You are on page 1of 88

TRANSFORMATOR ramasubroto@ub.ac.

id

Transformer
Transformator
 Tujuan Pembelajaran
 Mengetahui prinsip kerja trafo

 Menganalisis trafo pada kondisi tidak ideal

 Mengetahui kerja paralel trafo dan syaratnya

 Menentukan paramater trafo

 Menghitung pengaturan tegangan

 Melakukan perhitungan rugi dan efisiensi trafo

 Acuan
 Zuhal. 1991. Dasar Tenaga Listrik. Bandung: ITB Press
Transformator
 Pokok Bahasan
 Dasar Trafo
 Definisidan Terminologi
 Klasifikasi Trafo
 Hukum – Hukum Dasar Trafo
 Konstruksi Trafo
 Jenis Trafo

 PrinsipKerja Trafo
 Kondisi Trafo
 Kondisi Berbeban
 Kondisi Tak Berbeban
Transformator
 Pokok Bahasan (cont’)
 Rangkaian Ekivalen
 Pengujian Trafo
 Pengujian Beban Nol
 Pengujian Hubung Singkat

 Pengaturan Tegangan
 Kerja Paralel Trafo
 Rugi dan Efisiensi
 Transformator Tiga Fasa
 Hubungan Wye
 Hubungan Delta
Dasar Transformator
Basic Transformer
Dasar Transformator
Dasar Transformator
 Definisi
 Alatlistrik yang dapat memindahkan energi listrik dengan
merubah tingkat tegangan dari suatu rangkaian listrik ke
rangkaian listrik lain melalui prinsip induksi magnetik tanpa
merubah frekuensi.
 Fungsi Trafo
 Untuk menyesuaikan tegangan setempat dengan tegangan
pada rangkaian listrik
 Menaikkan dan menurunkan tegangan pada sistem tenaga
 Untuk mengadakan pengukuran dari besaran listrik
 Sebagai gandengan impedansi antara sumber dengan
beban
Dasar Transformator
 Fungsi Trafo
 Untuk memisahkan satu rangkaian dengan rangkaian yang
lain
 Untuk menghambat arus searah sambil tetap melewatkan
arus bolak balik antara rangkaian
Dasar Transformator
 Klasifikasi Trafo
 Berdasarkan jumlah fasanya
 Trafo fasa tunggal
 Trafo fasa banyak

 Berdasarkan kegunaan sebagai trafo tenaga


 Trafo Penaik Tegangan (Step Up)
 Trafo Penurun Tegangan (Step Down)

 Berdasarkan kegunaan sebagai trafo instrumen


 Trafo Arus
 Trafo Tegangan
Dasar Transformator
 Hukum – Hukum Dasar Trafo
 Persamaan Maxwell II (Hukum Ampere)
Dasar Transformator
 Hukum – Hukum Dasar Trafo
 Persamaan Maxwell I (Hukum Faraday)
Dasar Transformator
 Konstruksi Dasar Trafo
 Inti yang terbuat dari lembaran-lembaran plat besi lunak
atau baja silikon yang diklem jadi satu.
 Belitan dibuat dari tembaga yang cara membelitkan pada
inti dapat konsentris maupun spiral.
 Sistem pendingin pada trafo-trafo dengan daya yang
cukup besar
Dasar Transformator
 Jenis Trafo berdasarkan Inti
 Core type (Tipe inti)  belitan mengelilingi inti
Dasar Transformator
 Jenis Trafo berdasarkan Inti
 Shell type (Tipe cangkang)  inti mengelilingi belitan
Dasar Transformator
Prinsip Kerja Transformator
Transformer Working Principles
Prinsip Kerja Transformator
 Keadaaan Transformator Tanpa beban
F
I0

N1 N2
E1 E2

I0
Transformator tanpa beban

V1 E1

Vektor transformator tanpa beban


Keadaan Tanpa Beban
 Bila kumparan primer suatu transformator
dihubungkan dengan sumber tegangan V1 yang
sinusoid, akan mengalirlah arus primer Io yang juga
sinusoid dan dengan menganggap belitan N1 reaktif
murni, Io akan tertinggal 90o dari V1 (lihat gambar ).
Arus primer Io menimbulkan fluks (f) yang sefasa dan
juga berbentuk sinusoid.
f = fmaks sin wt
Keadaan Tanpa Beban

 Fluks yang sinusoid ini akan menghasilkan tegangan


induksi e1 (Hukum Faraday). Fluks yang berubah-ubah
memotong suatu kumparan maka pada kumparan
tersebut akan di induksikan suatu tegangan listrik :
df
e1   N 1
dt

d (fmaks sin wt )
e1   N1   N1fmaks w cos wt (tertinggal 90o dari f)
dt

N1 2ff maks
Harga efektifnya E1   4,44 N1 ff maks
2
Keadaan Tanpa Beban

 Pada rangkaian sekunder, fluks (f) bersama tadi menimbulkan


df
e2   N 2 e2   N 2 wfm cos wt E N1
 1
dt E2 N2
E 2  4,44 N 2 ff maks
Dengan mengabaikan rugi tahanan dan adanya fluks
bocor,
E1 V1 N 1
  a a = perbandingan transformasi
E 2 V2 N 2

Dalam hal ini tegangan E1 mempunyai besar yang


sama tetapi berlawanan arah dengan tegangan
sumber V1.
Keadaan Tanpa Beban

Arus Penguat
 Arus primer Io yang mengalir pada saat kumparan sekunder tidak dibebani
disebut arus penguat. Dalam kenyataannya arus primer Io bukanlah
merupakan arus induktif murni, hingga ia terdiri atas dua komponen:
(1) Komponen arus pemagnetan IM, yang menghasilkan fluks (f).
(2) Komponen arus rugi tembaga IC, menyatakan daya yang hilang akibat
adanya rugi histeris dan ‘arus eddy’. IC sefasa dengan V1, dengan
demikian hasil perkaliannya (IC x V1) merupakan daya (watt) yang hilang
I0
F
I0 RC IC IM XM
IM V1

V1 IC E1

Vektor hubungan fasor Io, IM dan IC Rangkaian pengganti Io, IM dan IC


Keadaaan Berbeban

F1

F2
I1 I2

N1 N2

V1 E1 E2 ZL V2

 Apabila kumparan sekunder dihubungkan dengan


beban ZL, I2 mengalir pada kumparan sekunder, di
mana I2 = V2/ZL .
Keadaaan Berbeban

 Arus beban I2 ini akan menimbulkan gaya gerak


magnet (ggm) N2 I2 yang cenderung menentang
fluks (f) bersama yang telah ada akibat arus
pemagnetan IM. Agar fluks bersama itu tidak
berubah nilainya, pada kumparan primer harus
mengalir arus I’2, yang menentang fluks yang
dibangkitkan oleh arus beban I2, hingga keseluruhan
arus yang mengalir pada primer menjadi :
I1  I o  I '2
I o  I1  I '2
Keadaaan Berbeban

 Bila rugi besi diabaikan (IC diabaikan) maka Io = IM


I1 = IM + I’2
 Untuk menjaga agar fluks tetap tidak berubah sebesar ggm
yang dihasilkan oleh arus pemagnetan IM saja, berlaku
hubungan :
N1IM = N1I1 – N2I2
N1IM = N1(IM + I’2) – N2I2
Sehingga
N1I’2 = N2I2
 Karena nilai IM dianggap kecil maka I’2 = I1
N1I1 = N2I2 atau I1/I2 = N2/N1
Rangkaian Ekivalen
Equivalent Circuit
Kondisi Ideal Trafo
Kondisi Non-ideal Trafo

Resistansi Belitan

Reaktansi Bocor
Parameter Trafo
Reaktansi Magnetisasi

Rugi inti
Rangkaian Ekivalen

R1 X1 I1 I’2 X2 R2

IO
IC IM
V1 RC XM E1 E2 ZL V2

N1 N2
V1 = E1 + I1R1 + I1jX1

E2 = V2 + I2R2 + I2jX2
E1 N1
 a atau E1 = a.E2
E2 N 2
Rangkaian Ekivalen

hingga :
E1 = a(I2ZL + I2R2 + I2jX2)

Karena
I’2/I2 = N2/N1 = 1/a atau I2 = a.I’2

maka
E1 = a2 I’2 ZL + a2 I’2 jX2

dan
V1 = a2 I’2 ZL + a2 I’2 R2 + a2 I’2 jX2 + I1 R1 + I1 jX1
Rangkaian Ekivalen

R1 X1 a2X2 a2R2
I1 I’2
IO
IC IM
V1 RC XM a2ZL aV2
Rangkaian Ekivalen

I1 R1 X1 I’2 a2X2 a2R2

IO
IC IM
V1 R XM a2ZL aV2
C
Rangkaian Ekivalen
f
I1

I’2 a2R2 IC
I’2 IO
aV2 IM
I’2R1 
I’2a2X2

E1

I’2X1

V1
Pengujian Transformator
Transformer Test
Pengujian Transformator

Parameter transformator yang terdapat pada model


rangkaian (rangkaian ekivalen) Rc, XM, Rek, dan Xek,
dapat ditentukan besarnya dengan dua macam
pengujian (test) yaitu pengujian beban nol dan
pengujian hubungan singkat.
 Pengujian Tanpa Beban
Pengujian Transformator

Pengujian Tanpa Beban


Dari pengukuran didapatkan data :
 daya yang masuk (P1)  ditunjukkan oleh wattmeter
 arus I0  ditunjukkan oleh amperemeter

 Tegangan V1  ditunjukkan oleh voltmeter

Dari ketiga data tersebut dapat ditentukan :


V12 V jX m .R C
RC  Zo  1 Z o  R C // jX m 
P1 Io R C  jX m
V1 jX m .R C

Io R C  jX m
Pengujian Transformator

 Pengujian Hubungan Singkat


 Hubungan singkat berarti kombinasi beban ZL diperkecil
menjadi nol, sehingga hanya impedansi Zek = Rek + jXek
yang membatasi arus. Karena harga Rek dan Xek ini
relatif kecil, harus dijaga agar tegangan yang masuk
(Vhs) cukup kecil sehingga arus yang dihasilkan tidak
melebihi arus nominal. Harga I0 akan relatif kecil bila
dibandingkan dengan arus nominal, sehingga pada
pengukuran ini dapat diabaikan
Pengujian Transformator

 Pengujian Hubungan Singkat

Dari pengukuran didapatkan data :


 daya yang masuk (Phs)  ditunjukkan oleh wattmeter
 arus Ihs  ditunjukkan oleh ampermeter
 tegangan Vhs  ditunjukkan oleh voltmeter
Pengujian Transformator

 Pengujian Hubungan Singkat


Dengan mengukur tegangan Vhs , arus Ihs , dan daya
Phs , akan dapat dihitung parameter :
 Tahanan ekivalen
Phs
Rek 
(Ihs )2

 Impedansi ekivalen
Vhs
Z ek   Rek  jX ek
I hs

 Reaktansi ekivalen
X ek  Z ek 2  ( Rek ) 2
Pengaturan Tegangan
Voltage Regulation
Pengaturan Tegangan

 Definisi
 Perubahan tegangan sekunder antara beban nol dan
beban penuh pada suatu faktor kerja tertentu, dengan
tegangan primer konstan.
V2 tanpa beban  V2 beban penuh
Pengaturan 
V2 beban penuh

Dengan mengingat model rangkaian yang telah ada


(dalam hal ini harga sekunder ditransformasikan ke harga
primer):
Pengaturan Tegangan

I1 R1 X1 I’2 a2X2 a2 R2

IO
IC IM
V1 a2ZL aV2
RC XM

a V2 tanpa beban  a V2 beban penuh


Pengaturan 
a V2 beban penuh

V1  a V2 (no min al)


Pengaturan 
a V2 (no min al)
Kerja Paralel
Paralel Works
Kerja Paralel

Pertambahan beban pada suatu saat menghendaki


adanya kerja paralel di antara transformator.

Tujuan utama kerja paralel adalah agar beban yang


dipikul sebanding dengan kemampuan kVA masing-
masing transformator, hingga tidak terjadi
pembebanan lebih yang akan menyebabkan
pemanasan lebih terhadap trafo.
Kerja Paralel
Kerja Paralel

 Syarat Kerja Paralel


 Perbandingan tegangan harus sama
 Jika perbandingan tegangan tidak sama, maka tegangan
induksi pada kumparan sekunder masing-masing
transformator tidak sama. Perbedaaan ini menyebabkan
terjadinya arus sirkulasi pada kumparan sekunder ketika
transformator dibebani. Arus ini menimbulkan panas pada
kumparan sekunder tersebut.
 Polaritas
transformator harus sama
 Perbandingan reaktansi terhadap tahanan sebaiknya
sama
 Apabilaperbandingan R/X sama, kedua trafo akan bekerja
pada faktor kerja yang sama
Kerja Paralel

 Syarat Kerja Paralel


 Tegangan impedansi pada keadaan beban penuh harus
sama
Dua transformator yang diparalelkan dapat digambarkan
sebagai berikut:

Persamaan di atas mengandung arti, agar kedua


transformator membagi beban sesuai dengan
kemampuan kVA-nya, sehingga tegangan
impedansi pada keadaan beban penuh kedua
transformator tersebut harus sama
(I1A x Z1A = I1B x Z1B ).
Rugi dan Efisiensi
Losses and Efficiency
Rugi dan Efisiensi
 Diagram Rugi Daya dan Efisiensi pada Trafo
Rugi dan Efisiensi
 Rugi pada Trafo
 Rugi Besi
 Rugi
histerisis: rugi yang disebabkan fluks bolak – balik
pada inti besi
Ph  K h  f  Bmaks
x

Dimana:
Kh = konstanta histerisis (nilainya bergantung dari bahan inti besi)
f = frekuensi
Bmaks = kerapatan fluks maksimum
x = Steinmetz Faktor (untuk low carbon steel, x = 1.6 sedangkan silicon
steel x = 1.7 – 2)
Rugi dan Efisiensi
 Rugi pada Trafo
 Rugi Besi
 Rugi arus eddy: rugi yang disebabkan arus pusar pada inti
besi

Pe  K e  f 2  Bmaks
2

Dimana:
Ke = Konstanta arus eddy
f = frekuensi
Bmaks = kerapatan fluks maksimum

Rugi Besi Total: Pi  Ph  Pe


Rugi dan Efisiensi
 Rugi pada Trafo
 Rugi Tembaga
 Rugi
yang disebabkan oleh arus beban yang mengalir
pada belitan

Pcu  I 2 R
Karena arus pada beban berubah-ubah, rugi
tembaga juga tidak konstan tergantung pada
beban.
Rugi dan Efisiensi
 Efisiensi

Pout
  100 %
Pin
Pout
  100 %
Pout  Plosses

Pin  Pout  Plosses


Plosses  Pi  Pcu
Transformator Tiga Fasa
Three Phase Transformator
Transformator Tiga Fasa
 Transformator tiga fasa dalam pelaksanaannya
dapat dilaksanakan dengan 2 cara, yaitu
 Tiga buah transformator satu fasa
 Satu buah transformator tiga fasa yang terdiri dari
tiga inti dengan setiap inti dililitkan belitan primer dan
sekunder
 Keuntungan penggunaan trafo tiga fasa
dibandingkan dengan tiga buah trafo satu fasa
adalah:
 Penggunaan inti besi yang sedikit sehingga ekonomis
 Sistem pendingin yang lebih maju
Transformator Tiga Fasa
 Transformator tiga fasa Hubungan Delta
 Tegangan transformator tiga fasa dengan kumparan
yang dihubungkan secara delta yaitu VAB, VBC dan VCA
yang masing-masing berbeda fasa 1200
Transformator Tiga Fasa
 Transformator tiga fasa Hubungan Delta
Transformator Tiga Fasa
 Transformator tiga fasa Hubungan Wye
 Arustransformator tiga fasa dengan kumparan yang
dihubungkan secara bintang yaitu IA, IB, IC yang masing-
masing berbeda fasa 1200.
Transformator Tiga Fasa
 Transformator tiga fasa Hubungan Wye
Transformator Tiga Fasa
 Daya Trafo Tiga Fasa
Latihan Soal
Solved Problems
Latihan Soal
1. Sebuah transformator 1 fasa mempunyai jumlah
lilitan primer 400 lilitan dan sekunder 1000 lilitan,
serta luas permukaan inti besi 60 cm2. Jika belitan
primer dihubungkan tegangan AC 1 fasa 520 Volt,
50 Hz. Hitung:
a. Besar kerapatan fluksi maksimum dalam inti besi
b. Tegangan yang diinduksikan dalam kumparan
sekunder
Latihan Soal
a. Tegangan induksi efektif:
E1  4.44 N1 ff maks
 4.44 N1 fBmaks A
Kerapatan fluks maksimum:
E1 520
Bm aks    0 . 976Wb / m 2

4.44 N 1 fA 4.44  400  50  60  10  4


b. Perbandingan transformator
N1 400
a   0 .4
N 2 1000
Untuk trafo ideal

E1 N 1 V1 E1 V1 520
   E2     1300V
E 2 N 2 V2 a a 0 .4
Latihan Soal
2. Sebuah transformator 1 fasa, 25 kVA mempunyai
500 lilitan pada sisi primer, dan 50 lilitan pada sisi
sekunder. Sisi primer dihubungkan ke sumber
tegangan AC 3000 Volt, 50 Hz. Tentukan arus
beban penuh primer dan sekunder, e.m.f
sekunder, dan fluksi maksimum dalam inti besi.
Abaikan kerugian karena kebocoran fluksi.
Latihan Soal
Perbandingan transformator
N 1 500
a   10
N2 50

Kebocoran fluksi diabaikan  Transformator ideal, sehingga


N 1 E1 V1
   a  E1  V1 E 2  V2
N 2 E 2 V2

Arus beban penuh sekunder


I2 
S

S E 3000 25  10 3
V2 E 2 E2  1   300V I2   83.33 A
a 10 300
Latihan Soal
Arus beban penuh primer
N2 50
I1   I2   83.33  8.33 A
N1 500

Emf sekunder
E1 3000
E2    300V
a 10
Fluks maksimum dalam inti besi

E 2  4.44 fN 2f maks
E2 300
f m aks    0.027Wb
4.44 fN 2 4.44  50  50
Latihan Soal
3. Sebuah transformator 1 fasa, 50kVA, 3.3kV/220V,
50 Hz, pada beban penuh mempunyai rugi besi
250 Watt dan rugi tembaga 750 Watt. Berapakah
besar efisiensi trafo tersebut pada keadaan
dibebani ¾ beban penuh dengan faktor daya
beban 0.85 lagging?
Latihan Soal
 Kondisi pada keadaan beban penuh
 Daya keluaran beban penuh
S out,bp  50kVA
 Rugi besi pada beban penuh

Pi ,bp  250W
 Rugi tembaga pada beban penuh
Pcu ,bp  750W
 Faktor daya beban
cos  0.85
 Daya aktif keluaran beban penuh
Pout,bp  S out,bp  cos  50kVA  0.85  42.5kW
Latihan Soal
 Kondisi pada keadaan ¾ beban penuh
 Rugi besi pada kondisi ¾ beban penuh
Pi , 3 bp  Pi ,bp  250W
4
 Rugi tembaga pada kondisi ¾ beban penuh
2
3
Pcu , 3    Pcu,bp  0.5625  750W  421.875W
4
bp
4
 Daya aktif keluaran pada ¾ beban penuh
3 3
Pout, 3    Pout,bp     42.5  31.875kW
4
bp
4 4
 Total rugi – rugi pada ¾ beban penuh
Plosses, 3 bp
 Pcu, 3 bp
 Pi , 3 bp
 421.875  250  671.875W
4 4 4

 Daya masukan pada ¾ beban penuh


Pin, 3 bp
 Pout, 3 bp
 Plosses, 3 bp
 31.875  0.671875  32.547 kW
4 4 4
Latihan Soal
 Kondisi pada keadaan ¾ beban penuh
 Efisiensi trafo pada kondisi ¾ beban penuh
Pout, 3 bp 31.875
3 bp
 4
 100 %   100%  97.94%
4 Pin , 3 bp
32.547
4
Latihan Soal
4. Sebuah transformator 3 fasa, 60 kVA,
10392.3/300 Volt, 50 Hz, hubungan Y/Δ, power
factor 0.8 lagging. Kerapatan fluksi maksimum di
dalam inti besi 9000 Gauss. Luas penampang inti
besi 300 cm2 (bersih / tidak terhitung isolasi
kertas). Dalam keadaan beban penuh , besar
kerugian besi 600 Watt dan kerugian tembaga
800 Watt. Hitung:
a. Jumlah lilitan primer dan sekunder dari trafo
tersebut
b. Efisiensi trafo pada keadaan dibebani ½ beban
penuh pada pf beban 0.8 lagging
Latihan Soal
a. Fluks maksimum diperoleh dari
8
10
Bm aks  9000 G  9000 Maxwell 2  9000   4  0.9 Wb 2
cm 10 m

A  300cm 2  3  10 2 m 2

fmaks  Bmaks A  0.9  3 10 2  2.7 10 2 Wb


Tegangan fasa
VL1 10392 .3
Vf1    6000V
3 3

Tegangan induksi fasa


Vf1  E f1
Latihan Soal
a. Jumlah lilitan primer
Ef1 6000
N1    1001 lilitan
4.44 ff maks 4.44  50  2.7  10 2

Jumlah lilitan sekunder


Ef1 N1 Ef2 300
  N 2  N1  1001   50.05
Ef 2 N2 Ef1 6000

N 2  51 lilitan
Latihan Soal
b. Kondisi ½ beban penuh
 Rugi besi pada ½ beban penuh
Pi , 1 bp  Pi ,bp  600W
2

 Rugi tembaga pada ½ beban penuh


2
1
Pcu , 1    Pcu ,bp  0.25  800  200W
2
bp
2

 Total rugi – rugi trafo pada ½ beban penuh


Plosses, 1 bp
 Pi , 1 bp
 Pcu, 1 bp
 600  200  800W
2 2 2

 Daya aktif keluaran pada ½ beban penuh


1
Pout, 1 bp
 S out, 1 bp
cos   60  0.8  24 kW
2 2 2
Latihan Soal
b. Kondisi ½ beban penuh
 Daya aktif masukan pada ½ beban penuh
Pin, 1 bp
 Plosses, 1 bp
 Pout, 1 bp
 0.8  24  24.8kW
2 2 2

 Efisiensi pada ½ beban penuh


Pout, 1 bp 24
 2
 100 %   100 %  96.77%
Pin , 1 bp
24.8
2
Latihan Soal
5. Pengukuran hubung singkat transformator 1 fasa
15kVA, 2400/240 V, 50 Hz, menghasilkan data –
data sebagai berikut:
Arus hubung singkat: I hs  6.25 A
Tegangan hubung singkat: Vhs  131V
Daya masukan: Phs  214W
Hitung :
a. Faktor kerja pada keadaan hubung singkat
b. Prosentase pengaturan tegangan, untuk beban
dengan faktor kerja 0.8 tertinggal
Latihan Soal
a. Faktor kerja pada keadaan hubung singkat
Phs 214
cos hs    0.261 lagging
Vhs I hs 131  6.25
 hs  74.85
b. Vhs dipilih sebagai referensi, sehingga
Vhs  1310
I hs  6.25  74.85
Vhs 1310
Ze    20.9674.85  5.48  j 20.23
I hs 6.25  74.85

Req  5.48 X eq  20.23


Latihan Soal
b. Ihs sebagai referensi, maka
I hs  6.250 A
V1nom  2400 cos1 0.8  240036.87V

Tegangan primer tanpa beban


V1  V1nom  I hs Z e
 2400 36.87  6.250 20.9674.85
 2504 .5538.71V
% Pengaturan tegangan
V1  V1nom 2504 .55  2400
%V R   100 %   100 %  4.35%
V1nom 2400
Homeworks #3
Homeworks #3
1. Berapakah besar arus yang mengalir pada setiap
kumparan primer dan sekunder dari sebuah
transformator 3 fasa, [NIM] kVA, 33kV / 127 – 220V,
50 Hz, hubungan Δ – Y, apabila transformator
tersebut dipergunakan untuk memasok beban tiga
fasa, [0.7*NIM] kW, 127/220 V, 50 Hz, power faktor
0.8 lagging, hubungan Y? Berapa pula besar efisiensi
transformator tersebut pada keadaan seperti di atas,
apabila pada keadaan beban penuh besar kerugian
besi dan kerugian tembaga berturut – turut sebesar
100 Watt dan 500 Watt
Homeworks #3
2. Sebuah transformator 1 fasa, 6600 / 220 Volt, 50 Hz,
mempunyai kerapatan fluksi maksimum dalam inti
besi sebesar 1.35 Wb/m2 dan luas penampang inti
besi [NIM] cm2. Tentukan:
a. Jumlah lilitan primer dan sekunder
b. Daya keluaran apabila rugi – rugi diabaikan, dan
dihubungkan dengan beban yang mempunyai impedansi
sebesar 4Ω
c. Dapatkah transformator tersebut dipergunakan untuk
mentransformasi tegangan 6600Volt DC?
d. Jelaskan jawaban saudara
Homeworks #3
3. Sebuah transformator 1 fasa, [NIM] kVA,
3.3kV/220V, 50 Hz, pada beban penuh
mempunyai rugi besi 250 Watt dan rugi tembaga
500 Watt. Berapakah besar efisiensi
transformator tersebut pada keadaan dibebani ½
dan ¼ beban penuh, serta beban penuh, dengan
faktor kerja beban 0.7 lagging
Homeworks #3
4. Parameter dari rangkaian ekivalen suatu trafo
[NIM]kVA, 2400/240 V yang ditunjukkan pada
Gambar (di slide berikutnya) diketahui R1=0.2Ω,
R2=2 mΩ, X1=0.45Ω, X2=4.5mΩ Rc=10kΩ, dan
Xm=1.55kΩ. Dengan menggunakan rangkaian
acuan pada sisi primer, tentukan :
a. Pengaturan tegangan pada faktor kerja 0.8 lagging
b. Efisiensi dari trafo yang beroperasi pada beban
penuh dengan faktor kerja 0.8 lagging
Homeworks #3
Homeworks #3
5. Sebuah transformator [NIM]kVA mempunyai rugi
tembaga 0.25kW pada keadaan beban penuh dan
rugi besi 0.25kW. Gambarkan kurva efisiensi
terhadap beban untuk faktor beban kerja bernilai
1, 0.8, dan 0.6, seandainya trafo tersebut
dibebani : ¼ beban penuh, ½ beban penuh, 0.6
beban penuh, ¾ beban penuh, beban penuh, dan
1.25 beban penuh dengan menggunakan Excel
Homeworks #3
NB: Format Excel nomor 5

Tabel 1 Rugi efisiensi untuk cos phi = 0.6

Daya pada Beban Rugi Tembaga Rugi Besi Total Rugi2 Daya masukan Efisiensi
S (kVA) Pcu (kW) Pi(kW) Plosses (kW) kW
0.25 *NIM
0.5 *NIM
0.6 *NIM
0.75 * NIM
1 *NIM
1.25 *NIM
Homeworks #3
NB: Format Excel nomor 5

Tabel 2 Rugi efisiensi untuk cos phi = 0.8

Daya pada Beban Rugi Tembaga Rugi Besi Total Rugi2 Daya masukan Efisiensi
S (kVA) Pcu (kW) Pi(kW) Plosses (kW) kW
0.25 *NIM
0.5 *NIM
0.6 *NIM
0.75 * NIM
1 *NIM
1.25 *NIM
Homeworks #3
NB: Format Excel nomor 5

Tabel 3 Rugi efisiensi untuk cos phi = 1

Daya pada Beban Rugi Tembaga Rugi Besi Total Rugi2 Daya masukan Efisiensi
S (kVA) Pcu (kW) Pi(kW) Plosses (kW) kW
0.25 *NIM
0.5 *NIM
0.6 *NIM
0.75 * NIM
1 *NIM
1.25 *NIM
Homeworks #3
NB: Format kurva nomor 5 (contoh)

Cos phi = 0.8

Cos phi = 1
Efisiensi
Cos phi = 0.6

Beban

You might also like