Professional Documents
Culture Documents
Soil Washing
Soil Washing
Oleh:
Menurut Pearl (2007), prinsip utama soil washing adalah teknologi remediasi
dengan prinsip pengurangan volume/limbah berdasarkan proses fisik dan atau
kimia. Proses remediasi kontaminan dari dapat dilakukan dengan dua cara berikut:
Sistem soil washing merupakan metode remediasi tanah terkontaminasi yang dapat
digunakan pada berbagai jenis pencemar seperti logam berat, radionuklida, dan
kontaminan organik. Pencemar di dalam partikel tanah halus dipisahkan dari tanah
tercemar melalui system berbasis air berdasar ukuran partikel. Air cuci dapat
ditambah dengan agen leaching, surfaktan, penyesuaian pH, atau agen chelating
untuk membantu menghilangkan organic dan logam berat. Air cuci setelah
digunakan ini harus diolah untuk menghilangkan kontaminan yang ada misalnya
dengan serapan pada karbon aktif atau pertukaran ion) (Pearl, 2007).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Proses pencucian tanah adalah proses memisahkan tanah yang terkontaminasi massal
menjadi beberapa fraksi berdasarkan ukuran partikel. Persepsi tersebut telah
membuktikan bahwa partikel pasir dan partikel tanah yang lebih besar dapat diolah
dengan menggunakan air ditambah dengan agen pengekstraksi. Proses yang
menghasilkan penyisihan hingga 60% dalam volume material yang terkontaminasi
harus dibuang atau diolah lebih lanjut dengan menggunakan proses pembersihan lebih
ketat. Dalam aplikasi flushing tanah in situ juga telah berusaha untuk memanfaatkan
ukuran partikel yang relatif lebih besar dan karakter dominan mineral bahan akuifer
khas. Partikel yang lebih besar, karena rasio luas dan volume permukaan yang kecil dan
tidak adanya muatan permukaan yang signifikan, lebih mudah didekontaminasi ke
tingkat pembersihan yang ditetapkan selama proses pencucian tanah.
(Bhandari, et.al, 2000)
Logam berat Pb dan Cd lebih mudah diserap oleh akar tumbuhan dalam bentuk ion-ion
Pb2+ dan Cd2+ yang larut dalam air seperti unsur hara yang ikut masuk bersama aliran
air. Lingkungan yang banyak mengandung logam berat, membuat protein regulator
dalam tumbuhan tersebut membentuk senyawa pengikat yang disebut fitokhelatin.
(Aprilia, 2013)
Bila protective agent yaitu EDTA ditambahkan ke dalam larutan yang mengandung ion
logam maka senyawa kompleks akan terbentuk. Senyawa kompleks tersebut
mempunyai nilai stabilitas tertentu, yang dinyatakan dalam konstanta stabilitas kation
yang terkomplekkan. Bila ada dua atau lebih ion logam dalam larutan sebagaimana
yang terjadi pada air alam, terdapat reaksi kompetisi terhadap protective agent. Reaksi
pembentukan senyawa kompleks antara ion logam dan protective agent merupakan
reaksi setimbang, dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pH, temperatur, jenis dan
konsentrasi padatan terlarut, dan lain-lain. Misalnya penambahan EDTA akan dapat
mengatasi gangguan fosfat karena EDTA akan bereaksi dengan kalsium (EDTA harus
juga ditambahkan pada larutan standar).
(Salimin dan Gunandjar, 2006).
Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) adalah dua dari beberapa jenis logam berat yang
mencemari lingkungan. Timbal (Pb) pada awalnya adalah logam berat yang secara alami
terdapat di dalam kerak bumi. Namun, timbal juga bisa berasal dari kegiatan manusia
bahkan mampu mencapai jumlah 300 kali lebih banyak dibandingkan Pb alami. Logam Pb
digunakan dalam industri baterai, kabel, penyepuhan, pestisida, sebagai zat antiletup pada
bensin, zat penyusun patri atau solder, sebagai formulasi penyambung pipa sehingga
memungkinkan terjadinya kontak antara air rumah tangga dengan Pb.
(Widowati, 2012)
Tanah adalah sistem yang dinamis, bagian dari alam yang terbentuk di permukaan bumi.
Tanah adalah media untuk pertumbuhan tanaman bagi tanaman darat. Pencemaran tanah
didefinisikan sebagai fenomena yang ditandai dengan rusaknya sifat struktural dan biologis
lapisan tanah sebagai akibat dari faktor manusia dan alam antara lain angin, deforestasi,
penggunaan bahan kimia, industri, dan lain-lain. Kegiatan pembangunan seperti pembuatan
konstruksi, transportasi, dan manufaktur tidak hanya menguras sumber
daya alam, tetapi juga menghasilkan sejumlah besar limbah yang menyebabkan polusi
bagi udara, air, lautan, dan tanah.
(Gangadhar, 2014)
Bulk density tanah adalah properti dinamis yang bervariasi dengan kondisi struktural
tanah. Secara umum, bulk density akan meningkat sesuai kedalaman profil, karena
perubahan kandungan bahan organik, porositas dan pemadatan. Nilai bulk density dapat
digunakan untuk mengetahui volume kadar air pada tanah dan menghitung nilai poroitas
tanah atau jumlah pori di dalam tanah.
(Chaudhari. dkk, 2013)
Zat-zat anorganik, seperti logam berat, dapat terbentuk dalam berbagai senyawaan,
misalnya sebagai oksida, hidroksida, nitrat, fosfat, klorida, sulfat, dan berbagai bentuk
mineral kompleks yang mempunyai kelarutan rendah. Zat-zat kimia bersifat asam dapat
ditambahkan ke dalam larutan pencuci untuk menambah keefisienan penghilangan
kontaminan logam berat. Zat-zat asam ini antara lain adalah asam klorida, asam sulfat,
dan asam nitrat. Berbagai larutan pencuci dari jenis senyawa sepit (chelating agents)
atau bersifat sequestering, misalnya asam asetat asam sitrat, ammonium asetat, asam
nitrilotriasetat (NTA, nitrilotriacetic acid), dan asam etilenadiaminatetra asetat (EDTA,
ethylenediaminetetraacetic acid), dapat dipakai sebagai aditif karena mempunyai sifat
dapat melarutkan berbagai macam kontaminan logam-logam berat.
(Desrina, 2012)
BAB III
METODE PENELITIAN
Tanah
(tidak tercemar)
Air kran
Tanah dan
air tetesan
- Dihitung bulk density tanah.
- Dihitung volume air yang digunakan dalam reaktor berdasarkan
nilai bulk density yaitu 50 ml.
- Diubah konsentrasi (mg/L) menjadi beban pencemar (logam
berat) dalam media tanah (mg/kg) yaitu 70 mg/kg.
Larutan stok
logam berat
K2Cr2O7
Aquadest
Tanah
Tanah +
Asam Asetat
- Dicuci tanah dengan asam nitrat (perbandingan komposisi 1:25) di
dalam labu erlenmeyer.
- Ditutup labu erlenmeyer dengan aluminium foil.
- Diaduk menggunakan platform shaker kecepatan 250 rpm selama 5
jam.
- Disaring tanah dari asam asetat, air hasil saringan dimasukkan ke
dalam botol UC dan tanah ke dalam plastik.
- Dimasukkan ke dalam lemari pendingin dengan kondisi tertutup.
Hasil
Tanah terendam
Larutan EDTA
Larutan tanah
tercemar +
EDTA
Hasil
(Titah, et al, 2016)
(sesudah shaker)
(botol UC)
(penyaringan kedua)
Menutup botol UC yang
telah berisi hasil saringan
Tidak terjadi perubahan pada
berupa larutan jernih dan
larutan dalam botol UC dan
memasukkan hasil
12 kertas saringan beserta sisa
saringan berupa tanah
tanah saat akan dimasukkan ke
kedalam plastik. Lalu
dalam kulkas.
memasukkan keduanya
kedalam kulkas.
Percobaan RBAP (Remediasi Badan Air dan Pesisir) kali ini berjudul “Soil
Washing pada Tanah Tercemar”. Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium
Ekotoksikologi pada hari Jum’at, 8 April 2016 pukul 08.30. Praktikum ini bertujuan
Untuk menentukan efisiensi proses soil washin pada tanah ercemar bahan organik dan
pencemar inorganik. Tanah tercemar atau pencemaran tanah didefinisikan sebagai
fenomena yang ditandai dengan rusaknya sifat struktural dan biologis lapisan tanah
sebagai akibat dari faktor manusia dan alam antara lain angin, deforestasi, penggunaan
bahan kimia, industri, dan lain-lain (Gangadhar, 2014). Peralatan yang digunakan dalam
praktikum kali ini adalah labu erlenmeyer 250 ml, corong kaca, beaker glass 100 ml,
beaker glass 500 ml, pipet ukur 10 ml, propipet, toples plastik, gelas ukur 100 ml dan
50 ml, spatula, kertas saring whatman, botol UC, neraca analitik, botol centrifuge,
rotary agitator, platform shaker, labu ukur 1 liter, dan spatula. Sedangkan bahan yang
digunakan dalam praktikum ini adalah larutan K2Cr2O7 dengan konsentrasi 1000
mg/L, air kran, aquadest, tanah urug 600 gram, larutan HNO3 0,1 N, dan larutan EDTA.
Pertama, mengambil tanah dan memasukkan tanah tersebut ke dalam wadah
toples plastik sebanyak 500 gram. Proses penimbangan menggunakan neraca analitik.
Sifat fisik tanah yang digunakan adalah berwarna cokelat, butiran kasar, dan bersuhu
normal. Tanah ini akan digunakan sebagai media tanah tercemar yang akan di uji coba.
Kemudian mengambil tanah dan memasukkan tanah tersebut ke dalam glass beaker
sebanyak 100 gram. Proses penimbangan juga menggunakan neraca analitik. Tanah seberat
100 gram ini digunakan sebagai proses perhitungan bulk density. Bulk density tanah adalah
properti tanah yang dinamis yang bervariasi sesuai dengan struktral tanah. Nilai bulk
density dapat digunakan untuk mengetahui volume kadar air pada tanah dan menghitung
nilai poroitas tanah atau jumlah pori di dalam tanah (Chaudhari. Dkk, 2013).
Kemudian memasukkan 100 gram tanah pada glass beaker ke dalam corong kaca
dengan menutup bagian bawah corong. Kemudian memadatkan tanah dalam corong
tersebut. Dipadatkannya tanah ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang
sesungguhnya dari tingkat porositas tanah sampel. Selanjutnya, menambahkan air kran
menggunakan gelas ukur 50 ml ke dalam corong berisi tanah yang sudah dipadatkan
secara bertahap hingga keluar tetes-an pertama dari bagian bawah corong. Lalu dihitung
bulk density tanah. Bulk density dapat diperoleh dengan mengukur banyaknya volume
aquadest yang ditambahkan hingga muncul tetes-an pertama dari bagian bawah corong.
Volume aquadest yang dibutuhkan adalah 10 ml, sehingga dapat disimpulkan nilai bulk
density adalah 10 ml/ 100 gr tanah. Selanjutnya dihitung volume air yang digunakan
dalam reaktor berdasarkan nilai bulk density. Lalu merubah konsentrasi (mg/L) menjadi
beban pencemar (logam berat) dalam media tanah (mg/kg). Berikut perhitungannya
volume air dalam reaktor :
= 500 gr/100 gr X 10 ml/100 gr
= 120 ml
Selanjutnya dihitung beban pencemar :
k (mg/l) X v (l)
w (kg)
Hasil perhitungan yang diperoleh yaitu 700 mg/l.
Kemudian diambil larutan stok logam berat K2Cr2O7. Volume larutan stok yang
diambil berdasarkan perhitungan beriku :
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 1000 mg/l = 50 ml x 700
mg/l V1 = 35 ml
dari hasil perhitungan pengenceran diperoleh volume larutan stok yang diambil adalah
35 ml. Namun, karena praktikum ini memerlukan pencemar dengan konsentrasi 250 ml
dalam bulk density, maka selanjutnya dilakukan perhitungan pengenceran kembali
sebagai berikut:
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 50 mg/l = 35 ml x 250
mg/l V1 = 175 ml
dari hasil perhitungan pengenceran diperoleh volume larutan stok yang diambil
adalah 175 ml. Pengambilan larutan stok digunakan gelas ukur 100 ml.
Kemudian, larutan stok dimasukkan ke dalam beaker glass 500 ml. Timbal (Pb)
adalah jenis logam berat yang mencemari lingkungan. Timbal (Pb) pada awalnya adalah
logam berat yang secara alami terdapat di dalam kerak bumi. Logam Pb digunakan
dalam industri baterai, kabel, penyepuhan, pestisida, sebagai zat antiletup pada bensin,
zat penyusun patri atau solder, sebagai formulasi penyambung pipa sehingga
memungkinkan terjadinya kontak antara air rumah tangga dengan Pb (Widowati, 2012).
Selanjutnya, menambahkan aquadest sebanyak hasil perhitungan pengenceran yaitu 75
ml menggunakan gelas ukur 100 ml. Pengenceran ini untuk menyesuaikan konsentrasi
K2Cr2O7 yang akan diuji coba.
Kemudian mengambil larutan stok K2Cr2O7 sebanyak 175 ml dan
memasukkannya ke dalam 500 gram tanah pada toples plastik dan didiamkan selama 7
hari. Tujuan dari didiamkannya media tanah + larutan stok agar larutan stok dapat
tersebar secara merata di media tanah. Setelah didiamkan selama satu minggu,
dilakukan penimbangan tanah sebanyak 5 gram menggunakan neraca analitik dan
diletakkan di beaker glass 250 ml.
Kemudian, mengambil larutan asam nitrat (HNO3) 0,1 N sebanyak 125 ml
menggunakan gelas ukur 100 ml dan corong kaca. Lalu memasukkannya ke dalam labu
erlenmeyer 250 ml. Asam nitrat dipilih karena dapat dipakai sebagai aditif karena
mempunyai sifat dapat melarutkan berbagai macam kontaminan logam-logam berat. Zat-zat
kimia bersifat asam dapat ditambahkan ke dalam larutan pencuci untuk menambah
keefisienan penghilangan kontaminan logam berat dalam proses soil washing (Desrina,
2012). Selanjutnya tanah dicuci dengan asam nirat (menggunakan perbandingan 1:25) pada
erlenmeyer 250 ml. Kemudian dilakukan pengadukan menggunakan shaker selama 5 jam
dengan kecepatan 250 rpm. Pengadukan dilakukan untuk meratakan kontak tanah tercemar
dengan asam asetat sehingga pengikatan logam Pb dapat lebih merata.
Hasil analisa yang dilakukan memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan
dengan kontrol. Ini disebabkan karena pengaruh penambahan larutan EDTA. Pada
kontrol tidak ditambahkan larutan EDTA yang mana tidak adanya senyawa yang dapat
mengikat logam berat pada larutan, sehingga hasil logam berat Pb yang terkandung
pada larutan tersebut lebih besar dibandingkan dengan hasil analisa dengan penambahan
larutan EDTA
BAB V
KESIMPULAN
https://frtr.gov/matrix2/section4/4-50.html
Aprilia, D.D. & Purwani, K.I. 2013. Pengaruh Pemberian Mikoriza Glomus fasciculatum
terhadap Akumulasi Logam Timbal (Pb) pada Tanaman Euphorbiamilii.
Surabaya: Jurusan Biologi Fakultas MIPA Instut Teknologi Sepuluh Nopember.
Bhandari, A., Novak, J.T, and Dove, D.C. 2000. Effect of Soil Washing on Petroleum-
Hydrocarbon Distribution on Sand Surfaces. Journal of Hazardous Substance
Research Vol.2 7-1. Manhattan: Kansas State University.
Chaudhari, P.R; Ahire, D.V; Ahire, V.D; Chkravarty, M;Maity, S. 2013. Soil Bulk
Density as Related to Soil Texture, Organic Matter Content and Available Total
Nutrients of Coibatore Soil. International Journal of Scientific and Reasearch
Publications, Vol. 3.
Desrina, R. 2011. Perbandingan Biaya pada Teknik-Teknik Remediasi Tanah Tercemar
Minyak Bumi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas
Bumi, Jakarta.
Desrina, R. 2012. Reklamasi Daerah Bencana Semburan Lumpur Melalui Remediasi
Cuci Lahan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas
Bumi, Jakarta.
Gangadhar, Z.S . 2014. Environmental Impact Assessment on Soil Pollution Issue about
Human Health. International Research Journal of Environtment Sciences Vol. 3
(11), 78-81.
Nasution, N. 2010. Analisis Gangguan Fosfat pada Ca. Jurnal Emisi, 2 (3).
Pearl, M. 2007. Understanding Soil Washing. CL: AIRE technical bulletins, TB 13: 1-4.
Salimin, Z., dan Gunandjar, 2006. Penggunaan EDTA sebagai Pencegah Timbulnya
Kerak pada Limbah Cair, Jurnal Kegiatan dan Penelitian PTLR, ISSN 0852-
2979.
Titah, H.S., Tangahu, B.V., Mangkoedihardjo, S. 2016. Praktik Remediasi Lingkungan.
Surabaya: ITS Press.
Widowati, W., Sastiono, A., & Raymond, J.R. 2012. Efek Toksik Logam Pencegahan dan
Penanggulangan Pencemaran. Yogyakarta: ANDI.
PERTANYAAN DAN JAWABAN
Jawaban: Kelebihan dari remediasi cuci lahan ini terutama adalah dapat
mengurangi volume tanah dan kandungan kontaminannya yang
selanjutnya tanah dapat diolah dengan teknik remediasi lainnya.
Pengurangan volume ini penting artinya dalam penurunan biaya
untuk pembersihan tanah selanjutnya. Kelemahannya ialah sulitnya
metode ini apabila diterapkan secara in situ dikarenakan faktor scale
up dari skala laboratorium dan pilot ke skala lapangan. (Desrina,
2011)
Jawaban: pada proses soil washing dilakukan secara ex situ dengan prinsip
pengurangan volume/ limbah berdasarkan proses fisika dan atau
kimia. Sedangkan pada proses soil flushing dilakukan secara in situ
dengan prinsip injeksi atau infiltrasi cairan ke dalam lahan tercemar
dan cairan tersebut dapat didaur ulang.