You are on page 1of 27

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat karunia-Nya
penulis mampu menyelesaikan makalah dengan judul Spektroskopi Resonansi
Magnet Inti.
Makalah Spektroskopi Resonansi Magnet Inti merupakan salah satu tugas
mata kuliah Kimia Analitik III.
Melalui makalah Spektroskopi Resonansi Magnet Inti dapat menunjang
penulis di dalam mata kuliah Kimia Analitik III. Selain itu, dengan hadirnya
makalah ini dapat memberikan informasi yang dapat menjadi pengetahuan baru
bagi pembacanya.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Drs. Jasmidi, Selaku dosen pengampuh mata kuliah Kimia Analitik III
serta kepada seluruh pihak yang terikat di dalam penulisan makalah Spektroskopi
Resonansi Magnet Inti ini.
Penulis menyadari bahwa, masih banyak kesalahan dan kekurangan di
dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang konstruktif untuk kesempurnaan makalah ini di masa yang akan
datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Medan April 2016

Penulis

i
DAFTAS ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3
2.1 Resonansi Magnetik Inti (NMR) .............................................................. 3
2.1.1 Mekanisme serapan (resonansi) ..................................................... 4
2.1.2 Pelarut untuk spektroskopi NMR................................................... 4
2.2 Instrumen Spektroskopi NMR ................................................................. 6
2.2.1 Perlindungan Proton....................................................................... 8
2.2.2 Senyawa Pembanding .................................................................... 9
2.2.3 Pergeseran Kimia ......................................................................... 9
2.2.4 Skala NMR………....................................................................... 13
2.2.5 Spektrum NMR…. ....................................................................... 13
2.2.6 Kopling Spin…….. ...................................................................... 19
2.2.7 Hukum Pemecahan n+1. .............................................................. 21
2.2.8.Intensitas Relatif… ...................................................................... 21
2.3 Aplikasi Spektroskopi NMR .................................................................. 22
2.3.1 Aplikasi dalam bidang Kualitatif. ................................................. 22
2.3.2 Aplikasi dalam bidang Kuantitatif. ............................................... 23
BAB III KESIMPULAN ........................................................................... 24
3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 25

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Spektroskopi nuklir magnetik resonansi melibatkan perubahan keadaan
perputaran momen nuklir magnetik, ketika intinya mengabsorpsi radiasi
elektromagnetik dalam suatu medan magnet yang kuat. Dua jenis spektroskopi
yang dipakai sekarang adalah NMR H1 (proton) dan NMR C13(karbon 13).
Spektrum NMR proton sangat berguna untuk menentukan bagian hidrogen dari
suatu senyawa. Pada tahun-tahun akhir ini, spektroskopi nmr proton dipakai
sebagai alat standar dalam proyek kedokteran untuk mengukur berat jenis jaringan
sehingga dapat menunjukkan tempat tumor pada jaringan tersebut. Spektroskopi
nmr C13, suatu alat paling baru dipakai untuk mengidentifikasi perbedaan macam
– macam karbon dalam suatu senyawa.
Blonch dan Purcell menemukan bahwa inti atom berorientasi terhadap
medan magnet. Setiap proton di dalam molekul yang sifat kimianya berbeda akan
memberikan garis-garis resonansi orientasi magnet yang berbeda. Ini adalah awal
lahirnya Nuclear Magnetic Resonance (NMR).
Nuclear Magnetic Resonance (NMR) adalah salah satu metode analisis
yang paling mudah digunakan pada kimia modern. NMR digunakan untuk
menentukan struktur dari komponen alami dan sintetik yang baru, kemurnian dari
komponen, dan arah reaksi kimia sebagaimana hubungan komponen dalam
larutan yang dapat mengalami reaksi kimia.Meskipun banyak jenis nuclei yang
berbeda akan menghasilkan spektrum, nuclei hidrogen (H) secara histori adalah
salah satu yang paling sering diamati. Spektrokopi NMR khususnya digunakan
pada studi molekul organik karena biasanya membentuk atom hidrogen dengan
jumlah yang sangat besar.
Pada spektrum hidrogen NMR menghadirkan beberapa resonansi yang
menjelaskan pertama bahwa molekul yang dipelajari mengandung hidrogen.
Kedua, jumlah pita dalam spektrum menunjukkan bagaimana beberapa posisi
yang berbeda pada molekul dimana hidrogen melekat/menempel. Frekuensi dari
beberapa resonansi utama pada spektrum NMR menunjukkan perubahan kimia.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana syarat pelarut yang digunakan dalam Spektroskopi NMR?
2. Bagaimana Perlindungan Proton dalam Spektroskopi NMR?
3. Apa saja langkah-langkah dalam Spektrum NMR ?
4. Bagaimana Hukum Pemecahan n+1 dalam Spektroskopi NMR??
5. Bagaimana Aplikasi kualitatif dan kuatitatif dalam Spektroskopi NMR?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui syarat pelarut yang digunakan dalam Spektroskopi
NMR
2. Untuk Mengetahui Perlindungan Proton dalam Spektroskopi NMR
3. Untuk Mengetahui langkah-langkah dalam Spektrum NMR
4. Untuk Mengetahui Hukum Pemecahan n+1 dalam Spektroskopi NMR
5. Untuk Mengetahui Aplikasi kualitatif dan kuatitatif dalam Spektroskopi
NMR

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Resonansi Magnetik Inti (NMR)


Spektroskopi Resonansi Magnetik Inti (NMR) adalah suatu alat yang
paling canggih yang tersedia untuk menentukan struktur senyawa organik. Teknik
ini bergantung pada kemampuan inti atom untuk berperilaku seperti sebuah
magnet kecil dan menyesuaikan diri dengan medan magnet eksternal. Ketika
diradiasi dengan frekuensi gelombang radio, inti dalam molekul dapat berubah
sejajar dengan medan magnet.
Spektrometri NMR pada dasarnya merupakan spektrometri absorbsi,
sebagaimana spektrometri infra merah maupun ultraviolet. Pada kondisi yang
sesuai, suatu sampel dapat mengabsorpsi radiasi elektromagnetik daerah frekuensi
radio, pada frekuensi yang tergantung dari sifat-sifat sampel. Suatu plot dari
frekuensi puncak-puncak absorbsi versus intensitas puncak memberikan suatu
spektrum NMR. Spektroskopi NMR (Nuclear Magnetic Resonance) didasarkan
pada medan magnet yang berasal dari spin inti atom yang bermuatan listrik.
NMR digunakan untuk menentukan struktur dari komponen alami dan
sintetik yang baru, kemurnian dari komponen, dan arah reaksi kimia sebagaimana
hubungan komponen dalam larutan yang dapat mengalami reaksi kimia. Dasar
dari spektroskopi NMR adalah absorpsi radiasi elektromagnetik dengan frekuensi
radio oleh inti atom. Frekuensi radio yang digunakan berkisar dari 0,1 sampai
dengan 100 MHz. Bahkan, baru-baru ini ada spektrometer NMR yang
menggunakan radio frekuensi sampai 500 MHz.
Inti proton (atom hidrogen) dan karbon (karbon 13) mempunyai sifat-sifat
magnet. Bila suatu senyawa mengandung hidrogen atau karbon diletakkan dalam
bidang magnet yang sangat kuat dan diradiasi dengan radiasi elektromagnetik
maka inti atom hidrogen dan karbon dari senyawa tersebut akan menyerap energi
melalui suatu proses absorpsi yang dikenal dengan resonansi magnetik. Absorpsi
radiasi terjadi bila kekuatan medan magnet sesuai dengan frekuensi radiasi
elektromagnetik.

3
2.1.1 Mekanisme serapan (resonansi)
Tenaga diserap oleh proton karena kenyataannya bahwa mereka mulai
berputar miring dalam medan magnet yang digunakan. Karena pengaruh medan
gravitasi bumi, maka gasing mulai bergoyang sekitar sumbunya. Hal tersebut
terjadi pula pada inti yang berputar akibat pengaruh medan magnet yang
digunakan. Bila medan magnet diberikan, inti akan mulai presesi sekitar sumbu
putarnya sendiri dengan frekuensi anguler (sudut 𝜔). Frekuensi saat proton presesi
adalah berbanding lurus dengan kekuatan medan magnet yang digunakan. Jika
medan magnet yang digunakan adalah 14.100 Gauss, maka frekuensi presisi dari
proton adalah sekitar 60 MHz. Karena ini mempunyai muatan, maka presisi
menghasilkan getaran medan listrik dengan frekuensi yang sama. Jika gelombang
frekuensi radio dari frekuensi yang sama ini digunakan terhadap proton yang
berputar, maka tenaga dapat diserap. Bila frekuensi dari komponen medan listrik
yang bergetar dari radiasi yang datang tepat sama dengan frekuensi dari medan
listrik yang dihasilkan oleh inti yang berputar, dua medan dapat digabung dan
tenaga dapat dipindahkan dari radiasi yang datang ke inti, sehingga menyebabkan
muatan berputar, keadaan ini disebut resonansi, dan dikatakan inti beresonansi
dengan gelombang elektromagnetik yang datang.

2.1.2 Pelarut untuk spektroskopi RMI


Spektra RMI biasanya ditentukan dari larutan substansi yang akan dianalisis.
Untuk itu pelarut yang digunakan tidak boleh mengandung atom hidrogen, karena
adanya atom hidrogen pada pelarut akan mengganggu puncak-puncak spektrum.
Ada dua cara untuk mencegah gangguan oleh pelarut. Anda dapat menggunakan
pelarut seperti tetraklorometana, CCl4, yang tidak mengandung hidrogen, atau
anda dapat menggunakan pelarut yang atom-atom hidrogennya telah diganti
dengan isotopnya, deuterium, sebagai contoh CDCl3 sebagai ganti CHCl3. Semua
spektrum RMI pada bagian ini menggunakan CDCl3 sebagai pelarut. Atom-atom
deuterium mempunyai sifat-sifat magnetik yang sedikit berbeda dari hidrogen,
sehingga mereka akan menghasilkan puncak pada area spektrum yang berbeda.

4
Pemilihan pelarut ditentukan oleh sejumlah faktor :
1. Pelarut mengandung hidrogen hasil sinyal besar biasa yang mungkin rawa-
orang dari sampel Anda: situasi ini diperparah dengan efek saturasi yang
memperluas sinyal besar. Kami merekomendasikan penggunaan pelarut
deuterated sedapat mungkin.
2. Sampel harus cukup larut untuk menghasilkan spektrum NMR.
spektrum 1 H dan 1 H NMR diamati, dianjurkan untuk melarutkan antara 2
dan 10 mg antara 0,6 dan 1 mL pelarut sehingga kedalaman sampel
minimal 4,5 cm di dalam tabung. Untuk sampel dengan berat molekul
tinggi, larutan yang lebih pekat kadang-kadang dianjurkan. Namun,
larutan yang terlalu terkonsentrasi mengarah untuk menurunkan resolusi
karena kejenuhan dan / atau peningkatan viskositas. Untuk 13C NMR
antara 10 dan 50 mg sampel dianjurkan. Jika tidak memiliki cukup sampel
atau tidak dapat mencapai kelarutan yang cukup tinggi, masih
dimungkinkan untuk memperoleh spektrum meskipun dianjurkan untuk
meminta layanan 500 MHz dan akan memakan waktu lebih lama untuk
mendapatkan spektrum.
3. Untuk mencapai resolusi maksimal, pilihlah bahan pelarut dengan
viskositas rendah. Namun, mencapai resolusi yang lebih tinggi lebih sulit
bagi operator dan kemungkinan untuk meningkatkan waktu layanan yang
diperlukan. Sebagai contoh, sebuah sampel dalam dietil eter-d10 akan
menghasilkan spektrum yang tajam tetapi mungkin memakan waktu lebih
lama untuk berjalan dari pada dalam DMSO-d6.
4. Mempertimbangkan biaya pelarut. D2O dan CDCl3 adalah pelarut yang
paling umum digunakan di laboratorium karena mereka adalah yang
termurah dan memberikan hasil yang memuaskan.
5. Jika sinyal pelarut mengganggu sinyal sampel mempertimbangkan pelarut
yang berbeda, maka ubah suhu atau, jika 13 side bands C yang tumpang
tindih, decoupling karbon.
6. Filtrasi. Larutan harus bebas dari endapan, debu, serat, dan lain-lain. Hal
ini dapat dicapai dengan menyaring sampel. Buat sedikit lebih sampel dari
yang dibutuhkan.

5
2.2 Instrumen Spektroskopi NMR
Komponen spektrofotometer NMR terdiri dari, tempat, sampel, celah
magnet, ossilator radio frekuensi, detektor radio frekuensi, audio amplifier,
pencatat (recorder). Skema alat spektrofotometer NMR dapat dilihat pada Gambar

Cara kerja dari masing-masing komponen peralatannya:


1) Magnit
Akurasi dan kualitas suatu alat NMR yang tergantung pada kekuatan
magnitnya. Resolusi akan bertambah dengan kenaikkan kekuatan
medannnya, bila medan magnitnya homogen elektromagnit dan
kumpaaran superkonduktor (selenoids). Magnit permanen mempunyai
kuat medan 7046-14002 G, ini sesuai dengan frekuensi oskilator antara
30-60 MHz. Termostat yang baik diperlukan karena magnit bersifat peka
terhadap temperatur. Elektromagnit memerlukan sistem pendingin,
elektromagnit yang banyak di pasaran mempunyai frekuensi 60, 90 dan
100 MHz untuk proton. NMR bersolusi tinggi dan bermagnit
superkonduktor dengan frekuensi proton beresolusi tinggi dan bermagnit
superkonduktor dengan frekuensi proton 470 MHz. Pengaruh fluktuasi
medan dapat diatasi dengan sistem pengunci frekuensi, dapat berupa tipe
pengunci eksternal atau internal. Pada tipe eksternal wadah senyawa
pembanding dengan senyawa sampel berada pada tempat terpisah, sedang

6
pada tipe internal senyawa pembanding larut bersama-sama sampel.
Senyawa pembanding biasanya tetrametilsilan (TMS).
2) Generator Medan magnet
Suatu pasangan kumparan terletak sejajar terhadap permukaan magnet,
digunakan untuk mengubah medan magnit pada suatu range yang sempit.
Dengan memvariasikan arus searah melalui kumparan ini, medan efektif
dapat diubah-ubah dengan perbedaan sekitar 10-3 gauss. Perubahan medan
ini disinkronisasikan secara linier dengan perubahan waktu. Untuk alat 60
MHz (proton), range sapuannya adalah 235 10-3 gauss. Untuk F19, C13,
diperlukan sapuan frekuensi sebesar 10 KHz.
3) Sumber frekuensi radio
Sinyal frekuensi oskilasi radio (transmiter) disalurkan pada sepasang
kumparan yang possinya 90º terhadap jalar dan magnit. Suatu oskilator
yang tetap sebesar 60, 90 atau 100 MHz digunakan dalam NMR beresolusi
tinggi.
4) Detektor sinyal :
Sinyal frekuensi radio yang dihasilkan oleh inti yang beresolusi dideteksi
dengan kumparan yang mengitari sampel dan tegak lurus terhadap sumber.
Sinyal listrik yang dihasilkan lemah dan biasanya dikuatkan dulu sebelum
dicatat.
5) Rekorder:
Pencatat sinyal NMR disinkronisasikan dengan sapuan medan, rekorder
mengendalikan laju sapuan spektrum. Luas puncak dapat digunakan untuk
menentukan jumlah relatif inti yang mengabsorpsi.
6) Tempat sampel dan probe:
Tempat sampel merupakan tabung gelas berdiameter 5mm dan dapat diisi
cairan sampai 0,4 ml. Probe sampel terdiri atas tempat kedudukan sampel,
sumber frekuensi penyapu dan kumparan detector dengan sel pembanding.
Detector dan kumparan penerima diorientasikan pada 90º. Probe sampel
menggelilingi tabung sampel pada ratusan rpm dengan sumbu
longitudinal.

7
2.2.1 Perlindungan Proton
Kegunaan yang besar dari resonansi magnet inti adalah karena tidak setiap
proton dalam molekul beresonansi pada frekuensi yang sama. Hal ini disebabkan
karena proton dikelilingi elektron dan menunjukkan adanya perbedaan lingkungan
elektronik antara satu proton dengan proton lainnya. Di dalam medan
magnet,perputaran elektron-elektron valensi dari proton menghasilkan medan
magnet yang melawan medan magnet yang digunakan. Besarnya perlindungan ini
tergantung pada kerapatan elektron yang mengelilinginya. Makin besar kerapatan
elektron yang mengelilingi inti, maka makin besar pula medan yang dihasilkan
melawan medan yang digunakan, sehingga inti merasakan medan magnet yang
mengenainya menjadi lebih kecil dan inti akan mengalami presisi pada frekuensi
yang lebih rendah.
Atom H dalam suatu senyawa organik selalu terikat dengan ikatan sigma.
Contoh : C – H
O-H
Di dalam medan magnet Ho, elektron – elektron sigma berputar
menghasilkan medan magnet molekuler kecil yang melawan Ho. Hal ini
mengakibatkan Proton dalam molekul yang terikat secara sigma akan dilindungi
(terperisai) dari medan magnet luar Ho.
Besarnya perlindungan tergantung pada kerapatan elektron yang
mengelilinginya. Makin besar kerapatan elektron maka makin besar medan
magnet molekular yang melawan. Inti / proton akan merasakan adanya
pengurangan medan magnet yang mengenainya. Sehingga diperlukan kekuatan
medan magnet luar (Ho) yang lebih besar untuk mengalahkan efek medan
imbasan agar proton dapat beresonansi.
Pengaruhnya dalam spektrum NMR pada kedudukan sinyal yaitu makin
besar kerapatan elektron maka kedudukan sinyal dari proton akan menyerap di
atas medan (up field = lebih ke kanan). Rapatan elektron ikatan kovalen C – H
dipengaruhi oleh elektronegativitas atomatom lain yang terikat pada atom C.
karena adanya atom F yang bersifat elektronegatif maka terjadi penarikan elektron
oleh F. Akibatnya kerapatan elektron di sekitar F membesar sedangkan di sekitar

8
atom H / proton rapatan elektronnya mengecil sehingga proton-proton tidak
terperisai dan menyerap di bawah medan (down field).

2.2.2 Senyawa Pembanding


Senyawa pembanding yang banyak digunakan adalah tetrametilsilan
(TMS) yang mempunyai struktur sebagai berikut :
CH3
H3C Si CH3
CH3

TMS dipilih sebagai standar karena beberapa alasan, diantaranya:


1) TMS mempunyai 12 atom hidrogen yang semuanya memiliki lingkungan
kimia yang sama. Mereka terikat oleh atom yang sama dengan cara yang
sama sehingga tidak hanya menghasilkan puncak tunggal tetapi juga
puncak yang kuat (karena ada banyak atom hidrogen).
2) Hidrogen pada senyawa ini lebih terlindungi dibandingkan pada senyawa
lain karena adanya elektron-elektron ikatan C-H. Ini artinya inti hidrogen
lebih terlindungi dari medan magnet luar, dan anda harus meningkatkan
medan magnet untuk membawa hidrogen ini kembali ke kondisi
resonansinya.
Pengaruh dari hal ini adalah TMS menghasilkan puncak yang ekstrim pada sisi
kanan. Dan puncak lain akan muncul di sebelah kirinya.

2.2.3 Pergeseran Kimia


Pergeseran kimia adalah bilangan dimana resonansi proton bergeser dari
TMS dalam satuan menyatakan pergeseran kimia, biasanya digunakan skala delta
(𝛿) yang didefinisikan sebagai berikut :

𝑃𝑒𝑟𝑔𝑒𝑠𝑒𝑟𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑇𝑀𝑆 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝐻𝑧


𝛿=
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑟𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑀𝐻𝑧

9
Tabel. Nilai pergeseran kimia beberapa tipe proton
No Tipe Proton Pergeseran kimia (ppm)
1 Alkil, RCH3 0,8-1,0
2 Alkil, RCH2R 1,2- 1,4
3 Alkil, R3CH 1,4-1,7
4 Nitrit, RCH2-NO2 1,6
5 Alkil klorida, RCH2CL 3,6-3,8
6 Alkil Bromida, RCH2Br 3,4-3,6
7 Alkil Iodida, RCH2I 3,1-3,3
8 Eter, ROCH2R 3,3-3,9
9 Alkohol, OHCH2R 3,3-4,0
10 Keton, R-C=O 2,1-2,6
CH3
11 Aldehid, R-COH 9,5-9,6
12 Aromatik, Ar-H 6,0-9,5
13 Alkohol Hidroksil, R-O-H 0,5-6,0
14 Karboksilat, R-COOH 10,0-13,0
15 Fenol, Ar-OH 4,5-7,7
16 Amino, R-NH2 1,0-5,0

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pergeseran Kimia


1. Pengaruh kerapatan elektron pada proton
Diamagnetik adalah sifat atom dan pada umumnya penting bila atom
mempunyai stuktur elektronik simetri dan tidak ada momen magnet permanen.
Distribusi elektron dalam atom hidrogen, ion hibrid, dan proton bebas semuanya
adalah simetri sferis, sedangkan untuk proton dalam molekul organik tidak.
Medan magnet menginduksi perputaran elektron seputar inti dalam bidang tegak
lurus terhadap medan magnet yang digunakan.
Perputaran diamagnetik ini menghasilkan medan magnet kecil yang
arahnya berlawanan terhadap arah medan yang digunakan. Karena distribusi
elektron disekitar proton dalam molekul organik tidak dapat memiliki bentuk yang
simetris sferis, maka pengaruh tambahan terhadap sirkulasi elektron diamagnetik

10
dapat menjadi penting. Untuk molekul yang protonnya dikelilingi oleh distribusi
elekton yang hampir sferis, maka sirkulasi diamagnetik merupakan yang paling
penting dari setiap sirkulasi elektron terhadap perlindungan.
Derajat perlindungan elektron tergantung pada kerapatan elektron yang
mengelilingi proton. Kecepatan elektron yang tinggi di sekitar proton
menyebabkan perlindungan yang tinggi dan proton akan menyerap pada medan
yang tinggi (harga τ tinggi). Jika pengaruh induksi yang terdapat dalam molekul
mengurangi kerapatan elektron dalam orbital 1s hidrogen maka terjadi
dishielding.

2. Pengaruh kerapatan elektron pada atom karbon tetangga


Proton dalam senyawa organik biasanya tidak langsung terikat pada unsur
elektronegatif. Meskipun demikian, pengaruh dapat jauh melalui kerangka karbon
senyawa, dan kerapatan muatan pada atom karbon tetangga akan menjadi suatu
faktor penentu untuk frekuensi resonansi proton. Jika perlindungan hanya
diakibatkan oleh diamagnetik lokal, maka karakteristik perlindungan akan selalu
sesuai dengan elektronegativitas atom yang terikat (pengaruh induksi).
3. Pengaruh anisotropi.
Kedudukan pergeseran kimia untuk proton yang terikat pada alkena lebih
tinggi daripada yang diakibatkan oleh pengaruh elektronegativitas sendiri.
Pengaruh ini sangat kompleks yang dapat mengakibatkan terjadinya pergeseran
kimia ke arah downfield atau pergeseran upfield. Sebagai tambahan pengaruh
tersebut adalah paramagnetik dalam arah tertentu di sekitar kabut phi dan
pengaruh sebaliknya diamagnetik. Sehingga pengaruh tersebut dinyatakan sebagai
anisotrop, yaitu sebagai kebalikan isotrop (beroperasi melalui ruang dalan
keadaan yang sama).
4. ” Van der Walls deshielding”
Jika proton yang terikat pada atom yang berbeda didekatkan hingga cukup
dekat hingga terjadi penolakan Van der Waals. Pada keadaan ini proton akan
mengalami saling tindih terlindungi. Sebagai contoh, proton dalam konformasi
sistem kursi sikloheksanon akan beresonaasi pada magnet yang lebih rendah bila
R = CH3 bila dibandingkan R = H. Pergeseran paramagnetik yang disebabakan
oleh penolakan inter molekuler Van der Waals hanya mengakibatkan terlindungi,

11
karena perlindungan efektif inti hidrogen turun pada distorsi asimetri kabut
elektron.
5. Pengaruh pelarut, konsentrasi dan suhu
Spektrum NMR senyawa yang dilarutkan dalam suatu pelarut dapat
memberikan sedikit perbedaan bila senyawa tersebut diukur dengan menggunakan
pelarut yang lebih polar itulah sebabnya dalam pekerjaan NMR untuk proton yang
terikat pada karbon, lazimnya hanya sedikit mengalami pergeseran bila pelarut
yang digunakan diganti, kecuali bila terjadi interaksi ikatan atau dipol-dipol yang
bermakna.Untuk proton NH, SH, dan terutama OH, dalam spektrum NMR
bergeser cukup nyata pada perubahan pelarut yang polaritasnya berbeda.
Pengaruh ini sangat erat hubungannya dengan ikatan hidrogen, dalam keadaan ini
berlangsung meskipun konsentrasi yang digunakan berbeda dalam pelarut yang
sama. Pada konsentrasi yang rendah, ikatan hidrogen intermolekul berkurang pada
senyawa OH, NH, dan SH yang sederhana. Hal ini diakibatkan karena ikatan
hidrogen melibatkan perpindahan kabut elektron dari atom hidrogen ke atom
elektronegatif tetangga O, N, atau S, sehingga merasakan pengaruh deshielding
bila ikatan hidrogen kuat. Pada konsentrasi yang tinggi (ikatan hidrogen kuat,
deshielding kuat) proton-proton OH, NH, dan SH muncul pada δ yang lebih tinggi
bila dibandingkan dalam larutan encer. Kenaikan suhu juga menurunkan ikatan
hidrogen intermolekul, sehingga kedudukan resonansi proton tergantung pada
suhu. (suhu lebih tinggi berarti harga δ lebih rendah). Ikatan hidrogen
intramolekul tidak berubah oleh pengenceran, dan spektrum NMR sistem terebut
sesunguhnya tidak mengalami perubahan konsentrasi atau suhu.
6. Pengaruh subtituen
Berdasarkan pengaruh subtituen pada frekuensi resonansi adalah bersifat
aditif, hingga memungkinkan membuat tetapan subtituen secara empiris S ( δ )
atau penambahan yang pada umumnya memberikan penentuan frekuensi
resonansi yang baik. Substituen tersebut antara lain senyawa alifatik, benzen
tersubtitusi, dan sistem olefin.
7. Hubungan ikatan hidrogen dengan karbon
Proton alifatik, dengan tidak adanya pengaruh dishielding yang disebabkan
oleh gugus atau atom tetangga, biasanya merupakan proton yang paling tinggi

12
perlindungannya dari semua tipe senyawa organik pada umumnya. Perlindungan
proton pada sistem siklis tergantung pada besarnya cincin.
8. Hubungan ikatan hidrogen dengan inti lain
Senyawa dengan gugus fungsional yang mengandung unsur oksigen,
nitrogen dan belerang yaitu yang tidak terikat pada karbon lazim dinyatakan
sebagai hidrogen aktif. Spektrum NMR dari proton tersebut tergantung pada
adanya ikatan hidrogen intermolekul dan tergantung pada perubahan kimia.
Kedudukan spektrum proton tergantung pada konsentrasi suhu, dan sifat pelarut
yang Proton yang terikat pada inti lain kadang-kadang dapat diamati dengan
spektrofotometer resonansi magnetik proton yang lazim, kedudukan serapan telah
dapat dicatat dalam fasa gas adalah ( δ ): H2, 4,33 ;NH3, 0,18 ; SiH4, 3,23 ;PH3,
1,71 ; H2S, 0,31 ; HF, 2,37 ; HCl, -0,22 ; HBr, -2,12 ; HJ, -13,02. Proton yang
terikat pada logam transisi menyerap pada daerah -7 hingga -20 δ .

2.2.4 Skala NMR


Pergeseran kimia biasanya dinyatakan dalam skala delta ( δ ) atau skala
tou (т) т= 10,00 – δ.Hubungan antara dua skala tersebut dilukiskan dalam
gambar berikut :
δ 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
т 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2.2.5 Spektrum NMR


Dalam menginterpretasi spektrum NMR, ada empat langkah yang perlu
diperhatikan, yaitu :
1. Jumlah sinyal, yang menerangkan kepada kita ada berapa macam
perbedaan dari proton-proton yang terdapat dalam molekul.
2. Kedudukan Sinyal, yang menerangkan kepada kita sesuatu tentang
lingkungan elektronik dari setiap macam proton.
3. Intensitas sinyal, yang menerangkan kepada kita berapa banyak proton
dari setiap macam proton yang ada.
4. Pemecahan (splitting) dari sebuah sinyal menjadi beberapa puncak, yang
menerangkan kepada kita tenang lingkungan dari sebuah proton dengan
lainnya yaitu proton-proton yang berdekatan.

13
Dalam suatu molekul, proton-proton dengan lingkungan yang sama akan
menyerap tenaga yang berbeda pula. Proton dengan lingkungan yang sama
dikatakan ekuivalen . Jumlah sinyal dalam spektrum NMR dapat menerangkan
pada kita berapa banyak proton-proton yang ekuivalen yang terkandung dalam
suatu molekul. Sedangkan kedudukan sinyal akan membantu menerangkan
kepada kita jenis protonproton dalam suatu molekul, apakah aromatik, alfiatik,
primer, sekunder, tersier, benzil, vinil, asitilen, berdekatan dengan halogen atau
gugus lainnya.
Contoh :
CH3 - CH2-Cl CH3- CHCl- CH3 CH3- CH2- CH2-Cl
a b a b a a b c
Sinyal NMR 2 Sinyal NMR 2 Sinyal NMR 3
Demikian pula untuk senyawa fenil aseton, akan terdapat 3 tipe proton yang
berbeda, yaitu :

Sehingga
spektrofotometer NMR akan memberikan sinyal sebagai berikut :

14
Namun demikian, karena adanya spin-spin coupling (perjodohan spin)
kebanyakan spektra NMR tidaklah menunjukkan puncak yang single tetapi akan
bergerombol.
Contoh :
1. -CH – CH2
(a) (b)
Signal Hb digeser ke upfield atau downfield tergantung spin Ha searah atau
berlawanan dengan medan magnet. Separuh molekul Ha berspin ↑ dan separuh
berspin ↓; Hb akan terlihat doublet bukan singlet. Dua Hb memecah signal Ha,
ada 4 kedudukan spin untuk dua Hb :
↑↑∶↑↓: ↓↑∶↓↓
ditengah ada 2 kedudukan spin berefek sama, maka signal Ha dipecah menjadi
triplet dengan perbandingan 1 : 2 : 1
2. –CH –CH3
(a) (b)
Hb akan nampak sebagai doublet karena efek dari Ha, sedang Ha akan
nampak sebagai kuartet karena efek dari 3 Hb yang dilukiskan sebagai berikut :

Pemecahan (splitting) mencerminkan lingkungan dari proton-proton yang


menyerap tidak terhadap elektron-elektron tetapi terhadap proton-proton yang
berdekatan. Seperti pada contoh no.1 medan magnet yang mengenai sebuah
proton sekunder pada keadaan tertentu akan sedikit dianaikkan atau sedikit
diturunkan oleh pengaruh spin dari proton tersier yang berdekatan. Dinaikkan
kalau proton tersier searah dengan medan magnet yang diberikan atau diturunkan
jika proton tersier berlawanan arah dengan medan yang diberikan, sehingga
separuh dari molekul serapan oleh sebuah proton sekunder digeser sedikit kearah
downfield dan separuh molekul lain digeser ke upfield. Signal dipecah menjadi 2
puncak disebut doublet dengan intensitas puncak yang sama

15
Sebagai contoh dari uraian tersebut, maka perhatikan spektra NMR dari toluene;
p-exilen, dan mesitelen.

Gambar : Spektra NMR dari (a) Toluena; (b) p-Xilena; dan (c) Mesitilena

16
Dalam ketiga spektra tersebut terlihat adanya dua puncak serapan. Dalam
setiap proton –proton dari cincin menunjukkan serapan low field, yang
karakteristik dari proton-proton aromatik dan untuk ketiga jenis senyawa tersebut
mempunyai pergeseran kimia yang hampir sama yaitu pada δ 7,17; 7,05; dan 6,79.
setiap senyawa di atas, proton-proton rantai samping cukup dekat dengan cincin,
yang memberikan pengaruh kecil terhadap gejala deshielding dari elektron-
elektron phi hingga serapan terjadi sekitar down field dari proton-proton alkil
pada umumnya, yaitu pada δ 2,32; 2,30; dan 2,15.
Sekarang kita perhatikan intensitas relatif dari masing-masing serapan.
Dari ketinggian puncak-puncak secara kasar kita melihat bahwa puncak high field
untuk proton-proton rantai samping lebih kecil daripada puncak low field dari
proton-proton aromatik. Perbandingan yang didasarkan pada luasan dibawah
puncak, menunjukkan bahwa puncak-puncak untuk proton-proton rantai samping
dan proton-proton aromatik mempunyai harga dengan perbandingan 3 : 5 untuk
Toluene; 3: 2 untuk pXilena; dan 3:1 untuk mesitilena. Keadaan ini merupakan
gambaran yang umum dari semua spektra NMR. Luas dibawah sinyal NMR
adalah berbanding langsung dengan jumlah proton yang menimbulkan sinyal.
Sebuah spektrum NMR menunjukkan sebuah sinyal untuk setiap jenis
proton dalam suatu molekul. Namun jika kita perhatikan ternyata kebanyakan dari
spektrum NMR jauh lebih kompleks. Hal ini disebabkan oleh pengaruh dari
lingkungan proton sekitar.
Sebagai contoh adalah spektra yang ditunjukkan oleh tiga senyawa berikut :
CH2Br – CHBr2 CH3 - CHBr2 CH3 – CH2Br
1,1,2-tribomoetana 1,1-dibromoetana Etil bromide
Setiap senyawa hanya mengandung dua macam proton, sehingga
seharusnya terdapat dua puncak. Tetapi kenyataannya masing-masing mempunyai
puncak sebanyak lima, enam, dan tujuh.

17
SSpektrum dari masing-masing senyawa tersebut dapat dilihat dalam Gambar

Gambar : Spektra NMR dari (a) 1,1,2-Tribomoetana (b)1,1-Dibromoetana


dan (c) Etilbromida

18
Hal yang sama terjadi pada spektra isopropilbromida Serapan oleh enam
proton metil Ha muncul sebagai upfield, dipecah menjadi sebuah doublet oleh
proton tunggal Hb yang berdekatan. Proton tunggal Hb muncul pada down field
dipecah menjadi septet oleh enam proton Ha.

Gambar : Spektra NMR dari Isopropilbromida

2.2.6 Kopling Spin


Interaksi lain yang dapat diamati pada NMR adalah interaksi spin suatu
proton dengan spin proton lainnya yang terikat pada atom tetangga . Akibat
interaksi ini puncak-puncak yang dihasilkan pergeseran kimia akan pecah menjadi
puncak-puncak yang lebih halus secara berganda. Misalkan saja spektrum NMR
C2H4 (1) dalam CDCl3 dengan TMS sebagai standar dalamnya. Proton metilen,
( CH2 ) dan Metil ( CH3 ) memberikan pergeseran kimia masing-masing δ = 3,2
dan 1,8 dengan perbandingan 2 : 3. Maksimum pada δ = 0 adalah puncak TMS.
Disini diperkirakan 2 proton metilena karena penguaraian ( splitting ) resonansi
metil dengan perbandingan 1 : 2 : 1.
Jarak antara garis pada multiplet adalah konstan untuk suatu tipe dan ini
disebut tetapan perjodohan (coupling constant) ditulis J dengan satuan Herz (Hz).
Harga J tergantung dari struktur dan inti nantinya bisa dipakai untuk
membuktikan suatu struktur.
Contoh : Senyawa etil vinil eter

19
Bagaimana menentukan coupling constant?
Perhatikan gambar berikut :

Andaikan jarak antara dua puncak seperti terlihat diatas adalah 1,5 ppm.
Kemudian misalnya satu skala ppm pada kertas spektrum NMR menyatakan 5 Hz,
maka besarnya tetapan perjodohan (coupling constant) adalah :
J =1,5 x 5 = 7,5 Hz
Jadi pada dasarnya, tetapan kopling adalah besarnya jarak antara dua
puncak dalam satuan Hz. Selanjutnya beberapa tetapan kopling diberikan pada
Tabel berikut
Tabel Beberapa Perjodohan

20
Dari Tabel terlihat bahwa besarnya tetapan perjodohan dipengaruhi oleh
jarak, yaitu menurun dengan bertambahnya jarak. Proton yang terletak pada
karbon yang bersebelahan menunujukkan pemisahan yang cukup besar (J = 6 – 8
Hz). Sedangkan proton yang terletak berjauhan hampir tidak dipengaruhi
kehadiran proton lainnya (J = 0 – 1 Hz). Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel
tersebut tetapan perjodohan dapat dipakai untuk membedakan isomer-isomer cis-
trans atau kedudukan subtituen orto, meta, dan para pada cincin benzena.
Berikut adalah beberapa aturan mengenai spin-spin coupling :
1. Interaksi spin-spin tidak tergantung pada kekuatan medan. Tetapan
coupling nilainya tidak berubah, tetapi pergeseran kimia dapat berubah
akibat perubahan kekuatan medan.
2. Inti ( proton ) yang ekuivalen tidak berinteraksi satu sama lain untuk
menghasilkan splitting.
3. Keberadaan puncak ditentukan oleh banyaknya proton pada atom
terdekat, yaitu n + 1
4. Intensitas sistem puncak berganda ( multiplet ) ini umumnya bersifat
simetris, sedangkan intensitas relatifnya mengikuti aturan segitiga pascal
( a + b )n, dimana n = jumlah proton terdekat yang menyebabkan splitting
5. Tetapan coupling makin kecil bila jarak interaksi makin jauh
6. Tetapan coupling nilainya sama dalam sepasang proton yang berinteraksi
7. Tetapan coupling jarang lebih besar dari 20 Hz sedangkan pergeseran
kimia dapat mencapai 1000 Hz 8. Pada sistem multiplet, pergeseran kimia
dihitung pada pusatnya

2.2.7 Hukum Pemecahan n+1


N + 1, dimana N adalah jumlah atom H/ proton tetangga yang tidak
ekuivalen Pemecahan spin-spin disebabkan adanya proton bertetangga (proton-
proton opada atom C didekatnya) yang tidak ekuivalen dengan proton yang
memiliki puncak tersebut. CH3CH2Cl Proton –proton pada CH3 memisah isyarat
untuk proton-proton CH2 Proton –proton pada CH2 memisah isyarat untuk proton-
proton CH3 Pemisahan isyarat berasal dari kedua keadaan spin (paralel / +1/2 dan
antiparalel/ -1/2) dari proton-proton tetangganya.

21
2.2.8 Intensitas Relatif
Secara umum sekelompok dari n proton yang ekuivalen akan memecah
signal NMR menjadi n + 1 puncak. Intensitas relatif dari hukum n + 1
digambarkan oleh segitiga Pascal sebagi berikut :

2.3 Aplikasi Resonansi Magnetik Inti (NMR)


2.3.1 Aplikasi dalam bidang Kualitatif
NMR dapat digunakan dalam analisis kualitatif. Misalkan karakterisasi
senyawa organic Nilai pergeseran kimia, spin-spin splitting dan konstanta
coupling merupakan nilai- nilai yang dapat saling diperbandingkan Nilai-nilai
tersebut memberi juga petunjuk mengenai perbedaan lingkungan suatu atom
hidrogen di dalam molekul. Studi struktur halus yang berupa puncak-puncak
berganda, memberikan petunjuk mengenai berbagai tipe H yang saling berdekatan
satu sama lainnya.
Umumnya untuk karakterisasi suatu senyawa, NMR digunakan bersama
sama dengan IR, UV, analisis elementer dan spektroskopi massa. Di dalam
alkohol, pertukaran proton pada gugus OH sedemikian cepat sehingga proton ini
tidak melakukan kopel secara spin-spin dengan proton terdekatnya. Akibatnya
hanya tampak satu resonansi pada δ = 2,58 ppm. Proton-proton metilen
mengadakan coupling dengan proton-proton metil, memberikan triplet pada δ =
1,22 ppm, proton hidroksil tidak menghasilkan spliting tetapi proton metil
menghasilkan spliting pada δ = 3,70 ppm. Karena OH lebih elektronegif daripada
karbon, kerapatan elektron bergeser dari gugus CH2, sehingga akibatnya terjadi
efek deshielding diamagnetik ( δ 1,20 sampai 1,35 ppm). Demikian juga proton

22
pada asetil asetat yang berdekatan dengan gugusan karbonil bersifat kurang
shielding yang akan memberikan resonansi pada δ = 2,03, sedangkan proton
metilen muncul sebagai kuartet pabda δ = 4,12 ppm.

2.3.2 Aplikasi dalam bidang Kuantitatif


Dalam analisi kuantitatif, NMR biasanya digunakan untuk menentukan air
dalam produk makanan bahan baku kertas dan materi-materi hasil pertanian.
NMR dapat juga digunakan untuk analisis elemental.
Kadangkala interpretasi spektrum NMR memerlukan reagen penggeser,
shiff reagent. Reagen ini dapat menguraikan puncak absorbsi dan memisahmkan
puncak-puncak yang tumpang-tindih, sehingga memudahkan interpretasi. Reagen
penggeser ini meliputi kompleks dari Eu atau Pr, misalkan kompleks
dipivalometana Pr(PPM)3. Ion Pr dalam kompleks netral ini mampu memperbesar
koordinasinya melalui interaksi dengan pasangan elektron sendiri. Pelarut yang
digunakan biasanya pelarut non polar seperti CCl4, CDCl3, C6D6,Eu(DPM)3
memberikan pergeseran pada medan yang lebih lama. Dalam analisis kuantitatif,
NMR memiliki kelebihan, yaitu tidak diperlukannya zat murni. Tetapi yang
diperlukan adalah pembanding, yaitu standard dalam yang murni. Standar dalam
ini dapat setiap senyawa yang mempunyai spektrum karakteristik yang tidak
tumpangtindih dengan produk. Kesebandingan antara luas puncak sinyal dengan
banyaknya inti dapat dimanfaatkan dalam analisis kuantitatif. Bila tidak terdapat
tumpang tindih antara sinyal, luas puncak dapat digunakan untuk menentukan
konsentrasi suatu senyawa, bila luas sinyal tiap proton diketahui. Luas puncak
sinyal dapat distandardisasi dengan standar dalam. Untuk tujuan ini, senyawa
senyawa turunan silikon organik paling tepat digunakan. Masalah utama dalam
analisis kuantitatif adalah efek saturasi. Efek ini dapat diatasi dengan
pengendalian waktu relaksasi; sumber dan laju scanning.

23
BAB III

KESIMPULAN

1.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penulisan Spektrofotometri Sinar Tampak dan
ultraviolet, dapat diambil kesimpulan bahwa:
1) Syarat pelarut yang digunakan tidak boleh mengandung atom hidrogen,
karena adanya atom hidrogen pada pelarut akan mengganggu puncak.
2) Besarnya perlindungan tergantung pada kerapatan elektron yang
mengelilinginya. Makin besar kerapatan elektron maka makin besar
medan magnet molekular yang melawan
3) Dalam menginterpretasi spektrum NMR, ada empat langkah yang perlu
diperhatikan, yaitu : Jumlah sinyal, Kedudukan Sinyal,Intensitas
Sinyal,dan pemecahan (Splitting)
4) Hukum Pemecahan N + 1, dimana N adalah jumlah atom H/ proton
tetangga yang tidak ekuivalen Pemecahan spin-spin disebabkan adanya
proton bertetangga (proton-proton opada atom C didekatnya) yang tidak
ekuivalen dengan proton yang memiliki puncak tersebut.
5) Aplikasi NMR dalam analisis kualitatif yaitu untuk karakterisasi
senyawa organic dan Aplikasi NMR dalam analisis kuantitatif digunakan
untuk menentukan air dalam produk makanan bahan baku kertas dan
materi-materi hasil pertanian.

24
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2011), Spektroskopi NMR, https://KIMIA-ANALITIK/SPEKTROSKOPI-


NMR.html (diakses 16 april 2016).

Anonim, (2014) Spektroskopi NMR,http:/Spektroskopi NMR _ Chem-Is-Try.Org


Situs Kimia Indonesia _.html) (diakses 16 april2016)

Khopkar, S.M, 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, Universitas Indonesia (UI-
Press), Jakarta.

Priscylio, Ghery.,(2011), SPEKTROMETRI RESONANSI MAGNETIK INTI


(NUCLEAR MAGNETIC RESONANCE), http://GheryPriscylio
/2011/04/spectrometri-resonansi-magnetic-inti.html (diakses 16 april 2016)

Sastrohamidjojo,H.,(1994), Spektroskopi Resonansi magnetic inti(NMR). Liberty,


yogyakarta

Tim Kimia Analitik ,(2016), Kimia Analitik III, Universitas Negeri Medan,
Medan.

Tim Penyusun Modul ,(2007), Modul Kuliah Spektrokopi, Universitas Sanata


Dharma, Yogyakarta.

25

You might also like