You are on page 1of 48

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Manajemen Keperawatan


Manajemen adalah Suatu proses melakukan kegiatan atau usaha untuk
mencapai tujuan organisasi melalui kerjasama dengan orang lain(Harsey dan
Blanchard, 2009).
Manajemen adalah pengorganisasian seluruh sumberdaya melalui
perencanaan, pengorganisasian, pemberian bimbingan dan pengendalian agar
tercapai sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya(Henry L.Silk, 2008).
Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan
keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan
masyarakat(Gillies, 2007).
Kita ketahui disini bahwa manajemen keperawatan adalah suatu tugas
khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk
merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber –
sumber yang ada, baik sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan
pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan
masyrakat.

B. Konsep Falsafah Manajemen Keperawatan


Falsafah merupakan pandangan dasar yang menjadi pedoman untuk
melakukan suatu kebijakan dan tindakan baik dalam diri atau dalam pergaulan
dengan ornag lain. Falsafah manajemen keperawatan merupakan dasar-dasar
untuk melakukan tindakan manajerial keperawatan untuk tujuan asuhan
keperawatan.Secara umum dapat dilihat pada bagan berikut ini(Swansburg,
2006).

4
Konsep adalah pikiran, ide, dan gagasan umum atas suatu kelompok
objek yang membentuk dasar bagi tindakan atau diskusi.Prinsip adalah
kebenaran yang mendasar, hukum atau doktrin yang mendasari
gagasan.Prinsip ini memberikan pedoman pada konsep, pemikiran atau
tindakan dalam suatu situasi (Swansburg, 2006).
Perawat manajer perlu menyatukan disiplin dari hubungan manusia,
hubungan tenaga kerja, manajemen personalia, dan teknik industri dalam suatu
kesatuan kerja unuk mewujudkan suatu manajemen yang efektif. Keberhasilan
sintesis dari disiplin ini akan meningkatkan tanggung jawab pekerja,
meningkatkan produktifitas, hubungan kerja yang baik antar tenaga kerja, dan
persaingan yang sehat. Secara garis besar konsep terbagi lagi menjadi beberapa
pengertian diantaranya :
1. Konsep Kualiatas
Dalam konsep ini organisasi mementingkan kualitas yang mampu
memasuki pasar dan dengan demikian harus mementingkan kepuasan
pelanggan.

5
2. Konsep manajement
Dalam konsep manajemen bukan hanya manajer melainkan semua personil
bertugas melaksanankan manajemen menggunakan fakta dan manajemen
dengan siklus PDCA (plan do check acet).
3. Konsep Proses
Dalam Konsep Proses siapapun yang akan melakukan tindakan lanjut
rangkaian tindakan,harus dianggap pelanggan yang harus dipuaskan.
Pengendalian proses juga lebih diutamakan agar kesalahan kualitas dapat
dihindari.
4. Konsep Standarilisasi
Dalam konsep ini semua melaksanakan pekerjaan berpangkal pada standar
seperti standar prosedur kualitas dan kompetensi
5. Konsep Hormon Respect
Dalam konsep ini manusia sepenuhnya perlu dihormati untuk
membutuhkan motivasi.
6. Konsep Quality Assurunce
Dalam Konsep ini keikutsertaan pegawai dari kegiatan dalam gugus
kendali mutu (quality circle)
Filosofi keperawatan adalah pernyataan keyakinan tentang keperawatan
dan manifestasi dari nilai-nilai dalam keperawatan yang digunakan untuk
berpikir dan bertindak menurut Chitty (1997) dalam nursalam (2002).Filosofi
keperawatan dibangun di atas kepercayaan tentang manusia, lingkungan,
kesehatan, dan keperawatan sebagaimana terdapat dalam paradigma
keperawatan.
Karakteristik filososfi menurut W. Edwards Deming (2002) dalam
Nursalam, (2008) yaitu meliputi :
1. Institusi diberikan keleluasaan kewenangan dalam menentukan tujuan yang
hendak dicapai dan staf mempunyai otonomi dalam pengambilan keputusan
tentang tugas yang di emban.
2. Institusi diajarkan untuk membuat keputusan dalam meningkatkan kualitas
kerja dan produktifitas kerja.

6
3. Penekanan TQM ( Total Quality Management )adalah memonitor kualitas
dimana secara terus menerus mengumpulkan data dengan pedekatan ilmiah
ke arah peningkatan kualitas.
4. Rencana strategis untuk masa depan dapat melalui pembentukan suatu
komitmen tentang kualitas dan produktifitas.
5. TQM terus berupaya memenuhi kebutuhan masyarakat (Pasar), bai secara
kualitas dan produktifitas untuk mencapai suatu kesepakatan dengan pihak
customer (internal dan eksternal).
Filosofi pelayanan keperawatan pada tatanan klinik/rumah sakit
ditekankan pada :
1. Hak pasien untuk mendapatkan pelayanan dan menentukan kehidupanya.
2. Setiap pasien harus dihargai sama tanpa membeda-bedakan agama, suku,
warna kulit, status, dan jenis kelamin.
3. Asuhan keperawatan yang diberikan harus ditunjukan pada pemenuhan
kebutuhan individu.
4. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai bagian integral dari pelayanan
kesehatan lainnya.
5. Perlunya koordinasi dan kerja sama dalam memanfaatkan sumber daya
ayang ada dalam mencapai tujuan organisasi.
6. Perlunya evaluasi secara terus-menerus terhadap semua pelayanan
keperawatana yang diberikan.

C. Tujuan Manajemen Keperawatan


Manajemen keperawatan bertujuan untuk mencapai harapan organisasi
keperawatan yang telah ditetapkan, yaitu : ( sumber : courtesy of the university
of south alabama medical center, mobile, alabama dalam buku Swanburg,
2000).
1. Mengkaji, merencanakan, mengimplementasikan dan mengevaluasi asuhan
keperawatan dalam mempertahankan standar praktik keperawatan
profesional.

7
2. Mengembangkan dan secara terus-menerus mengevaluasi sistem dan
metoda manajemen keperawatan dengan saluran komunikasi terbuka antara
semua tingkatan dari praktisi dan disiplin ilmu lain.
3. Berupaya memperbaiki secara konstan kualitas asuhan keperawatan yang
diberikan melalui pemberian dan peningkatan program pengembangan staf,
program penelitian keperawatan terus menerus, dan mekanisme formal
untuk evaluasi tingkat peningkatan keperawatan yang diberikan, termasuk
jaminan mutu, sistem pengklasifikasian pasien dan kualitas sistem
pemantauan.
4. Bertanggung gugat untuk memberikan asuhan keperawatan yang
berkualitas dengan biaya terendah untuk klien dengan menggunakan proses
keperawatan untuk menyusun tujuan perawatan mandiri untuk mereka yang
dapat dicapai.
5. Mengevaluasi, membuat perubahan dan tambahan jika diperlukan untuk
kemajuan kualitas asuhan keperawatan.

D. Prinsip Dasar Manajemen Keperawatan


Manajemen keperawatan dapat dilaksanakan secara benar. Oleh karena
itu, perlu diperhatikan beberapa prinsip dasar berikut :
1. Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan
Perencanaan merupakan hal yang utama dalam serangkaian fungsi dan
aktivitas manajemen. Tahap perencanaan dan proses manajemen tidak
hanya terdiri dari penentuan kebutuhan keperawatan pada berbagai kondisi
klien, tetapi juga terdiri atas pembuatan tujuan, mengalokasikan anggaran,
identifikasi kebutuhan pegawai, dan penetapan struktur organisasi yang
diinginkan. Perencanaan merupakan pemikiran atau konsep – konsep
tindakan yang umumnya tertulis dan merupakan fungsi penting di dalam
mengurangi resiko dalam pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan
efek – efek dan perubahan. Selama proses perencanaan, yang dapat
dilakukan oleh pimpinan keperawatan adalah menganalisis dan mengkaji
sistem, mengatur strategi organisasi dan menentukan tujuan jangka panjang

8
dan pendek, mengkaji sumber daya organisasi, mengidentifikasi
kemampuan yang ada, dan aktivitas spesifik serta prioritasnya. Perencanaan
dalam manajemen mendorong seorang pemimpin keperawatan untuk
menganalisis aktivitas dan struktur yang dibutuhkan dalam organisasinya.
2. Manajemen keperawatan dilaksanaan melalui penggunaan waktu yang
efektif. Manajer keperawatan menghargai waktu akan mampu menyusun
perencanaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan kegiatan sesuai
dengan waktu yang telah di tetapkan. Keberhasilan seorang pemimpin
keperawatan bergantung pada penggunaan waktu yang efektif. Dalam
keperawatan, manajemen sangat dipengaruhi oleh kemampuan pimpinan
keperawatan. Dalam kontek ini, seorang pimpinan harus mampu
memanfaatkan waktu yang tersedia secara efektif. Hal demikian dibutuhkan
untuk dapat mencapai produktifitas yang tinggi dalam tatanan
organisasinya.
3. Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai
situasi dan permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan
keperawatan memerlukan pengambilan keputusan akan berpengaruh
terhadap proses atau jalannya aktivitas yang akan dilakukan. Proses
pengambilan keputusan akan sangat mempengaruhi oleh kemampuan
komunikasi dan para manajer.
4. Manajemen keperawatan harus terorganisasi. Pengorganisasian dilakukan
sesuai dengan kebutuhan organisasi mencapai tujuan. Terdapat 4 buah
struktur organisasi, yaitu unit, departemen, top atau tingkat eksekutif dan
tingkat operasional. Prinsip pengorganisasian mencakup hal – hal
pembagian tugas ( the devision of work ), koordinasi, kesatuan komando,
hubungan staf dan lini, tanggung jawab dan kewengan yang sesuai adanya
rentang pengawasan. Dalam keperawatan, pengorganisasian dapat
dilaksanakan dengan cara fungsional dan penugasan, alokasi pasien
perawatan grup/ tim keperawatan, dan pelayanan keperawatan utama
(Gillies, 1985 dalam nursalam 2002).

9
5. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.
Komunikasi merupakan bagian penting dan efektivitas menejemen.
Komunikasi yang dapat dilakukan secara efektif mampu mengurangi
kesalahpahaman, dan akan memberikan perasaan, pandangan arah dan
pengertian diantara pegawai dalam suatu tatanan organisasi.
6. Pengendalian merupakan elemen menegemen keperawatan. Pengendalian
dalam menegemen dilakukan untuk mengarahkan kegiatan menegemen
sesuai dengan dengan yang direncanakan. Selain itu , pengendalian
dilaksanakan pada kegiatan yang dilakukan tidak banyak terjadi kesalahan
yang berakibat negative terhadap klien dan pihak yang terkait dengan
manageman. Pengendalian meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana
yang telah dibuat, pemberian instruksi, menetapkan prinsip-prinsip melalui
penetapan standar, dan membandingkan penampilan dengan standar serta
memperbaiki kekurangan(Agus Kuntoro, 2010).

E. Lingkup Manajemen Keperawatan


Keperawatan merupakan disiplin praktik klinis. Manajer keperawatan
yang efektif seyogyanya memahami dan memfasilitasi pekerjaan perawat
pelaksana. Menurut Suyanto (2008) Manajer keperawatan mengelola kegiatan
keperawatan meliputi:
1. Menetapkan penggunaan proses keperawatan.
2. Mengetahui intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan doagnosa.
3. Menerima akontabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh
perawat .
4. Menerima akontabilitas hasil kegiatan keperawatan.
Menurut Suyanto, 2008 keperawatan terdiri dari:
1. Manajemen Pelayanan Keperawatan
2. Pelayanan keperawatan dirumah sakit dikelola oleh bidang perawatan yang
terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:
a) Manajemen puncak (kepala bidang keperawatan)
b) Manajemen menengah (kepala unit pelayanan / supervisor)

10
c) Manajemen bawah (kepala ruang perawatan)
3. Manajemen Asuhan Keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan yang dilakukan dengan menggunakan
proses keperawatan pada prinsipnya menggunakan konsep – konsep
manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian atau evaluasi(Suyanto, 2008).

F. Unsur-Unsur Manajemen
Manajemen berhubungan erat dengan usaha untuk mencapai tujuan
tertentu dengan jalan menggerakkan orang dan sumber-sumber lain yang
tersedia. Dalam fungsinya menggerakkan organisasi, maka manajemen
merupakan proses yang dinamis. Selanjutnya dalam pencapaian tujuan manajer
sebagai pelaksana menggunakan berbagai unsur yang tersedia dalam organisasi
itu.Unsur-unsur manajemen pada dasarnya terdiri dari 6 M, yaitu :
1. Manusia (men)
Dalam pencapaian tujuan menekankan faktor manusia sebagai faktor utama,
manusialah yang melakukan kegiatan dan aktivitas
2. Sarana / bahan (materials)
Bahan apa yang dikelola untuk mencapai tujuan, berarti bahan yang
diperlukan untuk menunjang manajerial harus cukup tersedia baik dari segi
kuantitas maupun dari segi kualitasnya
3. Mesin (machine)
Dengan alat apa tujuan dapat tercapai
4. Metode (methode)
Cara apa yang harus ditempuh untuk melaksanakan proses tersebut agar
tercapainya tujuan.
5. Pasar / masyarakat (Market)
Dalam pengertian luas menunjuk kemana hasil tersebut akan dipasarkan
atau di konsumsikan.

11
G. Proses Manajemen
Menurut Suyanto (2008) manajemen adalah sebagai suatu proses dapat
dipelajari dari fungsi-fungsi manajemen yang dilaksanakan oleh seorang
manajer. Adapun yang dimaksud fungsi manajemen adalah langkah-langkah
penting yang wajib dikerjakan oleh seorang manajer untuk mencapai tujuan.
Masing-masing pakar mengidentifikasi fungsi-fungsi manajemen yang
berbeda-beda. Keperawatan lebih sering mengadopsi fungsi manajemen
menurut George Terry, yaitu:
1. Planning (perencanaan) sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan
tujuan organisasi, sampai dengan menyusun dan menetapkan rangkaian
kegiatan untuk mencapainya. Melalui perencanaan akan dapat ditetapkan
tugas – tugas staf. Dengan tugas – tugas ini seorang pemimpin akan
mempunyai pedoman untuk melakukan supervisi dan evaluasi serta
menetapkan sumber daya yang dibutuhkan oleh staf dalam menjalankan
tugas – tugasnya.
2. Organizing (pengorganisasian), adalah rangkaian kegiatan manajemen
untuk menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh
organisasi dan memanfatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan
organisasi.
3. Actuating (directing, commanding, coordinating) atau penggerakkan
adalah proses memberikan bimbingan kepada staf agar mereka mampu
bekerja secara optimal dan melakukan tugas – tugasnya sesuai dengan
ketrampilan yang mereka miliki sesuai dengan dukungan sumber daya
yang tersedia.
4. Controling (pengawasan, monitoring) adalah proses untuk mengamati
secara terus menerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan
mengadakan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi.

12
H. Proses Manajemen Keperawatan
Menurut nursalam (2002) proses manajemen keperawatan terdiri dari :
1. Pengkajian-Pengumpulan Data
Pada tahap ini seorang manajer dituntut tidak hanya mengumpulkan
informasi tentang keadaan pasien, melainkan juga mengenai institusi
(Rumah sakit/puskesmas); tenaga keperawatan, administrasi, da bagian
keuangan yang akan mempengaruhi fungsi organisasi keperawatan secara
keseluruhan.
Gambar 2.2
Proses Manajemen Keperawatan Mendukung Proses Keperawatan
(Gillies, 2006)

2. Perencanaan
Perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu perencanaan yang
strategis dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan
disini dimaksudkan untuk menentukan kebutuhan dalam asuhan
keperawatan kepada semua pasien, menegakkan tujuan, mengalokasikan
anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang
dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang dapat mengoptimalkan
efektifitas staf serta menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional
untuk mencapai visi misiinstitusi yang telah ditetapkan
3. Pelaksanaan
Karena manajemen keperawatan memerlukan kerja melalui orang lain,
maka tahap implementasi di dalam proses manajemen terdiri dari
bagaimana memimpin orang lain utnuk menjalankan tindakan yang telah
direncanakan. Fungsi kepemimpinan dapat dibagi lagi dalam komponen
fungsi yang terdiri atas kepemimpinan, komunikasi, dan motivasi.

13
4. Evaluasi
Tahap akhir dari proses manajerial adalah mengevaluasi seluruh kegiatan
yang telah dilaksanakan. Tujuan evaluasi disini adalah untuk menilai
seberapa jauh staf mampu melaksanakan perannya sesuai dengan tujuan
organisasi yang telah ditetapkan serta mengidentifikasi factor-faktor yang
menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan.Proses manajemen
keperawatan dilakukan dengan pendekatan sistem terbuka, dimana masing
– masing komponen saling berhubungan, berinteraksi dan dipengaruhi oleh
lingkungan terdiri dari lima elemen. Elemen manajemen keperawatan,
dalam sistem terbuka, terdiri dari :
a) Input
Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi,
personel, peralatan dan fasilitas.
b) Proses
Proses adalah kelompok manajer / dari tingkat pengelola keperawatan
tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan
wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan
keperawatan.
c) Output
Dari proses manajemen keperawatan adalah asuhan keperawatan,
pengembangan staf dan riset.
d) Kontrol
Dalam proses manajemen keperawatan termasuk antara lain budget
keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat, standar prosedur, dan
akreditasi.
e) Umpan balik
Proses manajemen keperawatan berupa laporan finansial dan hasil
audit keperawatan.

14
I. Model Keterampilan Manajemen
Menurut Swanburg (2008), ketrampilan manajemen dapat
diklasifikasikan dalam tiga tingkatan yaitu:
1. Keterampilan intelektual, yang meliputi kemampuan atau penguasaan
teori, keterampilan berfikir.
2. Keterampilan teknikal meliputi: metode, prosedur atau teknik.
3. Keterampilan interpersonal, meliputi kemampuan kepemimpinan dalam
berinteraksi dengan individu atau kelompok.

J. Proses Keperawatan
Proses management asuhan keperawatan mencakup managemen tahapan
proses keperawatan. Pengkajian, merupakan langkah awal dala proses
keperawatan yang mengahasruskan perawat setepat mungkin mendata tentang
pengalaman masa lalu pasien , pengetahuan yang dimiliki, perasaan dan
harapan kesehatan di masa datang. Pengakajian ini meliputi proses
pengumpulan data, memvalidasi danmenginterprestasikna informasi tentang
pasien sebagai indibidu yang unik.
Diagnosa/diagnosis merupakan tahapan pengambilan keputusan
professional dengan menganalisa data yang telah dikumpulkan. Keputusan
yang diambil dapat dapat berupa rumusan diagnose keperawatan, yaitu respon
biopsikososial spiritual terhadap masalah kesehatan baik actual maupun
potensial.
Perencanaan keperawatan dibuat setelah perawat mampu
memformulasikan diagnosa keperawatan.Perawat memilih metoda khusus,
memilih sekumpulan tidnakan alternative untuk menolong pasien
mempertahakan kesejahteraan yang optimal.Semua kegiatan keperawatan
harus menggunakan sumber-sumber yang tersedia melalui penetapan tujuan
jangka panjang dan jangka pendek.
Implementasi keperawatan merupakan langkah berikutnya dalam proses
keperawatan. Semua kegiatan yang digunakan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien harus direncanakan untuk menunjang tujuan

15
pengobatan medis, dan memenuhi tujuan rencana keperawatan.Implementasi
rencana asuhan keperawatan berarti, perawat mengarah, menolong,
mengobservasi dan mendidik semua personil keperawatan yang terlibat dalam
asuhan keperawatan tersebut. Pemantauan yang terus menerus terhadap
personil keperawatan dan pasien termasuk evaluasi perilaku dan pendidikan,
merupakan supervise keperawatan yang utama.

K. Metode Asuhan Keperawatan


Menurut Marquis & Huston (2008) ada 4 metode pemberian asuhan
keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan:
1. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Fungsional
Model ini diterapkan pada saat perang dunia ke 2.Pada saat itu karena
masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat
hanya melakukan 1 – 2 jenis intervensi keperawatan kepada semua
pasien di bangsal.Model ini berdasarkan orientasi tugas dari filosofi
keperawatan, perawat melaksanakan tugas (tindakan) tertentu
berdasarkan jadwal kegiatan yang ada (Nursalam, 2008).
2. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat
ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap
shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang
sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan
satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk
perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti isolasi, intensive
care.Metode ini berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi
keperawatan.Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi
pada pasien tertentu (Nursalam, 2008).
3. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer
Pada metode keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan
bersifat komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan, setiap
perawat primer biasanya mempunyai 4 – 6 klien dan bertanggung jawab

16
selama 24 jam selama klien dirawat dirumah sakit. Perawat primer
bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi
dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat
rencana pulang klien jika diperlukan. Jika perawat primer sedang tidak
bertugas , kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain.
4. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim
Metode tim menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-
beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok
pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas
tenaga professional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil
yang saling membantu ( Douglas, 2008).

L. Konferensi Kasus
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari.
Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, sore atau
malam sesuai dengan jadwal dinas perawatan pelaksanaan. konference
sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan
dari luar.Konferensi terdiri dari pre conference dan post conference yaitu :
1. Pre Conference
Pre conference adalah komunikasi ka tim dan perawat pelaksana setelah
selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin
oleh ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim
tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre
conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan tambahan
rencana dari katim dan PJ tim(Modul MPKP, 2006).
2. Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang
hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut.
Isi post conference adalah hasil askep tiap perawatan dan hal penting
untuk operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau
Pj tim (Modul MPKP, 2006). Tujuan Pre dan Post Conference : Secara
umum tujuan konferensi adalah untuk menganalisa masalah-masalah

17
secara kritis dan menjabarkan alternatif penyelesaian masalah,
mendapatkan gambaran berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi
masukan untuk menyusun rencana antisipasi sehingga dapat
meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan dan
merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan perubahan non kognitif
(McKeachie, 2006). Juga membantu koordinasi dalam rencana
pemberian asuhan keperawatan sehingga tidak terjadi pengulangan
asuhan, kebingungan dan frustasi bagi pemberi asuhan (T.M.Marelli,
et.al, 2007).
3. Peer Review
Peer Review adalah proses evaluasi diantara teman sekerja dan seprofesi
dengan kemampuan yang sama praktek. Mereka secara kritis mereview
praktek sejawatnya dengan menggunakan standar kinerja yang baku. Ini
adalah self-regulation dan mendukung prinsip autonomi. Peer review
terdiri dari sejawat yang memeriksa tujuan asuhan langsung dari
sejawatnya dengan standar yang khusus, indicator kritis dari asuhan yang
ditulis oleh sejawat. Tujuan peer review adalah untuk mengukur
akontabilitas, evaluasi dan meningkatkan pemberian asuhan, identifikasi
kekuatan dan kelemahan, mengembangkan policy yang baru atau diubah.

M. Dokumen Keperawatan
Keunggulan perawat dalam menjalankan tugas sehari-hari, pada
umumnya yaitu telah melaksanakan dengan baik dan penuh tanggung
jawab.Keluhan ketidakpuasan pasien baik dirumah sakit maupun
masyarakat.Sangatlah kausalitas.Hal ini disebabkan, lulusan sekolah perawat
dengn kurikulum berbasis kompetensi, sekarang menjadi trend tingkat
nasional.Oleh sebab itu, istilah KBK untuk tingkat keperawatan sudah tidak
asing lagi.
Disamping itu, modal dan investasi perawat rata-rata dari keluarga yang
sangat memperhatikan kemanusiaan serta pemeluk agama islam yang taat
(banyak juga perawat yang mempunyai kepercayaan dan agama lain yang

18
sangat konsen terhadap layanan kemanusiaan, dan mempunyai dasar keimanan
yang kuat, seperti suster dan biarawati). Dibalik itu semua ada kelemahan yang
sifatnya umum, diantaranya kesadaran akan membuat catatan atau tulisan
dokumentasi asuhan keperawatan maksimal. Padahal, itu merupakan bagian
penting sebagai tanda bukti bahwa mereka telah melakukan aktivitas dan
sebagai informasi tertulis yang akan menjadi dasar tentang keadaan pasien
yang berkepentingan.

N. Proses Keperawatan
1. Pengertian
Proses keperawatan adalah suatu metode sistematis dan ilmiah yang
digunakan perawat untuk memenuhi kebutuhan klien dalam mencapai atau
mempertahankan keadaan bio, psiko, sosio dan spiritual yang optimal
melalui tahapan-tahapan pengkajian, identifikasi diagnose keperawatan,
pemenuhan rencana keperawatan, serta evaluasi tindakan keperawatan.
2. Tujuan dan Manfaat Proses Keperawatan
a) Tujuan menetapkan proses keperawatan
Tujuan menetapkan proses keperawatan adalah memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien, sehingga tercapai mutu
pelayanan keperawatan yang optimal. Dalam hal ini terdapat fungsi serta
sifat dan karakteristik yang perlu anda ketahui.
b) Fungsi proses keperawatan
 Membantu perawat dalam melaksanakan pemecahan masalah
keperawatan secara sistematis.
 Adanya tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap klien sehingga
keperawatan dapat meningkat.
3. Sifat dan karakteristik proses keperawatan
a. Dinamis, artinya setiap proses keperawatan dapat diperbaharui apabila
situasi dan kondisi pasien berubah.
b. Siklus, artinya proses keperawatan dapat diperbaharui apabila siklus atau
daur ulang.

19
c. Saling independent/ketergantungan, artinya setiap tahapan proses
keperawatan saling ketergantungan satu dengan yang lainnya. Contoh:
apabila data yang dikumpulkan kurang lengkap, maka diagnose akan
salah, demikian pula dalam perencanaan dan tindakan keperawatan.
d. Fleksibel/luwes, artinya tidak kaku, pendekatan/prilaku dapat berubah
sesuai dengan situasi kondisi pasien.
e. Pendekatan individual pada setiap kebutuhan-kebutuhan pribadi klien.
1) Hal ini terencana.
2) Mengarah pada tujuan.
3) Memberikan kesempatan fleksibelitas dan kreatifitas yang maksimal
kepada perawat dank lien dalam merancang cara memecahkan
masalah kesehatan.
4) Menekankan umpan balik, yang mana memberikan arah pada
pengkaji ulang terhadap masalah atau memperbaiki rencana asuhan.
5) Menekan validasi. Masalah harus validasi dengan data. Validasi
akan membuktikan bahwa sesuatu itu benar. Contohnya : untuk
memprioritaskan kepada masalah kesehatan yang mengancam
kehidupan atau keselamatan jiwa pasien adalah tindakan yang harus
di lakukan lebih dahulu. Adapun data lengkap di catat setelah
melakukan pertolongan.
f. Manfaat penggunaan proses keperawatan
Manfaat penggunaan proses keperawatan dapat dilihat dari sisi
pelayanan kesehatan, pelaksanaan keperawatan, dan bagi klien / pasien
sendiri.
1) Manfaat bagi pelayanan kesehatan
a) Sebagai pedoman yang sistematis bagi terselanggaranya
pelayanan kesehatan.
b) Sebagai alat untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan,
khususnya pelayanan keperawatan.
2) Manfaat bagi pelaksana keperawatan

20
a) Memupuk rasa percaya diri dalam memberikan asuhan
keperawatan, karena tujuan yang ingin di capai jelas.
b) Kepuasan kerja. Menulis rencana asuhan yang baik akan
member rasa percaya diri kepada perawat-perawat bahwa,
intervensi keperawatan yang di dasarkan kepada identifikasi
masalah klien di lakukan sungguh-sungguh, senhingga
mencegah keperatan yang tidak terkordinasi, coba-coba, dan
salah. Perencanaan juga dapat menimbulkan rasa bangga atau
puas jika tujuan asuhan tercapai;
c) Menimbulkan professional. Dengan mengevaluasi efektifnya
intervensi keperawatan, perawat belajar menintervensi yang
efektif dan dafat memilih mana yang dapat di terapkan untuk
memenuhi kebutuhan kepada pasien lainya. Proses ini akan
mempertinggi keterampilan dan keahlian perawat. Sebagai
tambahan, bertukar pengetahuan dan pengalaman dalam
berkolaborasi dengan teman ketika menyusun rencana asuhan
keperawatan, dapat mempertinggi pengetahuan perawat;
d) Avoindance of legal action (philpott, 2006). Apabila setiap tahap
proses keperawatan dipergunakan dalam memberikan asuhan
keperawatan, perawat memberikan legalnya kepada pasien.
Gagal dalam melakukan pengkajian keperawatan yang lengkap
atau gagal dalam mendokumentasikan data dengan tepat, dapat
merugikan konsekuensi legal;
e) Proses keperawatan yang mengandung tanggung gugat dan
tanggung jawab perawat untuk mengkaji, menganalisa,
merencanakan, melaksanakan, dan menilai asuhan klien.
3) Manfaat bagi klien/ pasien antara lain.
a) Merangsang partisivasi klien/pasien dalam perawat dirinya;
b) Pengulangan instruksi dalam pemberian suhan keperawatan
dapat di hindari.

21
O. Tahapan Proses Keperawatan
1. Tahap Pangkajian
Tahap ini merupakan awal dari proses keperawatan. Tahap pengkajan di
perlukan kecermatan dan ketelitian untuk mengenal masalah. Hal itu di
sebabkan , keberhasilan proses keperawatan sangat bergantung pada tahap
ini.
a) PengumpulanData
Pengumpulan data merupakan kegiatan menghimpun dan mencatat data
untuk menentukan kebutuhan dan masalah kesehatan /
keperawatan.Jenis data yang di kumpulkan adalah data yang tepat dan
relevan.Artinya, data tersebut mempunya pengaruh atau hubungan
dangan situasi yang sedang di tinjau. Data ini dapat di bedakan menjadi
dua jenis, yaitu : Data obyektif, Data subyektif.
b) Sumber Data
Sumber data dapat di lihat dari :
1. Pasien.
2. Keluarga/orang yang mengenal pasien.
3. Tenaga kesehatan (dokter, perawat, ahli radiologi, dan lain-lain).
4. Catatan yang di buat oleh tenaga kesehatan.
5. Hasil pemeriksaan.
2. Cara Pengumpulan Data
Secara umum , data dapat dikumpulkan dengan cara :
a) Wawancara, adalah pembicaraan terarah yang umumnya di lakukan
pada pertemuan tatap muka.
b) Observasi, artinya, mengamati prilaku dan keadaan, untuk memperoleh
data tentang tingkat kesehatan pasien. Observasi dilakukan dengan
menggunakan alat indra lainya.
c) Pemeriksaan fisik, di lakukan secara keseluruhan dari kepala sampai
ujung kaki, di antaranya : inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi dan
pemeriksaan lain. Yang di maksud dengan pemeriksaan lainadalah
dengan menggunakan instrument dan alat ukur.

22
3. Pengelompokan Data atau Analisa Data
Setelah data pasien terkumpul, selanjutnya kelompokan data ke dalam
kelompok tertentu.Setelah anda mengelompoken data, langkah selanjutnya
yanitu menentukan masalah yang terjadi pada pasien. Perhatikan
pengelompokan data berikut:
a) Data fisiologis/biologis, diantaranya :
1) Masalah kesehatan dan penyakit yang lalu.
2) Masalah kesehatan ynag sedang di alami.
3) Masalah fungsi kehidupan sehari-hari.
4) Masalah resiko tinggi.
5) Pengaruh perkembangan terhadap kehidupan.
b) Data Psikologis, diantaranya :
1) Perilaku.
2) Pola-pola emosional.
3) Konsep diri.
4) Gambaran diri.
5) Penampilan intelektual.
6) Pola pemecahan masalah.
7) Tingkat pendidikan.
8) Daya ingat.
c) Data Sosial,diantaranya :
1) Status ekonomi.
2) Kegiatan rekreasi.
3) Bahasa komunikasi.
4) Pengaruh budaya.
5) Sumber masyarakat.
6) Faktor resiko lingkungan.
7) Hubungan sosial.
8) Hubungan dengan keluarga.
9) Pekerjaan.
d) Data Spiritual, diantaranya :

23
1) Nilai-nilai/nama.
2) Kepercayaan.
3) Keyakinan.
4) Moral.
Setelah pengelompokan data, sebenarnya ada analisa data, yaitu
mengaitkan dan menghubungkan data yang diperoleh dengan konsep, teori,
dan perinsip yang relevan, untuk mengetahui masalah-masalah kesehatan.
4. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut The North American NursingDiagnosis
Association (NANDA) adalah “ suatu penilaian klinis tentang respon
individu,keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses
kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan
dasar untuk pemilihan intervensikeperawatan untuk mencapai tujuan
diamana perawat bertanggung gugat “ (Wong,D.L,2008)
a) Aktual
Yaitu diagnose keperawatan yang menjelaskan masalah nyata yang
sudah ada saat pengkajian yang di lakukan.
b) Potensial
Yaitu diagnosa keperawatan yang menjelaskan bahwa masalah nyata
akan terjadi bila tindakan keperawatan tidak di lakukan.Rumusan
diagnose keperawatan sebagai berikut :
Rumusan PES :
Diagnosa keperawatan = masalah pasien + penyebab + gejala/tanada

Rumusan PE :
Diagnose keperawtan = masalah pasien + Penyebab
c) Sifat Diagnosa Keperawatan
Sifat yang hakiki dalam merumuskan diagnose keperawatan, yaitu:
1) Berorientasi kepada kebutuhan dasar manusia (hieraki waslow).
2) Menggambarkan tahapan (respon) individu terhadap proses sakit,
kondisi, dan situasi.

24
3) Berubah bila tanggapan (respon) pasien berubah.
Selanjutnya, untuk menghindari kekeliruan, berikut ini di jelaskan
perbedaan antara diagnose medis dan diagnose keperawatan, yaitu:
a) DiagnosaMedis
1) Berfokus pada factor-faktor yang bersifat pengobatan dan
penyembuhan.
2) Berorientasi kepada keadaan patologi.
3) Cenderung tetap, mulai dari sakit sampai sembuh.
4) Mengarah pada tindakan medis yang sebagiandapat di lakisanakan
oleh perawat.
5) Diagnosa medis melengkapi diagnose keperawatan.
b) DiagnosaKeperawatan
1) Berfokus pada respon pasien terhadap penyakit tindakan medis dan
faktor lain.
2) Berorientasi kepada kebutuhan individu.
3) Berubah, sesuai dengan perubahan respon pasien.
4) Mengarah pada fungsi mandiri perawat dalm melaksanakan
tindakan keperawatan dan evaluasi.
5) Diagnose keperawatan melengkapi diagnose medis.
5. Tahap Perancanaan Keperawatan
Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau intervensi
untuk mencapai tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan.Intervensi
keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari
pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.Berdasarkan
diagnosa yang ada (Wong,D.L,2006 ).Langkah-langkah penyusunan
perencanann keperawatan terdiri atas :
a) Menentukan Urutan Prioritas Masalah
Tahap ini memilih masalah yang memerlukan perhatian/prioritas, di
antara masalah-masalah yang telah di tentukan.Prioritas tertinggi di
berikan kepada masalah yang mengutamakan kehidupan atau
keselamatan pasien.Artinya, masalah nyata di berikan perhatian/

25
prioritas terlebih dahulu dari pada masalah potensial. Selanjutnya, dalm
menentukan prioritas masalah, perlua da pertimbangan :
1) Prioritas tertinggi diberikan kepada masalah kesehatan yang
mengancam kehidupan atau keselamatan pasien.
2) Maslah yang sedang dialami, diberi perhatian terlebih dahulu
daripada masalah yang mungkin atau keselamatan (potensial).
3) Pola kebutuhan dasar manusia menurut hirarki A.B. Maslow.
b) Merumuskan Tujuan Keperawatan Yang Akan Di Capai
Tujuan keperawatan ialah hasil yang ingin dicapai dari asihan
keperawatan untuk menanggulangi dan mengatasi maslah yang telah
dirumuskan dalm keperawatan.Pernyataan tujuan keperawatan harus
jelas disebutkan, sehingga perawat yang menangani pasien setelah
membaca tujuan tersebut sanggup menentukan apakah tujuan telah di
capai atau belum.Secara garis besar, tujaun keperawatan tebagi menjadi
dua kategori, yaitu : tujan jangka pendek dan tujuan jangka panjang.
1) Tujuan jangka pendekadalah hasil yang di capai dalam waktu
cepat, dalam kurun waktu jam atau hari.
2) Tujuan jangka panjang adalah hasil yang dalam pencapaianya
memerlukan waktu yang lebih lama.
3) Tujuan yang ditetepkan harus dapat di ukur secar spesifik dan
realistik, sesuan dengan permasalahan klien dan dapat
mengarhkan intervensi keperawatan.
c) Menentukan Rencana Tindakan Keperawatan
Menentukan rencana tindakan keperawatan adalah langkah penentu
rencana tindakan keperawatan yang akan dikerjakan oleh perawat,
dalam rangka menolong pasien, untuk mencapai suatu tujuna
keperawatan.Rencana tindakan dibuat secara narasi, yang berupa
kalimat instruksi, ringkas, tegas, dan mudah dimengerti, yang
mengandung tujuan dan rencana tindakannya.
d) Tindakan Keperawatan (Implementasi)
1) Pengertian

26
Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang
telah di tentukan, dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi
secara optimal. Tindakan keperawtan tersebut dapat dilaksanakan
sebagian oleh pasien itu sendiri, oleh perawat secara mandiri, atau
mungkin dilakukan secara bekerjasama dengan anggota tim
kesehatan. Misalnya, ahli gizi adan fisioterafi.Implementasi
keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang
telahdibuat untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan
implementasi keperawatan, penguasaan keterampilan dan
pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan
yang diberikan baik mutunya.Dengan demikian tujuan dari rencana
yang telah ditentukan dapat tercapai (Wong.D.L.2006).
2) Langkah-langkah tindakan keperawatan
Tahap keperawatan terdiri atas langkah persiapan dan pelaksanaan/
pemberi asuhan keperawatan.
1. Langkah persiapan
Pada langkah persiapan tenaga perawatan hendaknya :
a) Memahami rencana keperawatan yang telah
ditentukan.
b) Menyaipkan tenaga dan alat yang diperluakan.
c) Menyiapkan lingkungan terapetik, sesuai dengan
jenis tindakan yang akan di lakukan.
2. Langkah pelaksanaan
Pada langkah pelaksanaan, tenaga perawat harus
mengutamakan keselamatan, keamanan, dan kenyamanan
pasien. Oleh sebab itu, harus memperhatikan beberapahal,
seperti :
a) Sikap yang meyakinkan.
b) Peka terhadap respon pasien dan efek samping dari
tindakan keperawatan yang di lakukan.
c) Sistematika kerja dilakukan dengan tepat.

27
d) Pertimbangan hokum dan etika.
e) Bertanggungjawab dan tanggung gugat.
f) Mencatat semua tindakan keperawatan yang telah
dilakukan.
Pada waktu perawat memberikan asuhan keperawatan,
proses pengumpulan dan analisa data berjalan terus
menerus, guna perubahan/pelaksanaan keperawatan, antara
lain pasilitas/alat yang ada, pengorganisasian perawat, serta
lingkungan fisik dimana asuha keperawatan di lakukan.
e) Tahap Evaluasi
1) Pengertian
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian
ulang asuhan keperawatan.Evaluasi = penilaian pencapaian tujuan +
pengkajian ulang rencana keperawatan. Evaluasi adalah suatu
penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien. Menurut Wong. D.L, (2006).
2) Tujuan Evaluasi
Evaluasi mempunya beberapa tujuan, antara lain :
a) Menentukan kemampuan pasien dalam mencapai tujuan yang
telah ditentukan.
b) Menilai aktivitas rencana keperawatan/strategi asuhan
keperawatan.
3) Hal-Hal Yang Dievaluasi
Hal-hal yang di evaluasi, sebagai berikut.
a) Apakah asuhan keperawatan tersebut efektif.
b) Apakah tujuan keparawatan dapat tercapai pada tingkat
tertentu.
c) Apakah perubahan pasien seperti yang di harapkan.
d) Strategi keperawatan manakah yang efektif.
4) Langkah-Langkah
Langkah-langkah yang di lakuan, sebagai berikut :

28
a) Mengumpulkan data perkembangan pasien.
b) Menafsirkan (menginterpretasikan) perkembangan pasien.
c) Membandingkan dengan keadaan sebelum dan sesudah di
lakukan tindakan dengan menggunakan criteria
pencapaiantujuna yang telah di tetapkan.
d) Mengukur dan membandingkan perklembangan pasien
dengan standar normal yang berlaku.
5) Penafsiran Hasil Evaluasi
Ada tiga alternatif formula dalm menafsirkan hasil evaluasi, yaitu :
a) Tujan tercapai.
b) Tujuan sebagian tercapai.
c) Tujuan sama sekali tidak tercapai.
Penilaian tentang perkembangan/kemajuan pasien yang
mengetahui observasi, interasi, pemerikasaan oleh tenaga
keperawatan, pasien, keluarga, dan anggota kesehatan lain.
Apabila kemajuan tidak tercapai sesuai dengan tujuna, tenaga
keperawatan mengkaji ulang dan memperbaiki renacan
keperawatan.Evaluasi kemajuan pasien dapat juga menunjukan
masalah sarana yang perlu di kaji dan direncanakan kelmbali.
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan,
namuan tidak berhenti sampai disini. Evaluasi hanya menunjukan
masalah yang telah di pecahkandan masalah mana yang perlu dikaji,
dirncanakan kembali, dilaksanakan, dan dievaluasi kembali.Jadi,
proses keperawatan merupakn siklus yang dinamis berkelanjutan.
f) Dokumentasi Keperawatan
1) Pengertian
Catatan keperawatan merupakan dokumen yang penting bagi asuhan
keperawatan dirumah sakit, jadi perlu diingat perawat bahwa
dokumen asuhan keperawatan merupakan:
a. Bukti dari pelaksanakan keperawatan yang menggunakan
metode pendekatan proses keperawatan.

29
b. Catatan tentang tanggapan/respon pasien terhadap tindakan
medis, tindakan keperawatan, ayau reaksi pasien terhadap
penyakit.
2) Tujuan Pencatatan
Tujuan pencatatan dalam dokumentasi keperawatan, yaitu untuk:
a. Dokumentasi: alat komunikasi antar tim agar kesinambungan
pelayanan kesehatan yang diberikan dapat tercapai, tidak
terjadi tumpang tindih dalam memberikan pelayanan dan
pemulangan.
b. Pendidikan: informasin tentang gejala-gejala, diagnose,
tindakan keperawatan, respon klien dan hasil evaluasi tindakan
keperawatan, merupakan media belajar bagi anggota tim
keperawatan, siswa/ masiswa keperawatan, dan tim kesehatan
lainnya.
c. Pengalokasian dana berharga untuk dapat merencanakan
tindakan yang tepat sesuai dengan dana yang tersedia.
d. Evaluasi: merupakan dasar untuk melakukan evaluasi terhadap
hasil implementasi asuhan keperawatan klien serta menjamin
kelanjutan asuhan keperawatan bagi klien dan juga untuk
menilai prensentasi kerja staf keperawatan.
e. Jaminan mutu: memberikan jaminan kepada masyarakat akan
mutu layanan keperawatan yang diberikan.
f. Dokumen yang syah: merupakan buktinyata yang dapat
dipergunakan bila didapat penyimpangan dan apabila
diperlukan dipengadilan.
g. Penelitian: catatan klien merupakan sumber data yang
berharga yang dapat digunakan untuk penelitian.
Catatan pasien dipergunakan untuk memantau mutu pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada pasien dan kopetensi (kemampuan
dan keterampilan) tenaga perawat yang memberikan pelayanan
tersebut. Demikian tujuan dari pencatatan keperawatan. Oleh sebab

30
itu, kesimpulan yang dapat diambil dari dokumentasi asuhan
keperawatan, yaitu:
1. Alat bagi tenaga keperawatan untuk berkomunikasi.
2. Dokumentasi legal yang dapat bermanfaat dalam suatu
pengadilan.
3. Sumber informasi untuk penelitian.
4. Informasi statistic yang dapat membantu siuasi institusi.
5. Salat satu alat dalam proses pendidikan.
6. Memantau mutu pelayanan kesehatan.
3) Sistem Pencatatan dan Pelaporan
Pelaporan adalah pencatatan yang berorientasi pada masalah (
problem orientet record/POR). Pada system ini , kerja sama tim
kesehatan di utamakan untuk meunjang sistim pendekatan proses
keperawatan. jadi, setiap anggota tim melakukan tugas yang
mengatur pada masalah dan kebutuhan pasien secara terarah dan
terkoodinir. Komponen POR meliputi :data dasar, masalah, rencana
tindakan, dan pencatatan perkembangan pasien. Untuk mengetahui
isi komponen tersebut berikut ini penjelasan singkatnya.
a. Data Dasar
Berisikan informasi tentang klien yang di peroleh daari
pengkajian langsung atau tidak langsung kepada klien.
b. Masalah
Masalah yang didapat dari hasil data dasar tersebut lalu di
analisa dan di rumuskan masalah/diagnose keperawatan
pasien, yang mencakup kebutuhan biologis, psikologis, dan
spiritual. Ditulis sesuai dengan prioritas atau berdasarkan
dasar prioritas maslah, mungkin di atasi dengantindakan
keperawatan, sumber daya untuk mengatasinya.
c. Rencana Tindakan

31
Rencan tindakan ditulis sesuai dengan masalah yang
ditemukan dalam membatas kewenangan perawat yang
melakukan tindakan tersebut
d. Catatan Perkembangan Pasien
Pencatatan perkembangan pasien berisikan semua informasi
tentang respon atau prilaku pasien sebelum, selama, dan
setelah di lakukan tindakan.Format yang sering di gunakan
pada metode komponen ini adalah SOAP atau SOAPIER.
SOAP atau SOAPIER adalh singkatan dari :
S = subyektif, yaitu kelukhan-keluhan pasien ( apa
yang dikatan pasien).
O = objektif, yaitu apa yang dilihat, dicium, diraba,
yang diukur oleh perawat.
A = assessment, yaitu kesimpulan perawat tentang
kondisi pasien.
P= plan of care, yaitu rencan tindakan keperawatan
untuk mengatasi diagnosa atau masalah pasien.
I= intervensi, yaitu tindakn yang dilakukan perawat
untuk memenuhi kebutuhan klien.
E = evaluasi, yaitu repons pasien terhadap tindakan
keperawatan.
R = revisi, yaitu mengubah rencana tindakan
keperawatan yang diperlukan.
4) Pedoman Pencatatan
Yang harus diingat dalam pedoman pencatatan, sebagai berikut:
1. Sistematis, jelas, ringkas dan mengacu pada respon pasien.
2. Ditulis dengan tinta, bila terdapat kesalahan dicatat dan
dibubuhkan tanda tangan.
3. Ditulis segera setelah melakukan asuhan keperawatan dan
ditulis nama jelas disertai tanda tangan.

32
4. Ditulis secara rinci, apa, bagaimana, kapan, dimana, dan siapa
yang melakukan asuhan keperawatan.
5. Menghindari data-data yang sulit diukur. Contoh: baik, mual
dan tenang.
5) Pedoman Pencatatan
Pedoman pelaporan merupakan cara berkomunikasi yang dapat
dilakukan tertulis dan tidak tertulis. Pedoman pelaporan tertulis
sama dengan pedoman pencatatan, sedangkan untuk pedoman
pelaporan tidak tertulis, yaitu:
1. Dimulai dengan nama pasien.
2. Informasi yang disampaikan harus sistematis, singkat dan jelas.
3. Menggunakan istilah dua bahasa yang dapat dimengerti lawan
bicara.
4. Tepat waktu.

5. Evaluasi
a) Pengertian
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang
rencana keperawatan.
b) Tujuan evaluasi (Suarli, S dan Yayan bahtiar, 2007)
Evaluasi mempunyai beberapa tujuan, antara lain :
1) Menentukan kemampuan pasien dalam mencapai tujuan yang telah di
tentukan.
2) Menilai aktivitas rencana keperawatan/strategi asuhan keperawatan
c) Hal-hal yang di evaluasi
Hal-hal yang dievaluasi, sebagai berikut;
1) Apakah asuhan keperawatan tersebut efektif.
2) Apakah tujuan keperawatan dapat di capai pada tingkat tertentu.
3) Apakah perubahan pasien seperti yang diharapkan.
4) Strategi keperawatan manakah yang efektif.
d) Langkah-Langkah

33
Langkah-langkah yang dapat dilakukan, sebagai berikut :
1) Mengumpulkan data perkembangan pasien.
2) Menafsirkan (menginterpretasikan) perkembangan pasien.
3) Membandingkan dengan keadaan sebelum dan sesudah dilakukan
tindakan, dengan menggunakan kriteria pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
4) Mengukur dan membandingkan perkembangan pasien dengan standar
normal yang berlaku.
6. Langkah Kerja
a) Pengertian
Lingkungan kerja yang positif adalah pengaturan praktek yang dapat
memaksimalkan kesehatan dan kesejahteraan perawat, meningkatkan
kualitas hasil pasien dan kinerja organisasi (RNAO 2006, dalam
Baumann, 2007) lingkungan kerja positif menunjukan bahwa karyawan
tetap mengarah pada kerja TIM yang lebih baik, peningkatan kontinuitas
perawatan dan perbaikan hasil pasien. Para pimpinan telah mulai
menyadari bahwa perubahan lingkungan kerja positif mengakibatkan
karyawan tetap tinggal dan memiliki komitmen yang tinggi dalam
organisasi.
b) Karakteristik Lingkungan Kerja
Karakteristik lingkungan kerja menurut international council of nursing
(ICN) yang dijabarkan oleh Baumann (2007) adalah sebagai berikut:
1) Kerangka kebijakan inovatif yang difokuskan pada perekrutan dan
retensi
2) Strategi untuk melanjutkan dan pelatihan
3) Kompensasi karyawan yang memadai
4) Program pengakuan
5) Peralatan dan persediaan yang cukup
6) Lingkungan kerja yang aman
c) Peran, Fungsi Dan Tugas Tenaga Keperawatan.
1) Peran Sebagai Kepala Ruangan

34
a. Fungsi:
1. Menentukan standar pelaksanaan kerja.
2. Memberi pengarahan kepada ketua dan anggota tim.
3. Supervisi dan evaluasi tugas staf.
b. Uraian Tugas:
a) Perencanaan:
1. Menunjuk ketua tim yang bertugas di kamar masing-masing.
2. Mengikuti serah terima pasien dari shift sebelumnya.
3. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien.
4. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkanberdasarkan
aktifitas dan kebutuhan pasien.
5. Merencanakan metode penugasan dan penjadwalan staf.
6. Merencanakan strategi pelaksanaan asuhan keperawatan.
7. Merencanakan kebutuhan logistik dan fasilitas ruangan kelolaan.
8. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
b) Pengorganisasian dan ketenagaan:
1. Merumuskan metode penugasan keperawatan.
2. Merumuskan tujuan dari metode penugasan keperawatan.
3. Merumuskan rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas.
4. Membuat rentang kendali diruang rawat.
5. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, misal: membuat
roster dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari sesuai dengan
jumlah dan kondisi pasien.
6. Mengatur dan mengendalikan pelaksanaan asuhan keparawatan
dalam bentuk diskusi, bimbingan dan penyampaian informasi.
7. Mengatur dan mengendalikan logistik dan fasilitas ruangan
8. Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktek.
9. Mendelegasikan tugas kepada ketua tim.
10. Melakukan koordinasi dengan tim kesehatan lain.
11. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
c) Pengarahan:

35
1. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
2. Memberikan pengarahan kepada ketua tim tentang pelaksanaan
asuhan keperawatan dan fungsi-fungsi manajemen.
3. Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan asuhan keperawatan pasien.
4. Memberikan motivasi dalam meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
5. Melalui supervisi:
a. Supervisi langsung terhadap pelaksanaan asuhan
keperawatan melalui pengamatan sendiri atau laporan
langsung secara lisan dari ketua tim.
b. Supervisi tidak langsung dengan cara mengecek, membaca
dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang
dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan.
c. Memperbaiki, mengatasi kelemahan atau kendala yang
terjadi pada saat itu juga.
d. Membimbing bawahan yang kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya.
e. Memberi pujian kepada bawahan yang melaksanakan tugas
dengan baik.
f. Memberi teguran kepada bawahan yang membuat kesalahan.
g. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
h. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
d) Pengawasan:
1. Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi
langsung dengan ketua tim maupun anggota tim/ pelaksana
mengenai asuhan keperawatan yang diberikan secara
langsung kepada pasien.
2. Melalui evaluasi: mengevaluasi upaya/ kerja ketua tim dan
anggota tim/ pelaksana dan membandingkan dengan peran

36
masing-masing serta dengan rencana keperawatan yang telah
disusun.
3. Memberi umpan balik kepada ketua tim.
4. Mengatasi masalah dan menetapkan upaya tindak lanjut.
5. Pengendalian logistik dan fasilitas ruangan.
6. Memperhatikan aspek etik dan legal dalam pelayanan
keperawatan.
7. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
e) Gaya kepemimpinan yang bisa diterapkan: demokratik,
otokratik, pseudo demokartik, situasional, dll.Peran manajerial:
informasional, interpersonal, decisional.
2) Peran Sebagai Ketua Tim
a) Fungsi:
1) Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang
didelegasikan oleh kepala ruangan.
2) Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi kinerja anggota
tim/pelaksana.
3) Mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai kebutuhan pasien.
4) Mengembangkan kemampuan anggota tim/pelaksana.
5) Menyelenggarakan konferensi.
b) Uraian Tugas:
1. Perencanaan:
a. Mengikuti serah terima pasien dari shift sebelumnya bersama kepala
ruangan.
b. Bersama kepala ruangan melakukan pembagian tugas untuk anggota
tim/pelaksana.
c. Menyusun rencana asuhan keperawatan.
d. Menyiapkan keperluan untuk pelaksanaan asuhan keperawatan.
e. Memberi pertolongan segera pada pasien dengan masalah
kedaruratan.
f. Melakukan ronde keperawatan bersama kepala ruangan.

37
g. Mengorientasikan pasien baru.\
h. Melakukan pelaporan dan pendokumentasianPengorganisasian dan
ketenagaan:
1. Merumuskan tujuan dari metode penugasan keperawatan
tim.
2. Bersama kepala ruangan membuat rincian tugas untuk
anggota tim/pelaksana sesuai dengan perencanaan terhadap pasien
yang menjadi tanggung jawabnya dalam pemberian asuhan
keperawatan.
3. Melakukan pembagian kerja anggota tim/ pelaksana sesuai
dengan tingkat ketergantungan pasien.
4. Melakukan koordinasi pekerjaan dengan tim kesehatan lain.
5. Mengatur waktu istirahat untuk anggota tim/ pelaksana.
6. Mendelegasikan tugas pelaksanaan proses keperawatan
kepada anggota tim/pelaksana.
7. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
Pengarahan:
1. Memberi pengarahan tentang tugas setiap anggota tim/
pelaksana.
2. Memberikan informasi kepada anggota tim/ pelaksana yang
berhubungan dengan asuhan keperawatan.
3. Melakukan bimbingan kepada anggota tim/ pelaksana yang
berhubungan dengan asuhan keperawatan.
4. Memberi pujian kepada anggota tim/ pelaksana yang
melaksanakan tugasnya dengan baik, tepat waktu, berdasarkan
prinsip, rasional dan kebutuhan pasien.
5. Memberi teguran kepada anggota tim/pelaksana yang
melalaikan tugas atau membuat kesalahan
6. Memberi motivasi kepada anggota tim/pelaksana.
7. Melibatkan anggota tim/ pelaksana dari awal sampai dengan
akhir kegiatan.

38
8. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
 Pengawasan:
1. Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan anggota tim/ pelaksana asuhan keperawatan kepada
pasien.
2. Melalui supervisi: melihat/ mengawasi pelaksanaan asuhan
keperawatan dan catatan keperawatan yang dibuat oleh anggota
tim/ pelaksana serta menerima/ mendengar laporan secara lisan
dari anggota tim/pelaksana tentang tugas yang dilakukan.
3. Memperbaiki, mengatasi kelemahan atau kendala yang terjadi
pada saat itu juga.
4. Melalui evaluasio
5. Mengevaluasi kinerja dan laporan anggota tim/ pelaksana dan
membandingkan dengan peran masing-masing serta dengan
rencana keperawatan yang telah disusun.
6. Penampilan kerja anggota tim/ pelaksana dalam melaksanakan
tugas.
7. Upaya peningkatan kemampuan, keterampilan dan sikap.
8. Memberi umpan balik kepada anggota tim/ pelaksana.
9. Mengatasi masalah dan menetapkan upaya tindak lanjut.
10. Memperhatikan aspek etik dan legal dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan.
11. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
a. Gaya kepemimpinan yang bisa diterapkan: demokratik,
otokratik, pseudo demokartik, situasional, dll.
b. Peran manajerial: informasional, interpersonal, decisional.
c. Peran sebagai anggota tim/ pelaksana:
1. Perencanaan:
a. Bersama kepala ruang dan ketua tim mengadakan serah terima
tugas.
b. Menerima pembagian tugas dari ketua tim.

39
c. Bersama ketua tim menyiapkan keperluan untuk pelaksanaan
asuhan keperawatan.
d. Mengikuti ronde keperawatan bersama kepala ruangan.
e. Menerima pasien baru.
f. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
2. Pengorganisasian dan ketenagaan:
a. Menerima penjelasan tujuan dari metode penugasan
keperawatan tim.
b. Menerima rincian tugas dari ketua tim sesuai dengan
perencanaan terhadap pasien yang menjadi tanggung jawabnya
dalam pemberian asuhan keperawatan.
c. Melaksanakan tugas yang diberikan oleh ketua tim.
d. Melaksanakan koordinasi pekerjaan dengan tim kesehatan lain.
e. Menyesuaikan waktu istirahat dengan anggota tim/ pelaksana
lainnya.
f. Melaksanakan asuhan keperawatan.
g. Menunjang pelaporan dan pendokumentasian tindakan
keperawatan yang dilakukan.
3. Pengarahan:
a. Menerima pengarahan dan bimbingan dari ketua tim tentang
tugas setiap anggota tim/ pelaksana.
b. Menerima informasi dari ketua tim berhubungan dengan asuhan
keperawatan.
c. Menerima pujian dari ketua tim.
d. Dapat menerima teguran dari ketua tim apabila melalaikan tugas
atau membuat kesalahan.
e. Mempunyai motivasi terhadap upaya perbaikan.
f. Terlibat aktif dari awal sampai dengan akhir kegiatan.
g. Menunjang pelaporan dan pendokumentasian.
4. Pengawasan:

40
a. Menyiapkan dan menunjukkan bahan yang diperlukan untuk
proses evaluasi serta terlibat aktif dalam mengevaluasi kondisi
pasien.
b. Menunjang pelaporan dan pendokumentasian.

P. Metode Perhitungan Tenaga Keperawatan Di Rumah Sakit


Tenaga perawat merupakan tulang punggung bagi rumah Sakit. Oleh sebab
itu perlu disusun metode perencanaan tenaga perawat yang cocok terhadap
kebutuhan rumah sakit dan kebutuhan pelanggan.
Cara Rasio
Metode ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai denominator
personal yang diperlukan.Metoda ini paling sering digunakan karena
sederhana dan mudah. Permenkes 262 / Menkes / per / VII / 1979.
menyebutkan bahwa kebutuhan tenaga perawat di rumah sakit adalah
perbandingan jumlah tempat tidur dibandingkan dengan jumlah perawat
sebagai berikut :
Tipe RS TM/T TPP/T TPNP/T TNM/T
T T T T
A& B 1/(4-7) (3-4)/2 1/3 1/1
C 1/9 1/1 1/5 3/4
D 1/15 ½ 1/6 2/3
Khusus Disesuaikan

Keterangan :
TM : Tenaga Medis
TT : Tempat Tidur
TPP : Tenaga Para Medis Perawatan
TPNP : Tenaga para medis non perawatan
TNP : Tenaga non medis
Secara umum penetapan jumlah tenaga keperawatan dijabarkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan Derajat Ketergantungan Klien Dengan Menggunakan
Menurut Douglas klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi menjadi 3
katagori. yaitu : 1) Minimal care memerlukan waktu 12 jam / 24

41
jam.2)Partial care memerlukan waktu 34 jam/24 jam. 3) Total
care memerlukan waktu lebih dari 5 jam. Sebagai contoh, suatu ruang rawat
dengan 22 klien (3 klien dengan klasifikasi minimal, 14 klien dengan
klasifikasi parsial dan 5 klien dengan perawatan total) maka jumlah perawat
yang dibutuhkan untuk jaga pagi ialah:
Jumla KLASIFIKASI PASIEN
h Minimal Parsial Total
Klien Pag Sian Mala Pag Sian Mala Pagi Sian Mala
Q. i g m i g m g m Ke
1 0,1 0,14 0,07 0,2 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20 but
7 7
2 0,3 0,28 0,14 0,5 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40 uha
4 4 n
3 0,5 0,42 0,21 0,8 0,45 0,30 0,10 0,90 0,60
1 1 8
Dst

Tenaga Keperawatan (Direktorat Pelayanan KeperawatanDepkes 2008)


Untuk menentukan kebutuhan tenaga keperawatan di ruangan dapat
diperhitungkan dan di pertimbangkan berdasarkan. Menetapkan jumlah tenaga
perawat sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien.Menurut Johnson
( 1984 ) yang dikutip oleh Gillies,1989 bahwa klasifikasi pasien dibagi
menjadi lima :
a. Tingkat ketergantungan I ( self care ), dengan kondisi pasien sbb :Makan
sendiri atau dengan bantuan minimal, kebersihan diri hampir seluruhnya
dilakukan sendiri, eliminasi dilakukan di kamar mandi tanpa bantuan ,
tidak mengalami inkontinentia.
b. Tingkat ketergantungan II ( minimal care ), dengan kondisi pasien sbb :
Makan perlu bantuan dalam menyiapkan, mengatur posisi dapat makan
sendiri, kebersihan diri dapat dapat melakukan sendiri atau dengan
bantuan minimal, eliminasi perlu bantuan, dapat mobilisasi sendiri atau
engan bantuan minimal, tidak mengalami inkontinentia.
c. Tingkat ketergantungan III ( moderate care ), dengan kondisi pasien sbb :

42
Pasien tidak dapat mengunyah dan menelan, tidak mampu melaksanakan
kebersihan diri sendiri, eliminasi perlu bantuan bedpan, kurang mampu
mobilisasi sendiri. Inkontinentia .2 kali setiap shift perlu bantuan untuk
kenyamanan.
d. Tingkat ketergantungan IV ( extensif care ), dengan kondisi pasien sbb :
Pasien tidak dapat makan sendiri, kesulitan untuk mengunyah dan
menelan, kemungkinan dipasang slang. Kebersihan diri perlu bantuan
secara total, eliminasi mengalami inkontinentia 2 kali tiap shift, tidak
mampu mengatur posisi sendiri perlu bantuan 2 orang untuk mengatur
posisi.
e. Tingkat ketergantungan V ( intensif care ), dengan kondisi pasien sbb :
Diperlukan satu orang perawat untuk satu pasien dalam melakukan
observasi atau monitoring secara terus meneruis tiap shift.Menurut Ann
Mariner ( 1992 ), sesuai klasifikasi pasien tersebut diatas, rata rata
kebutuhan perawatan untuk self care adalah 1-2 jam /hari, minimal care 3-
4 jam/hari, moderate care 5-6 jam/hari, extensif care 7-8 jam/hari, dan
intensif care 10-14 jam/hari.Ditinjau dari keperawatan langsung dan
keperawatan tidak langsung. (perhitungan gillies).
Perkiraan jumlah tenaga dapat dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan pasien.
a. Waktu untuk keperawatan langsung. Rata-rata waktu yang dibutuhkan
untukkeperawatan langsung pada pasien yang didasarkan pada tingkat
ketergantungan pasien adalah 4-5 jam per pasien. ( Gillies 1989 ).
b. Waktu untuk keperawatan tidak langsung, Selain dibutuhkan waktu
keperawatan langsung juga dibutuhkan waktu keperawatan tidak
langsung. Keperawatan tidak langsung mencakup kegiatan perencanaan,
menyediakan persiapan peralatan, berbicara debngan anggota tim kesehatan
lain, menulis dan membaca dokumentasi pasien, melaporkan pada atasan
maupun pada tim kesehatan lain. Pada umumnya kebutuhan perawatan
tidak langsung relatip sama meski tingkat ketergaantungan dan penyakitnya
berbeda. Dari hasil penelitian di R.S. Detroit ( Gillies,1989 ) rata-rata waktu

43
keperawatan tidak langsung adalah 38 menit / pasien per hari, sedang
menurut Wolf ( 1965 ) adalah 60 menit/pasien per hari.
c. Waktu untuk penyuluhan kesehatan.Waktu untuk memberikan pendidikan
kesehatan merupakan aspek yang juga perlu diperhitungkan dalam
menentukan kebutuhan tenaga. Penyuluhan bersifat individu sesuai
diagnose, pengobatab dan keadaan pasien masing-masing.Waktu untuk
pendidikan kesehatan adalah 15 menit/pasien/hari termasuk dukungan
emosional ( Gillies, 1 989 ). Maka untuk menghitung waktu yang
dibutuhkan untuk perawatan pasien adalah = waktu perawatan langsung +
waktu perawatan tidak langsung + waktu untuk penyuluhan kesehatan.
Kebutuhan tenaga dihitung berdasarkan beban kerja perawat.Hal hal yang perlu
dipertimbangkan untuk menentukan beban kerja perawat :
a. Jumlah pasien yang di rawat per hari, bulan, tahun.
b. Tingkat ketergantungan pasien.
c. Rata-rata hari perawatan pasien.
d. Pengukuran perawatan Iangsung, tidak langsung. dan penyuluhan
kesehatan.
e. Frekuensi tindakan keperawatan yang dibituhkan pasien.
f. Rata-rata waktu untuk setiap tindakan.
Berdasarkan pembagian ruangan di rumah sakit
1. Rawat Inap
a. Berdasarkan Klasifikasi Klien
Cara perhitungan berdasarkan :
1) Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus.
2) Rata-rata pasien perhari.
3) Jam perawatan yg diperlukan/hari/pasien.
4) Jam perawatan yg diperlukan/ruangan/hari.
5) Jam kerja efektif setiap perawatàn-> 7 jam/hari.

44
Contoh : Cara perhitungan dalam satu ruangan :
N Rata-Rata Rata-Rata Jam Jml Jam
Jenis/Kategori
o Pasien/Hari Perawat/ Pasien/ Hari Perawat/Hari
1. Pasienpeny.dalam 10 3,5 35
2. Pasien bedah 8 4 32
3. Pasien gawat 1 10 10
4. Pasien anak 3 4,5 13,5
5. Pasien kebid. 1 2,5 2,5
Jumlah 23 93,0
Ket. :
Jadi jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan adalah
Jlm jam perawatan
———————- = 93/7 à 13 perawat
Jam kerja efektif per shift

Untuk perhitungan jlm tenaga tsb perlu ditambah (faktor koreksi):


Hari libur/cuti/hari besar (loss day) :
= 52 + 12 + 14 = 78 hari x 13 = 3.5
286
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non keperawatan. (non-
nursing jobs) seperti contoh : membuat perincian pasien pulang, kebersihan
ruangan, kebersihan alat-alat makan pasien, dll diperkirakan 25% dari jam
pelayanan keperawatan.
Jumlah tenaga : tenaga yg tersedia + faktor koreksi 16.5 + 4.1 = 20.6 (dibulatkan
21 perawat).
Jadi tenaga keperawatan yangg dibutuhkan untuk contoh di atas adalah 21 orang.
Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Pasien. Pasien diklasifikasikan dalam
beberapa kategori yg didasarkan pada kebutuhan terhadap asuhan keperawatan,
meliputi :
1) Askep minimal (minimal care)
2) Askep sedang
3) Askep agak berat
4) Askep maksimal

45
Kategori asuhan keperawatan pasien :
1) Askep minimal, kriteria :
a. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
b. Makan dan minum dilakukan sendiri
c. Ambulasi dg pengawasan
d. Observasi ttv dilakukan setiap shift
e. Pengobatan minimal, status psikologis stabil
2) Askep sedang, kriteria :
a. Kebersihan diri dibantu. Makan minum dibantu
b. Observasi ttv setiap 4 jam
c. Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
3) Askep agak berat, kriteria :
a. Sebagian besar aktifitas dibantu
b. Observasi ttv setiap 2-4 jam sekali
c. Terpasang folley catheter. Intake output dicatat
d. Terpasang infus
e. Pengobatan lebih dari sekali
f. Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
4) Askep maksimal, kriteria :
a. Segala akifitas diberikan oleh perawat
b. Posisi diatur. Observasi ttv setiap 2 jam
c. Makan memerlukan NGT. Terapi intravena
d. Penggunaan suction
e. Gelisah/disorientasi

46
Contoh kasus :
JumlahJam
Rata-Rata JumlahJam
Kategor Perawat/Har
No JumlahPasien/Har Perawat/Har
i i
i (risetLN) i
(c x d)
a b c d e
1. Askep 7 2 14
2. minimal 7 3.08 21.56
3. Askep 11 4.15 45.65
4. sedang 1 6.16 6.16
Jumla Askep 26 87.37
h agak
berat
Askep
minimal

Untuk perhitungan jumlah tenaga tsb perlu ditambah (faktor koreksi) dengan :
Hari libur/cuti/hari besar (loss day)
= 52 + 12 + 14 = 78 hari x 12.5 = 3.4 orang
286
Tenaga keperawatan yang mengerjakan pekerjaan non keerawatan (non-nursing
jobs) seperti contohnya : membuat perincian pasien pulang, kebersihan ruangan,
kebersihan alat-alat makan pasien, dll diperkirakan 25% dari jam pelayanan
keperawatan
= 12.5 + 3.4 x 25 = 3.9
100
Jlm tenaga : tenaga yang tersedia + faktor koreksi 15.9 + 3.9 = 19.8 (dibulatkan 20
perawat)
Jadi tenaga keperawatan yang dibutuhkan dalam contoh kasus di atas adalah
sebanyak 20 orang.
1. Kamar Operasi
a. Di kamar Operasi
Dasar perhitungan tenaga di kamar operasi
1) Jumlah dan jenis operasi
2) Jumlah kamar operasi
3) Pemakaian kamar operasi (diprediksi 6 jam perhari) pada hari kerja

47
4) Tugas perawat di kamar operasi: instrumentator, perawat sirkulasi (2
orang /tim).
5) Ketergantungan pasien :
a) Operasi besar : 5 jam/1 operasi
b) Operasi sedang : 2 jam/1 operasi
c) Operasi kecil : 1 jam/ 1 operasi
Contoh kasus :Dalam suatu RS terdapat 30 operasi perhari, dengan
perincian :
a) Operasi besar : 6 orang
b) Operasi sedang : 15 orang
c) Operasi kecil : 9 orang
Perhitungan kebutuhan Tenaga keperawatan Sbb:
[(6×5 jam) + (15×2 jam) +(9×1 jam)] x 2 = 19.71 +1 (pwt cadangan inti)
7 jam
Jadi jlm tenaga kep. Yg dibutuhkan di kamar operasi untuk contoh kasus
di atas 20 orang.

2. Di ruang penerimaan dan RR


Ketergantungan pasien di ruang penerimaan : 15 menit
Ketergantungan pasien di RR : 1 jam
1.25 x 30 = 5.3 orang (dibulatkan 5 orang)
7
Jadi jlm tenaga kep. Yang dibutuhkan di ruangan penerimaan dan RR adalah 5
orang. Perhitungan di atas dg kondisi : alat tenun dan set operasi dipersiapkan
oleh CSSD.

3. Gawat Darurat
Dasar perhitungan di unit gawat darurat adalah:
a. Rata-rata jlm pasien per hari
b. jumlah jam perawatan per hari
c. Jam efektif perawat/hari

48
Contoh :
Rata-rata jlm pasien/hari : 50
Jlm jam perawatan : 4 jam
Jam efektif/hari : 7 jam
Jadi kebuth. Tenaga perawat di IGD :
50 x 4 78
——– = 35.7 = 29 orang + loss day ( —- x 29) =7,9 ~ 8
7 286
= 29 orang + 8 orang = 37 orang

4. Critical Care
Rata-rata jlm pasien/hari : 10
Jml jam perawatan/hari : 12
Jadi kebutuhan tenaga kep. di Critical care :
10 x 12 78
——— =17.15 = 17 orang + loss day (—- x 17 = 4,63 ~ 5 orang
7 286
= 17orang + 5 Orang = 22 orang

5. Rawat Jalan
Rata-rata jumlah pasien 1 hari : 100
Jml jam pwt 1 hari : 15
Jadi kebutuhan tenaga kep. di rawat jalan :
100 x 15 15
———— = 4 orang + koreksi 15% = —- x 4 = 0,6 ~ 1
7 x 60 100
= 4 orang + 1 orang = 5 orang

6. Kamar Bersalin
a. Waktu yg diperlukan untuk pertolongan persalinan mencakup kala I s/d IV =
4 jam/pasien
b. Jam efektif kerja bidan 7 jam/hari

49
c. Rata-rata jumlah pasien setiap hari : 10 pasien
Contoh : jumlah bidan yg diperlukan
10 ps x 4 jam/ps 40
——————— = —– = 5.7 = + 6 orang + loss day78/286 x 6 = 2
7 jam/hari 7
= 6 orang + 2 orang = 8 orang

R. Keuntungan Dan Kerugian Metode Perhitungan Tenaga Keperawatan Di


Rumah Sakit.
Berdasarkan Derajat Ketergantungan Klien dengan menggunakan Rumus
Douglas (2008).
Kelebihan :
1. Mampu menggambarkan jumlah kebutuhan perawat pada setiap shift
kerja
2. Dapat menggambarkan kebutuhan terhadap setiap kategori derajat
ketergantungan pasien.
Kekurangan :
1. Memerlukan data pasien yang perlu diperbarui setiap harinya, sehingga
agak menyulitkan.
2. Memerlukan observasi atau pengukuran untuk dapat mengetahui secara
pasti kategori pasien.
Berdasarkan Pedoman Cara Perhitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan
(Direktorat Pelayanan Keperawatan, Depkes 2002).
Kelebihan :
1. Tingkat ketergantungan pasien dibedakan atas 5 tingkatan, yang dapat
membantu perawat agar lebih fokus pada pasien sesuai teingkat
ketergantungannya.
2. Memperhitungkan beban kerja perawat
3. Memperhitungkan kebutuhan terhadap perawat langsung, perawat tidak
langsung, dan waktu penyuluhan kesehatan.
Kekurangan:
1. Kebutuhan jumlah perawat tiap shift kerja kurang jelas.

50
2. Pengkategorian pasien ke dalam tiap tingkatan derajat ketergantungan
rumit.

51

You might also like