You are on page 1of 46

ANALISA JURNAL MENGENAI FRAKTUR

DENGAN METODE PICOT

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Medikal Bedah


Pada Program Studi Profesi Ners

OLEH :
DEDE TOWIYAH
NIM. 2006277071

PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES


MUHAMMADIYAH CIAMIS
TAHUN 2020
Pengaruh Terapi Kompres Dingin Terhadap Nyeri Post Operasi
ORIF (Open Reduction Internal Fixation) pada Pasien Fraktur
di RSD Dr. H. Koesnadi Bondowoso
(The Effect of Cold Compress Therapy toward Post Operative
Pain in Patients ORIF Fracture in RSD Dr. H. Koesnadi
Bondowoso)
Amanda Putri Anugerah, Retno Purwandari, Mulia Hakam
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./Fax. (0331) 323450
email: retno_p.psik@unej.ac.id

Abstract
Fracture is a break of continuity of bone, usually caused by trauma or physical exertion. Pain is the
most common complaint in patients with fracture. One of the interventions that can reduce fracture
pain is giving cold compress using a towel put in ice cubes mixed with water and put it on the skin
that do for 10 minutes. The purpose of this research was to analyze the effect of cold compress
therapy against post operative pain in patients ORIF fracture. This research method was pre
experimental with one group pretest-posttest design. The sampling technique was quota sampling
involving 10 respondents. The independent variable was cold compress therapy and dependent
variable was post operative pain. The data were analyzed using wilcoxon test with significant level
of α = 0,05. Mean of respondent pain score before intervention was 3,7 and score after intervention
was 2,9. The result showed a significant difference between pretest and posttest (p = 0,005). This
result indicates that there is significant effect of cold compress therapy on post operative pain in
patients ORIF fracture. Nurse was suggested to apply cold compress therapy as one of
interventions to decrease post operative pain in patients ORIF fracture.

Keywords: ORIF, cold compress, post operative pain

Abstrak
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Nyeri merupakan keluhan yang paling umum pada pasien dengan fraktur. Salah satu intervensi
yang dapat mengurangi nyeri patah tulang adalah memberikan kompres dingin menggunakan
handuk dimasukkan ke dalam es batu dicampur dengan air dan menaruhnya di atas kulit yang
dilakukan selama 10 menit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh terapi
kompres dingin terhadap nyeri pasca operasi pada pasien fraktur ORIF. Metode penelitian ini
adalah pre eksperimental dengan desain one group pretest-posttest. Teknik pengambilan sampel
adalah quota sampling melibatkan 10 responden. Variabel independen adalah terapi kompres
dingin dan variabel dependen adalah nyeri pasca operasi. Data dianalisis menggunakan uji
wilcoxon dengan tingkat signifikan α = 0,05. Rerata nilai nyeri responden sebelum intervensi
adalah 3,7 dan nilai setelah intervensi adalah 2,9. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang
signifikan antara pretest dan posttest (p = 0,005). Hasil ini menunjukkan bahwa ada pengaruh
yang signifikan dari terapi kompres dingin terhadap nyeri post operasi pada pasien fraktur ORIF.
Perawat disarankan untuk menerapkan terapi kompres dingin sebagai salah satu intervensi untuk
mengurangi nyeri pasca operasi pada pasien fraktur ORIF.

Kata Kunci: ORIF, kompres dingin, nyeri post operasi.

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol.5 (no.2), Mei, 2017 247


Pendahuluan salah satu bentuk reduksi dan imobilisasi yang
dilakukan dengan prosedur pembedahan,
Kemajuan teknologi saat ini membawa dikenal dengan Open Reduction and Internal
dampak positif dan negatif bagi kehidupan. Salah Fixation (ORIF). Alat fiksasi yang digunakan
satu dampak negatifnya ialah sering terjadi terdiri dari beberapa logam panjang yang
berbagai kecelakaan. Kecelakaan kendaraan menembus axis tulang dan dihubungkan oleh
bermotor dan kecelakaan kerja merupakan penjepit sehingga tulang yang direduksi dijepit
contoh kejadian yang dapat menyebabkan oleh logam tersebut [6].
fraktur. Pasien yang mengalami fraktur diperlukan Nyeri pasca pembedahan ORIF
penanganan yang kompeten yaitu tidak hanya disebabkan oleh tindakan invasif bedah yang
mengandalkan pengetahuan atau teknologi saja dilakukan. Walaupun fragmen tulang telah
melainkan harus ditangani oleh kombinasi direduksi, tetapi manipulasi seperti
pengetahuan dan juga teknologi [1]. pemasangan screw dan plate menembus
Menurut WHO, pada tahun 2010 angka tulang akan menimbulkan nyeri hebat. Nyeri
kejadian fraktur akibat trauma mencapai 67 juta tersebut bersifat akut yang berlangsung
kasus [2]. Secara nasional, angka kejadian fraktur selama berjam-jam hingga berhari-hari. Hal ini
akibat trauma pada tahun 2011 mencapai 1,25 disebabkan oleh berlangsungnya fase
juta kasus sedangkan di Provinsi Jawa Timur inflamasi yang disertai dengan edema jaringan
pada tahun 2011 tercatat 67.076 ribu kasus [3]. [7]. Lamanya proses penyembuhan setelah
Menurut hasil data Riset Kesehatan Dasar mendapatkan penanganan dengan fiksasi
(Riskesdas) tahun 2011, sebanyak 45.987 internal akan berdampak pada keterbatasan
kejadian terjatuh dan yang mengalami fraktur gerak yang disebabkan oleh nyeri maupun
sebanyak 1.775 orang atau 3,8 %. Kejadian adaptasi terhadap penambahan screw dan
kecelakaan lalu lintas sebanyak 20.829 dan yang plate tersebut. Kondisi nyeri ini seringkali
mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang atau 8,5 menimbulkan gangguan pada pasien baik
% serta dari 14.127 kejadian trauma benda gangguan fisiologis maupun psikologis [8].
tajam/tumpul yang mengalami fraktur sebanyak Kompres dingin dapat meredakan nyeri
236 orang atau 1,7 % [4]. Berdasarkan data di dikarenakan kompres dingin dapat mengurangi
atas dapat disimpulkan orang yang mengalami aliran darah ke suatu bagian dan mengurangi
kecelakaan beresiko tinggi mengalami fraktur. perdarahan edema yang diperkirakan
Data yang didapat dari RSD Dr. H. Koesnadi menimbulkan efek analgetik dengan
Bondowoso pada tahun 2015, jumlah pasien memperlambat kecepatan hantaran saraf
yang mengalami fraktur terbuka sebanyak 102 sehingga impuls nyeri yang mencapai otak
pasien dan yang mengalami fraktur tertutup lebih sedikit [9]. Pemberian kompres dingin
sebanyak 150 pasien sehingga totalnya menjadi dapat meningkatkan pelepasan endorfin yang
252 pasien. Pada Bulan Januari dan Februari memblok transmisi stimulus nyeri dan juga
tahun 2016, didapatkan 18 pasien yang menstimulasi serabut saraf yang memiliki
mengalami fraktur terbuka dan 24 pasien yang diameter besar α-Beta sehingga menurunkan
mengalami fraktur tertutup sehingga keseluruhan transmisi impuls nyeri melalui serabut kecil α-
pasien yang mengalami fraktur sebanyak 42 Delta dan serabut saraf C [10]. Berdasarkan
pasien. Studi pendahuluan terhadap 10 orang permasalahan di atas maka peneliti bermaksud
yang mengalami fraktur di ruang dahlia untuk menganalisis pengaruh terapi kompres
didapatkan 7 pasien mengalami fraktur akibat dingin terhadap nyeri pada pasien post operasi
kecelakaan dan 3 pasien mengalami fraktur fraktur ORIF.
akibat terjatuh.
Prinsip penanganan pertama pada fraktur
berupa tindakan reduksi dan imobilisasi. Metode Penelitian
Tindakan reduksi dengan pembedahan disebut Metode penelitian ini adalah pre
dengan reduksi terbuka yang dilakukan pada eksperimental dengan desain penelitian one
lebih dari 60% kasus fraktur, sedangkan tindakan group pretest-posttest. Populasi penelitian ini
reduksi tertutup hanya dilakukan pada simple adalah pasien yang telah menjalani operasi
fracture dan pada anak-anak [5]. Imobilisasi pada fraktur ORIF dan mendapatkan perawatan di
penatalaksanaan fraktur merupakan tindakan Ruang Dahlia RSD Dr. H. Koesnadi
untuk mempertahankan proses reduksi sampai Bondowoso pada bulan Juni-Juli 2016. Kriteria
terjadi proses penyembuhan. Pemasangan screw inklusi penelitian adalah pasien post operasi
dan plate atau dikenal dengan pen merupakan fraktur ORIF hari ke-1, bersedia menjadi
responden penelitian, dan pasien compos

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol.5 (no.2), Mei, 2017 248


mentis. Kriteria eksklusi penelitian adalah pasien responden laki-laki dibandingkan perempuan
anak-anak (usia <18 tahun) dan pasien tidak yaitu sebanyak 8 orang (80 %). Karakteristik
mengikuti keseluruhan kegiatan atau suku responden paling banyak adalah suku
mengundurkan diri sebagai responden penelitian. madura sebanyak 9 orang (90 %).
Teknik sampling yang digunakan quota sampling.
Peneliti menetapkan jatah sebanyak 10 pasien Tabel 3. Nilai Skala Nyeri pada Responden
post operasi fraktur ORIF sebagai sampel. Sebelum dan Sesudah dilakukan Terapi
Penelitian ini dilaksanakan di ruang dahlia Kompres Dingin di RSU Dr. H. Koesnadi
RSD Dr. H. Koesnadi Bondowoso. Waktu Bondowoso (Juni-Juli 2016; n=10)
penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai Juli
Kode Nilai
2016. Pretest dilakukan sebelum responden
Responden Sebelum Sesudah
diberikan terapi kompres dingin. Terapi kompres
1 5 4
dingin diberikan selama 10 menit. Selanjutnya 2 5 4
postest dilakukan setelah pemberian terapi 3 3 2
kompres dingin. Teknik pengumpulan data dalam 4 3 2
penelitian ini menggunakan lembar observasi 5 3 2
nyeri Verbal Descriptor Scale (VDS). Uji 6 6 5
normalitas pada penelitian ini menggunakan uji 7 2 2
saphiro wilk. Data dianalisis dengan 8 3 2
menggunakan uji wilcoxon. Etika penelitian pada 9 4 4
10 3 2
penelitian ini adalah Informed consent dan
Total 37 29
anonimity untuk menjaga kerahasiaan responden. Mean 3,7 2,9

Hasil Penelitian
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui
Karakteristik Responden
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden
bahwa terjadi penurunan nilai skala nyeri
Berdasarkan Usia pada pasien post operasi setelah dilakukan terapi kompres dingin. Rata-
fraktur ORIF di RSU Dr. H. Koesnadi rata nilai skala nyeri pada pengukuran sebelum
Bondowoso (Juni-Juli 2016; n=10) terapi adalah 3,7 dan mengalami penurunan
setelah terapi kompres dingin menjadi 2,9.
Mea Min-
Variabel Median SD
n Maks Tabel 4. Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test
Usia
(tahun) 46,20 41,50 15,252 26-75 Karakteristik
Responden Nyeri Jumlah
Posttest-Pretest
Tabel 1 menunjukkan rata-rata usia Negative Ranks 8
responden pada penelitian ini adalah 46,20 tahun Positive Ranks 0
dengan SD 15,252. Ties 2
Total 10
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin dan Suku di RSU Dr. H. Koesnadi Hasil analisis tabel 4 diatas menunjukkan
Bondowoso (Juni-Juli 2016; n=10) hasil bahwa responden dengan nilai posttest
lebih rendah daripada nilai pretest yaitu
Responden sebanyak 8 orang. Tidak ada responden yang
Variabel
Jumlah (%) mengalami peningkatan nyeri dan dua orang
Jenis Kelamin yang tidak mengalami perubahan.
Laki-laki 8 80
Perempuan 2 20
Tabel 5. Hasil Uji Wilcoxon Nilai Skala Nyeri Pada
Total 10 100
Responden (n=10)
Suku
Jawa 1 10
No
Madura 9 90 Kelompok Test Z p
Lainnya 0 0 .
Responde Pretest
1. -2,828 0,005
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui n Posttest
berdasarkan jenis kelamin bahwa lebih banyak

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol.5 (no.2), Mei, 2017 249


Tabel 5 diatas menunjukkan hasil uji individu bereaksi terhadap nyeri [14]. Pada
wilcoxon pada responden yaitu nilai p<0,05 (α), penelitian ini, 1 responden yang bersuku jawa
artinya terdapat perbedaan yang signifikan nilai mengalami nyeri ringan dan responden lainnya
skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan terapi yang bersuku madura mengalami nyeri ringan
kompres dingin. dan nyeri sedang. Responden yang bersuku
jawa maupun madura tidak berbeda dalam
Pembahasan menyampaikan nyeri yang dirasakan baik
Karakteristik Responden secara verbal maupun non verbal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-
rata usia responden pada penelitian ini adalah Nilai Nyeri Sebelum dan Sesudah Terapi
46,20 tahun dengan usia minimal responden 26 Kompres Dingin
tahun dan usia maksimal 75 tahun. Hasil Berdasarkan hasil penelitian terhadap 10
penelitian juga menunjukkan terdapat 6 orang responden, didapatkan bahwa nilai rata-
responden yang mengalami nyeri ringan dan 4 rata intensitas nyeri sebelum diberikan
responden yang mengalami nyeri sedang. intervensi adalah 3,7 dan setelah diberikan
Responden yang berusia maksimal yaitu 75 intervensi 2,9. Skala nyeri responden sebelum
tahun termasuk responden yang mengalami nyeri diberikan intervensi paling banyak pada skala 3
ringan dan responden yang berusia minimal yaitu yaitu 5 orang. Skala 1-3 merupakan nyeri
26 tahun termasuk responden yang mengalami ringan, skala 4-6 merupakan nyeri sedang dan
nyeri sedang. Seiring dengan bertambahnya usia skala 7-10 merupakan nyeri berat. Nyeri ringan
maka individu cenderung mempunyai merupakan nyeri yang timbul berintensitas
pengalaman yang lebih dalam merasakan nyeri ringan. Ciri-ciri responden dengan nyeri ringan
daripada usia sebelumnya sehingga memberikan adalah pasien tidak merasakan sakit ketika
pengalaman secara psikologis dan mempunyai beristirahat, nyeri sedikit ketika bergerak, dan
kemampuan beradaptasi terhadap nyeri yang nyeri yang dirasakan tidak mengganggu
dirasakan [11]. aktivitas pasien. Selain itu menurut Tamsuri,
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa pada nyeri ringan biasanya pasien secara
responden dengan jenis kelamin laki-laki (80%) obyektif dapat berkomunikasi dengan baik [10].
lebih banyak dibandingkan perempuan (20%). Nyeri sedang merupakan nyeri yang timbul
Dapat disimpulkan bahwa laki-laki lebih banyak berintensitas sedang. Ciri-ciri responden
menderita fraktur jika dibandingkan dengan dengan nyeri sedang adalah pasien terkadang
perempuan. Laki-laki juga cenderung lebih aktif merasakan nyeri ketika beristirahat, nyeri
dalam beraktivitas dibandingkan dengan sedang ketika bergerak, dan nyeri yang
perempuan. Hal ini menyebabkan kemungkinan dirasakan mengganggu aktivitas pasien. Selain
terjadinya fraktur pada laki-laki lebih besar ciri-ciri tersebut, secara obyektif biasanya
dibandingkan dengan perempuan [12]. Baik pasien mendesis, menyeringai, dapat
responden laki-laki maupun responden menunjukkan lokasi nyeri serta
perempuan sama-sama mengalami nyeri ringan mendeskripsikannya, dan dapat mengikuti
dan nyeri sedang. Perbedaannya adalah perintah dengan baik [10].
responden perempuan lebih terbuka dalam Skala nyeri responden yang didapatkan
mengungkapkan nyeri yang dirasakan, mereka setelah diberikan intervensi kompres dingin
menceritakannya lebih detail, sedangkan paling banyak yaitu pada skala 2 sebanyak 6
responden laki-laki lebih ringkas dalam orang. Nyeri yang dirasakan sebelum diberi
menceritakan nyeri yang dirasakan. Menurut kompres dingin rata-rata dirasakan ketika
penelitian Setyawati, laki-laki memiliki sensitivitas responden menggerakkan bagian tubuh yang
yang lebih rendah dibandingkan wanita. Laki-laki telah dioperasi, namun nyeri yang dirasakan
juga kurang mengekspresikan nyeri yang tidak sampai mengganggu aktivitas responden.
dirasakan secara berlebihan dibandingkan wanita Setelah diberi kompres dingin, sebagian
[13]. responden mengatakan bahwa nyeri yang
Hasil pada penelitian ini didapatkan bahwa dirasakan berkurang ketika sensasi dingin
suku responden paling banyak adalah Suku mulai terasa. Hal ini dikarenakan dingin
Madura yaitu sebanyak 9 orang (90%). Suku dan memiliki efek analgetik dan anastesi lokal
nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu dalam mengurangi intensitas nyeri yang
mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang dirasakan seseorang. Mekanisme lain yang
diharapkan dan apa yang diterima oleh mungkin bekerja adalah persepsi dingin
kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana menjadi dominan dan mengurangi persepsi
nyeri [15]. sendiri yang menyebabkan rangsangan
nosiseptif dan yang kedua setelah proses
Pengaruh Pemberian Terapi Kompres Dingin pembedahan terjadi respon inflamasi pada
Terhadap Nyeri daerah sekitar operasi, dimana terjadi
Rata-rata penurunan nilai nyeri pada pelepasan zat-zat kimia (prostaglandin,
responden setelah diberikan terapi kompres histamin, serotonin, bradikinin, substansi P,
dingin yaitu sebesar -0,8. Hasil uji Wilcoxon untuk dan lekoterin) oleh jaringan yang rusak dan
intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi sel-sel inflamasi. Zat-zat kimia yang dilepaskan
menunjukkan nilai p-value sebesar 0,005 atau inilah yang berperan pada proses transduksi
nilai p-value kurang dari α (0,05), artinya ada dari nyeri [18].
perbedaan rata-rata intensitas nyeri sebelum dan Nyeri yang dirasakan setelah prosedur
sesudah diberikan kompres dingin. Hal ini pembedahan dapat diatasi dengan kompres
menunjukkan adanya pengaruh terapi kompres dingin. Kompres dingin merupakan suatu terapi
dingin terhadap nyeri. Namun pada hasil es yang dapat menurunkan prostaglandin yang
penelitian juga didapatkan bahwa 2 responden memperkuat sensitivitas nyeri dan subkutan
tidak mengalami penurunan nyeri setelah lain pada tempat cedera dengan menghambat
diberikan intervensi. Dua responden yang tidak proses inflamasi [14]. Kompres dingin ini
mengalami penurunan nyeri berusia 56 tahun dan menggunakan handuk yang dimasukkan ke
67 tahun, dimana kisaran usia tersebut termasuk dalam es batu yang dicampur dengan air dan
dalam dewasa tua. Responden yang tidak meletakkannya di kulit yang dilakukan selama
mengalami penurunan nyeri dipengaruhi oleh 5-10 menit [19]. Secara fisiologis, pada 10-15
faktor usia. Usia dapat mempengaruhi nyeri menit pertama setelah pemberian kompres
dikarenakan semakin tinggi usia semakin adaptif dingin terjadi vasokonstriksi pada pembuluh
seseorang terhadap nyeri yang dirasakan. darah [20].
Faktor lain yang mungkin dapat Pemberian kompres dingin dapat
menyebabkan tidak terjadi penurunan nyeri pada meningkatkan pelepasan endorfin yang
2 responden adalah media kompres dingin yang memblok transmisi stimulus nyeri dan juga
digunakan. Pada penelitian Khodijah, peneliti menstimulasi serabut saraf yang memiliki
menggunakan media kompres kantong karet diameter besar α-Beta sehingga menurunkan
yang berisi es dan didapatkan hasil pasien transmisi impuls nyeri melalui serabut kecil α-
mengalami penurunan nyeri yang signifikan yaitu Delta dan serabut saraf C [10]. Mekanisme
sebesar p= 0,000 (p < 0,05). Sedangkan penurunan nyeri dengan pemberian kompres
kelompok kontrol yang hanya dikompres dingin berdasarkan atas teori gate control.
menggunakan kompres air biasa tidak mengalami Teori ini menjelaskan mekanisme transmisi
penurunan yang signifikan yaitu sebesar p= 0,080 nyeri. Apabila masukan yang dominan berasal
[16]. Perbedaan ini bisa dikarenakan media dari serabut beta-A, maka akan menutup
kantong karet lebih tahan lama dalam menahan mekanisme pertahanan. Apabila masukan
suhu dingin sehingga sensasi dingin yang yang dominan berasal dari serabut delta-A dan
memblok transmisi nyeri akan lebih konstan. serabut C, maka akan membuka pertahanan
Penurunan intensitas nyeri yang dirasakan tersebut dan pasien mempersepsikan sensasi
oleh 8 responden sejalan dengan teori Price & nyeri. Alur saraf desenden melepaskan opiat
Wilson, yaitu terapi dingin tidak hanya dapat endogen seperti endorfin, suatu pembunuh
mengurangi spasme otot tetapi juga bisa nyeri alami yang berasal dari tubuh. Semakin
menimbulkan efek analgetik yang memperlambat tinggi kadar endorphin seseorang, semakin
kecepatan hantaran saraf sehingga impuls nyeri ringan rasa nyeri yang dirasakan. Produksi
yang mencapai otak lebih sedikit [9]. Oleh karena endorphin dapat ditingkatkan melalui stimulasi
itu, nyeri yang dirasakan akan berkurang. kulit. Stimulasi kulit meliputi massase,
Kerusakan jaringan karena trauma baik trauma penekanan jari-jari dan pemberian kompres
pembedahan atau trauma lainnya menyebabkan hangat atau dingin [21].
sintesa prostaglandin, dimana prostaglandin Berdasarkan penjelasan di atas, dapat
inilah yang akan menyebabkan sensitisasi dari disimpulkan bahwa pengaruh kompres dingin
reseptor-reseptor nosiseptif dan dikeluarkannya terhadap nyeri ialah melalui peningkatan
zat-zat mediator nyeri seperti histamin dan endorfin yang memblok transmisi stimulus
serotonin yang akan menimbulkan sensasi nyeri nyeri sehingga dapat meredakan nyeri yang
[17]. Nyeri pembedahan sedikitnya mengalami dirasakan.
dua perubahan, pertama akibat pembedahan itu
Simpulan dan Saran Jakarta: EGC; 2008
[9] Price SA, Wilson LMC. Patofisiologi konsep
Terdapat pengaruh terapi kompres dingin
klinis proses-proses keperawatan volume 2
terhadap nyeri pada pasien post operasi fraktur
edisi 6. Jakarta: EGC; 2005
ORIF. Kompres Dingin dapat meredakan nyeri
[10] Tamsuri A. Konsep dan penatalaksanaan
pasien post operasi fraktur ORIF. Perawat dapat
nyeri. Jakarta: EGC; 2007
memberikan pendidikan kesehatan tentang terapi
[11] Puntillo. Patient’s perception and
kompres dingin yang dapat meredakan nyeri
responses to procedural pain: result from
pada pasien post operasi fraktur ORIF. Bagi
thunder project II. American Journal of
peneliti selanjutnya diharapkan untuk
Critical Care; 2001
menambahkan kelompok kontrol dan
[12] Reeves, Roux, Lockhart. Keperawatan
menggunakan media kompres dingin lain seperti
medikal bedah buku I. Jakarta: Salemba
ice gel dan kirbat es.
Medika; 2001
[13] Septiani L. Analisis faktor-faktor yang
Ucapan Terima Kasih mempengaruhi nyeri pada klien fraktur di
Penulis menyampaikan terima kasih kepada
rs pku muhammadiyah yogyakarta.
RSD Dr. H. Koesnadi Bondowoso serta pasien [internet] Yogyakarta; 2015. [Cited 21
post operasi fraktur ORIF yang menjalani
Agustus 2016]. Available From:
pengobatan di RSU Dr. H. Koesnadi Bondowoso http://opac.unisayogya.ac.id/96/1/NASKA
dan telah bersedia menjadi responden dalam
H%20PUBLIKASI.pdf
penelitian ini. [14] Muttaqin A. Buku saku gangguan
muskuloskeletal: aplikasi pada praktik
Daftar Pustaka klinik keperawatan. Jakarta: EGC; 2012
[1] Astutik. Perbedaan tingkat mobilitas pada [15] Kozier B, Erb G. Buku ajar praktik
pasien post operasi fraktur ekstremitas bawah keperawatan klinis edisi 5. Jakarta: EGC;
sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan 2009
kesehatan di ruang bougenville dan teratai [16] Khodijah S. Efektifitas kompres dingin
rsud dr. soegiri lamongan. [internet] terhadap penurunan intensitas nyeri
Lamongan; 2011. [Cited 17 Februari 2016]. pasien fraktur di rindu b rsup H. adam
Available From: http://stikesmuhla.ac.id/v2/wp- malik medan. [internet] Medan; 2011. [28
content/uploads/jurnalsurya/noIX/0.pdf. Februari 2016]. Available From:
[2] World Health Organization. Statistics of road http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345
traffic accident. Geneva: UN Publications; 6789/24614/7/Cover.pdf
2011 [17] Vanderah T. Pathophysiology of pain. The
[3] Haryadi. Transportasi: peran dan dampaknya Medical Clinics of North America. Med
dalam pertumbuhan ekonomi sosial. Jawa Clin N Am; 2007
Timur: Jurnal Perencanaan; 2012 [18] Woolf C. Pain moving from symptom
[4] Riset Kesehatan Dasar. Laporan riskesdas control toward mechanism-specific
2011. [internet] Jakarta; 2011. [Cited 17 pharmacologic management. Annals of
Februari 2016]. Available From: Internal Medicine; 2004
http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/dow [19] Potter PA, Perry AG. Buku ajar
nload/Laporan_riskesdas_2011.pdf. fundamental keperawatan: konsep,
[5] Aslam M. Penanganan traumatologi. [internet] proses, dan praktik. Jakarta: EGC; 2005
Jakarta; 2009. [Cited 20 Mei 2016]. Available [20] Novita I. Dasar-dasar fisioterapi pada
From: olahraga. Yogyakarta: Universitas Negeri
http://onlinelibrary.wiley//trauma_nyeri_aslam. Yogyakarta; 2010
com [21] Smeltzer SC, Bare BG. Buku
[6] Canale S. Campbell operative orthopaedics. ajar keperawatan medikal bedah edisi 8
[internet] St. Louis; 2003. [Cited 20 Mei 2016]. vol 3. Jakarta: EGC; 2002
Available From:
http://www.mdconsult.com/books/page.do?
eid=4-ul.0-B987
[7] Schoen D. Adult orthopaedic nursing.
Philadelphia: Lippincott, Williams & Wilkins;
2000
[8] ratun. Pasien gangguan sistem
muskuloskeletal: seri asuhan keperawatan.
ANALISA JURNAL FRAKTUR (1)
Patient/Population/Problem Populasi penelitian ini adalah pasien yang telah menjalani operasi fraktur ORIF dan mendapatkan perawatan
di Ruang Dahlia RSD Dr. H. Koesnadi Bondowoso pada bulan Juni-Juli 2016. Kriteria inklusi penelitian
adalah pasien post operasi fraktur ORIF hari ke-1, bersedia menjadi responden penelitian, dan pasien compos
mentis. Kriteria eksklusi penelitian adalah pasien anak-anak (usia <18 tahun) dan pasien tidak mengikuti
keseluruhan kegiatan atau mengundurkan diri sebagai responden penelitian.
Teknik sampling yang digunakan quota sampling sehingga peneliti menetapkan jatah sebanyak 10 pasien
post operasi fraktur ORIF sebagai sampel.

Intervention Metode penelitian ini adalah pre eksperimental dengan desain one group pretest-posttest. Pretest dilakukan
sebelum responden diberikan terapi kompres dingin. Terapi kompres dingin diberikan selama 10 menit. Postest
dilakukan setelah pemberian terapi kompres dingin. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan lembar observasi nyeri Verbal Descriptor Scale (VDS). Uji normalitas pada penelitian ini
menggunakan uji saphiro wilk dan data dianalisis dengan menggunakan uji wilcoxon.
Etika penelitian pada penelitian ini adalah Informed consent dan anonimity untuk menjaga kerahasiaan
responden.

Comparison/Control Pada penelitian ini tidak terdapat pembanding

Outcome Rata-rata penurunan nilai nyeri pada responden setelah diberikan terapi kompres dingin yaitu sebesar -0,8.
Hasil uji Wilcoxon untuk intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi menunjukkan nilai p-value sebesar
0,005 atau nilai p-value kurang dari α (0,05), artinya ada perbedaan rata-rata intensitas nyeri sebelum dan
sesudah diberikan kompres dingin. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh terapi kompres dingin terhadap
nyeri. Namun pada hasil penelitian juga didapatkan bahwa 2 responden tidak mengalami penurunan nyeri
setelah diberikan intervensi. Dua responden yang tidak mengalami penurunan nyeri berusia 56 tahun dan 67
tahun, dimana kisaran usia tersebut termasuk dalam dewasa tua. Responden yang tidak mengalami penurunan
nyeri dipengaruhi oleh faktor usia. Usia dapat mempengaruhi nyeri dikarenakan semakin tinggi usia semakin
adaptif seseorang terhadap nyeri yang dirasakan.

Time Ruang Dahlia RSD Dr. H. Koesnadi Bondowoso pada bulan Juni-Juli 2016
Jurnal Kesehatan
Volume 9, Nomor 2, Agustus 2018
ISSN 2086-7751 (Print), ISSN 2548-5695 (Online)
http://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK

Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap


Penurunan Nyeri pada Pasien Fraktur

Lela Aini1, Reza Reskita2


1,2
Program Studi Ners, STIK Siti Khadijah Palembang, Indonesia
Email: lela.aini15@gmail.com

Abstract: The Effects of Deep Breathing Relaxation Techniques of Pain Reduction Fracture
Patient. Fracture is a crack on bones that is caused by trauma, or other physical energy so that the
medical fracture patient will experience start from light until a heavy level of pain. According to
data RSI Siti Khadijah Palembang, the number one of patients fractures tend to increase in 2016 as
many 423 people. The aim of this study is to see whether there is or is not any breath relaxation
technique in case of relieving the pain of fracture patients. This study is using the pre-experimental
design in an involving a subject group, with One group Pretest-Posttest project. Sample taking
technique is performed with Purposive Sampling method that consumes 30 respondents. This
study is performed on 15th of June- 14th of July 2017 in RSI Siti Khadijah Palembang. The
summary of the research shows that before the internal breath relaxation technique is done from 30
respondents, 10 of them experience the pain on scale of 4 as equal as (35,7%), either experience
the reduction after the breath relaxation technique is done on scale of 2 and 3 each 8 respondents
or as equal as (28,6%). The statistics test result that is using the Wilcoxon check (p-value=0.001) <
α (0,05) is obtained which that means there is an effect of breath relaxation technique according to
the pain revelation of medical fracture patients in RSI Siti Khadijah Palembang on 2017. With this
study, it is expected that health workers can implement deep breathing relaxation techniques to
reduce pain in fracture patients.

Keywords: Deep breathing relaxation technique, Fracture pain

Abstrak: Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Penurunan Nyeri pada Pasien
Fraktur. Fraktur adalah retak atau patah tulang yang disebabkan oleh trauma, atau tenaga fisik
lainnya sehingga pasien fraktur akan mengalami nyeri dari ringan hingga berat. Di RSI Siti
Khadijah Palembang jumlah pasien fraktur pada tahun 2016 mencapai 423 orang. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap
penurunan nyeri pada pasien fraktur. Penelitian ini menggunakan desain Pra-eksperimental
dengan cara melibatkan satu kelompok subjek, dengan rancangan One Group pretest-posttest.
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling yang berjumlah 30
responden. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2017 di RSI Siti Khadijah Palembang. Analisis
data dalam penelitian ini menggunakan uji wilcoxon didapatkan (p-value=0.001) yang artinya ada
pengaruh teknik relaksasi nafas dalan terhadap penurunan nyeri pada pasien fraktur di RSI Siti
Khadijah Palembang. Dengan adanya penelitian ini diharapkan petugas kesehatan dapat
mengimplementasikan teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri pada pasien fraktur.

Kata kunci: Nyeri fraktur, Teknik relaksasi nafas dalam

Fraktur adalah setiap retak atau patah fraktur akibat kecelakaan lalu lintas. Tingkat
tulang yang disebabkan oleh trauma, tenaga fisik, kecelakaan transportasi jalan di kawasan Asia
kekuatan, sudut, keadaan tulang dan jaringan Pasifik memberikan kontribusi sebesar 44% dari
lunak disekitar tulang yang akan menentukan total kecelakaan di dunia, yang didalamnya
apakah fraktur yang terjadi disebut lengkap atau termasuk Indonesia.
tidak lengkap. Gangguan kesehatan yang banyak Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
dijumpai dan menjadi salah satu masalah dipusat- (RISKESDAS) oleh Badan Penelitian dan
pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia salah Pengembangan Depkes RI (2013) di Indonesia
satunya adalah fraktur (Budhiartha, 2013). terjadi kasus fraktur yang disebabkan oleh cedera
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat antara lain karena jatuh, kecelakaan lalulintas dan
pada tahun 2011-2012 terdapat 5,6 juta orang trauma benda tajam/tumpul. Dari 45.987
meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur

262
Aini, Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Penurunan Nyeri pada Pasien Fraktur 263

sebanyak 1.775 orang (3,8%), dari 20.829 kasus Hasil observasi awal di RSI Siti Khadijah
kecelakaan lalulintas, yang mengalami fraktur Palembang, pemberian tindakan non farmakologi
sebanyak 1.770 orang (8,5%) dari 14.127 trauma untuk mengatasi nyeri fraktur misalnya relaksasi
benda tajam/tumpul, yang mengalami fraktur nafas dalam masih jarang dilakukan.Berdasarkan
sebanyak 236 orang (1,7%) (Kemenkes RI, uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan
2013). penelitian berjudul Pengaruh teknik relaksasi
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan nafas dalam terhadap penurunan nyeri pada
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015 didapatkan pasien fraktur di RSI Siti Khadijah Palembang
sekitar 2.900 orang yang mengalami insiden Tahun 2017. Penelitian ini bertujuan untuk
fraktur, 56% diantaranya mengalami kecacatan mengetahui pengaruh teknik relaksasi nafas
fisik, 24% mengalami kematian, 15% dalam terhadap penurunan nyeri pada pasien
mengalami kesembuhan dan 5% mengalami fraktur di RSI Siti Khadijah Palembang.
gangguan psikologis atau depresi.
Menurut data RSI Siti Khadijah
Palembang jumlah pasien fraktur cenderung METODE
meningkat berturut-turut dari tahun 2014
mencapai 338 orang, pada tahun 2015 397 orang, Penelitian ini menggunakan desain Pra-
dan pada tahun 2016 mencapai 423 orang. eksperimental dengan cara melibatkan satu
Fraktur lebih dominan terjadi pada laki-laki kelompok subjek, dengan rancangan One Group
dengan persentase 75%. pretest-posttest. Penelitian ini dilakukan pada
Menurut Helmi (2012), manifestasi klinik tanggal 15 Juni-14 Juli 2017 di RSI Siti Khadijah
dari fraktur ini berupa nyeri. Nyeri pada Palembang.Populasi pada penelitian ini semua
penderita fraktur bersifat tajam dan menusuk pasien fraktur yang mendapat perawatan di RSI
(Brunner & Suddarth, 2011). Seseorang dapat Siti Khadijah Palembang. Sampel dalam
belajar menghadapi nyeri melalui aktivitas penelitian ini didapat menggunakan rumus
kognitif dan perilaku, seperti distraksi, guided sampel rerata menurut Nursalam (2016) dengan
imagery dan banyak tidur. Individu dapat perkiraan besar populasi 30 (Nursalam dalam
berespons terhadap nyeri dan mencari intervensi Agung, 2013) dan proporsi kasus sebesar 50
fisik untuk mengatasi nyeri, seperti analgesik, persen sehingga didapatkan jumlah sampel
masase, dan olahraga (Kozier, et al., 2009). sebanyak 30 responden diambil menggunakan
Gerakan tubuh dan ekspresi wajah dapat teknik purposive sampling dengan kriteria inklusi
mengindikasikan adanya nyeri, seperti gigi usia 16-55 tahun, grade fraktur 1-3, pengukuran
mengatup, menutup mata dengan rapat, wajah skala nyeri menggunakan Numeric Rating Scale
meringis, merengek, menjerit dan imobilisasi dengan skala 0 (tidak nyeri), 1-3 (nyeri ringan)
tubuh (Kozier, et al., 2009). Penanganan nyeri dan 4-6 (nyeri sedang), responden diberikan
dengan melakukan teknik relaksasi merupakan analgetik yang sama dan telah lebih dari 8 jam.
tindakan keperawatan yang dilakukan untuk Data dianalisa secara 2 tahapan yaitu: analisa
mengurangi nyeri. Beberapa penelitian telah univariat untuk melihat distribusi frekuensi dan
menunjukkan bahwa relaksasi nafas dalam sangat analisa bivariat dengan statistik nonparametrik
efektif dalam menurunkan nyeri pasca operasi menggunakan uji wilcoxon untuk mengetahui
(Sehono, 2010). skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan
Teknik relaksasi dapat menurunkan nyeri teknik relaksasi napas dalam.
dengan merilekskan ketegangan otot yang
menunjang nyeri. Teknik relaksasi terdiri atas
nafas abdomen dengan frekuensi lambat, HASIL
berirama. Pasien dapat memejamkan matanya
dan bernafas dengan perlahan dan nyaman Tabel 1. Rerata Skala Nyeri Responden
(Smeltzer et al., 2010). berdasarkan Skala Nyeri Sebelum
Menurut Ayudianingsih (2009) dalam hasil Dilakukan Teknik Relaksasi Nafas
penelitiannya menginterpretasikan bahwa Dalam
terdapat pengaruh yang signifikan teknik Variabel Mean Median± SD Min-Max
relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri Sebelum 4,21 4±1,074 2-6
pada pasien pasca operasi fraktur femur di dilakukan
Rumah Sakit Karima Utama Surakarta. Nilai p- Teknik
Relaksasi
value sebesar (0,006) dengan taraf signifikan Nafas Dalam
(0.05).
264 Jurnal Kesehatan, Volume 9, Nomor 2, Agustus 2018, hlm 262-266

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa PEMBAHASAN


rerata skala nyeri pasien fraktur sebelum
dilakukan teknik relaksasi nafas dalam adalah Skala Nyeri Sebelum Dilakukan Teknik
4,21 median 4 dengan standar deviasi 1,074 dan Relaksasi
skala nyeri terendah 2 (nyeri ringan) dan tertinggi
6 (nyeri sedang). Berdasarkan hasil analisis univariat pada nyeri
fraktur sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas
Tabel 2. Rerata Skala Nyeri Responden dalam dari 30 responden yang mengalami nyeri
berdasarkan Skala Nyeri Sesudah fraktur rata-rata mengalami nyeri pada skala
Dilakukan Teknik Relaksasi Nafas nyeri 4 (sedang).
Dalam Menurut LeMone dkk (2016) Nyeri adalah
Min- pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
Variabel Mean Median±SD
max menyenangkan yang didapat terkait dengan
Sesudah 2,80 3±1,218 1-5 kerusakan jaringan actual atau potensial, atau
dilakukan teknik menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
relaksasi nafas
Berdasarkan teori dan penelitian terkait
dalam
peneliti berasumsi bahwa nyeri fraktur
disebabkan terputusnya kontinuitas jaringan
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sehingga mengirimkan impuls ke hipothalamus.
rerata nyeri sesudah dilakukan teknik relaksasi Nyeri yang dirasakan sebelum dilakukan teknik
nafas dalam adalah 2.80 median 3 dengan standar relaksasi nafas dalam yang sering muncul adalah
deviasi 1,218 dan nilai terendah skala nyeri 1 rata-rata pada skala sedang disebabkan fraktur
(nyeri ringan) dan tertinggi skala nyeri 5 (nyeri yang dialami cukup komplels, dengan ciri-ciri
sedang). responden meringis, menyeringai, dapat
mendeskripsikan nyeri nya dan menunjukkan
Tabel 3. Pengaruh Skala Nyeri Sebelum dan lokasi nyeri serta dapat mengikuti perintah
Sesudah Dilakukan Teknik Relaksasi dengan baik.
Nafas Dalam
Median
Variabel p-value Skala Nyeri Sesudah Dilakukan Teknik
(min-max)
Sebelum Teknik Relaksasi.
4
Relaksasi nafas
(2-6) Berdasarkan hasil analisis univariat pada
dalam
Sesudah Teknik 0,001 nyeri fraktur sebelum dilakukan teknik relaksasi
3
Relaksasi Nafas nafas dalam dari 30 responden yang mengalami
(1-5)
dalam nyeri fraktur rata-rata mengalami nyeri pada
skala nyeri 3 atau dalam tingkat nyeri ringan.
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat rata- Teknik relaksasi dapat menurunkan nyeri
rata skala nyeri pasien frakur sebelum dilakukan dengan merilekskan ketegangan otot yang
teknik relaksasi nafas dalam adalah skala 4 (nyeri menunjang nyeri. Teknik relaksasi terdiri atas
sedang) dan untuk skor tingkat skala nyeri nafas abdomen dengan frekuensi lambat,
tertinggi dan terendah yaitu 2 (nyeri ringan) dan berirama.Pasien dapat memejamkan matanya dan
6 (nyeri sedang). Sedangkan rata-rata skala nyeri bernafas dengan perlahan dan nyaman (Smeltzer
setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam et al., 2010).
adalah 2,80 atau dengan skala 3 (nyeri ringan) Hasil penelitian Agung dkk (2013) dengan
dan untuk skor tertinggi dan terendah yaitu 1 judul Terdapat pengaruh pemberian teknik
(nyeri ringan) dan 5 (nyeri sedang). Hasil uji relaksasi nafas dalam terhadap tingkat nyeri pada
statistik didapatkan nilai p-value=0,001, maka pasien post operasi Dengan anestesi umum di
dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan rsud dr. Moewardi Surakarta menunjukan bahwa
tingkat skala nyeri sebelum dan sesudah teknik relaksasi nafas dalam menunjukkan
dilakukan teknik relaksasi nafas dalam pada sebagian besar tingkat nyeri yang dirasakan
pasien fraktur di RSI Siti Khadijah Palembang responden sebelum diberikan teknik relaksasi
Tahun 2017. nafas dalam adalah skala 6 atau nyeri sedang dan
setelah diberikan teknik relaksasi nafas dalam
menjadi skala 3 atau nyeri ringan.
Berdasarkan teori dan penelitian terkait
peneliti berasumsi bahwa nyeri yang dirasakan
sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam
Aini, Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Penurunan Nyeri pada Pasien Fraktur 265

yang sering muncul pada pasien fraktur adalah intensitas nyeri pada pasien post operasi
nyeri ringan dengan ciri-ciri yang tidak apendiktomi di ruang perawatan bedah RSU TK
menimbulkan gelisah dan secara objektif dapat II Pelamonia Makassar, menunjukkan bahwa
berkomunikasi dengan baik. Hal ini disebabkan intensitas nyeri responden sebelum dan sesudah
melalui pemberin teknik relaksasi nafas dalam pemberian teknik relaksasi mengalami
menciptakan kenyamanan, pasien merasa rileks peningkatan penurunan nyeri dari nyeri ringan
dengan kegiatan tersebut mampu meningkatkan 20,00% ke 66,67%, nyeri sedang 53,33% ke
suplai oksigen dalam sel tubuh yang akhirnya 20,00%, dan nyeri berat 26,67% ke 13,33%. Uji
dapat mengurangi nyeri yang dialami responden lebih lanjut membuktikan ada pengaruh
pemberian teknik relaksasi terhadap perubahan
Pengaruh Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah intensitas nyeri pada pasien post operasi
Dilakukan Teknik Relaksasi Nafas Dalam apendiktomi di ruang perawatan bedah RSU TK
II Pelamonia Makassar.
Dari hasil penelitian variabel peneliti Priliana and Kardiyudiani (2016) hasil
pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap pengujian menunjukkan hasil uji statistik
penurunan skala nyeri pada pasien fraktur di RSI menunjukkan nilai p<0.05 pada kelompok
Siti Khadijah Palembang (p-value=0,001). Hal perlakuan p-value=0.000 yang berarti terdapat
ini berarti terjadi penurunan skala nyeri sesudah pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap
mendapatkan perlakuan teknik relaksasi nafas penurunan nyeri secara bermakna sebelum dan
dalam pada pasien fraktur, yaitu rata-rata skala setelah diberikan perlakan pada pasien fraktur di
nyeri sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas bangsal bedah RSPAU dr. S. Hardjo Lukito
dalam adalah 4 dan setelah dilakukan teknik Yogyakarta.
relaksasi nafas dalan adalah 2,80. Keadaan ini Hasil penelitian Agung (2013) menyatakan
menggambarkan bahwa teknik relaksasi nafas bahwa teknik relaksasi napas dalam dapat
dalan mempengaruhi skaka nyeri pada pasien dilakukan oleh semua responden. Hasil penelitian
fraktur. menunjukkan adanya pengaruh signifikan teknik
Respon nyeri yang dirasakan oleh setiap relaksasi napas dalam terhadap penurunan nyeri
pasien berbeda-beda sehingga perlu dilakukan pasien post operasi anastesi umum di Rumah
eksplorasi untuk menentukan nilai nyeri tersebut. Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta.
Menurut Syahriyani (2010, dalam Menurut asumsi peneliti bahwa pada
Cahyaningrum, 2016), perbedaan tingkat nyeri pengukuran sebelum dan sesudah dilakukan
yang dipersepsikan oleh pasien disebabkan oleh teknik relaksasi nafas dalam mengalami
kemampuan sikap individu dalam merespon dan penurunan, dimana diperoleh tingkat nyeri
mempersepsikan nyeri yang dialami. sedang menjadi ringan, tingkat nyeri sedang
Kemampuan mempersepsikan nyeri dipengaruhi dengan sikap responden yang meringis,
oleh beberapa faktor dan berbeda diantara menyeringai dapat menujukkan lokasi nyeri,
individu. Tidak semua orang terpajan terhadap dapat medeskripsikannya, dan dapat mengikuti
stimulus yang sama mengalami intensitas nyeri perintah dengan baik, sedangkan intensitas nyeri
yang sama. Sensasi yang sangat nyeri bagi ringan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas
seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi dalam secara objektif dapat berkomunikasi
orang lain. Salah satu upaya untuk menurunkan dengan baik, aktif, tersenyum, bercanda dan ceria
nyeri adalah dengan menggunakan teknik serta pasien terlihat tampak lebih rileks dari
farmakologis dan teknik non-farmakologis. sebeumnya. Hal ini disebabkan dengan teknik
Teknik farmakologis yaitu dengan menggunakan relaksasi nafas dalam mampu merangsang tubuh
obat-obatan sedangkan teknik nonfarmakologis untuk melepaskan opoid endogen yaitu
salah satunya yaitu dengan relaksasi nafas. endorphin dan enkafalin. Hormon endorphin
Terapi nyeri non farmakologi seperti merupakan substansi sejenis morfin yang
teknik relaksasi nafas dalam mempunyai resiko berfungsi sebagai penghambat transmisi impuls
yang sangat rendah. Penanganan nyeri dengan nyeri ke otak. Sehingga pada saat neuron nyeri
melakukan teknik relaksasi merupakan tindakan mengirimkan sinyal ke otak, terjadi sinapsis
keperawatan yang dilakukan untuk mengurangi antara neuron perifer dan neuron yang menuju
nyeri. Beberapa penelitian telah menunjukkan otak tempat seharusnya subtansi p akan
bahwa relaksasi nafas dalam sangat efektif dalam menghasilkan impuls. Pada saat tersebut
menurunkan nyeri pasca operasi (Sehono, 2010). endorphin akan memblokir lepasnya substansi p
Penelitian yang dilakukan oleh Syahriyani dari neuron sensorik, sehingga sensasi nyeri
(2010, dalam Cahyaningrum, 2016), tentang menjadi berkurang.
pengaruh teknik relaksasi terhadap perubahan
266 Jurnal Kesehatan, Volume 9, Nomor 2, Agustus 2018, hlm 262-266

SIMPULAN Pengaruh Slow Deep Breathing terhadap


Intensitas Nyeri Pasien Post Orif di RS
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Telogorejo Semarang. Jurnal Ilmu
dilakukan di RSI Siti Khadijah Palembang pada Keperawatan dan Kebidanan, 1(1).
tanggal 15 Juni-14 Juli didapatkan bahwa: Departemen Kesehatan Repoblik Indonesia. 2010.
1. Nilai rata-rata intensitas nyeri pada pasien Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta:
fraktur sebelum dilakukan teknik relaksasi Depertemen Kesehatan Republik Indnesia
nafas dalam adalah 4,21 dan median 4 Helmi, Z. N 2012. Buku Ajar Gangguan
dengan standar deviasi 1,074 Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
2. Nilai rata-rata intensitas nyeri pada pasien Kementrian Kesehatan, R. I. 2013. Riset
fraktur sesudah dilakukan teknik relaksasi Kesehatan Dasar (Riskesdas)
nafas dalam adalah 2,80 dan median 3 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
dengan standar deviasi 1,218 Pengembangan Kesehatan.
Berdasarkan hasil uji Wilcoxon Kozier B, Erb G. 2009. Buku Ajar Praktik
menunjukkan (p-value=0,001, α=0,05), Keperawatan Klinis Edisi 5. Jakarta:
maka didapatkan perbedaan yang Penerbit Buku Kedokteran EGC.
signifikan antara pengukuran intensitas LeMone, dkk. 2016. Buku Ajar Keperawatan
nyeri sebelum dan sesudah dilakukan Medikal Bedah. Vol.1, Edisi.5. Jakarta:
teknik relaksasi nafas dalam. Sehingga EGC.
dapat disimpulkan bahwa tindakan Priliana, W. K., & Kardiyudiani, N. K. 2016.
teknik relaksasi nafas dalam yang Pengaruh Pemberian Teknik Relaksasi
dilakukan sesuai dengan aturan dapat Nafas Dalam Terhadap Penurunan Nyeri
menurunkan intensitas nyeri pada pasien pada Pasien Post OP Fraktur
fraktur. Femur. Jurnal Keperawatan
Sehono, Endrayani. 2010. Pengaruh Teknik
Relaksasi Guided Imagery terhadap
SARAN Penurunan Nyeri pada Pasien Pasca
Operasi Fraktur di RSUD Dr. Moewardi
Peran petugas kesehatan sangat Surakarta. [Skripsi]. Fakultas Ilmu
dibutuhkan untuk mengajarkan teknik Kesehatan Universitas Muhammadiyah
relaksasi kepada pasien yang mengalami Surakarta.
nyeri. Dengan teknik relaksasi nyeri dapat Smetltzer, S dan Brenda Bare. 2002. Buku Ajar
membuat sesorang lebih rileks, sehingga Keperawatan Medikal Bedah. Volume 1,
dapat mengurangi kuantintas nyeri. Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Smeltzer, S. C., Bare. G., Hinkle, J. L., &
DAFTAR PUSTAKA Cheever, K. H. 2008. Brunner and
Agung, S., Andriyani, A., & Sari, D. K. 2013. Suddarth textbook of medical surgical
Terdapat Pengaruh Pemberian Teknik nursing. (11thed). Philadelphia: Lippincot
Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Tingkat Williams.
Nyeri pada Pasien Post Operasi dengan \
Anestesi Umum di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta. Jurnal Infokes Apikes Citra
Medika Surakarta, 3(1).
Ayudianingsih. G. 2014. Pengaruh Teknik
Relaksasi Nafas Dalam terhadap
Penurunan Nyeri pada Pasien Pasca
Operasi Fraktur Femur di RS Karima
Utama Surakarta. Berita ilmu
Keperawatan, Volume 02 No. 4.
Brunner & Suddarth. 2010. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8,
Volume 1. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Budhiarta, Arif. 2013. Buku Saku Gangguan
Muskuloskeletal. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Cahyaningrum, D. A., & SN, M. S. A. 2016.
266 Jurnal Kesehatan, Volume 9, Nomor 2, Agustus 2018, hlm 262-266

ANALISA JURNAL FRAKTUR (2)


Populasi pada penelitian ini semua pasien fraktur yang mendapat perawatan di RSI Siti Khadijah Palembang. Sampel dalam
Patient/Population/Problem penelitian ini didapat menggunakan rumus sampel rerata menurut Nursalam (2016) dengan perkiraan besar populasi 30
(Nursalam dalam Agung, 2013) dan proporsi kasus sebesar 50 persen sehingga didapatkan jumlah sampel sebanyak 30
responden diambil menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria inklusi usia 16-55 tahun, grade fraktur 1-3.

Intervention Penelitian ini menggunakan desain Pra- eksperimental dengan cara melibatkan satu kelompok subjek, dengan rancangan
One Group pretest-posttest., pengukuran skala nyeri menggunakan Numeric Rating Scale dengan skala 0 (tidak nyeri), 1-3 (nyeri
ringan) dan 4-6 (nyeri sedang), responden diberikan analgetik yang sama dan telah lebih dari 8 jam. Data dianalisa secara 2
tahapan yaitu: analisa univariat untuk melihat distribusi frekuensi dan analisa bivariat dengan statistik nonparametrik
menggunakan uji wilcoxon untuk mengetahui skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi napas dalam.

Comparison/Control Pada penelitian ini tidak terdapat pembanding

Outcome Dari hasil penelitian variabel peneliti pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan skala nyeri pada pasien
fraktur di RSI Siti Khadijah Palembang (p-value=0,001). Hal ini berarti terjadi penurunan skala nyeri sesudah mendapatkan
perlakuan teknik relaksasi nafas dalam pada pasien fraktur, yaitu rata-rata skala nyeri sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas
dalam adalah 4 dan setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalan adalah 2,80. Keadaan ini menggambarkan bahwa teknik
relaksasi nafas dalan mempengaruhi skaka nyeri pada pasien fraktur.

Time Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Juni-14 Juli 2017 di RSI Siti Khadijah Palembang.
Volume 12, Nomor 1, Juni 2020 Lenny Astuti1, Lela Aini2

PENGARUH PEMBERIAN AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP SKALA


NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR

Lenny Astuti1, Lela Aini2

Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Siti Khadijah Palembang1,2


leni@stik-sitikhadijah.ac.id1
lela.aini15@gmail.com2

ABSTRAK
Latar belakang: Nyeri merupakan keluhan yang paling sering terjadi pada pasien post operasi fraktur,
di mana nyeri yang tidak diatasi akan menghambat proses penyembuhan, keterbatasan lingkup gerak
sendi sehingga mempersulit pasien memenuhi aktivitas sehari-hari. Penatalaksanaan nyeri fraktur yang
biasanya digunakan adalah manajemen secara farmakologi dan non farmakologi. Secara farmakologi
dengan obat anti nyeri dan secara non farmakologi salah satu tindakan yang dapat diberikan adalah
dengan pemberian aromaterapi lavender. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap skala nyeri pada pasien post operasi fraktur.
Metode: Penelitian ini kuantitatif dan menggunakan Pre Experimen dengan rancangan One Grup
Pretest dan Posttest. Sampel dalam penelitian ini diambil secara puposive sampling dengan jumlah
sampel sebanyak 17 responden. Penelitian di lakukan pada bulan tanggal 24 Juni – 6 Juli tahun 2018 di
ruang cempaka dan dahlia RS AK Gani Palembang. Alat pengumpulan data berupa lembar observasi
dan wawancara. Analisa data menggunakan uji Wilcoxon Matched Pair Test. Hasil: Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada pengaruh skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi lavender
dengan p value = 0,002. Saran: Diharapkan dapat mengaplikasikan tehnik manajemen nyeri bukan
hanya dengan farmakologi tetapi juga bisa dilakukan dengan non farmakologi, salah satunya yaitu
dengan menggunakan aromaterapi lavender.

Kata Kunci: Aromaterapi Lavender, Fraktur, Nyeri

ABSTRACT
Background: Pain is the most common complaint on patients post fracture surgery. Where unresolved
pain will hinder the healing process, the limited scope of joints makes it difficult for patients to fulfill
the Daily Living Activity. Fracture pain management that is usually used is pharmacological and non-
pharmacological management. Pharmacologically with anti-pain medication and one of the non-
pharmacologi actions that can be given is lavender aromatherapy. Aim: The purpose of this study was
to determine The Influence of giving Lavender Aromatherapy on Pain Scale on Post Fracture
Operation Pateint. Method: This research was a quantitative research and Pre Experiments with One
Group Pretest and Posttes design. The sample in this study was taken by puposive sampling with a
total sample was 17 respondents. This study is perfomed in 24th of June- 6th of Jule 2018 at Cempaka
Room and Dahlia RS AK Gani Palembang. Data collection tools in the form was observation and
interview sheets. Data analysis used Wilcoxon Matched Pair Test. Results: The results showed that
there was an effect of pain scale before and after lavender aromatherapy was given with (p value =
0.002). Suggestion: It is expected to apply pain management techniques not only with pharmacology
but can also be done with non-pharmacology, one of which is by using lavender aromatherapy.

Keywords: Aromatherapy Lavender, Fracture, Pain

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 171


Volume 12, Nomor 1, Juni 2020 Lenny Astuti1, Lela Aini2

PENDAHULUAN kecelakaan dan sekitar 1,3 juta orang yang


Fraktur atau sering disebut juga mengalami fraktur. Sedangkan di tahun
patah tulang merupakan terputusnya 2014 terdapat lebih dari 46,2% insiden
kontinuitas jaringan tulang atau tulang terjadinya fraktur.
rawan yang disebabkan oleh rudapaksa Di Indonesia terjadinya kasus fraktur
yang disebabkan oleh trauma, tenaga fisik, banyak disebabkan oleh cedera antara lain
kekuatan, sudut, keadaan tulang dan karena jatuh, kecelakaan lalu lintas dan
jaringan lunak disekitar tulang. trauma benda tajam atau tumpul. Dari
(Budhiartha, 2013). 45.987 peristiwa terjatuh yang mengalami
Penyebab fraktur adalah trauma, fraktur sebanyak 1.775 orang (58%), dari
yang dibagi atas trauma langsung, trauma 20.829 kasus kecelakaan lalu lintas yang
tidak langsung, dan trauma ringan. Trauma mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang
langsung yaitu benturan pada tulang, (25,9%), dan dari 14.125 trauma benda
biasanya penderita terjatuh dengan posisi tumpul yang mengalami fraktur sebanyak
miring. Trauma tidak langsung yaitu titik 236 orang (20,6%) (Depkes RI, 2013).
tumpuan benturan fraktur berjauhan, Berdasarkan data dari Dinas
misalnya jatuh terpeleset dikamar mandi. Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan
Trauma ringan yaitu keadaan yang dapat tahun 2017 didapatkan sekitar 2700 orang
menyebabkan fraktur bila tulang itu sendiri mengalami kasus fraktur, 56% penderita
sudah rapuh atau underling deases atau mengalami kecacatan fisik, 24%
fraktur patologis (Hidayat & Jong, 2010). mengalami kematian, 15% mengalami
Menurut World Health Organization kesembuhan dan 5% mengalami psikologis
(WHO) di dunia terjadi kasus fraktur atau depresi terhadap kejadian fraktur.
kurang lebih 13 juta orang, dengan angka (Profil Dinkes Sumsel, 2017). Berdasarkan
prevelensi sebesar 2,7%. Pada tahun 2010 data dari Dinas Kesehatan Kota Palembang
kasus fraktur mengalami peningkatan, dibulan Januari tahun 2017 didapatkan 30
yaitu sebanyak 28 juta orang mengalami orang mengalami kasus fraktur (Profil
fraktur dengan angka prevelensi sebesar Dinkes Sumsel, 2017).
4,2%. Terjadinya fraktur tersebut termasuk Berdasarkan data dari Rumah Sakit
didalamnya insiden kecelakaan, cidera AK Gani Palembang tahun 2015 terdapat
olahraga, bencana alam dan lain kasus fraktur sebanyak 287 orang, dan
sebagainya, pada tahun 2011-2013 terdapat pada tahun 2016 mengalami kenaikan yaitu
lebih dari 5,6 terdapat lebih dari 5,6 juta 345 orang, sedangkan pada tahun 2017
orang meninggal dikarenakan insiden sebanyak 197 orang yang mengalami

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 172


Volume 12, Nomor 1, Juni 2020 Lenny Astuti1, Lela Aini2

fraktur, dan tiga bulan terakhir ditahun Sensasi nyeri mulai terasa sebelum
2018. kesadaran klien kembali penuh, dan
Ada beberapa dampak yang akan semakin meningkat seiring dengan
terjadi apabila fraktur tidak mendapatkan berkurangnya pengaruh anastesi (Perry &
penanganan secara tepat yaitu syok yang Potter, 2010).
terjadi karena kehilangan banyak darah, Penatalaksanaan nyeri fraktur yang
kerusakan arteri, sindrom kompertemen, biasanya digunakan adalah manajemen
infeksi, dan dan sindrom emboli lemak. secara farmakologi dan secara non
(Smeltzer & Bare, 2013). Oleh karena itu farmakologi. Secara farmakologi yaitu
dibutuhkan penangan yang tepat pada memakai obat – obatan baik analgesik
kasus fraktur. Penanganan terhadap fraktur narkotik/non narkotik. Namun bila keluhan
dapat dengan pembedahan atau tanpa nyeri dapat dihilangkan secara sederhana
pembedahan (Smeltzer & Bare, 2013). maka hal itu jauh lebih baik daripada
Hampir semua pembedahan penggunaan obat-obatan karena obat-
mengakibatkan rasa nyeri. Nyeri obatan akan menimbulkan ketergantungan
merupakan pengalaman sensori dan terhadap efek penghilang nyeri dan
emosional yang tidak menyenangkan menimbulkan efek samping yang tidak
akibat dari kerusakan jaringan yang aktual diinginkan seperti mual, muntah, diare, dan
atau potensial. (Brunner & Suddart, 2013). pendarahan lambung. Penatalaksanaan
Nyeri pasca operasi muncul nyeri fraktur dapat juga di manajemen
disebabkan oleh rangsangan mekanik luka secara non farmakologi, seperti teknik
yang menyebabkan tubuh menghasilkan distraksi, dan teknik relaksasi (Potter &
mediator-mediator kimia nyeri. (Smeltzer Perry, 2010). Salah satu teknik non
& Bare, 2013). Bentuk nyeri yang dialami farmakologi yang digunakan untuk
oleh klien pasca pembedahan adalah nyeri penatalaksanaan nyeri adalah teknik
akut. Nyeri akut secara serius mengancam relaksasi dengan menggunakan
penyembuhan klien pasca operasi sehingga aromaterapi (Sharma, 2009).
menghambat kemampuan klien untuk Aromaterapi adalah terapi
terlibat aktif dalam mobilisasi, rehabilitasi, komplementer dalam praktek keperawatan
dan hospitalisasi menjadi lama (Perry & dan menggunakan minyak esensial dari
Potter, 2010). Nyeri setelah pembedahan bau harum tumbuhan untuk mengurangi
merupakan hal yang fisiologis, tetapi hal masalah kesehatan dan memperbaiki
ini menjadi salah satu keluhan yang paling kualitas hidup. Sharma (2009) mengatakan
ditakuti oleh klien setelah pembedahan. bahwa bau berpengaruh secara langsung

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 173


Volume 12, Nomor 1, Juni 2020 Lenny Astuti1, Lela Aini2

terhadap otak seperti obat analgesik. Saat terhadap skala nyeri pada pasien post
aromaterapi dihisap, zat aktif yang terdapat operasi fraktur di ruangan cempaka dan
di dalamnya akan merangsang hipotalamus dahlia rumah sakit AK Gani Palembang.
(kelenjar hipofise) untuk mengeluarkan
hormone endoprin. Endoprin diketahui METODE PENELITIAN
sebagai zat yang menimbulkan rasa tenang, Dalam penelitian ini, peneliti
relaks, dan bahagia. Aromaterapi yang menggunakan pendekatan kuantitatif, jenis
umumnya digunakan adalah aromaterapi penelitian yang digunakan adalah Pre
lavender (Widayani, 2016). Eksperimen Design dengan rancangan
Aromaterapi lavender dapat penelitian one group pre-test post-test
meningkatkan gelombang alfa didalam design yaitu penelitian dimana peneliti
otak yang membantu untuk menciptakan melakukan observasi sebelum diberikan
keadaan menjadi rileks. Minyak esensial perlakuan dan sesudah diberikan
lavender dapat mengurangi kecemasan. perlakuan. Sampel yang digunakan dalam
Lavender dapat memberikan ketenangan, penelitian ini adalah 17 responden yang
keseimbangan, rasa nyaman, rasa menjalani rawat inap post operasi fraktur
keterbukaan dan keyakinan. Zat aktif ekstremitas. Penelitian ini berlangsung
berupa linaool dan linalyl acetate yang pada tanggal 24 juni - 6 juli tahun 2018 di
terdapat dalam lavender berefek sebagai ruang cempaka dan dahlia RS AK Gani
analgetik (Hutasoit, 2012). Hasil penelitian Palembang.
yang dilakukan oleh Ratna (2016) dengan Tahap Pelaksanaan Pemberian
p-value 0,000 menunjukkan ada pengaruh Aromaterapi Lavender : aromaterapi
teknik relaksasi terhadap penurunan lavender berbentuk minyak essensial cair
intentitas nyeri terhadap luka post operasi yang diletakkan diatas bola kapas sebanyak
caesaria. Hasil penelitian Zerlinda (2016) 5 tetes dan dan diberikan dalam waktu 15
dengan p-value 0,000. Aromaterapi menit. Pemeberian bola kapas kepada
lavender juga menurunkan tingkat responden dilakukan sebanyak dua kali,
intensitas nyeri antara sebelum dan yaitu 3 tetes pada 10 menit pertama dan 2
sesudah diberikan aromaterapi lavender tetes pada menit selanjutnya sehingga
pada pasien pasca operasi dengan nilai p- mencapai 15 menit. Responden diminta
value 0,001 (Argivigiona, 2013). untuk melakukan nafas pelan dan dalam
Berdasarkan latar belakang diatas, melalui hidung selama 4 detik sambil
peneliti berkeinginan melakukan penelitian menutup mata, dan menahan inspirasi
mengenai pengaruh aromaterapi lavender secara maksimal selama 3 detik, lalu

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 174


Volume 12, Nomor 1, Juni 2020 Lenny Astuti1, Lela Aini2

dihembuskan melalui mulut yang HASIL PENELITIAN


dimonyongkan selama 5 detik. Selanjutnya Skala Nyeri Responden Sebelum
skala nyeri diukur menggunakan Numeric Diberikan Aromaterapi Lavender.
Hasil dari penelitian terhadap Skala
Rating Scale. Catat intensitas nyeri
Nyeri Responden Sebelum Diberikan
sebelum dan sesudah diberikan
Aromaterapi Lavender. Dapat dilihat pada
aromaterapi lavender. Uji normalitas
tabel sebagai berikut.
menggunakan Saphiro-Wilk dan analisa
data menggunakan analisis Wilcoxon.

Tabel 1
Distribusi Skala Nyeri Responden Sebelum Diberikan
Aromaterapi Lavender Post Operasi Fraktur
Min-
Variabel Mean Median SD 95%CI
Max
Skala nyeri responden sebelum 4,72 –
5,12 5,00 0,781 4-6
diberikan aromaterapi lavender 5,52

Dari tabel 1 didapatkan rata-rata sebelum diberikan aromaterapi lavender


skala nyeri responden sebelum diberikan adalah 4,72 – 5,52.
aromaterapi lavender adalah 5,12 dengan Skala Nyeri Sesudah diberikan
(95% CI : 4,72 -5,52), median 5,00 dengan Aromaterapi Lavender
Hasil dari penelitian terhadap Skala
standar deviasi 0,781. Skala terkecil adalah
Nyeri Responden Sesudah Diberikan
4 dan skala terbesar adalah 6. Dari hasil
Aromaterapi Lavender. Dapat dilihat pada
estimasi dapat disimpulkan bahwa 95%
tabel sebagai berikut.
diyakini bahwa rata-rata skala nyeri

Tabel 2
Distribusi Skala Nyeri Responden Sesudah Diberikan Aromaterapi Lavender
Post Operasi Fraktur
Min-
Variabel Mean Median SD 95%CI
Max
Skala nyeri responden sesudah 3,91-
4,35 4,00 0,862 3-6
diberikan aromaterapi lavender 4,80

Dari tabel 2 didapatkan rata-rata 6. Dari hasil estimasi dapat disimpulkan


skala nyeri responden sesudah diberikan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata skala
aromaterapi lavender adalah 4,35 dengan nyeri sebelum diberikan aromaterapi
(95% CI : 3,91 – 4,80), median 4,00 lavender adalah 3,91 – 4,80.
dengan standar deviasi 0,862. Skala
terkecil adalah 3 dan skala terbesar adalah

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 175


Volume 12, Nomor 1, Juni 2020 Lenny Astuti1, Lela Aini2

Pengaruh Pemberian Aromaterapi dengan menggunakan tes normalitas


Lavender Terhadap Skala Nyeri Pada Shapiro Wilk. Dari hasil tes normalitas
Pasien Post Operasi Fraktur
tersebut didapatkan bahwa distribusi data
Dalam analisis bivariat ini akan
tidak normal yaitu <0,05. Sehingga untuk
dilihat secara statistik skala nyeri pengaruh
analisis bivariat menggunakan tes
sebelum dan sesudah pemberian
nonparametrik, yaitu Uji Wilcoxon
aromaterapi lavender. Sebelum analisis
Matched Pair Test dengan tingkat
bivariat dilakukan peneliti telah terlebih
kesalahan 5% atau 0,05.
dahulu melakukan uji distribusi data

Tabel 3
Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender Terhadap Skala Nyeri
Pada Pasien Post Operasi Fraktur
Variabel n Mean ranks Sum of ranks P-Value
Sebelum– Sesudah
Negative ranks 11 6,00 66,00
Positive ranks 0 0,00 0,00 0,002
Ties 6
Total 17
Dari tabel 3 diatas didapatkan bahwa lavender adalah 5,12, sedangkan rata-rata
dari 17 responden, ada 11 responden yang skala nyeri responden sesudah diberikan
mengalami penurunan skala nyerinya aromaterapi lavender adalah 4,35.
dengan Mean rank 6,00 dan tidak ada Berdasarkan hasil bivariat pada penelitian
responden yang mengalami peningkatan yang telah dilakukan dari 17 responden,
skala nyeri, serta ada 6 responden yang ada 11 responden yang mengalami
nyerinya tetap. Terlihat bahwa hasil uji penurunan skala nyeri, 6 responden yang
statistik non parametrik (wilcoxon matched nyerinya tetap dan tidak ada responden
pair test)didapatkan nilai P value = 0,002, yang mengalami peningkatan skala nyeri,
maka dapat disimpulkan ada pengaruh dengan Mean Rank 6,00 dan nilai p value
skala nyeri sebelum dan sesudah 0,002.
pemberian aromaterapi lavender. Nyeri pasca operasi muncul
disebabkan oleh rangsangan mekanik luka
PEMBAHASAN yang menyebabkan tubuh menghasilkan
Berdasarkan hasil univariat pada mediator-mediator kimia nyeri (Smeltzer
penelitian yang telah dilakukan dari 17 & Bare, 2013). Penatalaksanaan nyeri
responden menunjukkan bahwa rata rata fraktur yang biasanya digunakan adalah
skala nyeri sebelum diberikan aromaterapi manajemen secara farmakologi dan secara

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 176


Volume 12, Nomor 1, Juni 2020 Lenny Astuti1, Lela Aini2

non farmakologi. Secara farmakologi yaitu Hasil penelitian Vigiona (2013) didapatkan
memakai obat – obatan baik analgesik hasil p value 0,001 (<0,05), dapat
narkotik/non narkotik. Penatalaksanaan disimpulkan bahwa ada ada pengaruh
nyeri fraktur dapat juga di manajemen intensitas nyeri antara sebelum dan
secara non farmakologi, seperti teknik sesudah diberikan aromaterapi lavender.
distraksi, dan teknik relaksasi (Potter Berdasarkan hasil penelitian, teori
&Perry, 2010). Salah satu teknik non dan penelitian-penelitian terkait, peneliti
farmakologi yang digunakan untuk berpendapat bahwa untuk menurunkan
penatalaksanaan nyeri adalah teknik skala nyeri pada pasien selain pemberian
relaksasi dengan menggunakan obat analgesik untuk meredakan nyeri
aromaterapi (Sharma, 2009). perlu juga diberikan manajemen nyeri
Sharma (2009) dalam Widayani secara non farmakologi, diantaranya adalah
(2016) mengatakan bahwa berpengaruh pemberian aromaterapi lavender.
bau secara langsung terhadap otak seperti Dimana aromaterapi lavender
obat analgesik. Saat aromaterapi dihisap, terdapat zat didalamnya yang mengandung
zat aktif yang terdapat di dalamnya akan linalool dan linaly actetace yang berfungsi
merangsang hipotalamus (kelenjar untuk menghilangkan rasa nyeri dan
hipofise) untuk mengeluarkan hormone menimbulkan rasa rileks pada pasien. Pada
endoprin. Endoprin diketahui sebagai zat saat aromaterapi dicium menggunakan
yang menimbulkan rasa tenang, relaks, dan hidung, zat aktif didalamnya merangsang
bahagia. Aromaterapi yang umumnya hipotalamus untuk mengeluarkan hormon
digunakan adalah aromaterapi lavender. endoprin. Dimana hormon endoprin sendiri
Hasil penelitian Ratna (2016) diketahui berfungsi untuk menimbulkan
didapatkan hasil p value 0,000 (<0,05), rasa tenang, nyaman, relaks dan meredakan
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh rasa nyeri. Jadi peneliti berpendapat bahwa
sebelum dan sesudah diberikan pemberian aromaterapi lavender
Aromaterapi Lavender terhadap penurunan berpengaruh terhadap skala nyeri pasien
intensitas nyeri akibat luka post sectio post operasi fraktur.
caesaria. Hasil penelitian Zerinda (2016)
didapatkan hasil p value 0,000 (< 0,05.) KESIMPULAN DAN SARAN
yang berarti ada pengaruh pemberian Kesimpulan
aromaterapi lavender dan teknik relaksasi 1. Rata-rata skala nyeri responden
napas dalam terhadap skala nyeri pada sebelum diberikan aromaterapi
pasien post operasi fraktur ekstremitas. lavender adalah 5,00

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 177


Volume 12, Nomor 1, Juni 2020 Lenny Astuti1, Lela Aini2

2. Rata-rata skala nyeri responden Persalinan. Yogyakarta: Nuha


Medika.
sesudah diberikan aromaterapi
Kyle Terri., & Carman, Susan. (2015). Buku Ajar
lavender adalah 4,00 Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Mafrisco. (2008). Pengaruh Aromaterapi
3. Ada pengaruh aromaterapi lavender Terhadap Stress Mahasiswa.
terhadap skala nyeri pada pasien post Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar
operasi fraktu didapatkan nilai p value Asuhan Keperawatan
Klien Gangguan Sistem
sebesar 0,002. Muskulukeletal. Jakarta: ECG.
Saran Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Diharapkan dapat memberikan Keperawatan. Jakarta: Salemba
masukkan tentang manajemen nyeri pada Medika.
pasien fraktur salah satunya dengan Notatmojo, S. (2012). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
menggunakan aromaterapi lavender yang Potter, P.A & Perry, A.G. (2010).
dapat menjadi terapi alternatif yang Fundamental Keperawatan. Edisi 7.
Jakarta: EGC. Saputra, K, Sudirman.
diaplikasikan bagi pelayanan keperawatan (2009). Akupuntur Untuk Nyeri.
di Rumah Sakit AK Gani Palembang. Jakarta: CV. Sagong Seto.Sharma.
(2009). Aromaterapi (Aroma
DAFTAR PUSTAKA Therapy). Tanggerang: Karisma
Publishing Group.
Andarmoyo, S. (2013). Konsep dan Proses Smeltzer & Bare. (2013). Buku Ajar
Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Ar-Ruzz. Keperawatan Medikal Bedah.
Brunner & Suddart Jilid II Edisi 8.
Argi, Virgona. (2013). Pengaruh
Jakarta: ECG.
Aromaterapi Lavender Terhadap
Intensitas Nyeri Pada Pasien Pasca O
Anas, Tsamsuri. (2008). Konsep Dasar
Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta :
ECG. Brunner & Suddarth.
(2013). Keperawatan Medikal
Bedah. Edisi 12. Jakarta: EGC.
Depkes RI. (2013). Profil
Kesehatan Tahun 2012. Jakarta:
Depkes RI.
Dewi, Iga Prima. (2013). Aromaterapi
Lavender Sebagai Media Relaksasi.
Universitas Udaya: Bagian Farmasi
Fakultas Kedokteran.
Hidayat, A.A.A. (2007). Riset
Keperawatan dan Teknik Penulisan
Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika.
Hutasoit, A. (2012). Aromatherapy Untuk
Pemula. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Judha M, Sudarti. (2012). Teori
Pengukuran Nyeri & Nyeri
Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 178
Volume 12, Nomor 1, Juni 2020 Lenny Astuti1, Lela Aini2

ANALISA JURNAL FRAKTUR (3)


Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 17 responden yang menjalani rawat inap post operasi
Patient/Population/Problem fraktur ekstremitas

Intervention
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif, jenis penelitian yang digunakan adalah
Pre Eksperimen Design dengan rancangan penelitian one group pre-test post-test design. Alat pengumpulan data
berupa lembar observasi dan wawancara. Uji normalitas menggunakan Saphiro-Wilk Analisa data menggunakan
uji Wilcoxon Matched Pair Test

Tahap Pelaksanaan Pemberian Aromaterapi Lavender : aromaterapi lavender berbentuk minyak essensial
cair yang diletakkan diatas bola kapas sebanyak 5 tetes dan dan diberikan dalam waktu 15 menit. Pemeberian
bola kapas kepada responden dilakukan sebanyak dua kali, yaitu 3 tetes pada 10 menit pertama dan 2 tetes pada
menit selanjutnya sehingga mencapai 15 menit. Responden diminta untuk melakukan nafas pelan dan dalam
melalui hidung selama 4 detik sambil menutup mata, dan menahan inspirasi secara maksimal selama 3 detik,
lalu dihembuskan melalui mulut yang dimonyongkan selama 5 detik. Selanjutnya skala nyeri diukur
menggunakan Numeric Rating Scale. Catat intensitas nyeri sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi lavender.

Comparison/Control Pada penelitian ini tidak terdapat pembanding

Outcome Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi
lavender dengan p value = 0,002. Rata-rata skala nyeri responden sebelum diberikan aromaterapi lavender adalah
5,00 dan rata-rata skala nyeri responden sesudah diberikan aromaterapi lavender adalah 4,00. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh aromaterapi lavender terhadap skala nyeri pada pasien post operasi fraktur.
Volume 12, Nomor 1, Juni 2020 Lenny Astuti1, Lela Aini2

Time
Penelitian ini berlangsung pada tanggal 24 juni - 6 juli tahun 2018 di ruang cempaka dan dahlia RS AK
Gani Palembang.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pelaksanaan Rentang
Gerak Sendi Aktif Post Operasi
Pada Pasien Fraktur Ekstremitas di Ruang Bedah Trauma Center
RSUP DR. M. Djamil Padang
Vivi Oktasaria, Atih Rahayuningsiha, Mira Susantib
a
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas bRSUP Dr. M. Djamil Padang
Korespodensi: Vivi Oktasari
E-mail: Oktasari.vivi@yahoo.com

Abstract: Mobilization is an important activity in the postoperative recovery to prevent complications, one of
which contractures. Mobilization especially Range of Motion exercises can improve blood circulation which
will speed healing and reduce pain. Immobilization in a long time because fracture will stimulate muscle
artrofi skletal especially extremity which causes decreased muscle strength up to 5.5% per day. To increase
knowledge the fracture patients about exercises must be do post operative is through health education
preoperative. The goal of this research was to know effect of health education to knowledge and
implementation ROM active post ORIF in patients with fractures of the extremity. Design of reseach is quasy
experiment with Post-test Only Control Group Design. Taking of sampling using accidental sampling
technique, 20 patients with fractures of extremity plan ORIF surgery divided 2 groups: 10 patients to be
experiment group and 10 patients to be control group. Analyzing the data is using independent t-test. The
result showed that there were significant differences in knowledge scores (p = 0.000), scores of
implementation (p = 0.000) among patients who received health education and patient are not given health
education. it is suggested that nurses as service providers can implement health education preoperative
especially range of motion exercises on the extremity fracture patients as a nursing intervention in a hospital
to improve patients knowledge about postoperative exercises and motivate the patient to do range of motion
exercises postoperative.

Key words: Health education, Knowledge, and Implementation ROM active

Abstrak: Mobilisasi merupakan kegiatan yang penting dalam pemulihan post operasi untuk mencegah
terjadinya komplikasi, salah satunya kontraktur. Mobilisasi khususnya latihan rentang gerak sendi akan
meningkatkan sirkulasi darah untuk mempercepat penyembuhan dan mengurangi nyeri. Immobilisasi yang
lama karena fraktur akan merangsang artrofi otot skletal terutama ekstremitas yang menyebabkan menurunnya
kekuatan otot sampai 5,5% perhari. Untuk meningkatkan pengetahuan pasien fraktur tentang latihan yang
harus dilakukan post operasi adalah melalui pendidikan kesehatan pre operasi. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatn terhadap pengetahuan dan pelaksanaan rentang gerak sendi
aktif post operasi ORIF pada pasien Fraktur Ekstremitas. Jenis penelitian ini menggunakan Quasi Eksperimen
dengan pendekatan Post-test Only Control Group Design. Pengambilan sampel menggunakan teknik
accidental sampling sebanyak 20 orang pasien fraktur ekstremitas dengan 10 orang pasien menjadi kelompok
eksperimen dan 10 pasien menjadi kelompok kontrol. Analisa data menggunakant independent t-test. Hasil
penelitian didapatkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada skor pengetahuan (p=0,000), skor
pelaksanaan (p=0,000) antara pasien yang diberikan pendidikan kesehatan dan pasien yang tidak diberikan
pendidikan kesehatan. Disarankan perawat sebagai pemberi pelayanan dapat menerapkan pemberian
pendidikan kesehatan preoperasi khususnya tentang latihan rentang gerak sendi pada pasien fraktur
ekstremitas sebagai kegiatan intervensi keperawatan dirumah sakit untuk meningkatkan pengetahuan pasien
dan memotivasi pasien dalam melakukan latihan rentang gerak sendi post operasi.

Kata kunci: Pendidikan kesehatan, Pengetahuan, Pelaksanaan rentang gerak sendi aktif

94
Oktasari, Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pelaksanaan rentang gerak sendi...

PENDAHULUAN operasi dengan pemasangan Open


Kecelakaan lalu lintas merupakan Reduction Internal Fixatie (ORIF) maupun
masalah kesehatan masyarakat diseluruh dengan pemasangan Open Reduction
dunia, khususnya di negara berkembang. External Fixatie (OREF). Prosedur
Menurut World Health Organization pembedahan yang sering dilakukan pada
(WHO), kecelakaan lalu lintas menelan pasien fraktur meliputi reduksi terbuka
korban jiwa sekitar 2,4 juta jiwa manusia dengan fiksasi interna (ORIF) (Smeltzer,
setiap tahunnya.Sementara di Indonesia, 2001). Keuntungan Fiksasi Interna ini
kecelakaan lalu lintas merupakan tercapainya reposisi yang sempurna dan
pembunuh nomor tiga setelah penyakit fiksasi yang kokoh dan mobilisasi dapat
jantung dan stroke. Berdasarkan data dari segera dilakukan ( Appley, 1995).
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, Perawatan segera setelah operasi, harus
tahun 2008 jumlah korban meninggal akibat dilakukan mobilisasi agar fungsi
kecelakaan 20.188 jiwa dari 59.164 kasus kemandirian dapat dipertahankan. Manfaat
kecelakaan, tahun 2009 terdapat 19.979 dari mobilisasi yaitu untuk peningkatan
jiwa dari 62.960 kasus kecelakaan dan sirkulasi darah yang dapat menyebabkan
tahun 2010 terdapat 19.873 jiwa dari pengurangan rasa nyeri, mencegah
66.488 kasus kecelakaan (BPS RI, 2012). tromboflebitis, memberi nutrisi untuk
Adapun kerugian-kerugian dari penyembuhan pada daerah luka, dan
kecelakaan lalu lintas, selain kematian juga meningkatkan kelancaran fungsi ginjal
harta benda dan fisik. Kerusakan fisik yang (Long, 1988 dalam Ningsih 2011).
paling sering terjadi dalam sebuah Mobilisasi merupakan kegiatan yang
kecelakaan adalah fraktur. Fraktur adalah penting dalam pemulihan post operasi
terputusnya kontinuitas tulang dan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
ditentukan sesuai jenis dan luasnya Selama 24 sampai 48 jam pertama,
(Smeltzer, 2001). perhatian ditujukan pada pemberian
Hasil survey tim Depkes RI (2007), peredaan nyeri dan pencegahan komplikasi
dari 8 juta pasien fraktur didapatkan 25% pasca operasi fraktur (Smeltzer, 2001).
pasien mengalami kematian, 45% Aktivitas sehari-hari membutuhkan
mengalami kecacatan fisik, 15% mengalami kerja otot dan membantu mempertahankan
stres psikologis karena cemas dan bahkan tonus/kekuatan otot. Pada kondisi sakit
depresi, dan hanya 10% yang mengalami dimana seseorang tidak mampu melakukan
kesembuhan dengan baik. Berdasarkan data aktivitas karena keterbatasan gerak, maka
dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat kekuatan otot dapat dipertahankan melalui
tahun 2009 didapatkan sekitar 2.700 orang penggunaan otot yang terus-menerus, salah
mengalami insiden fraktur, 56% penderita satunya melalui mobilisasi persendian
mengalami kecacatan fisik, 24% mengalami dengan latihan rentang gerak sendi atau
kematian, 15% mengalami kesembuhan, Range Of Motion (ROM) (Potter & Perry,
dan 5% mengalami gangguan psikologis 2005).
atau depresi terhadap adanya kejadian Kemauan pasien dalam melaksanakan
fraktur (Dinkes Pemrov Sumbar, 2009). mobilisasi khususnya latihan rentang gerak
Prevalensi fraktur yang cukup tinggi yaitu sendi dipengaruhi oleh beberapafaktor,
insiden fraktur pada ekstremitas yakni antara lain seperti usia, status
sekitar 46,2% dari insiden kecelakaan yang perkembangan, pengalaman yang lalu atau
terjadi (Depkes RI, 2009). riwayat pembedahan sebelumnya, gaya
Penanganan fraktur terbagi menjadi hidup, proses penyakit / injury, tingkat
dua jenis yaitu secara konservatif atau pendidikan dan pemberian informasi oleh
dilakukan tanpa pembedahan dan dilakukan petugas kesehatan (Kozier, 1995 dalam
dengan pembedahan. Penanganan fraktur Ningsih 2011). Pemberian informasi oleh
dengan metode operatif adalah suatu bentuk petugas kesehatan, khususnya perawat,

95
NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 9, No 2, Oktober 2013 : 94-102

salah satunya melalui pendidikan Djamil Padang jumlah pasien fraktur pada
kesehatan. ekstremitas tahun 2011 ada sebanyak 380
Pendidikan kesehatan sebelum operasi orang, dan tahun 2012 terdapat 405 kasus.
tentang perilaku yang diharapkan dilakukan Tahun 2011 jumlah pasien fraktur pada
oleh klien pada pascaoperatif, yang ekstremitas yang menjalani operasi ORIF
diberikan melalui format yang sistematik adalah 165 pasien, dan tahun 2012 dari
dan terstruktur sesuai dengan prinsi-prinsip bulan Januari sampai September meningkat
belajar-mengajar, mempunyai pengaruh menjadi 178 pasien.
yang positif bagi pemulihan klien. Apabila Berdasarkan studi pendahuluan yang
klien memahami alasan pentingnya latihan dilakukan oleh peneliti di ruang Trauma
rentang gerak sendi untuk memulihkan Center RSUP Dr. M Djamil Padang pada
kondisi pada pasca operasi dan klien tanggal 1 September 2012, dari 4 orang
mengetahui cara melakukannya dengan pasien fraktur pada ekstremitas post operasi
benar, maka komplikasi pada tahap ORIF yang diwawancarai, 2 orang post
pemulihan akan berkurang (Potter & Perry, operasi hari kedua mengatakan nyeri
2005). sehingga pasien masih merasa takut untuk
Menurut penelitian yang dilakukan menggerakkan tungkainya,dan 2 orang
oleh Titi (2010) tentang pengaruh pasien post operasi hari ketigamengeluh
pendidikan kesehatan terhadap kaku dan bengkak disekitar area tungkai
pengetahuan, sikap, dan tindakan yang patah karena tidak ada ada dilatih
pencegahan penularan TB Paru pada untuk menggerakkan,dan mereka juga tidak
keluarga di Kecamatan Sitiung Kabupaten tahu bahwa latihan rentang gerak sendi
Dhamasraya, didapatkan bahwa penting untuk pemulihan post operasi.
pengetahuan responden tentang pencegahan Mereka mengatakan tidak ada diberi
penularan TB Paru sebelum diberikan penyuluhan tentang latihan gerak sendi oleh
pendidikan kesehatan berpengetahuan baik perawat, dan perawat hanya memberitahu
(25,9%), dan setelah diberi pendidikan tentang persiapan menjelang operasi tapi
kesehatan pengetahuan responden sehari setelah operasi pasien ada disuruh
meningkat menjadi (88,9%). Hasil gerak oleh perawat, tapi pasien tidak tahu
penelitian didapatkan bahwa ada pengaruh gerakan seperti apa yang akan dilakukan.
pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan Pasien takut nanti patah pada tulangnya
pasien TB Paru. makin menjadi jika digerakkan, sehingga
Selain itu, menurut penelitian yang klien tidak ada melakukan gerakan pada
dilakukan oleh Okwerita (2010) di Ruang tungkainya yang patah setelah operasi dan
Kebidanan RSUD Sungai Dareh tentang hanya berbaring di tempat tidur.
“Pengaruh penyuluhan terhadap Sementara berdasarkan hasil wawancara
pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien tentang tingkat pengetahuan pasien tentang
paska bedah sesar” didapatkan bahwa latihan rentang gerak sendi tanggal 1
pasien yang mendapatkan penyuluhan pre September, dari 4 orang pasien post operasi,
operatif sebagian besar melaksanakan didapatkan 2 orang pasien tidak tahu tentang
mobilisasi dini dengan kategori baik (60%), pengertian, kapan dilakukan, tujuan, cara
dan pasien yang tidak mendapatkan gerakannnya latihan rentang gerak sendi,
penyuluhan preoperatif sebagian besar sementara 2 orang pasien tahu pengertian dan
melaksanakan mobilisasi dini dengan tujuannya, tapi tidak tahu kapan dilakukan,
kategori sedang (73,3%). dan cara gerakannya seperti apa.
Rumah sakit M. Djamil Padang Berdasarkan hasil observasi yang
merupakan rumah sakit rujukan, dan dilakukan penulis tanggal 15 September
banyak pasien yang menjalani pengobatan 2012 di ruangan Trauma Center RSUP Dr.
dengan kasus-kasus orthopedi. Berdasarkan M Djamil Padang, jika ada pasien rencana
data dari Rekam Medis di RSUP Dr. M. operasi, perawat tidak ada melakukan

96
Oktasari, Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pelaksanaan rentang gerak sendi...

penyuluhan tentang latihan rentang gerak Populasi dalam penelitian ini adalah
sendi yang perlu dilakukan pasca operasi, seluruh pasien fraktur ekstremitas yang
perawat hanya menjelaskan pada pasien akan melakukan operasi ORIF di Ruang
tentang persiapan operasi. Informasi yang Bedah Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil
didapat dari 2 orang perawat bahwa belum Padang dengan jumlah rata-rata perbulan
ada SOP (Standar Operasional Prosedur) sebanyak 20 orang. Teknik pengambilan
tentang latihan rentang gerak sendi di sampel yang digunakan dalam penelitian ini
ruangan. adalah dengan metode Accidental Sampling
(Notoadmodjo, 2010). Jumlah sampel pada
penelitian ini adalah 20 responden yang
METODE dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 10
Jenis penelitian adalah yang digunakan responden masuk kedalam kelompok
adalah Quasi Eksperimen dengan desain intervensi (diberi pendidikan kesehatan)
Post-test Only Control Group Design. dan 10 responden masuk ke kelompok
Penelitian ini dilakukan di Ruang Bedah kontrol (tidak diberi pendidikan kesehatan),
Trauma Center RSUP Dr. M Djamil Padang dengan kriteria antara lain: bersedia jadi
pada bulan Agustus 2012 sampai dengan responden, pasien fraktur ekstremitas yang
April 2013, sedangkan pengumpulan data rencana akan operasi ORIF dengan
dilakukan pada tanggal 4 Februari 2013 kesadaran penuh, mampu berkomunikasi
sampai dengan 28 Februari 2013. dengan baik, dan tidak mengalami
gangguan pendengaran.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Distribusi Pengetahuan Pasien Fraktur Ekstremitas Pre Operasi tentang Latihan
Rentang Gerak Sendi pada Kelompok yang Diberi Pendidikan Kesehatan dan
Kelompok yang Tidak Diberi Pendidikan Kesehatan di Ruang Bedah Trauma Center
RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2013

Kelompok Mean Median SD Min Max 95% CI


Kelompok yang diberi
9,90 9,50 1,595 8 12 8,76-11,04
penkes (Intervensi)
Kelompok yang tidak
diberi penkes (Kontrol) 3,30 3,00 1,337 2 6 2,34-4,26

Tabel 2. Distribusi Pelaksanaan Rentang Gerak Sendi Aktif Post Operasi ORIF pada Pasien
Fraktur Ekstremitas pada Kelompok yang Diberi Pendidikan Kesehatan dan
Kelompok yang Tidak Diberi Pendidikan Kesehatan di Ruang Bedah Trauma Center
RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2013

Kelompok Mean Median SD Min Max 95% CI


Kelompok yang diberi
28,40 28,50 2,914 23 32 26,32-30,48
penkes (Intervensi)
Kelompok yang tidak
3,30 3,00 2,669 0 7 1,39-5,21
diberi penkes (Kontrol)

97
NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 9, No 2, Oktober 2013 : 94-102

Tabel 3. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan Pelaksanaan Rentang


Gerak Sendi Aktif Post Operasi ORIF Pada Pasien Fraktur Ekstremitas di Ruang
Bedah Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2013

Kelompok Mean SD Min Max p N


Kelompok yang diberi 9,90 1,595 8 12
Skor penkes (Intervensi)
Pengetahuan
Kelompok yang tidak 3,30 1,337 2 6 0,000 20
diberi penkes (Kontrol)
Skor Kelompok yang diberi 28,40 2,914 23 32
Pelaksanaan penkes (Intervensi)
rentang gerak Kelompok yang tidak 3,30 2,669 0 7 0,000 20
sendi aktif
diberi penkes (Kontrol)

1. Pengaruh Pendidikan Kesehatan bahwa sebelum diberi pendidikan


terhadap Pengetahuan Responden kesehatan (74%) responden
tentang Latihan Rentang Gerak Sendi berpengetahuan kurang baik, dan setelah
di Ruang Bedah Trauma Center RSUP diberi pendidikan kesehatan (88,9%)
Dr. M. Djamil Padang Tahun 2013 memiliki pengetahuan baik tentang
pencegahan penularan TB Paru. Hasil
Berdasarkan hasil penelitian yang penelitian yang diperoleh membuktikan
telah dilakukan didapatkan rata-rata skor bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan
pengetahuan responden tentang latihan terhadap pengetahuan pasien TB Paru.
rentang gerak sendi pada kelompok yang Pendidikan kesehatan pre operasi
diberi pendidikan kesehatan adalah 9,90 didefinisikan sebagai tindakan suportif dan
dengan standar deviasi 1,595, sedangkan pendidikan yang dilakukan perawat untuk
rata-rata skor pengetahuan responden pada membantu pasien bedah dalam
kelompok yang tidak diberikan pendidikan meningkatkan kesehatannya sendiri
kesehatan adalah 3,30 dengan standar sebelum dan sesudah pembedahan (Smith
deviasi 1,337. Berdasarkan hasil uji et al; Carpenito, 1995). Berbagai latihan
statistik dengan menggunakan uji sangat diperlukan pasien sebelum operasi,
independent t test didapatkan nilai p = hal ini sangat penting sebagai persiapan
0,000 (p < 0,05), ini artinya terdapat pasien dalam menghadapi kondisi pasca
pengaruh yang bermakna antara operasi. Dengan memberikan pendidikan
pendidikan kesehatan terhadap sebelum operasi tentang latihan rentang
pengetahuan responden tentang latihan gerak sendi, maka pasien akan tahu tentang
rentang gerak sendi pada pasien fraktur latihan untuk memulihkan kondisi post
ekstremitas. operasi ORIF, dan kemungkinan
Hal ini sesuai dengan penelitian yang komplikasi yang akan terjadi post operasi
dilakukan oleh Titi (2010) tentang bisa dihindari.
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap Pendidikan kesehatan sebelum operasi
pengetahuan, sikap, dan tindakan tentang perilaku yang diharapkan
pencegahan penularan TB Paru pada dilakukan oleh klien pada pascaoperatif,
keluarga di Kecamatan Sitiung Kabupaten yang diberikan melalui format yang
Dhamasraya, dimana dari hasil penelitian sistematik dan terstruktur sesuai dengan
terhadap 27 responden TB Paru didapatkan prinsi-prinsip belajar-mengajar,

98
Oktasari, Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pelaksanaan rentang gerak sendi...

mempunyai pengaruh yang positif bagi disertai gambar tentang langkah-langkah


pemulihan klien. Apabila klien memahami gerakan rentang gerak sendi untuk
alasan pentingnya latihan rentang gerak responden yang bisa dibaca sebagai
sendi untuk memulihkan kondisi pada penambah wawasan. Sesuai dengan
pasca operasi dan klien mengetahui cara pendapat Notoadmodjo (2007) media
melakukannya dengan benar, maka edukasi kesehatan adalah alat-alat yang
komplikasi pada tahap pemulihan akan merupakan saluran (channel) untuk
berkurang (Potter & Perry, 2005). menyampaikan informasi kesehatan.
Salah satu faktor yang dapat Sehingga indra yang sering terlibat adalah
mempengaruhi pengetahuan seseorang pendengaran, penglihatan dan perabaan,
adalah pendidikan. Hasil penelitian diatas tetapi dari ketiganya indra penglihatan
juga didukung oleh tingkat pendidikan adalah yang paling dominan. Notoatmodjo
responden, dimana pada kelompok (2005) mengatakan media yang baik
intervensi 6 responden (60%) mempunyai berfungsi untuk membantu dalam proses
pendidikan menengah keatas, sedangkan 8 pendidikan suatu pengajaran sehingga
responden (80%) pada kelompok kontrol pesan kesehatan dapat disampaikan dengan
masih berpendidikan dasar. Hal ini sesuai jelas dan tepat.
dengan pendapat Maulana (2009) dalam Berdasarkan pendapat diatas, maka
Titi (2010) bahwa tingkat pengetahuan peneliti berasumsi bahwa pendidikan
seseorang dipengaruhi oleh pendidikan, kesehatan pre operasi merupakan salah
dimana semakin tinggi tingkat pendidikan satu cara yang efektif digunakan untuk
seseorang maka akan semakin tinggi meningkatkan pengetahuan pasien fraktur
pengetahuan yang dimiliki, karena ekstremitas tentang latihan yang harus
seseorang yang tingkat pendidikannya dilakukan post operasi ORIF. Seseorang
lebih tinggi akan lebih mudah menerima yang mendapatkan pendidikan kesehatan
dan memahami informasi yang diberikan. sebelum operasi, maka mereka akan
Faktor lain yang dapat mempengaruhi mendapatkan informasi yang akan
tingkat pengetahuan seseorang adalah usia. meningkatkan pengetahuan, sebaliknya
Dilihat dari karakteristik usia responden berbeda dengan orang yang tidak
pada kelompok eksperimen, lebih dari mendapatkan pendidikan kesehatan,
separuh responden (70%) berada pada dimana pengetahuan mereka cenderung
rentang usia dewasa, begitu juga dengan tidak bertambah karena tidak mendapat
kelompok kontrol hampir seluruh informasi.
responden (90%) berada pada rentang usia
dewasa. Singgih (1998) mengemukakan 2. Pengaruh Pendidikan Kesehatan
bahwa makin tua umur seseorang maka Terhadap Pelaksanaan Rentang Gerak
proses-proses perkembangan mentalnya Sendi Aktif Post Operasi ORIF di
bertambah baik, selain itu Ahmadi (2001) Ruang Bedah Trauma Center RSUP
juga mengemukakan bahwa memang daya Dr. M. Djamil Padang Tahun 2013
ingat seseorang itu salah satunya
dipengaruhi oleh usia. Hasil penelitian yang telah dilakukan
Meningkatnya skor pengetahuan tentang pelaksanaan rentang gerak sendi
responden juga dipengaruhi oleh faktor- aktif post operasi ORIF didapatkan rata-
faktor media dari edukasi personal, dimana rata skor pelaksanaan pada kelompok yang
dalam memberikan pendidikan kesehatan diberikan pendidikan kesehatan adalah
secara individual peneliti menggunakan 28,40, sedangkan rata-rata pada kelompok
lembar balik yang dapat menarik perhatian kontrol yang tidak diberikan pendidikan
responden karena dapat menampilkan kesehatan adalah 3,30. Hasil uji statistik
warna beserta gambar. Dalam hal ini dengan menggunakan uji independent t-
peneliti juga memberikan leaflet yang test didapatkan nilai p=0,000 (p < 0,05),

99
NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 9, No 2, Oktober 2013 : 94-102

maka dapat disimpulkan bahwa terdapat keatas sehingga responden semakin mudah
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap memahami tentang pentingnya melakukan
pelaksanaan rentang gerak sendi aktif post latihan rentang gerak sendi post operasi.
operasi ORIF pada pasien fraktur Menurut Notoatmodjo (2003) tingkat
ekstremitas. pendidikan mempengaruhi perilaku dan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan menghasilkan banyak perubahan,
oleh Okwerita (2010) di Ruang Kebidanan khususnya pengetahuan dibidang
RSUD Sungai Dareh tentang “Pengaruh kesehatan. Semakin tinggi tingkat
penyuluhan terhadap pelaksanaan pendidikan formal akan semakin mudah
mobilisasi dini pada pasien paska bedah seseorang menyerap informasi dan
sesar ” didapatkan bahwa pasien yang semakin tinggi pula kesadaran untuk
mendapatkan penyuluhan preoperative berprilaku hidup sehat.
melaksanakan mobilisasi dini dengan Potter & Perry (2005) mengatakan
kategori baik (60%), dan pasien yang tidak bahwa latihan rentang gerak sendi
mendapatkan penyuluhan preoperatif merupakan hal yang sangat penting bagi
melaksanakan mobilisasi dini dengan pemulihan post operasi, khususnya pasien
kategori sedang (73,3%). Hasil penelitian fraktur yang akan mempercepat proses
didapatkan bahwa pendidikan kesehatan penyembuhan. Pendidikan preoperasi
berpengaruh terhadap pelaksanaan tentang latihan rentang gerak sendi dapat
mobilisasi dini paska bedah sesar. memberikan pemahaman yang baik pada
Wood (1926) dalam Mubarak (2006) pasien tentang latihan post operasi.
mengemukakan bahwa pendidikan Perilaku latihan post operasi yang baik
kesehatan adalah sebagai sekumpulan dapat terjadi karena suatu proses
pengalaman yang mendukung kebiasaan, pembelajaran melalui edukasi preoperasi,
sikap dan tindakan pengetahuan yang baik berupa penambahan pengetahuan dan
berhubungan dengan kesehatan juga penambahan keterampilan.
perorangan, masyarakat dan bangsa. Salah Pendidikan kesehatan adalah proses
satu upaya yang dilakukan untuk yang menjembatani kesenjangan antara
meningkatkan derajat kesehatan informasi kesehatan dan praktek kesehatan,
masyarakat adalah melalui pendidikan yang memotivasi seseorang untuk
kesehatan. memperoleh informasi dan berbuat sesuatu
Berdasarkan analisa peneliti, dari sehingga menjadi lebih sehat dan
hasil penelitian tampak bahwa pada membentuk kebiasaan yang
kelompok yang diberikan pendidikan menguntungkan kesehatan. Pengetahuan
kesehatan sebagian besar responden sudah sangat erat kaitannya dengan motivasi,
mengikuti pelaksanaan rentang gerak sendi dengan seseorang mengetahui tentang
aktif, dimana skor rata-rata adalah 28,40, sesuatu hal, maka ia akan termotivasi
lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata untuk mencari tahu lebih rinci lagi tentang
kelompok yang tidak diberikan pendidikan hal tersebut yang akhirnya akan mengubah
kesehatan yaitu 3,30. Hal ini juga perilaku seseorang. Umumnya motivasi
diperkuat oleh rata-rata skor pengetahuan akan meningkat setelah mengenal
responden pada kelompok intervensi lebih kebutuhannya dan merasa yakin
tinggi dibandingkan kelompok kontrol, kebutuhan tersebut dapat terpenuhi (Suliha,
sehingga dengan tingginya pengetahuan 2002).
maka tingkat kesadaran responden untuk Berdasarkan pendapat diatas, maka
melaksanakan latihan rentang gerak sendi peneliti berasumsi bahwa pendidikan
juga lebih besar, selain itu juga dapat kesehatan pre operasi akan meningkatkan
dilihat dari pendidikan responden pada pengetahuan yang seseorang mengenai
kelompok intervensi lebih dari separuh latihan post operasi, dengan pengetahuan
(60%) responden berpendidikan menengah tersebut maka seseorang akan cendrung

100
Oktasari, Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pelaksanaan rentang gerak sendi...

untuk merubah perilaku demi dapat diterapkan menjadi salah satu


meningkatkan kesehatannya. Hal ini juga Standar Operasional Prosedur (SOP),
tampak dari hasil penelitian diatas dimana sehingga komplikasi post operasi dapat
kelompok responden yang diberi dihindari. Kemudian memberikan
pendidikan kesehatan sebelum operasi rata- pelatihan dan pembinaan kepada perawat
rata melaksanakan rentang gerak sendi agar pelaksanaan penyuluhan tentang
aktif post operasi, dan berbeda dengan latihan rentang gerak sendi pada pasien
kelompok yang tidak diberi pendidikan pasien fraktur ekstremitas dapat terlaksana
kesehatan, dimana karena dengan baik.
ketidaktahuannya mereka tidak melakukan
latihan gerak sendi post operasi. Hal ini DAFTAR PUSTAKA
membuktikan bahwa pendidikan kesehatan Apley. A & Solomon, L. (1995). Buku Ajar
mempunyai pengaruh terhadap Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley
pelaksanaan rentang gerak sendi aktif post (Edisi 7). Jakarta : Widya Medika.
operasi ORIF.
BPS RI. (2012). Jumlah kecelakaan, koban
KESIMPULAN DAN SARAN mati, luka berat, luka ringan, dan
Dari hasil penelitian yang telah kerugian materi yang diderita tahun
dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1992-2010.
1. Rata-rata skor pengetahuan pasien Notoatmodjo. (2003). Pendidikan dan
fraktur ekstremitas yang diberikan Perilaku Kesehatan. Jakarta :
pendidikan kesehatan adalah 9,90 (SD Rineka Cipta.
±1,595), sedangkan rata-rata skor
pengetahuan pasien yang tidak . (2005). Promosi
diberikan pendidikan kesehatan adalah Kesehatan Teori dan Aplikasi.
3,30 (SD ±1,337). Jakarta : Rineka Cipta.
2. Rata-rata skor pelaksanaan rentang
gerak sendi aktif post operasi ORIF . (2007). Promosi
pada pasien fraktur ekstremitas yang Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
diberikan pendidikan kesehatan adalah Jakarta : Rineka Cipta.
28,40 (SD ±2,914), sedangkan rata-rata
skor pelaksanaan rentang gerak sendi . (2010). Metodologi
aktif pada pasien yang tidak diberikan Penelitian Kesehatan. Jakarta :
pendidikan kesehatan adalah 3,30 (SD Rineka Cipta.
±2,669). Ningsih, A.R. (2011). Faktor-faktor yang
3. Terdapat pengaruh pendidikan mempengaruhi perawat dalam
kesehatan terhadap pengetahuan pasien pelaksanaan pennyuluhan
fraktur ekstremitas tentang latihan mobilisasi dini pada pasien pre
rentang gerak sendi di Ruang Bedah operasi di Irna Bedah RSUP Dr. M
Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil Djamil Padang.
Padang Tahun 2013 (p=0,000).
4. Terdapat pengaruh pendidikan Kozier. (1995). Fundamental Of Nursing
kesehatan terhadap pelaksanaan Concept, Process And Practice.
rentang gerak sendi aktif post operasi Jakarta : EGC.
ORIF pada pasien fraktur ekstremitas Okwerita. (2010). Pengaruh penyuluhan
di Ruang Bedah Trauma Center RSUP terhadap pelaksanaan mobilisasi
Dr. M. Djamil Padang Tahun 2013 dini pada pasien paska bedah sesar
(p=0,000). di Ruang Kebidanan RSUD Sungai
Dareh.
Bagi pimpinan rumah sakit disarankan
agar pendidikan kesehatan preoperasi
101
NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 9, No 2, Oktober 2013 : 94-102

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Suliha Uha. (2002). Pendidikan kesehatan
Fundamental Keperawatan : dalam keperawatan. Jakarta : EGC.
Konsep, Proses, dan Praktik (Edisi
4). Jakarta : EGC. Titi. (2010). Pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap pengetahuan,
Smeltzer, S &Brenda G. Bare. (2001). sikap, dan tindakan pencegahan
Buku Ajar Keperawatan Medikal penularan TB Paru pada keluarga
Bedah Brunner & Suddarth (Edisi di Kecamatan Sitiung Kabupaten
8). Jakarta : EGC. Dhamasraya.

102
ANALISA JURNAL FRAKTUR (4)
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien fraktur ekstremitas yang akan melakukan operasi
Patient/Population/Problem ORIF di Ruang Bedah Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan jumlah rata-rata perbulan sebanyak
20 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode Accidental
Sampling. Sehingga jumlah sampel pada penelitian ini adalah 20 responden dengan kriteria antara lain: bersedia
jadi responden, pasien fraktur ekstremitas yang rencana akan operasi ORIF dengan kesadaran penuh, mampu
berkomunikasi dengan baik, dan tidak mengalami gangguan pendengaran.

Intervention Jenis penelitian adalah yang digunakan adalah Quasi Eksperimen dengan desain Post-test Only Control
Group Design Analisa data menggunakant independent t-test. Pada penelitian ini terdapat 10 orang sample yang
diberikan pendidikan kesehatn terhadap pengetahuan dan pelaksanaan rentang gerak sendi aktif post operasi
ORIF pada pasien Fraktur Ekstremitas. Dan 10 orang sample yang tidak diberikan pendidikan kesehatan.

Comparison/Control Komparasi pada penelitian ini adalah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol., yaitu 10 responden
masuk kedalam kelompok intervensi (diberi pendidikan kesehatan) dan 10 responden masuk ke kelompok kontrol
(tidak diberi pendidikan kesehatan)

Outcome Hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan rata-rata skor pengetahuan responden tentang latihan
rentang gerak sendi pada kelompok yang diberi pendidikan kesehatan adalah 9,90 dengan standar deviasi 1,595,
sedangkan rata-rata skor pengetahuan responden pada kelompok yang tidak diberikan pendidikan kesehatan
adalah 3,30 dengan standar deviasi 1,337. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji independent t
test didapatkan nilai p = 0,000 (p < 0,05), ini artinya terdapat pengaruh yang bermakna antara pendidikan
kesehatan terhadap pengetahuan responden tentang latihan rentang gerak sendi pada pasien fraktur ekstremitas.
Hasil penelitian yang telah dilakukan tentang pelaksanaan rentang gerak sendi aktif post operasi ORIF
didapatkan rata- rata skor pelaksanaan pada kelompok yang diberikan pendidikan kesehatan adalah 28,40,
sedangkan rata-rata pada kelompok kontrol yang tidak diberikan pendidikan kesehatan adalah 3,30. Hasil uji
statistik dengan menggunakan uji independent t- test didapatkan nilai p=0,000 (p < 0,05), maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pelaksanaan rentang gerak sendi aktif post operasi ORIF
pada pasien fraktur ekstremitas.
Time Penelitian ini dilakukan di Ruang Bedah Trauma Center RSUP Dr. M Djamil Padang pada bulan Agustus 2012 sampai
dengan April 2013, sedangkan pengumpulan data dilakukan pada tanggal 4 Februari 2013 sampai dengan 28 Februari
2013.
ISSN 2303-1433

PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP PERUBAHAN TANDA-TANDA


VITAL PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR
YANG MENGALAMI NYERI

(The Effect Of Music Therapy On Changes Vital Signs In Patients Postoperative


Fracture Whit Experienced Of Pain)

Maksimilianus Lopes*, Moh Alimansur**, Edi Santoso**


*, **Stikes Ganesa Husada Kediri
*Akper Dharma Husada Kediri, Email; ali.mansur75@yahoo.co.id

ABSTRACT
One of the factors that affect the frequency of the pulse is the emotion caused by
acute pain and anxiety to increase sympathetic stimulation, it is can increase the frequency
of the pulse, respiration rate, tension of blood. The purpose of this study was to determine
the effect of music therapy on changes vital signs in patients postoperative fracture who
experienced of pain in RSUD dr. Harjono Ponorogo. Design research is a one group pre -
post test with Pre Experimental approach. The population studied were all patients
postoperative fracture in dr. Harjono Ponorogo, by using a sampling technique accidental
obtained sample was 26 respondents. The instrument used was observation. The results
were analyzed using the Wilcoxon test (α = 0.05). The results showed Effects of music
therapy on blood pressure with a significan p-value (0.002), pulse rate with p-Value
(0.025), Respiratory with p-value (0.014), and that no significant is the body temperature
p-value (0.180). This is because the music therapy can stimulate the production of
serotonin that can stabilize vital signs. The conclusion of this study is blood pressure, pulse
and respiration can be affected by music therapy..Advice for nurses is expected to provide
music therapy to patients by giving the impression that the music is relaxing and beautiful
so as to bring the patient to a state of relaxation.

Keyword : Music Therapy, Vital Signs


Pendahuluan perpanjangan masa penyembuhan luka
Terjadinya fraktur akan berpengaruh (Smeltzer, 2006).
besar terhadap aktifitas penderita Menurut WHO (2010), angka
khususnya yang berhubungan dengan kejadian fraktur akibat trauma mencapai
gerak dan fungsi anggota yang mengalami 67 juta kasus. Secara nasional angka
cedera akibat fraktur. Berbagai tingkat kejadian fraktur akibat trauma pada tahun
gangguan akan terjadi sebagai suatu 2011 mencapai 1,25 juta kasus.
dampak dari jaringan yang cedera, baik Sedangkan di Propinsi Jawa Timur pada
yang disebabkan karena patah tulangnya tahun 2011 tercatat 67.076 ribu kasus
maupun dikarenakan kerusakan jaringan (Haryadi, 2012). Angka kejadian fraktur
lunak disekitar fraktur atau karena luka di Indonesia yang mendapatkan
bekas infeksi saat dilakukan pembedahan penanganan dengan cara fiksasi internal
(Long, 2006). Penyebab terjadinya pada tahun 2011 diperkirakan sebanyak
pematasan aktifitas pasien yang 167.000 tindakan. Sedangkan di Propinsi
mengalami faktur adalah munculnya rasa Jawa Timur pada tahun 2010 jumlah
nyeri yang sangat tajam dan penanganan fraktur dengan fiksasi
menyebabkan pasien malas bergerak, internal sebanyak 16.101 tindakan. Hasil
padahal hal ini menyebabkan terjadinya studi pendahuluan di RSUD dr. Harjono
dekubitus, kelemahan otot dan Ponorogo menunjukkan bahwa dari 12
orang pasien post operasi fraktur

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 2 Mei 2014 12


ISSN 2303-1433

semuanya menyatakan nyeri, antara nyeri instrumental yang dapat mendorong rasa
sedang sampai dengan berat. damai pada pasien (Muttaqin, 2008).
Nyeri dapat mempengaruhi tanda- Berdasarkan uraian diatas maka
tanda vital. Tanda-tanda vital meliputi peneliti tertarik untuk melaksanakan
temperatur / suhu tubuh, denyut nadi, laju penelitian dengan judul “Pengaruh Terapi
pernafasan / respirasi, dan tekanan darah. Musik terhadap Perubahan Tanda-Tanda
Pengukuran tanda-tanda vital memberikan Vital pada Pasien Post Operasi Fraktur
informasi yang berharga terutama yang Mengalami Nyeri di RSUD dr.
mengenai status kesehatan pasien secara Harjono Ponorogo”. Tujuan penelitian ini
umum (Jones, 2008). Ada beberapa hal untuk menganalisa pengaruh terapi musik
yang dapat mempengaruhi tekanan darah, terhadap perubahan tanda-tanda vital pada
frekuensi pernapasan dan frekuensi pasien post operasi fraktur yang
denyut nadi. Faktor yang dapat mengalami nyeri di RSUD dr. Harjono
mempengaruhi tekanan darah salah Ponorogo.
satunya adalah nyeri yang mengakibatkan
stimulasi simpatik, yang meningkatkan Metode Penelitian
frekuensi darah, curah jantung dan Penelitian yang dilakukan
tahanan vaskular perifer. Efek stimulasi menggunakan pendekatan Pra
simpatik meningkatkan tekanan darah. eksperimental dengan desain one group
Faktor yang dapat mempengaruhi pre – post test design yaitu penelitian
frekuensi pernapasan adalah nyeri, hal ini eksperimental yang proses pemberian
dapat meningkatkan frekuensi dan perlakuannya tidak dilakukan pembatasan
kedalaman pernapasan sebagai akibat gangguan dari faktor lain yang tidak
stimulasi simpatik. Kemudian salah satu diteliti (Notoatmodjo, 2005). Desain pre –
faktor yang mempengaruhi frekuensi post test bertujuan untuk membandingkan
denyut nadi adalah emosi yang antara kondisi tanda-tanda vital sebelum
diakibatkan oleh nyeri akut, dan dan setelah pemberian terapi musik.
kecemasan meningkatkan stimulasi Populasi dalam penelitian ini adalah
simpatik, dapat meningkatkan frekuensi seluruh pasien post operasi fraktur di
nadi sedangkan nyeri berat yang tidak RSUD dr. Harjono Ponorogo. Teknik
hilang meningkatkan stimulasi analisa data yang digunakan untuk
parasimpatik, dapat menurunkan menguji hubungan dua variabel
frekuensi denyut nadi (Guyton, 2010). menggunakan uji Wilcoxon Sign Rank
Berbagai upaya asuhan keperawatan test.
dikembangkan untuk membantu
memperbaiki tanda vital pasien, antara Hasil Penelitian
lain: oksigenasi, pengaturan posisi kepala, Data Umum
stimulasi dengan pendekatan komunikasi Karakteristik Responden Berdasarkan
baik verbal maupun non verbal serta Usia
terapi musik. Terapi musik akan 1
memberikan efek relaksasi dan 17 - 25 tahun
24% 2
meningkatkan produksi hormon 8% 8% 26 - 35 tahun
norepinephrin sehingga mendorong 11 36 - 45 tahun
10
terhadap normalisasi denyut nadi, 38% 42%
46 - 55 tahun
menstabilkan tekanan darah dan
meningkatkan keteraturan napas 56 - 65 tahun
responden. Jenis musik yang dapat
Diagram 1 Karakteristik Responden
mendorong proses normalisasi tanda-
Berdasarkan Usia Pada Pasien Post
tanda vital adalah jenis musik
Operasi Fraktur Yang Mengalami Nyeri
Di RSUD dr. Harjono Ponorogo
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 2 Mei 2014 13
ISSN 2303-1433

mendapatkan pemberian terapi musik


Berdasarkan diagram 1 diketahui memiliki tekanan darah dalam kategori
bahwa hampir setengah dari responden pre hipertensi, yaitu 14 responden
berusia 26 – 35 tahun, yaitu 11 responden (53,8%) dan setelah pemberian terapi
(42%). musik setengah dari responden memiliki
tekanan darah dalam kategori normal
Karakteristik Responden Berdasarkan yaitu 13 responden (50,0%). Hasil analisis
Jenis Kelamin data dengan menggunakan uji wilcoxon
signed rank test didapatkan p-value =
0,002 lebih kecil dari pada α (α = 0,05)
maka H0 ditolak dan H1 diterima yang
23% Laki-Laki
berarti ada pengaruh pemberian terapi
20 Perempuan musik terhadap tekanan darah pada pasien
77% post operasi fraktur yang mengalami nyeri
di RSUD dr. Harjono Ponorogo.
Diagram 2 Karakteristik Responden
2. Pengaruh pemberian terapi musik
Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Pasien
terhadap denyut nadi pada pasien post
Post Operasi Fraktur Yang Mengalami
operasi fraktur yang mengalami nyeri
Nyeri Di RSUD dr. Harjono Ponorogo
Berdasarkan diagram 2 diketahui
Tabel 2 Pengaruh Pemberian
bahwa sebagian besar responden memiliki
Terapi Musik Terhadap Denyut Nadi pada
jenis kelamin laki-laki, yaitu 20
Pasien Post Operasi Fraktur yang
responden (77%).
Mengalami Nyeri di RSUD dr. Harjono
Ponorogo
Data Khusus
1. Pengaruh pemberian terapi musik No Denyut Pre Test Post Test
terhadap tekanan darah pada pasien . Nadi ∑ % ∑ %
post operasi fraktur yang mengalami 1 Bradikardia 3 11,5 3 11,5
nyeri 2 Normal 15 57,7 20 76,9
3 Takikardia 8 30,8 3 11,5
Tabel 1 Pengaruh pemberian terapi Jumlah 26 100 26 100
musik terhadap tekanan darah pada pasien p-value=0,025 =0,05
post operasi fraktur yang mengalami Sumber : Hasil Analisa data penelitian
nyeri di RSUD dr. Harjono Ponorogo
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa
Tekanan Pre Post sebagian besar responden sebelum
No.
Darah ∑ % ∑ % mendapatkan pemberian terapi musik
1 Normal 5 19,2 13 50,0 memiliki denyut nadi dalam kategori
2 Pre hipertensi 14 53,8 10 38,5 normal, yaitu 15 responden (57,7%) dan
Hipertensi setelah pemberian terapi musik sebagian
3 ringan 6 23,1 3 11,5 besar responden memiliki tekanan darah
Hipertensi dalam kategori normal yaitu 20 responden
4 sedang 1 3,8 0 0,0
(76,9%). Hasil analisis data dengan
Hipertensi
menggunakan uji wilcoxon signed rank
5 berat 0 0,0 0 0,0
test didapatkan p-value = 0,025 lebih
Jumlah 26 100 26 100
kecil dari pada α (α = 0,05) maka H0
p-value=0,000 =0,05 ditolak yang berarti ada pengaruh
pemberian terapi musik terhadap denyut
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa nadi pada pasien post operasi fraktur yang
sebagian besar responden sebelum
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 2 Mei 2014 14
ISSN 2303-1433

mengalami nyeri di RSUD dr. Harjono 3 Tinggi 13 50.0 11 42.3


Ponorogo. Jumlah 26 100 26 100
p-value=0,180 =0,05
3. Pengaruh pemberian terapi musik Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa
terhadap pernafasan pada pasien post sebagian besar responden sebelum
operasi fraktur yang mengalami nyeri mendapatkan pemberian terapi musik
memiliki suhu tubuh dalam kategori
Tabel 3 Pengaruh pemberian terapi tinggi, yaitu 13 responden (50,0%) dan
musik terhadap pernafasan pada pasien setelah pemberian terapi musik sebagian
post operasi fraktur yang mengalami nyeri besar responden memiliki suhu tubuh
di RSUD dr. Harjono Ponorogo dalam kategori normal yaitu 12 responden
No Pernafasa Pre Test Post Test (46,2%). Hasil analisis data dengan
. n ∑ % ∑ % menggunakan uji wilcoxon signed rank
1 Lambat 2 7,7 3 11,5 test didapatkan p-value = 0,180 lebih
2 Normal 14 53,8 18 69,2 besar dari pada α (α = 0,05) maka H0
3 Cepat 10 38,5 5 19,2 diterima artinya tidak ada pengaruh
26 100 26 100 pemberian terapi musik terhadap suhu
p-value=0,014 =0,05 tubuh pada pasien post operasi fraktur
yang mengalami nyeri di RSUD dr.
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa Harjono Ponorogo.
sebagian besar responden sebelum
mendapatkan pemberian terapi musik Pembahasan
memiliki irama pernafasan dalam kategori 1. Pengaruh Terapi Musik Terhadap
normal, yaitu 14 responden (53,8%) dan Perubahan Tekanan Darah Pada
setelah pemberian terapi musik sebagian Pasien Post Operasi Fraktur Yang
besar responden memiliki irama Mengalami Nyeri Di RSUD dr.
pernafasan dalam kategori normal yaitu Harjono Ponorogo
18 responden (69,2%). Hasil analisis data
dengan menggunakan uji wilcoxon signed Terapi musik yang dilakukan di
rank test didapatkan p-value = 0,014 lebih College of Notre Dame, Belmont,
kecil dari pada α (α = 0,05) maka H0 California menggunakan stimulus suara
ditolak artinya ada pengaruh pemberian (bunyi, musik) untuk mengetahui dampak
terapi musik terhadap pernafasan pada suara terhadap kondisi stres dan rileks
pasien post operasi fraktur yang yang dialami seseorang, sekarang sudah
mengalami nyeri di RSUD dr. Harjono mendunia (Satiadarma, 2008). Namun
Ponorogo penerapan terapi musik ini masih jarang
. ditemukan, karena masih merupakan hal
4. Pengaruh pemberian terapi musik yang baru, khususnya dalam keperawatan.
terhadap suhu tubuh pada pasien post Terapi musik dapat berdampak positif
operasi fraktur yang mengalami nyeri untuk mengatasi stress. Terapi musik
Tabel 4 Pengaruh pemberian terapi musik merupakan teknik yang sangat mudah
terhadap suhu tubuh pada pasien post dilakukan dan terjangkau, tetapi efeknya
operasi fraktur yang mengalami nyeri di menunjukkan betapa besar dan musik
RSUD dr. Harjono Ponorogo dalam mempengaruhi ketegangan atau
kondisi rileks pada diri seseorang, karena
No Suhu Pre Test Post Test dapat merangsang pengeluaran
. Tubuh ∑ % ∑ % endorphine dan serotonin, yaitu sejenis
1 Rendah 2 7.7 3 11.5 morfin alami tubuh dan juga metanonin
2 Normal 11 42.3 12 46.2 sehingga kita bisa merasa lebih relaks

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 2 Mei 2014 15


ISSN 2303-1433

pada tubuh seseorang yang mengalami rasa yang menyenangkan. Terapi musik
stres (Mucci, 2009). bermanfaat untuk memberikan rasa
Hasil penelitian yang dilakukan nyaman, menurunkan stres, kecemasan
menunjukkan bahwa terapi musik dan kegelisahan, melepaskan tekanan
memiliki pengaruh yang signifikan untuk emosional yang dialami, meningkatkan
menstabilkan tekanan darah pasien post kontrol diri dan perasaan berharga klien.
operasi fraktur. Kondisi ini disebabkan Tujuan tersebut dapat dicapai melalui
karena dengan mendengarkan musik yang berbagai kegiatan yang dapat dilakukan
disukai oleh responden maka responden dalam terapi musik, seperti menyanyi,
akan mendapat efek relaksasi karena bermain musik, mendengarkan musik,
dapat merangsang pengeluaran menyaksikan video musik, menulis lagu
endorphine dan serotonin. Kedua hormon atau aransemen musik, dan berdiskusi
ini memiliki pengaruh pada kerja jantung tentang musik (Lindberg, 2007).
karena dapat membatasi produksi Penelitian ini menunjukkan bahwa
aldosteron yang merupakan hormon yang setelah mendapatkan terapi musik
dapat meningkatkan tekanan darah. Saat responden dapat memberikan rasa
produksi aldosteron normal maka jantung nyaman sehingga detak jantung responden
dapat bekerja secara normal dan tekanan menjadi teratur dengan jumlah detak per
darah menjadi normal. Terapi musik menit dalam kategori normal. Di samping
memberikan rasa nyaman dan rasa tenang musik dapat menyelaraskan iklim
kepada pasien sehingga membawa kondisi emosional seseorang dengan cara
yang lebih baik pada pasien karena fungsi mempengaruhi suasana hati, pikiran,
tubuh menjadi lebih baik dan emosi dan perilaku seseorang.
mempercepat proses penyembuhan. Penyelarasan yang dimaksud adalah
menyelaraskan tipe musik dengan
2. Pengaruh Terapi Musik Terhadap keadaan batin seseorang, kemudian secara
Perubahan Denyut Nadi Pada berangsur-angsur menggeser musik
Pasien Post Operasi Fraktur Yang tersebut untuk mencerminkan suasana
Mengalami Nyeri Di RSUD dr. emosional yang dikehendaki atau
Harjono Ponorogo diharapkan. Musik dan suara menyentuh
Hasil analisis data menunjukkan manusia dengan cara merambat melalui
adanya pengaruh pemberian terapi musik udara sebagai penghantar. Perambatan
terhadap denyut nadi pada pasien post musik memiliki potensi untuk; meresonan
operasi fraktur yang mengalami nyeri di perasaan pendengar dengan perubahan
RSUD dr. Harjono Ponorogo. dari negatif ke positif dan meningkatkan
Musik adalah suara yang keluar dari kondisi kegembiraan dan ketenangan.
dalam jiwa manusia, mampu Pada usia SMA maka responden
mengekspresikan emosi atau gairah yang dapat memahami setiap permasalahan
jauh lebih naik daripada kata – kata hal ini dengan lebih baik sehingga responden
tidak dapat ditawar lagi (Frohnmayer memiliki pemahaman terhadap perubahan
dalam Kirkland, 2007). Dengan musik, yang dialaminya dalam menghadapi
remaja dapat bernyanyi, menari, menulis perubahan kondisi tubus pasca operasi
syair sambil mendengarkan musik. Musik fraktur. Kondisi ini menyebabkan
menyentuh emosi yang mendalam di responden lebih tenang, sehingga ketika
dalam jiwa (Satiadarma, 2008). Musik diberikan terapi musik, maka responden
memiliki elemen – elemen berupa ; ritme, dapat menikmatinya dan terbawa dalam
irama nada, melodi, timbre, tempo, pitch, keselarasan nada yang didengarkannya
dan dinamika yang dapat menstimulasi sehingga jantung responden turut berdetak
seseorang untuk berekspresi, berkreasi normal.
dalam suatu interaksi sosial dengan penuh

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 2 Mei 2014 16


ISSN 2303-1433

Bekerja sebagai karyawan swasta ia akan lebih mudah mengatasi stres,


berarti responden dalam menjalani operasi ketegangan, rasa sakit, dan berbagai
fraktur tidak perlu memikirkan gangguan atau gejolak emosi negatif yang
pekerjaannya, sebagai pegawai swasta dialaminya. Selain itu musik melalui
banyak kawan responden yang dapat suaranya dapat mengubah frekuensi yang
membantu pekerjaannya, berbeda dengan tidak harmonis tersebut kembali ke
wisraswasta yang harus mengerjakan vibrasi yang normal, sehat, dan dengan
segala sesuatunya sendiri. Kondisi ini demikian memulihkan kembali keadaan
meberikan dampak pada munculnya rasa yang normal (Merrit, 2008).
tenang pada responden sehingga detak Nafas seseorang dipengaruhi
jantung responden adalah normal. efektifitas transportasi oksigen kedalam
paru-paru dan kemudian jantung, semakin
3. Pengaruh Terapi Musik Terhadap efektif transportasi oksigen maka semakin
Perubahan Pernafasan Pada tenang napas seseorang. Hasil penelitian
Pasien Post Operasi Fraktur Yang menunjukkan seseorang yang sedang
Mengalami Nyeri Di RSUD dr. mendengarkan musik dapat lebih tenang
Harjono Ponorogo sehingga proses pertukaran oksigen dapat
Hasil analisis data menunjukkan ada berjalan dengan lancar dan nafas memiliki
pengaruh pemberian terapi musik ritme dan irama yang stabil.
terhadap pernafasan pada pasien post Pada usia ini responden terhitung
operasi fraktur yang mengalami nyeri di masih cukup muda, dan permaslahan
RSUD dr. Harjono Ponorogo. fraktur yang dialaminya setelah menjalani
Kondisi ini ditunjang oleh kondisi operasi relatif lebih lancar dan tidak
usia responden dimana hampir setengah menimbulkan permasalahan yang berarti
dari responden berusia 26 – 35 tahun, sehingga responden dapat beradaptasi
yaitu 11 responden (11%). dengan kondisi dengan lebih baik. Hal ini
Musik juga dapat mempengaruhi semakin baik ketika responden
pernafasan, denyut jantung, denyut nadi, mendapatkan perlakuan dengan
tekanan darah, mengurangi ketegangan mendengarkan musik sehingga responden
otot dan memperbaiki gerak dan kordinasi dapat lebih tenang dan pola nafasnya
tubuh, dan memperkuat ingatan, berjalan lebih baik.
meningkatkan produktivitas suhu tubuh,
serta mengatur hormon-hormon yang 4. Pengaruh Terapi Musik Terhadap
berkaitan dengan stres. Sedangkan secara Perubahan Suhu Tubuh Pada
psikologis, musik dapat membuat Pasien Post Operasi Fraktur Yang
seseorang menjadi lebih rileks, Mengalami Nyeri Di RSUD dr.
mengurangi stres, efektif, efisien, dapat Harjono Ponorogo
meningkatkan asmara dan seksualitas, Hasil analisis data menunjukkan
menimbulkan rasa amandan sejahtera, tidak ada pengaruh pemberian terapi
melepas rasa gembira dan sedih, musik terhadap suhu tubuh pada pasien
menegaskan kemanusiaan bersama, dan post operasi fraktur yang mengalami nyeri
membantu serta melepaskan rasa sakit. di RSUD dr. Harjono Ponorogo.
(Satiadarma, 2007). Selain itu, melalui International Union of Physiological
musik juga seseorang dapat berusaha Sciences Commission for Thermal
untuk menemukan harmoni internal (inner Physiology mendefinisikan demam
harmony). Jadi, musik adalah alat yang sebagai suatu keadaan peningkatan suhu
bermanfaat bagi seseorang untuk inti, yang sering (tetapi tidak seharusnya)
menemukan harmoni di dalam dirinya. merupakan bagian dari respons
Hal ini dirasakan perlu, karena dengan pertahanan organisme multiselular (host)
adanya harmoni di dalam diri seseorang, terhadap invasi mikroorganisme atau

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 2 Mei 2014 17


ISSN 2303-1433

benda mati yang patogenik atau dianggap operasi fraktur yang mengalami nyeri
asing oleh host. Suhu tubuh dipengaruhi di RSUD dr. Harjono Ponorogo.
oleh faktor individu dan lingkungan, 4. Pemberian terapi musik tidak
meliputi usia, jenis kelamin, aktivitas fisik berpengaruh terhadap suhu tubuh
dan suhu udara ambien. Oleh karena itu, pada pasien post operasi fraktur yang
tidak ada nilai tunggal untuk suhu tubuh mengalami nyeri di RSUD dr.
normal (Rahdi, 2008). Harjono Ponorogo.
Termoregulasi adalah proses fisiologis
yang merupakan kegiatan integrasi dan
koordinasi yang digunakan secara aktif Saran
untuk mempertahankan suhu inti tubuh.
Mekanisme pengaturan suhu tubuh 1. Bagi Pasien
merupakan penggabungan fungsi dari Diharapkan dapat mendengarkan
organ-organ tubuh yang saling musik yang digemarinya untuk
berhubungan. didalam pengaturan suhu menjaga kondisi tanda-tanda vitalnya
tubuh mamalia terdapat dua jenis sensor tetap normal dan rileks sehingga
pengatur suhu, yautu sensor panas dan dapat mencegah terjadinya penyulit.
sensor dingin yang berbeda tempat pada
jaringan sekeliling (penerima di luar) dan 2. Bagi Perawat
jaringan inti (penerima di dalam) dari Diharapkan dapat memberikan terapi
tubuh.Dari kedua jenis sensor ini, isyarat musik kepada pasien dengan
yang diterima langsung dikirimkan ke
memberikan musik yang memiliki
sistem saraf pusat dan kemudian dikirim
ke syaraf motorik yang mengatur kesan santai dan indah sehingga
pengeluaran panas. Hasil penelitian dapat membawa pasien pada kondisi
menunjukkan bahwa terapi musik yang relaksasi.
diberikan tidak berpengaruh terhadap
suhu tubuh, hal ini disebabkan karena 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
suhu tubuh pasien lebih banyak Diharapkan dapat mengembangkan
dipengaruhi oleh upaya untuk penelitian ini dengan meneliti faktor
mempertahankan suhu tetap normal dan lainnya yang berpengaruh terhadap
tidak tergantung dengan upaya pemberian TTV pasien post operasi fraktur
kondisi relaks pada pasien.
sehingga dapat dijadikan sebagai
masukan bagi pihak rumah sakit
Kesimpulan dalam pengambilan kebijakan

1. Pemberian terapi musik berpengaruh Daftar Pustaka


terhadap tekanan darah pada pasien
post operasi fraktur yang mengalami Alimul, A. H. 2008. Metode penelitian
nyeri di RSUD dr. Harjono keperawatan dan teknik analisa
Ponorogo. data,Jakarta: Salemba Medika.
2. Pemberian terapi musik berpengaruh
terhadap denyut nadi pada pasien Carpenito, L.J. 2009. Diagnosa
post operasi fraktur yang mengalami Keperawatan: Aplikasi Pada
nyeri di RSUD dr. Harjono Pasien Klinis. Jakarta : EGC.
Ponorogo.
3. Pemberian terapi musik berpengaruh
Djohan. 2006. Terapi Musik: Teori dan
terhadap pernafasan pada pasien post
Aplikasi. Yogyakarta :
Galangpress.
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 2 Mei 2014 18
ISSN 2303-1433

Erika, Jenny. 2011. Pengukuran Tanda- Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi


Tanda Vital. http://jannyerika- penelitian kesehatan. Jakarta:
mkes.blogspot.com/2011/06/pen PT. Rineka Cipta
gukuran-tanda-tanda-vital.html
[Diakses tanggal 6 Nopember Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan
2013] Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Penerbit
Guyton, A.C, dan Hall, J.E. 2008. Buku Salemba Medika
Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi
11. Jakarta: EGC Potter, P.A & Perry, A.G. 2005. Buku
Ajar Fundamental Keperawatan
Jones, J. Christoper. 2008. Design : Konsep, Proses, dan Praktik.
Methods : Seeds of Human Jakarta : EGC.
Futures, dalam Cross, Nigel,
Developments in Design Prasetyo, Sigit Nian. 2010. Konsep dan
Methodology. New York : John Proses Keperawatan Nyeri.
Wiley & Sons. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Judha, Mohamad, dkk. (2012). Teori Smeltzer, S. 2004. Buku Ajar


Pengukuran Nyeri & Nyeri Keperawatan Medikal Bedah
Persalinan. Yogyakarta : Nuha Brunner Suddarth. Volume 2
Medika. Edisi 8. Jakarta : EGC.

Kurniawan, Tomy. 2011. Teknologi EM- Surilena. 2008. Pengaruh Musik Klasik
4. Jakarta : Custom Community Pada Kecerdasan Anak.
Diperoleh dari
Lab. Ketrampilan Medik PPD Unsoed, www.pdfqueen.com/pdf/hu/hubu
2007. Pemeriksaan Tanda Vital. ngan-memori-dan-visual/
Purwokerto : Modul SkillabA- [Diakses tanggal 5 Nopember
Jilid I. 2013]

Long, Barbara C. 2009. Perawatan Young. C & Cyndie Koopsen. 2007.


Medikal Bedah, suatu Spirituality, Health and Healing.
pendekatan proses keperawatan. United State : Bartlett Publisher.
Bandung : Yayasan IAPK.

Muttaqin, arif. 2008. Asuhan


Keperawatan Klien Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Jakarta :
EGC

Niven, Neil. 2002. Psikologi Kesehatan :


Pengantar Untuk Perawat &
Profesional Kesehatan Lain.
Jakarta: EGC.

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 2 Mei 2014 19


ISSN 2303-1433

ANALISA JURNAL FRAKTUR (5)


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien post operasi fraktur di RSUD dr. Harjono
Patient/Population/Problem Ponorogo. Dengan menggunakan teknik accidental sampling didapatkan sampel sebanyak 26 orang
responden

Intervention Penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan Pra eksperimental dengan desain one group pre –
post test design. Desain pre – post test bertujuan untuk membandingkan antara kondisi tanda-tanda vital
sebelum dan setelah pemberian terapi musik. Teknik analisa data yang digunakan untuk menguji hubungan
dua variabel menggunakan uji Wilcoxon Sign Rank test.

Comparison/Control Pada penelitian ini tidak terdapat pembanding

Outcome Hasil analisis data dengan menggunakan uji wilcoxon signed rank test didapatkan p-value = 0,002 lebih
kecil dari pada α (α = 0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada pengaruh pemberian terapi
musik terhadap tekanan darah pada pasien post operasi fraktur yang mengalami nyeri di RSUD dr. Harjono
Ponorogo.
Hasil analisis data dengan menggunakan uji wilcoxon signed rank test didapatkan p-value = 0,025
lebih kecil dari pada α (α = 0,05) maka H0 ditolak yang berarti ada pengaruh pemberian terapi musik
terhadap denyut nadi pada pasien post operasi fraktur yang mengalami nyeri di RSUD dr. Harjono
Ponorogo.
Hasil analisis data dengan menggunakan uji wilcoxon signed rank test didapatkan p-value = 0,014
lebih kecil dari pada α (α = 0,05) maka H0 ditolak artinya ada pengaruh pemberian terapi musik terhadap
pernafasan pada pasien post operasi fraktur yang mengalami nyeri di RSUD dr. Harjono Ponorogo
Hasil analisis data dengan menggunakan uji wilcoxon signed rank test didapatkan p-value = 0,180
lebih besar dari pada α (α = 0,05) maka H0 diterima artinya tidak ada pengaruh pemberian terapi
musik terhadap suhu tubuh pada pasien post operasi fraktur yang mengalami nyeri di RSUD dr. Harjono
Ponorogo. Hal ini disebabkan karena suhu tubuh pasien lebih banyak dipengaruhi oleh upaya untuk
mempertahankan suhu tetap normal dan tidak tergantung dengan upaya pemberian kondisi relaks pada
pasien.
ISSN 2303-1433

Time Penelitian ini dilakukan di di RSUD dr. Harjono Ponorogo, 2014

You might also like