang kepala madrasah
melaksanakan hak dan kewajiban dengan menjalankan weweenang dan
tanggung jawab.

G. Kesimpulan
Manajemen dalam sebuah organisasi pada dasarnya dimaksudkan
sebagai suatu proses (aktivitas) penentuan dan pencapaian tujuan
organisasi melalui wewenang dan tanggung jawab dalam penggunaan
sumber daya organisasi. Wewenang adalah hak dan kekuasaan untuk

72 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Maryani

bertindak, membuat keputusan, memerintah, dan melimpahkan tanggung


jawab kepada orang lain. Adapun bentuk-bentuk wewenang adalah:
wewenang kharismatis, tradisional, dan rasional (legal), wewenang
resmi dan tidak resmi, wewenang pribadi dan territorial, wewenang
terbatas dan menyeluruh. Pendelegasian wewenang (otoritas) adalah
pelimpahan atau pemberian otoritas dan tanggung jawab dari pimpinan
atau kesatuan organisasi kepada seseorang atau kesatuan organisasi lain
untuk melakukan aktivitas tertentu.
Tanggung jawab adalah keharusan untuk melakukan semua tugas-
tugas (kewajiban) yang dibebankan kepada seseorang, sebagai akibat
dari wewenang yang diterimanya atau dimilikinya. Tanggung jawab
adalah kewajiban untuk melakukan sesuatu yang timbul karena
seseorang telah menerima wewenang, maka dari itu, antara wewenang
dan tanggung jawab harus seimbang.

DAFTAR PUSTAKA
Abu 'Abdillah Muhammad ibn Ismail al-Bukhari, al Jami' al-Sahih al-
Musnad min Hadis Rasulillah Sallallahu 'alaihi wa Sallam wa
Sunanihi wa Ayyamihi, Jilid. III Kairo: al-Matba'ah al-
Salafiyyah, 1403 H.
Abdullah bin Abdurrahman bin Shalih Ali Bassam,Taisirul-Allam Syarh
Umdatul-Ahkam, Jeddah: Maktabah As-SAWady Lit-
Tauzi’,1412/1992
Ahmad Mustofa, Ilmu Budaya Dasar, CV Pustaka Setia, Bandung 1999
Ahmad Sunarta dan Syamsuddin Noor, Himpunan Hadits Shahih
Bukhari, Jakarta: An Nur, 2009
Al-‘Asqalani, Syihab al-Din Abu al-Fadl Ahmad ibn ‘Ali ibn
Hajar. Nuzhat al-Nazr Syarh Nukhbah. Mesir. al-
Munawwarah. t.th. Ibn Hajar al-'Asqalani

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 73


Wewenang Dan Tanggung Jawab...

Amin Abdullah, Membangun Paradigma Keilmuan Interkonektif Islamic


Studies di Perguruan Tinggi; Pendekatan Integratif-Interkonektif,
Cetakan: I, Februari 2006
Definisi Wewenang, http://artikata.com/arti-383651-wewenang.html
George R. Terry, Prinsip-prinsip Manajemen, Jakarta: PT Bumi Aksara,
2009
H.B. Siswanto, Pengantar Manajemen, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011
Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, Surabaya, CV. Haji Mas
Agung, 1997
Hamka, Tafsir al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1988, cet. I, juz
XXII
Hari Suderadjat, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah,
Bandung: Cipta Cekas Grafika, 2004.
'Imad al-Din Abu al-Fida' Isma'il ibn Kasir al-Dimasyqi, Tafsir al-
Qur'an al-Azim, jil. XI Kairo: Muassasah Qurtubah, 2000
M. Dawam Raharjo, Ensiklopedi Islam, Tafsir Sosial berdasarkan
Konsep-konsep Kunci, Jakarta: Paramadina, 2002
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2008
M. Quraish Shihab, Tafsir Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-
Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002
Malyu S.P Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2012
Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi, Terjemah Shahih Muslim Riyadhus
Shalihin Jilid III
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014,
Tentang Kepala Madrasah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor 28 tahun 2010 Tentang
Penugasan guru sebagai kepala sekolah/ madrasah, 20 Juni
2010

74 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Maryani

Rachmat Ramadhana al-Banjari, Prophetic Leadership, Yogyakarta:


DIVA Press, 2008
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Kalam Mulia, 2008
Robbin dan Coulter, Manajemen (edisi kedelapan), Jakarta: PT Indeks,
2007
Roderik Martin, Sosiologi Kekuasaan, ter. Herjoediono, Jakarta:
Rajawali Press, 1990
Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pres, 1990
Sudarwan, Menjadi Komunitas Pembelajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2003
The Liang Gie, Administrasi Perkantoran Modern, Yogyakarta: Liberty,
2000
Thomas Gordon, Kepemimpinan yang Efektif, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 1994
Wohjosumidjo, Kepimpinan Kepala Madrasah, Jakarta: Raja Grafindo
Persada), cetakan ke 3.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 75


Mendidik Keluarga Bahagia...

MENDIDIK KELUARGA BAHAGIA

H. Mitakul Huda, S. Ag, M. Pd. I

Abstrak
‫ الصػادة دليًٓ ٌيو إىل‬.‫ وجلييٓا الةد ةاتلػيً و الرياطث‬.‫إن ليٍرء لكّ إرادة شػادة احلياة‬
ٌَ ‫ ويٍؾَ أن يخٔب‬،‫ كادرة ىلع اتلأمو‬،‫ بصيطث يف احلياة‬،‫ ىطيؿ يف اجلٍػيث‬،َ‫ادلي‬
. ‫واخرتام وٌػارشةةاملػروفهل‬ ‫الزوج لزوجخّ الةد هل إطػام وكصاء‬.ّ‫أخطائ‬
ٌَ ‫ وممخِث ليطؿ‬، ‫اطاغث هل‬ ‫الزوجة لزوجّالةد هلا اىزتام ليدفاظ ىلع رشـّ و‬
‫واجتات اآلةاء ألطفاهلً يه ان يػطيّ اشً ا جًيال و ىلٍث اىػيض و حؾريٍا‬.‫زوجٓا‬
‫غييٓا أن يػاجلٓا‬ ‫ وغِدٌا يؾٔن ِْاك رصاع يف األرسة جيب‬.ّ‫وحػييٍا هل وحزوجخ‬
‫احلهٍث والرطيدة ةٔشييث ثالث وىه "حػفٔا وحصفدٔا وحؾفروا" والصرب والصالة ويف‬
‫ب‬
‫ شٔف يخً خو‬،‫وكج الخق يف الصجدة األخرية يف الصالة يصٌل ٌَ أجو ةػٔن اهلل‬
.‫املظلكث الصػتث كريتا اهلل والرصاع يصخهٍو كريتا‬

A. Pendahuluan
Fitrah makhluk hidup di alam dunia adalah hidup selalu berpasang-
pasangan. Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan, ada pria ada
juga wanita, keduanya diciptakan untuk saling melengkapi karena
keduanya saling membutuhkan. Kehadiran keduanya akan saling
menolong dan saling menentramkan. Tanpa wanita, pria akan
kesepian,begitu juga sebaliknya. Pria membutuhkan wanita sebagai
perhiasan kehidupan danwanita memerlukan pria karena memberikan
perlindungan.
Ada daya tarik menarik yang sangat kuat antara pria dan wanita,ini
adalah sunnatullah. Pria sangat menginginkan wanita,, wanita pun sangat
mendambakan pria. Hanya saja keduanya memiliki sifat dan karakter
yang berbeda.Masing-masing mempunyai kelebihan tersendiri.Bagi pria,
wanita adalah makhluk yang paling menarik hati. Allah menjelaskan hal
ini dalam AI-Quran;

76 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


H. Mitakul Huda, S.Ag., M.Pd.I

     


    

        

         

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada


apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang
banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang
ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di
sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”1 (QS. Ali Imran :
14)
Pria menyukai wanita adalah hal yang wajar. Bila ada pria tidak
menyukai wanita, maka dipertanyakan sifat kepriaannya.Pria memiliki
kecendrungan tinggi terhadap wanita.Karena itu, Allah membolehkan
pria memiliki empat orang Istri.Kecenderungan tersebut tidak hanya dari
segi seksual saja, tetapi juga dari ketentraman hati.Ada ketentraman hati
tersendiri bagi pria dengan memiliki wanita. Sebuah ketentraman hati
yang tidak bisa diperoleh dengan cara selainnya. Satu-satunya cara untuk
memperoleh ketentraman tersebut yaitu dengan cara menikahi wanita.
Dengan pernikahan, hubungan antara seorang pria dan wanita akan
menjadi halal.Hubungan dalam ikatan pernikahan inilah yang mampu
menentramkan hati. Sehingga antara keduanya akan terjalin rasa kasih
dan sayang.
Imam Al Ghazali dalam Abdul Rachman Hussein mengatakan
bahwa pernikahan adalah penenang jiwa. Dan kesenangan kepada istri
adalah ketika bersanding bersamanya, memandang dan

1
Anonim, Al Qur‟an dan Terjemahannya; Edisi Baru Revisi, ( Semarang : CV Thaha
Putra, 1989), hal. 73

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 77


Mendidik Keluarga Bahagia...

bercanda.Perkawinan juga me-nenteramkan hati dan menambah


kekuatan untuk beribadah.2
Hanya saja suasana indah dalam berumah tangga tersebut tidak
selamanya indah seperti yang diungkapkan Al Qur‟an, Hadis Nabi
SAW, dan para ulama‟ yang telah mumpuni kefakihannya dalam Al
Qur‟an dan Hadis. Kadang bisa terjadi setelah pernikahan dan memiliki
beberapa orang anak, keluarga tersebut tidak bahagia dan tidak ada
ketentraman.
Berdasarkan fenomena ini penulis akan membahas cara Membangun
Keluarga Bahagia agar setelah pernikahan dan memiliki beberapa orang
anak mereka bisa meraih ketentraman dan kebahagiaan hidup
berkeluarga. Mengawali pembahasan ini penulis ingin mengungkapkan,
Pertama, Pengertian Keluarga Bahagia, Kedua, Ciri-ciri Keluarga
Bahagia, Ketiga, Kewajiban dan Hak Suami-Istri, Keempat, Kewajiban
Orang Tua dan Anak, dan Kelima, Ikhtiar Menjadikan Keluarga yang
Rukun.

B. Mendidik Keluarga Bahagia


Setiap orang pasti memiliki harapan dalam hidupnya untuk
memperoleh hidup bahagia, sehingga laki-laki berjuang keras untuk
memperoleh istri yang dicintainya dan wanita mendambakan suami yang
mampu melindunginya hanya karena merindukan hidup bahagia. Namun
tidak semua harapan bisa tercapai semua, kadang tersandung ditengah
jalan karena ketidaktahuan mereka. Untuk itu penulis mencoba
mengungkapkan cara menggapai hidup bahagia.
1. Pengertian Keluarga Bahagia
Keluarga bahagia menurut psikologi kesehatan mental, dikutip
Saparinah Sadli dalam Berbeda Tetapi Setaraadalah suami-istri mengisi
masing-masing perannya dengan rasa senang sesuai dengan harapan
masing-masing dan lingkungannya agar kehidupan berumah tangga
2
Abdul Rachman Hussein, Seri Membangun Keluarga Sakinah; Kado Terindah Untuk
Istriku Tercinta, (Jakarta : Gramedia, 2009), hal. 15

78 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


H. Mitakul Huda, S.Ag., M.Pd.I

dapat berlangsung dengan konflik minimal.3 Konflik tidak bisa


dihindarkan dalam kehidupan berkeluarga, hanya bisa diminimalisir,
sebab logikanya tumpukan piring bila bersentuan pasti akan berbunyi
dan bahkan bisa sampai pecah.
Arif Ali Arif, dkk, dalam Masailu Ma‟ashiratin fi Al Fiqhi Al
Islamy menjelaskan bahwa,

,‫ان االرسة الصػيدة يه اغيث لك انصان ىف احلياة الزوجيث‬


‫ يصىع اىل‬- ‫ نؾريه ٌَ املجخٍػات االخرى‬- ً‫واجلاوي املصي‬
. ‫ةِاء االرسة اىىت حتلق الغظائٓا الراخث والصػادة ىف احلياة‬
‫ اذ‬,‫ـلك ٌَ الزوج و الزوجث يؤدى دورا ٌٍٓا ىف حتليق ذلم‬
‫ وٍْا الزلان يلٔدان شفيِث‬.‫آٍُا غظٔان اشاشيان ىف االرسة‬
.‫احلياة الزوجيث اىل حتليق الصػادة والصالٌث ىف ادليَ وادلُيا‬
‫ وصالخٍٓا‬,‫ ـان صالح االرسة ىف صالح الزوجني‬,ّ‫وغيي‬
.‫يتدأ ٌَ الصفات اىىت حيخالن ةٓا‬
Ungkapan diatas bisa dipahami bahwa keluarga bahagia adalah
tujuan setiap manusia dalam kehidupan perkawinan, orangjawa muslim,
dan yang lainnya, berusaha membangun keluarga bahagia untuk anggota
keluarganyademi kenyamanan dan kebahagiaan di dalam
kehidupan.Baik suami dan istri berperan penting dalam mencapai
kebahagiaan ini, karena suami istri adalah pondasi yang penting dalam
keluarga. Keduanya adalah yang mengendalikan kapal kehidupan
pernikahan untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan di dalam
agama dan dunia. Dengan demikian, baiknya keluarga adalah baiknya

3
Saparinah Sadli, Berbeda Tetapi Setara; Pemikiran Tentang Kajian Perempuan ,(Jakarta :
Kompas Media Nusantara, 2010), hal. 170.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 79


Mendidik Keluarga Bahagia...

suami dan istri, dan baiknya suami dan istri adalahdiawalidari karakter-
karakter yang ada pada mereka.4
Menurut Hasan Basri dalam Merawat Cinta Kasih ia mengatakan
bahwa keluarga bahagia yaitu keluarga yang rukun, tertib, disiplin,
saling menghargai, penuh pemaaf, tolong menolong dalam kebajikan,
memiliki etos kerja yang baik, bertetangga dengan saling menghormati,
taat mengerjakan ibadah, berbakti pada yang lebih tua, mencintai ilmu
pengetahuan dan memanfaatkan waktu luang dengan hal yang positif
dan mampu memenuhi dasar keluarga.5
Membangun keluarga dengan benar menetentraman hati bagi
pelakunya, sehingga Nabi SAW memerintahkan orang bila sudah
mampu, untuk segera nikah agar hatinya tentram dan hidupnya terarah,
sebagaimana sabdanya;

ٌَ ‫كال رشٔل اهلل صًل اهلل غييّ وآهل وشيً يا ٌػرش الظتاب‬
َ‫اشخطاع ٌِؾً ابلاءة ـييزتوج ـإُّ أؽض ليترص وأخص‬
. ‫ليفرج وٌَ لً يصخطع ـػييّ ةالصٔم ـإُّ هل وجاء‬
Rasulullah SAW telah bersabda,“Wahai para pemuda, siapa di
antara kalian yang telah memperoleh kemampuan (menghidupi rumah
tangga), menikahlah,karena sesungguhnya, perhikahan itu lebih mampu
menahan pandangan mata dan menjaga kemaluan,dan barangsiapa
belum mampu melaksanakannya, hendaklah ia berpuasa karena puasa itu
akan meredakan gejolak hasrat seksual”.
Ketentraman hidup terwujud bila kebutuhan hidup terpenuhi.
Kebutuhan hidup bisa terpenuhi hanya melalui pernikahan karena itu

4
Arif, Arif Ali, dkk, Masailu Ma‟ashiratin fi Al Fiqhi Al Islamy, (Kuala Lumpur : Fajar
Ulung, 2014), hal. 149.
5
Hasan Basri, Merawat Cinta Kasih, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hal 111.
6
Muhammad Bin Futuh Al Hamidy, Al Jam‟u Baina Al Shahihaini Al Bukhory wa Muslim,
(Bairut : Dar Al Nasyr, 2002, Cet. II, Juz I), hal. 110.

80 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


H. Mitakul Huda, S.Ag., M.Pd.I

Thalhah bin Mathraf dalam Tafsir Al Siraj Al Munir memberi fatwa agar
manusia mau menikah.

ً‫حزوجٔا ـإُّ أوشع ىؾً يف رزكؾً وأوشع يف أخالكؾ‬


‫ وىلد اكن غِدُا رجو‬/ ‫ويزيد اهلل يف ثروحؾً كااللزخمرشي‬
، ‫رازح احلال ثً رأيخّ ةػد شنني وكداُخػظج خاهل وخصِج‬
‫ نِج يف أول أمري ىلع ٌا غيٍج وذلم كتو أن‬/ ‫ـصأتلّ ـلال‬
ً
‫ ـيٍا رزكج ةؾر ودلي حراخيج غَ اىفلر ـيٍا‬، ‫أرزق ودلا‬
َّ ‫ودل يل اثلاين ازددت خريا ً ـيٍا حخامٔا ثالثث‬
‫صب اهلل غٌل اخلري‬
.‫ ـأصتدج إىل ٌا حرى‬،
Ungkapan di atas bisa dipahami bahwa menikah itu bisa
melapangkan rizki, meluaskan akhlak, dan menambah kebaikan. Lalu Al
Zamakhsyary menjelaskan bahwa ia menemui orang yang hidupnya
jatuh bangun, setelah beberapa tahun hidupnya membaik, lalu Al
Zamakhsyary bertanya kepada orang tersebut dan ia menjelaskan bahwa
sebelumnya ia hidup susah sebelum dikaruniai anak dan setelah ia
dikaruniai anak, sedikit demi sedikit ia meninggalkan kefakiran dan
setelah memiliki anak yang ke dua hidupnya lebih baik dan sempurna
7
kebaikannya setelah memiliki anakyang ke tiga.

Berdasarkan pendapat diatas bisa dipahami bahwa keluarga bahagia


adalah keluarga yang anggota keluarganya mengerti dan menjalankan
perannya masing-masing. Dengan demikian keluarga bahagia adalah
keluarga yang rukun seluruh anggota keluarganya, penuh kasih dan
sayang sesuai dengan perannya masing-masing.

7
Muhammad Bin Ahmad Al Syarabaini, Tafsir Al Siraj Al Munir, (Bairut : Dar Al Kutub
Al „Ilmiah, 1979, Juz II), hal. 488.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 81


Mendidik Keluarga Bahagia...

2. Ciri-ciri Keluarga Bahagia


Membentuk keluarga bahagia tidak semudah mengatakannya dan
tidak semudah membalikkan telapak tangan, tetapi memerlukan badzlul
juhdi, mencurahkan segala kesungguhan, dalam meraih sebuah keluarga
bahagia.Jalaluddin Abdurrahman Bin Aby Bakrin Al Suyuthy dalam Al
Fath Al Kabir fi Dhommi Al Ziyadah ila Al Jami‟i Al Shaghiri,
mengungkapkan ciri-ciri keluarga bahagia dengan mengangkat Hadis
Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Dailami, ia mengatakan;
ُ ُ َ َ َّ َ
ًْ ْ‫ري‬ ‫يَ ووكر ص ِؾ‬ ِّ ‫أْو َبيْج َخ ْريا ً َػ َّل َٓ ُٓ ًْ يف‬
‫ادل‬
ْ َ
ِ ٍ ِ ِ‫إذا أراد اهلل ة‬
ًْٓ‫واىل ْص َد يف َن َفلاح‬
َ ْ َ َ َ ْ ِّ ْ ُ َ َ َ ْ ُ َ َ
ِِ ًِٓ ‫ن ِتريًْ ورزؼًٓ الرػق يف ٌػيظ ِخ‬
َ َ َ ْ ‫أراد ةٓ ًْ َغ‬
َ ُ ُ‫ٔب ُٓ ًْ َػيَخ‬
َ ُ‫رص ُْ ًْ ُعي‬
َ َّ ‫َو َب‬
ًْ ُٓ ‫ري ذلم ح َرك‬ ِِ ‫وإذا‬ ‫ٌِٓا‬ ‫ٔا‬‫ٔب‬
ً َ
.‫ْ ٍَال‬
Jika Allah menghendaki keluarga menjadi keluargayangbaik maka
Allah memberikan lima perkara; (I) memiliki kecenderungan kepada
agama, (2)yang muda menghormatiyang tua, {3) lemah lembut dalam
pergaulau, (4)sederhana dalam hidup, dan (5) mampu introspeksi dan
dapat bertobat dari kesalahan-kesalahannya. Jika Allah
tidakmenghendakidemikian, maka merekadibiarkan tanpa hal-hal
tersebut." (HR Dailami).
Hadis ini menunjukkah bahwa sebuah rumah tangga tidak akan
meraih kebahagiaan dan ketentraman bila anggota keluarganya tidak
menjadi orang yang taat beribadah. Taat beribadah dalam sebuah
keluarga sulit dicapai kalau tidak diawali oleh suami sebagai kepala
rumah tangga dan diikuti istri sebagai ibu rumah tangga. Suami istri
yang sama-sama taat beribadah kepada Allah SWT akan melahirkan
generasi yang taat juga, sebab orang yang taat senantiasa melazimkan

8
Jalaluddin Abdurrahman Bin Aby Bakrin Al Suyuthy,Al Fath Al Kabir fi Dhommi Al
Ziyadah ila Al Jami‟i Al Shaghiri, (Bairut : Dar Al Nasyr, 2003, Juz I), hal. 69.

82 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


H. Mitakul Huda, S.Ag., M.Pd.I

do‟a dalam setiap gerak dan langkahnya bahkan sampai tidurnya suami
istri pun diiringi dengan do‟a sehingga ketika lahir seorang anak, anak
tersebut sudah berada dalam lindungan Allah SWT lantaran do‟a kedua
orang tuanya.
Orang tua yang taat beribadah akan dilihat oleh anak-anaknya
sehingga dengan kecenderungan anak biasanya ia pun menirukan apa
yang dilakukan orang tuanya.Ketika kebiasaan ini berlangsung, dengan
hidayah Allah SWT, anak tersebut akan manjadi anak yang taat juga dan
bisa menghormati orang tuanya. Terbentuknya jiwa tawadhu‟,diawali
dari ketaatan kedua orang tua,dan sikap lemah lembut dalam pergaulan,
baik pergaulan keluarga maupun lingkungan masyarakat.
Berangkat dari keta‟atan yang membentuk sifat tawadhu‟
memunculkan kesederhanaan dalam hidup, karena keluarga yang ta‟at
mengerti indahnya kesederhanaan hidup dan ia berhati-hatiterhadap
bujuk rayu setan karena ia memahami firman Allah SWT;

         

         

 

... dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara


boros.Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara
syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. 9 (QS. Al
Isro‟: 26-27)
Kekuarga bahagia mampu introspeksi diri.Ia lebih suka mencari aib
dan kekurangan diri sendiri, tidak mau mencari aib orang lain apa lagi
mengada-adakan aib orang lain,ia paham hadis Rasulullah SAW yang
diriwayatkan oleh Anas r.a.,

9
Anonim, Al Qur‟an dan Terjemahannya, hal. 426.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 83


Mendidik Keluarga Bahagia...

ّ‫غَ أنس ريض اهلل غِّ كال كال رشٔل اهلل صًل اهلل غيي‬
.‫وشيٍطٔىب ملَ طؾيّ غيتّ غَ غئب اجلاس‬
Dari Anas r.a. ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “beruntunglah
orang yang sibuk terhadap aibnya sendiri dari pada aib orang lain”.
Keluarga bahagia memiliki kecenderungan kepada agama, yang
muda menghormati yang tua, lemah lembut dalam pergaulau, sederhana
dalam hidup, dan mampu introspeksi diri maka keluarga seperti ini
mudah menyadari kesalahan bila ia melakukan kesalahan.Perintah Allah
SWT,

 
      

    


Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada
surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-
orang yang bertakwa.11
Syahrin Harahap mengungkapkan kriteria keluarga bahagia dengan
mengatakan bahwa keluarga bahagia setidaknya memiliki sepuluh ciri,
yaitu: (1) Saling menghormati dan saling menghargai antara suami isteri,
sehingga terbina kehidupan yang rukun dan damai, (2) Setia dan saling
mencintai sehingga dapat dicapai ketenangan dan keamanan lahir dan
batin, (3) Mampu menghadapi segala persoalan dan segala kesukaran
dengan arif dan bijaksana, (4) Saling mempercayai, (5) Saling
memahami kelebihan dan kekurangan, (6) Konsultatif dan musyawarah,
tidak segan minta maaf jika bersalah, (7) Tidak menyulitkan dan
menyiksa pikiran tetapi secara lapang dada dan terbuka, (8) Dapat

10
Muhammad Bin Ismail Al Amir Al Kahlany Al Shan‟any, Subulu Al Salam, (Bandung :
Dahlan, tt, Juz IV), hal. 200.
11
Anonim, Al Qur‟an dan Terjemahannya, hal. 94.

84 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


H. Mitakul Huda, S.Ag., M.Pd.I

mengusahakan sumber penghasilan yang layak bagi seluruh keluarga,


(9) Semua anggota keluarga memenuhi kebahagiaannya, (10) Menikmati
hiburan yang layak.12
Ala Al Din Ali Bin Hisam Al Din Al Muttaqy Al Hindy Al Burhany
Faury menyebutkan ciri-ciri keluarga bahagia dalam Kitab Kanzu Al
„Amal fi Sunan Al Aqwal wa Al Af‟al, dengan mengungkapkan riwaya
dari Aby Hurairah r.a.

،‫ وأوالده أةرارا‬،‫ أن حؾٔن زوجخّ صاحلث‬/‫أربع ٌَ شػادة املرء‬


‫(رواه اىطرباين‬. ‫ وأن يؾٔن رزكّ يف ةرله‬،‫وخيطاؤه صاحلني‬
)‫غَ اةَ غتاس‬
Hadis ini menjelaskan bahwa: ada empat hal akan menjadi faktor
yang mendatangkan kebahagiaan keluarga, yakni ; (a) Suami/isteri yang
setia (saleh/salehah), (b) Anak-anak yang berbakti, (c) Lingkungan
sosial yang sehat, (d) Dekat rizkinya.
Berdasarkan pendapat-pendapat dapat diketahui bahwa ciri-ciri
keluarga bahagia adalah keluarga yang didalamnya terdapat suami yang
soleh, istri yang solehah, dan anak-anak yang berbakti kepada kedua
orang tuanya. Dengan keserasian suami, istri, dan anak,memunculkan
keluarga rukun, karena anggota keluarga mengerti perannya masing-
masing, sehingga bahtera keluarga mudah melaju ke depan
menyongsong gelombang kehidupan yang berwarna-warni dengan arif
dan bijaksana.
3. Kewajiban dan Hak Suami-Istri
Membangun rumah tangga bahagia pasangan suami-istri harus
mengetahui kewajiban dan haknya masing-masing. Suami menjalankan

12
Shahrin Harahap, Islam Dinamis: Menegakkan Nilai-Nilai Ajaran al-Qur‟an dalam
Kehidupan Modern Di Indonesia, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1996), hal. 164.
13
Ala Al Din Ali Bin Hisam Al Din Al Muttaqy Al Hindy Al Burhany Faury, Kanzu Al
„Amal fi Sunan Al Aqwal wa Al Af‟al, (Bairut : Mu‟assasah Al Risalah, 1981, Juz XI), hal. 93.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 85


Mendidik Keluarga Bahagia...

kewajibannya dan istri juga menjalankan kewajibannya, maka rumah


tangga berjalan sesuai dengan sistemnya. Untuk menjalankan kewajiban,
suami harus memahami apa yang seharusnya ia lakukan. Rasulullah
SAW menjelaskan tentang apa yang harus dilakukan oleh seorang suami
agar bisa membangun keluarga bahagia, sebagaimana yang diungkapkan
Muhammad Bin Jarir Bin Yazid Bin Katsir Bin Ghalib Al Amaly, yang
terkenal dengan Abu Ja‟far Al Thabary dalam kitab Jami‟ Al Bayan fi
Ta‟wil Al Qur‟an, melalui riwayat Hakim Bin Mu‟awiyah, dari ayahnya,

‫ أُّ جاء إىل اجليب صًل اهلل‬/ّ‫ غَ أةي‬،‫غَ خهيً ةَ ٌػاويث‬


،‫ يطػٍٓا‬/‫ ٌا خق زوجث أخدُا غييّ؟ كال‬/‫غييّ وشيً ـلال‬
‫ وال يٓجر إال يف‬،‫ وال يلتِّح‬،ّ‫ وال يرضب الٔج‬،‫ويؾصْٔا‬
.‫ابليج‬
Dari Hakim Bin Mu‟awiyah, dari ayahnya, bahwasannya ia
mendatangi Nabi SAW, kemudian ia bertanya, apa hak istri kami atas
suaminya ? Nabi SAW menjawab: “Memberi makankepadanya,
memberikan pakaian kepadanya, jangan memukul wajahnya, jangan
menghinakannya, dan jangan meninggalkannya kecuali di dalam
14
rumah”.

Kebahagiaan keluarga terbangun melalui usaha suami memberi


nafkah kepada istri dengan memenuhi kebutuhan makanannya. Suami
yang saleh mengerti bahwa memberi nafkan pada istri adalah ibadah
yang besar pahalanya. Abu Abdullah Muhammad Bin Ahmad Bin Abi
Bakr Bin Farh Al Anshary Al Khazrajy Syamsu Al Din Al Qurthuby
dalam Al Jami‟ Li Ahkam Al Qur‟an Imam Muslim meriwayatkan,

14
Muhammad Bin Jarir Bin Yazid Bin Katsir Bin Ghalib Al Amaly, Abu Ja‟far Al
Thabary,Jami‟ Al Bayan fi Ta‟wil Al Qur‟an,(Bairut : Mu‟assasah Al Risalah, 2000, Juz VIII),
hal. 309.

86 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


H. Mitakul Huda, S.Ag., M.Pd.I

ّ‫روى مصيً غَ أيب ْريرة كال كال رشٔل اهلل صًل اهلل غيي‬
ٌ
‫ديِار أُفلخّ يف شبيو اهلل وديِار أُفلخّ يف ركتث وديِار‬ ً‫وشي‬
‫حصدكج ةّ ىلع مصهني وديِار أُفلخّ ىلع أْيم أغظٍٓا‬
ً
.‫أجرا اذلي أُفلخّ ىلع أْيم‬
Imam Muslim meriwayatkan dari Abi Hurairah r.a. ia berkata,
Rasulullah SAW bersabda,“Satu dinar yang kamu belanjakan di jalan
Allah, satu dinar yang kamu belanjakan untuk memerdekakan budak,
satu dinar yang kamu belanjakan untuk orang miskin, dan satu dinar
yang kamu belanjakan untuk keluargamu, yang paling besar pahalanya
adalah satu dinar yang kamu belanjakanuntuk keluargamu”.
Memberi nafkah kepada keluarga termasuk di dalamnya adalah istri
dengan cara memberi makan, pakaian, dan kebutuhan hidup lainnya
merupakan kewajiban suami. Dan menafkahi keluarga membuahkan
pahala yang cukup besar. Untuk itu suami yang mengerti tentang buah
dari menafkahi keluarga, dia akan menjadi orang yang dihormati dalam
keluarga tersebut dan menjadi pemimpin keluarga yang keberadaannya
dirindukan keluarganya.
Membangun keluarga bahagia, suami harus bisa menghindari
kekerasan. Kekerasan dalam keluarga hanya menimbulkan kebencian,
dan kebencian menimbulkan keretakan. Untuk itu suami harus tahu
bahwa suami yang paling baik adalah suami yang paling baik pada
keluarganya. Abu Al Hasan Ali Bin Khalf Bin Abd Al Malik Bin Bathal
Al Bakry Al Qurthuby dalam Syarh Shahih Bukhary meriwayatkan hadis
dari Hisam Bin Urwah,

15
Abu Abdullah Muhammad Bin Ahmad Bin Abi Bakr Bin Farh Al Anshary Al Khazrajy
Syamsu Al Din Al Qurthuby, Al Jami‟ Li Ahkam Al Qur‟an, (Al Riyadh : Dar Ilm Al Kutub,
2003, Juz I), hal. 179.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 87


Mendidik Keluarga Bahagia...

‫ أن اجلىب صًل‬، ‫ غَ اعئظث‬، ّ‫ غَ أةي‬، ‫روى ْظام ةَ غروة‬


.‫ وأُا خريكً ألًْل‬، ّ‫اهلل غييّ وشيً كال خريكً خريكً ألْي‬
Hisam Bin Urwah meriwayatkan dari ayahnya dari „Aisyah r.a.
bahwa Nabi SAW bersabda,“Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik
perlakuannya terhadap keluarganya, dan aku adalah yang paling baik di
antara kalian terhadap keluargaku”.
Dengan demikian memukul wajah istri, menghinakannya, dan
menelantarkannya adalah perbuatan yang hanya menimbulkan keluarga
menjadi keluarga tidak harmonis.
Membangun keluarga bahagia, istri juga harus menjalankan
kewajibannya disamping suami menjalankan kewajibannya, kewajiban
istri terhadap suami,Abd Al Rahman Bin Al Kamal Jalal Al Din Al
Suyuthy dalam kitab Al Dar Al Mantsurmengungkapkan riwayat Anas
Bin Malik r.a.,

‫ " إذا‬/ ً‫ كال رشٔل اهلل صًل اهلل غييّ و شي‬/ ‫غَ أنس كال‬
‫صيج املرأة مخصٓا وصاٌج طٓرْا وخفظج ـرجٓا وأطاغج‬
.‫زوجٓا دخيج اجلِث‬
Dari Anas Bin Malik r.a. berkata, Rasulullah SAW bersabda,
“Apabila seorang perempuan telah menjalankan shalat lima waktu,
puasa bulan ramadhan, menjaga kemaluannya, dan menta‟ati suaminya
niscaya ia masuk surga”.
Dalam riwayat lain Rasulullah SAW menjelaskan sebagaimana yang
dikatakan Muhammad Bin Thahir Al Muqaddasy dalam kitab Dzakhirah

16
Abu Al Hasan Ali Bin Khalf Bin Abd Al Malik Bin Bathal Al Bakry Al Qurthuby, Syarh
Shahih Bukhary, (Al Riyadh : Maktabah Al Rusyd, 2003, Juz VII), hal. 309.
17
Abd Al Rahman Bin Al Kamal Jalal Al Din Al Suyuthy, Al Dar Al Mantsur, (Bairut : Dar
Al Fikr, 1993, Juz II), hal. 516.

88 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


H. Mitakul Huda, S.Ag., M.Pd.I

Al Khuffadh, riwayat Muhammad Bin Abban Al Kindy, dari Abdullah


Bin Umar r.a. Rasulullah SAW bersabda;

. ِّ‫ ويه ال تصخؾين غ‬، ‫اليِظر اهلل إىل امرأة ال تظهرلزوجٓا‬


“Allah tidak akan melihat seorang istri yang tidak mau berterima
kasih atas kebaikan suaminya padahal ia selalu butuh kepada suaminya”.
Suami istri yang menjalankan perannya, yakni suami memberi
makan dan pakaian kepadaistrinya, bersifat pemaaf dan kasih sayang,
mampu menghargai,tidak meninggalkannya kecuali di dalam rumah dan
istri bisa menjalankan shalat lima waktu, puasa bulan ramadhan,
menjaga kemaluannya, menta‟ati suaminya, serta mampu berterima
kasih atas kebaikan suaminya, keluarga seperti ini dengan sendirinya
terbentuk keluarga bahagia.
4. Kewajiban Orang Tua dan Anak
Keluarga lazimnya terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Membangun
keluarga bahagia tidak terlepas dari tiga komponen tersebut yang
kemudian tiga komponen itu menjadi dua tingkatan yakni orang tua dan
anak. Menjadikan keluarga bahagia harus memposisikan posisi orang tua
pada posisinya dan posisi anak pada posisinya.
Muhammad Sholikhin dalam Ritual dan Tradisi Islam Jawa
menyebutkan bahwa kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah
memberinya nama, nafkah, dan menikahkannya.19 Sementara itu Anas
Bin Malik dalam kitab Musnad Al Syihab,muallif Muhammad Bin
Salamah Bin Ja‟far Abu Abdullah Al Qadha‟iy, meriwayarkan,

18
Muhammad Bin Thahir Al Muqaddasy,Dzakhirah Al Khuffadh, (Al Riyadh : Dar Al
Salaf, 1996, Juz V), hal. 2740.
19
Muhammad Sholikhin, Ritual dan Tradisi Islam Jawa, (Yokyakarta : Narasi, 2010), hal.
160.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 89


Mendidik Keluarga Bahagia...

‫كال شٍػج رشٔل اهلل صًل اهلل غييّ و شيً يلٔل أكرمٔا‬
.ًٓ‫أوالدؽً وأخصِٔا آداة‬
Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Muliakanlah anak-
anakmu dan perbaikilah adabnya”.
Memberi nama adalah kewajiban orang tua, untuk itu orang tua
harus pandai memilih nama yang baik untuk anaknya karena nama yang
melekat pada anak merupakan do‟a bagi dirinya. Memberi nama dengan
nama yang buruk dilarang oleh Islam, sebagai mana yang diungkapkan
Muhammad Bin Futuh Al Hamidy dalam Al Jami‟ Baina Al Shahihain
Al Bukhary wa Muslim, riwayat dari Al Rabi‟ Bin Amilah dari Samrah ia
berkata, Rasulullah SAW bersabda;

‫غَ الربيع ةَ غٍييث غَ شٍرة كال كال رشٔل اهلل صًل اهلل‬
‫غييّ وشيً أخب الالكم إىل اهلل أربع شتدان اهلل واحلٍد هلل‬
‫وال هلإ إال اهلل واهلل أكرب ال يرضك ةأيَٓ ةدأت وال تصٍني‬
ً ً ً
ً‫ؽالمم يصارا وال رباخا وال جنيدا وال أـيح ـإُم حلٔل أث‬
.... ‫ْٔ ـال يؾٔن ـيلٔل ال‬
Dari Al Rabi‟ Bin Amilah dari Samrah ia berkata, Rasulullah SAW
bersabda: Ucapan yang paling disukai Allah SWT ada empat yaitu, (1)
Subhanallah, (2) Al Hamdulillah, (3) La ilaha illallah, (4) Allahu Akbar,
tidak akan membahayakanmu dari manapun kamu memulainya, dan
janganlah kalian menamai anak dengan nama Yasar, Ribah, Najih, dan
Aflah, karena sesungguhnya jika engkau menanyakannya, apakah ia
memang demikian, jangan sampai ada yang menjawab tidak.
20
Muhammad Bin Salamah Bin Ja‟far Abu Abdullah Al Qadha‟iy, Musnad Al Syihab,
(Bairut : Muassasah Al Risalah, 1986, Juz I), hal. 109.
21
Muhammad Bin Futuh Al Hamidy,Al Jami‟ Baina Al Shahihain Al Bukhary wa Muslim,
(Lubnan : Dar Al Nasyr, 2002, Juz IV), hal. 445.

90 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


H. Mitakul Huda, S.Ag., M.Pd.I

Memberi nafkah kepada anak kewajiban orang tua. Karena anak


adalah anggota keluarga, dan ia termasuk orang yang paling berhak
mendapat nafkah dari orang tuanya. Ibnu Mas‟ud r.a. telah dibenarkan
oleh Rasulullah SAW perihal anak adalah orang yang paling berhak
menerima nafkah dari orang tuanya.Riwayat Imam Muslim,

‫ صدق اةَ مصػٔد زوجم‬/ ً‫ـلال هل اجليب صًل اهلل غييّ و شي‬
.ًٓ‫و ودلك أخق ٌَ حصدكج ةّ غيي‬
Maka Nabi SAW bersabda, “Benar apa yang dikatakan Ibnu
Mas‟ud, istrimu dan anakmu adalah orang yang paling berhak kamu beri
nafkah”.
Muhammad Bin Ismail Abu Abdullah Al Bukhary Al Ja‟fy dalam Al
Adab Al Mufrad mengemukakan riwayat Hayawah Bin Syarih,

َ‫خدثِا خئة ةَ رشيح كال خدثِا ةليث غَ حبري غَ خادل غ‬


‫امللدام ةَ ٌػدى نرب أُّ شٍع رشٔل اهلل صًل اهلل غييّ و‬
‫ ٌا أطػٍج ُفصم ـٓٔ لم صدكث وٌا أطػٍج‬/ ‫شيً يلٔل‬
‫ودلك ـٓٔ لم صدكث وٌا أطػٍج زوجم ـٓٔ لم صدكث وٌا‬
.‫أطػٍج خادمم ـٓٔ لم صدكث‬
Hayawah Bin Syarih telah berbicara kepada kami ia
berkata,Baqiyah telah berbicara kepada kami ia berkata, dari Bahir dari
Khalid dari Muqaddam dari Ma‟dy Karib bahwasannya ia mendengar
Rasulullah SAW bersabda, “Kamu memberi makan pada dirimu sendiri
adalah sedekah, Kamu memberi makan pada anakmu adalah sedekah,

22
Muhammad Bin Ishaq Bin Khuzaimah Abu Bakr Al Sulamy Al Naisabury, Shahih Ibnu
Khuzaimah, (Bairut : Al Maktab Al Islamy, 1970, Juz IV), hal. 107.
23
Muhammad Bin Ismail Abu Abdullah Al Bukhary Al Ja‟fy,Al Adab Al Mufrad, (Bairut :
Dar Al Basyair Al Islamiyah), hal.42.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 91


Mendidik Keluarga Bahagia...

Kamu memberi makan pada istrimu adalah sedekah,Kamu memberi


makan pada pembantumu adalah sedekah”.
Mendidik anak juga kewajiban orang tua.Orang tua yang
mendidik anaknyaseperti bersedekah setiap hari, bahkan lebih baik dari
bersedekah satu Shaa‟.Riwayat Jabir Bin Samurah,

ً‫ كال رشٔل اهلل صًل اهلل غييّ و شي‬/ ‫غَ جاةر ةَ شٍرة كال‬
.‫ألن يؤدب الرجو ودله خري ٌَ أن يخصدق ةصاع‬
Dari Jabir Bin Samurah ia berkata Rasulullah SAW bersabda, “
Sungguh, orang tua yang mendidik anaknya lebih baik dari bersedekah
satu shaa‟”.
Orang tua setelah mendidik anaknya kewajiban akhirnya adalah
menikahkannya. Menikah merupakan salah satu hak yang diterima anak
dari orang tuanya, Jalaluddin Abdurrahman Bin Aby Bakrin Al Suyuthy
dalam Al Fath Al Kabir fi Dhommi Al Ziyadah ila Al Jami‟i Al Shaghir,
menjelaskan riwayat Abi Hurairah r.a.,
ُ ْ َ ِّ َ ُ ْ َ َ ُ َ ِّ َ ُ ْ َ َ ِّ ْ ّ
ٍَّ ‫اش‬ َ‫هخاةث وأن حيص‬ ِ ِ ‫دل ىلع َو‬
ِ ‫ادلهِ أن يػيٍّ ال‬ ِ ٔ‫ال‬ ‫إن ٌَِ خق‬
ََ ُ ْ
.‫ اةَ اجلجار غَ أيب ْريرة‬. ‫وأن يُ َز ِّو َجّ إذا ةَيؼ‬
Sesungguhnya salah satu hak anak terhadap orang tuanya adalah
orang tua mengajarinya menulis, memberi nama yang bagus, dan
menikahkannya bila sudah waktunya. Hadis dari Ibn Al Najjar dari Abi
Hurairah r.a.
Anak juga memiliki kewajiban terhadap orang tuanya. Hak dan
kewajiban mereka saling mendukung antara satu sama lain. Rasulullah

24
Abu Al Ula Muhammad Abd Al Rahman Bin Abd Al Rahim Al Mubarakfury, Tuhfah Al
Ahwadzy Bi Syarh Jami‟ Al Tirmidzy, (Al Qahirah : Dar Al Hadis, 2001, Juz V), hal.364.
25
Jalaluddin Abdurrahman Bin Aby Bakrin Al Suyuthy,Al Fath Al Kabir fi Dhommi Al
Ziyadah ila Al Jami‟i Al Shaghir, Juz I, hal. 390.

92 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


H. Mitakul Huda, S.Ag., M.Pd.I

SAW sangat senang bila ada keserasian hidup antara orang tua dan anak,
sehingga dalam riwayat Abdullah Bin Amr disebutkan,
َ َ ُ ْ َ َ َّ َ ُ َ ْ ُ َ َ َّ َ ْ َ ْ ُّ َ َ َ َّ َ
‫يح‬
ٍ ‫جن‬ ِ ‫اهلل َّ خدثِا شفيان خدثِا ابَ أ ِيب‬ ِ ‫ٌل ب َُ عت ِد‬ ِ ‫خدثِا غ‬
‫يب‬ َّ ِّ ‫هلل َّ ةَْ َع ٍْرو َيتْيُ ُؼ ة‬
َّ ‫اجل‬ ‫ا‬ ‫د‬ ْ‫َع َْ َعتْد اهلل َّ ةَْ َاعمر َع َْ َعت‬
ِ ِ ٍ ِ ِ ِ ٍِ ِ ِ ِ
َّ‫ريَُا َو َي ْػر ْف َخق‬َ ‫هلل َّ َغيَيّْ َو َشيَّ ًَ كَ َال ٌَ َْ ل َ ًْ يَ ْر َخ ًْ َصؾ‬
ُ ‫َص ًَّل ا‬
ِ ِ ِ
َّ ََْ َ َ
.‫ريُا ـيي َس ٌِِا‬ ِ ‫ن ِت‬
Ali Bin Abdillah telah berbicara kepada kami, Sufyan telah
berbicara kepada kami, Ibn Aby Najih telah berbicara kepada kami dari
Abdillah Bin Amir dari Abdillah Bin Amr dan sampai kepada Nabi
SAW beliau bersabda, “Orang tua yang tidak menyayangi anaknya dan
anak tidak yang tidak tahu hak orang tuanya, menghormatinya, bukanlah
golongan kami”.
5. Mendidik Kerukunan Keluarga.
Laki-laki menikah menginginkan bahagia bersama wanita yang
dicintainya demikian juga wanita. Tetapi sayangnya keluarga bahagia,
membangunnya tidak semudah membayangkannya. Konflik terkadang
muncul ditengah-tengah perjalanan hidup mereka. Konflik ini terjadi
diantaranya karena secara hukum istri harus taat kepada suaminya,
sedangkan suami harus merawat orangtuanya atau sebaliknya. Belum
lagi masalah yang terjadi pada anak-anak mereka.
Kondisi seperti ini sebenarnya sudah disetel oleh Allah SWT,
firmanNya,

26
Ahmad Bin Hambal, Musnad Al Imam Ahmad Bin Hambal, (Bairut : Muassasah Al
Risalah, 1999, Juz XI), hal. 644.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 93


Mendidik Keluarga Bahagia...

       

        

  

Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara isteri-isterimu


dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah
kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi
serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.27 (Q.S. Al Taghabun : 14).
Dan dalam konflik itu Allah SWT memerintahkan untuk tetap minta
penyelesaian kepadaNya. Orang yang paham, ketika konflik itu terjadi
pasti segera mendekat dan berpegang kepadaNya, karena logikanya
orang tidak akan mengambil pegangan kalau suasana tenang. Seperti
orang naik bus yang berjalan di atas jalan mulus, mudah tertidur saat
perjalanannya. Tetapi bila bus tersebut berjalan di atas jalan terjal dan
naik turun serta dipenuhi dengan lobang maka orang tersebut pasti
mencari perlindungan dengan memegang apa yang bisa dipegang. Oleh
karena itu Allah SWT ciptakan kesulitan pada manusia dan
diperintahkan untuk minta tolong kepadaNya. Allah SWT berfirman,

          

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya


yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang
khusyu'.28 (QS: Al Baqarah : 45)
Suami istri yang tidak sepaham biasanya secara lahiriah ditandai
dengan kondisi marah dan anak yang tidak sepaham dengan orang
tuanya juga ditandai dengan marah dan bahkan membangkang. Orang

27
Anonim, Al Qur‟an dan Terjemahannya; Edisi Baru Revisi, hal. 930.
28
Anonim, Al Qur‟an dan Terjemahannya; Edisi Baru Revisi, hal. 12.

94 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


H. Mitakul Huda, S.Ag., M.Pd.I

yang sedang marah hatinya keras, sulit untuk dinasehati, ibarat tanah,
seperti tanah kering, kalau ingin menanam sesuatupada tanah kering,
jangan langsung dicangkul, bisa mental dan berbalik mengenai dirinya
sendiri, kalau ingin mencangkulnya, tanah itu harus digemburkan
terlebih dahulu, disiram dengan air. Oleh karena itu bila seseorang ingin
menasehati salah satu anggota keluarga yang sedang marah haruslah
dilunakkan hatinya dulu baru dinasehati.
Cara melunakkan hati yang sedang keras Al Syaikh Muhammad Al
Thahir Bin „Asyur dalam Al Tahrir wa Tanwir menjelaskan, wa in ta‟fuu
wa tashfahuu wa taghfiruu fa innallaha ghafurun rahimun. Ta‟fuu
artinya memaafkan dan belum bisa bertemu, tashfahuu artinya
memaafkan dan sudah bisa bertemu, dan taghfiruu artinya memaafkan
dan sudah bisa bertemu serta melupakan semua kesalahannya sehingga
muncul sifat kasih dan sayangnya. Orang tidak akan berhasil menasehati
orang yang lain ketika belum mampu melakukan tiga hal tersebut.29
Setelah tiga hal tersebut dilakukan langkah selanjutnya minta tolong
kepada Allah SWT dengan cara sabar dan shalat. Dengan cara sabar
artinya bergerak mencari jalan keluar dan dengan cara shalat artinya
berdo‟a. Rasululla SAW menjelaskan dalam riwayatkan Abi Hurairah,

‫غَ أيب ْريرة أن رشٔل اهلل صًل اهلل غييّ وشيً كاألكرب ٌا‬
.‫ ـأكرثوا ادلاعء‬،‫يؾٔن اىػتد ٌَ ربّ ؤْ شاجد‬
Dari Abi Hurairah r.a. Rasulullah SAW bersabda, “Saat yang paling
dekat bagi seorang hamba terhadap Tuhannya adalah saat orang sedang
sujud, maka perbanyaklah do‟a”.
Ta‟fuu, tashfahuu, taghfiruu, bersabar, kemudian shalat dan
dalam sujud terakhir saat shalat berdo‟a mohon pertolongan Allah SWT,

29
Al Syaikh Muhammad Al Thahir Bin „Asyur,Al Tahrir wa Tanwir, (Tunis : Dar Suhnun,
1997, Juz 28), hal. 285.
30
Abu Al Fida‟ Ismail Bin Umar Bin Katsir Al Qarsyy Al Dimisyqy, Tafsir Al Qur‟an Al
Adhim, (Al Riyadh : Dar Thaybah, 1999, Juz VIII), hal. 440.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 95


Mendidik Keluarga Bahagia...

maka permasalahan yang sulit segera diatasi Allah SWT dan konflik
segera selesai. Dengan demikian membentuk keluarga bahagia,
menggunakan cara seperti ini insya Allah bisa tercapai, karena ijabah
Allah terhadap do‟a seseorang yang sering sujud dan dalam sujudnya ia
memperbanyak do‟a kepadaNya.
Do‟a saat sujud cepat diijabah lantaran sujud adalah saat
diampunkannya dosa orang yang sujud tersebut, karena Abdullah Bin
Umar r.a melihat seseorang yang ruku‟ dan sujudnya lama lalu ia
menceritakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

‫رشٔل اهلل صًل اهلل غييّ و شيً يلٔل إذا كام اىػتد يصًل أىت‬
‫ةذُٔبّ ـجػيج ىلع رأشّ واعحليّ ـلكٍا ركع أو شجد‬
.ِّ‫تصاكطج غ‬
Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seorang hamba berdiri
melakukan shalat dosanya didatangkan dan diletakkan di atas kepala dan
pundaknya, setiap kali ruku‟ atau sujud dosa-dosa itu berguguran
darinya. Itulah sebabnya maka kenapa orang shaleh do‟anya mustajab.

C. Kesimpulan
Keluarga bahagia adalah keluarga yang rukun antara suami istri,
yang tua menyayangi yang muda dan yang muda menghormati yang tua.
Ciri-cirinya mereka memiliki kecenderungan kepada agama, lemah
lembut dalam pergaulau, sederhana dalam hidup, mampu introspeksi diri
dan dapat bertobat dari kesalahan-kesalahannya.
Kewajiban suami terhadap istri memberi makan dan pakaian
kepadanya, menghormatinya, dan memperlakukanya dengan baik.
Kewajiban istri terhadap suami menjaga kehormatannya, dan
menta‟atinya, dan berterima kasih atas kebaikan suaminya.
31
Ahmad Bin Muhammad Bin Salamah Bin Abd Al Malik Bin Salamah Abu Ja‟far Al
Thahawy, Syarh Ma‟any Al Atsar, (Bairut : Dar Al Kutub Al Ilmiyah, 1399 H., Juz I), hal. 477.

96 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


H. Mitakul Huda, S.Ag., M.Pd.I

Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah memberinya nama


yang baik, nafkah, muliakannya, mendidiknya dan menikahkannya. Bila
mana terjadi konflik dalam keluarga harus diatasi dengan arif dan
bijaksana melalui ta‟fuu, tashfahuu, taghfiruu, bersabar, kemudia shalat
dan dalam sujud terakhir saat shalat berdo‟a mohon pertolongan Allah
SWT, maka permasalahan yang sulit akan segera diatasi Allah SWT dan
konflik segera selesai.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Al Qur‟an dan Terjemahannya; Edisi Baru Revisi, Semarang :
CV Thaha Putra, 1989.
Abdul Rachman Hussein, Seri Membangun Keluarga Sakinah; Kado
Terindah Untuk Istriku Tercinta, Jakarta : Gramedia, 2009.
Abd Al Rahman Bin Al Kamal Jalal Al Din Al Suyuthy, Al Dar Al
Mantsur, Bairut : Dar Al Fikr, 1993, Juz II.
Abu Al Fida‟ Ismail Bin Umar Bin Katsir Al Qarsyy Al Dimisyqy,
Tafsir Al Qur‟an Al Adhim, Al Riyadh : Dar Thaybah, 1999,
Juz VIII.
Ala Al Din Ali Bin Hisam Al Din Al Muttaqy Al Hindy Al Burhany
Faury, Kanzu Al „Amal fi Sunan Al Aqwal wa Al Af‟al, Bairut:
Mu‟assasah Al Risalah, 1981, Juz XI.
Abu Abdullah Muhammad Bin Ahmad Bin Abi Bakr Bin Farh Al
Anshary Al Khazrajy Syamsu Al Din Al Qurthuby, Al Jami‟
Li Ahkam Al Qur‟an, Al Riyadh : Dar Ilm Al Kutub, 2003, Juz
I.
Abu Al Hasan Ali Bin Khalf Bin Abd Al Malik Bin Bathal Al Bakry Al
Qurthuby, Syarh Shahih Bukhary, Al Riyadh : Maktabah Al
Rusyd, 2003, Juz VII.
Abu Al Ula Muhammad Abd Al Rahman Bin Abd Al Rahim Al
Mubarakfury, Tuhfah Al Ahwadzy Bi Syarh Jami‟ Al Tirmidzy,
Al Qahirah : Dar Al Hadis, 2001, Juz V.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 97


Mendidik Keluarga Bahagia...

Ahmad Bin Hambal, Musnad Al Imam Ahmad Bin Hambal, Bairut :


Muassasah Al Risalah, 1999, Juz XI.
Al Syaikh Muhammad Al Thahir Bin „Asyur, Al Tahrir wa Tanwir,
Tunis : Dar Suhnun, 1997, Juz 28.
Arif, Arif Ali, dkk, Masailu Ma‟ashiratin fi Al Fiqhi Al Islamy, Kuala
Lumpur : Fajar Ulung, 2014.
Hasan Basri, Merawat Cinta Kasih, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.
Jalaluddin Abdurrahman Bin Aby Bakrin Al Suyuthy, Al Fath Al Kabir
fi Dhommi Al Ziyadah ila Al Jami‟i Al Shaghiri, Bairut : Dar
Al Nasyr, 2003, Juz I.
Muhammad Bin Futuh Al Hamidy, Al Jam‟u Baina Al Shahihaini Al
Bukhory wa Muslim, Bairut : Dar Al Nasyr, 2002, Cet. II, Juz
I.
-----------, Al Jami‟ Baina Al Shahihain Al Bukhary wa Muslim,Lubnan :
Dar Al Nasyr, 2002, Juz IV.
Muhammad Bin Ahmad Al Syarabaini, Tafsir Al Siraj Al Munir, Bairut :
Dar Al Kutub Al „Ilmiah, 1979, Juz II.
Muhammad Bin Ismail Al Amir Al Kahlany Al Shan‟any, Subulu Al
Salam, Bandung : Dahlan, tt, Juz IV.
Muhammad Bin Jarir Bin Yazid Bin Katsir Bin Ghalib Al Amaly, Abu
Ja‟far Al Thabary, Jami‟ Al Bayan fi Ta‟wil Al Qur‟an, Bairut
: Mu‟assasah Al Risalah, 2000, Juz VIII.
Muhammad Bin Thahir Al Muqaddasy, Dzakhirah Al Khuffadh, Al
Riyadh : Dar Al Salaf, 1996, Juz V.
Muhammad Sholikhin, Ritual dan Tradisi Islam Jawa, Yokyakarta :
Narasi, 2010.
Muhammad Bin Salamah Bin Ja‟far Abu Abdullah Al Qadha‟iy,
Musnad Al Syihab, Bairut : Muassasah Al Risalah, 1986, Juz
I.

98 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


H. Mitakul Huda, S.Ag., M.Pd.I

Muhammad Bin Ishaq Bin Khuzaimah Abu Bakr Al Sulamy Al


Naisabury, Shahih Ibnu Khuzaimah, Bairut : Al Maktab Al
Islamy, 1970, Juz IV.
Muhammad Bin Ismail Abu Abdullah Al Bukhary Al Ja‟fy, Al Adab Al
Mufrad, Bairut : Dar Al Basyair Al Islamiyah.
Shahrin Harahap, Islam Dinamis: Menegakkan Nilai-Nilai Ajaran al-
Qur‟an dalam Kehidupan Modern Di Indonesia, Yogyakarta:
Tiara Wacana, 1996.
Saparinah Sadli, Berbeda Tetapi Setara; Pemikiran Tentang Kajian
Perempuan ,Jakarta : Kompas Media Nusantara, 2010.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 99


Pandangan Ulama Tentang...

PANDANGAN ULAMA TENTANG TABARRUJ


DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Drs. H. Mukhsin, M.HI

Abstrak

Kata ”tabbarruj” merupakan kata dasar dari bentuk kata kerja


depan ”tabarraja”. Kata itu sendiri merupakan kata turunan
(musytaqq) bentuk dasar tsulatsi dari kata: yang berarti: tampak
dan naik atau tinggi. Kata tabarraja telah menjadi istilah yang
dikhususkan bagi kaum perempuan, sehingga di dalam Al-Munjid fi
Al-Lughah dituliskan sebagai berikut: Artinya: ”Perempuan
bertabarruj sama dengan perempuan yang menampakkan perhiasa
dan kecantikannya kepada orang-orang asing”. Pengertian
kebahasaan itu selaras dengan yang ditulis oleh Ahmad Warson
Munawwir, penulis ”Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia”, bahwa
”tabarrajat al-mar’ah” berarti: ”Mempertontonkan hiasan dan
kecantikannya kepada orang lain”. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa tabarruj adalah perbuatan yang dilakukan
perempuan untuk menampakkan, atau memperlihatkan, atau
mempertontonkan perhiasan dan kecantikannya kepada orang lain.

Kata Kunci: Ulama, Tabarruj, Hukum Islam

A. Pengertian Tabarruj
Menurut Muhammad Hasan Al-Hamshi, seorang mufassir asal
Lebanon, ”tabarruj” berarti: ”Menampakkan perhiasan dan kecantikan
yang wajib ditutup”.4 Ahmad Musthafa Al-Maraghi memberikan
defenisi yang tidak berbeda, dengan redaksi sebagai berikut:
”Perempuan yang menampkkan sebagian kecantikannya yang
seharusnya ia tutupi”.5 Pengertian itu selaras dengan yang diberikan oleh

Muhammad Hasan Al-Hamshi, Qur’an Majid : Tafsir wa Bayan, (Beirut : t.t), h. 422
4
5Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Jilid VIII, (Kairo : Musthafa Al-Babi
Al-Halabi, 1963), h. 6

100 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Drs. H. Mukhsin, M.HI

Sayyid Sabiq, sebagai berikut: ”Menampakkan apa yang wajib


disembunyikan”.6
Namun Sayyid Sabiq menambahkan bahwa tabarruj, mempunyai
pengertian yang lebih spesifik sebagai: ”Keluarnya perempuan dari
kesopanan dan menampakkan bagian-bagian tubuhnya yang dapat
mengundang fitnah, dan dengan sengaja mengumbar kecantikannya”.7
Sedangkan Abu Al-A’la Al-Maududi memberikan dua pengertian,
yaitu :
1. Menampakkan perhiasan atau mempertontonkan serta
memperlihatkan kecantikan.
2. Kebiasaan berjalan dengan genit dalam memamerkan perhiasan dan
kecantikan.8
Syamsuddin juga memberikan dua pengertian atas tabarruj, dengan
rincian sebagai berikut :
1. Memamerkan perhiasan yang dipakai, seperti : emas, intan, berlian
dan sebagainya.
2. Memamerkan bentuk tubuh, bagian-bagian badan yang
menimbulkan sex appeal (daya tarik sexual), atau berpakaian secara
tidak sopan (minim dan ketat), sehingga bagian-bagian tubuh yang
menimbulkan sex appeal terlihat jelas.9

B. Tabarruj Dalam Nash Al-Quran


Kata tabarruj, menurut akar katanya terdapat pada enam tempat di
dalam Al-Quran, yaitu :

6 Sayyid Sabiq, Fiqh Al-Sunnah, Jilid II, Beirut : Dar Al-Fikr, 1983, h. 180
7 Ibid
8 Abu Al-A’la Al-Maududi, Al-Hijab dan Status Wanita Islam (Terjemah Purdah and The

Satatus of Women in Islam), Bandung : Risalah, 1984, h. 302


9 Syamsuddin. Pendidikan Kelamin Dalam Islam. Semarang : CV. Ramadani, 1966

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 101


Pandangan Ulama Tentang...

1. QS. Al-Ahzab, ayat 33 :


”Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-
orang Jahiliyah yang dahulu”. (QS. Al-Ahzab : 33).10
2. QS. Al-Nur, ayat 60 :
”Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan
mengandung) yang tiada ingin kawin (lagi), tiadalah atas mereka
dosa menanggalkan pakaian mereka dengan tidak (bermaksud)
menampakkan perhiasan”. (QS. Al-Nur : 60).11
3. QS. Al-Nisa, Ayat 78 :
”Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kami,
kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh”. (QS.
Al-Nisa : 78).12
4. QS. Al-Buruj, Ayat 1 :
”Demi langit yang mempunyai gugusan bintang”. (QS.Al-Buruj :
1)13
5. QS. Al-Hijr, ayat 16 :
”Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-
bintang (di langit) dan Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-
orang yang memandang(nya)”. (QS. Al-Hijr : 16).14
6. QS. Al-Furqan, ayat 61 :
”Maha suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan
bintang”. (QS. Al-Furqon : 61)15
Makna yang dimaksud dalam penelitian ini terdapat pada dua ayat
pertama, yaitu : QS. Al-Ahzab : 33, dan QS. An-Nur : 60. Larangan
terhadap tabarruj tersurat secara zahir pada QS. Al-Ahzab : 33, yang

10 Tim Penterjemah / Pentafsir Al-Quran (TPPA) Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya.

(Madinah : Majma al-Malk Fahd, 1418)(, h. 672


11 Ibid. h. 555
12 Ibid. h. 131
13 Ibid. h. 1044
14 Ibid. h. 391
15 Ibid. h. 566

102 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Drs. H. Mukhsin, M.HI

merupakan landasan utama bagi larangan Tabarruj dalam Islam,


khususnya Tabarruj Al-Jahiliyyah. Adapun pada QS. Al-Nur : 60
bersifat celaan terhadap wanita yang suka memperlihatkan atau
mempertontonkan atau memamerkan perhiasannya (mutabarrijat bi
zinah).
Masalah tabarruj dalam QS. Al-Ahzab: 33 dinyatakan sebagai
berikut:
”Dan hendaklah kamu tetap dirumahmu, dan janganlah kamu
berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang
dahulu. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ta’atilah Allah
dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah hendak menghilangkan dosa
dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-
bersihnya”. (QS. Al-Ahzab : 33).16
Ayat ini merupakan salah satu bagian dari rangkaian ajaran kepada
isteri-isteri Nabi Muhammad SAW yang termaktub di dalam QS. Al-
Ahzab: 29-34. Pada ayat 28, Allah mengajarkan kepada Nabi
Muhammad SAW agar menjauhkan isteri-isterinya dari kecenderungan
untuk condong kepada kehidupan dunia dan perhiasannya, sebagai
firman Allah SWT :
”Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu : ”Jika kamu sekalian
mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah
supaya kuberikankepadamu mut’ah, dan aku ceraikan kamu dengan
cara yang baik”. (QS. Al-Ahzab : 28).
Ayat itu dilanjutkan dengan iming-iming pahala yang besar jika
isteri-isteri Nabi itu menghendaki keredhaan Allah dan Rasul-Nya, serta
berbuat baik, sebagaimana firman Allah SWT :
”Dan jika kamu sekalian menghendaki (keredhaan) Allah dan
Rasul-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya

16 Ibid. h. 672

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 103


Pandangan Ulama Tentang...

Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik diantaramu pahala


yang besar”. (QS. Al-Ahzab : 29).17
Pada dua ayat selanjutnya, Allah mempertegas peringatan (janji dan
ancaman) kepada isteri-isteri Nabi melalui firman-Nya dalam QS. Al-
Ahzab : 30-31. 18
”Hai isteri-isteri Nabi, siapa-siapa diantaramu yang mengerjakan
perbuatan keji yang nyata, niscaya akan dilipatgandakan siksaan
kepada mereka dua kali lipat. Dan adalah yang demikian itu mudah
bagi Allah. Dan barangsiapa diantara kamu sekalian (isteri-isteri
Nabi, tetap taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan mengerjakan amal
yang saleh, niscaya Kami memberikan kepadanya pahala dua kali
lipat dan Kami sediakan baginya rezeki yang mulia”. (QS. Al-
Ahzab : 30-31).19
Pada ayat 32 dari Surah Al-Ahzab itu, Allah menegaskan
keistimewaan isteri-isteri Nabi dari perempuan-perempuan lainnya,
dengan mengajarkan mereka sebagai berikut :
”Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang
lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam
berbicara sehingga berkeinginanlah orang-orang yang ada penyakit
dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik”. (QS. Al-
Ahzab : 32).20
Setelah ayat diatas, muncullah ayat tabarruj sebagaimana yang
dikutip diatas. Artinya, ayat tabarruj sesungguhnya ditujukan kepada
isteri-isteri Nabi, sebagaimana terlihat dalam rentetan ayat-ayat di atas.
Setelah ayat tabarruj yang memerintahkan isteri-isteri Nabi untuk
berdiam di dalam rumah mereka, dan tidak berperilaku pamer dan
berpakaian terbuka seperti orang-orang Jahiliyah, muncullah tuntunan
Al-Quran dalam QS Al-Ahzab : 34 sebagai berikut :

17 Ibid. h. 671
18 Ibid. h. 671
19 ibid. h. 671-672
20 Ibid. h. 672

104 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Drs. H. Mukhsin, M.HI

”Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah


dan hikmah (sunnah Nabi). Sesungguhnya Allah adalah Maha
Lembut lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al-Ahzab : 34).21
Inti dari ajaran ini sesungguhnya terdapat pada penggalan akhir dari
QS Al-Ahzab :33 diatas yang artinya : ”Sesungguhnya Allah hendak
menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait; dan membersihkan kamu
sebersih-bersihnya”. Karena itulah muncul larangan tabarruj
sebagaimana kebiasaanorang-orang Jahiliyah. Ibn Abbas mengartikan
larangan tersebut sebagai larangan untuk meniru cara berhias orang-
orang kafir dan cara berpakaian mereka yang tipis-tipis dan berwarna-
warni secara mencolok.22
Ditinjau dari sudut pandang ini, maka larangan tabarruj pada ayat
tersebut sesungguhnya terkait erat dengan ajaran Islam secara
keseluruhan tentang adab berpakaian bagi kaum perempuan. Masih
dalam surah Al-Ahzab, terdapat perintah kepada Nabi SAW untuk
mengajarkan isteri-isteri beliau, anak-anak perempuan beliau, dan
perempuan-perempuan mu’min agar menggunakan jilbab sesuai dengan
tuntunan Islam. Tujuannya adalah agar mereka itu dapat dikenali
identitasnya sebagai orang mu’min, sehingga tidak mendapat perlakuan
yang menyakitkan dari masyarakat Arab yang cenderung meremehkan
kaum perempuannya, sebagaimana firman Allah :
”Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak
perempuanmu, dan isteri-isteri orang-orang mu’min, hendaklah
mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang
demikian itu supaya mereka mudah untuk dikenal, karena itu
mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun Lagi
Maha Penyayang. 23

21Ibid.
22Ibn Thahir Al-Fairuzabadi, Tanwir Al-Migbas Min Tafsir Ibn Abbas. (Kairo : Maktabah
Musthafa Al-Babi Al-Halabi Wa Awladih, 1951), cet. Ke-2, h. 261
23 TPPA Depag RI, op. cit. h. 678

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 105


Pandangan Ulama Tentang...

Ayat lain yang berbicara tentang masalah yang sama adalah QS Al-
Nur : 31 sebagai berikut :
”Katakanlah kepada wanita yang beriman : ”Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan
janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa)
nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutup kain
kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya,
kecuali kepada suami mereka, atau putera-putera mereka, atau
putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka,
atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera
saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-
budak yang mereka miliki, atau pelayanan-pelayanan laki-laki yang
tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita), atau anak-anak yang
belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka
memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai
orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”. (QS. Al-Nur :
31).24
Adab berpakaian ternyata tidak hanya ditujukan khusus kepada
umat Islam saja, tetapi juga kepada seluruh umat manusia, sebagaimana
dinyatakan dalam QS. Al-A’raf : 26 berikut ini :
”Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu
pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk
perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik, yang
demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah,
mudah-mudahan mereka selalu ingat”.25
Ayat ini diperkuat dengan perintah untuk berhias ketika memasuki
masjid, sebagaimana terdapat dalam QS. Al-A’raf : 31 sebagai berikut :

24 Ibid. h. 548
25 Ibid. h. 224

106 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Drs. H. Mukhsin, M.HI

”Hai anak Adam, berhiaslah ketika memasuki masjid, makanlah,


minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”. (QS. Al-A’raf :
31).26
Berdasarkan nash-nash Al-Quran di atas, dapat disimpulkan bahwa
tuntunan Islam berkenaan tabarruj meliputi :
1. Larangan untuk kaum perempuan keluar rumah dengan berhias dan
bersolek untuk menarik perhatian kaum laki-laki, seperti yang
dilakukan orang-orang Jahiliyah.
2. Larangan berpakaian mereka yang tipis-tipis dan berwarna-warni
secara mencolok, seperti yang dilakukan orang-orang Jahiliyah.
3. Perintah menggunakan jilbab yang menutupi dada dan seluruh aurat.
4. Perintah menjaga penglihatan, menjaga kehormatan (furuj), tidak
menampakkan perhiasan kepada orang asing, dan tidak
menghentakkan kaki yang dengan sengaja ingin memperdengarkan
bunyi perhiasan yang dipakai (gelang kaki).

C. Tabarruj Dalam Nash Al-Sunnah


Al-Sunnah berfungsi untuk menjelaskan ketentuan-ketentuan yang
masih bersifat umum di dalam Al-Quran. Ketetapan Al-Sunnah itu telah
diabadikan dalam bentuk riwayat-riwayat hadits. Oleh karena itu,
rujukan tentang tabarruj dalam nash Al-Sunnah dapat ditemukan melalui
riwayat-riwayat hadits sebagaimana terdapat dalam kitab-kitab hadits.
Berkenaan dengan masalah tabarruj, terdapat sejumlah hadits yang
menjelaskan baik secara langsung maupun tidak langsung. Di antaranya
sebuah hadits riwayat Imam Ahmad yang menyatakan larangan
Rasulullah kepada Umaimah binti Ruqaiqah untuk bertabarruj. Riwayat
itu selengkapnya adalah sebagai berikut :

26 Ibid. h. 225

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 107


Pandangan Ulama Tentang...

Dari Amr bin Syu’ab, dari ayahnya, dari kakeknya berkata : telah
datang Umaimah binti Ruqaiqah kepada Rasulullah SAW untuk
berbai’at masuk Islam, maka Rasulullah bersabda : ”Aku membai’atmu
untuk tidak mensekutukan Allah dengan sesuatu, tidak mencuri, tidak
berzina, tidak membunuh anak, tidak melemparkan tuduhan dusta, tidak
meratap, dan tidak bertabarruj seperti tabarruj orang-orang Jahiliyah
dahulu”. (HR. Ahmad).27
Sementara Abu Dawud meriwayatkan hadits yang juga diriwayatkan
dengan redaksi berbeda oleh Ahmad dan Al-Nasa’i, yang menyebutkan
bahwa tabarruj tergolong ke dalam sepuluh hal yang dibenci oleh
Rasulullah SAW. Riwayatnya adalah sebagai berikut :
”Dari Abdurrahman bin Harmalah bahwa Ibn Mas’ud berkata
bahwa Rasulullah membenci sepuluh hal, yaitu : wewangian warna
kuning bernama khaluq, mengubah warna uban, memakai kain yang
dipanjangkan hingga menyeret lantai, memakai cincin emas,
menampakkan perhiasan tidak pada tempatnya, bermain dadu,
pengobatan tanpa ta’awwudz, memakai jimat, melakukan azl tidak pada
tempatnya, merusak bayi tanpa bersalah”. (HR. Abu Dawud).28
Selain itu, terdapat hadits-hadits yang tidak menyebut langsung
istilah tabarruj, tapi menyebutkan sifat-sifat tabarruj dan celaan Islam
terhadap hal itu. Diantaranya sebagaimana diriwayatkan oleh Imam
Muslim sebagai berikut:
”Dan Suhail bin Abu Shalih, dari Ayahnya, dari Abu Hurairah
berkata, bersabda Rasulullah SAW : ”Ada dua golongan ahli mereka
yang tidak mau aku lihat, yaitu : kaum yang suka memukul orang-
orang dengan cambuk yang menyerupai ekor kerbau, dan
perempuan baik berpakaian maupun telanjang yang suka berlenggak
lenggok, kepalanya bergoyang laksana punuk peramal. Kedua-

27 Ahmad Bin Hanbal, Musnad Ahmad, Dalam Syirkat Al-Barajmij Al-Islamiyah Al-
Dauliyyah, Mausu’;at Al-Hadits Al-Syarif 9Gisco, 1991-1997), Hadits No. 6554
28 Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, Dalam Syirkat Al-Baramij Al-Islamiyah Al-Dauliyyah,

op. Cit. Hadits No. 3686

108 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Drs. H. Mukhsin, M.HI

duanya tidak akan masuk surga, dan tidak akan mendapatkan


baunya”. (HR. Muslim).29
Riwayat itu diperkuat pula oleh riwayat Imam Malik sebagai
berikut:
Dari Muslim Bin Abu Maryam, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah,
bahwa ia (Nabi) bersabda: ”Perempuan berpakaian laksana telanjang
yang berjalan berlanggak-lenggok, tidak masuk surga, dan tidak
akan mendapatkan bau surga, padahal bau surga tercium sejauh lima
rtaus tahun”. (HR. Malik).30
Adapun hadits yang khusus berbicara tentang perhiasan perempuan,
di antaranya diriwayatkan oleh Ibn Majah sebagai berikut :
Dari Urwah bin Zibair, dari Aisyah berkata : ketika Rasulullah
SAW sedang duduk di masjid, seorang perempuan dari Muzaimah
masuk sambil bergay adengan perhiasannya di dalam masjid, maka
Rasulullah SAW bersabda: ”Wahai manusia, laranglah perempuan
kalian menggunakan perhiasan dan berjalan dengan bergaya di
dalam masjid. Karena sesungguhnya Bani Israel tidak dilaknat
sehingga perempuan mereka memakai perhiasan dan bergaya di
dalam tempat ibadah”. (HR. Ibn Majah).31
Berdasarkan nash-nash hadits di atas, dapat diambil pengertian
bahwa tabarruj adalah terlarang di dalam Islam. Larangan itu meliputi :
1. Tabarruj dengan menampakkan, memperlihatkan,
mempertontonkan, dan memamerkan perhiasan (tabarruj bi al-
zinah).
2. Tabarruj dengan memperlihatkan kemolekan tubuh, baik dengan
cara berjalan berlenggak-lenggok (mumilat ma’ilat), berpakaian

29 Imam Muslim, Shahih Muslim, Kitab Al-Zinat Wa Al-Libas, Dalam Syirkat Al-Baramij

Al-Islamiyyah Al-Dauliyyah. Op. Cit. Hadits No. 3971


30 Imam Malik, Muwattha Malik, Kiab ”Ma Yukrahu Li Al-Nisa Labsuhu Min Al-Tsiyab”,

Dalam Syirkat Al-Baramij Al-Islamiyyah Al-Dauliyyah, Op. Cit, Hadits No. 1421
31 Imam Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, Kitab ”Fitnat At-Nisa”, Dalam Syirkat Al-Baramij

Al-Islamiyyah Al-Dauliyyah, Op. Cit. Hadits No. 3991.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 109


Pandangan Ulama Tentang...

yang ketat, maupun dengan berpakaian yang minim dan secara


sengaja memperlihatkan bagian-bagian tubuh tertentu hingga nyaris
telanjang (kasiyat ariyat).
3. Tabarruj dengan berhias diri secara bergaya (tabakhtur), dan
memakai perhiasan yang mencolok (rafl fi zinah).

D. Tabarruj Al-Jahiliyah Al-Ula


Istilah ”tabarruj al-jahiliyyat al-la” merupakan istilah yang terdapat
di dalam QS. Al-Ahzab : 33, yaitu :
”Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-
orang jahiliyyah yang dahulu”. (QS. Al-Ahzab : 33).1
Praktek Tabarruj, sebagaimana diisyaratkan dalam ayat tersebut,
telah mengakar dalam budaya masyarakat Jahiliyah pra-Islam. Islam
datang sebagai respons atas kondisi-kondisi masyarakat Arab kala itu,
yang salah satunya adalah buruknya perlakuan terhadap kaum
perempuan, sebagaimana umumnya terjadi di dunia kala itu.2
Perempuan dipandang sebagai alat pemuasan hasrat-hasrat dasar
kaum laki-laki. Karenanya perempuan dipandang sangat rendah.
Dampak buruk dari pandangan tersebut sangat nyata dalam kekacuan
pola hubungan seksual dalam masyarakat Arab kala itu. Nyaris segala
hal dibolehkan, sepanjang menguntungkan bagi kaum laki-laki,
khususnya mereka yang berkuasa. Oleh karena itu, masyarakat Arab
suka mengadakan pesta-pesta yang gemerlap, dengan menghiasi kaum
perempuannya untuk kenikmatan kaum laki-laki yang memandangnya,
sekaligus untuk mengundang terjadinya hubungan seksual yang
diperdagangkan (prostitusi). Sudah menjadi tabi’at saat itu, seorang
penguasa atau saudagar menjamu tamu kehormatannya dengan jamuan-
jamuan dan perempuan-perempuan cantik. Standar kecantikan bagi

1Tim Penterjemah / Pentafsir Al-Quran (TPPA) Depag RI, Al-Quran dan Terjemahannya.
(Madinah : Majma Al’Malk Fahd, 1418), h. 672
2 mal Yamani (ed), Feminisme dan Islam. (Terjemah dari Islam and Feminism), (Bandung :

Penerbit Nuansa, 2000), h. 133-134

110 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Drs. H. Mukhsin, M.HI

mereka bukanlah kecantikan dari seorang perempuan yang bermartabat


dan mempunyai kepribadian, tapi kecantikan yang hanya dinilai dari
wajah dan kemolekan tubuh.3
Menurut Sayyid Qutbh, hal-hal tersebut diatas sangat jelas
tergambar dalam syair-syair jahili yang banyak mengumbar gambaran
tentang tubuh perempuan secara tidak terhormat dan naif. Kondisi
jahiliyah tersebut menyebabkan kaum wanita terbiasa diperlakukan
demikian, dan malah bangga mengumbar kecantikan dan kemolekannya.
Inilah yang disebut sebagai tabarruj, yaitu tabarruj al-jahiliyyah.4
Berikut ini diantara cakupan tabarruj al-jahiliyyah sebagaimana
dikutip oleh Sayyid Qutb :
1. Menurut Mujahid, tabarruj al-jahiliyyah diantaranya adalah
perempuan yang keluar rumah dan bergaul secara bebas dengan
kaum laki-laki.
2. Menurut Qatadah, tabarruj al-jahiliyyah diantaranya adalah
perempuan yang berjalan dengan gaya gemulai dan genit.
3. Menurut Ibn Yayyam, tabarruj al-jahiliyyah diantaranya adalah
memakai kerudung di kepala tapi dengan sengaja dilonggarkan pada
bagian bawahnya, untuk memperlihatkan kalung, anting-anting dan
leher.
4. Menurut Ibn Katsir, kebiasaan tabarruj al-jahiliyyah adalah
kebiasaan kaum perempuan berjalan di antara kaum laki-laki, tanpa
takut bersenggolan, dan kadang-kadang memperlihatkan keindahan
leher, kelembutan rambut, dan anting-anting di telinga.5
Muhammad Ismail M, dalam buku Hijab Wanita Muslimah
menuturkan bahwa dalam sejarah umat manusia, Tabarruj al-Jahiliyyah
terjadi dalam dua periode zaman. Pertama, zaman antara Nabi Nuh AS

3 Sayyid Qutbh, Fi Zilal Al-Quran. Jilid 6 (Beirut : Dar Ihya Al-Turats Al-Arabi, 1971),
cet. Ke-7. h. 579-580
4 Ibid. h. 580
5 Sayyid Qutbh., Op. Cit. H. 584

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 111


Pandangan Ulama Tentang...

dan Nabi Idris AS. Kedua, zaman antara Nabi Isa as. Dan Nabi
Muhammad SAW. Menurut Muhammad Ismail M :
Kaum wanita pada kedua zaman itu mengekspos tubuh mereka dan
menyalahgunakan kebebasan untuk meninggalkan rumah mereka hingga
ke suatu tahap yang belum pernah dilihat sebelum zaman itu. Akibatnya,
mereka menjadi sasaran yang dipertontonkandan diambil manfaatnya
oleh semua orang wnaita-wanita zaman itu telah menjadi tontonan
umum yang dapat digunakan oleh setiap orang kapan saja. Mereka
berjalan berlenggak-lenggok di jalanan, dihiasi dengan permata dan
wewangian, memamerkan kecantikan mereka dengan pakaian setengah
telanjang untuk menarik perhatian hidung belang.
Seringnya wanita-wanita itu berhubungan dengan lelaki selain
suaminya, menyebabkan kondisi, kadang-kadang dipakai oleh suaminya,
dan pada saat yang lain dipakai untuk menyenangkan kekasihnya. Tanpa
mengindahkan kehormatan, kesucian, dan kesopanan, wanita-wanita itu
tidak segan-segan menyenangkan lelaki ajnabi dengan perbuatan-
perbuatan yang menarik perhatian. Al-Quran menyebut perbuatan-
perbuatan fahsya seperti itu sebagai tabarruj jahiliyyah.6
Kondisi itu tidak hanya menyerang bangsa Arab Pra-Islam, tapi juga
merupakan fenomena umum yang berlangsung di seluruh dunia Pra-
Islam. Masyarakat Yunani kuno, umpamanya, memandang bahwa kaum
wanita hanya mempunyai dua fungsi, yaitu : untuk keenakan seksual
atau alat untuk kesenangan laki-laki, dan untuk melahirkan anak.7
Masyarakat Cina kuno juga memandang wanita sebagai pelayan laki-
laki, sehingga dikatakan bahwa kewajiban mereka hanyalah melayani
laki-laki dengan sebaik-baiknya dan menerima pekerjaan-pekerjaan yang
berat dan hina.8 Masyarakat Romawi Kuno memandang wanita sebagai
harta yang dimiliki kaum laki-laki, sehingga tidak dipandang sebagai

6 Muhammad Ismail M. Hijab Wanita Muslimah, (Bandung : Pustaka Ramadhan, 2002), h.


118
7 Pandangan Ini Dipopulerkan Oleh Demosin, Seorang Filosof Yunani. Bahay Al-Khauly,

Islam dan Persoalan Wanita Modern. Solo : Ramadhani, 1988, cet. Ke-1, h. 12
8 Ibid. h. 11

112 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Drs. H. Mukhsin, M.HI

manusia yang sederajat dengan laki-laki, dan dapat diperlakukan sesuka


hati, untuk kepuasan laki-laki.9 Masyarakat Mesir Kuno memperlakukan
wanita dengan dua cara, memanfaatkan mereka sebagai tempat
pemuasan seks laki-laki, atau menjadikan mereka sebagai sesaji yang
diceburkan ke sungai Nil.10
Pandangan-pandangan buruk terhadap kaum wanita pra-Islam itulah
yang menciptakan kondisi-kondisi tabarruj, yang memaksa wanita
memamerkan kecantikan dan kemolekannya dihadapan laki-laki, agar
tidak mendapat perlakuan yang lebih buruk. Lambat-laun keterpaksaan
itu berubah menjadi kesenangan, karena mendapatkan perlakuan yang
menyenangkan dari kaum laki-laki, sebagai tontonan dan idola.
Menurut Sayyid Qutb, kebiasaan-kebiasaan tabarruj seperti itulah
yang hendak dikikis oleh Islam, karena tabarruj merupakan penyakit
sosial yang terus menggerogoti tatanan sosial yang sehat. Islam hendak
membangun masyarakat yang bersih dan suci dari penyakit-penyakit
jahiliyyah itu, agar terbebas dari fitnah dan sebab-sebab kehancuran. Hal
ini dilakukan dengan membangun adab, etika, norma, dan sentuhan
fitrah kemanusiaan.11
Sentuhan fitrah kemanusiaan yang dimaksud adalah dorongan untuk
mengagumi keindahan yang agung, yang penuh kesopanan, dan
mengundang ketenangan batin, bukan dorongan untuk mengagumi
keindahan yang tidak santun, kasar, dan berselera rendah. Dorongan
yang terakhir inilah yang diekspresikan dalam tabarruj al-jahiliyyah,
yang hanya dapat mengagumi tubuh-tubuh perempuan tak bertutup.
Dalam ajaran Islam, hal itu merupakan bahaya bagi harkat manusia,
karena sejatinya, manusia bermartabat lebih dapat menikmati keindahan
hakiki dan agung, bukan justru menuruti hasrat-hasrat hewani yang
membuat manusia tak berbeda dengan hewan sesungguhnya.12

9Ibid. h. 13
10 Hidayah Salim, Wanita Islam : Kepribadian dan Perjuangannya. Bandung : Remaja
Rosdakarya, 1990, h. 3.
11 Sayyid Qutb, Op. Cit. H. 584
12 Ibid.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 113


Pandangan Ulama Tentang...

Sasaran pertama larangan tabarruj kepada isteri-isteri Nabi


menunjukkan bahwa hal itu sangat rentan terjadi pada kaum perempuan,
sehingga yang pertama kali mendapat larangan adalah orang-orang suci
dan taat yang ada di sekeliling Rasulullah SAW. Hal ini isyarat bahwa
tabarruj al-jahiliyyah dapat saja menular kepada siapa saja. Tuntunan
bagi isteri-isteri Nabi tersebut dimaksudkan sebagai persiapan untuk
menjadi teladan bagi wanita-wanita muslimah lainnya.13
Istilah tabarruj al-jahiliyyat al-ula, menurut Sayyid Qutb, tidak
hanya terbatas pada jahiliyah zaman dahulu, tetapi juga berlaku pada
semua masa hingga kini. Karena itulah, istilah jahiliyah pada QS. Al-
Ahzab :33 tidak dipahami sebagai periode sejarah, tapi lebih sebagai
kondisi-kondisi sosial tertentu, dengan gambaran kehidupan yang mirip
dengan masa jahiliyah masa lalu. Dengan demikian tabarruj al-jahiliyyah
juga dapat terjadi pada masa sekarang, sebagaimana banyak disaksikan
dalam kehidupan masyarakat modern.

E. Tabarruj Dalam Perkembangan Modern


Sayyid Qutb, dalam tafsir Fi Zhilal Al-Quran, menyatakan dengan
tegas bahwa fenomena tabarruj al-jahiliyyat al-ula tidak hanya terjadi
pada masa Jahiliyah Pra-Islam saja. Fenomena tabarruj bahkan telah
menjadi budaya masyarakat dunia masa kini, dan diagungkan sebagai
simbol kemodernan. Sayyid Qutb menyatakan :
”Jahiliyyah bukanlah menunjukkan masa tertentu dari zaman
dahulu. Tapi jahiliyah lebih menunjukkan keadaan tertentu dari
suatu masyarakat. Karenanya tabarruj al-jahiliyyah mungkin saja
terjadi di setiap zaman, dan pada masyarakat manapun di dunia. Jika
gambaran-gambaran dari tabarruj al-jahiliyyat al-ula seperti telah
dipaparkan di atas ditemukan pada suatu masyarakat, maka

Muhammad Ali Al-Shabuni, Rawa’i Al-Bayan Tafsir Ayat Al-Ahkam. Jilid 2 (Mekkah :
13

Dar Al-Quran Al-Karim, 1971), h. 372

114 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Drs. H. Mukhsin, M.HI

cukuplah menjadi bukti bahwa masyarakat itu adalah masyarakat


jahiliyah.14
Lebih jauh, Sayyid Qutb menyatakan bahwa :
”Berdasarkan hal itu, maka mayoritas masyarakat dunia zaman
sekarang sedang hidup dalam kejahiliyahan. Citra rasa akan
kecantikan dan keindahan telah menjadi kasar, dan tidak lagi
berbudi. Terjebak ke dalam gambaran-gambaran kenikmatan
hayawaniyyah, dengan mengorbankan harkat kemanusiaan ke
derajat yang sangat rendah dan hina. Sehingga masyarakat modern
sekarang hidup dalam kehidupan yang telah kehilangan kesucian,
kejernihan dan barkah yang dikaruniakan kepada mereka. Semua itu
adalah akibat pelanggaran yang nyata terhadap media penyucian dan
penjernihan yang disediakan Allah, yaitu melalui penghindaran diri
dari tabarruj, sebagaimana telah diteladankan oleh ahli bait
Rasulullah SAW.15
Pada kenyataannya, kehidupan modern telah membawa umat
manusia kembali kepada pola-pola kehidupan jahiliyah pada masa
dahulu kala. Hal itu terjadi karena besarnya kepentingan komersil dari
kaum kapitalis yang merupakan penguasa dunia modern. Melalui trik-
trik dagang yang penuh kelihaian, mereka memanfaatkan kecenderungan
bawaan kaum laki-laki untuk dapat melihat lawan jenisnya tampil molek
dan mempertontonkan auratnya. Maka diciptakanlah mode pakaian yang
seminim mungkin dan setransparan mungkin untuk kaum perempuan,
sementara mode pakaian untuk laki-laki lebih tertutup. Dengan
demikian, fungsi awal pakaian sebagai penutup aurat telah hilang dan
berubah menjadi alat pemenuhan kepentingan-kepentingan ekonomis
yang bertumpu pada mode-mode tabarruj.
Perkembangan tersebut tak ubahnya mengulang kecenderungan
jahiliyah. Jika perempuan jahiliyah bersolek, berdandan dan berhias
untuk memperlihatkan perhiasannya, dan suka berjalan dengan
14 Ibid. h. 584
15 Ibid. h. 584-585

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 115


Pandangan Ulama Tentang...

menghentakkan kakinya agar gelang kakinya berbunyi; maka perempuan


di zaman sekarang ini suka sekali memakai pakaian yang tipis dan
jarang, sehingga memperlihatkan hampir sekujur tubuh mereka. Mereka
berpakaian tapi seakan-akan tidak berpakaian, karena aurat mereka
tampak jelas.16
Kaum perempuan di zaman modern telah disulap menjadi alat
promosi komoditi dagang dan bahkan telah menjadi komoditas dagang
itu sendiri. Hal ini adalah dampak dari perkembangan teknologi yang
memicu pertumbuhan produksi barang dagang. Sehingga muncullah
barang-barang dagang yang diperuntukkan secara khusus bagi kaum
perempuan, mulai dari alat-alat tata rias wajah, rambut, tubuh, pakaian,
dan sebagainya, yang kesemuannya adalah untuk menampilkan kaum
perempuan lebih cantik dan molek, serta enak dipandang oleh mata
kaum laki-laki.
Pada gilirannya, kaum perempuan yang telah dipoles secantik dan
semolek mungkin itu dijadikan alat promosi, dan menjadi komoditas
dagang bagi kaum laki-laki, sebagaimana dengan mudah ditemukan
pada hampir setiap acara-acara hiburan, pertunjukan, iklan, dan promosi
dagang. Hal ini persis seperti digambarkan oleh Ibnu Mustafa sebagai
berikut :
”Kecenderungan masa kini yang anehnya berhias dengan mode
pakaian yang terbuka pada bagian-bagian tubuhnya, seperti betis,
leher, dada, rambut, punggung dan sebagainya. Secara sengaja atau
tidak, telah menyebabkan hancurnya akhlak banyak kaum laki-laki,
yang pada gilirannya menjadi petaka bagi diri kaum wanita itu
sendiri, seperti menjadi korban rayuan, perkosaan dan eksploitasi
dari laki-laki yang tidak bertanggung jawab”.17
Perkembangan negatif ini tidak hanya melanda masyarakat non
muslim, tapi juga menyerang kaum perempuan muslim, yang dengan
bangga meniru kelakuan kaum perempuan jahiliyah di era modern,
16 Hidayah Salim, op. Cit. H. 59
17 Ibnu Musthafa, Wanita Islam Menjelang Tahun 2000. (Jakarta : 1987), h. 125

116 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Drs. H. Mukhsin, M.HI

dalam hal ini perempuan Barat. Dengan demikian dapat dikatakan


bahwa ayat tabarruj yang melarang isteri-isteri Nabi SAW dan kaum
perempuan mu’min untuk meniru perilaku jahiliyah telah menjadi
relevan kembali, dengan bergesernya objek tiruan dari tabarruj al-
jahiliyah al-ula ke tabarruj al-jahiliyah al-haditsah (perilaku seronok
jahiliyah modern). Lazimnya hal itu dikampanyekan sebagai simbol
kemajuan dan kebebasan.18
Berkenaan dengan ini, Ibnu Mustafa menyatakan ;
”Menurut riwayat yang shahih, bahwa kaum perempuan masa
Jahiliyah pada umumnya sama tertudung kepala, tetapi hanya
kepalanya saja yang ditutup, sementara lehernya, telinganya,
kalungnya, anting-antingnya, subangnya, dipertontonkan kepada
orang asing. Maka kelakuan yang demikian itu dilarang oleh Allah
dan Rasul-Nya, agar jangan dikerjakan atau ditiru oleh kaum
perempuan muslim. Kalau kelakuan para perempuan jahiliyah
dahulu sampai ditiru, seperti kalau para muslimah sekarang meniru
kelakuan orang-orang perempuan jahiliyah modern sekarang ini,
sudah tentu dilarang juga.19

F. Faktor-Faktor Pendorong Perkembangan Tabarruj


Fenomena perkembangan tabararuj modern ini tentu ada sebabnya.
Di antara sebab yang merupakan faktor pendorong munculnya tabarruj
modern itu adalah tiga hal sebagai berikut : adanya praktek emansipasi
yang berlebihan; rapuhnya identitas budaya masyarakat muslim di
tengah serangan modernisasi dan globalisasi; kurangnya pemahaman
umat Islam terhadap ajaran agamanya; dan adanya budaya yang permisif
(serba-boleh).

18 Abdur Rasul Abdul Hassan Al-Ghaffar, Wanita Islam dan Gaya Hidup Modern.

(Terjemah dari Al-Mar’ah Al-M’ashirah), (Bandung : Pustaka Hidayah, 1993), cet. Ke-3, h. 91
19 Ibnu Mustafa, Op. Cit. H. 254

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 117


Pandangan Ulama Tentang...

1. Praktek Emansipasi Berlebihan


Pada asalnya, gerakan emansipasi mempunyai cita-cita dan misi
yang mulia untuk mengangkat derajat kaum perempuan, di tengah-
tengah buruknya kedudukan mereka di dalam tatanan sosial masyarakat
dunia. Gerakan ini menuntut persamaan hak antara kaum perempuan dan
laki-laki dalam aspek-aspek kehidupan sosial, seperti pendidikan,
pekerjaan, hak kepemilikan harta, dan sebagainya. Dilihat dari misi awal
ini, maka gerakan emansipasi mempunyai keselarasan dengan misi Islam
berkenaan dengan kedudukan kaum perempuan, dan karenanya tidak
bertentangan secara prinsipil dengan agama Islam.
Namun demikian, pada prakteknya, emansipasi perempuan telah
disusupi dengan misi-misi liberal, terutama dari kalangan yang tidak
suka pada tatanan sosial menjaga norna-norma susila. Gerakan
emansipasi yang liberal ini, lebih jauh lagi, menyuarakan kebebasan
ekspresi sebebas-bebasnya, termasuk dalam hal berpakaian, dan dalam
hal berhubungan dengan kaum laki-laki. Oleh karena itu, gerakan
emansipasi pada akhirnya menjadi alasan bagi pihak-pihak yang
menginginkan kebebasan kaum perempuan dalam mengatur cara
berpakaiannya sendiri, terlepas dari norma agama, budaya dan sosial.
Lebih jauh lagi, mereka menyuarakan kebebasan untuk hidup bersama
tanpa harus tunduk pada aturan pernikahan yang diatur dalam agama.20
Akibatnya, emansipasi menjadi alat untuk mempropagandakan
kehidupan sosial yang serba bebas, penuh dengan pesta-pesta dan
pertunjukan-pertunjukan yang mempertontonkan aurat, dan akhirnya
menjadi alat pembenar bagi perilaku seks-bebas (free-sex) sebagaimana
berkembang di Barat.21
Praktek emansipasi yang berlebihan ini menular pula kepada
masyarakat muslim, terutama melalui kaum intelektual yang terbaratkan.
Fatima Mernissi, umpamanya, dengan mantap menyatakan bahwa : hijab

20 Lihat Muhammad Al-Bahay dan Lois Al-Faruqi, Islam dan Feminisme, (Jakarta :

Minaret, 1988), h. 3
21 Al-Ghaffar, op. Cit. H. 108

118 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Drs. H. Mukhsin, M.HI

merupakan alat untuk membatasi, mengisolasi dan mengucilkan kaum


perempuan dari ruang publik. Hijab juga berarti sarana pemisahan antara
pihak yang berkuasa (laki-laki) dengan pihak yang dikuasai dan
dieksploitasi (perempuan).22
Atas dasar pemikiran seperti itu, muncullah gagasan dari kalangan
penganut agama Islam sendiri untuk membebaskan kaum perempuan
dari hijab dan segala yang berkenaan dengannya. Pemikiran ini menjadi
khas pemikiran kelompok Islam modernis yang semakin hari semakin
meluas, hingga ke kalangan generasi muda, terutama di kampus-kampus.
Hidayah Salim menyebutkan bahwa emansipasi merupakan salah
satu sikap dari tiga sikap keliru yang abadi terhadap wanita. Menurut
Hidayah Salim, ada tiga macam pandangan masyarakat terhadap wanita
dari masa ke masa :
a. Masyarakat yang menghinakan wanita
Masyarakat yang menjadikan wanita sebagai mahluk terhina adalah
masyarakat berkarakter jahiliyah yang memandang wanita sebagai
alat pemuas saja, dan bahkan diperlakukan sebagai barang yang
dapat berpindah tangan melalui jual-beli dan pewarisan, masyarakat
Arab Jahiliyah umpamanya tidak mengenal adanya hak waris pada
wanita. Kaum wanita bahkan termasuk harta diwariskan. Kebiasaan
bangsa Arab pra-Islam membunuh bayi-bayi perempuan termasuk
ke dalam contoh dari sikap masyarakat yang menghinakan wanita,
sehingga mereka tidak berkenan memiliki keturunan wanita.23
b. Masyarakat yang memanjakan wanita
Masyarakat yang suka memanjakan wanita dalam rangka tabarruj
adalah masyarakat hedonis yang mempunyai kebiasaan memelihara
wanita-wanita muda dan cantik. Seluruh kebutuhan untuk

22 Pemikiran Mernissi Tentang Hijab Tertuang Dalam Dua Karyanya : Fatima Mernissi,

The Forgetten of Queen in Islam (Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia : Rata-Rata Islam
yang terlupakan. (Bandung : Mizan, 1994) : dan Fatima Mernissi, Islam and Democracy
(diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia : Islam dan demokrasi : antologi Ketakutan”.
(Jogyakarta : LKIS, 1994).
23 Hidayat Salim. Op. cit. h. 3-4

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 119


Pandangan Ulama Tentang...

mempercantik diri dipenuhi, yang pada gilirannya dimanfaatkan


untuk pemuas nafsu. Mereka dipelihara sebagai dayang-dayang di
istana, sebagai gundik dan selir. Fenomena modern dapat dengan
mudah dijumpai pada dunia hiburan dan periklanan yang membayar
para wanita cantik untuk mendapatkan keuntungan yang sangat
besar bagi perusahaan yang membayarnya. Perusahaan-perusahaan
berskala internasional bahkan berhasil mengemas praktek-praktek
tabarruj tersebut dengan mengadakan kontes-kontes kecantikan
yang menganugerahkan gelar-gelar kehormatan seperti ”Ratu
Dunia” (miss Universe), ”Ratu Asia” (Miss Asia), dan
sebagainya”.24
c. Masyarakat yang menuntut hak emansipasi secara berlebihan
Masyarakat yang menuntut hak emansipasi bagi wanita seringkali
keliru dalam praktekknya, sehingga tidak dapat memilah-milah
mana wilayah-wilayah yang pantas bagi laki-laki, dan mana yang
pantas bagi wanita. Mereka menggunakan pakaian yang sama,
potongan rambut yang sama, gerak-gerik yang sama, bahkan tempat
berkumpul yang sama. Inilkah yang mendorong terjadinya
pergaulan bebas antara laki-laki dan wanita, akibat tidak ada lagi
hijab antara keduanya.25
Tipe masyarakat ketiga inilah yang mendominasi masyarakat dunia
sekarang, yang menjadi salah satu penyumbang terbesar bagi praktek
tabarruj di era modern.26
2. Pengaruh Globalisasi
Arus globalisasi yang datang dari Barat telah menjadi ancaman bagi
penegakan identitas keislaman di kalangan umat Islam sendiri. Karena
globalisasi itu sendiri merupakan propaganda ideologi Barat yang serba
bebas dan terbuka, untuk dijadikan sebagai identitas satu-satunya bagi

24 Ibid. h. 4-6
25 Ibid. h. 8-9
26 Ibid. h. 9

120 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Drs. H. Mukhsin, M.HI

bangsa-bangsa manapun didunia.27 Arus globalisasi itu telah


menggerogoti identitas keislaman dikalangan umat Islam, sehingga
menjadi rapuh dan rentan terhadap segala pengaruh buruk dari budaya
Barat.
Hal ini dapat diamati dari perkembangan negeri-negeri muslim yang
mulai membuka diri terhadap budaya-budaya Barat. Budaya berpakaian
dan berperilaku adalah pintu masuk paling mudah bagi terserapnya
budaya-budaya asing itu kepada umat Islam, yang jarang sekali disadari
mempunyai pengaruh yang sangat luas bagi upaya penggerogotan
moralitas umat. Terbukti bahwa hampir seluruh lapis masyarakat muslim
di seluruh dunia, terutama generasi muda, telah mulai menerima budaya
berpakaian yang terbuka sebagai bagian dari budaya mereka. Ajaran
tentang jilbab mulai diremehkan di mana-mana. Bahkan hal itu didukung
oleh kelompok pemikiran Islam liberal yang selalu menyuarakan upaya
modernisasi Islam.
Siyasah, nama sebuah surat kabar yang terbit di Lahore pernah
menurunkan berita (Mei 2003) tentang hasil survey di sebuah universitas
di Amerika Serikat. Survey itu menanyakan tentang keahlian yang perlu
dimiliki setiap calon mahasiswi sebelum memasuki universitas. Hasil
survey yang melibatkan tak kurang dari dua ratus responden dari
kalangan mahasiswi memberikan jawaban yang mayoritas sepakat
bahwa :
”Seorang wanita harus bisa berdansa, merokok, meminum minuman
keras, dan berpelukan, sebagai syarat menjadi anggota sebuah
perkumpulan dengan lawan jenis. Ia tidak boleh pandang bulu
dengan setiap lelaki yang tertarik kepadanya. Sebaliknya, ia harus
menyeleksi pandangannya sesuai dengan selera dan minatnya”.28
Seorang responden bahkan memberikan jawaban sebagai berikut :

27 Ibid.
28 Muhammad Ismail M. Op. Cit. h. 122

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 121


Pandangan Ulama Tentang...

”Sebaiknya setiap mahasiswi mempunyai beberapa pengalaman


sebelumnya dalam hal berpelukan dengan laki-laki agar tidak
memalukan karena dianggap kampungan ketika memasuki
universitas. Dengan demikian mereka akan memiliki kebolehan
untuk memabwa diri mereka secara efektif dengan laki-laki lain,
para dosen, dan staf universitas.29
Akibat dari pandangan bebas itu adalah kerusakan moral yang
dengan mudah dijumpai dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat Barat.
Menurut Muhammad Ismail M, kerusakan moral dan sendi-sendi
kehidupan masyarakat Barat itu adalah sebuah fenomena yang negara-
negara Barat sendiri menyadarinya. Maka tak mengherankan jika
masyarakat Barat kesulitan menjumpai wanita mereka yang masih
perawan ketika memasuki pernikahan, dan sering merasa heran bahwa
gadis-gadis Timur dapat mempertahankan keperawanannya hingga
pernikahan.30
3. Kurangnya Pemahaman Akan Ajaran Islam
Fenomena tabarruj dikalangan umat Islam sekarang, diantaranya
juga disebabkan karena kurangnya pemahaman umat Islam akan ajaran
agamanya sendiri, sehingga makna penting menutup aurat kurang
disadari. Karena faktor inilah, terjadi praktek emansipasi yang
berlebihan, dan menjadi rapuh dalam mempertahankan identitas budaya
Islam di tengah tantangan globalisasi.
Akibat dari kurangnya pemahaman itu, sehingga sebagian besar
umat Islam dewasa tidak merasakan arti penting dari menggunakan
jilbab dan justru melakukan praktek tabarruj seperti yang dilakukan oleh
masyarakat jahiliyah, baik di masa lalu maupun di masa modern ini.
Mereka lebih cenderung melakukan taklid, dengan meniru tingkah laku
dan perilaku masyarakat Barat.

29 Ibid.
30 Ibid. h. 124-125

122 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Drs. H. Mukhsin, M.HI

Keanekaragaman budaya bangsa Indonesia mempunyai efek


samping yang positif dan negatif sekaligus. Efek positif yang paling
terasa adalah bahwa bangsa Indonesia dikenal dengan budaya
masyarakatnya yang toleran, karena terlatih untuk hidup dalam berbagai
aneka budaya. Hal ini masih sulit ditemukan di negara-negara lain,
terutama negara yang komposisi penduduknya cenderung homogen.
Tapi akibat dari budaya yang beraneka ragam itu pula, sehingga
masyarakat Indonesia cenderung menjadi pemisif, yaitu serba
membolehkan berbagai sikap, pandangan dan tingkah laku. Jika yang
ditolerir atau dibolehkan adalah hal-hal yang tidak bersifat prinsipil,
maka budaya itu sangat positif. Tapi yang terjadi dalam kenyataan
sehari-hari, batas-batas toleransi budaya itu sudah tidak jelas lagi,
sehingga seringkali melanggar norma-norma tertentu dalam agama,
terutama menyangkut masalah berpakaian. Maka dengan mudah dapat
disaksikan bahwa praktek tabarruj yang berlangsung di Indonesia, yang
semakin hari semakin buruk keadaannya, adalah akibat dari terbukanya
pintu toleransi secara keliru.
Polemik sekitar Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi dan
Pornoaksi (RUU APP) memperlihatkan dengan jelas kenyataan tersebut.
Kelompok yang menolak RUU APP pada umumnya menggunakan asas
toleransi atas keanekaragaman budaya sebagai argumen dasarnya.
Padahal dari sudut pandang agama Islam, tidak ada toleransi atas segala
bentuk pelanggaran norma-norma kesusilaan, termasuk dalam hal ekspos
aurat, yang telah menjadi wabah umum pada masyarakat Indonesia.
Argumen ini pada umumnya dikemukakan oleh para pendukung RUU
APP.
Namun demikian, karena budaya masyarakat Indonesia telah
menjadi sedemikian permisif terhadap berbagai budaya, sehingga suara
yang menolak RUU APP lebih unggul dibandingkan dengan para
pendukung Rancangan Undang-Undang tersebut. Hal ini sekaligus
menunjukkan bahwa bangsa Indonesia telah terperosok ke dalam praktek
tabarruj, paling tidak melalui sikap mayoritas penduduknya yang

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 123


Pandangan Ulama Tentang...

membiarkan praktek tersebut terus berlangsung dan menyebar semakin


luas.
Budaya yang permisif terhadap tabarruj itu tidak hanya didasarkan
pada asas toleransi atas keanekaragaman budaya yang disalahartikan,
tapi lebih menyedihkan lagi sering dilakukan atas nama seni. Sehingga
banyak seniman yang berkeyakinan bahwa segala sesuatu menjadi boleh
dalam karya-karya seni, sekalipun hal itu melanggar norma dan etika.
Lebih buruk lagi, sebagian mereka berkeyakinan bahwa acuan-acuan
moral dan etika, terlebih lagi agama, akan mematikan ekspresi-ekspresi
seni, dan karenanya, semua itu tidak boleh masuk ke dunia seni. Dengan
kata lain, tidak akan ada seni, jika menuruti ajaran-ajaran moral, etika
dan agama.
Kenyataan yang menyedihkan di Indonesia ini sesungguhnya
merupakan gambaran yang lebih menyedihkan dari kenyataan bangsa-
bangsa di dunia, yang digambarkan oleh Al-Maududi sebagai wujud dari
ketamakan persepsi moral individual dan rasa haus seks manusia-
manusia modern. Abu Al-A’la Al-Maududi menyatakan sebagai berikut:
”Iklan-iklan merasa belum cukup tanpa gambar wanita setengah
telanjang, atau telanjang bulat. Tak ada hotel atau ruang pameran
serta restoran yang tidak mempunyai pelayan wanita, untuk
mengikat laki-laki yang menyebabkan masyarakat tidak berdaya dan
hanya bisa menjamin kepentingannya dari satu segi saja,
berdasarkan ketamakan persepsi moral individual dan rasa haus
seks.

G. Kesimpulan
Menurut pengamatan penulis sendiri, kurangnya pemahaman itu
pada dua kelompok masyarakat muslim, yaitu :
1. Kelompok Islam Abangan, yaitu kelompok umat Islam yang hanya
menjadikan Islam sebagai identitas sosial, karena faktor keturunan.
Mereka menjadi muslim karena faktor budaya dan geografis, yaitu

124 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Drs. H. Mukhsin, M.HI

terlahir sebagai anak seorang muslim dan hidup di lingkungan


muslim. Pada umumnya, mereka ini kurang memahami esensi
ajaran Islam, dan kurang menyadari pentingnya mempelajari seluk-
beluk ajaran Islam secara mendetail. Gairah keagamaan merek
ahanya muncul ketika terjadi perayaan-perayaan dalam lingkungan
sosial mereka, seperti merayakan Hari-Hari Besar Islam, atau ketika
kepentingan kelompok sosial mereka (Islam) terganggu oleh pihak
luar non muslim).
2. Kelompok Umat Islam yang memahami ajaran Islam secara parsial,
dan tidak utuh. Mereka ini lazimnya hanya mempelajari Islam
secara sepintas dan dari kulitnya saja, dan tidak mempelajari Islam
secara mendalam dan tuntas. Kelompok ini sangat rentan dimasuki
oleh berbagai kepentingan, baik kepentingan diri sendiri, maupun
kepentingan luar. Kelompok yang menggunakan Islam untuk
kepentingan diri sendiri, biasanya terjadi pada praktisi politik yang
ingin mendapatkan pengaruh atau popularitas. Sedangkan kelompok
yang tereksploitasi oleh kepentingan luar, adalah masyarakat
muslim yang terpengaruh oleh gagasan-gagasan modern yang tanpa
disadari merusak pemahaman keagamaan mereka yang masih
dangkal.
Keberadaan dua kelompok umat Islam yang kurang pemahamannya
terhadap ajaran Islam ini menjadi salah satu faktor cepatnya terjadi
penyebaran praktek tabarruj di kalangan umat Islam, karena pada
kenyataannya, dua kelompok tersebut adalah mayoritas dalam tubuh
umat Islam. Hal ini ditambah lagi oleh kelompok intelektual muslim
yang terdidik secara Barat, yang kurang pemahamannya akan ajaran-
ajaran Islam yang prinsipil.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 125


Pandangan Ulama Tentang...

DAFTAR PUSTAKA

Abu Al-A’la Al-Maududi, Al-Hijab dan Status Wanita Islam (Terjemah


Purdah and The Satatus of Women in Islam), Bandung :
Risalah, 1984, h. 302
Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, Dalam Syirkat Al-Baramij Al-
Islamiyah Al-Dauliyyah, op. Cit. Hadits No. 3686
Ahmad Bin Hanbal, Musnad Ahmad, Dalam Syirkat Al-Barajmij Al-
Islamiyah Al-Dauliyyah, Mausu’;at Al-Hadits Al-Syarif
9Gisco, 1991-1997), Hadits No. 6554
Ahmad Warson Munawwir. Al-Munawwir : Kamus Arab-Indonesia. H.
76
Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Jilid VIII, (Kairo :
Musthafa Al-Babi Al-Halabi, 1963), h. 6
Louis Ma’luf, Al-Munjid fi Al-Lughat, Beirut : Al-Makatabah Al-
Katsulikiyah, 1956, cet. Ke-18, h. 31
Muhammad Hasan Al-Hamshi, Qur’an Majid : Tafsir wa Bayan, (Beirut:
t.t), h. 422
Ibn Thahir Al-Fairuzabadi, Tanwir Al-Migbas Min Tafsir Ibn Abbas.
(Kairo : Maktabah Musthafa Al-Babi Al-Halabi Wa Awladih,
1951), cet. Ke-2, h. 261
Imam Muslim, Shahih Muslim, Kitab Al-Zinat Wa Al-Libas, Dalam
Syirkat Al-Baramij Al-Islamiyyah Al-Dauliyyah. Op. Cit.
Hadits No. 3971
Imam Malik, Muwattha Malik, Kiab ”Ma Yukrahu Li Al-Nisa Labsuhu
Min Al-Tsiyab”, Dalam Syirkat Al-Baramij Al-Islamiyyah Al-
Dauliyyah, Op. Cit, Hadits No. 1421
Imam Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, Kitab ”Fitnat At-Nisa”, Dalam
Syirkat Al-Baramij Al-Islamiyyah Al-Dauliyyah, Op. Cit.
Hadits No. 3991.

126 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Drs. H. Mukhsin, M.HI

Sayyid Sabiq, Fiqh Al-Sunnah, Jilid II, Beirut : Dar Al-Fikr, 1983, h.
180
Syamsuddin. Pendidikan Kelamin Dalam Islam. Semarang : CV.
Ramadani, 1966
Tim Penterjemah / Pentafsir Al-Quran (TPPA) Depag RI, Al-Quran dan
Terjemahnya. (Madinah : Majma al-Malk Fahd, 1418)(, h. 672

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 127


Kepemimpinan Kepala Sekolah...

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH YANG EFEKTIF

Rahmat Nasution

Abstrak
Membicarakan kepemimpinan selalu aktual untuk dibahas. Semakin
dibahas semakin kelihatan berbagai teori yang berkembang dalam
bidang kepemimpinan. Kepemimpinan yang efektif sudah barang
tentu dibutuhkan agar masyarakat atau bawahan yang dipimpin
dapat diarahkan menuju suatu tujuan yang diinginkan. Mungkin
sering dilupakan bahwa sesungguhnya yang berperan dalam suatu
masyarakat agar masyarakat bergerak untuk mencapai suatu cita-
cita adalah pemimpin. Tangan dingin yang dimiliki oleh seorang
pemimpin dengan mudah dapat menghantarkan masyarakat yang
dipimpinnya menuju perubahan yang lebih baik dalam segala
bidang kehidupan. Tidak terkecuali kepemimpinan dalam
pendidikan khususnya kepemimpinan kepala sekolah.
Tulisan ini mencoba memberikan uraian tentang bagaimana
sesungguhnya kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dalam
upaya memajukan sekolah yang dipimpinnya. Referensi yang
digunakan diambil dari berbagai literatur yang berkaitan dengan
kepemimpinan terlebih kepemimpinan kepala sekolah.
Kata kunci: kepemimpinan, kepala sekolah, efektif.

A. Pendahuluan
Terkadang mudah dilupakan siapa sebenarnya yang paling
berpengaruh dalam mengubah wajah dunia ini. Perubahan dalam
berbagai bidang mulai dari perubahan budaya, perubahan karakter,
perubahan keyakinan sampai kepada perubahan yang berkaitan dengan
fisik nyata seperti model arsitek bangunan, model kenderaan, dan model
busana. Tanpa berpikir panjang perubahan itu selalu saja diikuti walau
tanpa memikirkan kenapa terjadi perubahan, kapan perubahan itu
dimulai, dan siapa yang mempelopori perubahan itu. Setelah sedikit
mengernyitkan kening ternyata perubahan itu diawali oleh gerakan dari

128 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Rahmat Nasution

seseorang yang bernama pemimpin baik pemimpin formal maupun


pemimpin informal. Disadari atau tidak sesungguhnya pemimpinlah
yang dengan berbagai cara dapat mengubah wajah dunia yang kita
tempati ini menjadi lebih nyaman, lebih nikmat, dan lebih berperadaban.
Membicarakan pemimpin sudah barang tentu akan berhadapan
dengan pembahasan yang begitu luas. Pemimpin itu mulai dari
pemimpin besar, pemimpin negara, pemimpin agama sampai kepada
pemimpin yang paling kecil seperti pemimpin keluarga atau pemimpin
kelompok. Semua pemimpin memiliki arti penting dalam dunia
kepemimpinan. Hanya saja tidak semua pemimpin itu melaksanakan
kepemimpinannya dengan baik ada juga pemimpin yang melakukan
kepemimpinannya tidak disukai oleh orang-orang yang dipimpinnya
atau yang menjadi bawahannya. Di sinilah letaknya apabila
membicarakan kepemimpinan semakin menarik dan semakin banyak
muncul permasalahan yang berkaitan dengan kepemimpinan.
Pembahasan kali ini akan mencoba melihat bagaimana
kepemimpinan di dunia persekolahan, bagaimana sesungguhnya teori-
teori yang memberikan rambu-rambu tentang kepemimpinan kepala
sekolah yang efektif. Efektif mengandung arti “dapat membawa hasil;
berhasil guna”.1 Ini mengandung makna bahwa kepala sekolah dapat
berhasil melaksanakan kepemimpinannya sebagai kepala sekolah.
Kepala sekolah adalah orang terdidik yang menyandang tugas dan fungsi
sebagai pemimpin. Namun demikian tidak semua kepala sekolah dapat
melaksanakan tugas kepemimpinannya dengan efektif seperti yang
diharapkan. Terdapat juga kepala sekolah yang hanya bisa memerintah
dan menandatangani surat tanpa memiliki visi yang jelas mau dibawa
kemana sekolah yang dipimpinnya.
Tulisan ini mencoba memberikan sekilas pandang tentang
kepemimpinan yang dapat membawa suatu lembaga pendidikan yang
bernama sekolah atau juga madrasah mencapai suatu tujuan yang
diinginkan. Sudah barang tentu dalam pembahasan yang diuraikan
1Anonim, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hlm. 219.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 129


Kepemimpinan Kepala Sekolah...

didasarkan kepada beberapa teori tentang kepemimpinan. Teori-teori


tersebut tidak mutlak kebenarannya tetapi setidaknya dapat memberikan
petunjuk atau jalan ibarat dalam mengharungi lautan untuk mencapai
pulau tujuan yang dicita-citakan.

B. Pembahasan
1. Dasar-dasar kepemimpinan
Membicarakan kepemimpinan tidak dapat dihindari bahwa ada
landasan atau dasar yang harus diketahui agar kepemimpinan
berjalan dengan efektif. Kalau diumpamakan dalam sebuah
perjalanan wisata maka diperlukan dasar-dasar atau hal-hal pokok
yang mesti diketahui dalam perjalanan tersebut mulai dari
persiapan, kelengkapan yang perlu dibawa, tujuan wisata sampai
kepada kenyamanan dan apa saja yang dapat dinikmati selama
dalam perjalanan tersebut. Warren Bennis dalam Boyett and
Boyett2 mengemukakan terdapat enam unsur dasar dalam
kepemimpinan. Keenam unsur dasar tersebut yang terdiri dari:
(1) guiding vision (memiliki ide dan visi, apa yang hendak
diperbuat agar tidak terjadi kegagalan),
(2) passion (kemauan yang kuat, ingin perubahan),
(3) integrity (memiliki integritas tentang pengetahuan,
keterbukaan, dan kedewasaan),
(4) trust (dipercaya),
(5) curiosity (rasa ingin tahu), dan
(6) daring (berani untuk mengambil resiko).

Agaknya Bennis memiliki pandangan bahwa bagi seorang


pemimpin hal pertama yang harus dimiliki berkenaan dengan visi.
Visi merupakan pandangan jauh ke depan tentang ke arah mana
orang-orang yang dipimpin akan dibawa. Rumusan visi itu juga
harus diketahui oleh bawahan sehingga antara pemimpin dan yang

2 Joseph H. Boyett dan Jimmie T. Boyett, The Guru, hlm. 3.

130 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Rahmat Nasution

dipimpin memiliki kesepahaman dalam mencapai visi tersebut.


Artinya, visi berasal dari pemikiran seorang pemimpin tetapi
pemikiran si pemimpin tersebut harus dikompromikan dengan
bawahan. Jangan-jangan visi itu terlalu sulit untuk dijangkau
sehingga perlu disesuaikan dengan kemampuan dan potensi yang
dimiliki. Setelah visi ditetapkan, maka si pemimpin seharusnya
memiliki kemauan yang kuat untuk melakukan perubahan terhadap
apa yang dipimpinnya. Kalau ia seorang kepala sekolah maka dalam
benaknya sudah selalu terbayang keberhasilan yang hendak dicapai.
Siang dan malam si kepala sekolah berpikir bagaimana agar sekolah
yang dipimpinnya dapat berubah ke arah yang lebih baik sesuai
dengan visi yang telah dirancang. Ia tidak pernah merasa lelah
sebelum keinginan tercapai.
Poin selanjutnya adalah integritas pribadi yang dapat
diandalkan. Artinya memiliki wawasan yang luas tentang sepak
terjang kepemimpinan dan wawasan tentang wilayah yang
dipimpinnya. Seorang kepala sekolah sudah semestinya memiliki
wawasan yang memadai tentang dunia pendidikan. Di sinilah
letaknya bahwa pemimpin itu harus profesional dalam bidang yang
digelutinya. Jangan sampai orang yang tidak mengetahui seluk
beluk pendidikan diangkat menjadi kepala sekolah. Integritas harus
dibarengi pula dengan trust yakni dapat dipercaya, amanah, dan
memiliki kejujuran. Trust erat kaitannya dengan kejujuran. Artinya
trust itu bisa muncul dari para bawahan apabila si pemimpin
memiliki sifat-sifat kejujuran. Sebaliknya apabila si pemimpin tidak
memiliki sifat-sifat kejujuran maka akan sulit sekali untuk
mendapatkan kepercayaan dari bawahan. Bagaimana mungkin
seseorang dapat dipercaya kalau dalam dirinya tidak tercermin nilai-
nilai kejujuran. Impossible, tidak mungkin. Biasanya, kejujuran
seorang kepala sekolah akan diuji apabila dihadapkan dengan
pengelolaan keuangan. Karena merasa memiliki wewenang penuh
maka akan muncul niat jahat. Sering terjadi, ikatan kerja sama yang
rapi antara kepala sekolah dengan bendahara dalam merekayasa

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 131


Kepemimpinan Kepala Sekolah...

kwitansi yakni berlindung di bawah secarik kertas untuk


melaksanakan penipuan alias ketidakjujuran. Jelasnya, nominal
dalam kwitansi misalnya Rp. 1.000.000,- padahal uang yang
dibelanjakan hanya Rp. 800.000,-
Curiosity atau rasa ingin tahu merupakan poin dasar
kepemimpinan yang tidak kalah pentingnya dari poin-poin lainnya.
Seorang kepala sekolah berupaya semaksimal mungkin untuk
mencari informasi tentang sekolah yang dipimpinnya baik informasi
yang baik maupun informasi yang jelek. Ia tidak akan segan-segan
untuk bertanya kepada siapa saja yang kira-kira mengetahui tentang
sekolah yang dipimpinnya mulai dari si pelayan, tukang sapu, guru-
guru sampai kepada wali murid dan tetangga sekolah. Semua
informasi yang dihimpun akan dijadikan bahan dasar untuk
mengambil keputusan dalam pengelolaan sekolah. Sedangkan poin
terakhir adalah daring atau berani untuk mengambil resiko. Poin
terakhir ini kurang dikenal di kalangan pemimpin di negeri ini.
Perlu diingat bahwa setiap keputusan yang diambil oleh seorang
pemimpin dapat berhasil baik atau sebaliknya. Keberanian di sini
dimaksudkan bahwa seorang kepala sekolah tanpa diragukan ia
berani mengambil resiko atas keputusannya seandainya tidak
berhasil. Bahkan ia berani diberhentikan dari jabatan kepala sekolah
akibat dari suatu keputusan yang diambilnya karena ia tidak
berhasil. Pemimpin yang sesungguhnya tidak mempersoalkan
materi atau duit, yang penting bagaimana program yang dirancang
bisa berhasil sesuai dengan yang menjadi tujuan.
James O’Toole’s3 mengemukakan bahwa nilai dasar
kepemimpinan yang terdiri dari:
(1) integrity (memiliki visi dan prinsip yang jelas),
(2) trust (dipercaya),
(3) listening (pendengar setia bagi bawahan), dan

3 Ibid., hlm. 4

132 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Rahmat Nasution

(4) respect for followers (respek terhadap bawahan tentang apa


yang hendak disampaikan dan dikerjakan).

Pendapat kedua ini sebenarnya tidak begitu jauh berbeda


dengan pendapat terdahulu tetapi rumusannya lebih simpel. Integrity
sudah mencakup guiding vision dan listening sudah mencakup
curiosity serta respect for followers hampir memiliki makna yang
sama dengan passion. Benar-benar tida ditemukan pada rumusan ini
adalah daring. Untuk item ini tidak semua ahli sependapat.
Pendapat lain dikemukakan oleh Stephen Covey, ia
mengatakan4 ada delapan prinsip kepemimpinan yang dapat dilihat
pada pribadi seseorang yaitu:
(1) continual learning (belajar tiada henti),
(2) service orientation (orientasi pelayanan),
(3) radiate positive energy (menyebarkan energi positif),
(4) believe in other people (percaya dengan orang lain),
(5) lead a balanced life (hidup seimbang),
(6) see life as an adventure (suka berpetualang),
(7) synergize (bersinergi), dan
(8) engage in physical, mental, emotional, and spritual exercise for
self-renewal (memiliki fisik, mental, emosi yang stabil, dan
latihan spritual untuk pengembangan diri).

Pendapat ketiga ini lebih menekankan pada karakter pribadi


seseorang di dalam kepemimpinannya. Sedangkan dua pendapat
terdahulu lebih fokus pada aksi atau gerakan yang akan dilakukan
dalam memimpin. Sudah barang tentu pendapat ini merupakan
pengembangan dari dua pendapat sebelumnya.

4 Ibid., hlm. 6.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 133


Kepemimpinan Kepala Sekolah...

Hampir sejalan dengan pendapat Covey, Wahyudi mengatakan


bahwa karakteristik yang harus dimiliki seorang pemimpin agar
berhasil dalam menjalankan tugasnya meliputi:
(1) mempunyai kematangan spritual, sosial, dan fisik,
(2) menunjukkan keteladanan,
(3) kesanggupan untuk memecahkan masalah secara kreatif,
(4) memiliki kejujuran,
(5) mempunyai keterampilan berkomunikasi,
(6) memiliki motivasi yang kuat untuk memimpin,
(7) disiplin,
(8) mempunyai rasa tanggung jawab,
(9) mempunyai banyak relasi,
(10) mempunyai kestabilan emosi,
(11) cepat dalam pengambilan keputusan, dan
(12) berani mengambil resiko.5

Lebih jauh, John C. Maxwell dalam Meyliana6 mengemukakan


bahwa ada beberapa hal yang harus dimiliki oleh pemimpin yaitu: 1)
karakter, 2) karisma, 3) komitmen, 4) komunikasi, 5) kompetensi, 6)
keberanian, 7) pengertian, 8) fokus, 9) kemurahan hati, 10) inisiatif,
11) mendengarkan, 12) semangat tinggi, 13) sikap positif, 14)
pemecahan masalah, 15) hubungan, 16) tanggung jawab, 17)
kemapanan, 18) disiplin diri, 19) kepelayanan, 20) sikap mau diajar,
dan 21) visi.
Sedangkan menurut Menurut Gayla Hodge dalam Danim,7 ada
sepuluh karakteristik pemimpin yang efektif:
(1) Memiliki visi.

5 Wahyudi, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar (Bandung:


Alfabeta, 2009), hlm. 125.
6 Semuil Tjiharjadi, To Be A Great Leader (Yogyakarta: Andi, 2007), hlm. 243.
7 Sudarwan Danim, Kepemimpinan, hlm. 21 – 23.

134 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Rahmat Nasution

(2) Memiliki fokus untuk mencapai tujuan-tujuan yang akan


membuat visi menjadi kenyataan.
(3) Memenangi dukungan untuk visinya dengan memanfaatkan
gaya dan aktivitas yang paling cocok untuk mereka sebagai
individu.
(4) Lebih terfokus untuk “menjadi” daripada “melakukannya”.
(5) Mengetahui bagaimana mereka bekerja secara efektif dan
efisien.
(6) Mengetahui bagaimana memanfaatkan kekuatan mereka untuk
mencapai tujuan.
(7) Tidak mencoba menjadi orang lain.
(8) Mencari orang-orang dengan berbagai ciri efektivitas alam.
(9) Berupaya menarik orang lain untuk bekerja sama.
(10) Secara terus menerus mengembangkan kekuatan dalam rangka
memenuhi kebutuhan baru dan mencapai tujuan baru.

Pemimpin di kalangan masyarakat Jambi diumpamakan:8 Kayu


imbang tempaik balendouh, kayu gadue tempaik basanda.
Maksudnya, seorang pemimpin menjadi tempat berlindung dan
tempat mengadu bagi rakyatnya. Lebih jauh dikatakan bahwa:
Pemimpin dalam masyarakat Jambi merupakan orang yang terpilih
dan ahli sesuai dengan seloko: Bilo hendak tahu lebarnyo sungai
tanyolah pada ikan seluang, bilo hendak tahu dalamnyo sungai
tanyolah pada berang-berang, bilo hendak tahu masaknyo buah
tanyolah pada tupai, maksudnya semua harus dikerjakan oleh
ahlinya masing-masing. Ikan seluang meskipun kecil dia hidup dari
pinggir ke pinggir sungai jadi tahu lebarnya sungai; berang-berang
hewan yang suka mencari ikan dengan menyelam di sungai dan
rawa, maka dia paham berapa dalamnya sungai; sedangkan tupai

8Anonim, Ungkapan Tradisional yang Berkaitan dengan Sila-sila dalam Pancasila


Daerah Jambi (Jambi: Dikbudpar, 2006), hlm. 124.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 135


Kepemimpinan Kepala Sekolah...

yang biasa memakan buah selalu dicari yang masak, karena


masaknya buah tupailah ahlinya.9
Pemimpin dalam adat Jambi terdiri dari tiga kelompok, dalam
seloko adat dikatakan: Tali tigo sepilin tungku tigo sejarangan,
menggambarkan sinergi antara pegawai syarak (kodhi, imam,
khatib, dan bilal), pemangku adat (depati, nenek mamak, rio,
penghulu, ngabai, mangku, datuk, orang tuo, cerdik pandai, dan
para tengganai), dan pemimpin pemerintahan (raja, menteri, batin,
penghulu, kepala kampung, dan kepala dusun).10 Akan tetapi semua
pemimpin tersebut harus memiliki sifat adil dan bijak seperti
dikatakan dalam seloko adat11: Rajo adil rajo disembah, rajo lalim
rajo disanggah. Maksudnya, kalau pemimpin adil dan bijak maka
rakyatnya rela menyembahnya –patuh– kepadanya, sebaliknya kalau
pemimpin berlaku zalim maka rakyatnya siap menurunkannya.

2. Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif


Castetter berpendapat bahwa dalam upaya mewujudkan
kepemimpinan kepala sekolah yang efektif, kepala sekolah memiliki
tanggung jawab dalam hal-hal berikut:
a. Merumuskan, mendefinisikan, menjelaskan, dan menafsirkan
kepada siswa, staf, dan komunitas tujuan program pendidikan
yang bermacam-macam dalam unit kerja.
b. Membantu individu dalam unit kerja untuk melakukan
penyesuaian rencana, posisi, dan harapan.
c. Bekerja sama dengan unit organisasi lain untuk meningkatkan
program pendidikan.
d. Mengembangkan, mendefinisikan, dan menerapkan standar
kinerja untuk personil murid dan guru dalam kaitannya dengan
program pendidikan.

9Anonim, Harmonisasi Agama dan Budaya di Indonesia (Jakarta: Balai Penelitian dan
Pengembangan Agama, 2009), hlm. 127.
10 Ibid., hlm. 130.
11 Ibid.

136 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Rahmat Nasution

e. Mengusulkan modifikasi dalam rencana, program, dan


prosedur.
f. Menyelesaikan konflik yang timbul dari peran dan ambiguitas
dari kepentingan organisasi.
g. Membuat organisasi yang demokratis.
h. Membangun hubungan kerjasama antara unit kerja dan
komunitas yang dilayaninya.12

Hal pertama yang seharusnya dilakukan oleh kepala sekolah di


dalam memimpin sekolahnya adalah melakukan kerja sama dengan
orang-orang yang dipimpinnya untuk membuat program baik
program singkat yang bersifat jangka pendek maupun program yang
jauh ke depan yang bersifat jangka panjang. Bukan saja guru-guru
yang harus mengetahui program yang akan dikerjakan tetapi harus
sampai dan diketahui oleh siswa dan orang-orang yang terkait
dengan sekolah yakni semua stakeholder. Jelasnya, kepala sekolah
merumuskan visi bersama orang-orang terkait dilengkapi dengan
misinya kemudian dituangkan dalam program kerja. Semuanya itu
menjadi pedoman bersama dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
Seandinya di antara bawahan da yang kurang paham dengan
program dan tugas yang akan dilakukannya mak tugas pemimpin
untuk membimbingnya agar mengetahui tugas dan fungsi pokoknya.
Langkah berikutnya, kepala sekolah harus menjalin kerja sama
dengan unit lain dalam upaya memajukan sekolahnya. Seandainya
sumber daya manusia (SDM) yang ada di sekolah tersebut termasuk
lemah memerlukan upaya peningkatan maka kepala sekolah harus
mencari lembaga yang memungkinkan untuk dapat bekerja sama
untuk meningkatkan (SDM) tersebut. Begitu juga dengan bidang-
bidang lainnya apabila diketahui belum berjalan secar maksimal
maka perlu upaya untuk peningkatannya melalui kerja sama atau

12
William B. Castetter, The Personnel Function in Educational Administration (New
York: Macmillan Publishing Co., Inc., 1981), hlm. 65.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 137


Kepemimpinan Kepala Sekolah...

mengadakan MoU (Memorandum of Understanding) dengan pihak


lain.
Selain itu, perlu dibuat standar kinerja untuk semua personalia
yang ada di sekolah tersebut. Mulai dari kepala sekolah, wakil
kepala sekolah, tata usaha sampai kepada guru, siswa, dan pelayan
atau tukang sapu. Standar kinerja ini menjadi penting, agar mudah
diketahui apakah program yang dijalankan berhasil atau mengalami
hambatan. Apabila di tengah jalan terdapat rintangan pada program
yang dijalankan, maka segera dilakukan modifikasi dan
penyesuaian-penyesuain. Di sini diperlukan kecerdasan dari seorang
kepala sekolah untuk mengetahui apakah program yang dijalankan
berjalan mulus atau terjadi masalah. Seandainya muncul masalah
atau terjadi konflik maka kepala sekolah harus segera menyelasikan
konflik tersebut walau sekecil apapun. Kebersamaan dan
kekompakan dalam suatu unit kerja seperti sekolah sangat
didambakan. Sekolah harus diumpamakan seperti suatu keluarga
yang harmonis saling menghormati, saling menghargai, dan saling
mempercayai. Apabila muncul pertikaian atau kesalahpahaman
tidak boleh dibiarkan berlarut-larut harus segera diselesaikan.
Sejalan dengan itu, Mulyasa berpendapat bahwa kepemimpinan
kepala sekolah yang efektif memiliki kriteria sebagai berikut:
1. mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses
pembelajaran dengan baik, lancar, dan produktif;
2. dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan;
3. mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat
sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka
mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan;
4. berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan
tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain di sekolah;
5. bekerja dengan tim manajemen; serta

138 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Rahmat Nasution

6. berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai


dengan ketentuan yang telah ditetapkan.13

Danim14 mengemukakan ciri-ciri pemimpin efektif seperti


berikut ini:
a. Jujur. Kejujuran membangkitkan kepercayaan banyak orang.
b. Melakukan apa yang mereka katakan akan dilakukan.
c. Menepati janji.
d. Memastikan tindakan pemimpin konsisten dengan keinginan
komunitas yang dipimpin.
e. Memiliki gagasan yang jelas.
f. Percaya pada nilai yang melekat pada diri orang lain.
g. Mengakui kesalahan.
h. Menciptakan iklim saling percaya dan terbuka.
i. Membantu orang lain untuk menjadi sukses.
j. Mendorong anggota untuk berbuat lebih banyak.
k. Menyingsingkan lengan baju untuk bekerja sama dengan
anggota.
l. Menghindari ungkapan yang menimbulkan kebencian,
keengganan, dan resistensi.

Pendapat-pendapat yang dikemukakan di atas apabila diambil


garis besarnya bahwa kepemimpinan kepala sekolah yang efektif itu
berada pada tiga bagian penting yakni: kepribadian, interaksi
dengan bawahan, dan interaksi dengan masyarakat. Hal-hal yang
berkaitan dengan kepribadian misalnya kejujuran, kedisiplinan,
dapat dijadikan contoh, memiliki wawasan yang luas, dan mengakui
kesalahan yang dilakukan. Hal-hal yang berhubungan dengan
interaksi dengan bawahan misalnya memberdayakan bawahan,
keterbukaan dengan bawahan, saling percaya dengan bawahan,

13 E. Mulyasa, Manajemen, hlm. 126.


14 Sudarwan Danim, Kepemimpinan, hlm. 37 – 38.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 139


Kepemimpinan Kepala Sekolah...

menjalin hubungan secara kekeluargaan dengan bawahan, dan


menghindari hal-hal yang tidak disukai bawahan. Sedangkan
interaksi dengan masyarakat misalnya menjalin hubungan yang
harmonis, memberi peran bagi tokoh-tokoh masyarakat, dan
mengajak masyarakat untuk bekerja sama dalam berbagai bidang.
Ketiga bagian penting ini hendaknya ada keseimbangan, artinya
ketiga-tiganya dapat berjalan secara bersamaan tanpa mendahulukan
antara yang satu dengan yang lain.
Menurut Brantas,15 konsep kepemimpinan yang dilaksanakan di
lembaga pendidikan Taman Siswa adalah: Ing ngarsa sung tuladha,
ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Sebagai pemimpin
pada top level management mana pun seyogiyanya memberi contoh
yang baik. Bagi pemimpin menengah (middle manager) dapat
membentuk, memperhatikan, memelihara, dan menjaga kehendak
dan keperluan atasan dan bawahan secara seimbang. Sebagai
pemimpin terbawah harus mampu mengasah bawahan dengan baik
bukan memanjakan tetapi justru memberikan arahan dan rasa aman.
Kepemimpinan yang efektif ada hubungannya dengan gaya
kepemimpinan. Implementasi kepemimpinan seseorang ditentukan
gaya kepemimpinan yang digunakan. Dubrin berpendapat 16 bahwa
gaya kepemimpinan terdiri dari autocratic style (gaya otokratis),
participative style (gaya partisipatif), dan free-rein style (gaya
kendali bebas). Keith dan Girling17 menyebutnya dengan autoratic,
participatory, dan laissez-fare. Langgulung18 menyebut gaya
kepemimpinan dengan istilah tangan besi (autoritarian), laissez
faire, dan demokratis. Menurut Timpe,19 bahwa otokratis adalah
pemimpin yang membuat keputusan sendiri karena kekuasaan

15 Brantas, Dasar-dasar Manajemen (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 147 – 148.


16 Andrew J. Dubrin, Essential, hlm. 262.
17 Sherry Keith dan R. H. Girling, Education, hlm. 63.
18 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1987), hlm.

214.
19
A. Dale Timpe, The Art and Science of Business Management Leadership, terj. Susanto
Budidharmo (Jakarta: Elex Media Komputindo, 1993), hlm. 122 - 123.

140 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Rahmat Nasution

terpusatkan dalam diri satu orang. Demokratis atau partisipatory


adalah pemimpin yang berkonsultasi dengan kelompok mengenai
masalah yang menarik perhatian, komunikasi berjalan lancar, pujian
dan kritik digunakan, beberapa keputusan tetap berada pada
pimpinan. Laissez fare atau kendali bebas adalah pemimpin yang
memberi kekuasaan kepada bawahan. Kelompok dapat memecahkan
masalahnya sendiri. Gaya ini efektif dalam kelompok profesional
dan termotivasi tinggi. Gaya kepemimpinan terbaik berada pada
perpaduan antara otokratis, demokratis, dan kendali bebas. Artinya,
gaya kepemimpinan seseorang muncul disesuaikan dengan situasi
yang dihadapi. Ada juga yang mengatakan gaya kepemimpinan
situasional, gaya didasarkan kepada siuasi yang muncul ketika itu.

C. Kesimpulan
Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif substansinya berada
pada bagaimana seorang kepala sekolah dapat melakukan perubahan
terhadap sekolah yang dipimpinnya. Perubahan sudah barang tentu ke
arah yang lebih baik bukan sebaliknya. Agar perubahan dapat tercapai
bagi seorang kepala sekolah diperlukan agar memiliki wawasan dan
pandangan yang luas sehingga ia dapat mempengaruhi bawahannya
untuk bersama-sama membuat program agar sekolah dapat lebih baik
dan lebih maju dari yang sebelumnya.
Sebagian dari hal-hal yang mesti diperhatikan dan dimiliki oleh
kepala sekolah adalah guiding vision (memiliki visi), passion (kemauan
yang kuat, ingin perubahan), integrity (integritas), trust (dipercaya),
curiosity (rasa ingin tahu), dan daring (berani untuk mengambil resiko).
Sudah barang tentu masih banyak hal-hal lain yang mesti diperhatikan
tetapi setidaknya dapat menjadi dasar untuk melangkah dalam
mengimplementasikan kepemimpinan lebih jauh ke depan.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 141


Kepemimpinan Kepala Sekolah...

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Ungkapan Tradisional yang Berkaitan dengan Sila-sila dalam


Pancasila Daerah Jambi, Jambi: Dikbudpar, 2006.
---------, Harmonisasi Agama dan Budaya di Indonesia, Jakarta: Balai
Penelitian dan Pengembangan Agama, 2009.
---------, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990.
Boyett, Joseph H., dan Boyett, Jimmie T., The Guru Guide, New York:
John Wiley & Sons, Inc., t. th.
Brantas, Dasar-dasar Manajemen, Bandung: Alfabeta, 2009.
Castetter, William B., The Personnel Function in Educational
Administration, New York: Macmillan Publishing Co., Inc.,
1981.
Danim, Sudarwan, Kepemimpinan Pendidikan, Bandung: Alfabeta,
2010.
Dubrin, Andrew J., Essential of Management, Cincinnati: South-
Western Publishing Co., 1990.
Keith, Sherry dan Girling, R. H., Education, Management, and
Participation, Boston: Allyn and Bacon, 1995.
Timpe, A. Dale, The Art and Science of Business Management
Leadership, terj. Susanto Budidharmo, Jakarta: Elex Media
Komputindo, 1993.
Tjiharjadi, Semuil, To Be A Great Leader, Yogyakarta: Andi, 2007.
Langgulung, Hasan, Asas-Asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka al-
Husna, 1987.
Mulyasa, E., Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan
Implementasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002.
Wahyudi, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi
Pembelajar, Bandung: Alfabeta, 2009.

142 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Randhy, S.H., M.H

DINAMIKA LEMBAGA DAN PRANATA HUKUM

Randhy, S.H, M.H

Abstrak
Hukum bisa dilihat sebagai perlengkapan masyarakat untuk
menciptakan ketertiban dan keteraturan, keyakinan ini antara lain
tampak dalam seruan law and order atau hukum dan ketertiban.
hukum tidak dapat berjalan sendiri ia membutuhkan komponen lain
yang erat hubungannya dengan bahan atau apa yang diproses.
Lembaga-lembaga dan pranata hukum dengan sendirinya bekerja
dengan cara menumbuhkan kepercayaan masyarakat melalui
pelaksanaan peraturan perundang undangan. Keteraturan dan
ketertiban dalam masyarakat tercapai oleh karena proses-proses di
dalamnya, yaitu yang terdiri dari hubungan-hubungan serta kontak-
kontak antara para anggota masyarakat dilaksanakan menurut
suatu pola tertentu. Hukum bisa dilihat sebagai perlengkapan
masyarakat untuk menciptakan ketertiban dan keteraturan. Oleh
karena ia bekerja dengan cara memberikan petunjuk tentang
tingkah laku dan karena itu ia berupa norma. Lalu apakah
sesungguhnya arti hukum positif itu bagi suatu masyarakat
tertentu?.Atas pertanyaan ini telah diberikan jawaban yang sangat
berbeda-beda. Di satu pihak terdapat misalnya pemikiran, bahwa
hukum itu seolah-olah membentuk kerangka masyarakat dan
ketertiban sosial, tergantung dari pemeliharaan aturan hukum.
Keyakinan ini antara lain tampak dalam seruan law and order atau
hukum dan ketertiban. Dalam kerangka ini C.J.M. Schuyt
mengemukakan, bahwa dalam bentuknya yang paling sederhana
hukum dan ketertiban itu berdasarkan pada suatu keyakinan atas
kekuasaan hukum.
Kata Kunci: Dinamika Lembaga, Pranata Hukum

A. Pendahuluan
Ketertiban ditempatkan sebagai perpanjangan dari hukum.
Hubungan manusia dipengaruhi secara langsung dan hampir secara

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 143


Dinamika Lembaga Dan...

otomatis oleh aturan hukum. Mempertahankan hukum berarti


mempertahankan ketertiban.1 Lebih lanjut menurut N.E. Algra mengenai
arti hukum positif bagi suatu masyarakat itu terdapat pandangan yang
dibentuk oleh pendapat, bahwa hukum itu adalah suatu lambang yang
bertujuan untuk memberikan kepada manusia suatu khayalan, bahwa
persamaan dan keadilan itu ada.2 Dalam konteks ini ketertiban hanya
ada bila ada kehendak untuk mempertahankan pola-pola interaksi yang
diyakini harus demikian adanya. Masyarakat mematuhi hukum karena
adanya harapan dengan kepatuhan tersebut tercapai keadilan.
Dalam mencapai cita keadilan kita menyaksikan bahwa hukum
senantiasa dalam proses dan hendaknya ia jangan dilihat sebagai suatu
fenomena yang jatuh dari langit, melainkan bagian dari proses sosial
yang berjalan dalam mayarakat.3 Ia terkait dengan proses pembentukan
pelaksanaan, penegakan hukum maupun pelenyapan hukum. Sebagai
suatu proses, hukum tidak dapat berjalan sendiri ia membutuhkan
komponen lain yang erat hubungannya dengan bahan atau apa yang
diproses, siapa yang berwenang memproses dan pada akhirnya
menyangkut juga mengenai subyek yang melakukan penegakan hukum.
Inilah yang disebut sebagai lembaga yang berkenaan dengan soal
pembentukan, pelaksanaan, penegakan dan bahkan pelenyapan hukum.
Bagi bangsa Indonesia ke empat proses tersebut berkaitan erat
dengan tugas dan kedudukan lembaga-lembaga negara yaitu lembaga
legislatif, lembaga eksekutif dan lembaga yudikatif yang eksistensinya
dianggap sebagai lembaga hukum. Apabila pembahasan dikaitkan
dengan konteks sosial hukum, khususnya penegakan hukum oleh
lembaga hukum di dalam masyarakat maka tidak dapat dilepaskan dari
tujuan menegakan hukum secara konsisten yang diwujudkan dalam
gagasan negara hukum (rechtsstaat) atau the rule of law dan prinsip
supremasi hukum.

1N.E. Algra, et all, Mula Hukum beberapa bab mengenai hukum dan ilmu hukum untuk
pendidikan hukum dalam pengantar ilmu hukum, Binacipta, Bandung, 1983, hlm. 378-379.
2 N.E. Algra, Ibid.
3 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, 1986, hlm. 42.

144 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Randhy, S.H., M.H

Supremasi hukum harus benar-benar diwujudkan, oleh karena itu


hukum harus berperan utama dalam penyelenggaraan pemerintahan
negara. Yang dimaksud dengan hukum di sini adalah pranata yaitu
seluruh peraturan perundang-undangan maupun sebagai lembaga yaitu
organisasi penegak dan bekerjanya organisasi penegak hukum.
Dalam sejarah panjang Bangsa Indonesia, struktur kelembagaan
hukum secara terus menerus berusaha mencari bentuknya yang paling
tepat. Sejak Indonesia memproklamirkan kemerdekaan tanggal 17
Agustus 1945, struktur kelembagaan hukum menempati posisi yang
penting walaupun tidak diatur secara rinci. Berdasarkan ketentuan pasal
24 dan pasal 25 Undang-Undang dasar 1945, kekuasaan kehakiman
dalam konstitusi dilepaskan dari pengaruh kekuasaan lain dalam
penyelenggaraan fungsinya dan berdiri sejajar dengan lembaga-lembaga
tinggi lainnya.
Namun kita juga menyaksikan bahwa dalam rentang waktu panjang
kesejarahaan Bangsa Indonesia, negara dan hukum yang dicita-citakan
oleh para pendiri negara seringkali harus berhadapan dengan perubahan
dan arus kepentingan tertentu. Hukum dalam hal ini misalnya pada
waktu tertentu berpihak pada konstitusi dan berusaha bekerja sebagai
suatu lembaga dalam proses perwujudan tujuan hukum. Pada bagian lain
dalam perkembangannya, ia bermetamorfosis menjadi lembaga
legitimasi semata dibanding menjadi lembaga independen yang
melaksanakan misi hukum itu sendiri yaitu keadilan.
Selama masa Demokrasi Liberal struktur kelembagaan hukum dapat
dikatakan relatif mandiri. Ketika sistem politik yang liberal digantikan
oleh sistem politik Demokrasi Terpimpin, kemandirian kekuasaan
kehakiman memperoleh ancaman karena dibenarkannya campur tangan
eksekutif terhadap soal-soal pengadilan. Pada saat sistem politik
berganti dari Demokrasi Terpimpin dengan Orde Baru, lembaga hukum
dicoba untuk ditegakkan kembali. Namun upaya tersebut tidak
membuahkan hasil yang maksimal. Hanya beberapa tahun saja sejak
berkuasaanya Orde Baru, posisi struktur kelembagaan hukum kembali

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 145


Dinamika Lembaga Dan...

ditempatkan di bawah kekuasaan kepresidenan. Walaupun secara


konseptual kekuasaan kehakiman dipisahkan dari campur tangan
eksekutif melalui pembentukan Undang-Undang No. 14 Tahun 1970
tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, namun
dalam kenyataannya proses penyelenggaraan kekuasaan kehakiman
berada dalam posisi rentan terhadap intervensi kekuasaan lain, yaitu
kekuasaan lembaga kepresidenan dan birokrasi, yaitu masih terdapat
permasalahan kebebasan hakim yang berpangkal kepada status hakim
dalam birokrasi. Bagi sebagian kalangan menetapkan pembinaan hakim
secara substantif di bawah Mahkamah Agung dan pengurusan
administrasi yang meliputi kepangkatan, gaji dan penempatan di bawah
Departemen kehakiman, dilihat sebagai mencampuri kebebasan hakim.4
Salah satu yang berpengaruh terhadap perkembangan hukum dan
seluruh pranata pendukungnya termasuk lembaga hukum adalah struktur
politik dan kekuasaan. Bahwa hukum tanpa kekuasaan akan tinggal
sebagai keinginan-keinginan atau ide-ide belaka. Hukum membutuhkan
kekuasaan, tetapi ia juga tidak bisa membiarkan kekuasaan itu untuk
mendominasi hukum. Situasi konflik antara keduanya terjadi oleh karena
kekuasaan seringkali tidak bisa menerima pembatasan-pembatasan.
Sebaliknya, hukum itu bekerja dengan cara memberikan pembatasan-
pembatasan.
Perkembangan lembaga-lembaga hukum beserta pranata
pendukungnya yang menterjemahkan aturan-aturan hukum hukum ke
dalam praktek dibangun dalam rangka menegakkan supremasi hukum.
Lembaga-lembaga dan pranata hukum dengan sendirinya bekerja dengan
cara menumbuhkan kepercayaan masyarakat melalui pelaksanaan
peraturan perundang undangan. Realitasnya kita menyaksikan lembaga
hukum seringkali dikesampingkan demi kepentingan penguasa.

4Arbi Sanit, Swadaya Politik Masyarakat telaah tentang keterkaitan organisasi


masyarakat, partisipasi politik, pertumbuhan hukum dan hak asasi, Rajawali, Jakarta, hlm. 114.

146 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Randhy, S.H., M.H

B. Perumusan Masalah
Hukum beserta pranata pendukungya bukanlah suatu institusi yang
statis, ia mengalami perkembangan. Kita lihat, bahwa hukum itu berubah
dari waktu ke waktu. Konsep lembaga dan pranata hukum di Indonesia
juga mempunyai perkembangannya tersendiri, yaitu ada hubungan erat
antara hukum dengan kekuasaan dan politik sebagaimana yang terjadi
pada lembaga hukum peradilan. Bagaimanakah dinamika atau pasang
surut dari keberadaan lembaga hukum sepanjang sejarah Indonesia
merdeka hingga era reformasi, akan dicoba digambarkan melalui tulisan
ini.

C. Penegakan hukum
Penegakan hukum adalah suatu sistem, yaitu terkaitnya beberapa
sub sistem hukum dan antara sub sistem hukum tersebut saling
mempengaruhi, namun demikian merupakan satu kesatuan dalam
mencapai tujuannya. Sistem itu sendiri terdiri dari bagian-bagian atau
unsur-unsur yang saling berkaitan erat satu sama lain. Ia merupakan
suatu kesatuan yang terdiri dari unsur-unsur yang mempunyai interaksi
satu sama lain dan bekerja sama untuk mencapai tujuan kesatuan
tersebut. Kesatuan tersebut diterapkan terhadap kompleks unsur-unsur
yuridis seperti pengertian hukum dan peraturan-peraturan hukum.
Masing-masing bagian harus dilihat dalam kaitannya dengan bagian-
bagian lain secara keseluruhannya. Di dalam kesatuan itu tidak
dikehendaki adanya konflik pertentangan atau kontradiksi antara bagian-
bagian. Bila sampai terjadi konflik maka akan diselesaikan oleh dan di
dalam sistem itu dan jawabannya terdapat dalam sistem itu sendiri.5
Hukum sebagai suatu sistem tidak hanya dalam pengertian
substance, structure dan legal culture.6 Hukum dalam berkorelasi
dengan lingkungan untuk dapat mencapai tujuan sebagaimana yang telah

5 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum suatu Pengantar Liberty, Yogyakarta, 1995,


hlm.115.
6 Lawrence M. Friedman & Stewart Macauly, Law and Behavioral Science, Second

Edition, Bobs Merill Company Inc, New York, P. 1004.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 147


Dinamika Lembaga Dan...

ditentukan, ada hubungannya dengan faktor-faktor di luar hukum yaitu


sosial, politik, ekonomi dan kebudayaan. Hal ini menunjukan bahwa
hukum di dalam implementasinya tidaklah independent tetapi bersifat
dependent, dan dapat menyebabkan hukum di dalam pelaksanaannya
menjadi berbeda dengan norma-norma yang berlaku secara umum.
Dengan kata lain terdapat kesenjangan antara law in book dengan law in
action.
Dalam kerangka ini berarti pemahaman terhadap penegakan hukum
tidak cukup dengan pendekatan yuridis dogmatis sebagai konskuensi
dari faham positive legalistik tetapi juga pemahaman terhadap
penegakan hukum haruslah bersifat yuridis historis sosiologis dan
merupakan suatu pendekatan fungsional. Berdasarkan hal demikian
maka hukum tidak lagi sebagai suatu sistem formal yang tertutup tetapi
bersifat open system.
Penegakan hukum dapat juga dikatakan sebagai usaha anggota
masyarakat untuk mempertahankan kesepakatan yang telah diberikan
oleh anggota masyarakat dalam rangka mewujudkan keadilan dan
menjaga ketertiban, kesatuan atau integrasi masyarakat yang ada di
dalamnya. Dalam pengertian penegakan hukum tersebut, termasuk di
dalamnya kesepakatan agar prosedur penegakan hukum menjamin hak-
hak dan kewajiban yang telah diberikan oleh hukum ke pada
masyarakatnya. Konkritnya dalam proses penegakan hukum hak dan
kewajiban yang telah disepakati diberikan kepada individu-individu
ataupun kepada masyarakat, tidak boleh dilanggar secara sewenang-
wenang. Pelanggaran atas kesepakatan tersebut dapat menimbulkan
hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap undang-undang, sehingga
menimbulkan perpecahan atau desintegarasi di kalangan masyarakat
pendukung hukum tersebut karena hukum dianggap tidak berfungsi. Di
dalam konteks ini hukum berfungsi sebagai pengintegrasian masyarakat.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Satjipto Rahardjo
yang menyatakan bahwa hukum itu merupakan bagian dari perangkat
kerja sistem sosial. Fungsi sistem sosial ini adalah untuk

148 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Randhy, S.H., M.H

mengintegrasikan kepentingan-kepentingan anggota masyarakat,


sehingga tercipta suatu keadaan yang tertib dan masyarakat dengan
sistem sosial yang tertentu akan memberikan pedoman-pedoman kepada
para anggotanya tentang bagaimana hendaknya hubungan-hubungan
antar mereka itu dilaksanakan.7
Apabila hukum tidak lagi berfungsi sebagaimana tersebut di atas,
maka solidaritas masyarakatnya akan terganggu. Masyarakat tidak lagi
memperhatikan perangkat kerja sistem sosial tersebut, sehingga
masyarakat meragukan hukum dan sekaligus merugukan lembaga
hukum maupun penegak hukum, maka akibatnya masyarakat tersebut
akan mengambil tindakan sendiri dalam menyelesaikan masalah hukum.
Pembahasan mengenai konteks sosial hukum, khususnya penegakan
hukum di dalam masyarakat tidak dapat dilepaskan dari tujuan
menegakkan hukum secara konsisten berdasarkan supremasi hukum.
Supremasi hukum harus benar-benar diwujudkan, oleh karena itu hukum
harus berperan utama dalam penyelenggaraan pemerintahan negara.
Yang dimaksud dengan hukum disini adalah sebagai pranata yaitu
seluruh peraturan perundang-undangan, maupun sebagai lembaga yaitu
organisasi penegak dan bekerjanya organisasi penegak hukum.
Sehubungan itu diperlukan adanya perumusan hukum yang benar-benar
dapat mengatur birokrasi serta pertanggungjawabannya. Jika aparat
birokrasi terbukti melanggar tugas dan kewajibannya maka organisasi
penegak hukum secara konsekuen harus menindaknya tanpa pandang
bulu.
Penyimpangan penegakan hukum dapat terjadi karena substansi
hukum mengandung keterbatasan atau aparat penegak hukum yang
memiliki keterbatasan dan mungkin masyarakat pencari keadilan yang
memiliki keterbatasan. Di samping itu terdapat faktor-faktor lain seperti
politik, ekonomi, sosial dan budaya. Penyimpangan dalam penegakan
hukum yang tidak berdasar sama sekali akan terlihat sebagai penegakan
hukum yang bersifat represif. Sedangkan penyimpangan penegakan
7 Satjipto Rahardjo, op cit, hlm. 154.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 149


Dinamika Lembaga Dan...

hukum yang memiliki dasar atau alasan tertentu merupakan sesuatu yang
mungkin tidak dapat dihindari dalam melakukan usaha mengisi
kekosongan hukum. Hukum dan negara merupakan dua hal yang tidak
terpisah. Hukum tidak memiliki kemampuann untuk bertindak dan
memaksakan ditaatinya kaedah-kaedah tertentu bila tidak dalam
kerangka bernegara. Negara tanpa hukum diyakini akan cenderung
untuk sewenang-wenang dan totaliter. Hukum dan negara dianggap
sebagai dua lembaga penjelmaan kesepakatan antara rakyat dan
penguasa dalam masyarakat. Hukum merupakan produk politik,
sedangkan negara adalah perwujudan dari organisasi politik itu sendiri
yang kekuasaannya dapat dibatasi oleh hukum.
Negara Republik Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas
hukum (rechtsstaat), demikian diyatakan dalam Penjelasan Umum
Undang-Undang Dasar 1945 ketika menguraikan sendi-sendi Sistem
pemerintahan negara. Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 tidak
merinci apa unsur-unsur rechtsstaat Indonesia.
Dalam kepustakaan hukum tata negara Eropa dapat diketahui,
bahwa wawasan rechsstaat memang berkembang dari waktu ke waktu.
Menurut Zippelius, prinsip-prinsip wawasan negara berdasar atas hukum
merupakan alat untuk membatasi perluasan dan penggunaan kekuasaan
negara secara totaliter dan secara tidak terkontrol. Prinsip-prinsip itu
ialah jaminan terhadap ditegakkannya hak-hak asasi asas, adanya
pembagian kekuasaan dalam negara, penyelenggaraan pemeirntahan
yang didasarkan pada undang-undang, dan adanya pengawasan yustisial
terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara tersebut.8
Gagasan negara berdasarkan atas hukum (rechtstaats),
sebagaimana yang tertuang dalam Penjelasan Undang-Undang Dasar
1945 sebelum adanya perubahan, muncul dari pendiri negara dengan
dilandasi oleh oleh prinsip-prinsip demokrasi dan keadilan sosial. Dalam

8 A. Hamid S. Attamimi, Peranan keputusan Presiden Republik Indonesia Dalam


Penyelenggaraan pemerintahan Negara, suatu studi analisis mengenai keputusan presiden yang
berfungsi pengaturan dalam kurun waktu PELITA I-PELITA IV, Naskah Disertasi, Universitas
Indonesia, Jakarta, 1990, hlm. 86.

150 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Randhy, S.H., M.H

kerangka ini artinya hukum dan segala wujud nilai-nilai yang kemudian
direfleksikan ke dalam peraturan perundang-undangan tidak boleh
menyimpang dari prinsip-prinsip demokrasi dan keadilan sosial. Hukum
dalam gagasan para pendiri negara tersebut justru seyogyanya menjadi
dasar pertama dan utama bagi nilai-nilai demokrasi dan keadilan sosial.
Dalam rentang waktu panjang kesejarahan bangsa Indonesia, negara
dan hukum yang dicita-citakan oleh para pendiri republik ini seringkali
berhadapan dengan arus perubahan dan kepentingan tertentu.

D. Pengertian Pranata Hukum


Adanya hubungan serta kontak-kontak antara sesama anggota
masyarakat tidak berlangsung secara acak-acakan melainkan mengikuti
suatu keteraturan tertentu dan mengenal suatu tingkat stabilitas tertentu.
Dalam kerangka hukum, masyarakat menjadi relevan karena anggota
masyarakat sebagai individu maupun sebagai kelompok-kelompok
menjalankan peranannya dengan tindakan. Bagi Parsons, stabilitas itu
bertumpu pada konsesus (yang disadari maupun yang tidak disadari) dari
para anggota masyarakat.9 Selanjutnya konsesus itu melembagakan diri
sebagai pranata, dan hukum adalah salah satu dari pranata-pranata sosial
itu.
Harsojo menggunakan istilah pranata sebagai padan kata bagi
institution, yang dapat dibedakan dengan istilah lembaga yang
merupakan padan kata dari institute.
Pranata dapat dijelaskan sebagai tatanan yang menjadi permanen karena
kebiasaan, terselenggara sebagai sistem yang didukung oleh kewibawaan
masyarakat, dan karena itu mengenal sanksi bagi pelanggaran
terhadapnya. Tidak berlebihan jika kemudian dikatakan bahwa pranata
itu dalam konteks ini adalah hukum merupakan suatu substansi yang
membuat masyarakat itu menjadi masyarakat.10

9 Budiono K. Hamidjojo, Ketertiban yang Adil Problematik Filsafat Hukum, Grasindo,

Jakarta, 1999, hlm. 172.


10 Ibid, hlm.173.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 151


Dinamika Lembaga Dan...

Karekteristik hukum dikatakan spesifik bila dibanding dengan


pranata sosial lain, karena hukum itu merupakan suatu sistem yang
integral dengan sasaran yang jelas (yang dalam kerangka filsafat hukum
sebagai ketertiban dan keadilan). Di samping itu, faktor kepastian
hukum membuat hukum mendapatkan hakikatnya yang relatif pemanen
dan tidak berubah. Diantara berbagai pranata sosial, hukum adalah yang
paling ekstensif bertumpu pada tradisi tertulis maupun lisan.
Menurut Sumner, sifat-sifat dari hukum sebagai pranata sosial yang
normatif dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Timbulnya tidak disadari atau direncanakan.
2. Kedudukannya adalah mendasar bagi pengaturan hubungan antar
anggota masyarakat, sehingga tidak dapat dikesampingkan dari
masyarakat. Artinya, hubungan antar anggota masyarakat itu adalah
tidak mungkin tanpa hukum.
3. Daya lakunya bersifat umum.
4. peranannya regulatif.

E. Tertib Hukum Nasional


Suatu sistem hukum terdiri dari berbagai proses formal, yang
melahirkan lembaga-lembaga formal, bersama-sama dengan proses-
proses informal di sekelilingnya. Sistem hukum nasional tidak terdapat
di Indonesia sampai pada saat kekuasaan kolonial Belanda mendirikan
negara yang mencakup segenap pulau di Nusantara. Sebelum itu
berbagai tertib hukum yang berlain-lainan masing-masing mandiri dalam
sistem sosial dan politik yang sangat beragam. Tertib hukum yang
beragam itu terdiri dari negara-negara Jawa yang bercorak Hindu. Pada
beberapa kasus, seperti di kalangan suku Batak yang patrilineal dan suku
Minangkabau yang matrilineal di Sumatera Barat, bentuk hukum dan
peradilan berkembang dari sistem keluarga yang ada. Pekerjaan hukum

152 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Randhy, S.H., M.H

yang utama dalam masyarakat tersebut adalah mempertahankan


keutuhan kelompok-kelompok kekerabatan.11
Kekuasaan kolonial Belanda pada waktu itu menciptakan kekuasaan
pemerintah pusat, yang membentuk fungsi administratif dan fungsi
hukum yang baru. Tanah jajahan ini pada akhirnya mencakup seluruh
wilayah Indonesia dan menciptakan kerangka negara. Tertib hukum
kolonial, seperti halnya tertib sosial, adalah tertib yang majemuk, yang
secara diam-diam didasarkan atas anggapan ketidaksamaan rasial. Sifat
demikian, dengan sejumlah perbedaan-perbedaanya, melekat di semua
tanah jajahan di zaman penjajahan. Sifat sistem hukum Hindia Belanda
yang mencolok ialah keterkaitannya yang kuat dengan logika internal
masyarakat kolonial dan tujuan-tujuannya. Tiap golongan besar
penduduk tunduk kepada hukum yang berbeda-beda, yang diterapkan
dengan perangkat peradilan yang berlainan pula.
Pada masa pendudukan Jepang, sistem hukum kolonial Belanda
mulai mengalami perubahan. Terjadi perubahan semanggat hukum
takkala hukum diterapkan oleh pemerintahan militer, dan langkah
pertama yang sangat berarti ke arah penyatuan terjadi saat itu, antara
tahun 1942 dan 1945. Struktur rangkap peradilan pemerintah digantikan
oleh pengadilan tunggal yang terdiri dari tiga jenjang dan menggunakan
kitab hukum acara yang semula hanya untuk orang Indonesia yang
sampai sekarang masih tetap berlaku. Tetap dipertahankannya bentuk-
bentuk hukum yang lama, memungkinkan tetap adanya kesinambungan
prosedur sampai sesuatu yang baru dan pasti dapat selesai dibuat.

F. Dinamika Lembaga Hukum dan Pranata Hukum


Dinamika atau perkembangan atau pertumbuhan hukum di tengah
masyarakat yang menimbulkan perubahan diyakini banyak dipengaruhi
oleh politik. Perkembangan hukum dalam konteks ini menurut Arbit
Sanit dapat dibedakan atas aspek strukturnya, yaitu wujud fisik, ruang

11
Daniel S Lev, Hukum dan Politik di Indonesia Kesinambungan dan perubahan,
Lembaga Penelitian dan Penerangan Ekonomi dan Soaial, Jakarta, 1990, hlm. 119.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 153


Dinamika Lembaga Dan...

lingkup keberlakuannya, badan-badan-badan pelaksanannya, personalia


dan jabatan hukum; dan aspek fungsinya berupa kewenangan pejabat
hukum dan substansi hukum.12
Lebih lanjut menurutnya ada sedikitnya ada tiga titik temu antara
politik dengan hukum di dalam kehidupan sehari-hari. Pertama ialah
pada waktu penentuan pejabat hukum. Walaupun tidak semua proses
penetapan pejabat hukum melibatkan politik, akan tetapi proses itu
terbuka bagi keterlibatan politik. Kedua ialah proses pembuatan hukum
itu sendiri. Setiap proses pembuatan kebijaksanaan formal yang hasilnya
tertuang dalam bentuk hukum pada dasarnya adalah produk proses
politik. Dan ketiga yaitu proses pelaksanaan hukum di mana fihak-fihak
yang berkepentingan berusaha mempengaruhi hukum tersebut, sejalan
dengan kepentingan dan kekuatannya.13
Sedangkan pembahasan mengenai perkembangan hukum dari aspek
kelembagaan beserta pranata pendukunnya, dapat diamati melalui
pembidangan dan tingkatan peradilan, jumlah dan tingkat kemampuan
personal hukum, dan fungsionaris atau penegak hukum.
Apabila dinamika atau pertumbuhan hukum tersebut dilihat dalam
kerangka waktu, maka diperoleh gambaran tentang gerak perkembangan
mengenai lembaga hukum di Indonesia itu yang dapat dibagi ke dalam
periode-periode tertentu. Periode- periode tersebut meliputi periode
tertib hukum kolonial, masa perkembangan UUD 1945, masa Demokrasi
Liberal, Masa Demokrasi Terpimpin, masa berlakunya kembali UUD
1945/Orde Baru, masa Reformasi/UUD 1945 setelah perubahan
(sekarang).

G. Masa Berlakunya Undang-Undang Dasar 1945


Suatu konstitusi sesungguhnya adalah suatu hasil dari satu
himpunan kekuatan-kekuatan politik, ekonomi dan sosial, yang terjadi
pada waktu konstitusi itu dibuat. Constitutions, menurut Prof. Dawson,

12 Arbit Sanit, op cit, hlm. 84.


13 Ibid.

154 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Randhy, S.H., M.H

whether they are in written or unwritten, form, rigid or flexible, are


continually changing and becoming adapted to new ideas, new
problems, new national and international forces. Demikian pula
perjalanan sejarah telah membuktikan bahwa Undang-Undang dasar
1945 itu telah mengalami berbagai perkembangan dan perubahan.14
Pada tanggal 16 Oktober 1945, Wakil Presiden atas usul Komite
nasional Pusat telah mengumumkan Maklumat No. X yang menetapkan
bahwa Komite nasional Pusat, sebelum terbentuknya Majelis
Permusyawaratan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat diserahi
kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan garis-garis besar dari pada
haluan negara. Hal ini berarti bahwa segala penetapan undang-undang
harus disetujui baik oleh Komite nasional Pusat maupun oleh Presiden.
Maklumat juga menentukan bahwa Komite Nasional Pusat, berhubung
dengan gentingnya keadaan mendelegasikan kekuasaannya kepada
sebuah Badan Pekerja yang dipilih diantara mereka dan yang
bertanggung jawab kepada Komite Nasional Pusat.15
Penyimpangan dari ketentuan-ketentuan Undang_undang Dasar ini
dijelaskan oleh konsideran Maklumat Wakil Presiden No. X, bahwa di
dalam keadaan yang genting ini perlu ada badan yang ikut bertanggung
jawab tentang nasib bangsa Indonesia disebelah Pemerintah. Di dalam
dictumnya ditegaskan bahwa kekuasaan Komite Nasional Pusat itu
hanya sementara sebelum terbentuknya Majelis Permusyawaratan
Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat.16
Konsekuensinya sejak Maklumat X dikeluarkan kekuasaan Presiden
berdasarkan pasal IV Aturan peralihan dari Undang-Undang Dasar, yaitu
mengenai penetapan garis-garis besar dari pada haluan negara (dari
Majelis Permusyawaratan Rakyat) dan mengenai pembentukann undang-
undang (dari Dewan Perwakilan Rakyat) menjadi wewenang Komite
nasional Pusat atau Badan Pekerjanya.

14 Ismail Suny, Pergeseran kekuasaan Eksekutif, Aksara baru, Jakarta ,1986, hlm. 28.
15 Ibid, hlm. 29
16 Ibid.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 155


Dinamika Lembaga Dan...

Walaupun menurut Maklumat No. X, Komite Nasional Pusat atau


Badan Pekerja telah mempunyai kekuasaan legislatif, tetapi sesuai
dengan ketentuan pasal 17 Undang-Undang Dasar kedudukan para
menteri masih tetap sebagai pembantu presiden dan sekalipun para
menteri itu sehari-hari bekerja sama dengan Komite Nasional Pusat atau
Badan Pekerja dalam pembuatan undang-undang.
Adalah menjadi kebiasaan untuk membagi tugas-tugas pemerintah
ke dalam trichotomy yang terdiri dari eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Menurut Montesquieu bahwa kekuasaan eksekutif, legislatif dan
yudikatif berdasarkan suatu sistem trias politica, ketiga jenis kekuasaan
itu mesti terpisah satu sama lainnya, baik mengenai tugas maupun alat
perlengkapannya yang melakukannya. Undang-undang dasar 1945
membagi dalam pasal-pasal tersendiri mengenai tiap-tiap alat
perlengkapan negara tersebut, dengan tidak menekankan kepada
pemisahannya. Hal ini tercermin dalam pembagian bab-bab dalam
Undang-Undang Dasar 1945 yang menyebutkan Bab III tentang
kekuasaan pemerintah negara, Bab VII tentang Dewan Perwakilan
Rakyat dan Bab IX tentang kekuasaan kehakiman.17
Perkembangan yang berkenaan dengan lembaga penegak hukum di
Indonesia, yaitu hakim, jaksa, polisi dan pembela, meliputi pula
perkembangan dalam hal kewenangan dan pembagian kerja.
Berdasarkan prinsip negara (rule of law), hukum mempunyai
kewenangan penuh dalam berkenaan dengan jabatan tersebut di awal
kemerdekaan.
Namun dalam sejarah panjang masyarakat Indonesia, struktur
kelembagaan hukum secara terus menerus berusaha berusaha mencari
formatnya yang paling tepat. Sejak Republik Indonesia diproklamirkan
dan segera setelah itu diikuti dengan diletakankan dasar negara RI,
struktur kelembagaan hukum mendapatkan posisi yang aman. Walaupun
tidak diatur secara rinsi dan jelas, kekuasaan kehakiman dalam konstitusi
dilepaskan dari pengaruh kekuasaan lain dalam penyelenggaraan
17 Ismail Suny, op cit, hlm. 16

156 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Randhy, S.H., M.H

fungsinya dan berdiri sejajar dengan lembaga-lembaga tinggi lainnya


dalam struktur ketatanegaraan. Selama masa Demokrasi Liberal yaitu
pada era 1950-an supremasi hukum dapat diwujudkan sebab penegakan
ketertiban diserahkan kepada penegak hukum dan bukan kepada aparat
keamanan.

H. Masa Demokrasi Terpimpin


Keberpihakan konstitusional kepada struktur kelembagaan hukum
teryata terus mendapat tantangan dari sistem politik yang berkembang
kemudian. Sekitar tahun 1962, ketika sistem politik yang liberal
digantikan oleh sistem politik demokrasi terpimpin, kemandirian
kekuasaan kehakiman memperoleh pengaruh dan membenarkan campur
tangan eksekutif di bidang peradilan. Suatu simbol hukum revolusi
muncul di masa Demokrasi Terpimpin, pada saat Presiden soekarno
menentang simbol-simbol lain yang oleh para ahli hukum diyakini
sebagai sesuatu yang harus ada. Melemahnya hukum formal terjadi,
menyusul meluasnya kegiatan politik. Norma-norma politik didahulukan
dimana para pemimpin politik mendapat kebebasan bergerak dan
mengembangkan dasar-dasar kekuasaan mereka melalui cara yang
bersifat tradisional dan bukan dalam kerangka hukum rasional. Hukum
Revolusi Soekarno merupakan simbol kebebasan dari segala rintangan
yang disertai gaung yang menjanjikan masa depan yang bahagia dalam
masyarakat. Pada masa ini negara hukum menjadi tidak menarik dan
dianggap penuh dengan pembatasan.18
Hukum dan seluruh pranata pendukungnya termasuk aparat penegak
hukum dipaksa berpihak pada kemauan lembaga kepresidenan. Hal ini
sebagaimana dinyatakan dalam pasal 19 Undang-Undang No. 19 tahun
1964 bahwa: Demi kepentingan kehormatan revolusi, negara, dan
bangsa atau kepentingan masyarakat yang sangat mendesak, Presiden
dapat turut atau campur tanggan dalam soal-soal pengadilan.
Perumusan yang kurang lebih sama termuat undang-undang No. 13

18 Daniel S Lev, Op cit, hlm. 136.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 157


Dinamika Lembaga Dan...

tahun 1965 yang membenarkan campur tangan presiden dan menteri


terhadap soal-soal pengadilan.
Sistem politik pada masa ini mencerminkan ketidakberpihakan pada
kemerdekaan kekuasaan kehakiman sehingga prinsip kebebasan hakim
dikesampingkan. Dengan demikian Demokrasi Terpimpin yang dengan
alasan mengikuti irama revolusi dan menganggap hukum serta ahli
hukum tidak dapat menyertai revolusi, membenarkan campur tangan
eksekutif di bidang peradilan.
Tradisi otoriter yang telah ada sebelum masa penjajahan, dengan
datangnya kolonialisme serta diperkuat oleh pemerintahan kolonial dan
dialihkan kepada paternalisme pada masa awal kemerdekaan, membuat
rakyat menjadi terbiasa untuk diperintah, tetapi juga sedapat mungkin
berusaha untuk menghindarkan diri. Itu semua menyebabkan, bahwa
kontrol oleh masyarakat terhadap tindakan-tindakan pemerintah menjadi
lemah. 19
Masalah besar yang dihadapi oleh negara-negara berkembang
adalah, bagaimana menciptakan suatu tatanan politik yang mantap,
setelah menjadi negara yang merdeka. Pada waktu suatu negara baru
mendapatkan kemerdekaannya, maka terlebih dahulu ia dituntut untuk
menyusun tatanan kehidupan sosial, ekonomi dan politiknya secara
mantap. Tentu suatu negara akan berbeda dari negara lain dalam hal
peringkat kemajuannya di bidang-bidang tersebut, tergantung dari
sejarahnya. Dalam keadaan yang demikian itu perhatian dan usaha
dicurahkan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan elementer agar
suatu masyarakat dapat berdiri seperti sandang, pangan, keamanan dan
ketertiban. Persoalan-persoalan, seperti prosedur-prosedur formal yang
terperinci dan sebagainya belum begitu dirasakan benar keperluannya.
Inilah barangkali yang menyebabkan bahwa negara-negara berkembang
termasuk Indonesia sering dinilai kurang mantap dalam kehidupan
hukumnya.

19 Daniel S. Lev, op cit, hlm. …

158 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Randhy, S.H., M.H

I. Masa Orde Baru


Percobaan kudeta yang gagal pada tahun 1965 yang berakhir dengan
jatuhnya Soekarno dan tampilnya militer ke tampuk kekuasaan hukum
formal, adalah gambaran munculnya Orde Baru. Pemerintahan yang
didukung penuh oleh angkatan darat itu dalam beberapa hal adalah
pemerintah yang paling kompak sejak kemerdekaan. Aras politiknya
didukung oleh meluasnya organisasi angkatan darat di Indonesia, suatu
kondisi yang tidak hanya menunjukan besar dan kuatnya angkatan darat
tetapi juga lemahnya partai-partai politik serta rapuhnya perangkat
pemerintahan, sehingga terus menerus disusupi oleh personil militer.
Setelah berkuasa, para pemimpin angkatan darat kini menaruh perhatian
pada pemantapan kekuasaan, yang untuk sebagian dilakukan melalui
pelembagaan.
Simbol negara hukum yang jarang disebut pada masa Demokrasi
Terpimpin mulai ditampilkan. Negara hukum diberi makna yang lebih
kongkret dari pada di masa Demokrasi Terpimpin. Bersamaan dengan
itu jajaran hakim memperbaharui tuntutan mereka untuk mencabut
Undang-Undang No. 19 tahun 1964 tantang kekuasaan Kehakiman, yang
mengabsahkan campur tangan Presiden dalam proses peradilan, dan
otonomi penuh di bawah Mahkamah Agung bebas dari pengawasan
Menteri Kehakiman.20
Di sisi Lain, suatu masalah pengembangan hukum yang tidak
pernah disepakati yaitu kekuasaan untuk menilai konsistensi
pelaksanaan konstitusi di bawah konstituante oleh pihak kehakiman
(power of judicial review). Pengujian undang-undang oleh pihak
kehakiman ini diyakini akan menyebabkan kongkritnya kekuasaan
hukum dan akan menjadi simbol kekuasaan pengadilan. Tetapi pada
bulan Juli 1959 Konstituante teryata dibubarkan dan terjadi pergantian
sistem politik dari demokrasi Liberal ke demokrasi Terpimpin.

20 Ibid, hlm. 149.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 159


Dinamika Lembaga Dan...

Di dorong oleh semanggat demokrasi, khususnya keinginan untuk


membatasi kewenangan eksekutif yang berlebihan, seperti pada
Demokrasi Terpimpin, di awal Orde Baru tumbuh kembali usaha untuk
mengawasi pelaksanaan UUD 1945. Namun konsepsi judicial review
ditolak pemerintah dengan selesainya undang-undang No. 14 tahun
1970. Alasan penolakan tersebut adalah bahwa tidaklah mungkin
meletakkan posisi Mahkamah Agung di atas DPR dan eksekutif karena
judicial review diartikan sebagai kewenangan mahkamah untuk menilai
parlemen dan kabinet dalam melaksanakan UUD.21
Sedangkan gambaran ketidakmandirian lembaga hukum tersebut
berusaha dihilangkan oleh Rezim Orde Baru pada masa runtuhnya
Rezim Orde lama pada pertenggahan tahun 1960-an. Perubahan situasi
yang dibawa oleh Orde Baru memungkinkan pemulihan hak dan
kebebasan hakim melalui Undang-Undang No. 14 tahun 1970.
Walaupun keberadaan undang-undang No. 14 tahun 1970 telah
meniadakan campur tangan eksekutif terhadap kewenangan hakim
dalam menyelesaikan perkara, namun masih terdapat permasalahan
mengenai kebebasan hakim yang berpangkal kepada status hakim dalam
birokrasi negara.
Ketentuan undang-undang No. 14 tahun 1970 menetapkan
pembinaan hakim secara substantif di bawah Mahkamah Agung dan
pengurusan administrasi kepangkatan, gaji dan penempatan di bawah
Departemen Kehakiman. Bagi Asikin Kusumaatmadja, dualisme
tersebut dianggap sebagai mencampuri kebebasan hakim yang
seharusnya tidak perlu. Di sisi lain pihak eksekutif berpandangan bahwa
dualisme itu tidak perlu mengurangi kemandirian hakim tetapi
diperlukan untuk meningkatkan mutu keputusan hakim. Perdebatan ini
berlangsung sampai tahun 1985 tanpa penyelesaian yang disepakati.22
Kewenangan Mahkamah Agung untuk menilai ketentuan hukum di
bawah undang-undang sebagimana yang ditetapkan dalam Undang-

21 Arbit Sanit, op cit, hlm. 115


22 Arbi Sanit, ibid, hlm. 114.

160 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Randhy, S.H., M.H

Undang No. 14 tahun 1970 itu pun tidak cukup kuat. Sebabnya terletak
pada Undang-Undang Mahkamah Agung No. 1 tahun 1950 yang masih
berlaku. Undang-undang tersebut menetapkan kepasifan Mahkamah
Agung karena lembaga itu hanya menangani perkara atau masalah yang
disampaikan lewat pengadilan yang lebih rendah.
Dinamikan lembaga dan pranata hukum juga tergambar melalui
pertumbuhan substansi hukum yang dapat diamati melalui watak
legalitas hukum yang dibedakan atas aspek formal dan materil; dasar
penggunaanya yang terdiri dari kekuatan (force) dan legitimasi; dan dari
manfaatnya bagi masyarakat yaitu berupa ketertiban dan keadilan. 23
Seperti diketahui, proses pembuatan suatu produk hukum seringkali
berjalan dalam waktu lama. Di sepanjang Indonesia merdeka, tertangkap
gejala pengutamaan aspek formal dibanding aspek materilnya.
Perdebatan tentang UUPA di tahun limapuluhan dan enampuluhan serta
jalan pikiran yang dimenangkan, seperti juga halnya dalam perdebatan
tentang undang-undang perkawanan dan undang-undang keormasan
tahun tujuhpuluhan dan tahun 1985, menunjukan hal itu. Pandangan
yang menekankan keberlakuan dan penerimaan masyarakat terhadapnya
kurang mendapat perhatian dibanding pandangan yang menekankan
pembentukan undang-undang itu sendiri melalui prosedur resmi yang
berlaku.24
Dalam hal penggunaan hukum, memperlihatkan bahwa di masa
Demokrasi Terpimpin, kekerasan dan kekuatan sepenuhnya menjadi cara
penggunaan hukum. Sistem yang berlaku tidak begitu percaya kepada
proses hukum, kecuali revolusi. Dalam kurun waktu ini hukum
seringkali diabaikan demi revolusi yang ditandai dengan adanya campur
tangan pemerintah terhadap proses pengadilan.
Pertumbuhan substansi hukum berupa ketertiban dan keadilan
sebagai manfaat hukum bagi masyarakat dapat diamati melalui periode
sistem politik Indonesia. Masyarakat menikmati hukum sebagai
23 Ibid.
24 Ibid, hlm. 117.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 161


Dinamika Lembaga Dan...

mekanisme, mendapatkan ketertiban dengan hukum sebagai cara untuk


memperoleh keadilan di masa Demokrasi Liberal. Hal ini terlihat dari
perimbangan di antara penggunaan hukum oleh pemerintah untuk
melindungi dalam upayanya menegakkan ketertiban dengan penggunaan
hukum oleh masyarakat sebagai sarana untuk melindungi
kepentingannya. Di dalam dua periode berikutnya, masyarakat
kehilangan kesempatan dan kemampuan untuk menikmati manfaat
hukum. Sementara itu penguasa mempunyai kekuatan yang semakin
besar untuk menghadapi permasalahan sosial yang dapat bermuara
kepada konflik dan kekacauan berkat hukum. Hanya saja, jika sistem
politik Demokrasi Terpimpin meraih kekuatan itu dengan
mengeyampingkan parlemen melalui berbagai keputusan Presiden dan
Pemerintah, maka di masa Orde Baru produk DPR merupakan sumber
utama kekuatan formal pemerintah. Sekalipun begitu pemerintah masih
mempunyai kesempatan luas untuk menafsirkan undang-undang melalui
peraturan pelaksanaan yang menjadi kewenangannya dalam merealisasi
hukum.
Dinamika lembaga hukum sepanjang sejarah Indonesia seperti
terjadi loncatan karena diantara periode Demokrasi Liberal, Demokrasi
Terpimpin dan Orde baru terdapat perubahan yang cukup besar. Secara
umum terjadi kemerosotan hukum dan kemampuannya di dalam
Demokrasi Terpimpin yang di masa Orde Baru diupayakan perbaikan
melalui pembangunan nasional. Perkembangan hukum berupa unifikasi
dan kodifikasi, lembaga hukum, kewenangan penegak hukum dan
substansi hukum yang menurut Arbit Sanit dapat digambarkan seperti
berikut ini.25
Dalam hal unifikasi dan kodifikasi hukum tampak peningkatan yang
terus menerus di sepanjang kemerdekaan dengan pengorbanan
pluralisme hukum semenjak Demokrasi Terpimpin. Apabila lembaga-
lembaga hukum nasional mulai dirintis dalam masa Demokrasi Liberal,
maka perkembangannya mengalami tantangan di masa Demokrasi

25 Arbi sanit, hlm. 121.

162 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Randhy, S.H., M.H

Terpimpin untuk mengalami loncatan yang cukup berarti pada masa


awal Orde Baru sehingga terlihat perkembangannya jauh melebihi
periode awal kemerdekaan.
Sementara itu kewenangan para fungsionaris hukum, kemerosotan
yang terjadi pada periode Demokrasi Terpimpin, hampir tidak dapat
dipulihkan ke situasi di masa Demokrasi Liberal. Kewenangan hakim
dan pembela mengalami perkembangan yang tidak setara dengan
peningkatan kewenangan jaksa dan polisi selaku penyidik.
Keseimbangan relatif antar aspek legalitas hukum formal dan materil
seperti halnya dengan lansadan penggunaan hukum dan manfaat hukum
yang diupayakan di awal kemerdekaan, tampak mengarah kepada
penekanan aspek formal, penggunaan kekerasan atau kekuatan dan
mengutamakan ketertiban sebagai manfaat hukum di dalam periode
Demokrasi Terpimpin. Aspek materil dari hukum ternyata tetap kurang
berkembang seperti halnya legitimasi sebagai mekanisme pelaksanaan
hukum, sehingga hukum kurang dirasakan sebagai jalur untuk
mendapatkan keadilan dalam periode berikutnya.
Menurut Abdul Hakim Garuda Nusantara, bahwa pranata-pranata
hukum pada masa Orde baru dibangun untuk tujuan:
1. Sebagai sarana legitimasi kekuasaan pemerintahan;
2. Sebagai sarana memfasilitasi pertumbuhan ekonomi;
3. Sebagai sarana memfasilitasi proses rekayasa sosial.

Karena itu dapat dipahami bahwa lembaga peradilan selama Orde


Baru cenderung tidak konsisten dengan prinsip kebebasan kekuasaan
kehakiman.
Konfigurasi politik tertentu akan melahirkan karakter produk hukum
tertentu pula. Konfigurasi praktik yang demokratis akan melahirkan
produk hukum yang berkarakter responsif atau otonom sedangkan
konfigurasi politik otoriter akan melahirkan produk hukum yang
berkarakter konservatif. Realita kepolitikan Orde Baru bukanlah realita
yang demokratis. Selama rezim Orde Baru dinamika lembaga dan

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 163


Dinamika Lembaga Dan...

pranata hukum memperlihatkan prinsip dan konsepsi dari negara hukum


menjadi negara undang-undang, yaitu berubahnya negara hukum
menjadi negara undang-undang yang meletakkan undang-undang yang
dibuat oleh pemerintah sebagai ukuran kebenaran. Di dalam negara
undang-undang seperti itu setiap tindakan pemerintah yang tidak adil
diberi pembenaran dengan perbuatan undang-undang melalui
penggunaan atribusi kewenangan sehingga hukum ditempatkan sebagai
alat justifikasi dengan watak positivist-instrumentalistik.26

J. Masa Reformasi
Bahwa reformasi di bidang hukum antara lain adalah untuk
mendukung penanggulangan krisis di bidang hukum dengan salah satu
agendanya berupa pemisahan yang tegas antar fungsi-fungsi yudikatif
dan eksekutif. Semanggat ini ditangkap oleh Ketetapan MPR No.
X/MPR/1998, yang mengamanatkan dipergunakannya prinsip
pemisahan yang tegas antar fungsi-fungsi lembaga negara yang tiga itu,
yaitu eksekutif, legislatif dan yudikatif. Implementasi dari ketentuan ini
adalah dengan mengadakan perubahan UU No. 14 tahun 1970 tentang
ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman melalui Undang-
Undang No. 35 tahun 1999, yang mengarahkan upaya pemurnian
kembali kekuasaan kehakiman yang utuh, bebas dan mandiri.
Berdasarkan ketentuan pasal 11 A UU No. 35 tahun 1999, organisasi,
administrasi dan finasial dan badan-badan peradilan yang selama ini
berada di bawah Departemen Kehakiman, menjadi berada di bawah
Mahkamah Agung. Sedang ketentuan pasal 22 menegaskan mengenai
pengalihan kewenangan dari Menteri Pertahanan Keamanan dan Menteri
Kehakiman kepada Ketua Mahkmah Agung dalam menentukan badan
peradilan yang berwenang memeriksa perkara koneksitas.
Dengan demikian lembaga hukum beserta pranata pendukungnya
kembali menjadi kekuasaan kehakiman yang mandiri sebagaimana yang
diamanatkan oleh awal mulanya diadakan konstitusi. Hal ini diperkukuh

26 Moh. Mahfud, MD, Pidato pengukuhan Jabatan Guru Besar di UII, Yogyakarta, 2000,
hlm. 32.

164 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Randhy, S.H., M.H

lagi dengan penegasan bahwa Undang-Undang dasar 1945 setelah


perubahan, menganut prinsip pemisahan kekuasaan dan mekanisme
checks and balances, dimana kekuasaan dipisah-pisahkan ke dalam
fungsi-fungsi yang tercermin dalam lembaga-lembaga negara yang
sederajat dan saling mengimbangi.
Sedang perkembangan pranata hukum yang signifikan yaitu
mengenai penegak hukum hakim agung, tertuang dalam perubahan
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 24A, yang berlaku sejak 9 november
2001 bahwa “calon hakim agung diusulkan Komisi Yudisial kepada
Dewan Perwakilan Rakyat untuk mendapat persetujuan dan selanjutnya
ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden”. Setelah kekuasaan
Presiden Soeharto runtuh, pengisian dan pemberhentian pejabat publik
hakim agung harus memperoleh persetujuan dan pertimbangan DPR dan
melewati uji kelayakan dan kepatutan guna diperoleh pejabat yang
berintegritas professional dan berpengetahuan. Walaupun Komisi
Yudisial tersebut belum terbentuk semanggat itu selayaknya ditangkap
oleh DPR dalam proses pemilihan hakim agung yang diadakan belum
lama ini, yaitu dengan membentuk Komisi yudisal ad hoc agar tidak
menyimpang dari spirit perubahan Undang-Undang Dasar.

K. Kesimpulan
Salah satu yang berpengaruh terhadap perkembangan atau dinamika
lembaga dan pranata hukum adalah struktur politik dan kekuasaan. Hal
ini terlihat pada periode-periode tertentu dalam perjalanan sejarah
Bangsa Indonesia. Pada masa Demikrasi liberal, struktur kelembagaan
hukum dan supremasi hukum dianggap dapat diwujudkan, karena
penegakan hukum diserahkan kepada lembaga penegak hukum, bukan
pada aparat keamanan.
Pada era Demokrasi Terpimpin, hukum beserta pranata
pendukungnya dipaksa berpihak kepada lembaga kepresidenan, yang
ditandai dengan campur tangan eksekutif pada proses peradilan. Pada
awal Orde Baru struktur kelembagaan hukum dicoba untuk dipulihkan

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 165


Dinamika Lembaga Dan...

kembali pada kekuasaan kehakiman yang mandiri dan bebas. Namun


dalam kenyataannya posisi itu rentan terhadap intervensi eksekutif yang
berpangkal dari status hakim sebagai pegawai negeri. Pada masa
pemerintahan Presiden Soeharto, pertumbuhan dan perkembangan
hukum ditandai dengan sejumlah unifikasi dan kodifikasi aturan hukum.
Di sisi lain Pranata-pranata hukum dibangun dengan tujuan sebagai
sarana legitimasi kekuasaan pemerintah.
Dinamika lembaga dan pranata hukum kembali menunjukan upaya
pemurnian kembali melalui kekuasaan kehakiman pada lembaga
Mahkamah Agung dimana sebelumnya berada pada Departemen
Kehakiman. Setelah perubahan Undang-Undang Dasar 1945, dengan
dianutnya sistem pemisahan kekuasaan yang tegas antar fungsi-fungsi
negara dimana kekuasaan yudikatif melaksanakan sepenuhnya fungsinya
tanpa keterlibatan eksekutif maupun lembaga ekstra yudiciil lainnya
dengan penegasan dianutnya prinsip pemisahan kekuasaan dalam UUD
1945. Walaupun struktur kelembagaan hukum dan pranata
pendukungnya telah diusahakan kembali pada formatnya yang bebas dan
mandiri dan terpisah dari kekuasaan lain, tetap diperlukan kontrol publik
guna menilai kinerja para penegak hukum, agar hukum sebagai suatu
pranata dapat difungsikan secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA
Algra, E., et al., Mula Hukum Beberapa Bab Mengenai Hukum dan Ilmu
Hukum untuk Pendidikan Hukum dalam Pengantar Ilmu
Hukum, Binacipta, Bandung, 1983.
Attamimi, A. Hamid S., Peranan Keputusan Presiden Republik
Indonesia dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara:
Suatu Studi Analisis Mengenai Keputusan Presiden yang
Berfungsi Pengaturan dalam Kurun Waktu PELITA I-PELITA
IV, Naskah Disertasi, Universitas Indonesia, Jakarta, 1990.

166 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Randhy, S.H., M.H

Friedman, Lawrence M. & Stewart Macauly, Law and Behavioral


Science, Second Edition, Bobs Merill Company Inc, New
York.
Hamidjojo, Budiono K., Ketertiban yang Adil Problematik Filsafat
Hukum, Grasindo, Jakarta, 1999.
Lev, Daniel S., Hukum dan Politik di Indonesia Kesinambungan dan
Perubahan, Lembaga Penelitian dan Penerangan Ekonomi dan
Sosial, Jakarta, 1990.
Mahfud, Moh., MD., Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar di UII,
Yogyakarta, 2000.
Mertokusumo, Sudikno, Mengenal Hukum: Suatu Pengantar, Liberty,
Yogyakarta, 1995.
Rahardjo, Satjipto, Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, 1986.
Sanit, Arbi, Swadaya Politik Masyarakat Telah tentang Keterkaitan
Organisasi Masyarakat, Partisipasi Politik, Pertumbuhan
Hukum dan Hak Asasi Manusia, Rajawali, Jakarta, 1985
Suny, Ismail, Pergeseran Kekuasaan Eksekutif, Aksara baru, Jakarta,
1986.
Yunas, Didi Nazmi, Konsepsi Negara Hukum, Angkasa Raya, Padang,
1992.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 167


Karakteristik Dan Keunikan...

KARAKTERISTIK DAN KEUNIKAN AL-QUR’AN


SENTRAL KAJIAN STUDI ISLAM

Drs. Sobri A, M.Ag

Abstrak
ALLAH SWT menurunkan al-Qur’an kepada Nabi Muhammad saw
misinya adalah untuk menghantarkan ummat manusia dari wajah
kegelapan dan kebodohan menuju cahaya atau pencerahan ummat
Islam, sehingga Muslim benar-benar menjadi ummat yang terbaik
dan Insan paripurna di muka bumi.
Ummat yang didambakan Allah swt adalah ummat yang memiliki
keistimewaan dengan karakteristik tertentu yang tidak dimiliki oleh
ummat lain. Nabi dan rasulnya juga memilki keistimewaan dengan
karakteristik tersendiri yang tidak dimiliki oleh nabi dan rasul lain.
Agama yang dianut ummat ini juga istimewa, dengan ciri khas yang
tidak ada pada agama yang lain, demikian pula kitab sucinya
memilki multi konsep dan petunjuk mengatur lalulinta kehidupan
manusia.
Ada beberapa ulama yang menulis kitab yang membahas ciri khas
agama Islam menurut kitab Al-Khasha’ish al-‘Ammah li al-Islam
karangan yusuf Qardhawi. Al-Jauzi menyebutkan ada 30 (tiga
puluh) ciri khas yang harus dimiliki ummat Islam. Hal ini bisa
dilihat karyanya Fanun al-Afnan fi Uyun ‘Ulumul al-Qur’an, dan
keistimewaan yang dimiliki Rasulullah saw yang terdapat dalam
Khasha’ish al-Kubra karya as-Suyuti.
Maka dengan demikian, bukan hal aneh, jika para ulama
memberikan perhatian khusus kepada karakteristik al-Qur’an.
Sebagian karakteristik al-Qur’an terdapat dalam karya Khasa’ish
al-Qur’an al-Karim (Rummi : 1411). Sebagian ulama lain
membahas karakteristik al-Qur’an yang menjadi inti pembahasan
mereka berkisar pada masalah Ulumul Qur’an. Sementara sebagian
yang lain lagi membahas dalam buku tersendiri. Untuk itu penulis
mencoba mengkolaborasikan dari beberapa referensi atau

168 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Drs. Sobri A, M.Ag

pendapat tentang karakateristik dan keunikan yang dimiliki al-


Qur’anul-Kabir.
Kata Kunci: Karakteriktik, Keunikan Al Qur’an

A. Karakteristik dan Keunikan Al-qur’anul kabiir


1. Gaya Bahasa
Karakteristik al-Qur’an dapat kita lihat dalam dimensi “ Gaya
Bahasa “, hal ini dapat di bagi dalam dua bentuk :
a. Tidak Melampaui Pemahaman Umum dan tidak membatasi
Tuntatan Khusus
Gaya bahasa al-Qur’an banyak di penuhi oleh bahasa sastera,
dan penyajiannya tidak akan melampaui pemahaman masyarakat
umum, serta tidak membatasi tuntutan-tuntutan khusus. Walaupun
demikian kedua tuntutan tersebut tidak akan pernah dan tidak akan
bisa ditandingi oleh ahli bahasa manapun di dunia. Mereka hanya
bisa berdalih dengan kaedah-kaedah “setiap tingkatan memiliki
gaya bicara sendiri”. Sedangkan untuk menemukan satu
pembicaraan yang bisa disampaikan dan diterima oleh semua
kalangan, baik para cendikiawan, orang awam, raja, rakyat biasa,
orang yang tergolong cerdas maupun yang lambat pikirannya (idiot),
orang dewasa, dan anak-anak, laki-laki maupun perempuan,
hanyalah ditemukan secara utuh dan sempurna dalam al-Qur’an.
Orang awam sekalipun bisa membaca al-Qur’an akan
merasakan keagungan al-Qur’an, merasakan manisnya ketenangan,
dan tidak sulit untuk dipahami. Al-qur’an juga akan memberikan
perlindungan, terbuka membicarakan kondisi masa depan, dan
hidayahnya akan “mengguyurnya “, sehingga hati seseorang akan
selalu patuh, kedua matanya akan bersimbah air mata, dan dia selalu
akan merasa selamat, serta mengakui kebenaran isi al-Qur’an.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 169


Karakteristik Dan Keunikan...

Seseorang yang berilmu, jika membaca al-Qur’an akan


mengetahui keindahannya. Ilmu balaghah yang terkandung dalam
al-Qur’an akan dipahami, penjelasan-penjelasan al-Qur’an akan
dikuasai, ilmu-lmu pengetahuan yang termaktub baik bersifat
tektual maupun kontektual terhadap ayat-ayat al-Qur’an, merasa
kagum terhadap berita-berita yang muncul dalam al-Qur’an, mampu
mengendalikan dan membimbing pikirannya, mengembangkan
metode ilmu yang dimiliki, meluruskan pikirannya yang keliru,
mendapat kedudukan yang tinggi. Sesuai dengan firman Allah swt.
“ Allah akan meninggikan beberapa derajat orang-orang yang
beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan. (QS. al-Mujadalah : 11)
b. Penggambaran yang bersifat maknawi
Maksud dari “Pengambaran“ adalah memunculkan pengertian
dengan kalimat yang hampir dikemas dalam bentuk personifikasi
sehingga seakan akan bisa direngkuh dengan tangan kasar, dan
meyeruak ke dalam kesadaran untuk kemudian mengerti secara
sempurna, serta bentuk susunan kalimatnya tidak membebani hati.
Juga keseluruhan pembahasan yang lebih serius dalam al-Qur’an
seolah – olah tidak akan memberatkan Anda.
Al-qur’an tidak pernah memaksa Anda untuk memahami dan
mengetahui cakupan lebih jauh, tetapi al-Qur’an akan membuat
Anda penasaran untuk selalu ingin tau, sehinga secara sadar terus
mencetak, memperbanyak serta termotivasi ingin selalu
mengkajinya. seperti pembahasan Sayid Quthub ulama besar dari
Mesir, beliau menggunakan pola pengambaran makna, sehingga
corak tafsir ini berbeda dengan tafsir – tafsir lain pada umumnya,
dan bahkan banyak para Mufassir di lembaga-lembaga pengkajian
Islam di Indonesia menjadikan sebuah rujukan dalam menyajikan
dakwahnya, dan dalam kajian Ke-Islaman.

170 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Drs. Sobri A, M.Ag

Personifikasi makna, kadangkala dengan visualisasi material,


yang berarti menghadirkannya dalam bentuk fisik yang dapat
menerima persamaan dan komperatif kata-kata yang sangat
mendasar. Hal ini dapat kita lihat dalam al-Qur’an, dimana Allah
swt mengidentifikasi Kata “ adzab “ sebagai suatu yang mendasar,
seperti dalam firmannya :
Diminumnya air nanah itu dan hampir dia tidak bisa
menelannya, dan datanglah maut dari segenap penjuru, akan
tetapi dia tidak juga mati, dan dihadapannya masih ada adzab
yang berat (QS. Ibrahim : 17)
Begitu pula halnya dengan kata “ Yaum” (hari) sebagai sesuatu
yng sangat “ “ berat “ seperti dalam firmannya :
Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia
dan mereka tidak memperdulikan kesudahan mereka, pada hari
yang berat [hari akhir] (QS. al-Insan : 27)
Jadi kata “adzab“ dinukilkan dari keadaan semula menjadi
makna yang mandiri (mujarrad) kepada sesuatu yang mempunyai
dasar yang tinggi, sebagaimana yang terjadi pada nukilan kata “
yaum “ dari makna waktu penjelasan, yang tidak tertangkap (oleh
indera) kepada sesuatu yang mempunyai persamaan atau
keterbatasan dasar ukuran.
Dan masih banyak lagi karakteristik yang dimiliki al-Qur’an
yang berhubungan dengan gaya bahasa, diantaranya adalah, susunan
prosanya indah, ukuran puitisasinya bagus, sulaman kalimatnya
kokoh dan rapi, gaya bahasanya bervariatif, mempunyai kesatuan
makna pengertian, bersandingya kata-kata yang bersifat global,
dapat memberikan penjelasan, dan lafal-lafalnya simpel, serta
memiliki maknannya sempurna.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 171


Karakteristik Dan Keunikan...

c. Terpelihara Lewat Hafalan


Diantara sekian kemuliaan, dan dari sekian banyak karakteristk
al-Qur’an adalah, bahwa Allah swt memberi tanggung jawab kepada
ummat yang mengimaninya untuk mengahafal seluruh isinya.
Misinya adalah untuk menjaga al-Qur’an secara mutawatir, jika
tidak, maka seluruh ummat Islam berdosa, dan ini tidak berlaku bagi
kitab selain al-Qur’an. Sedangkan kitab Injil dan Taurat, bagi yang
mengimaninya tidak diperintahkan untuk mengahafalnya, hanya
cukup dibaca saja, kecuali hanya terdapat segelintir orang saja.
Tidak ada anjuran untuk melestarikan sebuah kitab dengan cara
menghafalnya segencar anjuran terhadap al-Qur’an, sementara pada
kedua kitab selaian al-Qur’an di atas tidak ada ketetapan yang pasti
(qath’i), sehingga kalimat-kalimatnya mudah diganti, diubah dan
dibolak balik (diamendemen).
Rasulullah saw tidak ada secara khusus atau tegas
menganjurkan ummatnya menghafal al-Qur’an, tetapi beliau secara
tersirat membimbing dan mendorong ke arah jalan yang ditetapkan
al-Qur’an dengan cara menghafalnya, sehingga para shahabat dan
para tabi’in dan orang-orang sesudahnya banyak yang hafal al-
Qur’an. Upaya ini berlangsung secara kontinyue, dan ummat Islam
banyak yang hafal al-Qur’an dalam rangka menjaga kelestarian.
Tidak pernah terlintas dalam hati para ahli kitab (Yahudi dan
Nasrani), juga tidak pernah diimpikan, tentang upaya-upaya
pelestarian al-Qur’an. Hal ini dapat kita lihat pada penomena yang
ada, dan dapat kita akui menjamurnya lembaga-lembaga tertentu
dan Pondok Pesantren memprogramkan mencetak penghafal al-
Qur’an,hal sudah di awali sejak al-Qur’an diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW hingga pada era sekarang. Sementara pada kitab
yang lain, menurut oksidentalis hampir dipastikan lembaga-lembaga
pendidikan pengahafal Injil atau Taurat, tentu saja faktanya sangat
minim.

172 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Drs. Sobri A, M.Ag

Menurut salah seorang orientalis bernama Laura Feglery


mengatakan : Di Mesir sendiri, sangat banyak orang yang hafal al-
ur’an dibandingkan orang yang mempu membaca Injil di seluruh
Eropa (Faglery, 1963 :59). Sementara menurut Jimmy Mitchyz
mengatakan : Barangkali al-Qur’an adalah kitab yang paling banyak
dibaca orang di dunia, karena al-Qur’an mudah kalimatnya sama
dan mudah dihafal (dikutip dalam Kisyik,tt : 28)
d. Sanadnya Bersambung
Mayoritas orang yang mempelajari baca'an al-Qur’an adalah
lewat metode listerning (pendengaran), dan kurang memuaskan
hasilnya kalau hanya mempelajarinya lewat lembaran-lembaran
yang terdafat dalam mushaf. Para guru yang mengajarkan al-Qur’an
juga menerima pelajaran bacaan al-Qur’an lewat metode
pendengaran dari para syaikh (guru)-nya. Metode ini diterapkan
secara dinamis sejak pada masa Rasulullah saw, para sahabat,
tabi’in sampai pada era sekarang ini.
Maka sanad al-Qur’an selalu bersambung kepada Rasulullah
saw sampai akhir zaman, berbeda dengan kitab-kitab suci selain al-
Qur”an. Dan Allah swt memang memberikan keistimewaan
tersendiri kepada ummat ini. Sanad al-Qur’an akan selalu
bersambung kepada Rasulullah saw, sehingga luput dari kesalahan
dan terjaga dari tangan-tangan jahil.
e. Hanya Muthokhhiriin Yang boleh menyentuhnya.
Al-qur’an dinuzulkan lewat perantaraan malaikat Jibril kepada
Nabi Muhammad saw orientasinya untuk kemaslahatan ummat yang
muncul fil-ardi ini dengan kaffah. Fungsi al-Qur’an diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw untuk membebaskan mereka dari
kegelapan menuju dunia yang cerah, membersihkan virus-virus
kebodohan (jahil). Untuk itu, suatu kewajiban ummat Islam untuk
selalu siap “Membaca“ al-Qur’an serta harus dalam kondisi “suci”
atau “ Orang yang suci “, suci dalam arti sempit bebas dari hadats

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 173


Karakteristik Dan Keunikan...

kecil dan besar yang dipahami sebagian orang, tetapi suci dalam arti
luas, yaitu sebagai berikut :
1. Harus suci dari sifat kufur dan syirik, karena itu orang kafir
tidak boleh menyentuh al-Qur’an, dan mashaf al-Qur’an tidak
boleh dibawa ke negara-negara orang kafir.
2. Hati juga harus suci dari sifat riya’ (pamer) dan nifaq
(munafik), serta suci dari keinginan yang bersifat duniawi.
3. Tubuh harus suci dari hadats kecil dan besar. Bagi yang
berhadats besar harus mandi janabah, dan bagi yang berhadats
kecil disunatkan berwudhu’. Tidak ada perdebatan
berkepanjangan mengenai pendapat ini, tetapi ada sebagian
ulama yang lebih ekstrim mewajibkan untuk berwdhu’.
4. Busana harus suci, yaitu pakaian yang layak dan seharusnya
menggunakan pakaian yang suci, bersih, dan rapi, pakaian yang
terbaik, bahkan sebaiknya menggunakan parfum atau berharum-
haruman, seakan mengahadap raja.
5. Suci Mulut, artinya membersihkan mulut, bersiwak, atau
menggosok gigi, karena ia merupakan sunnah Nabi Muhammad
saw, dan dibudayakan oleh para sahabatnya. Hal ini khusus
untuk membaca al-Qur’an, bukan kitab-kitab yang lain.
f. Terpelihara Sepanjang Zaman.
Berkenaan dengan ini Allah swt telah mngeluarkan statemennya
melaui jalur firman-Nya dalam surah al-Hijr : 9
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Qur’an, dan
sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya. (QS. Al-hijr :
9)
Sejak al-Qur’an diturunkan hingga sekarang, banyak terjadi
peristiwa-peristiwa besar, seperti peperangan, permusuhan atau
bentrok antar ummat manusia, aktivitas pembakaran mashaf al-
Qur’an, Namun seandainya hal tersebut dialami oleh kitab selain al-
Qur’an, tentu saja akan mengalami perubahan, sebagaimana yang

174 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Drs. Sobri A, M.Ag

dialami kitab-kitab samawi terdahulu, yang isinya banyak di


amendemen oleh tangan-tangan jahil manusia untuk kepentingan
pribadi dan kelompok.
Fakta sejarah Islam terdahulu ada segelintir orang-orang kafir
yang berusaha untuk melakukan perubahan, penggantian, dan
pemutarbalikkan tulisan dan isi kandungan al-Qur’an, tetapi selalu
gagal dan tidak berhasil, serta selalu mendapat reaksi kritikan keras
dari ummat Islam di seluruh penjuru dunia, karena Allah swt sendiri
selalu memberikan cahaya yang menakjubkan kepada al-Qur’an.
Sementara kepada kitab-kitab terdahulu, Allah swt tidak
berjanji untuk selalu menjaga dan memeliharanya, bahkan
pemeliharaannya dipasrahkan sepenuhnya kepada pemeluknya,
sebagaimana yang termaktub dalam firman-Nya :
“Sesungguhnya kami telah menurunkan Kitab Taurat (yang)
didalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang
dengan kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh
nabi-nabi yang berserah diri kepada Allah, oleh orang-orang
alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka
diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka
menjadi saksi terhadapnya. (QS. Al-maidah : 44)
g. Memiliki Multi Keunikan.
Al-qur’an memiliki keunikan sebagai sarana pembuka pintu
untuk memberikan kemudahan-kemudahan kepada orang yang
mempelajarinya sehingga mengerti seluk beluk Ilmu Syari’ah,
karena al-Qur’an itu sendiri adalah “ Fakultas Syari’ah “ tiang
agama, sumber hikmah, tanda-tanda risalah, serta sebagai cahaya
mata dan akal. Tidak ada yang terbaik selain al-Qur’an untuk
menuju ke jalan Allah, dan tidak ada pelindung yang berharga selain
dia, maka jangan sampai Anda berpegang kepada sesuatu yang
berbeda dengan al-Qur’an (Syatibi : 346)

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 175


Karakteristik Dan Keunikan...

Al-qur’an adalah kalam Allah yang mulia, petunjuk jalan Allah


yang lurus, konstitusi Allah yang kokoh, mampu memberikan
kebahagiaan dan ketenangan bathin, kitab risalah Allah yang abadi,
bukti kemukjizat yang abadi dan sangat luar biasa, rahmat dan
hikmah yang indah, serta suatu nikmat yang amat sempurna.
Al-qur’an posisinya adalah sebagai landasan hujjah fundental
Rasulullah, ayat-ayatnya sebagai saksi keotentikan kerasulan,
sebagai alat realistis terhadap kenabian Nabi Muhmmad saw, kitab
bagi ummat Islam yang membahas tentang Aqidah, ibadah, hikmah,
hukum, etika, kepribadian atau karakteristik manusia,
membicarakan tentang kisah atau sejarah, nasehat-nasehat, sains,
informasi- informasinya berkualitas, sumber dan sarana hidayah,
bukti kasih sayang Allah swt kepada seluruh ummat manusia, alat
argumentasi jika ada kritikan, serta sebagai sentral petunjuk bagi
manusia agar tidak terjerumus kedalam jurang kesesatan.
h. Memperoleh Syafa’at bagi Pembaca dan pendengar.
Keunikan yang dimiliki al-Qur’an bahwa ia bisa memberikan
syafa’at pada hari kiamat kepada orang-orang membaca, mengkaji,
dan mendengarnyo. Hal ini berdasarkan dengan hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Umamah al-Bahi.i, bahwa Rasulullah saw
telah bersabda :
“Bacalah al-Qur’an, ia akan datang pada hari kiamat sebagai
pemberi syafa’at kepada ashhab-nya. (HR. Muslim : 533)
Maka wahyu pertama yang diturunkan Allah kepada Nabi
Muhammad saw, di perintahkan untuk membaca, wahyu ini
memberikan suatu simbol, bahwa orang muslim harus mau belajar
al-Qura’an, gemar membaca al-Qur’an, kerna membaca al-Qur’an
itu suatu ibadah yang amat mulia, dan akan memperoleh syafa’at
disi Allah swt.

176 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Drs. Sobri A, M.Ag

i. Sebagai Sarana Penyembuh.


Al-qur’an juga memiliki keunikan lain, fungsinya dapat
dijadikan sebagai alat penyembuh. Sejalan dengan apa yang
diungkapkan dalam al-Qur’an yang berbunyi, artinya :
“Dan Kami turunkan al-Qur’an ayat-ayat yang menjadi
penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman“. ( QS.
al-Isra’ : 82)
“Katakanlah al-Qur’an itu petunjuk dan penawar“ . ( QS.
Fushshilat :44)
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajran
dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang
ada) dalam dada“. (QS. Yunus : 57)

Perlu kita pahami, bahwa Allah swt memberikan sifat kepada


al-Qur’an sebagai “ penyembuh “ (syifa’), bukan sebagai “ obat ”
(dawa’ ). Artinya kata penyembuh adalah upaya yang dihasilkan
obat dan tujuan yang diharapkan, sedangkan maksud kata “ obat “
adalah upaya penyembuhan, yang kadang-kadang bisa sembuh dan
tidak. Dan al-Qur’an di beri sifat sebagai penyembuh merupakan
sebagai ta’kid (penguat) terhadap hasil pengobatan yang melalui
proses perenungan yang bersumber dari al-Qur’an.
Tamsil Fenomena ini pernah diceritakan oleh Siti Aisyah,
bahwa Rasulullah saw memberikan contoh penyembuhan lewat al-
Qur’an :
“Bahwa Nabi Muhammad saw meniup dirinya dengan (ayat-
ayat) al-Ma’iidzat ketika sakit menjelang wafatnya. Maka
ketika keras (sakitnya) aku meniup beliau dengan ayat-ayat
tersebut dan mengusap dengan tangan beliau, mengharapkan
barakahnya “ (Bukhari VII : 1979 :22).

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 177


Karakteristik Dan Keunikan...

Al-qur’an adalah penyembuh bagi penyakit jiwa. Sementara


mayoritas masyarakat modern beranggapan : tidak perlu berobat
kepada ayat-ayat al-Qur’an, karena al-Qur’an dianggap obat yang “
Kurang Mujarab “. Hal ini berlaku di zaman ini yang menjadikan
hawa nafsu materealistis, keinginan pemuasan jasmani dan
kelezatan kehidupan duniawi sebagai ajang kompetisi yang lagi
ngetrend dan aktual. Merajalelanya penyakit-penyakit rohani
disebabkan oleh berpalingnya manusia dari al-Qur’an dan minim
mengingat Allah. Sebagaimana firman Allah swt.
Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka
sesungguhnya baginya penghidupan yang sesak (QS.Thaha :
124)
Barang siapa berpaling dari Tuhan yang Maha Pemurah, kami
adakan baginya syetan (yang menyesatkan), maka syetan itulah
yang menjadi teman setianya (QS.az-Zuhruf : 36)
Untuk di ketahui dan dipahami bahwa penyembuhan adalah
sangat erat dengan dzikir untuk memperoleh ketenangan, Sesuai
dengan firman Allah swt.
Ingatlah!. Hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi
tenang (QS. ar-Ra’d : 28.
Selain itu yang termasuk karakteristik al-Qur’an di bidang
keutamaan, kemuliaan dan kedudukannya adalah bahwa
membacanya mempunyai nilai ibadah, nama dan sifat yang dimiliki
sangat banyak, orang yang membaca dan yang mendengarkanya
diberi pahala, al-Qur’an diturunkan dengan dua cara serta
diturunkan untuk meramal masa sekarang dan masa depan, yang
tidak dimiliki oleh kitab-kitab samawi sebelumnya. Al-qur’an
sendiri mengalami dua macam penurunan, sekaligus dan berangsur
– angsur.

178 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Drs. Sobri A, M.Ag

B. Al-qur’an Sumber Studi Islam.


Al-qur’an sebagai sumber Studi Islam yang dimaksudkan di sini
adalah semua acuan atau rujukan yang senantiasa memancarkan ilmu
pengetahuan dan nilai-nilai yang akan ditransinternalisasikan dalam
pendidikan Islam. Sumber ini tentunya telah diyakini kebenaran dan
kekuatannya dalam mengantar aktivitas pendidikan, dan telah teruji dari
waktu ke waktu. Sumber Pendidikan Islam terkadang disebut dengan
dasar ideal pendidikan Islam. Urgensi penentuan sumber di sini adalah
untuk :
1. Mengarah tujuan pendidikan Islam yang ingin dicapai
2. Membingkai seluruh kurikulum yang dilakukan dalam proses
pembelajaran, yang di dalamnya termasuk materi, metode, media,
dan sarana, serta evaluasi
3. Menjadi standar dan tolak ukur dalam evaluasi, apakah kegiatan
pendidikan telah tercapai dan sesuai dengan apa yang diharapkan
atau belum.
Al-qur’an secara etimologi al-Qur’an berasal dari kata qara’a –
yaqra’u –qira’atan, atau qur’anan, yang berarti mengumpulkan (al-
jam’u) dan menghimpun (adh-dhammu) huruf-huruf serta kata-kata dari
satu bagian ke bagian yang lain secara teratur. Muhammad Salim
Muhsin (tt, : 5) mendifinisikan al-Qur’an adalah.
“Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw yang
tertulis dalam mashaf-mashaf dan dinukil/diriwayatkan kepada kita
dengan jalan yang mutawatir dan membacanya dipandang ibadah
serta sebagai penentang (bagi yang tidak percaya) walaupun surah
terpendek“.
Alasan penulis, al-Qur”an dijadikan sebagai Sumber Pendidikan
Islam yang pertama dan utama karena ia memiliki nilai absolut yang
diturunkan dari TUHAN. Allah swt menciptakan manusia, dan Dia pula
yang mendidik manusia, yang mana isi pendidikan itu telah termaktub
dalam wahyu-Nya. Tidak satu pun dilema, termasuk persoalan

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 179


Karakteristik Dan Keunikan...

pendidikan, yang tidak luput dari jangkauan al-Qur’an seperti firman


Allah swt :
Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam Al-Kitab, kemudian
kepada Tuhanlah mereka dihimpun. (QS. Al-an’am : 38)
Dan kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qura’an) untuk
menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar
gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (QS.An-Nahl : 16)
Ayat diatas memberikan isyarat bahwa pendidikan Islam cukup
digali dari sumber autentik Islam, yaitu AL-QUR’AN. Karena nilai
esensi dalam al-Qur’an selamanya abadi dan selalu relevan pada setiap
zaman, tanpa ada perubahan sama sekali. Perubahan dimungkinkan
hanya menyangkut masalah interpretasi mengenai nilai-nilai
instrumental dan menyangkut masalah teknik operasional. Pendidikan
Islam yang ideal harus sepenuhnya mengacu pada nilai dasar al-Qur’an,
tanpa sedikit pun menghindarinya. Mengapa hal itu diperluka ? Karena
al-Qur’an diantaranya memuat tentang sejarah pendidikan Islam dan
nilai-nilai normatif dalam pendidikan Islam, serta wahyu dari Allah swt
yang tidak diragukan lagi keorisinilannya.
Menurut Sa’id Ismail Ali, sebagaimana yang dikutif oleh Hasan
Langgulung (1980 : 35) sumber pendidikan Islam terdiri atas enam
macam, Yaitu al-Qur’an, As-sunnah, Kata-kata sahabat (Mazhab
Shahabi), kemaslahatan umat/sosial (masalih al-musrshalah), tradisi atau
adat kebiasaan masyarakat ( ‘Uruf), dan hasil pemikiran para ahli dalam
Islam (Ijtihad). Keenam sumber pendidikan Islam tersebut didudukkan
secara hirarkis. Artinya, rujukan penyelidikan Islam diawali dari sumber
pertama (AL-QUR’AN) untuk kemudian dilanjutkan pada sumber yang
lain secara berurutan.

C. Kesimpulan
Dengan berakhirnya goresan tangan penulis di atas, tentang
Karakteristik dan Keunikan Al-qur’an sebagai sumber awal kajian dalam
studi islam dapat kami tarik kesimpulan sebagai berikut :

180 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Drs. Sobri A, M.Ag

1. Al-qur’an memiliki karakteristik dan multi keunikan antara lain


adalah, memiliki gaya bahasa tinggi, terpeliharanya lewat hafalan,
sanadnya bersambung, hanya orang-orang yang suci Yang boleh
menyentuhnnya, terpelihara sepanjang zaman, memiliki keutamaan
yang sangat luas, mendapat safa’at bagi pembaca dan pendengar,
dan dapat dijadikan sarana penyembuh terhadap penyakit, serta
berfungsi sebagai sumber utama dalam kajian studi Islam.
2. Al-qur’an menurut salah satu pendapat adalah, Firman Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw yang tertulis dalam
mashaf-mashaf dan dinukil/diriwayatkan kepada kita dengan jalan
yang mutawatir dan membacanya dipandang ibadah serta sebagai
penentang (bagi yang tidak percaya) walaupun surah terpendek.
3. Jenis sumber hukum dalam Islam terdiri atas enam macam, Yaitu
al-Qur’an, As-sunnah, Kata-kata sahabat (Mazhab Shahabi),
kemaslahatan ummat/sosial (masalih al-musrshalah), tradisi atau
adat kebiasaan masyarakat (‘Uruf), dan hasil pemikiran para ahli
dalam Islam (Ijtihad). Jadi, berdasarkan konsensus para ulama
Islam, al-Qur’an merupakan sumber rujukan pertama Al Qur’an,
kemudian dilanjutkan pada sumber lainnya secara berurutan.

DAFTAR PUSTAKA

Al-qur’anul-Kariim
Arifin, MH, 1987, Filsafat Pendidikan Islam, jakarta, Bina Aksara
Ashraf Ali, 1989, Horison Baru Pendidikan Islam, Terj. Sayed Husen
Nashr, Jakarta, firdaus.
Azyumardi Azra, 2001, Pendidikan Islam Tradisi dan Moderniasasi
Menuju Millenium Baru, Jakarta, Kalimah
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, 2011, Cet. II, Jakrta,AMZAH
Fahd Bin Abdurrahman Ar-Rumi, 1999, Umlumul Qur’an Studi
Kompleksitas Al-qur’an, Cet.I, Yogyakarta,Titian Ilahi Press.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 181


Karakteristik Dan Keunikan...

Hasan Langgulung, 1980, Beberapa Pemikiran Tantang Pendidikan


Islam, Bandung, Al-Ma’arif.
Pius A Partanto (et,al), 2001, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya, Arloka.

182 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Dr. Sumarto, S.Sos.I., M.Pd.I

KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM PROSES


KONSELING

Sumarto

Abstrak
Keberhasilan proses konseling sangat ditentukan oleh teknik
komunikasi konseling yang dilakukan oleh konselor, karena
komunikasi dapat mengubah suasana masalah yang dihadapi oleh
konseli. Komunikasi konseling adalah teknik yang dilakukan
konselor dalam problem basic counseling. Setiap masalah dapat
diselesaikan apabila memiliki kemampuan komunikasi yang baik.
Komunikasi Konseling merupakan proses konseling mengandung
pengertian suatu proses antar pribadi yang berlangsung melalui
saluran Proses verbal dan non verbal yaitu dengan menciptakan
kondisi positif seperti empati, penerimaan serta penghargaan,
keikhlasan serta kejujuran dan perhatian (facilitative conditions),
konselor memungkinkan konseli untuk merefleksikan atas diri
sendiri serta pengalaman hidupnya, memahami diri sendiri serta
situasi kehidupannya dan berdasarkan itu dapat menemukan
penyelesaian atas masalah yang dihadapi.
Keterampilan seorang konselor di dalam proses konseling ketika
merespon pernyataan konseli dan memproseskannya kembali
sangatlah diperlukan. Agar proses Proses yang dimaksud dapat
efektif dan efisien, maka konselor seyogyanya memiliki kemampuan
dan keterampilan berProses. Proses Proses konseling dalam hal ini
di fokuskan pada Proses interpersonal yaitu antara konselor dan
konselidengan penggunaan Proses interpersonal dapat lebih
memahami konseli.
Pada Saat berProses dengan konseli, konselor seharusnya
menggunakan respon yang facilitative bagi pencapaian tujuan
konseling. Secara umum, respon tersebut diklasifikasikan ke dalam
keterampilan Proses secara menyeluruh. Tampaknya, tidak cukup
bagi konselor dengan menguasai Proses saja, tetapi perlu juga
menguasai strategi intervensi sebagai teknik khusus pencapaian

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 183


Komunikasi Interpersonal Dalam ...

pengubahan perasaan, wawasan, pola pikir rasional dan tindakan


konseli yang dibantu dengan rancangan konseling tertentu.
Kata Kunci: Keterampilan Komunikasi Konseling

A. Komunikasi Konseling
Komunikasi konseling yaitu melalui berbagai tanggapan verbal dan
aneka reaksi nonverbal, konselor memproseskan kondisi positif itu
kepada konseli. Sehingga konseli menyadari adanya pendukung dan
karenanya bersedia pula untuk berProses dengan konselor.1
Karena tujuan dari bimbingan konseling yang dilakukan agar
konseli dapat mencapai kemandirian dengan mampu memahami diri,
menerima diri, mengarahkan diri dan mengambil keputusan serta
melaksanakannya secara bertanggungjawab.2

B. Asas Kerahasiaan dalam Proses Konseling


Berlangsungnya proses Proses konseling harus mengindahkan asas
kerahasiaan, karena masalah yang diperbicarakan dalam layanan
konseling merupakan sesuatu yang harus dirahasiakan. Adakalanya
dalam proses konseling siswa enggan berbicara karena merasa khawatir
apabila rahasianya diketahui oleh orang lain termasuk konselornya,
apalagi konselornya tidak dapat menjaga rahasia konselinya.
Apapun yang sifatnya rahasia yang disampaikan konseli kepada
konselor, tidak boleh diceritakan kepada orang lain meskipun kepada
koleganya, dalam layanan konseling asas ini dipegang teguh, konselor
akan mendapat kepercayaan dari konseli sehingga mereka akan
memanfaatkan jasa bimbingan dan konseling sebaik-baiknya.
Sebaliknya apabila asas ini tidak dipegang teguh, konselor akan
kehilangan kepercayaan dari konseli sehingga siswa akan enggan

1 W. S Winkel. Bimbingan Konseling di Institusi Pendidikan (Jakarta: PT. Gramedia


Widiasarana Indonesia, Jakarta: 1997), hlm. 350-351.
2 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi)

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 20

184 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Dr. Sumarto, S.Sos.I., M.Pd.I

memanfaatkan jasa bimbingan dan konseling karena merasa takut


masalah dan dirinya menjadi bahan gunjingan.3
Asas kerahasiaan sangat sesuai dengan ajaran Islam. Dalam Islam
sangat dilarang seseorang menceritakan aib atau keburukan orang lain
bahkan Islam mengancam bagi orang-orang yang suka membuka aib
saudaranya diibaratkan seperti memakan bangkai daging saudaranya
sendiri, sebagaimana firman Allah SWT:

          

          

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan


yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang
beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat
dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui.(Q.S.
An-Nur (24). 19)

Relevan dengan ayat yang di atas, Rasulullah SAW bersabda:


Tiada seorang hamba menutupi kejelekan yang lain di dunia,
melainkan Allah SWT akan menutupi kejelekannya di akhirat. (H.R.
Muslim dan Abu Hurairah)

C. Proses Antar Pribadi (Interpersonal)


1. Sejarah Perkembangan Proses Antar Pribadi (Interpersonal)
Sejarah perkembangan Proses interpersonal, dalam catatan
sejarah yang jauh lebih luas mengenai Proses para ilmuan telah
menempatkan studi mengenai Proses interpersonal dan sebagai
fokus studi ke dalam speech communications. Studi Proses antar
pribadi mulai berkembang secara besar-besaran di Amerika Serikat
sejak tahun 1960-an.

3 Ibid., hlm. 87-88.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 185


Komunikasi Interpersonal Dalam ...

Hal tersebut dapat ditunjukkan melalui banyaknya karya yang


telah dirintis di bidang Proses interpersonal sebelum priode tersebut
yaitu, di awal tahun 1900-an Georg Simmel telah melakukan
observasi secara cermat mengenai Proses interpersonal. Tahun
1920-an dan 1930-an banyak bibit intelektual bagi studi Proses antar
pribadi telah disemai. Selama tahun 1920-an dan 1930-an Elton
Mayo dan para koleganya di Harvard Buseness School menemukan
kekuatan potensial mengenai interaksi sosial dan hubungan-
hubungan sosial di tempat kerja.Perkembangan dibidang Proses
interpersonal berkembang pesat sampai sekarang.4
Setelah memahami sejarah Proses interpersonal, lebih lanjut
membahas pengertian dari Proses interpersonal atau Proses antar
pribadi. Proses interpersonal adalah proses pertukaran informasi
serta pemindahan pengertian antara dua orang atau lebih di dalam
suatu kelompok kecil manusia.
Muhammad Budyatna dan Leila Mona Ganiem menjelaskan
tentang teori Proses antar pribadi (interpersonal) yaitu perbedaan
antara Proses antar pribadi dan non antar pribadi yaitu pada tingkat
non antar pribadi cultural dan sosiologis prediksi mengenai hasil-
hasil Proses dapat disamakan dengan generalisasi rangsangan.
Individu yang melakukan prediksi mencari persamaan di antara para
komunikator lainnya. Sedangkan pada tingkat antar pribadi prediksi
dengan dasar psikologis tentang hasil Proses dapat disamakan
dengan perbedaan rangsangan atau stimulus discrimination.5
Proses interpersonal yang dimaksud di sini adalah proses
Proses yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap
muka. R. Wayne Pace6 menyatakan bahwa: Interpersonal
communication involving two or morepeople in a face setting

4 Muhammad Budyatna dan Leila Mona Ganiem, Teori Proses Antar Pribadi (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm. 21-27.


5 Op. Cit. Muhammad Budyatna dan Leila Mona Ganiem, hlm. 6.
6 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Proses (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada 2004), hlm

31.

186 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Dr. Sumarto, S.Sos.I., M.Pd.I

(Proses interpersonal adalah Proses yang menyertakan dua orang


atau lebih dalam tatanan Proses secara tatap muka). Proses
interpersonal sebenarnya mempengaruhi Proses dan hubungan
dengan orang lain. Wenburg dan Wilmat menyatakan bahwa
persepsi individu tidak dapat dicek oleh orang lain tetapi semua arti
atribut pesan ditentukan oleh masing-masing individu.7
Onong Uchjana Effendy8 mengemukakan bahwa hakikat Proses
interpersonal adalah Proses antara seoarang komunikator dengan
seorang komunikan dan ini dianggap paling efektif dalam hal upaya
mengubah sikap dan prilaku, serta pendapat. Kemudian
dibandingkan dengan bentuk-bentuk Proses lainnya, Proses
interpersonal dinilai paling efektif.9 Dalam Joseph A. Devito
menjelaskan para ahli teori Proses mendefinisikan Proses antar
pribadi (interpersonal) secara berbeda-beda, di dasarkan pada 3 hal
yaitu:10
1. Definisi Berdasarkan Komponen
Definisi berdasarkan komponen menjelaskan Proses antar
pribadi dengan mengamati komponen-komponen utamanya,
dalam hal ini penyampaian pesan oleh satu orang dan
penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang,
dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk
memberikan umpan balik segera.
2. Definisi Berdasarkan Hubungan Diadik
Dalam definisi berdasarkan hubungan, Proses antar pribadi
didefinisikan sebagai Proses yang berlangsung diantar dua
orang yang mempunyai hubungan mantap dan jelas, misalnya

7 Arni Muhammad, Proses Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm.
159.
8 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Proses (Bandung: PT. Citra Aditya

Bakti, 2007), hlm. 59-61.


9 Ibid. Onong Uchjana Effendy: Penjelasan Proses interpersonal adalah proses pertukaran

informasi diantara seorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya diantara dua
orang yang dapat langsung diketahui balikannya.
10 Joseph. A. Devito, Proses antar manusia (Jakarta: Profesional books, 1997), hlm. 231.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 187


Komunikasi Interpersonal Dalam ...

Proses antar pribadi meliputi Proses yang terjadi antara


konselor dan konseli, pramuniaga dengan pelanggan, anak
dengan ayah, dua orang dalam suatu wawancara, dan
sebagainya. Definisi ini hampir tidak mungkin ada Proses
diadik (dua orang) yang bukan Proses antar pribadi. Adakalanya
definisi ini diperluas sehingga mencakup juga sekelompok kecil
orang, seperti anggota-anggota kelompok yang terdiri tas tiga
atau empat orang.
3. Definisi Berdasarkan Pengembangan
Dalam ancangan pengembangan, Proses antar pribadi dilihat
sebagai akhir dari perkembangan Proses yang bersifat tak-
pribadi (impersonal).
Lebih lanjut perlu dipahami dalam model Schramm bahwa
proses Proses sangat ditentukan oleh bidang pengalaman. Bidang
pengalaman akan menentukan apakah pesan yang dikirimkan
diterima oleh sipenerima sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh
pengirim pesan. Schramm mengatakan jika tidak ada kesamaan
dalam bidang pengalaman, bahasa yang sama, latar belakang yang
sama, kebudayaan yang sama, maka sedikit kemungkinan pesan
yang diterima diinterpretasikan dengan benar.11 Hal tersebut terlihat
dalam kehidupan, apabila berProses disesuaikan dengan kondisi
pengalaman agar apa yang disampaikan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.
Proses antar pribadi merupakan proses penyampaian pesan
antara pengirim dan penerima pesan. Konteks bimbingan dan
konseling yaitu penyampaian pesan baik verbal maupun nonverbal
dari konselor kepada konseli dalam hal untuk merubah pola pikir
dan pola tindakan konseli menuju tujuan yang diharapkan yaitu
pencapaian solusi atas masalah yang dihadapi.

11 Op. Cit., Arni Muhammad, hlm. 10.

188 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Dr. Sumarto, S.Sos.I., M.Pd.I

Model proses Proses konseling yaitu antar dua pribadi dalam


hal ini konselor dan konseli, dengan proses Proses konseling, hal ini
dapat diketahui bagaimana konselor dalam menyampaikan pesan
kepada konseli. Pesan yang disampaikan konselor merupakan
analisis dari pikiran dan perasaan atas masalah yang dihadapi oleh
konseli serta berupa konfirmasi dan tanggapan, sehingga 8konseli
merasa lebih nyaman dan lebih diperhatikan. Gambar menunjukkan
proses Proses konseling antara konselor dan konseli, yaitu:
Gambar
Gambar 1 1
ModelModel
Proses konseling
Proses konseling antar pribadi
antar pribadi konselor
konselor dan konseli
dan konseli

a)* Pribadi I (Konselor) Pribadi II (Konseli) b)*


a)* Pribadi I (Konselor) Pribadi II (Konseli)
Peran Pengirim: Saluran: Peran Penerima:
I II
a. Kodifikasi; mengubah
Peran Pengirim: Saluran: a. Dekodifikasi;
Peran Penerima:
gagasan, perasaan, menangkap
maksud ke dalam
a. Kodifikasi; mengubah I II rangsangan dan
a. Dekodifikasi;
bentuk pesan yang mengartikannya:
gagasan, perasaan,
dapat dikirim: menangkap
b. Tanggapan batin
maksud ke dalam
b. Pengiriman pesan terhadap pesanrangsangan
yang dan
ditangkap
bentuk pesan yang mengartikannya:
dapat dikirim: b. Tanggapan batin
b. Pengiriman
Hambatanpesan Hambatan terhadap pesan yang
Saluran:
ditangkap
I II
Peran penerima: Peran pengirim:
a. Dekodifikasi; a. Kodifikasi; mengubah
menangkap gagasan, perasaan,
Hambatan
rangsangan dan Hambatan
maksud ke dalam
mengartikannya Saluran: bentuk pesan yang
b. Tanggapan batin dapat dikirimkan
I II
Peran penerima:
terhadap pesan yang Peran
b. Pengirim pesan pengirim:
ditangkap
a. Dekodifikasi; a. Kodifikasi; mengubah
menangkap gagasan, perasaan,
rangsangan dan Hambatan
maksud ke dalam
mengartikannya bentuk pesan yang
b. Tanggapan batin dapat dikirimkan
terhadap pesan yang b. Pengirim pesan
ditangkap
An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 189
Komunikasi Interpersonal Dalam ...

Keterangan a)* dan b)*:


Pembentukan gagasan, perasaan dan maksud serta pemilihan
tingkah laku.

Dalam gambar atau bagan tersebut tampak, bahwa Proses


konseling yaitu antara dua pribadi, konselor dan konseli memiliki
tujuh unsur:
a. Segala maksud, gagasan, pikiran dan perasaan spesifik yang
terdapat dalam batin pengirim serta bentuk tingkah laku yang
dipilih (verbal atau nonverbal) merupakan langkah awal bagi
pengirim suatu pesan yang bermakna.
b. Kodifikasi oleh pengirim yaitu maksud, gagasan, serta perasaan
di ubah ke dalam bentuk pesan atau berita yang dapat
dikirimkan melalui lambang verbal atau nonverbal.
c. Pesan dikirim melalui saluran yang dianggap sesuai yaitu
saluran verbal bila digunakan kata-kata dan saluran nonverbal
bila digunakan isyarat.
d. Dekodifikasi oleh penerima yaitu rangsangan yang diterima
melalui kata-kata yang di dengar atau aneka isyarat yang
ditangkap, diartikan untuk mengambil makna pesan yang telah
dikirimkan.
e. Tanggapan batin oleh penerima yaitu ditujukan terhadap makna
pesan yang diterima diberi suatu reaksi batin yang
menghasilkan gagasan, perasaan dan maksud tertentu.
f. Segala maksud, gagasan, pikiran dan perasaan spesifik yang
terdapat dalam batin penerima serta bentuk tingkah laku yang
dipilih (verbal atau nonverbal) merupakan tanggapan untuk
dikirimkan sebagai pesan yang bermakna dan sekaligus menjadi
langkah awal penerimaan pesan tersebut.
g. Hambatan (noice) dalam ke-enam unsur di atas, yaitu hal-hal
yang menggangu interaksi dan mempersulit Proses konseling
yaitu antar pribadi baik konselor maupun konseli. Hambatan

190 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Dr. Sumarto, S.Sos.I., M.Pd.I

dalam saluran adalah, misalnya; kegaduhan di dalam atau di


luar ruangan pertemuan dan cara bicara yang gagap. Hambatan
di pihak pengirim pesan adalah misalnya; berbicara tanpa
menyusun pikiran terlebih dahulu, menjejalkan terlalu banyak
gagasan dan perasaan dalam sekali bicara dan merumuskan
pengalaman dengan cara yang kurang memadai. Hambatan di
pihak penerima pesan adalah, misalnya; prasangka,
kecenderungan untuk lekas mengadili orang lain, kesulitan
untuk memandang pesan yang disampaikan dari sudut
pandangan pengirim pesan dan kekurangan dalam
mendengarkan keseluruhan pesan yang disampaikan.12

Dari gambar atau bagan di atas bisa diperhatikan proses Proses


konseling antara konselor dan konseli yang bertujuan untuk
mencapai solusi dari masalah yang dihadapi. Tetapi perlu disadari
dalam proses Proses konseling ketika konselor hendak mengajak
konseli untuk berbicara tentang masalahnya, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan karena tidak semua konseli ingin menyampaikan
masalah yang dihadapinya, sehingga perlu adanya teknik yang harus
dilakukan oleh konselor dalam mengajak konseli untuk
menyampaikan masalah yang dihadapinya.
Kathryn Geldard dan David Geldard menyampaikan dalam
tulisannya ada 3 hal yang harus diperhatikan ketika mengajak
konseli berbicara tentang masalahnya yaitu; apakah situasinya
tepat?, apakah waktunya tepat?, dan apakah saya adalah orang yang
tepat untuk membantunya?. Ketika konselor mengajak konseli untuk
berbicara perlu adanya sikap ekstra hati-hati, karena jika ada orang
lain mendengarkan pembicaraan konselor dan konseli tentu konseli
akan merasa malu untuk mengungkapkan masalah pribadinya.
Terutama bila masalah yang dihapinya sangat menyakitkan,
konseli akan mearasa sangat tertekan dan bahkan bisa menangis

12 Op. Cit., W.S. Winkel, hlm. 247-248.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 191


Komunikasi Interpersonal Dalam ...

ketika memulai pembicaraan, sehingga harus diperhatikan situasi


dan waktu yang sesuai, begitu juga dengan kesesuaian diri dan
kemampuan yang dimiliki, apakah sesuai atau orang yang tepat
untuk membantunya. Dari gambar atau bagan dibawah ini, bisa
diperhatikan proses Proses konslineg ketika konselor hendak
mengajak konseli berbicara tentang masalah yang dihadapinya:13

13
Kathryn Geldrad & David Geldard, Counselling Skills in Evryday Life, Palgrafe
McMilan, terj. Agung Prihantoro (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 78-85.

192 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


12
Dr. Sumarto, S.Sos.I., M.Pd.I

Gambar 2
Proses Proses konseling ketika konselor hendak mengajak konseli
Gambar 2
Proses Prosesberbicara tentang
konseling ketika masalah
konselor hendak yang dihadapinya
mengajak konseli berbicara
tentang masalah yang dihadapinya

Tindakan Konseli
Tindakan Konseli Tindakan Konselor
Tindakan Konselor

Menunjukkan isyarat verbal atau


Menunjukkan isyarat verbal atau
non verbal bahwa ada masalah Menangkap isyarat tersebut
non verbal bahwa ada masalah Menangkapuntukisyarat terse
dan mempertimbangkan
mengajaknya berbicara atau
dan mempertimbangkan un
tidak
mengajaknya berbicara a
tidak

Jika keputusan “ya” konselor


memberikan ajakan awal

Responnya: Jika keputusan “ya” konse


Menolak, tidak Membuka memberikan ajakan awal
ada informasi
Responnya: Bertanya kepada diri sendiri:
masalah pribadi Apakah situasinya tepat?
Menolak, tidak Membuka Apakah waktunya tepat?
Apakah saya adalah orang yang
ada informasi tepat untuk membantunya?
Pembicaraan berakhir
Bertanya kepada diri sendiri:
masalah pribadi Apakah situasinya tepat?
Ya Apakah
Tidak waktunya tepat?
Apakah saya adalah orang ya
Responnya? Menindaklanjuti tepat untuk membantunya?
Menjauh
Pembicaraan berakhir
Melanjutkan
Menolak ajakan pembicaraan Ya Tidak
tentang
masalahnya
Responnya? Menindaklanjuti Menjauh

Melanjutkan
Menolak ajakan pembicaraan

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari -tentang


Juni 2016 193
masalahnya
Komunikasi Interpersonal Dalam ...

Gambar di atas menunjukkan proses Proses konseling ketika


konselor hendak mengajak konseli untuk menyampaikan masalah
yang dihadapi konseli, adakalanya konseli menolak ajakan dari
konselor tetapi adakalanya konseli menerima ajakan konselor runtuk
membicarakan masalah dan mencari jalan solusinya.
Proses membantu konseli yaitu ketika konseli sedang memiliki
masalah kemudian menerima ajakan dari konselor, konselor harus
melakukan validasi yaitu menunjukkan kepada konseli bahwa
konselor telah mendengarkan dan memahami apa yang telah
disampaikan konseli. Karena proses Proses konseling yang paling
efektif adalah bukan langsung menasehati konseli tetapi
mendengarkan dan memahami apa yang disampaikan oleh konseli
mengenai masalah yang menghadapinya.
Pentingnya validasi ini membut konselor harus berperan aktif
mendengarkan konseli dan bersikap empati terhadap masalah yang
konseli hadapi. Tidak cukup hanya mendengarkan tetapi konselor
juga harus berperan aktif dalam mengamati setiap apa yang
disampaikan konseli baik secara verbal maupun nonverbal serta
mampu membawa masalah yang dihadapi konseli kedalam pikiran
dan perasaan konselor. Gambar di bawah ini merupakan proses
Proses konseling dalam bervalidasi yang merupakan lanjutan
gambar di atas yaitu:14

2. Proses Konseling
Pada gambar 1 sudah di jelaskan bagaimana proses Proses
konseling yang terjadi antara konselor dan konseli, mulai dari
penyampaian pesan dari konselor kemudian adanya respon dari
konseli sehingga timbul yang disebut dengan feedback, tetapi perlu
di ketahui setiap proses Proses konseling yang terjadi ada yang
disebut dengan saluran yaitu proses jalannya Proses dari konselor

14 Ibid., hlm. 122-125.

194 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Dr. Sumarto, S.Sos.I., M.Pd.I

kepada konseli begitu juga dengan sebaliknya, ada proses Proses


secara primer dan sekunder.

Menurut Onong Uchjana Effendi, proses Proses terbagi menjadi


dua tahap yakni secara primer dan secara sekunder. Pertama proses
Proses secara primer proses Proses secara primer adalah proses
penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan lambang (Simbol) sebagai media. Lambang
sebagai media primer dalam proses Proses adalah bahasa, (Gesture)
isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung
mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator
(konselor) kepada komunikan (komunikan).
Kedua proses Proses secara sekunder proses Proses sekunder
adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan alatatau sarana sebagai media setelah
memakai lambang sebagai media pertama. Misalnya, surat, telefon,
media jejaring sosial, surat kabar, majalah, televisi, radio dan masih
banyak lagi. Pentingnya peranan media yakni media sekunder dalam
proses Proses, disebabkan oleh efisiensinya dalam
mencapaikomunikan. Twitter, Email, MMS, Facebook misalnya,
merupakan media yang efisien dalam mencapai komunikan yang
jaraknya jauh.15

3. Keterampilan Dasar Proses Konseling


Konselor harus menguasai keterampilan konseling adalah hal
ini adalah mutlak. Sebab dalam proses Proses konseling teknik yang
baik merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan
konseling. Seorang konselor yang efektif harus mampu merespon
konseli dengan teknik yang benar, sesuai keadaan konseli saat itu.
Respon yang baik adalah pernyataan-pernyataan verbal dan non
verbal yang dapat menyentuh, merangsang, dan mendorong

15Onong Uchjana Effendi, Ilmu Proses teori dan praktek (Bandung : PT.Remaja
Rosdakarya. 2006), hlm.11.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 195


Komunikasi Interpersonal Dalam ...

sehingga konseli terbuka untuk menyatakan dengan bebas perasaan,


pikiran dan pengalamannya. Selanjutnya konseli terus terlibat dalam
mendiskusikan mengenai dirinya bersama konselor.
Buku Materi Bimbingan Teknis Pengembangan Karir Guru BK
Dikmen dijelaskan bahwa Proses antar pribadi atau interpersonal
merupakan wahana utama dalam interaksi konseling, hal ini berarti
bahwa di perlukan kejernihan makna dalam Proses sehingga tidak
ada salah tangkap antara yang dimaksud oleh pihak yang
menyampaikan pesan (konseli) dengan pihak yang menerima pesan
(konselor) dan sebagaimana diketahui dalam Proses konseling,
peran sebagai pengirim atau penerima pesan itu bergantian secara
dinamis.
Selanjutnya berbeda dari sumber dan penerima suara dalam
sarana pancar-rekam mekanik, kejernihan dalam Proses antar
pribadi juga sangat tergantung pada makna kontekstual yang
melekat pada tiap ujaran dan isyarat non verbal yang lazimnya
menyertai ujaran, yang pada dasarnya tergantung pada kesetaraan
antara pengelola makna budaya yang digunakan oleh konselor
dengan pengolah makna budaya yang digunakan oleh konseli.16
Pada dasarnya trust terbangun atas dasar dua unsur yang
dipersepsi oleh konseli yaitu adanya kepercayaan oleh konseli
kepada konselor bahwa konselor yang membantunya memiliki;
memiliki kompetensi untuk menolong dirinya dan konselor tidak
akan menggunakan kelebihan kompetensinya itu untuk mencederai
dirinya. Oleh karena itu membangun kepercayaan juga bisa dari
ketauladanan dari konselor dan hubungan keakraban yang
ditampakkan oleh konselor bisa dalam Proses yang bersahaja dan

16 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Menengah Direktorat

Pembinaan PTK Dimen, Materi Bimbingan Teknis Pengembangan Karir Guru BK Dikmen
(Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012), hlm. 129-130.

196 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Dr. Sumarto, S.Sos.I., M.Pd.I

budi pekerti yang mulia. Konselor juga turut mengawasi dan


membimbing kembali apabila konseli mengalami masalah lagi.17

4. Hakikat dan Elemen-Elemen Proses Antar Pribadi


(Interpersonal) yang Terjadi dalam Proses Proses Konseling
Hakikat Proses interpersonal adalah proses Proses yang
berlangsung antara kamunikator yaitu konselor dan komunikan
yaitu konseli. Menurut Alo Liliweri, Proses jenis ini yaitu Proses
interpersonal dianggap paling efektif dalam hal upaya mengubah
sikap, pendapat atau perilaku seseorang. Joseph A. DeVito
mengemukakan definisi Proses interpersonal dapat dilihat dari
dua sudut pandang. Pertama melalui sudut pandang hubungan
antar pasangan, dalam sudut pandang ini Proses interpersonal
diartikan sebagai Proses yang yang dilakukan oleh dua orang
yang telah memiliki hubungan yang baik.
Sudut pandang kedua adalah sudut pandang perkembangan.
Pandangan ini Proses interpersonal dianggap sebagai adanya
suatu rentang dari impersonal pada satu sisi dan intim pada sisi
yang lain. Proses interpersonal dibedakan oleh 3 faktor, yaitu
data psikologi, pengetahuan yang menjelaskan, serta peraturan
yang personal yang mapan. Adapun elemen-elemen Proses antar
pribadi (interpersonal) menurut Joseph A. DeVito:18

1. Pengirim dan penerima pesan


Proses interpersonal sedikitnya melibatkan dua orang, setiap
orang merasakan dan mengirim pesan (fungsi pengiriman), lalu
diterima dan dipahami (fungsi penerima). Siapa, apa yang
diketahui, apa yang dipercayai, nilai yang dimiliki, apa
yang diinginkan, apa yang sudah dikatakan, bagaimana sikap
dan lain-lain mempengaruhi yang individu katakan, bagaimana

17 Ibid, hlm. 130.


18 Op. Cit., Joseph. A. Devito, hlm. 231.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 197


Komunikasi Interpersonal Dalam ...

cara individu mengatakan, pesan apa yang individu terima dan


bagaimana individu mengartikan pesan itu.
2. Pengkodean dan pemecahan kode
Pengkodean yaitu proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk
lambang atau disusun terlebih dahulu dengan menggunakan kata-
kata. Pengkodean adalah proses memproduksi pesan. Pemecahan
kode adalah proses dimana komunikan menetapkan makna dan
lambang yang disampaikan komunikator adanya. Pemecahan
kode adalah tindakan menginterpretasikan kode. Proses Proses
interpersonal yang melibatkan dua orang dalam situasi interaksi,
komunikator menyandi suatu pesan lalu menyampaikan pada
komunikan dan komunikan mengawas sandi pesan tersebut.
Komunikator menjadi encoder dan komunikan menjadi
decoder. Jika komunikator sedang berbicara, ia menjadi encoder
dan yang sedang mendengarkan menjadi decoder. Ketika
komunikan memberikan tanggapan dan berbicara pada
komunikator, maka komunikan ini akan menjadi encoder dan
komunikator menjadi decoder. Tanggapan komunikan yang
disampaikan kepada komunikator itu diriamakan umpan balik
atau arus balik.
3. Pesan
Proses interpersonal tetap ada, pesan yang mengekspresikan
pikiran dan perasaan harus dikirim dan terima. Proses
interpersonal tidak selalu secara verbal. Konselor (komunikator)
dan konseli (komunikan) dapat berkomunikkasi melalui gerakan,
sentuhan sama seperti kita berProses secara verbal. Umpan balik
memberitahu komunikator efek apa yang diberikannya kepada
komunikan.
Umpan balik dapat berasal dari diri sendiri (sebagaimana
kita mendengar apa yang sudah kita katakan) atau orang lain
baik secara verbal maupun nonverbal, dalam proses Proses

198 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Dr. Sumarto, S.Sos.I., M.Pd.I

interpersonal umpan balik memiliki peran penting, karena


pengirim dan penerima secara terus menerus dan bergantian
memberi umpan balik dalam berbagai bentuk baik verbal maupun
nonverbal, dalam situasi interpersonal umpan balik lebih sering
diterima secara langsung setelah pesan disampaikan.
4. Gangguan
Gangguan adalah segala sesuatu yang mengganggu kejernihan
pesan dalam proses Proses, sehingga seringkali pesan yang
disampaikan berbeda dengan pesan yang diterima.
5. Efek atau Pengaruh
Proses Proses selalu memiliki berbagai akibat, baik pada salah
satu pelaku atau keduanya. Efek dari kegiatan Proses mencakup 3
aspek yaitu:
a. Aspek kognitif
Menyangkut kesadaran dan pengetahun, misalnya
memperoleh pengetahuan atau belajar bagaimana
menganalisis.
b. Aspek afektif
Menyangkut sikap, kepercayaan, emosi dan perasaan,
misalnya perasaan sedih, gembira.
c. Aspek konatif dan psikomotor
Menyangkut perilaku atau tindakan berbuat seperti apa yang
disarankan.
6. Chanel Proses
Chanel Proses adalah media yang dilalui oleh pesan. Chanel
berfungsi sebagai jembatan antara pengirim dan penerima pesan,
contohnya berbicara, mendengar, mencium, melihat,
mengeluarkan bau, dan bahkan untuk menyentuh untuk
berProses. Hal-hal yang dapat dikatakan sebagai chanel
adalah tatap muka, telepon, surat, televisi dan sebagainya.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 199


Komunikasi Interpersonal Dalam ...

7. Konteks
Cara kita berProses setiap saat berbeda dipengaruhi oleh konteks.
Konteks adalah situasi yang ada hubungannya dengan kejadian.
Tiga dimensi konteks Proses adalah fisik, sosial psikologis, dan
temporal. Pada tahun 1995 Joseph A. DeVito menambahkan dua
elemen Proses interpersonal, yaitu: kompetensi dan etika.

D. Kesimpulan
Proses konseling merupakan salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan layanan konseling. Selain Proses konseling, faktor dari
konselor (kualifikasi akademik dan kompetensi), konseli (adanya
keinginan untuk merubah diri lebih baik), kelengkapan fasilitas dan
lingkungan sekitar juga menentukan keberhasilan konseling.
Proses konseling yang dilakukan juga harus memiliki karakteristik
untuk mencapai keberhasilan layanan konseling yaitu harus dengan
terbuka, memberikan dukungan kepada konseli untuk tidak mudah
menyerah, berpikir dan bersikap positif kepada konseli dan tidak
membeda-bedakan konseli yang ditangani seperti perbedaan etnis, suku,
budaya, kaya dan miskin. Proses konseling yang memiliki karakteristik
didukung dengan kualifikasi akademik dan kompetensi konselor serta
fasilitas yang memadai maka keberhasilan konseling akan dapat dicapai.
Keterampilan proses konseling perlu dikuasai oleh konselor karena
saat ini berkembang pemikiran bahwa semua layanan the helping
pofessionis mengutamakan penemuan self-healing capacity dari setiap
individu yang di layani sehingga masing-masing mampu mengatasi
masalahnya sendiri. Pada gilirannya, selain ditentukan oleh ketepatan
pilihan paradigma, kemajuran proses Proses konseling ditentukan oleh
kemampuan konselor dalam berproses yang akan mampu menjaring
kapasitas konseli (positive asset search).
Keterampilan dasar Proses konseling ada 3 yang perlu di pahami
yaitu; keterampilan memperhatikan (attending) yaitu konselor harus
memiliki kemampuan untuk memperhatikan konseli baik dalam

200 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Dr. Sumarto, S.Sos.I., M.Pd.I

penyampaian pesan verbal maupun non verbal, mendengarkan


(listening) yaitu konselor lebih fokus pada mendengar pesan verbal yang
disampian oleh konseli dan mempengaruhi (influencing) yaitu dalam
proses Proses konseling, konselor harus mampu memberikan pengaruh
kepada konseli, harapannya adalah perubahan dari sikap konseli yang
sadar akan kesalahan yang dilakukannya dan berusaha untuk
memperbaikinya dengan penuh komitmen dan tanggung jawab.

DAFTAR PUSTAKA
Arni Muhammad, Proses Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara,
2009.
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Proses. Jakarta: PT.RajaGrafindo
Persada 2004.
Joseph. A. Devito, Proses antar manusia. Jakarta: Profesional books,
1997.
Kathryn Geldrad & David Geldard, Counselling Skills in Evryday Life,
Palgrafe McMilan, terj. Agung Prihantoro. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2008.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Menengah
Direktorat Pembinaan PTK Dimen, Materi Bimbingan Teknis
Pengembangan Karir Guru BK Dikmen. Jakarta: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2012.
Muhammad Budyatna dan Leila Mona Ganiem, Teori Proses Antar
Pribadi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Proses teori dan praktek. Bandung :
PT.Remaja Rosdakarya. 2006.
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Proses. Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti, 2007), hlm. 59-61.
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis
Integrasi). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 201


Komunikasi Interpersonal Dalam ...

W. S Winkel. Bimbingan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT.


Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta: 1997.

202 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Syamsul Arif

PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT


MELALUI ZAKAT

Syamsul Arif

Abstrak
Al-Qur’an lewat sebaran ayatnya baik yang bersifat global maupun
spesifik mengemukakan bahwa ada tiga pilar yang merupakan
sumber ekonomi umat, yaitu SDA, kewajiban bekerja, dan
pendistribusian sumber ekonomi secara merata (zakat). Islam
sebenarnya telah memberikan kebijaksanaan yang arif dalam
pendistribusian dana zakat. Hal ini terlihat dari adanya ayat al-
Qur’an yang menerangkan siapa saja yang berhak menerima bagian
zakat (QS. At-Taubah: 60). Di samping itu, untuk lebih
mengoptimalkan peran zakat, maka perlu ditunjang oleh manajemen
pengelolaan yang transparan dan professional serta berlandaskan
pada peraturan pemerintah dan prinsip moral Islami.
Kata Kunci: Ekonomi, Zakat dan Al-Qur’an

A. Pendahuluan
Sejarah mencatat bahwa Islam pernah meraih masa-masa kejayaan
dan begitu jauh meninggalkan umat-umat lainnya (Barat) yang masih
terbelakang. Pencapaian itu dapat dilihat pada bidang pendidikan, sosial
maupun ekonomi. Misalnya, pada peristiwa staf Rasulullah SAW yang
memungut zakat di Yaman, yaitu Muadz bin Jabal tidak menemukan
seorang pun yang berhak menerima zakat (mustahik) yang dipungutnya.
Selain itu, khalifah Umar bin Khattab dan khalifah Umar bin Abdul Aziz
yang sukses menghantarkan rakyatnya menikmati kehidupan yang penuh
dengan kemakmuran dan kesejahteraan. Hal ini tidak terlepas dari
kebijaksanaannya dalam mengatur pendistribusian dana zakat.
Ironisnya, kisah indah tersebut tidak dapat lagi disaksikan saat ini
apalagi di Indonesia. Sebab selama bertahun-tahun negeri ini terpuruk
karena dilanda berbagai permasalahan, termasuk kemiskinan. Fakta telah
berbicara bahwa kelompok yang berada di bawah poverty line dari tahun

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 203


Pemberdayaan Ekonomi Umat...

ke tahun terus bertambah. Pada tahun 1995 terdapat 27 juta jiwa yang
termasuk dalam katagori miskin (lihat Yusuf Qardhawi, 1995:5). Tahun
1998 jumlahnya membengkak menjadi 80 juta jiwa (lihat Agus Ahmad
Safei, 2001: 35). Berbagai cara telah diupayakan untuk menanggulangi
masalah tersebut, namun hasilnya tetap nihil. Angka kemiskinan
jumlahnya semakin tidak terbendung.
Agus Ahmad Safei dan Nanih Machendrawaty (2001: 41)
menyatakan bahwa Islam adalah agama pemberdayaan. Islam
menawarkan sebuah solusi untuk mengatasi masalah kemiskinan yang
demikian melekat pada masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim.
Dengan terlebih dahulu menggali kembali sumber-sumber daya ekonomi
umat, di antaranya zakat. Sangat jelas, konsep ekonomi yang
dikemukakan al-Qur’an adalah bahwa kesejahteraan ekonomi
merupakan alat penting bagi manusia untuk memperoleh kesejahteraan
secara total. Artinya kesejahteraan tidak hanya bersifat fisik dan material
semata, namun juga bersifat psikis dan eskatologis (akhirat).
Sengaja dalam tulisan ini, penulis membatasi diri pada segmen zakat
sebagai alternatif dalam pemberdayaan ekonomi umat. Menurut hemat
penulis, zakat memiliki potensi yang sangat besar untuk membangun
perekonomian umat Islam. Karenanya zakat tidak hanya dipahami untuk
menggugurkan kewajiban saja, tetapi zakat juga berperan aktif dalam
mengentaskan kemiskinan.
Namun sungguh sayang, di tingkat kultural dan institusional, badan
amil zakat, infaq, dan shadaqah (BAZIS) yang dibentuk pemerintah
tidak berhasil mendapat kepercayaan masyarakat. Padahal, soal
pengelolaan zakat selalu berpangkal pada kepercayaan publik. Mereka
masih khawatir jika dana zakat yang mereka berikan dikorupsi atau
dikelola bukan untuk kaum miskin. Publik lebih suka menyalurkan zakat
langsung kepada individu atau lembaga zakat swasta. Tidak
mengherankan jika BAZIS yang dibentuk pemerintah kalah bersaing
dengan lembaga zakat swasta yang relatif dan modern, akuntabel dan
dipercaya.

204 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Syamsul Arif

Untuk mencapai cita-cita keadilan sosial, zakat harus dikelola


dengan baik dan menggunakan sistem yang akuntabel. Sayang,
pengelolaan zakat masih berkutat dalam bentuk-bentuk konsumtif-
karikatif yang tidak menimbulkan dampak sosial berarti. Zakat hanya
diberikan langsung oleh muzakki kepada mustahik sehingga zakat tidak
menjadi sistem sosial yang mampu melakukan transformasi sosial.
Bahkan pembagian zakat justru sering menimbulkan malapetaka
kemanusiaan. Karena itu, pada praktiknya dana zakat yang begitu
fantastis masih tidak mampu berperan secara optimal untuk
memberantas kemiskinan. Maka pertanyaannya, bagaimana
mengoptimalkan zakat sebagai pemberdaya ekonomi umat?

B. Pembahasan
1. Islam dan Kemiskinan: Antara Cita dan Realita
Realitas kemiskinan merupakan fenomena ketidakberdayaan
masyarakat yang berkaitan erat dengan faktor-faktor struktural dan
kultural. Kemiskinan struktural biasanya diakibatkan oleh beberapa
struktur yang berada dalam masyarakat tidak seimbang. Misalnya
transisi, feodalisme, kapitalisme, dan perubahan teknologi yang
begitu cepat. Kemiskinan ini juga disebut kemiskinan buatan karena
adanya sikap pasrah disertai pandangan bahwa kemiskinan sudah
menjadi takdir Tuhan.
Akhirnya kemiskinan saat ini sudah menjadi sebuah budaya
(cultural of poperty). Bahkan telah menjadi way of life yang
diturunkan secara turun- temurun oleh keluarga miskin. Selain itu,
kemiskinan juga bisa disebabkan karena malas bekerja, terbatasnya
SDA dan SDM, rendahnya pendidikan dan ketidakseimbangan
dalam memeperoleh atau pemakaian SDA.
Kemiskinan bukan sesuatu yang berhenti pada angka statistik
yang naik dan turun sesuai survei. Kemiskinan adalah sebuah
realitas sosial, ekonomi, politik, dan budaya yang serius diderita dan
dirasakan sebagian masyarakat. Tidak mengherankan jika ada orang

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 205


Pemberdayaan Ekonomi Umat...

kaya membagikan zakat, ratusan hingga ribuan orang rela


mengantre guna mendapatkannya, bahkan sampai ada yang
meninggal.
Anehnya, kemiskinan yang merajalela dan membelenggu itu
banyak dipelihara elite ekonomi dan politik. Orang kaya yang
memberi zakat uang tunai hampir setiap tahun adalah contoh
pemeliharaan kemiskinan. Ia tidak beda dengan sinterklas yang
membagi-bagi hadiah seakan setelah itu problem kemiskinan
selesai. Padahal lebih baik memberi mereka modal untuk bekerja
atau diberi pinjaman lunak untuk membuka usaha.
Untuk memuseumkan kemiskinan, perlu direnungkan kembali
fungsi utama agama (Islam). Kehadiran agama sejatinya bukan
hanya sebagai obat penenang manusia saat dilanda kesedihan atau
kegagalan. Agama berfungsi membebaskan manusia dari
ketertindasan sosial yang dilakukan sesamanya. Hampir semua
tokoh agama sejak awal mengabarkan perdamaian, kesejahteraan,
keadilan sosial, dan bertekad menolong orang miskin dan tertindas.
Dalam tataran praktis dan teoritits, ini amat terkait dengan
teologi pembebasan yang diperkenalkan Gustavo Guiterrez.
Menurutnya, teologi pembebasan mempunyai dua institusi penting.
Pertama, teologi pembebasan sejak awal diciptakan sebagai
komitmen aktif yang hadir untuk pembebasan. Teologi adalah
refleksi kritis atas dan dari dalam praksis historis, serta praksis
historis teologi pembebasan adalah menerima dan menghidupkan
firman Tuhan melalui iman. Kedua, dalam teologi pembebasan,
sebenarnya Tuhan adalah Tuhan yang membebaskan. Dan ini hanya
bisa diungkapkan dalam konteks sejarah yang nyata tentang
pembebasan terhadap orang miskin dan orang tertindas.
Maka jika teologi harus berhubungan dengan praksis historis
yang nyata, aksi konkretnya adalah membela orang miskin. Ini tidak
hanya dijadikan bentuk refleksi, tetapi adalah subjek historis atas
praksis teologi. Jelas bahwa sejatinya agama bisa menjadi kekuatan

206 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Syamsul Arif

penting dalam melakukan langkah nyata mengakhiri kemiskinan


jika teologi yang dianut adalah teologi pembebasan. Orang miskin
yang selama ini menjadi objek dalam politik, dan sering dikeluarkan
dari lembar sejarah serta objek pembagian uang zakat, harus diberi
harapan kemajuan dan ruang untuk berbicara.
Selain itu, perlu dicontoh pengalaman Muhammad Yunus di
Bangladesh dengan program Grameen Bank. Keberhasilannya untuk
memeuseumkan kemiskinan membutuhkan kesabaran, keseriusan
dan tanpa pamrih politik. Dengan membangkitkan kepercayaan diri
dan menjadikan orang miskin mampu mengerahkan segenap sumber
daya dan modal yang dimilikinya. Tentu saja struktur ketimpangan
sosial dan politik serta kebijakan pemerintah yang tidak memihak
orang miskin harus diakhiri. Elite politik jangan hanya gemar
perang wacana angka kemiskinan, tetapi sama sekali tidak
melakukan aksi nyata (http://www.keadiansosial.wordpress.com).
2. Perspektif Al-Qur’an tentang Sumber Daya Ekonomi
Al-Qur’an sebagai sumber ajaran Islam yang primer sebenarnya
sudah sejak dini memberikan penjelasan mengenai sumber-sumber
daya ekonomi umat. Al-Qur’an lewat sebaran ayatnya baik yang
bersifat global maupun spesifik mengemukakan bahwa ada tiga pilar
yang merupakan sumber ekonomi umat, yaitu:
a. Sumber Daya Alam
Alam merupakan karunia Allah bagi umat manusia. Jika
direnungkan, sesungguhnya banyak ayat al-Qur’an yang
menganjurkan untuk mendayagunakan potensi yang dimiliki alam
dan berusaha meransang akal untuk mengeksplorasi kekayaan alam
yang diantaranya berupa:
Tumbuh-tumbuhan
Setidaknya ada sekitar 200 ayat al-Qur’an (salah satunya dalam
QS. Al-An’am: 142) yang menyinggung masalah botani (ilmu
tumbuh-tumbuhan) yang menunjukkan betapa urgen sektor tersebut.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 207


Pemberdayaan Ekonomi Umat...

Ilmu botani sangat bermanfaat dalam kehidupan manusia, karena di


samping berguna dari segi ekonomi, juga memiliki latar belakang
teologi. Sebab kehadiran tumbuhan itu sendiri merupakan bukti
adanya Allah, zat yang maha kuasa (Kaelany HD, 2000: 198-199).
Air
Air merupakan kebutuhan yang paling esensial dalam
kehidupan manusia, karena manfaatnya yang begitu kompleks. Dari
penggunaan yang paling kecil (minum, mencuci, mandi, dan
memasak) hingga penggunaan untuk pertanian dan pembangkit
listrik. Air laut pun dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk jalur
transportasi antar pulau atau benua. Selain itu, air laut juga dapat
dibuat garam dan tempat mencari ikan serta menyimpan kekayaan
yang luar biasa (QS. An-Nahl:14).
Bahan tambang
Ayat al-Qur’an yang secaara jelas mengemukakan tentang
pertambangan dapat ditemui dalam QS. Al-Hadid: 25. Dengan
isyarat inilah para sarjana muslim pada abad pertengahan terdorong
untuk menyusun karangan dalam bidang mineralogi, di antaranya
Jabir Al-Kindi. Bahkan Ibnu Sina yang populer disebut sebagai
Bapak Kedokteran sempat menulis tentang pegunungan, bebatuan
dan barang tambang. Akhirnya buku tersebut dipercaya sebagai
pembuka jalan dalam sejarah geologi (Kaelany HD, 2000: 203).
Kewajiban Bekerja
Tidak ada suatu agama pun yang mewajibkan bekerja
sebagaimana Islam mewajibkan kepada para pemeluknya (QS. At-
Taubah: 105). Islam membenci orang yang bersifat nonproduktif
dan hidup sebagai parasit yang menyandarkan hidupnya kepada
orang lain.
Teori peuparisme seharusnya tidak lagi tumbuh dalam Islam.
Meskipun ajaran tentang zuhud itu memang ada, tetapi banyak
disalah-artikan oleh sebagian kaum muslim. Mereka berasumsi

208 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Syamsul Arif

bahwa dunia adalah bangkai dan barangsiapa yang menyukainya,


laksana anjing yang memakan bangkai. Interpretasi yang salah ini
telah membuat umat Islam mengalami berbagai kemunduran,
terutama di bidang ekonomi. Padahal ajaran zuhud dalam Islam
berarti menyucikan diri dari nafsu harta dan kebendaan, tanpa
mereduksi aktivitas dalam perjuangan mencari penghidupan
(Abdullah Zaky Al-Kaaf, 2002: 83).
Yusuf Qardhawi (1995: 51) berpendapat bahwa bekerja
merupakan faktor utama untuk memperoleh penghasilan dan senjata
pertama untuk memerangi kemiskinan serta unsur penting untuk
memakmurkan bumi. Bukankah manusia sebagai khalifah di bumi
diperintahkan Allah untuk memakmurkan bumi, sebagaimana
nasehat Nabi Saleh AS kepada kaumnya yang diabadikan dalam QS.
Hud: 61 berikut: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak
ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah mnciptakan kamu dari
bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya.”
b. Pendistribusian Sumber-Sumber Ekonomi Secara Merata
Tatanan dunia saat ini memang jauh dari ideal. 18% penduduk
dunia menguasai 80% SDA (Tariq Ramadhan, 2003: 419). Hal ini
menunjukkan tidak meratanya sumber daya ekonomi karena hanya
dikuasai oleh segelintir orang saja. Mengantisipasi hal tersebut,
maka al-Qur’an mengeluarkan konsep keadilan dalam bidang
ekonomi (QS. Al-Hasyar: 7). Pada prinsipnya, harta itu tidak boleh
terpusat pada golongan aghniya saja. Sebab jika terjadi pemusatan
kekayaan, maka akan menimbulkan disparitas dalam bidang
ekonomi dan sosial (Didin Hafidhuddin, 1998: 216).
Al-Qur’an seringkali mengecam orang yang menikmati
hartanya hanya untuk diri sendiri, sehingga mengabaikan nasib
dhu’afa (QS. Al-Ma’un: 1-3). Dan juga memberikan ultimatum
yang sangat tegas bagi para penimbun harta yang tidak
menafkahkannya di jalan Allah, sebagaimana dalam QS. At-
Taubah: 34-35 berikut:

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 209


Pemberdayaan Ekonomi Umat...

“…Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan


tidak membelanjakannya di jalan Allah, maka berikanlah kabar
gembira kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) azab
yang pedih. (Ingatlah) pada hari ketika emas dan perak
dipanaskan dalam neraka Jahanam, lalu dengan itu disetrika
dahi, lambung dan punggung mereka (seraya dikatakan)
kepada mereka: inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk
dirimu sendiri, maka rasakanlah (akibat dari) apa yang kamu
simpan itu.”
Konsep pendistribusian sumber daya ekonomi dalam al-Qur’an
sangat bertolak belakang dengan prinsip distribusi kapitalisme dan
sosialisme. Dalam negara kapitalis, distribusi sumber ekonomi
hanya bertumpu pada kepentingan kaum elite saja. Sedangkan
dalam negara sosialis, distribusi sumber daya ekonomi dikendalikan
oleh negara, dan hak kepemilikan individu sama sekali tidak diakui.
Tatanan dan filsafat pendistribusian dalam Islam berbeda dengan
kedua sistem tersebut, karena Islam mengakui hak kepemilikan
individu tanpa melupakan hak mustadh’afin. Bukti konkretnya,
Islam mensyariatkan kewajiban berzakat kepada pemeluknya yang
memiliki harta berlebih.
Sementara itu, menurut Zainal Arifin (dalam An-Nahdhah:
Jurnal Pendidikan dan Hukum, 2010: 130) di antara cara
pendistribusian sumber daya ekonomi atau pembelanjaan harta
kepada masyarakat umum antara lain dengan jalan infaq, shadaqah,
zakat, wakaf, hibah, qurban dan pajak.
3. Zakat: Sebuah Alternatif dalam Memberdayakan Ekonomi
Umat
a. Filosofi Zakat
Zakat merupakan salah satu sendi pokok ajaran Islam yang
berkaitan dengan harta benda. Bahkan al-Qur’an menjadikan
shalat dan zakat sebagai lambang dari keseluruhan ajaran Islam
sebagaimana dalam QS. At-Taubah: 11: “apabila mereka kaum

210 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Syamsul Arif

musyrik bertobat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat,


maka mereka adalah saudara-saudara seagama…”
Seseorang yang telah memenuhi syarat-syarat zakat
dituntut untuk menunaikannya (QS. At-Taubah: 103). Agama
menetapkan ‘amilin di samping menetapkan sanksi duniawi dan
ukhrawi terhadap mereka yang enggan. Zakat diwajibkan
terhadap manusia karena tiga landasan filosofis (Quraish
Shihab, 1994: 323), yaitu: istikhlaf (penugasan sebagai khalifah
di bumi), solidaritas sosial, dan persaudaraan.
b. Optimalisasi Pengelolaan Zakat: Sebuah Solusi
Sebenarnya bagi penganut teori fungsionalis dari
stratifikasi (dipelopori oleh Davis), ditemukan bahwa
kemiskinan memiliki empat fungsi, antara lain: fungsi ekonomi.
Kemiskinan dapat mendorong timbulnya penyediaan lapangan
pekerjaan, adanya kaum pekerja kasar dan pemanfaatan barang
bekas oleh para pemulung. fungsi sosial. Kemiskinan juga dapat
menimbulkan altruisme (kebaikan spontan) orang kaya terhadap
orang miskin dan menyebabkan berdirinya badan amal. fungsi
kultural. Menjadi inspirasi bagi para sastrawan untuk
melahirkan suatu karya yang memberikan gambaran kehidupan
kaum dhu’afa. Kemiskinan juga dapat membentuk budaya
saling mengayomi di antara masyarakat. fungsi politik.
Menstimulus para teknokrat dalam membuat kebijakan yang
berpihak pada kelompok marginal ini.
Ternyata jika diperhatikan secara seksama, ajaran Islam
sangat relevan dengan sejumlah fungsi di atas. Islam
memandang bahwa kemiskinan dan keterbelakangan umat
adalah tanggung jawab umat Islam seluruhnya (fungsi sosial
dan kultural). Al-Qur’an menjelaskan bahwa kemiskinan
bukanlah semata-mata diakibatkan oleh kemalasan individual,
melainkan disebabkan adanya kelompok yang memakan
kekayaan alam dengan rakus dan mencintainya secara

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 211


Pemberdayaan Ekonomi Umat...

berlebihan. Akibatnya, tidak ada usaha untuk membantu kaum


lemah (Didin Hafidhuddin, 1998: 216).
Sementara orang seringkali melupakan tanggung jawab
sosialnya, meskipun telah memiliki kelebihan harta. Maka al-
Qur’an mengeluarkan suatu ketetapan agar tanggung jawab
tersebut dapat direalisasikan dengan baik. Dalam hal ini, al-
Qur’an selain menganjurkan sumbangan sukarela dan
menekankan keinsafan pribadi, juga menetapkan kewajiban
berzakat. Islam menjadi agama pertama yang mengeluarkan
undang-undang jaminan sosial bagi kaum miskin. Dengan
perintah zakat, Islam mencoba menimbun jurang pemisah
antara si kaya (the have) dengan si miskin (the have not).
Menurut Didin Hafidhuddin (2003: 90), zakat merupakan salah
satu instrument terpenting dalam pemerataan pendapatan
(economic with equity) sebagai langkah awal untuk membangun
kesejahteraan umat.
Namun, zakat sebagai sumber dana bagi pemberdayaan
ekonomi umat, saat ini masih belum mampu mengentaskan
kemiskinan dan meningkatkan SDM. Menurut hemat penulis,
akar masalah yang mengganjal zakat untuk berperan secara
optimal terletak pada pendistribusian dana zakat dan
pendayagunaannya. Islam sebenarnya telah memberikan
kebijaksanaan yang arif dalam pendistribusian dana zakat. Hal
ini terlihat dari adanya ayat al-Qur’an yang menerangkan siapa
saja yang berhak menerima bagian zakat (QS. At-Taubah: 60).
Diharapkan dengan adanya petunjuk mengenai
pendistribusuan dana zakat, maka penyaluran dana zakat
hendaknya tepat sasaran. Pendayagunaan zakat juga hendaknya
diarahkan kepada hal yang bersifat produktif. Misalnya, untuk
memberdayakan ekonomi umat (pemberian modal bagi kaum
miskin), peningkatan kualitas SDM (mengadakan kegiatan

212 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Syamsul Arif

pelatihan) dan mengadakan program Inpres Desa Tertinggal


(IDT).
Zakat termasuk potensi besar yang dimiliki Islam untuk
menciptakan keadilan sosial, terutama untuk membantu fakir
miskin. Islam sebagai agama universal memiliki mekanisme
yang jelas tentang distribusi kekayaan untuk keadilan sosial.
Karena dengan membayar zakat, terjadi sirkulasi kekayaan
dalam masyarakat. Secara global, potensi zakat cukup besar.
Asumsinya, besar zakat yang dapat dikumpulkan adalah 2,5%
dari total Produk Domestik Bruto (PDB). Dengan asumsi itu,
Arab Saudi memiliki potensi zakat hingga 5,4 M dolar A$ (Rp
48,6 trilyun), Turki sekitar 5,7 M dolar A$ (Rp 51,3 trilyun),
sedangkan Indonesia sekitar 4,9 M dolar A$ (44,1 trilyun)
(http://www.keadilansosial.wordpresscom).
Meskipun demikian, fakta menunjukkan kondisi yang amat
ironis. Hingga kini belum ada satu negara Islam pun yang
mampu mengumpulkan zakat hingga 2,5% dari PDBnya.
Padahal jika dikelola dengan baik, efektif dan efisien, zakat
dapat diarahkan pada usaha pemerataan ekonomi masyarakat.
Masyarakat miskin akan mendapatkan haknya secara baik guna
memenuhi kebutuhan dasar. Dengan begitu, zakat akan
berfungsi sebagai salah saru instrumen pengentasan masyarakat
dari kemiskinan, pemerataan pendapatan, dan mempersempit
kesenjangan antara kelompok kaya dan miskin. Zakat dapat
membentuk integrasi sosial serta memperkuat ketahanan
ekonomi masyarakat.
Pengelolaan zakat yang baik juga dapat berdampak tiga hal
bagi muzakki (Quraish Shihab, 2004: 325). Pertama, mengikis
habis sifat kikir di dalam jiwa seseorang serta melatihnya
memiliki sifat dermawan, dan mengantarnya mensyukuri
nikmat Allah. Hingga pada akhirnya ia dapat mensucikan diri
dan mengembangkan kepribadiannya. Kedua, menciptakan

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 213


Pemberdayaan Ekonomi Umat...

ketenangan dan ketentraman, bukan hanya kepada muzakki, tapi


juga mustahik. Ketiga, mengembangkan harta benda.
Pengembangan ini dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu sisi
ekonomis-psikologis dan sisi spiritual (QS. Al-Baqarah: 276).
Dalam rangka mengelola dan memberdayakan potensi
zakat sebagai kekuatan ekonomi masyarakat, keberadaan
institusi zakat sebagai lembaga publik di masyarakat menjadi
amat penting. Institusi zakat, selain sebagai lembaga di
masyarakat, juga sebagai sistem atau mekanisme yang
berfungsi mengelola dan mengembangkan potensi ekonomi
rakyat yang bersifat produktif, seperti membuka lapangan kerja
atau memberi bantuan modal guna membuka usaha mandiri.
Di samping itu, transformasi pengelolaan zakat ke arah
yang lebih mensejahterahkan kaum miskin adalah cita-cita
bersama untuk menciptakan keadilan sosial. Untuk lebih
mengoptimalkan peran zakat, maka perlu ditunjang oleh
manajemen pengelolaan yang transparan dan profesional serta
berlandaskan pada peraturan pemerintah dan prinsip moral
islami. Peraturan pemerintah yang dimaksud adalah:
a. Peraturan Menteri Agama No. 4 Tahun 1968 tentang
Pembentukan Badan Amil Zakat.
b. Peraturan Menteri Agama No. 5 Tahun 1968 tentang
Pembentukan Baitul Mal di Tingkat Pusat, Propinsi, dan
Kabupatan/Kotamadya.
c. Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri
Agama No. 29 dan 47 Tahun 1991 tentang Pembinaan
Teknis Badan Amil Zakat, Infaqq dan Shadaqah.
d. Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 7 Tahun 1998 tentang
Pembinaan Umum Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah.
e. UU No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat.

214 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016


Syamsul Arif

C. Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat di tarik beberapa kesimpulan, di
antaranya:
1. Kemiskinan saat ini sudah menjadi sebuah budaya (cultural of
poperty). Bahkan telah menjadi way of life yang diturunkan secara
turun-temurun oleh keluarga miskin. Selai itu, kemiskinan juga bisa
disebabkan karena malas bekerja, terbatasnya SDA dan SDM,
rendahnya pendidikan dan ketidakseimbangan dalam memeperoleh
atau pemakaian SDA.
2. Al-Qur’an lewat sebaran ayatnya baik yang bersifat global maupun
spesifik mengemukakan bahwa ada tiga pilar yang merupakan
sumber ekonomi umat, yaitu SDA, kewajiban bekerja, dan
pendistribusian sumber ekonomi secara merata (zakat).
3. Islam sebenarnya telah memberikan kebijaksanaan yang arif dalam
pendistribusian dana zakat. Hal ini terlihat dari adanya ayat al-
Qur’an yang menerangkan siapa saja yang berhak menerima bagian
zakat (QS. At-Taubah: 60).
4. Di samping itu, untuk lebih mengoptimalkan peran zakat, maka
perlu ditunjang oleh manajemen pengelolaan yang transparan dan
professional serta berlandaskan pada peraturan pemerintah dan
prinsip moral islami.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2006, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Pustaka Agung
Harapan.
Abdullah Zaky Al-Kaaf, 2002, Ekonomi dalam Perspektif Islam,
Bandung: Pustaka Setia.
Agus Ahmad Safei, 2001, Manajemen Pengembangan Masyarakat
Islam, Bandung: Gerbang Masyarakat Baru Islam Press.

An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016 215


Pemberdayaan Ekonomi Umat...

Agus Ahmad Safei dan Nanih Machendrawaty, 2001, Pengembangan


Masyarakat Islam: dari Ideologi, Strategi Sampai Tradisi,
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Didin Hafidhuddin, 1998, Dakwah Aktual, Jakarta: Gema Insani Press.
_______, 2003, Islam Aplikatif, Jakarta: Gema Insani Press.
Kaelany HD, 2000, Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan, Jakarta:
Bumi Aksara.
Quraish Shihab, 1994, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran
Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan.
Tariq Ramadhan, 2003, Menjadi Modern Bersama Islam, (terj. Zubair
dan Ilham B. Saenong), Bandung: Mizan.
Yusuf Qardhawi, 1995, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan, Jakarta:
Gema Insani Press.
An-Nahdhah: Jurnal Pendidikan dan Hukum, 2010, Vol. 4, No. 1.
http://www.com.

216 An-Nahdhah, Vol. 10 No. 1 Januari - Juni 2016

You might also like