You are on page 1of 11

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik
dan benar.serta tepat pada waktunya.dalam Makalah ini kami akan membahas tentang ‘’
STRUKTUR ATOM DAN SISTIM PERIODIK ‘’

Makalah ini telah dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai
pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah
ini.Oleh karena itu,kami mengucapkan Terima kasih yang sebesar- besarnya kepada semua
pihak yang telah membantuh dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar dalam makalah
ini.oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang dapat
membantu kami.kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.Akhir kata semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.

1|Page
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... 1
DAFTAR ISI.................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 3
A. LATAR BELAKANG ....................................................................................... 3

B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................. 3

C. TUJUAN ........................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 4

A. STRUKTUR ATOM ........................................................................................ 4


B. SISTEM PERIODIK UNSUR ........................................................................ 9

BAB III PENUTUP .................................................................................................... 10


A. KESIMPULAN .............................................................................................. 10

B. DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 11

2|Page
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

MAKALAH STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK.Sejalan dengan


perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, manusia tidak terlepas dari berbagai bentuk
masalah dalam kehidupan ,olehnya para ilmuan selalu mengkaji persoalan yang terjadi baik
dalam lingkungan maupun alam secara keseluruhan. Dengan hal tersebut sejarah
perkembangan yang diangkat lewat latar belakang ini adalah sejarah perkembangan system
periodik unsur mulai dari pengelompokkan unsur – unsur yang sederhana hingga
pengelompokkan yang secara modern. Sistem priodik merupakan suatu cara untuk
mengelompokkan unsur-unsur berdasarkan sifatnya. Pengelompokkan unsur mengalami
sejarah perkembangan, sifat logam, non logam, hukum-hukum, golongan, peride, dan sifat-
sifat unsur dalam system periodik modern.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pembahasan tersebut di atas maka penyususn dapat merumuskan beberapa hal
yang menjadi masalah sebagai berikut :
1. menjelaskan pengertian stuktur atom
2. Menjelaskan sistem periodik unsur
3. pengelompokan unsur-unsur berdasarkan hukum-hukum

C. TUJUAN

Tujuan penyusunan makalah ini adalah :


1. Untuk memperoleh gambaran tentang pandangan konsep kimia yang khususnya menyangkut
sistem periodik Unsur.
2. Untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya ilmu kimia terutama yang
berkaitan dengan system periodik Unsur.
3. Agar mampu menjelaskan dan memahami tentang sistem periodik unsur

3|Page
BAB II
PEMBAHASAN
A. STRUKTUR ATOM

Teori Kuantum Max Planck


ax Planck, ahli fisika dari Jerman, pada tahun 1900 mengemukakan teori kuantum.
Planck menyimpulkan bahwa atom-atom dan molekul dapat memancarkan atau menyerap
energi hanya dalam jumlah tertentu. Jumlah atau paket energi terkecil yang dapat
dipancarkan atau diserap oleh atom atau molekul dalam bentuk radiasi elektromagnetik
disebut kuantum. Planck menemukan bahwa energi foton (kuantum) berbanding lurus dengan
frekuensi cahaya.

Teori Atom Bohr


teori Rutherford selanjutnya diperbaiki oleh Niels Bohr, Pendekatan yang dilakukan
Bohr adalah sifat dualisme yang dapat bersifat sebagai partikel dan dapat bersifat sebagai
gelombang.
Hasil ini telah mengantarkan Bohr untuk mengembangkan model atom yang
dinyatakan bahwa :
1. Atom tersusun atas inti bermuatan positif dan dikelilingi oleh elektron yang bermuatan
negatif.
2. Elektron mengelilingi inti atom pada orbit tertentu dan stasioner (tetap), dengan tingkat
energi tertentu.
3. Eelektron pada orbit tertentu dapat berpindah lebih tinggi dengan menyerap energi.
Sebaliknya, elektron dapat berpindah dari orbit yang lebih tinggi ke yang rendah dengan
melepaskan energi.
4. Pada keadaan normal (tanpa pengaruh luar), elektron menempati tingkat energi terendah
(disebut tingkat dasar = ground state).

Teori Mekanika Kuantum


Model atom Niels Bohr dapat menjelaskan inti atom yang bermuatan positif yang
dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif di dalam suatu lintasan. Elektron dapat
berpindah dari satu lintasan ke yang lain dengan menyerap atau memancarkan energi
sehingga energi elektron atom itu tidak berkurang.
Mekanika kuantum ini dapat menerangkan kelamahan teori atom Bohr tentang garis-
garis terpisah yang sedikit berbeda panjang gelombangnya dan memperbaiki model atom
Bohr dalam hal bentuk lintasan elektron dari yang berupa lingkaran dengan jari-jari tertentu
menjadi orbital dengan bentuk ruang tiga dimensi yang tertentu.

BILANGAN KUANTUM
Ada empat bilangan kuantum yang akan kita kenal, yaitu bilangan kuantum utama (n),
bilangan kuantum Azimut (I), bilangan kuantum magnetic (m) dan bilangan kuantum spin (s).
A.Pengertian Bilangan Kuantum

1.Bilangan Kuantum Utama (n)


Lambang dari bilangan kuantum utama adalah “n” (en kecil). Bilangan kuantum utama
menyatakan kulit tempat ditemukannya elektron yang dinyatakan dalam bilangan bulat
positif. Nilai bilangan itu di mulai dari 1, 2, 3 dampai ke-n.

2. Bilangan Kuantum Azimut (l)


4|Page
Bilangan kuantum azimut menyatakan sub kulit tempat elektron berada dan bentuk
orbital, serta menentukan besarnya momentum sudut elektron terhadap inti.
Banyaknya subkulit tempat elektron berada tergantung pada nilai bilangan kuantum utama
(n). Nilai bilangan kuantum azimut dari 0 sampai dengan (n – 1). Bila n = 1, maka hanya ada
satu.

3. Bilangan Kuantum Magnetik (m)


Bilangan kuantum magnetik menyatakan orbital tempat ditemukannya elektron pada subkulit
tertentu dan arah momentum sudut elektron terhadap inti. Sehingga nilai bilangan kuantum
magnetik berhubungan dengan bilangan kuantum azimut. Nilai bilangan kuantum magnetik
antara – l sampai + l.

4. Bilangan Kuantum Spin (s)


Lambang bilangan kuantum spin adalah s yang menyatakan arah rotasi elektron pada
porosnya. Ada dua kemungkinan arah rotasi yaitu searah jarum jam atau berlawanan arah
jarum jam. Hal ini seperti berputarnya gasing atau mata uang logam
Begitulah elektron yang berotasi, bila searah jarum jam maka memiliki nilai s=+½ dan
dalam orbital dituliskan dengan tanda panah ke atas. Sebaliknya untuk elektron yang berotasi
berlawanan arah jarum jam maka memiliki nilai s = -½ dan dalam orbital dituliskan dengan
tanda panah ke bawah.
Dari uraian arah rotasi maka kiata dapat mengetahui bahwa dalam satu orbital atau kotak
maksimum memiliki 2 elektron.

Bentuk dan Orientasi Orbital


Energi dan bentuk orbital diturunkan dari persamaan gelombang (ϕ = psi), sedangkan
besaran pangkat dua (ϕ2) dari persamaan gelombang menyatakan rapatan muatan atau
peluang menemukan elektron pada suatu titik dan jarak tertentu dari inti. Bentuk orbital
tergantung pada bilangan kuantum azimuth (l), artinya orbital dengan bilangan kuantum
azimuth yang sama akan mempunyai bentuk yang sama. Orbital 1s, 2s, dan 3s akan
mempunyai bentuk yang sama, tetapi ukuran atau tingkat energinya berbeda.

1. Orbital s

Orbital yang paling sederhana untuk dipaparkan adalah orbital 1s. Gambar berikut
menunjukkan tiga cara pemaparan orbital 1s. Gambar menunjukkan bahwa rapatan muatan
maksimum adalah pada titik-titik di sekitar (dekat) inti. Rapatan berkurang secara eksponen
dengan bertambahnya jarak dari inti. Pola bercak-bercak. Secara teori peluang, untuk
menemui elektron tidak pernah mencapai nol. Oleh karena itu tidak mungkin
menggambarkan suatu orbital secara lengkap. Biasanya gambar orbital dibatasi, sehingga
mencakup bagian terbesar (katakanlah 90%) peluang menemukan elektron. Gambar (c)
adalah orbital 1s dengan kontur 90%. Dalam teori atom modern, jari-jari atom didefinisikan
sebagai jarak dari inti hingga daerah dengan peluang terbesar menemukan elektron pada
orbital terluar. Bentuk dan orientasi orbital 2s diberikan pada gambar. Sama dengan orbital
1s, rapatan muatan terbesar adalah pada titik-titik sekitar inti. Rapatan menurun sampai
mencapai nol pada jarak tertentu dari inti. Daerah tanpa peluang menemukan elektron ini
disebut simpul. Selanjutnya, rapatan muatan elektron meningkat kembali sampai mencapai
maksimum, kemudian secara bertahap menurun mendekati nol pada jarak yang lebih jauh.
Peluang terbesar menemukan elektron pada orbital 2s adalah pada awan lapisan kedua.
Sedangkan untuk orbital 3s juga mempunyai pola yang mirip dengan orbital 2s, tetapi dengan

5|Page
2 simpul. Kontur 90% dari orbital 3s ditunjukkan pada gambar (b), di mana peluang untuk
menemukan elektron pada orbital 3s adalah pada awan lapisan ketiga.
Orbital 1s, 2s, 3s Sumber: Chemistry, The Molecular Nature of Matter and Change,
Martin S. Silberberg. 2000.

2. Orbital p
Rapatan muatan elektron orbital 2p adalah nol pada inti, meningkat hingga mencapai
maksimum di kedua sisi, kemudian menurun mendekati nol seiring dengan bertambahnya
jarak dari inti. Setiap subkulit p ( = 1) terdiri dari tiga orbital yang setara sesuai dengan tiga
harga m untuk = 1, yaitu -1, 0, dan +1. Masing-masing diberi nama px, py, dan pz sesuai
dengan orientasinya dalam ruang. Kontur yang disederhanakan dari ketiga orbital
2p diberikan pada gambar (c). Distribusi rapatan muatan elektron pada orbital 3p ditunjukkan
pada gambar (b). Sedangkan kontur orbital 3p dapat juga digambarkan seperti gambar (a)
(seperti balon terpilin), tetapi ukurannya relatif lebih besar.
Orbital px, py, pz Sumber: Sumber: Chemistry, The Molecular Nature of Matter and
Change, Martin S. Silberberg. 2000

3. Orbital d dan f

Orbital dengan bilangan azimuth l = 2, yaitu orbital d, mulai terdapat pada kulit ketiga
(n = 3). Setiap subkulit d terdiri atas lima orbital sesuai dengan lima harga m untuk l = 2,
yaitu m = –2, –1, 0, +1, dan +2. Kelima orbital d itu diberi nama sesuai dengan orientasinya,
sebagai x2–x2 d , dxy, dxz, dyz, dan z d 2 . Kontur dari kelima orbital 3d diberikan pada
gambar berikut. Walaupun orbital z d 2 mempunyai bentuk yang berbeda dari empat orbital d
lainnya, tetapi energi dari kelima orbital itu setara.
Orbital f lebih rumit dan lebih sukar untuk dipaparkan, tetapi hal itu tidaklah
merupakan masalah penting. Setiap subkulit f terdiri atas 7 orbital, sesuai dengan 7 harga m
untuk l = 3.
Seluruh orbital d
Salah satu dari tujuh orbital 4 f, yaitu orbital f xyz

Hubungan antara orbital dengan tabel periodik


1) Periode Pertama
Hidrogen hanya memiliki satu elektron pada orbital 1s, kita dapat menuliskannya
dengan 1s1 dan helium memiliki dua elektron pada orbital 1s sehingga dapat dituliskan
dengan 1s2
2. Periode kedua
Sekarang kita masuk ke level kedua, yaitu periode kedua. Elektron litium memenuhi
orbital 2s karena orbital ini memiliki energi yang lebih rendah daripada orbital 2p. Litium
memiliki konfigurasi elektron 1s22s1. Berilium memiliki elektron kedua pada level yang sama
– 1s22s2.
Sekarang kita mulai mengisi level 2p. Pada level ini seluruhnya memiliki energi yang
sama, sehingga elektron akan menempati tiap orbital satu persatu.
B 1s22s22px1
C 1s22s22px12py 1
N 1s22s22px12py 12pz1
Elektron selanjutnya akan membentuk sebuah pasangan dengan elektron tunggal yang
sebelumnya menempati orbital.

6|Page
O 1s22s22px22p y12pz1
F 1s22s22px22py 22pz1
Ne 1s22s22px22py 22pz2
Cara singkat pertama : Seluruh variasi orbital p dapat dituliskan secara bertumpuk. Sebagai
contoh, flor dapat ditulis sebagai 1s22s22p5, dan neon sebagai 1s22s22p6.
Penulisan ini biasa dilakukan jika elektron berada dalam kulit dalam. Jika elektron
berada dalam keadaan berikatan (di mana elektron berada di luar atom), terkadang ditulis
dalam cara singkat, terkadang dengan cara penuh.
Sebagai contoh, walaupun kita belum membahas konfigurasi elektron dari klor, kita
dapat menuliskannya sebagai 1s22s22p63s23px23p y23pz1.

Perhatikan bahwa elektron-elektron pada orbital 2p bertumpuk satu sama lain


sementara orbital 3p dituliskan secara penuh. Sesungguhnya elektron-elektron pada orbital 3p
terlibat dalam pembentukan ikatan karena berada pada kulit terluar dari atom, sementara
elektron-elektron pada 2p terbenam jauh di dalam atom dan hampir bisa dikatakan tidak
berperan sama sekali.

Cara singkat kedua : Kita dapat menumpukkan seluruh elektron-elektron terdalam dengan
menggunakan, sebagai contoh, simbol [Ne]. Di dalam konteks ini, [Ne] berarti konfigurasi
elektron dari atom neon -dengan kata lain 1s22s22px22py22p z2.
Berdasarkan cara di atas kita dapat menuliskan konfigurasi elektron klor dengan
[Ne]3s23px23py23pz1.
Periode ketiga
Mulai dari neon, seluruh orbital tingkat kedua telah dipenuhi elekton, selanjutnya kita
harus memulai dari natrium pada periode ketiga. Cara pengisiannya sama dengan periode-
periode sebelumnya, kecuali adalah sekarang semuanya berlangsung pada periode ketiga.
Sebagai contoh :
cara singkat
2 2 6 2
Mg 1s 2s 2p 3s [Ne]3s2
S 1s22s22p63s23px 23py13pz1 [Ne]3s23px23py13p z1
Ar 1s22s22p63s23px 23py23pz2 [Ne]3s23px23py23p z2

Permulaan periode keempat


Sampai saat ini kita belum mengisi orbital tingkat 3 sampai penuh – tingkat 3d belum
kita gunakan. Tetapi kalau kita melihat kembali tingkat energi orbital-orbital, kita dapat
melihat bahwa setelah 3p energi orbital terendah adalah 4s – oleh karena itu elektron
mengisinya terlebih dahulu.
K 1s22s22p63s23p6 4s1
Ca 1s22s22p63s23p6 4s2
Bukti kuat tentang hal ini ialah bahwa elemen seperti natrium ( 1s22s22p63s1 ) dan kalium (
1s22s22p63s23p64s 1 ) memiliki sifat kimia yang mirip.
Elektron terluar menentukan sifat dari suatu elemen. Sifat keduanya tidak akan mirip bila
konfigurasi elektron terluar dari kalium adalah 3d1.

Elemen blok s dan p


Elemen-elemen pada golongan 1 dari tabel periodik memiliki konfigurasi elektron
terluar ns1 (dimana n merupakan nomor antara 2 sampai 7). Seluruh elemen pada golongan 2

7|Page
memiliki konfigurasi elektron terluar ns2. Elemen-elemen di grup 1 dan 2 dideskripsikan
sebagai elemen-elemen blok s.
Elemen-elemen dari golongan 3 seterusnya hingga gas mulia memiliki elektron terluar
pada orbital p. Oleh karenanya, dideskripsikan dengan elemen-elemen blok p.
Elemen blok d
Perhatikan bahwa orbital 4s memiliki energi lebih rendah dibandingkan dengan orbital
3d sehingga orbital 4s terisi lebih dahulu. Setelah orbital 3d terisi, elektron selanjutnya akan
mengisi orbital 4p.
Elemen-elemen pada blok d adalah elemen di mana elektron terakhir dari orbitalnya
berada pada orbital d. Periode pertama dari blok d terdiri dari elemen dari skandium hingga
seng, yang umumnya kita sebut dengan elemen transisi atau logam transisi. Istilah “elemen
transisi” dan “elemen blok d” sebenarnya tidaklah memiliki arti yang sama, tetapi dalam
perihal ini tidaklah menjadi suatu masalah.
Elektron d hampir selalu dideskripsikan sebagai, sebagai contoh, d5 atau d8 – dan
bukan ditulis dalam orbital yang terpisah-pisah. Perhatikan bahwa ada 5 orbital d, dan
elektron akan menempati orbital sendiri sejauh ia mungkin. Setelah 5 elektron menempati
orbital sendiri-sendiri barulah elektron selanjutnya berpasangan.
d5 berarti
d8 berarti Perhatikan bentuk pengisian orbital pada level 3, terutama pada pengisian atom 3d
setelah 4s.
Sc 1s22s22p63s23p6 3d14s2
Ti 1s22s22p63s23p6 3d24s2
V 1s22s22p63s23p6 3d34s2
Cr 1s22s22p63s23p6 3d54s1
Perhatikan bahwa kromium tidak mengikuti keteraturan yang berlaku. Pada kromium
elektron-elektron pada orbital 3d dan 4s ditempati oleh satu elektron. Memang, mudah untuk
diingat jikalau keteraturan ini tidak berantakan – tapi sayangnya tidak !
Mn 1s22s22p63s23p6 3d54s2 (kembali ke keteraturan semula)
Fe 1s22s22p63s23p6 3d64s2
Co 1s22s22p63s23p6 3d74s2
Ni 1s22s22p63s23p6 3d84s2
Cu 1s22s22p63s23p6 3d104s1 (perhatikan!)
Zn 1s22s22p63s23p6 3d104s2

Pada elemen seng proses pengisian orbital d selesai.


Pengisian sisa periode 4
Orbital selanjutnya adalah 4p, yang pengisiannya sama seperti 2p atau 3p. Kita
sekarang kembali ke elemen dari galium hingga kripton. Sebagai contoh, Brom, memilki
konfigurasi elektron 1s22s22p63s23p63d104s 24px24py24pz1.
Menuliskan struktur elektron elemen-elemen “besar” pada blok s dan p
Sebagai contoh, Yodium berada pada golongan 7 dan oleh karenanya memiliki 7
elektron terluar. Yodium berada pada periode 5 dan oleh karenanya elekton mengisi pada
orbital 5s dan 5p. Jadi, Yodium memiliki konfigurasi elektron terluar 5s25px25py25pz 1.
Contoh yang kedua, Barium , berada pada golongan 2 dan memiliki 2 elektron terluar.
Barium berada pada periode keenam. Oleh karenanya, Barium memilki konfigurasi elektron
terluar 6s2.
Konfigurasi keseluruhannya adalah : 1s22s22p63s23p63d104s 24p64d105s25p66s2.

8|Page
Kita mungkin akan terjebak untuk mengisi orbital 5d10 tetapi ingatlah bahwa orbital d selalu
diisi setelah orbital s pada level selanjutnya terisi. Sehingga orbital 5d diisi setelah 6s dan 3d
diisi setelah 4s.

B. SISTEM PERIODIK UNSUR

Hubungan Sistem Periodik dengan Konfigurasi Elektron


Para ahli kimia pada abad ke-19 mengamati bahwa terdapat kemiripan sifat yang
berulang secara periodik (berkala) di antara unsur-unsur. Kita telah mempelajari usaha
pengelompokan unsur berdasarkan kesamaan sifat, mulai dari Johann Wolfgang
Dobereiner (1780 – 1849) pada tahun 1829 dengan kelompok-kelompok triad. Kemudian
pada tahun 1865, John Alexander Reina Newlands (1838 – 1898) mengemukakan
pengulangan unsur-unsur secara oktaf, serta Julius Lothar Meyer (1830 – 1895) dan Dmitri
Ivanovich Mendeleev (1834 – 1907) pada tahun 1869 secara terpisah berhasil menyusun
unsur-unsur dalam sistem periodik, yang kemudian disempurnakan dan diresmikan oleh
IUPAC pada tahun 1933. Unsur-unsur yang jumlah kulitnya sama ditempatkan pada periode
(baris) yang sama.

Nomor periode = jumlah kulit


Unsur-unsur yang hanya mempunyai satu kulit terletak pada periode pertama (baris
paling atas). Unsur-unsur yang mempunyai dua kulit terletak pada periode kedua (baris
kedua), dan seterusnya.
Contoh:
• 5B : 1s2, 2s2, 2p1 periode 2
• 15P : 1s2, 2s2, 2p6, 3s2, 3p3 periode 3
• 25Mn : [Ar], 3d5, 4s2 periode 4
• 35Br : [Ar], 3d10, 4s2, 4p5 periode 4
Dari contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk menentukan nomor periode suatu
unsur dapat diambil dari nomor kulit paling besar. Dengan berkembangnya pengetahuan
tentang struktur atom, telah dapat disimpulkan bahwa sifat-sifat unsur ditentukan oleh
konfigurasi elektronnya, terutama oleh elektron valensi. Unsur-unsur yang memilikistruktur
elektron terluar (elektron valensi) yang sama ditempatkan pada golongan (kolom) yang
sama. Dengan demikian, unsur-unsur yang segolongan memiliki sifat-sifat kimia yang sama.
Penentuan nomor golongan tidaklah sesederhana seperti penentuan nomor periode. Distribusi
elektron-elektron terluar pada subkulit s, p, d, dan fsangatlah menentukan sifat-sifat kimia
suatu unsur.

9|Page
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Pada tahun 1913, Niels Bohr, fisikawan berkebangsaan Swedia, mengikuti jejak
Einstein menerapkan teori kuantum untuk menerangkan hasil studinya mengenai spektrum
atom hidrogen. Bohr mengemukakan teori baru mengenai struktur dan sifat-sifat atom. Teori
atom Bohr ini pada prinsipnya menggabungkan teori kuantum Planck dan teori atom dari
Ernest Rutherford yang dikemukakan pada tahun 1911. Bohr mengemukakan bahwa apabila
elektron dalam orbit atom menyerap suatu kuantum energi, elektron akan meloncat keluar
menuju orbit yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika elektron itu memancarkan suatu kuantum
energi, elektron akan jatuh ke orbit yang lebih dekat dengan inti atom. Model atom Bohr
dikemukakan oleh Niels Bohr yang berusaha menjelaskan kestabilan atom dan spektrum
garis atom hidrogen yang tidak dapat dijelaskan oleh model atom Rutherford.

10 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

http://sherliannadewi.blogspot.co.id/2014/10/makalah-struktur-atom-dan-sistim.html

11 | P a g e

You might also like