Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat karunia-Nya
penulis mampu menyelesaikan makalah dengan judul Spektroskopi Resonansi
Magnet Inti.
Makalah Spektroskopi Resonansi Magnet Inti merupakan salah satu tugas
mata kuliah Kimia Analitik III.
Melalui makalah Spektroskopi Resonansi Magnet Inti dapat menunjang
penulis di dalam mata kuliah Kimia Analitik III. Selain itu, dengan hadirnya
makalah ini dapat memberikan informasi yang dapat menjadi pengetahuan baru
bagi pembacanya.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Drs. Jasmidi, Selaku dosen pengampuh mata kuliah Kimia Analitik III
serta kepada seluruh pihak yang terikat di dalam penulisan makalah Spektroskopi
Resonansi Magnet Inti ini.
Penulis menyadari bahwa, masih banyak kesalahan dan kekurangan di
dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang konstruktif untuk kesempurnaan makalah ini di masa yang akan
datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Penulis
i
DAFTAS ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3
2.1 Resonansi Magnetik Inti (NMR) .............................................................. 3
2.1.1 Mekanisme serapan (resonansi) ..................................................... 4
2.1.2 Pelarut untuk spektroskopi NMR................................................... 4
2.2 Instrumen Spektroskopi NMR ................................................................. 6
2.2.1 Perlindungan Proton....................................................................... 8
2.2.2 Senyawa Pembanding .................................................................... 9
2.2.3 Pergeseran Kimia ......................................................................... 9
2.2.4 Skala NMR………....................................................................... 13
2.2.5 Spektrum NMR…. ....................................................................... 13
2.2.6 Kopling Spin…….. ...................................................................... 19
2.2.7 Hukum Pemecahan n+1. .............................................................. 21
2.2.8.Intensitas Relatif… ...................................................................... 21
2.3 Aplikasi Spektroskopi NMR .................................................................. 22
2.3.1 Aplikasi dalam bidang Kualitatif. ................................................. 22
2.3.2 Aplikasi dalam bidang Kuantitatif. ............................................... 23
BAB III KESIMPULAN ........................................................................... 24
3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Spektroskopi nuklir magnetik resonansi melibatkan perubahan keadaan
perputaran momen nuklir magnetik, ketika intinya mengabsorpsi radiasi
elektromagnetik dalam suatu medan magnet yang kuat. Dua jenis spektroskopi
yang dipakai sekarang adalah NMR H1 (proton) dan NMR C13(karbon 13).
Spektrum NMR proton sangat berguna untuk menentukan bagian hidrogen dari
suatu senyawa. Pada tahun-tahun akhir ini, spektroskopi nmr proton dipakai
sebagai alat standar dalam proyek kedokteran untuk mengukur berat jenis jaringan
sehingga dapat menunjukkan tempat tumor pada jaringan tersebut. Spektroskopi
nmr C13, suatu alat paling baru dipakai untuk mengidentifikasi perbedaan macam
– macam karbon dalam suatu senyawa.
Blonch dan Purcell menemukan bahwa inti atom berorientasi terhadap
medan magnet. Setiap proton di dalam molekul yang sifat kimianya berbeda akan
memberikan garis-garis resonansi orientasi magnet yang berbeda. Ini adalah awal
lahirnya Nuclear Magnetic Resonance (NMR).
Nuclear Magnetic Resonance (NMR) adalah salah satu metode analisis
yang paling mudah digunakan pada kimia modern. NMR digunakan untuk
menentukan struktur dari komponen alami dan sintetik yang baru, kemurnian dari
komponen, dan arah reaksi kimia sebagaimana hubungan komponen dalam
larutan yang dapat mengalami reaksi kimia.Meskipun banyak jenis nuclei yang
berbeda akan menghasilkan spektrum, nuclei hidrogen (H) secara histori adalah
salah satu yang paling sering diamati. Spektrokopi NMR khususnya digunakan
pada studi molekul organik karena biasanya membentuk atom hidrogen dengan
jumlah yang sangat besar.
Pada spektrum hidrogen NMR menghadirkan beberapa resonansi yang
menjelaskan pertama bahwa molekul yang dipelajari mengandung hidrogen.
Kedua, jumlah pita dalam spektrum menunjukkan bagaimana beberapa posisi
yang berbeda pada molekul dimana hidrogen melekat/menempel. Frekuensi dari
beberapa resonansi utama pada spektrum NMR menunjukkan perubahan kimia.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana syarat pelarut yang digunakan dalam Spektroskopi NMR?
2. Bagaimana Perlindungan Proton dalam Spektroskopi NMR?
3. Apa saja langkah-langkah dalam Spektrum NMR ?
4. Bagaimana Hukum Pemecahan n+1 dalam Spektroskopi NMR??
5. Bagaimana Aplikasi kualitatif dan kuatitatif dalam Spektroskopi NMR?
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui syarat pelarut yang digunakan dalam Spektroskopi
NMR
2. Untuk Mengetahui Perlindungan Proton dalam Spektroskopi NMR
3. Untuk Mengetahui langkah-langkah dalam Spektrum NMR
4. Untuk Mengetahui Hukum Pemecahan n+1 dalam Spektroskopi NMR
5. Untuk Mengetahui Aplikasi kualitatif dan kuatitatif dalam Spektroskopi
NMR
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.1.1 Mekanisme serapan (resonansi)
Tenaga diserap oleh proton karena kenyataannya bahwa mereka mulai
berputar miring dalam medan magnet yang digunakan. Karena pengaruh medan
gravitasi bumi, maka gasing mulai bergoyang sekitar sumbunya. Hal tersebut
terjadi pula pada inti yang berputar akibat pengaruh medan magnet yang
digunakan. Bila medan magnet diberikan, inti akan mulai presesi sekitar sumbu
putarnya sendiri dengan frekuensi anguler (sudut 𝜔). Frekuensi saat proton presesi
adalah berbanding lurus dengan kekuatan medan magnet yang digunakan. Jika
medan magnet yang digunakan adalah 14.100 Gauss, maka frekuensi presisi dari
proton adalah sekitar 60 MHz. Karena ini mempunyai muatan, maka presisi
menghasilkan getaran medan listrik dengan frekuensi yang sama. Jika gelombang
frekuensi radio dari frekuensi yang sama ini digunakan terhadap proton yang
berputar, maka tenaga dapat diserap. Bila frekuensi dari komponen medan listrik
yang bergetar dari radiasi yang datang tepat sama dengan frekuensi dari medan
listrik yang dihasilkan oleh inti yang berputar, dua medan dapat digabung dan
tenaga dapat dipindahkan dari radiasi yang datang ke inti, sehingga menyebabkan
muatan berputar, keadaan ini disebut resonansi, dan dikatakan inti beresonansi
dengan gelombang elektromagnetik yang datang.
4
Pemilihan pelarut ditentukan oleh sejumlah faktor :
1. Pelarut mengandung hidrogen hasil sinyal besar biasa yang mungkin rawa-
orang dari sampel Anda: situasi ini diperparah dengan efek saturasi yang
memperluas sinyal besar. Kami merekomendasikan penggunaan pelarut
deuterated sedapat mungkin.
2. Sampel harus cukup larut untuk menghasilkan spektrum NMR.
spektrum 1 H dan 1 H NMR diamati, dianjurkan untuk melarutkan antara 2
dan 10 mg antara 0,6 dan 1 mL pelarut sehingga kedalaman sampel
minimal 4,5 cm di dalam tabung. Untuk sampel dengan berat molekul
tinggi, larutan yang lebih pekat kadang-kadang dianjurkan. Namun,
larutan yang terlalu terkonsentrasi mengarah untuk menurunkan resolusi
karena kejenuhan dan / atau peningkatan viskositas. Untuk 13C NMR
antara 10 dan 50 mg sampel dianjurkan. Jika tidak memiliki cukup sampel
atau tidak dapat mencapai kelarutan yang cukup tinggi, masih
dimungkinkan untuk memperoleh spektrum meskipun dianjurkan untuk
meminta layanan 500 MHz dan akan memakan waktu lebih lama untuk
mendapatkan spektrum.
3. Untuk mencapai resolusi maksimal, pilihlah bahan pelarut dengan
viskositas rendah. Namun, mencapai resolusi yang lebih tinggi lebih sulit
bagi operator dan kemungkinan untuk meningkatkan waktu layanan yang
diperlukan. Sebagai contoh, sebuah sampel dalam dietil eter-d10 akan
menghasilkan spektrum yang tajam tetapi mungkin memakan waktu lebih
lama untuk berjalan dari pada dalam DMSO-d6.
4. Mempertimbangkan biaya pelarut. D2O dan CDCl3 adalah pelarut yang
paling umum digunakan di laboratorium karena mereka adalah yang
termurah dan memberikan hasil yang memuaskan.
5. Jika sinyal pelarut mengganggu sinyal sampel mempertimbangkan pelarut
yang berbeda, maka ubah suhu atau, jika 13 side bands C yang tumpang
tindih, decoupling karbon.
6. Filtrasi. Larutan harus bebas dari endapan, debu, serat, dan lain-lain. Hal
ini dapat dicapai dengan menyaring sampel. Buat sedikit lebih sampel dari
yang dibutuhkan.
5
2.2 Instrumen Spektroskopi NMR
Komponen spektrofotometer NMR terdiri dari, tempat, sampel, celah
magnet, ossilator radio frekuensi, detektor radio frekuensi, audio amplifier,
pencatat (recorder). Skema alat spektrofotometer NMR dapat dilihat pada Gambar
6
pada tipe internal senyawa pembanding larut bersama-sama sampel.
Senyawa pembanding biasanya tetrametilsilan (TMS).
2) Generator Medan magnet
Suatu pasangan kumparan terletak sejajar terhadap permukaan magnet,
digunakan untuk mengubah medan magnit pada suatu range yang sempit.
Dengan memvariasikan arus searah melalui kumparan ini, medan efektif
dapat diubah-ubah dengan perbedaan sekitar 10-3 gauss. Perubahan medan
ini disinkronisasikan secara linier dengan perubahan waktu. Untuk alat 60
MHz (proton), range sapuannya adalah 235 10-3 gauss. Untuk F19, C13,
diperlukan sapuan frekuensi sebesar 10 KHz.
3) Sumber frekuensi radio
Sinyal frekuensi oskilasi radio (transmiter) disalurkan pada sepasang
kumparan yang possinya 90º terhadap jalar dan magnit. Suatu oskilator
yang tetap sebesar 60, 90 atau 100 MHz digunakan dalam NMR beresolusi
tinggi.
4) Detektor sinyal :
Sinyal frekuensi radio yang dihasilkan oleh inti yang beresolusi dideteksi
dengan kumparan yang mengitari sampel dan tegak lurus terhadap sumber.
Sinyal listrik yang dihasilkan lemah dan biasanya dikuatkan dulu sebelum
dicatat.
5) Rekorder:
Pencatat sinyal NMR disinkronisasikan dengan sapuan medan, rekorder
mengendalikan laju sapuan spektrum. Luas puncak dapat digunakan untuk
menentukan jumlah relatif inti yang mengabsorpsi.
6) Tempat sampel dan probe:
Tempat sampel merupakan tabung gelas berdiameter 5mm dan dapat diisi
cairan sampai 0,4 ml. Probe sampel terdiri atas tempat kedudukan sampel,
sumber frekuensi penyapu dan kumparan detector dengan sel pembanding.
Detector dan kumparan penerima diorientasikan pada 90º. Probe sampel
menggelilingi tabung sampel pada ratusan rpm dengan sumbu
longitudinal.
7
2.2.1 Perlindungan Proton
Kegunaan yang besar dari resonansi magnet inti adalah karena tidak setiap
proton dalam molekul beresonansi pada frekuensi yang sama. Hal ini disebabkan
karena proton dikelilingi elektron dan menunjukkan adanya perbedaan lingkungan
elektronik antara satu proton dengan proton lainnya. Di dalam medan
magnet,perputaran elektron-elektron valensi dari proton menghasilkan medan
magnet yang melawan medan magnet yang digunakan. Besarnya perlindungan ini
tergantung pada kerapatan elektron yang mengelilinginya. Makin besar kerapatan
elektron yang mengelilingi inti, maka makin besar pula medan yang dihasilkan
melawan medan yang digunakan, sehingga inti merasakan medan magnet yang
mengenainya menjadi lebih kecil dan inti akan mengalami presisi pada frekuensi
yang lebih rendah.
Atom H dalam suatu senyawa organik selalu terikat dengan ikatan sigma.
Contoh : C – H
O-H
Di dalam medan magnet Ho, elektron – elektron sigma berputar
menghasilkan medan magnet molekuler kecil yang melawan Ho. Hal ini
mengakibatkan Proton dalam molekul yang terikat secara sigma akan dilindungi
(terperisai) dari medan magnet luar Ho.
Besarnya perlindungan tergantung pada kerapatan elektron yang
mengelilinginya. Makin besar kerapatan elektron maka makin besar medan
magnet molekular yang melawan. Inti / proton akan merasakan adanya
pengurangan medan magnet yang mengenainya. Sehingga diperlukan kekuatan
medan magnet luar (Ho) yang lebih besar untuk mengalahkan efek medan
imbasan agar proton dapat beresonansi.
Pengaruhnya dalam spektrum NMR pada kedudukan sinyal yaitu makin
besar kerapatan elektron maka kedudukan sinyal dari proton akan menyerap di
atas medan (up field = lebih ke kanan). Rapatan elektron ikatan kovalen C – H
dipengaruhi oleh elektronegativitas atomatom lain yang terikat pada atom C.
karena adanya atom F yang bersifat elektronegatif maka terjadi penarikan elektron
oleh F. Akibatnya kerapatan elektron di sekitar F membesar sedangkan di sekitar
8
atom H / proton rapatan elektronnya mengecil sehingga proton-proton tidak
terperisai dan menyerap di bawah medan (down field).
9
Tabel. Nilai pergeseran kimia beberapa tipe proton
No Tipe Proton Pergeseran kimia (ppm)
1 Alkil, RCH3 0,8-1,0
2 Alkil, RCH2R 1,2- 1,4
3 Alkil, R3CH 1,4-1,7
4 Nitrit, RCH2-NO2 1,6
5 Alkil klorida, RCH2CL 3,6-3,8
6 Alkil Bromida, RCH2Br 3,4-3,6
7 Alkil Iodida, RCH2I 3,1-3,3
8 Eter, ROCH2R 3,3-3,9
9 Alkohol, OHCH2R 3,3-4,0
10 Keton, R-C=O 2,1-2,6
CH3
11 Aldehid, R-COH 9,5-9,6
12 Aromatik, Ar-H 6,0-9,5
13 Alkohol Hidroksil, R-O-H 0,5-6,0
14 Karboksilat, R-COOH 10,0-13,0
15 Fenol, Ar-OH 4,5-7,7
16 Amino, R-NH2 1,0-5,0
10
dapat menjadi penting. Untuk molekul yang protonnya dikelilingi oleh distribusi
elekton yang hampir sferis, maka sirkulasi diamagnetik merupakan yang paling
penting dari setiap sirkulasi elektron terhadap perlindungan.
Derajat perlindungan elektron tergantung pada kerapatan elektron yang
mengelilingi proton. Kecepatan elektron yang tinggi di sekitar proton
menyebabkan perlindungan yang tinggi dan proton akan menyerap pada medan
yang tinggi (harga τ tinggi). Jika pengaruh induksi yang terdapat dalam molekul
mengurangi kerapatan elektron dalam orbital 1s hidrogen maka terjadi
dishielding.
11
karena perlindungan efektif inti hidrogen turun pada distorsi asimetri kabut
elektron.
5. Pengaruh pelarut, konsentrasi dan suhu
Spektrum NMR senyawa yang dilarutkan dalam suatu pelarut dapat
memberikan sedikit perbedaan bila senyawa tersebut diukur dengan menggunakan
pelarut yang lebih polar itulah sebabnya dalam pekerjaan NMR untuk proton yang
terikat pada karbon, lazimnya hanya sedikit mengalami pergeseran bila pelarut
yang digunakan diganti, kecuali bila terjadi interaksi ikatan atau dipol-dipol yang
bermakna.Untuk proton NH, SH, dan terutama OH, dalam spektrum NMR
bergeser cukup nyata pada perubahan pelarut yang polaritasnya berbeda.
Pengaruh ini sangat erat hubungannya dengan ikatan hidrogen, dalam keadaan ini
berlangsung meskipun konsentrasi yang digunakan berbeda dalam pelarut yang
sama. Pada konsentrasi yang rendah, ikatan hidrogen intermolekul berkurang pada
senyawa OH, NH, dan SH yang sederhana. Hal ini diakibatkan karena ikatan
hidrogen melibatkan perpindahan kabut elektron dari atom hidrogen ke atom
elektronegatif tetangga O, N, atau S, sehingga merasakan pengaruh deshielding
bila ikatan hidrogen kuat. Pada konsentrasi yang tinggi (ikatan hidrogen kuat,
deshielding kuat) proton-proton OH, NH, dan SH muncul pada δ yang lebih tinggi
bila dibandingkan dalam larutan encer. Kenaikan suhu juga menurunkan ikatan
hidrogen intermolekul, sehingga kedudukan resonansi proton tergantung pada
suhu. (suhu lebih tinggi berarti harga δ lebih rendah). Ikatan hidrogen
intramolekul tidak berubah oleh pengenceran, dan spektrum NMR sistem terebut
sesunguhnya tidak mengalami perubahan konsentrasi atau suhu.
6. Pengaruh subtituen
Berdasarkan pengaruh subtituen pada frekuensi resonansi adalah bersifat
aditif, hingga memungkinkan membuat tetapan subtituen secara empiris S ( δ )
atau penambahan yang pada umumnya memberikan penentuan frekuensi
resonansi yang baik. Substituen tersebut antara lain senyawa alifatik, benzen
tersubtitusi, dan sistem olefin.
7. Hubungan ikatan hidrogen dengan karbon
Proton alifatik, dengan tidak adanya pengaruh dishielding yang disebabkan
oleh gugus atau atom tetangga, biasanya merupakan proton yang paling tinggi
12
perlindungannya dari semua tipe senyawa organik pada umumnya. Perlindungan
proton pada sistem siklis tergantung pada besarnya cincin.
8. Hubungan ikatan hidrogen dengan inti lain
Senyawa dengan gugus fungsional yang mengandung unsur oksigen,
nitrogen dan belerang yaitu yang tidak terikat pada karbon lazim dinyatakan
sebagai hidrogen aktif. Spektrum NMR dari proton tersebut tergantung pada
adanya ikatan hidrogen intermolekul dan tergantung pada perubahan kimia.
Kedudukan spektrum proton tergantung pada konsentrasi suhu, dan sifat pelarut
yang Proton yang terikat pada inti lain kadang-kadang dapat diamati dengan
spektrofotometer resonansi magnetik proton yang lazim, kedudukan serapan telah
dapat dicatat dalam fasa gas adalah ( δ ): H2, 4,33 ;NH3, 0,18 ; SiH4, 3,23 ;PH3,
1,71 ; H2S, 0,31 ; HF, 2,37 ; HCl, -0,22 ; HBr, -2,12 ; HJ, -13,02. Proton yang
terikat pada logam transisi menyerap pada daerah -7 hingga -20 δ .
13
Dalam suatu molekul, proton-proton dengan lingkungan yang sama akan
menyerap tenaga yang berbeda pula. Proton dengan lingkungan yang sama
dikatakan ekuivalen . Jumlah sinyal dalam spektrum NMR dapat menerangkan
pada kita berapa banyak proton-proton yang ekuivalen yang terkandung dalam
suatu molekul. Sedangkan kedudukan sinyal akan membantu menerangkan
kepada kita jenis protonproton dalam suatu molekul, apakah aromatik, alfiatik,
primer, sekunder, tersier, benzil, vinil, asitilen, berdekatan dengan halogen atau
gugus lainnya.
Contoh :
CH3 - CH2-Cl CH3- CHCl- CH3 CH3- CH2- CH2-Cl
a b a b a a b c
Sinyal NMR 2 Sinyal NMR 2 Sinyal NMR 3
Demikian pula untuk senyawa fenil aseton, akan terdapat 3 tipe proton yang
berbeda, yaitu :
Sehingga
spektrofotometer NMR akan memberikan sinyal sebagai berikut :
14
Namun demikian, karena adanya spin-spin coupling (perjodohan spin)
kebanyakan spektra NMR tidaklah menunjukkan puncak yang single tetapi akan
bergerombol.
Contoh :
1. -CH – CH2
(a) (b)
Signal Hb digeser ke upfield atau downfield tergantung spin Ha searah atau
berlawanan dengan medan magnet. Separuh molekul Ha berspin ↑ dan separuh
berspin ↓; Hb akan terlihat doublet bukan singlet. Dua Hb memecah signal Ha,
ada 4 kedudukan spin untuk dua Hb :
↑↑∶↑↓: ↓↑∶↓↓
ditengah ada 2 kedudukan spin berefek sama, maka signal Ha dipecah menjadi
triplet dengan perbandingan 1 : 2 : 1
2. –CH –CH3
(a) (b)
Hb akan nampak sebagai doublet karena efek dari Ha, sedang Ha akan
nampak sebagai kuartet karena efek dari 3 Hb yang dilukiskan sebagai berikut :
15
Sebagai contoh dari uraian tersebut, maka perhatikan spektra NMR dari toluene;
p-exilen, dan mesitelen.
Gambar : Spektra NMR dari (a) Toluena; (b) p-Xilena; dan (c) Mesitilena
16
Dalam ketiga spektra tersebut terlihat adanya dua puncak serapan. Dalam
setiap proton –proton dari cincin menunjukkan serapan low field, yang
karakteristik dari proton-proton aromatik dan untuk ketiga jenis senyawa tersebut
mempunyai pergeseran kimia yang hampir sama yaitu pada δ 7,17; 7,05; dan 6,79.
setiap senyawa di atas, proton-proton rantai samping cukup dekat dengan cincin,
yang memberikan pengaruh kecil terhadap gejala deshielding dari elektron-
elektron phi hingga serapan terjadi sekitar down field dari proton-proton alkil
pada umumnya, yaitu pada δ 2,32; 2,30; dan 2,15.
Sekarang kita perhatikan intensitas relatif dari masing-masing serapan.
Dari ketinggian puncak-puncak secara kasar kita melihat bahwa puncak high field
untuk proton-proton rantai samping lebih kecil daripada puncak low field dari
proton-proton aromatik. Perbandingan yang didasarkan pada luasan dibawah
puncak, menunjukkan bahwa puncak-puncak untuk proton-proton rantai samping
dan proton-proton aromatik mempunyai harga dengan perbandingan 3 : 5 untuk
Toluene; 3: 2 untuk pXilena; dan 3:1 untuk mesitilena. Keadaan ini merupakan
gambaran yang umum dari semua spektra NMR. Luas dibawah sinyal NMR
adalah berbanding langsung dengan jumlah proton yang menimbulkan sinyal.
Sebuah spektrum NMR menunjukkan sebuah sinyal untuk setiap jenis
proton dalam suatu molekul. Namun jika kita perhatikan ternyata kebanyakan dari
spektrum NMR jauh lebih kompleks. Hal ini disebabkan oleh pengaruh dari
lingkungan proton sekitar.
Sebagai contoh adalah spektra yang ditunjukkan oleh tiga senyawa berikut :
CH2Br – CHBr2 CH3 - CHBr2 CH3 – CH2Br
1,1,2-tribomoetana 1,1-dibromoetana Etil bromide
Setiap senyawa hanya mengandung dua macam proton, sehingga
seharusnya terdapat dua puncak. Tetapi kenyataannya masing-masing mempunyai
puncak sebanyak lima, enam, dan tujuh.
17
SSpektrum dari masing-masing senyawa tersebut dapat dilihat dalam Gambar
18
Hal yang sama terjadi pada spektra isopropilbromida Serapan oleh enam
proton metil Ha muncul sebagai upfield, dipecah menjadi sebuah doublet oleh
proton tunggal Hb yang berdekatan. Proton tunggal Hb muncul pada down field
dipecah menjadi septet oleh enam proton Ha.
19
Bagaimana menentukan coupling constant?
Perhatikan gambar berikut :
Andaikan jarak antara dua puncak seperti terlihat diatas adalah 1,5 ppm.
Kemudian misalnya satu skala ppm pada kertas spektrum NMR menyatakan 5 Hz,
maka besarnya tetapan perjodohan (coupling constant) adalah :
J =1,5 x 5 = 7,5 Hz
Jadi pada dasarnya, tetapan kopling adalah besarnya jarak antara dua
puncak dalam satuan Hz. Selanjutnya beberapa tetapan kopling diberikan pada
Tabel berikut
Tabel Beberapa Perjodohan
20
Dari Tabel terlihat bahwa besarnya tetapan perjodohan dipengaruhi oleh
jarak, yaitu menurun dengan bertambahnya jarak. Proton yang terletak pada
karbon yang bersebelahan menunujukkan pemisahan yang cukup besar (J = 6 – 8
Hz). Sedangkan proton yang terletak berjauhan hampir tidak dipengaruhi
kehadiran proton lainnya (J = 0 – 1 Hz). Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel
tersebut tetapan perjodohan dapat dipakai untuk membedakan isomer-isomer cis-
trans atau kedudukan subtituen orto, meta, dan para pada cincin benzena.
Berikut adalah beberapa aturan mengenai spin-spin coupling :
1. Interaksi spin-spin tidak tergantung pada kekuatan medan. Tetapan
coupling nilainya tidak berubah, tetapi pergeseran kimia dapat berubah
akibat perubahan kekuatan medan.
2. Inti ( proton ) yang ekuivalen tidak berinteraksi satu sama lain untuk
menghasilkan splitting.
3. Keberadaan puncak ditentukan oleh banyaknya proton pada atom
terdekat, yaitu n + 1
4. Intensitas sistem puncak berganda ( multiplet ) ini umumnya bersifat
simetris, sedangkan intensitas relatifnya mengikuti aturan segitiga pascal
( a + b )n, dimana n = jumlah proton terdekat yang menyebabkan splitting
5. Tetapan coupling makin kecil bila jarak interaksi makin jauh
6. Tetapan coupling nilainya sama dalam sepasang proton yang berinteraksi
7. Tetapan coupling jarang lebih besar dari 20 Hz sedangkan pergeseran
kimia dapat mencapai 1000 Hz 8. Pada sistem multiplet, pergeseran kimia
dihitung pada pusatnya
21
2.2.8 Intensitas Relatif
Secara umum sekelompok dari n proton yang ekuivalen akan memecah
signal NMR menjadi n + 1 puncak. Intensitas relatif dari hukum n + 1
digambarkan oleh segitiga Pascal sebagi berikut :
22
pada asetil asetat yang berdekatan dengan gugusan karbonil bersifat kurang
shielding yang akan memberikan resonansi pada δ = 2,03, sedangkan proton
metilen muncul sebagai kuartet pabda δ = 4,12 ppm.
23
BAB III
KESIMPULAN
1.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penulisan Spektrofotometri Sinar Tampak dan
ultraviolet, dapat diambil kesimpulan bahwa:
1) Syarat pelarut yang digunakan tidak boleh mengandung atom hidrogen,
karena adanya atom hidrogen pada pelarut akan mengganggu puncak.
2) Besarnya perlindungan tergantung pada kerapatan elektron yang
mengelilinginya. Makin besar kerapatan elektron maka makin besar
medan magnet molekular yang melawan
3) Dalam menginterpretasi spektrum NMR, ada empat langkah yang perlu
diperhatikan, yaitu : Jumlah sinyal, Kedudukan Sinyal,Intensitas
Sinyal,dan pemecahan (Splitting)
4) Hukum Pemecahan N + 1, dimana N adalah jumlah atom H/ proton
tetangga yang tidak ekuivalen Pemecahan spin-spin disebabkan adanya
proton bertetangga (proton-proton opada atom C didekatnya) yang tidak
ekuivalen dengan proton yang memiliki puncak tersebut.
5) Aplikasi NMR dalam analisis kualitatif yaitu untuk karakterisasi
senyawa organic dan Aplikasi NMR dalam analisis kuantitatif digunakan
untuk menentukan air dalam produk makanan bahan baku kertas dan
materi-materi hasil pertanian.
24
DAFTAR PUSTAKA
Khopkar, S.M, 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, Universitas Indonesia (UI-
Press), Jakarta.
Tim Kimia Analitik ,(2016), Kimia Analitik III, Universitas Negeri Medan,
Medan.
25