You are on page 1of 15

TUGAS MATA KULIAH PENGUJIAN

ALAT DAN MESIN PERTANIAN


(SOP/Prosedure Alat Pengujian)

Hari/Tanggal : Kamis, 17 Mei 2018


Dosen : Asep Yusuf STP.,MT
Tugas ke - :6

Oleh :
Nama : Mochammad Ilham K
NPM : 240110150003

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN


BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
1. Kebutuhan Daya
A. Motor Bakar
Daya poros suatu motor bakar menyatakan besar momen putar pada suatu
putaran mesin tertentu tiap satuan waktu. Besar daya poros ditentukan oleh
momen putar dan putaran mesin. Besarnya daya poros dapat diketahui dengan
melakukan pengukuran momen putar pada dinamometer dan putaran poros pada
poros engkol dengan takometer system optik atau mekanik. Untuk kebutuhan
daya suatu mesin diperlukan beberapa variabel ukur antara lain :
a. Besarnya daya yang diperlukan dari motor listrik atau outputnya ketika
mesin dioperasikan.
b. Parameter yang dihitung yaitu Kebutuhan daya mesin secara langsung dapat
diketahui.

Gambar 1. Dinamometer
Untuk menghitung daya mesindipakai sebuah alat yang disebut
dinamometer. Alat tersebut dihubungkan dengan poros mesin dan dipakai untuk
mengukur momen putar atau torsi (Mt). Sedangkan putaran poros n rpm diukur
dengan mempergunakan takometer. Dengan mengetahui nilai Mt dan n, maka
daya poros dapat dihitung dengan memakai persamaan:

Ne = 2..n.Mt/60 (kW) …………………(1)


dengan :
Ne = daya poros (kW)
n = putaran poros mesin (rpm)
Mt = momen putar (Nm)

Sedangkan momen putar atau torsi (Mt) dirumuskan sebagai berikut:

Mt = F .r…………………………….(2)

dengan:
F = gaya (N)
r = jarak lengan (m) = 150 mm
Dari persamaan (1) terlihat bahwa yangmempengaruhi daya poros adalah putaran
poros dan momen putar. Semakin besar putaran poros dan semakin kecil momen
putar maka akan semakin besar daya poros.
Menjalankan motor di atas alat dinamometer (power run) dengan metode
mengubah bukaan skep/throttle valve pada karburator. Adapun langkah-langkah
pengujiannya adalah sebagai berikut:
1. Menghidupkan mesin selama 5 sampai10 menit sebagai pemanasan untuk
mencapai kondisi kerja yang diinginkan. Dalam kondisi ini mesin tidak
terbebani sama sekali.
2. Mengaktifkan beban ramp pada dimanometer dan memasukkan transmisi
pada posisi gigi 1, memulai membuka throltle gas sampai pada kecepatan
maksimal dan kemudian dilepaskan.
3. Data operasi meliputi daya, putaran mesin, torsi/beban, AFR akan langsung
terbaca pada display dinamometer secara real time.
4. Mencetak hasil pengujian.
5. Melakukan pengukuran konsumsi bahan bakar. Dengan cara: mengisi bahan
bakar sampai penuh pada selang, mengatur bukaan gas pada rpm tertentu,
menyalakan stopwacth bersamaan dengan memutuskan aliran bahan bakar
ke selang, mencatat waktu yang diperlukan agar bahan bakar di dalam
selang menurun dan AFR pada rpm tersebut.
6. Mematikan mesin setelah steady sekitar 1 menit.
B. Motor Listrik (1 Fasa dan 3 Fasa)
Alat untuk mengukur daya pada motor listrik adalah Wattmeter. Wattmeter
merupakan alat untuk mengukur daya listrik (atau tingkat pasokan energi listrik)
dalam satuan watt dari setiap beban yang diansumsi pada suatu sirkuit rangkaian.
Wattmeter digunakan untuk mengukur daya listrik pada beban-beban yang sedang
beroperasi dalam suatu sistem kelistrikan dengan beberapa kondisi beban seperti:
beban DC, beban AC satu phase serta beban AC tiga phase (Dewangga, 2012).

Gambar 2. Wattmeter

Dalam pengukuran daya ada 2 metode, yaitu :


a) Metode Pengukuran Daya Secara Tidak Langsung
Ada dua jenis pengukuran daya menggunakan metode pengukuran tak langsung,
ditinjau dari letak kedua alat ukur, yaitu Amperemeter dan Voltmeter:
1. Voltmeter dipasang sebelum Amperemeter
2. Voltmeter dipasang setelah Amperemeter
b) Metode Pengukuran Daya Secara Langsung
Pengkuran daya listrik secara langsung adalah dengan menggunakan Wattmeter.
Wattmeter adalah instrument pengukur daya listrik yang pembacaannya dalam
satuan Watt dimana merupakan kombinasi Voltmeter dan Amperemeter.
Dalam pengoperasiannya harus memperhatikan pentunjuk yang ada pada manual
book atau tabel yang tertera pada Wattmeter. Demikian juga dalam hal
pembacaannya harus mengacu pada manual book yang ada (Dewangga, 2012).
Adapun macam-macam Watmeter dibagi menjadi 3, yaitu:
1) Wattmeter Elektrodinamik / Elektrodinamometer
Wattmeter elektrodinamik atau elektrodinamometer prosedurnya yaitu
kedua koilnya dihubungkan dengan sirkuit yang berbeda dalam pengukuran
power. Koil yang tetap atau field coil dihubungkan secaraseri dengan rangkaian,
koil bergerak dihubungkan paralel dengan tegangan dan membawa arus yang
proporsional dengan tegangan. Sebuah tahanan non-induktif dihubungkan secara
seri dengan koil bergerak supaya dapat membatasi arus menuju nilai yang kecil.
Karena koil bergerak membawa arus proposional dengan tegangan maka disebut
pressure coil atau voltage coil dari wattmeter (Dewangga, 2012).
2) Wattmeter induksi
Wattmeter induksi hanya dapat dipakai dengan suplai listrik bolak balik.
Kelebihan dan keterbatasan wattmeter induksi yaitu wattmeter induks
imempunyai skala lebar, bebas pengaruh medan liar, mempunyai
peredaman bagus, serta alat ukur ini juga bebas dari error akibat frekuensi.
Didalam instrumen ini terdapat dua macam kumparan yaitu kumparan arus dan
kumparan tegangan. Kopel yang dikalikan oleh kedua macam kumparan
tersebut berbanding lurus dari hasil perkalian arus dan tegangan. Daya listrik
dalam pengertiannya dapat dikelompokkan dalam dua kelompok sesuai dengan
catu tenaga listriknya, yaitu daya listrik DC dan daya listrik AC. Daya listrik DC
dirumuskan sebagai Dimana P = daya (Watt), V = tegangan (Volt), I = arus
(Ampere) Daya listrik AC ada dua macam yaitu daya untuk satu phase dan tiga
phase. Pada sistem satu phase dirumuskan sebagai berikut P = V. I (Dewangga,
2012).
3) Wattmeter digital
Wattmeter elektronik digital modern / energi meter menghasilkan sampel
tegangan dan arus ribuan kali dalam sedetik. Nilai rata-rata tegangan instan yang
dikalikan dengan arus adalah true power (daya murni). Daya murni yang dibagi
oleh volt-ampere (VA) nyata adalah power factor. Rangkaian komputer
menggunakan nilai sampel untuk menghitung tegangan RMS, arus RMS, VA,
power (watt), power factor, dan kilowatt-hours (kwh). Model yang sederhana
menampilkan informasi tersebut pada layar display LCD. Model yang lebih
canggih menyimpan informasi tersebut dalam beberapa waktu lamanya, serta
dapat mengirimkannya ke peralatan lapangan atau lokasi pusat (Dewangga, 2012).

C. Kecepatan putar (n)


Pengukuran kecepatan putar dilakukan dengan menggunakan
Tachometer.Tachometer adalah sebuah alat pengujian yang didesain untuk
mengukur kecepatan rotasi dari sebuah objek.Kegunaan tachometer atau juga
dikenal dengan RPM digunakan untuk mengukur putaran mesin khususnya
jumlah putaran yang dilakukan oleh sebuah poros dalam satu satuan waktu dan
biasanya dipakai pada peralatan kendaraan bermotor.Langkah awal menggunakan
alat ini adalah adakan pemeriksaan dan utamakan keselamatan kerja yaitu ketika
mengukur silahkan menjagajarak aman dari kecepatan tinggi dari putaran benda
untuk menghindari kerusakan mesin atas cidera pribadi.Bagian-bagian
:Tachometer terdiri dari 3 bagian, yaitu sensor, pengolah data dan penampil

Gambar 3. Tachometer dan Soundlevel Meter

Pengukuran Kecepatan Menggunakan Tachometer


1) Memulai alat tachometer dan masuk ke mode pengukuran kecepatan default.
Pilih m/ min, m/ detik, t/ min, ft/ detik atau di/ min modus melaui tombol
MODE operasi dan LCD akan menampilkan ukuran idler wheel yang dipilih
.
2) Pasang idler wheel yang dipilih .
3) Mulai peralatan yang akan diukur dan tunggu kecepatan rotasi stabil. Bawa
idler wheel secara bertahap lebih dekat dengan belt. Kemudian baca nilai
display LCD.

Tingkat Ketelitian : Batas ukuran terkecil pada tachometer yaitu 0,01 1/min.

Cara Membaca Skala dan Hasil :


a. Ukur keliling tapak roda belakang (tidak masalah meskipun ban sudah aus atau
ganti ukuran).
b. Posisikan pentil pada jam 6, beri tanda ke-1 di lantai/jalan, dorong sepedamotor
hingga posisi pentil kembali ke posisi jam 6, beri tanda ke-2, ukur jarak antara
tanda ke-1 dan ke-2; gunakan satuan cm setelah itu konversikan ke kilometer.
contoh didapat jarak antara tanda ke-1 dan ke-2 (keliling roda) = 180 cm =
0,00180 Km.
c. Hitung Rasio Putaran Mesin dengan Putaran Roda Belakang / Total Reduction
Ratio (karena putaran roda belakang tidak secepat putaran mesin).

D. Kebisingan
Penggunaan mesin dan alat kerja yang mendukung proses produksi
berpotensi menimbulkan suara kebisingan. Kebisingan adalah terjadinya bunyi
yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu atau membahayakan kesehatan.
Kebisingan dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti gangguan fisiologis,
gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian. Pengukuruan
kebisingan pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat Sound Level
meter. Perhitungan kebisingan dilakukan dengan mendekatkan alat ukur dengan
telinga kiri dan telinga kanan operator pada saat mesin beroperasi tanpa beban dan
juga pada saat mesin dengan beban sebanyak 5 kali pengulangan.
Tingkat kebisingan diukur dengan menggunakan soundlevel meter di dekat
telinga operator dan berjarak 2 meter dari sumber suara, yang dilakukan baik saat
tidak ada beban maupun saat ada beban.Pengukuran kebisingan dilakukan untuk
mengetahui tingkat kebisingan yang dihasilkan mesin. Tingkat kebisingan mesin
diharapkan tidak melebihi ambang batas yang diizinkan berdasarkan Keputusan
Kementrian Tenaga Kerja No. Kep-51/MEN/1999. Pengambilan data dilakukan
sebanyak 5 kali pengulangan dengan 5 kali pembacaan pada setiap
pengulangannya dengan interval 1 menit. Adapun prosedur teknis pengukurannya
adalah:

Mulai

Menghidupkan Mesin

Menghidupkan alat Soundlevel meter

Memposisikan mikropon alat ukur setinggi posisi


telinga manusia sejauh operator berdiri

Mengarahkan mikropon alat ukur tegak


lurus dengan sumber bunyi

Membaca hasil pengukuran

Mencatat hasil pengukuran


Data kapasitas
Aktual

Selesai

Gambar 4. Prosedure pengukuran getaran pada Mesin


Penjelasan prosedur pengukuran kebisingan mesin yaitu sebagai berikut:
1. Menghidupkan mesin.
2. Menghidupkan alat ukur intensitas kebisingan.
3. Memeriksa kondisi baterai dan memastikan bahwa keadaan power dalam
kondisi baik.
4. Memposisikan mikropon alat ukur setinggi posisi telinga manusia sejauh
operator berdiri.
5. Mengarahkan mikropon alat ukur tegak lurus dengan sumber bunyi.
6. Melakukan pengambilan data sebanyak 5 kali pengulangan dengan 5 kali
pembacaan pada setiap pengulangannya dengan interval 1 menit pada
kondisi tanpa beban.
7. Memasukkan bawang pada bak penampung mesin pengupas bawang.
8. Mengulang prosedur dari 1 – 5 untuk untuk mendapatkan data pengukuran
tingkat kebisingan mesin dengan kondisi diberi beban.
9. Melakukan pengambilan data sebanyak 5 kali pengulangan dengan 5 kali
pembacaan pada setiap pengulangannya dengan interval 1 menit pada
kondisi dengan beban.
10. Mencatat hasil pengukuran pada tabel pengukuran.
Berdasarkan SNI 0838-1:2014, prosedur mengukur kebisingan mesin pengiris
adalah sebagai berikut:
1. Mendekatkan alat ukur kebisingan dengan telinga operator
2. Mencatat nilai kebisingan
3. Melakukan dengan 5 kali ulangan

Cara Membaca Skala dan Hasil :


a. Tekan tombol ON untuk mengaktifkannya.
b. Sebelum pengukuran test suara, putar tombol penyetel untuk menentukan
tingkat tekanan suara. Misalnya 70-80 dB, 70 berada pada garis tebal atas sebelah
kiri (0) dan 80 pada garis tebal atas sebelah kanan ( 10 ). Pada sound level meter
tipe S2A memiliki 10 skala, dan skala terluar (0) berupa garis skala berwarna
merah.
c. Pada pembacaan meter ini, jika jarum penunjuk skala bergerak ke kanan maka
hasilnya positive (+) dan ke kiri hasilnya negative (-).
d. baca hasil pengukuran pada sound level meter secara langsung.
e. Tulis hasil pengukuran.
f. Setelah pengukuran, matikan tombol ON ke OFF.
Bagian-bagian :

 Microphone.
 Display.
 Alarm LED.
 Weighting key.
 Fast/Slow key.
 Up/Save key.
 Down/Read key.
 Function Key.
 Max hold key.
 Power key.
 Delete/Menu.
 Cal adjusting.
 Jack for RS-232C interface.
 Jack for AC.
 Battery.

Cara Kalibrasi :
Kalibrasi bisa dilakukan dengan dua cara:

Cara pertama dilakukan secara internal dengan sinyal-sinyal listrik atau dengan
cara kedua secara akustik dengan kalibrator suara atau pistonphon.

 Kalibrasi internal dilakukan dengan memakai referensi tegangan pada


rangkaian-rangkaian listrik dari meteran tingkat kebisingan serta
amplitude yang disesuaikan. Penyesuaian dilakukan dengan
membandingkan nilai yang ditampilkan oleh fitur kalibrasi internal pada
nilai tertayang dari meteran tingkat kebisingan.
 Kalibrasi akustik dilakukan dengan cara menyisipkan generator suara atau
pistonphon ke dalam mikrofon dari meteran tingkat kebisingan dan
memakai tekanan suara referensi (berbeda menurut alatnya, contoh 94 dB
pada 1 kHz, 124 dB pada 250 Hz, dll.). Skala penuh (FS) dari meteran
tingkat kebisingan yang dipakai oleh masukan sinyal kalibrasi disetel 6 dB
lebih tinggi dari pada tingkat tekanan suara dari sinyal kalibrasi normal.
Contoh, bila suara sinyal kalibrasi ialah 124 dB, maka disetel 130dB, atau
bila suara sinyal kalibrasi adalah 94 dB, maka distel 100 dB pada alat.

Cara Mengkalibrasi Sound Level Meter :


a. Hidupkan kalibrator dan sound level meter.
b. Putar tombol penyetel, dan atur tingkat tekanan suara.
c. Pastikan kalibrator berada pada sound level meter yang benar.
d. Lalu sesuaikan sound level meter untuk memperoleh hasil yang benar.

E. Getaran
Pengukuran getaran yang dihasilkan oleh mesin, dilakukan di bagian mesin
yang dapat mempresentasikan getaran mesin secara keseluruhan. Pengukuran
dengan menggunakan vibration meter. Pengukuran getaran mesin dilakukan untuk
mengetahui getaran yang terjadi pada mesin. Pengujian getaran mesin dilakukan
dengan menggunakan alat Vibration meter. Pengujian getaran diukur biasanya
dilakukan pada tiga komponen yang dianggap memiliki getaran paling besar.
Pengambilan data dilakukan sebanyak 5 kali pengulangan dengan 5 kali
pembacaan pada setiap ulangan dengan interval waktu selama 1 menit pada setiap
bagiannya. Adapun prosedur teknis pengukuran getaran:

Gambar 5. Vibration Meter


Mulai

Menghidupkan Mesin

Menghidupkan alat Vibration meter

Menempelkan vibration meter pada rangka, motor


listrik dan bak mesin

Membaca hasil pengukuran

Mencatat hasil pengukuran

Data kapasitas
Aktual

Selesai

Gambar 6. Prosedure pengukuran getaran pada Mesin

Pengukuran getaran dilakukan pada tiga komponen mesin yaitu motor


listrik, rangka dan bak. Prosedur pengukuran getaran pada mesin yaitu sebagai
berikut:
1. Menghidupkan mesin
2. Menghidupkan alat pengukur getaran vibration meter
3. Memeriksa kondisi baterai dan memastikan bahwa keadaan power dalam
kondisi baik.
4. Menempelkan vibration sensor pada permukaan motor listrik, rangka, dan
bak pada tiga posisi yang memiliki tingkat getaran cukup tinggi.
5. Melakukan pengambilan data sebanyak 5 kali pengulangan dengan 5 kali
pembacaan pada setiap pengulangannya dengan interval 1 menit pada
kondisi tanpa beban.
6. Memasukkan bahan pada bak penampung unit bak pengumpan.
7. Melakukan prosedur 1-4 untuk mendapatkan data getaran mesin saat
diberikan beban.
8. Melakukan pengambilan data sebanyak 5 kali pengulangan dengan 5 kali
pembacaan pada setiap pengulangannya dengan interval 1 menit pada
kondisi dengan beban pada setiap komponen.
9. Mencatat hasil pengukuran pada tabel pengukuran.

5. Cone Indeks
Penetrometer adalah alat untuk mengukur sifat fisik tanah yang disebabkan
karena adanya tahanan penetrasi tanah. Tahanan penetrasi tanah dapat mengetahui
kepadatan tanah dan nilai tahanan tanah. Pegukuran tanah dengan menggunakan
penetrometer sangat mudah untuk memperoleh data tahanan tanah. Cone index
merupakan besaran yang menunjukkan harga ketahanan tanah terhadap gaya
penetrasi dari cone (vertikal) dibagi luas dasar cone. Satuan besaran ini
dinyatakan dalam satuan gaya persatuan luas (kg/cm2). Cone index atau indeks
kerucut suatu tanah adalah untuk menahan gaya penetrasi kerucut, dengan
menggunakan penetrometer adalah suatu teknik untuk mendapatkan indeks
kerucut tanah. Pasang cone pada ujung penetrometer, Tegakkan secara vertikal
pada tanah yang akan diuji, tekankan kedalam tanah dengan gaya tekan yang tetap
sampai ujung cone berada di bawah permukaan tanah. Pada kedalaman tertentu
dibaca besarnya tekanan vertikal yang diberikan untuk menekan alat tersebut.
Pengukuran cone index dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu uji duga,
uji duga adalah gaya yang diperlukan untuk menekan atau memancang sebuah
alat duga ke dalam tanah, merupakan ukuran kekuatan tanah. Pengukuran cone
index juga dapat dilakukan dengan menggunakan uji penetrasi standar. (Nanda,
2015).
Gambar 7. Cone Penetrometer

Cara mengukur cone indeks :


1. Pasang cone pada ujung penetrometer,
2. Tegakkan secara vertikal pada tanah yang akan diuji,
3. Tekankan kedalam tanah dengan gaya tekan yang tetap sampai ujung cone
berada di bawah permukaan tanah.
4. Ada kedalaman tertentu dibaca besarnya tekanan vertikal yang diberikan
untuk menekan alat tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Ari Sufyandi. 1994. Kajian Pengupas Bawang dengan Sistem Tekanan Udara.
Laporan Penelitian. Unpad

Dewangga, Aria. 2012. Pegujian dan Pembuatan Buku Petunjuk Operasi


Wattmeter. Semarang. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Dipenogoro. Vol 14, No. 3.

Kramadibrata, Ade Moetangad., Totok Herwanto & Ardhany. 2015. Laporan


Akhir Onion Sheller. Universitas Padjadjaran. Jatinangor.

Babba, J., 2007. Hubungan Antara Intensitas Kebisingan di Lingkungan Kerja


dengan Peningkatan Tekanan Darah (Penelitian pada Karyawan PT
Semen Tonasa di Kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan). Tesis, Program
Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang.

Badan Standarisasi Nasional. 2004. SNI 16-7063-2004 tentang Nilai Ambang


Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, Getaran Tangan-Lengan, dan
Radiasi Sinar Ultra Ungu di Tempat Kerja. Jakarta: BSN.

Nasri. 1997. Teknik Pengukuran dan Pemantauan Kebisingan di Tempat Kerja.


Jakarta: Rineka Cipta.

You might also like