You are on page 1of 22

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

STASE PEMINATAN INSTALASI BEDAH SENTRAL

Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Pre, Intra, Dan Post Operasi
Pasien Ca Mamae Di Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSPAU dr. S. Hardjolukito
Yogyakarta

Disusun Oleh:
Kriswilani N.004.015.011
Sri Rahayu N.004.015.018

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
(STIKES) DUTA GAMA KLATEN
2015/2016
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus
tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara.
Jika benjolan itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar (metastase)
pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening (limfe)
ketiak ataupun diatas tulang belikat. Selain itu, sel-sel kanker bisa bersarang ditulang,
paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit.
B. Tujuan
Menjelaskan proses asuhan keperawatan ca mammae mulai dari tahap pre operasi,intra

operasi sampai tahap pemulihan atau post operasi.


C. Manfaat
Diharapkan dengan terselesaikan makalah ini dapat mengaplikasikan asuhan

keperawatan medical bedah terkhusus tentang ca mammae.


BAB 2

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit


1 Definisi
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus
tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di
payudara. Jika benjolan itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa
menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada
kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun diatas tulang belikat. Selain itu, sel-sel
kanker bisa bersarang ditulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit.
Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh
yang berubah menjadi ganas.Kanker payudara adalah suatu pertumbuhan sel-sel
abnormal yang cenderung menginvansi jaringan disekitarnya dan menyebar
ketempat-tempat jauh.
2 Etiologi
Penyebab spesifik kanker payudara belum diketahui secara pasti. Namun beberapa
factor resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara,
yaitu:
a. Riwayat pribadi kanker payudara beresiko mengalami kanker payudara
sebelahnya.
b. Tinggi melebihi 170 cm
Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara
karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya
perubahan struktur genetic (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya berubah ke
arah sel ganas.
c. Masa reproduksi yang relative panjang
1) Menarche (menstruasi) pada usia muda sebelum usia 12 tahun..
2) Wanita terlambat memasuki menopause (lebih dari usia 60 tahun).
3) Wanita yang belum mempunyai anak, lebih lama terpapar dengan
hormone esterogen relative lebih lama dibandingkan wanita yang sudah punya
anak.
d. Kehamilan dan menyusui
Berkaitan erat dengan perubahan sel kelenjar payudara saat menyusui.
e. Riwayat tumor payudara.
f. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masalah pubertas dan sebelum
usia 30 tahun.
g. Kontrasepsi oral.
h. Wanita gemuk (obesitas)
Dengan menurunkan berat badan, level estrogen tubuh akan turun pula.
i. Preparat hormone estrogen
Penggunaan preparat selama atau lebih dari 5 tahun.
j. Factor genetic
Kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2-3 x lebih besar pada wanita
yang ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker payudara.
k. Alcohol.
l. Tidak pernah melahirkan anak.
m. DES (dietilstilbestrol).
Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran memiliki risiko
tinggi menderita kanker payudara.
Stres hebat
3 Anatomi Fisiologi Mammae
Secara fisiologi anatomi payudara terdiri dari alveolusi, duktus laktiferus, sinus
laktiferus, ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran limfa dari payudara
kurang lebih 75% ke aksila. Sebagian lagi ke kelenjar parasternal terutama dari
bagian yang sentral dan medial dan ada pula pengaliran yang ke kelenjar
interpektoralis. Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormone.
Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa
fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh
ekstrogen dan progesterone yang diproduksi ovarium dan juga hormone hipofise,
telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
Perubahan kedua ialah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari
kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelumnya
menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul
benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi
payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palapasi,
tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu, pemeriksaan foto mammogram tidak
berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya
berkurang.
Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara
menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan
tumbuh duktus baru. Sekresi hormone prolaktin dari hipofisis anterior memicu
laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian
dikeluarkan melalui duktus keputing susu.
4 Patofisiologi
Sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut
transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi:
a. Fase Inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang
memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini
disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan
kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. tetapi tidak semua sel
memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. kelainan genetik
dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih
rentan terhadap suatu karsinogen. bahkan gangguan fisik menahunpun bisa
membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
b. Fase Promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah
menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh
oleh promosi. karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan
(gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen).
Kanker mammae merupakan penyebab utama kematian pada wanita karena kanker
(Maternity Nursing, 1997). Penyebab pasti belum diketahui, namun ada beberapa teori
yang menjelaskan bagaimana terjadinya keganasan pada mammae, yaitu:
a. Mekanisme hormonal, dimana perubahan keseimbangan hormone estrogen
dan progesterone yang dihasilkan oleh ovarium mempengaruhi factor pertumbuhan
sel mammae (Smeltzer & Bare, 2002). Dimana salah satu fungsi estrogen adalah
merangasang pertumbuhan sel mammae .
Suatu penelitian menyatakan bahwa wanita yang diangkat ovariumnya pada usia
muda lebih jarang ditemukan menderita karcinoma mammae, tetapi hal itu tidak
membuktikan bahwa hormone estrogenlah yang, menyebabkan kanker mammae
pada manusia. Namun menarche dini dan menopause lambat ternyata disertai
peninmgkatan resiko Kanker mammae dan resiko kanker mammae lebih tinggi
pada wanita yang melahirkan anak pertama pada usia lebih dari 30 tahun.
b. Virus, Invasi virus yang diduga ada pada air susu ibu menyebabkan adanya
massa abnormal pada sel yang sedang mengalami proliferasi.
c. Genetik
1) Kanker mammae yang bersifat herediter dapat terjadi karena adanya
“linkage genetic” autosomal dominan.
2) Penelitian tentang biomolekuler kanker menyatakan delesi kromosom
17 mempunyai peranan penting untuk terjadinya transformasi malignan.
3) mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2 biasanya ditemukan pada klien
dengan riwayat keluarga kanker mammae dan ovarium (Robbin & kumar,
1995) serta mutasi gen supresor tumor p 53 (Murray, 2002).
d. Defisiensi imun
Defesiensi imun terutama limfosit T menyebabkan penurunan produksi interferon
yang berfungsi untuk menghambat terjadinya proliferasi sel dan jaringan kanker
dan meningkatkan aktivitas antitumor. Gangguan proliferasi tersebut akan
menyebabkan timbulnya sel kanker pada jaringa epithelial dan paling sering pada
system duktal. Mula-mula terjadi hyperplasia sel dengan perkembangan sel
atipikal. Sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma.
Kanker butuh waktu 7 tahun untuk dapat tumbuh dari sebuah sel tunggal menjadi
massa yang cukup besar untuk bias diraba. Invasi sel kanker yang mengenai
jaringan yang peka terhadap sensasi nyeri akan menimbulkan rasa nyeri, seperti
periosteum dan pelksus saraf. Benjolan yang tumbuh dapat pecah dan terjadi
ulserasi pada kanker lanjut.Pertumbuhan sel terjadi irregular dan bisa menyebar
melalui saluran limfe dan melalui aliran darah. Dari saluran limfe akan sampai di
kelenjer limfe menyebabkan terjadinya pembesaran kelenjer limfe regional.
Disamping itu juga bisa menyebabkan edema limfatik dan kulit bercawak (peau d’
orange). Penyebaran yang terjadi secara hematogen akan menyebabkan timbulnya
metastasis pada jaringan paru, pleura, otak tulang (terutama tulang tengkorak,
vertebredan panggul). Pada tahap terminal lanjut penderita umumnya menderita
kehilangan progersif lemak tubuh dan badannya menjadi kurus disertai kelemahan
yang sangat, anoreksia dan anemia. Simdrom yang melemahkan ini dinyatakan
sebagai kakeksi kanker.
Pathway
Perubahan Genetik Mutasi Gen Normal

Berkembangbiaknya sel secara tidak terkendali

Infiltrasi sel ke jaringan sekitar sambil merusaknya

Neoplasma ganar mengenai payudara Takut & koping tidak


- efektif
Klien
sering bertanya
tentang
penyakitnya
- Wajah
cemas
- Klien
sering melamun

Obstruksi sirkulasi Infiltrasi ke pemb. Limfe Peningkatan


kebutuhan jaringan

Hipoksia pada sel kanker Bendungan pada limfe setempat Hipermetabolisme


jaringan

Nekrosis Edema sekitar tumor Penurunan massa otot


dan BB

Ukuran pada permukaan payudara Peau d’orange


Perubahan nutrisi kurang
o Pori-pori kulit membesar dari kebutuhan tubuh
Gangguan rasa nyaman : o Kulit menebal
nyeri o Keras dengan batas yang tidak normal
o Tidak dapat digerakkan
o Perubahan warna kulit

Kerusakkan lntegritas kulit


5 Tanda dan gejala
a. Terdapat benjolan di payudara yang nyeri maupun tidak nyeri, dari mulai
ukuran kecil kemudian menjadi besar dan teraba seperti melekat pada kulit, biasanya
memiliki pinggiran yang tidak teratur,
b. Keluar cairan abnormal dari puting susu, berupa nanah, darah, cairan encer
padahal ibu tidak sedang hamil,
c. Ada perlengketan dan lekukan pada kulit,
d. Perubahan warna atau tekstur kulit pada payudara,
e. Payudara tampak kemerahan dan kulit disekitar puting susu bersisik,
f. Terjadinya luka yang tidak sembuh dalam waktu yang lama,
g. Rasa tidak enak dan tegang,
h. Retraksi puting,
i. Pembengkakan local,
j. Konsistensi payudara yang keras dan padat,
k. Benjolan tersebut berbatas tegas dengan ukuran kurang dari 5 cm, biasanya
dalam stadium ini belum ada penyebaran sel-sel kanker diluar payudara.
l. Perubahan bentuk dan besar payudara, adanya lekukan ke dalam, tarikan dan
refraksi pada areola mammae,
m. Edema dengan peant d’orange (keriput seperti kulit jeruk),
n. Pengelupasan papilla mammae,
o. Ditemukan lessi pada pemeriksaan mammografi,
p. Pada stadium lanjut, bisa timbul nyeri tulang, penurunan berat badan,
pembengkakan lengan atau ulserasi kulit.
6 Pentahapan dan Stadium
Pentahapan mencangkup mengklasifikasikan kanker payudara berdasarkan pada
keluasan penyakit. Pentahapan segala bentuk kanker sangat penting karena hal ini dapat
membantu tim perawatan kesehatan merekomendasikan pengobatan terbaik yang ada,
memberikan prognosis, dan beberapa pemeriksaan darah dan prosedur diagnostik
dilakukan dalam petahapan penyakit. Pemeriksaaan dan prosedur ini mencankup rontgen
dada, pemindaian tulang, dan fungsi hepar, pentahapan klinik yang paling banyak
digunakan untuk kanker payudara adalah sistem klasifikasi TNM yang mengevaluasi
ukuran tumor, jumlah nodus limfe yang terkena, dan bukti adanya metastasis yang jauh.
Tumor primer (T) :

a. Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan


b. T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer
c. Tis : Kanker in situ, paget dis pada papila tanpa teraba tumor
d. T1 :Tumor:
 T1a : Tumor < 0,5
 T1b :Tumor 0,5 – 1 cm
 T1c :Tumor 1 – 2 cm
e. T2 :Tumor 2 – 5 cm
f. T3 : Tumor diatas 5 cm
g. T4 : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke dinding thorax
atau kulit :
 . T4a : Melekat pada dinding dada
 T4b : Edema kulit, ulkus, peau d’orange
 T4c : T4a dan T4b
 T4d : Mastitis karsinomatosis
Nodus limfe regional (N) :
 Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan
 N0 : Tidak teraba kelenjar axila
 N1 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang tidak melekat
 N2 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang melekat satu sama
lain atau melekat pada jaringan sekitarnya
 N3 : Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral
Metastas jauh (M) :
 Mx : Metastase jauh tidak dapat ditentukan
 M0 : Tidak ada metastase jauh
 M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula

Kanker payudara mempunyai 4 stadium, yaitu:


1) Stadium I Tumor yang berdiameter kurang 2 cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN) dan
tanpa penyebaran jauh. Tumor terbatas pada payudara dan tidak terfiksasi pada kulit dan otot
pektoralis.
2) Stadium IIa Tumor yang berdiameter kurang 2 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN)
dan tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter kurang 5 cm tanpa keterlibatan limfonodus
(LN) dan tanpa penyebaran jauh.
3) Stadium IIb Tumor yang berdiameter kurang 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN)
dan tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter lebih 5 cm tanpa keterlibatan limfonodus
(LN) dan tanpa penyebaran jauh.
4) Stadium IIIa Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN)
tanpa penyebaran jauh.
5) Stadium IIIb Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan
terdapat penyebaran jauh berupa metastasis ke supraklavikula dengan keterlibatan limfonodus (LN)
supraklavikula atau metastasis ke infraklavikula atau menginfiltrasi / menyebar ke kulit atau dinding
toraks atau tumor dengan edema pada tangan. Tumor telah menyebar ke dinding dada atau
menyebabkan pembengkakan bisa juga luka bernanah di payudara. Didiagnosis sebagai
Inflamatory Breast Cancer. Bisa sudah atau bisa juga belum menyebar ke pembuluh getah bening
di ketiak dan lengan atas, tapi tidak menyebar ke bagian lain dari organ tubuh.
6) Stadium IIIc Ukuran tumor bisa berapa saja dan terdapat metastasis kelenjar limfe
infraklavikular ipsilateral, atau bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe
mammaria interna dan metastase kelenjar limfe aksilar, atau metastasis kelenjar limfe
supraklavikular ipsilateral.
7) Stadium IV Tumor yang mengalami metastasis jauh, yaitu : tulang, paru-paru, liver atau
tulang rusuk.

7 Pemeriksaan
a. Pemeriksaan laboratorium meliputi morfologi sel darah, LED, Test fal marker
(CEA) dalam serum/plasma, pemeriksaan sitologis.
b. Mammagrafi, yaitu pemeriksaan yang dapat melihat struktur internal dari
payudara, hal ini mendeteksi secara dini tumor atau kanker.
c. Ultrasonografi, biasanya digunakan untuk membedakan tumor sulit dengan
kista.
d. CT Scan, dipergunakan untuk diagnosis metastasis carcinoma payudara pada
organ lain.
e. Sistologi biopsy aspirasi jarum halus.
f. Pemeriksaan hematologi, yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel
tumor pada peredaran darah dengan sedimental dan sentriifugasi darah.

8 Penatalaksanaan
a. Pembedahan
1) Mastektomi parsial (eksisi tumor local dan penyinaran).
2) Mulai dari lumpektomi sampai pengangkatan segmental (pengangkatan
jaringan yang luas dengan kulit yang terkena)
3) Mastektomi total dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara,
semua kelenjar limfe dilateral otocpectoralis minor.
4) Mastektomi radikal yang dimodifikasi seluruh payudara, semua atau
sebagian jaringan aksial.
(a) Mastektomi radikal, yaitu seluruh payudara, otot pektoralis
mayor dan minor dibawahnya, seluruh isi aksial.
(b) Mastektomi radikal yang diperluas, yaitu sama seperti
mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar limfe mamaria interna.
b. Non Pembedahan
1) Penyinaran
Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada kanker
lanjut; pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe aksila.Penyinaran radiasi
biasa dilakukan setelah insisi massa tumor untuk mengurangi kecenderungan
kekambuhan dan menyingkirkan kanker residual. Radiasi penyinaran eksternal
dengan foton yang diberi melalui akselarasi limer, di beri setiap hari selama > 45
minggu dari seluruh ragio payudara pasca radiasi. Efek samping bersifat
sementara yaitu reaksi kulit sekitar 2 minggu setelah pengobatan komplikasi
radiasi mencakup pneumonitis, fraktur iga dan fibrosis payudara yang jarang
terjadi.

2) Kemotrapi
Adjuvan sistemik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut.
Kombinasi obat-obatan untuk membunuh sel-sel yang berkembangbiak
dengan cepat atau menekan perkembangbiakannya dan obat-obat penghambat
hormon (obat yang mempengaruhi kerja hormon yang menyokong
pertumbuhan sel kanker) digunakan untuk menekan pertumbuhan sel kanker
di seluruh tubuh. Preparat yang sering digunakan dalam kombinasi adalah :
cytoxan ©, methorexate (m), fluorouracil (F) dan adrilamycin (A) kombinasi
yang biasa digunakan adalah cmf atau CAF. Pemberian kombinasi kemoterapi
didasarkan pada usia, status fisik, penyakit, dan akut tidaknya dalam
percobaan klinik. Efek samping: Mual, muntah, perubahan rasa kecap,
alopesra, mukosis, demotitis, keletihan, peningkatan BB, depresi sumsum
tubuh.
3) Terapi hormone dan endokrin
Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen,
coferektomi adrenalektomi hipofisektomi.
Keputusan pemberian terapi hormonal didasarkan pada indeks reseptor
astrogen. Progesterone dari pemeriksaan uji jaringan tumor diambil saat
biopsy. Preparat yang digunakan :
(a) Temoxifen
Indikasi : pasca menopause dengan reseptor estrogen dan nodus aksilaris +.
Efek samping : mual, muntah, rasa panas, refeni cairan, dan depresi.
(b) Diethyustriibestrol
Menghambat pelepasan FSH dan IH untuk menurunkan ekstrogen dan
ikatan ekstrogen.
Efek samping : peningkatan BB, fetasi cairan, mual.
(c) Mengestrol untuk menurunkan reseptor ekstrogen.
Efek samping : peningkatan BB, peningkatan nafsu makan.
(d) Auksimesteron (halotestin) yang menekan ekstrogen dengan menekan
IH dan FSH.
Efek samping : veriksasi (peningkatan pertumbuhan bulu wajah, suara lebih
dalam).
(e) Amihognitotimid (cytodren) yang mengubah androgen menjadi
astrogen.
Efek samping : ruam, frasitus.

9 Komplikasi
Metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe (limfogen) ke paru, pleura, tulang dan
hati.

10 Pencegahan
Kanker payudara dapat dicegah dengan cara:
1. Hindari penggunaan BH yang terlalu ketat dalam waktu lama.
2. HIndari banyak merokok dan mengkonsumsi alcohol.
3. Lakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), setiap bulan. SADARI
dapat dilakukan dengan:
a. Berdiri tegak. Cermati bila ada perubahan pada bentuk dan permukaan kulit
payudara, pembengkakan dan/atau perubahan pada puting. Jangan khawatir bila
bentuk payudara kanan dan kiri tidak simetris.
b. Angkat kedua lengan ke atas, tekuk siku dan posisikan tangan di belakang
kepala. dorong siku ke depan dan cermati payudara; dan dorong siku ke belakang
dan cermati bentuk maupun ukuran payudara. Otot dada akan dengan sendirinya
berkontraksi saat Anda melakukan gerakan ini.
c. Posisikan kedua tangan pada pinggang, condongkan bahu ke depan sehingga
payudara menggantung, dan dorong kedua siku ke depan, lalu kencangkan
(kontraksikan) otot dada Anda.
d. Angkat lengan kiri ke atas, dan tekuk siku sehingga tangan kiri memegang
bagian atas punggung. Dengan menggunakan ujung jari tangan kanan, raba dan
tekan area payudara, serta cermati seluruh bagian payudara kiri hingga ke area
ketiak. Lakukan gerakan atas-bawah, gerakan lingkaran dan gerakan lurus dari
arah tepi payudara ke puting, dan sebaliknya. Ulangi gerakan yang sama pada
payudara kanan Anda.
e. Cubit kedua puting. Cermati bila ada cairan yang keluar dari puting.
Berkonsultasilah ke dokter seandainya hal itu terjadi.
f. Pada posisi tiduran, letakkan bantal di bawah pundak kanan. Angkat lengan ke
atas. Cermati payudara kanan dan lakukan tiga pola gerakan seperti sebelumnya.
Dengan menggunakan ujung jari-jari, tekan seluruh bagian payudara hingga ke
sekitar ketiak. Ulangi langkah ini pada sisi berlawanan, untuk mencermati
payudara sebelah kiri.
4. Hindari terlalu banyak terkena sinar-x atau jenis-jenis radiasi lainnya.
5. Jaga kesehatan dengan mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran segar.
Sebaiknya sering mengkonsumsi kedelai serta produk olahannya, seperti tahu,
tempe, dan susu kacang kedelai, sebab kedelai mengandung phyto estrogen, yaitu
genistein, yang bermanfaat untuk mengurangi resiko terjadinya kanker payudara.
6. Lakukan olahraga secara teratur.
7. Hindari terlampau banyak makan makanan berlemak tinggi.
8. Atasi stress dengan baik, misalnya lewat relaksasi dan meditasi.
9. Makanlah lalap kunir puti (temu mangga) lebih kurang dua ruas jari setiap
hari.
BAB 3

PROSES KEPERAWATAN

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. A
Umur / jenis klamin : 43 tahun/ Perempuan
Alamat : Berbah, Sleman Yogyakarta
Status : Menikah
Agama : Islam
Tanggal operasi :10 Oktober 2016
Diagnosa medis : Ca Mamae

B. PENGKAJIAN
1. DI RUANG PERSIAPAN OPERASI: (TAHAP PRE OPERASI)
a. Data Fokus:
Keluhan utama saat masuk RS:
Klien mengeluhkan ada benjolan di payudara sebelah kirinya, kadang terasa sakit.
Riwayat penyakit sekarang :
Sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu klien mengeluhkan adanya benjolan di
payudara sebelah kirinya dan sering merasakan sakit, awalnya bejolan tersebut
berukuran kecil kemudian semakin hari semakin membesar, sampai pada akhirnya
pasien dan keluarga memutuskan untuk memeriksakannya kedokter, oleh dokter
disarankan untuk melakukan operasi. Pasien datang ke RSUP dr S. Hardjolukito
pada tanggal 9 Oktober 2016 dan dirawat di ruang Camar, oleh dokter yang
menangani pemeriksaan dan di putuskan akan dilakukan operasi untuk mengambil
benjolanya pada tanggal 10 Oktoer 2016.
Riwayat penyakit dahulu :
Data Subyektif :
Klien dan keluarga mengatakan tindakan operasi kali ini merupakan tindakan
operasi yang pertama di alami oleh pasien, klien dan keluarga mengatakan tidak
memiliki riwayat penyakit lain, seperti hipertensi, DM, jantung, atau penyakit
kejiwaan lainya. Klien dan keluarga juga mengatakan tidak memiliki riwayat
penyakit yang sama seperti yang sekarang di lami oleh klien.
Data obyektif:
1) Klien dengan dan dijadwalkan operasi jam 09.30 WIB.
2) Kesadaran: CM, KU: baik, Muka cemas.
3) BB: 50 kg
4) Nadi 89 x/m, R 24 x/m, suhu: 360C, TD : 130/90 mmHg.
5) Dada : simetris, KG (-), retraksi (-)
Jantung : S1 > S2 konstan, iktus kordis tidak terlihat, suara jantung reguler, tidak ada
peningkatan JVP.
 Paru : sonor, ves (+) ST (-), RBK -/-.
6) Abdomen : peristaltik (+), bising usus normal.
7) Ekstremitas : tidak terjadi udema, perfusi jaringan baik.
8) Hasil pemeriksaan :
Rontogen thoraks
Bercak infiltrate (-) , para cardial sinus dan diafragma baik, besar paru normal.
EKG
- irama reguler - Hipertropi (-)
- Iskemik (-) - HR 77
- Normo aksis

Analisa Data

No Data Masalah Penyebab


1. Ds : Klien dan keluarga mengatakan tindakan Cemas Kurangnya
operasi kali ini merupakan tindakan operasi informasi tentang
yang pertama di alami oleh pasien, pasien tindakan operasi
merasa cemas dengan tindakan operasi yang yang akan
akan dilakukan dilakukan.
Do : - Muka cemas
- Nadi 89 x/m, R 24 x/m, suhu: 360C, TD
: 130/90 mmHg.
Asuhan keperawatan

Dx kep./ Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi


mslh
kolaborasi
Cemas NOC: kontrol NIC: Penurunan - Mendampingi
b.d. kecemasan dan coping, kecemasan klien sebelum S: Klien
kurangnya setelah diberi Aktifitas: masuk kamar mengatakan
informasi penjelasan selama 5 1. Bina Hub. operasi merasa
tentang menit diharapkan klien Saling - Menjelaskan senang
tikndakan mampu mengatasi percaya prosedur O: ditemani.
operasi cemas dg: 2. Prosedur tindakan Klien
yang akan Indikator: 3. Hargai kepada klien terlihat
dilakukan. Ps mampu: pengetahuan - Menganjurkan lebih santai.
 Mengungkapkan pasien klien untuk Klien
cara mengatasi cemas tentang berdzikir/berd A: terlihat
 Mampu penyakitnya oa agar klien melaukan
menggunakan coping 4. Bantu pasien merasa lebih dzikir
 Klien tidak untuk tenang dan P: Masalah
tampak tegang dan mengefektif pelaksanaan teratasi
ketakutan kan sumber operasi juga sebagian
support. berjalan Pindahkan
5. Menjelaskan dengan lancar. klien ke
tujuan dan - Memotivasi OK
prosedur klien.
tindakan
operasi.

2. DI RUANG OPERASI: (TAHAP INTRA OPERASI)


a. Persiapan:
1) Alat-alat disiapkan
2) Pasien dipindahkan dari brancard ke meja operasi
3) Dipasang DC
4) Dipasang negatif plate pada betis
5) Klien dipasang monitor: TD 120/80 mmHg, nadi 86 x/m, RR 20 x/m,
SaO2 97%
6) Instrumentator dan operator mencuci tangan secara steril lalu
mengenakan jas operasi dan sarung tangan.
b. Pelaksanaan operasi mulai jam 09.30,
1) Klien diintubasi dengan ET kemudian dilakukan general anestesi.
2) Klien nafas spontan, RR 20 x/m, pemeliharaan dipasang O2 nasal
kanul 1-2 liter/menit.
3) Klin diposisikan miring ke kanan.
4) Dalam stadium anastesi dilakukan aseptik dan antiseptik medan
operasi: Digambar untuk memberikan tanda yang akan dilakukan insisi →
diolesi alkohol 70 % → betadin 10 % Dipasang linen (doek biasa) pada 4 sisi,
difiksasi dengan doek klem selanjutnya ditutup/dipasang doek lubang besar.
5) Operasi dimulai dengan melakukan insisi pada area mamae sebelah
kiri.
6) Dilakukan pengikatan shunt antara aorta dan arteri pulmonalis.
7) Control perdarahan → perdarahan disuction, jumlah perdarahan + - 50
cc.
8) Dilakukan pengambilan/ pengangkatan terhadap benjolan pada
payudara sinistra pasien.
9) Kontrol ttv T: 110/80 mmHg 100/90 mmHg 110/80 mmHg,
10) Instrumen, kassa dan jarum bekas pakai dihitung untuk memastikan
tidak ada yang tertinggal dalam tubuh klien.
11) Luka operasi dijahit lapis demi lapis
12) Daerah area operasi dibersihkan dengan Nacl 0,9%
13) Doek lubang diangkat, doek klem dilepaskan, 4 doek biasa diangkat.
14) Luka bekas operasi diolesi betadin → diberi sufratul → ditutup dengan
kasa steril → diplester.
15) TD 110/90 mmHg, nadi 86 x/m, RR 23 x/m, Sao2 100 %
c. Jam 11.00 WIB
1) Operasi selesai, mesin anestesi dimatikan dan ET dilepaskan
2) Klien dipindahkan ke brancard dan di bawa ke ruang pemulihan.
Program terapi :
(a) Oksigen NK 1-2 (d) Lasik 2 x 1g
l/mnt (e) Captrofil 2 x 1g
(b) Injeksi Cefotaksin 2
x 1g
(c) Ketorolac 3 x 1g
Analisa Data

No Data Masalah Penyebab


1 Ds: - Resiko infeksi Prosedur invasif:
Do: pembedahan, DC
 Dilakukan insisi di daerah intra
costa 3-4
 Dipasang DC

2 Ds: - Resiko cedera Gangguan persepsi


Do: sensori karena anestesi
 Dilakukan anestesi
general

3 Ds: - PK (potensial -
Do: komplikasi) :
 Dilakukan insisi pada area sekitar perdarahan
mamae
4. Ds: - Pk: Syok -
Do:
 Keadaan intra operasi

Asuhan keperawatan

Dx kep./ mslh Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi


kolaborasi
Resiko infesi, NOC: Kontrol Jam 09.30 S: -
dengan faktor infeksi NIC: kontrol infeksi - Mencuci O: prinsip steril
resiko: Selama intra operasi tangan secara dipertahankan
Prosedur dilakukan Aktifitas: steril, A: masalah tidak
invasif: tindakan operasi 1.gunakan pakaian mengenakan terjadi
pembedahan, tidak terjadi khusus ruang gaun steril dan P: Lakukan
infus, DC transmisi agent operasi sarung tangan perawatan
infeksi. 2.Pertahankan prinsip steril luka operasi
Indikator: aseptic dan - Memastikan dan tindakan
 Alat dan antiseptik daerah operasi invasive lain
bahan yang telah dilakukan secara steril
dipakai tidak disinfektan
terkontaminas - Menampung
i cairan sisa dan
darah pada
tempatnya
Resiko cedera NOC: control NIC: surgical - Mengamankan S: -
dengan faktor resiko precousen klien pada O: instrumen,
resiko: Indicator: tidak Aktifitas: meja operasi jarum dan
Gangguan terjadi injuri 1. Tidurkan klien pada sesuai kassa yang
persepsi meja operasi kebutuhan digunakan
sensori dengan posisi - Menghitung berjumlah
karena sesuai kebutuhan instrumen, sama dengan
anestesi 2. Monitor jarum dan yang
penggunaan kassa yang dipersiapkan
instrumen, jarum digunakan A: Tidak terjadi
dan kasa injuri.
3. Pastikan tidak ada P: Cegah injuri
instrumen, jarum post operasi
atau kasa yang
tertinggal dalam
tubuh klien
PK: Perawat akan 1. Pantau jumlah - Memantau S: -
perdarahan menangani atau perdarahan yang jumlah O: jumlah
mengurangi keluar melalui perdarahan perdarahan
komplikasi dari daerah pembedahan yang keluar ±50 cc.
perdarahan 2. Pantau TTV secara melalui A: Tidak terjadi
teratur terutama TD pembedahan. komplikasi
dan nadi - Memantau perdarahan
TTV secara P: Lanjutkan
teratur pemantauan
perdarahan
post operasi

PK: syok  Perawat 1.Pantau pemasukan - Bersama S: -


menangani dan pengeluaran anestesi O: TD: 110/90
dan cairan memantau mmHg,
meminimalka aliran infuse N 86x/m,
2.Pantau tanda dan
n terjadinnya - Memantau RR 23x/m,
gejala syok seperti
syok TTV secara SaO2 100%
peningkatan nadi
teratur. A: Tidak ada
disertai TD atau
- Memantau tanda-tanda
sedikitnya
keluarnya syok.
menurun,
perdarahan P: Lanjutkan
peningkatan RR,
melalui luka pemantauan
sianosis, penurunan
operasi. post operasi
SaO2
3.Pantau tempat
pembedahan
terhadap
perdarahan
DI RUANG PULIH SADAR (RR): (TAHAP POST OPERASI)
Data Fokus:
Klien tiba di RR jam 11.10. klien masih dalam pengaruh anestesi, belum sadar penuh GCS:
E3 V3 M6. klien dapat menggerakkan tangan atas perintah, bisa bernafas dalam, tensi stabil,
kesadaran mulai pulih (dapat dibangunkan), warna kulit pucat.
Analisa Data

No Data Masalah Penyebab


1 Ds: - Resiko cedera Gangguan
Do: persepsi sensori
 Klien belum sadar penuh, GCS: 12 karena anestesi
2 Ds: - Resiko hipotermi Berada diruangan
Do: yang dingin
 Suhu ruang 18-240 C

Asuhan keperawatan

Dx kep./ Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi


mslh
kolaborasi
Resiko NOC: control resiko NIC: surgical Tgl 10-10-2016 Tgl 10-10-2016
cedera Indicator: tidak precousen Jam 11.15 Jam 11.27
dengan terjadi injuri Aktifitas: - Menempatkan S: -
faktor 1. Tempatkan klien pada O: TD:117/75
resiko: klien pada brancard mmHg,
Gangguan brancard dengan posisi N 85x/m,
persepsi dengan posisi yang nyaman RR 24x/m, SaO2
sensori yang nyaman - Memasang 98%
karena 2. Pasang restrain di sisi A: Tidak terjadi injuri
anestesi restrain di sisi kanan kiri Lanjutkan
kanan kiri klien untuk P: pemantauan
klien untuk menjaga pasien sampai
menjaga keamanan pengaruh anestesi
keamanan klien hilang
klien
Resiko NOC: control NIC: pengaturan - Menyeli S: -
hipotermi temperature temperature: muti tubuh O: Klien tidak
dengan Criteria: intraoperatif klien menggigil.
faktor  Temperature Aktivitas: - Memant A: Hipotermi tidak
resiko: ruangan nyaman  Atur suhu au kondisi terjadi
Berada  Tidak terjadi ruangan yang klien dari P: Lanjutkan
diruangan hipotermi nyaman kedinginan. pemantauan post
yang dingin  Lindungi operasi
tubuh pasien
dari kedinginan

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 2. Jakarta : EGC

Closkey ,Joane C. Mc, Gloria M. Bulechek.(1996). Nursing Interventions Classification


(NIC). St. Louis :Mosby Year-Book.

Johnson,Marion, dkk. 2000. Nursing Outcome Classifications (NOC). St. Louis :Mosby Year-
Book

Juall,Lynda,Carpenito Moyet. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 10. Jakarta:
EGC

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius

Marilyan, Doenges E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman untuk perencanaan


dan pendokumentasian perawatyan px). Jakarta : EGC

Price Sylvia, A. 1994. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4.
Jakarta. EGC

Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi revisi. EGC :
Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Vol. 2. EGC : Jakarta.

Wiley dan Blacwell. 2009. Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2009-2011,
NANDA. Singapura: Markono print Media Pte Ltd

You might also like