You are on page 1of 8

PERBANYAKAN DAN CARA BUDIDAYA TERONG

Terong dengan nama ilmiah Solanum melongena merupakan keluarga dari terong-
terongan atau Solanaceae. Terong masih satu keluarga dengan cabe, tomat, kentang,
leunca, tembakau dan kecubung. Tanaman ini sendiri bukan asli Indonesia, melainkan
hasil introduksi dari daratan India dan Sri Lanka.

Terong dapat dikembangbiakkan dengan menggunakan biji dari tanaman yang


sudah matang sebagai benih. Tanaman ini akan berbuah mulai 60 – 75 hari setelah
tanam. Sejak panen pertama, masa panen terung (nama lain terong) akan berlangsung
3 – 4 bulan. Selain itu tanaman ini bisa diperbanyak melalui stek batang. Stek dapat
diartikan sebagai perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa bagian tanaman, baik
akar, batang, daun maupun tunas, dengan tujuan menghasilkan individu baru.
Berdasarkan bagian tanaman yang digunakan maka dikenal istilah stek akar, stek
batang, stek daun, dan sebagainya.

Keuntungan pembiakan melalui stek tentu dapat memangkas umur remaja


tanaman. Jadi bisa dipastikan bahwa lama menunggu masa panen bisa dipangkas
separuh dari lama waktu mulai dari semai hingga panen. Hanya saja, untuk
kepentingan penghijauan terutama di kawasan yang sering dilanda angin kencang,
sebaiknya jangan menggunakan bibit dari stek. Sistem perakaran yang dangkal akan
membuat tanaman lebih mudah roboh.

langkah-langkah stek batang pada terong :

1. Ambillah tunas terong, jangan yang sedang berdaun muda karena cenderung
mudah dehidrasi. Gunakan pisau atau gunting pangkas yang tajam agar
potongan tidak rusak. Potong dengan sudut 30˚/60˚ untuk memperluas bidang
tumbuh akar. Logikanya, semakin luas penampang, semakin banyak akar yang
tumbuh. Semakin banyak akar maka daya serap tanaman terhadap air dan
nutrisi semakin tinggi tan tanaman menjadi kokoh.
2. Hilangkan sebagian daun. Tujuannya adalah untuk mengurangi laju
transpirasi (penguapan air dari tanaman) ke udara. Dengan begitu, stek yang
notabenenya hanya mengandalkan air yang tersimpan dalam sel bisa bertahan
sampai terbentuknya akar.

3. Tancapkan bahan stek pada media tanam. Media tanam yang digunakan
adalah campuran antara tanah, pupuk kandang atau kompos dan pasir dengan
perbandingan volume yang sama. Jika ada arang sekam, boleh juga
ditambahkan sebagai pelengkap. Tidak perlu dalam-dalam menacapkan stek,
cukup 2 – 3 cm saja.
4. Untuk mengurangi penguapan yang berlebih, sebaiknya stekan disungkup.
Gunakan saja wadah bekas berupa botol plastik air mineral. Seminggu
kemudian, tanaman yang kaya akan kalsium ini akan memunculkan tunas
barunya.

5. Setelah 2 – 3 minggu dari penancapan stek, akar pun akan tumbuh.


Umumnya, stek dengan menggunakan bahan pucuk lebih dajulu
menumbuhkan tunas. Sebaliknya, jika bahan stek dari batang atau cabang,
cenderung menumbuhkan akar terlebih dahulu. Hal itu disebabkan oleh
mekanisme kerja hormon antara auksin dan sitokinin. Pada ujung-ujung titik
tumbuh lebih dominan auksin, yang memicu pertumbuhan tunas.
6. Pada umur 45 – 60 hari, tergantung pemeliharaan, tanaman yang dijuluki apel
cinta di Eropa ini sudah mempu berbuah.

Kegiatan budidaya meliputi tahapan persemaian dan pembibitan,


penyiapan lahan, penanaman, penyiraman, penyulaman, pemasangan ajir,
pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, panen dan pasca panen.

1. Persemaian dan Pembibitan


Menurut Setyaningrum, H.D dan Cahyo, S (2012), syarat benih terung yang
baik yaitu bijinya bernas, daya kecambah diatas 85% dan tidak tercapur dengan benih
varietas yang lain. Budidaya terung secara intensif dimulai dari persiapan media
semai. Benih terung yang akan ditanam harus berasal dari benih hibrida, sehingga
hasil yang dicapai lebih optimal.
Adapun kegiatan yang dilakukan untuk persemaian dan pembibitan yaitu:
 Sebarkan benih di atas bedengan persemaian menurut barisan, jarak antar
barisan 10-15 cm.
 Tutup benih tersebut dengan tanah tipis.
 Permukaan bedengan yang telah disemai benih ditutup dengan daun pisang/
penutup lainnya.
 Setelah benih tampak berkecambah muncul, buka penutupnya.
 Siram persemaian pagi dan sore hari (perhatikan kelembabannya).
 Siapkan campuran tanah dan pupuk kandang halus, kemudian masukkan
benih satu persatu ke polibag yang telah berisi campuran tanah dan pupuk
kandang halus setelah berumur 15 hari di persemaian.
 Perhatikan serangan hama dan penyakit sejak di pembibitan jika di perlukan
semprot dengan pestisida.
 Bibit berumur 15-20 hari di bumbungan atau berdaun empat helai siap
dipindah ke lahan yang telah disediakan.
2. Penyiapan Lahan
Menurut Firmanto (2011), lahan yang digunakan untuk budidaya terung
sebaiknya tidak bekas penanaman Solanaceae. Hal ini untuk mencegah kemungkinan
adanya serangan penyakit (patogen) tular tanah. Waktu yang paling baik untuk
persiapan lahan adalah 14-30 hari sebelum tanam.

Tata cara pengolahan tanah untuk tanaman terung adalah sebagai berikut:
 Bersihkan rumput-rumput liar dari sekitar kebun.
 Olah tanah dengan cangkul atau bajak sedalam 30-40 cm hingga berstruktur
gembur.
 Tanah dikeringanginkan selama beberapa hari agar menjadi matang benar.
 Olah tanah untuk kedua kalinya sambil membentuk bedengan-bedengan
selebar 1000-1200 cm dan jarak antar bedengan 40-60 cm, kemudian
permukaan bedengan diratakan.
 Buat lubang tanam dengan jarak 60 cm x 70 cm atau 70 cm x 70 cm secara
berbaris atau berpasangan ataupun bentuk segitiga.
 Sebarkan pupuk kandang sebanyak 15-20 ton/ha , kemudian campurkan
merata dengan tanah.
 Bedengan diratakan dan dirapikan kembali sehingga siap untuk ditanami.

3. Penanaman
Benih yang telah disemai selama 25 hari setelah semai (HSS) dapat ditanam
pada lubang tanam yang telah disediakan. Ciri dari bibit tanaman terung yang siap
tanam adalah munculnya atau keluar 3 helai daun sempurna atau mencapai tinggi
±7,5 cm. Sebaiknya penanaman dilakukan pada sore hari setelah dilakukan
penggenangan untuk mempermudah pemindahan dan masa adaptasi pertumbuhan
awal (Susila,A.D, 2006).
Sistem tanam yang digunakan untuk terung adalah sistem single row, dengan
jarak antara tanaman 75 cm. Bibit yang siap tanam dimasukkan ke dalam lubang
tanam yang ditugal sedalam 10-15 cm, kemudian ditekan ke bawah sambil ditimbun
dengan tanah sebatas leher akar (pangkal batang). Untuk menjaga dari serangan hama
dapat diberikan insektisida bahan aktif carbofuran. Adapun kegiatan penanaman
terung yaitu :
 Waktu tanam yang baik musim kering dan air tersedia.
 Pilih bibit yang tumbuh subur dan normal.
 Tanam bibit di lubang tanam secara tegak lalu tanah di sekitar batang
dipadatkan.
 Siram lubang tanah.

4. Pemeliharaan
Menurut Setyaningrum, H.D dan Cahyo, S (2012), adapun kegiatan
pemeliharaan yang dilakukan pada budidaya terung yaitu penyiraman, penyulaman,
pemasangan ajir, penyiangan dan penggemburan tanah, pemupukan susulan,
pemangkasan (perempelan) dan pengendalian hama dan penyakit.
A. Penyiraman
Penyiraman dilakukan rutin tiap hari terutama pada fase awal pertumbuhan
dan keadaan cuaca kering. Hal ini terpenting dalam pengairan ini adalah menjaga
tanah tidak kekeringan ataupun terlalu basah. Cara pengairan yaitu disiram dengan
alat bantu gembor.
B. Penyulaman
Penyulaman adalah tanaman yang pertumbuhannya tidak normal atau
terserang hama dan penyakit atau mati, harus segera diganti dengan tanaman (bibit)
yang baru. Penyulaman ini dilakukan maksimal pada umur 15 hari setelah tanam,
agar pertumbuhan selanjutnya dapat seragam dan memudahkan pemeliharaan. Cara
penyulaman adalah menanam bibit terung yang baru pada lubang tanam bekas
tanaman yang mati atau abnormal.
C. Pemasangan ajir
Fungsi ajir (turus) adalah untuk menopang tanaman terung agar tidak
rebah sekaligus memperkokoh batangnya sewaktu pembuahan. Pemasangan ajir
(turus) sebaiknya dilakukan seawal mungkin agar tidak menganggu (merusak) sistem
perakaran tanaman terung. Ajir (turus) ini terbuat dari bilah bamboo setinggi 80-100
cm dan lebar 2-4 cm, ditancapkan secara individu dekat batang tanaman terung.
Batang atau cabang tanaman terung diikatkan pada ajir tersebut.
D. Penyiangan dan Penggemburan Tanah
Rumput-rumput liar atau gulma yang tumbuh di sekitar tanaman terung harus
disiangi, kemudian sekaligus juga dilakukan penggemburan tanahnya. Penyiangan
gulma dan penggemburan tanah sebaiknya dilakukan bersama-sama waktunya
dengan kegiatan pemupukan susulan yaitu pada saat tanaman sudah berumur 15 hari
setelah tanam dan 60-75 hari setelah tanam. Penyiangan dilakukan dengan cara
mencabut gulma atau membersihkan dengan alat bantu kored atau cangkul. Hal yang
penting untuk perhatikan yaitu pada waktu melakukan penyiangan dan penggemburan
tanah adalah menjaga agar perakaran tanaman terung tidak rusak atau terluka karena
dapat mempermudah serangan penyakit.
E. Pemupukan Susulan
Pemupukan susulan dilakukan bersamaan dengan waktu penyiangan dan
penggemburan tanah. Pada tanaman terung, pemupukan susulan dilakukan sebanyak
60-75 hari setelah tanam. Jenis dan dosis pupuk yang digunakan pada setiap kali
pemupukan adalah campuran ZA + TSP + KCl dengan perbandingan 1 : 2 : 1,
sebanyak 10 gr /tanaman.
F. Pemangkasan (Perempelan)
Pangkas tunas-tunas liar yang tumbuh mulai dari ketiak daun pertama hingga
bunga pertama juga dirempel untuk merangsang agar tunas-tunas baru dan bunga
yang lebih produktif segera tumbuh (Susila,A.D, 2006).
G. Pengendalian Hama dan Penyakit
Menurut Setyaningrum, H.D dan Cahyo, S (2012), hasil produksi terung
sangat dipengaruhi oleh pengendalian hama dan penyakit. Apabila pengendalian
hama dan penyakit pada terung dilakukan dengan baik, maka hasil dari produksi
terung yang dihasilkan akan maksimal. Berikut ini hama dan penyakit yang sering
menyerang terung serta pengendalian yang dapat dilakukan.
a. Hama Tanaman Terung
Ulat Tanah
Hama jenis ini menyerang tanaman pada malam hari, sedangkan pada siang
harinya bersembunyi di dalam tanah atau di balik mulsa PHP. Ulat tanah menyerang
batang tanaman yang masih muda dengan cara memotongnya, sehingga sering
dinamakan juga ulat pemotong. Cara pengendaliannya adalah dengan pemberian
insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1 gram pada lubang tanam.
Ulat Grayak
Ulat grayak menyerang daun tanaman bersama-sama dalam jumlah yang
sangat banyak, ulat ini biasanya menyerang di malam hari. Pengendalian yang dapat
dilakukan adalah dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif sipermetrin,
deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida atau dimehipo
dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.
Ulat Buah
Ulat menyerang terung dengan cara mengebor buah sambil memakannya.
Buah yang terserang akhirnya berlubang. Pengendaliannya dengancara
penyemprotan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos,
klorpirifos, metomil, kartophidroklorida atau dimehipo dengan dosis sesuai petunjuk
yang tertera pada kemasan.
Kutu Daun
Kutu daun mengisap cairan tanaman terutama pada daun yang masih muda,
kotoran dari kutu ini berasa manis, sehingga menggundang semut. Daun yang
terserang mengalami klorosis (kuning), menggulung dan mengeriting, akhirnya
tanaman menjadi kerdil. Pengendaliannya dengan penyemprotan insektisida berbahan
aktif abamektin, imidakloprid, tiametoksam, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin
atau lamdasihalotrin dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.
Kutu Kebul
Hama ini berwarna putih, bersayap dan tubuhnya diselimuti serbuk putih
seperti lilin. Kutu kebul menyerang dan menghisap cairan sel daun, sehingga sel-sel
dan jaringan daun rusak. Pengendalian hama ini dengan cara penyemprotan
insektisida berbahan aktif abamektin, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir,
sipermetrin atau lamdasihalotrin dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada
kemasan.
Kumbang Kuning
menjadi inang dari kumbang ini. Kumbang berwarna kuning dengan seluruh
tubuh diselimuti seperti duri. Pengendaliannya dengan cara penyemprotan insektisida
berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil,
kartophidroklorida atau dimehipo dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada
kemasan.
Lalat Buah
Lalat buah menyerang buah terung dengan cara menyuntikkan telurnya ke
dalam buah, kemudian telur berubah menjadi larva, telur-telur ini yang akhirnya
menggerogoti buah terung, sehingga buah menjadi busuk. Pengendalian lalat buah
dapat menggunakan perangkap lalat (sexpheromone) dengan cara menggunakan
buah-buahan yang aromanya disukai lalat (missal nangka, timun), kemudian
dicampur insektisida berbahan aktif metomil. Pengendalian juga dapat dilakukan
penyemprotan menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin,
profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida atau dimehipo dengan dosis
sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.

b. Penyakit Tanaman Terung


Rebah Semai
Rebah semai biasa menyerang tanaman terung pada fase pembibitan. Cara
pengendaliannya dengan penyemprotan fungisida sistemik berbahan aktif
propamokarb hidroklorida, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit atau dimetomorf
dengan dosis 1/2 dari dosis terendah yang tertera pada kemasan.
Layu Bakteri
Penyakit ini sering menggagalkan tanaman, serangannya disebabkan oleh
bakteri. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan antara lain dengan meningkatkan
pH tanah, memusnahkan tanaman yang terserang, melakukan penggiliran tanaman
serta penyemprotan kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik
dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin atau
oksitetrasiklin dengan dosis sesuai pada kemasan.
Layu Fusarium
Gejala yang ditimbulkan oleh layu fusarium hampir sama dengan layu bakteri
yang membedakan hanya penyebabnya. Layu fusarium disebabkan oleh serangan
jamur. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan antara lain dengan meningkatkan
pH tanah, memusnahkan tanaman yang terserang, melakukan penggiliran tanaman
serta penyemprotan kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif benomil,
metalaksil atau propamokarb hidroklorida dengan dosis sesuai pada kemasan.
Busuk Phytopthora
Busuk phytopthora menyerang semua bagian tanaman. Batang yang terserang
ditandai dengan bercak coklat kehitaman dan kebasah-basahan. Serangan serius
menyebabkan tanaman layu. Daun terung yang terserang seperti tersiram air panas.
Serangan pada buah ditandai dengan bercak kebasahbasahan yang menjadi coklat
kehitaman dan lunak. Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik,
bahan aktif yang bisa digunakan adalah metalaksil, propamokarb hidroklorida,
simoksanil, atau dimetomorf dan fungisida kontak berbahan aktif tembaga,
mankozeb, propineb dan ziram.
Bercak Daun
Penyakit ini disebabkan oleh serangan bakteri, berkembang pesat terutama
pada musim hujan. Serangan ditandai dengan adanya bercak putih dan bersudut
karena dibatasi tulang daun. Bercak berubah menjadi cokelat kelabu serta bagian
bawah daun mengeluarkan cairan, akhirnya daun mengering. Pengendaliannya
menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin,
streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin atau dari
golongan anorganik seperti tembaga. Dosis sesuai pada kemasan.
Antraknosa
Antraknosa merupakan penyakit menyerang semua bagian tanaman yang
ditandai dengan adanya bercak agak bulat berwarna cokelat muda, lalu berubah
menjadi cokelat tua sampai kehitaman. Semakin lama bercak melebar dan menyatu
akhirnya daun mengering. Gejala lain adalah bercak bulat memanjang berwarna
kuning atau cokelat. Buah yang terserang akan nampak bercak agak bulat dan
berlekuk berwarna cokelat tua, cendawan akan membentuk massa spora berwarna
merah jambu. Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik.
Virus
Virus merupakan penyakit yang sangat berpotensi menimbulkan kegagalan
terutama pada musim kemarau. Gejala serangan umumnya ditandai dengan
pertumbuhan tanaman yang mengerdil, daun mengeriting dan terdapat bercak kuning
kebasah-basahan. Penyakit virus sampai saat ini belum ditemukan penangkalnya.
Penyakit ini ditularkan dari satu tanaman ke tanaman lain melalui vektor atau penular.
Beberapa hama yang sangat berpotensi menjadi penular virus diantaranya adalah kutu
kebul, kutu daun, thrips dan tungau. Manusia dapat juga berperan sebagai penular
virus, baik melalui alat-alat pertanian maupun tangan terutama pada saat perempelan.
Beberapa upaya penanganan virus antara lain:
a. Membersihkan gulma (karena gulma berpotensi menjadi inang virus).
b. Mengendalikan hama/serangga penular virus.
c. Memusnahkan tanaman yang sudah terserang virus.

DAFTAR PUSTAKA

https://enalgattuso8.wordpress.com/2015/10/02/perbanyak-terong-melalui-stek/
DIAKSES PADA ( 26 APRIL 2018)

Sarianto Eko. 2012. Budidaya Terong Silila Untuk Produksi Benih Di Cv.Multi
Global Agrindo(Mga)Karangpandan. Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret. Surakarta

You might also like