You are on page 1of 24

LAPORAN PRAKTIKUM IV

REMEDIASI BADAN AIR DAN PESISIR

“SOIL WASHING PADA TANAH TERCEMAR”

Dosen : Harmin Sulistiyaning Titah, S.T., M.T., Ph.D.

Asisten Laboratorium : Nur Aidil Fitra Munawwar

Oleh:

Ulfa Nadhila 03211640000018

Maulana Dyandi Satria Pradana 03211640000026

Juang Angger Pamungkas 03211640000032

Cahyani Alfi Syahrin 03211640000040

Habib Dwi Putro Priambodo 03211640000053

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT
TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 201
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


Untuk menentukan efisiensi proses soil washing pada tanah tercemar bahan
organik dan pencemar inorganik.

1.2 Prinsip Percobaan


Proses pencucian tanah secara ex situ, yang sering disebut sebagai soil washing,
sebagian besar didasarkan pada teknik pengolahan mineral yang secara luas
digunakan di Eropa Utara dan Amerika untuk meremediasi tanah yang
terkontaminasi. Soil washing adalah proses yang berbasis air untuk menghilangkan
kontaminan atau pencemar pada tanah secara ex situ. ( www.frtr.gov/matrix2).

Menurut Pearl (2007), prinsip utama soil washing adalah teknologi remediasi
dengan prinsip pengurangan volume/limbah berdasarkan proses fisik dan atau
kimia. Proses remediasi kontaminan dari dapat dilakukan dengan dua cara berikut:

 Dengan melarutkan atau menampung tanah tercemar tersebut dalam


larutan pencuci (dengan variasi bahan kimia, pH, dan waktu) atau
disebut proses secara kimiawi. Larutan pencuci yang digunakan adalah
larutan asam, alkali, kompleks, pelarut lain dan surfaktan, tergantung
jenis polutan yang akan diremediasi dan atau, 

 Dengan mengubah tanah tercemar tersebut menjadi partikel yang lebih
kecil melalui ukuran pemisahan partikel, pemisahan gravitasi atau
disebut proses secara fisikal. 

Sistem soil washing merupakan metode remediasi tanah terkontaminasi yang dapat
digunakan pada berbagai jenis pencemar seperti logam berat, radionuklida, dan
kontaminan organik. Pencemar di dalam partikel tanah halus dipisahkan dari tanah
tercemar melalui system berbasis air berdasar ukuran partikel. Air cuci dapat
ditambah dengan agen leaching, surfaktan, penyesuaian pH, atau agen chelating
untuk membantu menghilangkan organic dan logam berat. Air cuci setelah
digunakan ini harus diolah untuk menghilangkan kontaminan yang ada misalnya
dengan serapan pada karbon aktif atau pertukaran ion) (Pearl, 2007).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Proses pencucian tanah adalah proses memisahkan tanah yang terkontaminasi massal
menjadi beberapa fraksi berdasarkan ukuran partikel. Persepsi tersebut telah
membuktikan bahwa partikel pasir dan partikel tanah yang lebih besar dapat diolah
dengan menggunakan air ditambah dengan agen pengekstraksi. Proses yang
menghasilkan penyisihan hingga 60% dalam volume material yang terkontaminasi
harus dibuang atau diolah lebih lanjut dengan menggunakan proses pembersihan lebih
ketat. Dalam aplikasi flushing tanah in situ juga telah berusaha untuk memanfaatkan
ukuran partikel yang relatif lebih besar dan karakter dominan mineral bahan akuifer
khas. Partikel yang lebih besar, karena rasio luas dan volume permukaan yang kecil dan
tidak adanya muatan permukaan yang signifikan, lebih mudah didekontaminasi ke
tingkat pembersihan yang ditetapkan selama proses pencucian tanah.
(Bhandari, et.al, 2000)

Logam berat Pb dan Cd lebih mudah diserap oleh akar tumbuhan dalam bentuk ion-ion
Pb2+ dan Cd2+ yang larut dalam air seperti unsur hara yang ikut masuk bersama aliran
air. Lingkungan yang banyak mengandung logam berat, membuat protein regulator
dalam tumbuhan tersebut membentuk senyawa pengikat yang disebut fitokhelatin.
(Aprilia, 2013)

Di lingkungan perairan, kalsium dapat berikatan dengan fosfat membentuk kalsium


fosfat yang sangat mengganggu. Apabila dianalisis menggunakan AAS, maka dapat
mengurangi kadar kalsium yang akan dianalisis. Gangguan tipe ini adalah gangguan
kimia. Untuk mengatasinya dapat dilakukan usaha menguranginya dengan nyala suhu
yang lebih tinggi atau menambahkan senyawa yang disebut “releasing agent” atau
“masking agent”. Dan yang akan digunakan saat ini adalah menambahkan senyawa
masking agent yaitu EDTA.
(Nasution, 2010)
Tergantung pada kemampuan kompleks yang terbentuk, EDTA bereaksi dengan ion
logam yang berbeda-beda pada harga pH yang berbeda-beda pula. Ion-ion logam yang
membentuk kompleks dapat bereaksi dengan EDTA dalam larutan yang bersifat asam.

Bila protective agent yaitu EDTA ditambahkan ke dalam larutan yang mengandung ion
logam maka senyawa kompleks akan terbentuk. Senyawa kompleks tersebut
mempunyai nilai stabilitas tertentu, yang dinyatakan dalam konstanta stabilitas kation
yang terkomplekkan. Bila ada dua atau lebih ion logam dalam larutan sebagaimana
yang terjadi pada air alam, terdapat reaksi kompetisi terhadap protective agent. Reaksi
pembentukan senyawa kompleks antara ion logam dan protective agent merupakan
reaksi setimbang, dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pH, temperatur, jenis dan
konsentrasi padatan terlarut, dan lain-lain. Misalnya penambahan EDTA akan dapat
mengatasi gangguan fosfat karena EDTA akan bereaksi dengan kalsium (EDTA harus
juga ditambahkan pada larutan standar).
(Salimin dan Gunandjar, 2006).

Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) adalah dua dari beberapa jenis logam berat yang
mencemari lingkungan. Timbal (Pb) pada awalnya adalah logam berat yang secara alami
terdapat di dalam kerak bumi. Namun, timbal juga bisa berasal dari kegiatan manusia
bahkan mampu mencapai jumlah 300 kali lebih banyak dibandingkan Pb alami. Logam Pb
digunakan dalam industri baterai, kabel, penyepuhan, pestisida, sebagai zat antiletup pada
bensin, zat penyusun patri atau solder, sebagai formulasi penyambung pipa sehingga
memungkinkan terjadinya kontak antara air rumah tangga dengan Pb.
(Widowati, 2012)

Tanah adalah sistem yang dinamis, bagian dari alam yang terbentuk di permukaan bumi.
Tanah adalah media untuk pertumbuhan tanaman bagi tanaman darat. Pencemaran tanah
didefinisikan sebagai fenomena yang ditandai dengan rusaknya sifat struktural dan biologis
lapisan tanah sebagai akibat dari faktor manusia dan alam antara lain angin, deforestasi,
penggunaan bahan kimia, industri, dan lain-lain. Kegiatan pembangunan seperti pembuatan
konstruksi, transportasi, dan manufaktur tidak hanya menguras sumber
daya alam, tetapi juga menghasilkan sejumlah besar limbah yang menyebabkan polusi
bagi udara, air, lautan, dan tanah.
(Gangadhar, 2014)

Bulk density tanah adalah properti dinamis yang bervariasi dengan kondisi struktural
tanah. Secara umum, bulk density akan meningkat sesuai kedalaman profil, karena
perubahan kandungan bahan organik, porositas dan pemadatan. Nilai bulk density dapat
digunakan untuk mengetahui volume kadar air pada tanah dan menghitung nilai poroitas
tanah atau jumlah pori di dalam tanah.
(Chaudhari. dkk, 2013)

Zat-zat anorganik, seperti logam berat, dapat terbentuk dalam berbagai senyawaan,
misalnya sebagai oksida, hidroksida, nitrat, fosfat, klorida, sulfat, dan berbagai bentuk
mineral kompleks yang mempunyai kelarutan rendah. Zat-zat kimia bersifat asam dapat
ditambahkan ke dalam larutan pencuci untuk menambah keefisienan penghilangan
kontaminan logam berat. Zat-zat asam ini antara lain adalah asam klorida, asam sulfat,
dan asam nitrat. Berbagai larutan pencuci dari jenis senyawa sepit (chelating agents)
atau bersifat sequestering, misalnya asam asetat asam sitrat, ammonium asetat, asam
nitrilotriasetat (NTA, nitrilotriacetic acid), dan asam etilenadiaminatetra asetat (EDTA,
ethylenediaminetetraacetic acid), dapat dipakai sebagai aditif karena mempunyai sifat
dapat melarutkan berbagai macam kontaminan logam-logam berat.
(Desrina, 2012)
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Skema Percobaan


3.1.1 Pembuatan Media Tercemar

Tanah
(tidak tercemar)

- Diambil tanah dan dimasukkan ke dalam wadah toples plastik.


- Ditimbang sebanyak 500 gram dengan neraca analitik.
- Diambil lagi tanah dan dimasukkan ke dalam beaker glass 250 ml.

- Ditimbang sebanyak 100 gram dengan neraca analitik.

100 gram tanah

- Dimasukkan 100 gram tanah ke dalam corong sambil ditutup


bagian bawah corong.
- Dipadatkan tanah di dalam corong.

Air kran

- Ditambahkan air kran secara bertahap dengan gelas ukur 50 ml,


hingga didapatkan tetesan pertama keluar dari bagian bawah
corong yaitu sebanyak 10 ml.

Tanah dan
air tetesan
- Dihitung bulk density tanah.
- Dihitung volume air yang digunakan dalam reaktor berdasarkan
nilai bulk density yaitu 50 ml.
- Diubah konsentrasi (mg/L) menjadi beban pencemar (logam
berat) dalam media tanah (mg/kg) yaitu 70 mg/kg.
Larutan stok
logam berat
K2Cr2O7

- Diambil sebanyak hasil perhitungan pengenceran yaitu 175 ml


menggunakan gelas ukur 100 ml.
- Dimasukkan ke dalam beaker glass 500 ml.

Aquadest

- Ditambahkan sebanyak hasil perhitungan pengenceran yaitu 75 ml


menggunakan pipet ukur gelas ukur 100 ml.

Larutan stok logam


berat K2Cr2O7 +
Aquadest

- Diencerkan hingga volumenya 250 ml.


- Dituangkan ke dalam 500 gram tanah padat di dalam wadah toples
plastik.
- Didiamkan selama satu minggu.
Hasil

3.1.2 Proses soil washing secara batch

Tanah

- Ditimbang sebanyak 5 gram di dalam beaker glass 250 ml.

Larutan Asam Nitrat


(HNO3) 0,1 N

- Diambil sebanyak 125 ml larutan Asam Nitrat 0,1 N menggunakan


gelas ukur 100 ml dan corong kaca.

Tanah +
Asam Asetat
- Dicuci tanah dengan asam nitrat (perbandingan komposisi 1:25) di
dalam labu erlenmeyer.
- Ditutup labu erlenmeyer dengan aluminium foil.
- Diaduk menggunakan platform shaker kecepatan 250 rpm selama 5
jam.
- Disaring tanah dari asam asetat, air hasil saringan dimasukkan ke
dalam botol UC dan tanah ke dalam plastik.
- Dimasukkan ke dalam lemari pendingin dengan kondisi tertutup.
Hasil

3.1.3 Ekstraksi pencemar inorganic logam berat

Tanah terendam

- Diambil sebanyak 5 gram dalam Erlenmeyer.

Larutan EDTA

- Diambil sebanyak 75 ml ke dalam Erlenmeyer.


- Diaduk dengan spatula.

Larutan tanah
tercemar +
EDTA

- Dipindahkan ke dalam botol centrifuge.


- Dirotator dengan menggunakan rotary agitator selama 1 jam
dengan kecepatan 31,7 rpm.
- Didiamkan selama 30 menit.
- Disaring dengan menggunakan corong kaca dan kertas saring
hingga warna larutan bening dan tidak berwarna
- Disimpan kertas saring dalam wadah plastic
- Disimpan larutan bening di dalam lemari pendingin.
- Dilakukan uji AAS

Hasil
(Titah, et al, 2016)

3.2 Tabel Pengamatan


Berikut adalah tabel pengujian soil washing pada tanah tercemar

No PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN GAMBAR

Sifat fisik tanah:


- Berwarna coklat
Mengambil tanah dan
- Berbau tanah
dimasukkan dalam wadah
- Keseragaman ukuran butir
toples plastik, lalu
tanah tinggi
1 menimbangnya sebanyak
- Berbutir kasar
500 gram dengan
- Bersuhu normal
menggunakan neraca
analitik.
Diperoleh berat tanah:
500 gram atau 0,500 kg
Sifat fisik tanah:
- Berwarna coklat
Mengambil tanah dan
- Berbau tanah
dimasukkan dalam glass
- Keseragaman ukurannya
beaker, lalu menimbang-
2 tinggi
nya sebanyak 100 gram
- Berbutir kasar
dengan menggunakan
- Bersuhu normal
neraca analitik.
Diperoleh berat tanah:
100 gram atau 0,100 kg
Memasukkan 100 gram
tanah pada glass beaker, ke
Perubahan pada sifat fisik tanah
dalam corong dengan
yaitu tanah menjadi padat
3 menutup bagian bawah
setelah dilakukan pemadatan
corong. Kemudian me-
dalam corong.
madatkan tanah dalam
corong tersebut.

Menambahkan air kran Sifat fisik aquadest: menggunakan


gelas ukur tidak berwarna (bening), tidak 50 ml ke dalam
corong berbau, encer, bersuhu nor-mal. berisi tanah yang
sudah

dipadatkan secara bertahap Volume aquadest yang hingga


keluar tetesan ditambahkan sebanyak 10 ml pertama dari
bagian bawah dan bulk density yang corong. Lalu menghitung
dihasilkan sebesar 10 ml/100 bulk density tanah. gram berat
4 kering tanah.

Menghitung volume air =

yang digunakan dalam


reaktor berdasarkan nilai
bulk density. Lalu me-rubah
konsentrasi (mg/L) menjadi Volume beban pencemar tanah
beban pencemar dalam reaktor:
(logam berat) dalam me- = 500 gr/100 gr X 10 ml/100 gr
dia tanah (mg/kg). = 50 ml
Rumus yang digunakan:
k (mg/l) X v (l)
w (kg)
Hasil perhitungan yang didapat
yaitu 70 mg/kg

Sifat fisik larutan stok logam


berat K2Cr2O7 :

Mengambil larutan stok - Berwarna orange


logam berat K2Cr2O7 - Tidak berbau
sebanyak hasil perhitung- - Encer
an pengenceran yaitu 175 - Bersuhu normal
5
ml menggunakan gelas
ukur 100 ml. Lalu
memasukkannya ke dalam yang digunakan:
beaker glass 500 ml. 1000 x V1 = 700 x 0.05
V1 = 35 ml 50 ml B.D
35 250
X= = 175 ml
50

Menambahkan aquadest Sifat fisik larutan stok logam


sebanyak hasil perhitungan berat K2Cr2O7 + aquadest:

pengenceran yaitu 75 ml - Berwarna orange


6
menggunakan gelas ukur - Tidak berbau
100 ml. - Encer
- Bersuhu normal
Mengambil larutan stok
logam berat K2Cr2O7 Sifat fisik tanah:
sebanyak 175 ml lalu - Menjadi lembab, terendam
7 memasukkannya ke dalam larutan stok
500 gram tanah pada - Berwarna coklat kemerahan
wadah toples plastik - Berbau
sampai satu minggu.

Setelah mendiamkan sela- Sifat fisik tanah:


ma satu minggu, dilakukan - Berwarna coklat
penimbangan tanah seba- - Tidak tercium bau yang
8
nyak 5 gram meng- menyengat
gunakan neraca analitik - Bentuknya menggumpal
pada beaker glass 250 ml. - Lembab

Mengambil larutan asam


Sifat fisik larutan asam nitrat
nitrat (HNO3) 0,1 N
(HNO3) 0,1 N:
sebanyak 125 ml meng-
- Tidak berwarna
gunakan gelas ukur 100 ml
9 - Tidak berbau
dan corong kaca. Lalu
- Bersuhu normal
memasukkan kedalam er-
- Encer
lenmeyer 250 ml.
Sifat fisik tanah + asam nitrat
sebelum dishaker yaitu larutan (pencucian tanah)
berwarna kecoklatan dan tanah
terendapkan didasar.

Mencuci tanah dengan


Sifat fisik tanah + asam asetat
asam nitrat (HNO3) 0,1 N
setelah dishaker :
pada erlenmeyer 250 ml.
- Berwarna krem coklat
10 Kemudian dilakukan (sebelum shaker)
- Terdapat 2 lapisan, di bagian
pengadukan menggunakan
bawah, tanah terlihat
shaker selama 5 jam.
menggumpal sedang di
bagian atasnya tidak (larutan
keruh)
- Encer
- Tidak berbau
- Suhu normal

(sesudah shaker)
(botol UC)

Larutan tanah + asam nitrat


yang telah tercampur
Hasil saringan dengan kertas
dilakukan penyaringan
saring (pertama) yaitu terlihat
menggunakan kertas saring
keruh, sedang hasil saringan
whatman pada corong kaca (penyaringan pertama)
yang kedua pada botol UC
(dua kali), wadah untuk
11 terlihat jernih.
menampung hasil saringan
adalah botol UC yang telah
Pada kertas saring terlihat hasil
direndam asam nitrat 1%
saringan tanah, berwarna
sebanyak 2 liter selama 24
coklat dan basah.
jam lalu dioven 30 menit
(sudah disediakan laboran).

(penyaringan kedua)
Menutup botol UC yang
telah berisi hasil saringan
Tidak terjadi perubahan pada
berupa larutan jernih dan
larutan dalam botol UC dan
memasukkan hasil
12 kertas saringan beserta sisa
saringan berupa tanah
tanah saat akan dimasukkan ke
kedalam plastik. Lalu
dalam kulkas.
memasukkan keduanya
kedalam kulkas.

Mengambil tanah tercemar


sebanak 5 gram dan Sifat fisik tanah tercemar:
13 dimasukkan ke dalam Berwarna kecoklatan, padat,
Erlenmeyer, lalu ditimbang dan bersuhu normal.
dengan neraca analitik.

Sifat fisik larutan EDTA:


Menambahkan 75 ml
Bening, tidak berwarna,
larutan EDTA ke dalam
bersuhu normal, dan encer.
Erlenmeyer dengan
14
menggunakan gelas ukur
Sifat fisik larutan campuran:
100 ml, lalu diaduk dengan
Berwarna coklat keruh, encer,
menggunakan spatula.
dan bersuhu normal.
Larutan campuran yang
Sifat fisik larutan setelah
mengandung tanah
dirotator:
tercemar dimasukkan ke
15 Berwarna coklat keruh,
dalam botol centrifuge lalu
homogen, encer, dan bersuhu
diagitasi dengan
normal.
menggunakan rotary
agitator selama 1 jam
dengan kecepatan 31,7
rpm.

Terdapat endapan berwarna


coklat-kehitaman di bagian
Didiamkan campuran
16 dasar botol centrifuge dan
larutan selama 30 menit
larutan berwarna coklat keruh
di bagian atasnya.

Disaring larutan campuran


Disaring sebanyak 11 kali dan
dengan corong kaca dan
17 larutan menjadi tidak berwarna
kertas saring hingga larutan
dan bening.
tidak berwarna dan bening.

Hasil dari uji AAS sebesar 2.95


18 Dilakukan uji AAS sampel.
mg Pb/liter.
BAB IV
PEMBAHASAN

Percobaan RBAP (Remediasi Badan Air dan Pesisir) kali ini berjudul “Soil
Washing pada Tanah Tercemar”. Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium
Ekotoksikologi pada hari Jum’at, 8 April 2016 pukul 08.30. Praktikum ini bertujuan
Untuk menentukan efisiensi proses soil washin pada tanah ercemar bahan organik dan
pencemar inorganik. Tanah tercemar atau pencemaran tanah didefinisikan sebagai
fenomena yang ditandai dengan rusaknya sifat struktural dan biologis lapisan tanah
sebagai akibat dari faktor manusia dan alam antara lain angin, deforestasi, penggunaan
bahan kimia, industri, dan lain-lain (Gangadhar, 2014). Peralatan yang digunakan dalam
praktikum kali ini adalah labu erlenmeyer 250 ml, corong kaca, beaker glass 100 ml,
beaker glass 500 ml, pipet ukur 10 ml, propipet, toples plastik, gelas ukur 100 ml dan
50 ml, spatula, kertas saring whatman, botol UC, neraca analitik, botol centrifuge,
rotary agitator, platform shaker, labu ukur 1 liter, dan spatula. Sedangkan bahan yang
digunakan dalam praktikum ini adalah larutan K2Cr2O7 dengan konsentrasi 1000
mg/L, air kran, aquadest, tanah urug 600 gram, larutan HNO3 0,1 N, dan larutan EDTA.
Pertama, mengambil tanah dan memasukkan tanah tersebut ke dalam wadah
toples plastik sebanyak 500 gram. Proses penimbangan menggunakan neraca analitik.
Sifat fisik tanah yang digunakan adalah berwarna cokelat, butiran kasar, dan bersuhu
normal. Tanah ini akan digunakan sebagai media tanah tercemar yang akan di uji coba.
Kemudian mengambil tanah dan memasukkan tanah tersebut ke dalam glass beaker
sebanyak 100 gram. Proses penimbangan juga menggunakan neraca analitik. Tanah seberat
100 gram ini digunakan sebagai proses perhitungan bulk density. Bulk density tanah adalah
properti tanah yang dinamis yang bervariasi sesuai dengan struktral tanah. Nilai bulk
density dapat digunakan untuk mengetahui volume kadar air pada tanah dan menghitung
nilai poroitas tanah atau jumlah pori di dalam tanah (Chaudhari. Dkk, 2013).

Kemudian memasukkan 100 gram tanah pada glass beaker ke dalam corong kaca
dengan menutup bagian bawah corong. Kemudian memadatkan tanah dalam corong
tersebut. Dipadatkannya tanah ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang
sesungguhnya dari tingkat porositas tanah sampel. Selanjutnya, menambahkan air kran
menggunakan gelas ukur 50 ml ke dalam corong berisi tanah yang sudah dipadatkan
secara bertahap hingga keluar tetes-an pertama dari bagian bawah corong. Lalu dihitung
bulk density tanah. Bulk density dapat diperoleh dengan mengukur banyaknya volume
aquadest yang ditambahkan hingga muncul tetes-an pertama dari bagian bawah corong.
Volume aquadest yang dibutuhkan adalah 10 ml, sehingga dapat disimpulkan nilai bulk
density adalah 10 ml/ 100 gr tanah. Selanjutnya dihitung volume air yang digunakan
dalam reaktor berdasarkan nilai bulk density. Lalu merubah konsentrasi (mg/L) menjadi
beban pencemar (logam berat) dalam media tanah (mg/kg). Berikut perhitungannya
volume air dalam reaktor :
= 500 gr/100 gr X 10 ml/100 gr
= 120 ml
Selanjutnya dihitung beban pencemar :
k (mg/l) X v (l)
w (kg)
Hasil perhitungan yang diperoleh yaitu 700 mg/l.
Kemudian diambil larutan stok logam berat K2Cr2O7. Volume larutan stok yang
diambil berdasarkan perhitungan beriku :
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 1000 mg/l = 50 ml x 700
mg/l V1 = 35 ml
dari hasil perhitungan pengenceran diperoleh volume larutan stok yang diambil adalah
35 ml. Namun, karena praktikum ini memerlukan pencemar dengan konsentrasi 250 ml
dalam bulk density, maka selanjutnya dilakukan perhitungan pengenceran kembali
sebagai berikut:
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 50 mg/l = 35 ml x 250
mg/l V1 = 175 ml
dari hasil perhitungan pengenceran diperoleh volume larutan stok yang diambil
adalah 175 ml. Pengambilan larutan stok digunakan gelas ukur 100 ml.
Kemudian, larutan stok dimasukkan ke dalam beaker glass 500 ml. Timbal (Pb)
adalah jenis logam berat yang mencemari lingkungan. Timbal (Pb) pada awalnya adalah
logam berat yang secara alami terdapat di dalam kerak bumi. Logam Pb digunakan
dalam industri baterai, kabel, penyepuhan, pestisida, sebagai zat antiletup pada bensin,
zat penyusun patri atau solder, sebagai formulasi penyambung pipa sehingga
memungkinkan terjadinya kontak antara air rumah tangga dengan Pb (Widowati, 2012).
Selanjutnya, menambahkan aquadest sebanyak hasil perhitungan pengenceran yaitu 75
ml menggunakan gelas ukur 100 ml. Pengenceran ini untuk menyesuaikan konsentrasi
K2Cr2O7 yang akan diuji coba.
Kemudian mengambil larutan stok K2Cr2O7 sebanyak 175 ml dan
memasukkannya ke dalam 500 gram tanah pada toples plastik dan didiamkan selama 7
hari. Tujuan dari didiamkannya media tanah + larutan stok agar larutan stok dapat
tersebar secara merata di media tanah. Setelah didiamkan selama satu minggu,
dilakukan penimbangan tanah sebanyak 5 gram menggunakan neraca analitik dan
diletakkan di beaker glass 250 ml.
Kemudian, mengambil larutan asam nitrat (HNO3) 0,1 N sebanyak 125 ml
menggunakan gelas ukur 100 ml dan corong kaca. Lalu memasukkannya ke dalam labu
erlenmeyer 250 ml. Asam nitrat dipilih karena dapat dipakai sebagai aditif karena
mempunyai sifat dapat melarutkan berbagai macam kontaminan logam-logam berat. Zat-zat
kimia bersifat asam dapat ditambahkan ke dalam larutan pencuci untuk menambah
keefisienan penghilangan kontaminan logam berat dalam proses soil washing (Desrina,
2012). Selanjutnya tanah dicuci dengan asam nirat (menggunakan perbandingan 1:25) pada
erlenmeyer 250 ml. Kemudian dilakukan pengadukan menggunakan shaker selama 5 jam
dengan kecepatan 250 rpm. Pengadukan dilakukan untuk meratakan kontak tanah tercemar
dengan asam asetat sehingga pengikatan logam Pb dapat lebih merata.

Selanjutnya, larutan tanah + asam nitrat yang telah tercampur dilakukan


penyaringan menggunakan kertas saring whatman pada corong kaca (dua kali), wadah
untuk menampung hasil penyaringan adalah botol UC yang telah direndam asam nitrat
1% sebanyak 2 liter selama 24 jam lalu di oven 30 menit (sudah disediakan laboran).
Tujuan direndam asam nitrat 1% dan dioven selama 30 menit adalah untuk mensterilkan
botol UC dari kontaminasi mikrooganisme dan zat kimia lainnya. Kemudian, hasil
saringan berupa larutan jernih dimasukkan ke dalam botol UC dan hasil saringan berupa
tanah pada kertas saring dimasukkan ke dalam plastik. Lalu keduanya dimasukkan ke
dalam lemari pendingin. Tujuan sampel disimpan di lemari pendingin adalah menjaga
suhu sampel agar tetap dingin dan mengurangi proses oksidasi akibat suhu panas dari
luar tempat penyimpanan.
Kemudian, mengambil sisa tanah tercemar yang telah dishaker dan telat
didinginkan dalam lemari pendingin ke dalam Erlenmeyer dan menimbang endapannya
dengan neraca analitik sebanyak 5 gram. Sifat fisik tanah tercemar yaitu berwarna
kecoklatan, bersuhu dingin, encer, dan tidak berbutir.

Langkah selanjutnya ialah menambahkan 75 ml larutan EDTA ke dalam


Erlenmeyer yang telah berisi tanah terceman kemudian diaduk dengan spatula hingga
homogen. Sifat fisik larutan EDTA yaitu bening, tidak berwarna, suhu normal, dan
encer. Sedangkan sifat fisik larutan campuran yaitu berwarna keruh kecoklatan, bersuhu
normal, dan encer. Tujuan dari penambahan larutan EDTA ini adalah sebagai pelarut
logam berat karena kemampuannya menggerakkan kation logam lebih baik dan hanya
menghasilkan sedikit dampak secara fisika dan kimia pada matriks tanah.
Kemudian, memindahkan larutan campuran EDTA dengan tanah tercemar ke dalam
botol centrifuge dan diagitasi dengan menggunakan rotary agitator selama 1 jam dengan
kecepatan 31,7 rpm. Sifat fisik laruta setelat diagitasi yaitu berwarna keruh kecoklatan,
homogen, bersuhu normal, dan encer. Tujuan dilakukannya agitasi adalah agar terjadi
proses ekstraksi kontaminan atau pencemar yang dalam hal ini adalah logam berat Pb dari
tanah oleh larutan EDTA yang dapat mengikat logam berat pada tanah.

Kemudian, mendiamkan larutan hasil agitasi selama 30 menit. Setelah 30 menit,


kondisi larutan campuran yaitu terdapat endapan berwarna kehitaman, terdapat cairan
berwarna keruh kecoklatan di bagian atas, dan bersuhu normal. Tujuan dari langkah ini
adalah untuk memisahkan larutan dari endapannya dan memudahkan proses
penyaringan pada langkah berikutnya.
Pada proses agitasi, terjadi proses pemisahan dua fase, yaitu antara fase padat dan
fase cair. Larutan dan endapan tanah tersebut kemudian dipisahkan dengan cara
menyaring larutan yang telah diagitasi menggunakan corong kaca dan kertas saring
whatman. Tujuan dari penyaringan ini adalah untuk mendapatkan larutan yang lebih
jernih dan sudah terpisah dari partikel-partikel tanah yang masih berada dalam larutan.
Sifat fisik larutan setelah disaring adalah berwarna bening dengan warna sedikit
kekuningan. Penyaringan ini dilakukan sebanyak 11 kali untuk mendapatkan larutan
yang bening dan warna hamper mendekati tidak berwarna. Ini disebabkan karena
banyaknya partikel tanah yang larut dalam larutan, sehingga pada saat proses
sedimentasi, partikel tersebut sulit mengendap dan pada akhirnya partikel tersebut dapat
lolos dari kertas saring whatman serta memengaruhi warna dari larutan tersebut. Hasil
penyaring larutan seharusnya bening dan tidak berwarna, karena apabila larutan tersebut
masih memiliki warna, maka akan memengaruhi nilai kandungan logam berat Pb pada
uji AAS. Setelah itu, larutan dimasukkan ke dalam botol UC dan kertas saring yang
mengandung padatan tersaring dimasukkan ke dalam plastic dan keduanya dimasukkan
ke dalam lemari pendingin.

Hasil analisa yang dilakukan memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan
dengan kontrol. Ini disebabkan karena pengaruh penambahan larutan EDTA. Pada
kontrol tidak ditambahkan larutan EDTA yang mana tidak adanya senyawa yang dapat
mengikat logam berat pada larutan, sehingga hasil logam berat Pb yang terkandung
pada larutan tersebut lebih besar dibandingkan dengan hasil analisa dengan penambahan
larutan EDTA
BAB V
KESIMPULAN

Terdapat 3 tahapan pada praktikum soil washing kali ini. Tahapan


pertama adalah pembuatan media tercemar dengan menggunakan tanah urug
sebanyak 500 gram dan larutan logam berat Cr sebagai zat pencemar tanah
tersebut. Kemudian tahapan berikutnya ialah proses soil washing itu sendiri
secara batch yang mana tanah tercemar dicuci oleh air pencuci berupa larutan
asam (dalam praktikum ini digunakan asam nitrat sebagai air pencuci) yang
kemudian dilakukan proses shaker menggunakan platform shaker. Tahapan
terakhir ialah dengan mengekstrak tanah tercemar yang sudah dicuci dengan
menggunakan larutan EDTA serta dilakukan proses agitasi menggunakan rotary
agitator dan dilakukan proses penyaringan serta dilakukan uji AAS.

Dari serangkaian proses praktikum yang dijalani, dapat disimpulkan


bahwa proses soil washing pada tanah tercemar sangat efektif dalam
menyisihkan logam berat seperti timbal yang digunakan dalam praktikum ini.
Selain metodenya yang terbilang murah, proses ini juga dapat menyisihkan
logam berat Cr dari semulanya 70 mg/kg menjadi 29.5 mg/kg.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

https://frtr.gov/matrix2/section4/4-50.html

Aprilia, D.D. & Purwani, K.I. 2013. Pengaruh Pemberian Mikoriza Glomus fasciculatum
terhadap Akumulasi Logam Timbal (Pb) pada Tanaman Euphorbiamilii.
Surabaya: Jurusan Biologi Fakultas MIPA Instut Teknologi Sepuluh Nopember.
Bhandari, A., Novak, J.T, and Dove, D.C. 2000. Effect of Soil Washing on Petroleum-
Hydrocarbon Distribution on Sand Surfaces. Journal of Hazardous Substance
Research Vol.2 7-1. Manhattan: Kansas State University.
Chaudhari, P.R; Ahire, D.V; Ahire, V.D; Chkravarty, M;Maity, S. 2013. Soil Bulk
Density as Related to Soil Texture, Organic Matter Content and Available Total
Nutrients of Coibatore Soil. International Journal of Scientific and Reasearch
Publications, Vol. 3.
Desrina, R. 2011. Perbandingan Biaya pada Teknik-Teknik Remediasi Tanah Tercemar
Minyak Bumi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas
Bumi, Jakarta.
Desrina, R. 2012. Reklamasi Daerah Bencana Semburan Lumpur Melalui Remediasi
Cuci Lahan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas
Bumi, Jakarta.
Gangadhar, Z.S . 2014. Environmental Impact Assessment on Soil Pollution Issue about
Human Health. International Research Journal of Environtment Sciences Vol. 3
(11), 78-81.
Nasution, N. 2010. Analisis Gangguan Fosfat pada Ca. Jurnal Emisi, 2 (3).
Pearl, M. 2007. Understanding Soil Washing. CL: AIRE technical bulletins, TB 13: 1-4.
Salimin, Z., dan Gunandjar, 2006. Penggunaan EDTA sebagai Pencegah Timbulnya
Kerak pada Limbah Cair, Jurnal Kegiatan dan Penelitian PTLR, ISSN 0852-
2979.
Titah, H.S., Tangahu, B.V., Mangkoedihardjo, S. 2016. Praktik Remediasi Lingkungan.
Surabaya: ITS Press.
Widowati, W., Sastiono, A., & Raymond, J.R. 2012. Efek Toksik Logam Pencegahan dan
Penanggulangan Pencemaran. Yogyakarta: ANDI.
PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Jelaskan keuntungan dan kelemahan metode soil washing untuk


meremediasi tanah tercemar?

Jawaban: Kelebihan dari remediasi cuci lahan ini terutama adalah dapat
mengurangi volume tanah dan kandungan kontaminannya yang
selanjutnya tanah dapat diolah dengan teknik remediasi lainnya.
Pengurangan volume ini penting artinya dalam penurunan biaya
untuk pembersihan tanah selanjutnya. Kelemahannya ialah sulitnya
metode ini apabila diterapkan secara in situ dikarenakan faktor scale
up dari skala laboratorium dan pilot ke skala lapangan. (Desrina,
2011)

2. Apa perbedaan antara soil washing dan soil flushing?

Jawaban: pada proses soil washing dilakukan secara ex situ dengan prinsip
pengurangan volume/ limbah berdasarkan proses fisika dan atau
kimia. Sedangkan pada proses soil flushing dilakukan secara in situ
dengan prinsip injeksi atau infiltrasi cairan ke dalam lahan tercemar
dan cairan tersebut dapat didaur ulang.

You might also like