Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Ahmad Yasin C34130067
M. Wildan Zuhair C34150025
Rima Agustina C34150029
Nadella Safitri C34150041
Limbah udang
500 gram
Uji kelarutan
Flavour
dalam air
panas dan
dingin
4.1 Hasil
Flavour adalah sensasi yang dihasilkan oleh bahan makanan ketika
dimakan akibat rangsangan rasa dan bau dari suatu bahan (Jayanti 2009). Flavour
yang dibuat oleh kelompok 10 adalah flavour “Yumami” yang berasal dari bahan
baku limbah udang Penaeus monodon. Produk Yumami yang dihasilkan diuji
dengan parameter uji berupa kelarutan dalam air panas dan air dingin. Hasil uji
kelarutan pada flavour Yumami dapat dilihat di Tabel 1.
Ulangan Air panas Air dingin
1 ++ +++
2 ++ +++
3 ++ +++
Keterangan: +++ (sangat larut); ++ (larut); + (sedikit larut); dan – (tidak larut)
Hasil pengujian flavour Yumami pada Tabel 1 dengan tiga kali ulangan
menghasilkan hasil yang seragam. Pengujian kelarutan pada air panas dengan 3
kali pengulangan menghasilkan hasil positif larut. Pengujian kelarutan pada air
dingin dengan 3 kali pengulangan juga menghasilkan hasil positif sangat larut.
4.2 Pembahasan
Deskripsi produk
Flavor adalah sensasi yang dihasilkan oleh bahan makanan ketika dimakan
akibat rangsangan rasa dan bau dari suatu bahan. Flavor ditimbulkan oleh adanya
senyawa cita rasa (flavouring agent) yang terdapat dalam jumlah yang sangat
kecil dalam bahan pangan. Yumami merupakan produk flavour alami yang
diperoleh dari ekstrak rebusan limbah udang windu (Penaeus monodon) yang
kemudian diformulasikan dengan berbagai bumbu, diantaranya bawang putih,
merica, jahe, dan garam. Flavour Yumami termasuk ke dalam flavour alami jenis
padat (solid flavouring). Penggunakan limbah udang sebagai bahan baku flavour
dikarenakan udang (kelompok krustase) memiliki aroma dan cita rasa yang lebih
tinggi dibandingkan daging ikan (Jayanti 2009).
Kegunaan produk
Pemanfaatan limbah udang menurut Hastuti et al. (2012) sangat prospektf
untuk dijadikan perisa alami pengganti MSG yang telah marak beredar di pasaran.
Pemanfaatan limbah pengolahan udang selama ini terbatas pada bahan baku
industri pakan dan pembuatan kitin serta kitosan, sedangkan upaya pemanfaatan
berupa diversifikasi produk pangan seperti perisa (flavour) alami masih jarang.
Potensi limbah pengolahan udang menurut Meiyani et al. (2014) cukup besar
yaitu dapat mencapai 36-49%. Kandungan asam amino glutamat pada bagian
kepala udang juga cukup besar yaitu mencapai ±20,45 mg untuk memenuhi
kebutuhan protein harian. Kegunaan flavour dapat dijadikan sebagai pengganti
MSG (penyedap masakan) dan sebagai topping makanan dengan nilai gizi berupa
protein yang cukup tinggi.
Prospek dan Peluang pasar
Penyedap rasa komersil yang banyak dikonsumsi dikalangan masyarakat saat
ini adalah Monosodium glutamat atau biasa disingkat MSG. MSG merupakan
jenis garam natrium/sodium yang ditambahkan asam amino jenis glutamat. Asam
animo glutamat ini dapat diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi secara
alami maupun dari flavour (penyedap rasa) yang ditambahkan pada makanan
yang dalam proses pembuatannya diperlukan ekstraksi glutamat terlebih dahulu.
Berdasarkan beberapa sumber menyebutkan bahwa masyarakat di negara
Amerika dan Eropa rata-rata mengkonsumsi sekitar 11g glutamat alami dan 1g
glutamat dari MSG per harinya, sedangkan masyarakat di negara-negara Asia jauh
lebih tinggi, yaitu sekirar 3-4 gram per hari. Hal tersebut dikarenakan masyarakat
Asia terbiasa mengonsumsi bumbu makanan dengan sumber glutamat yang tinggi,
seperti seperti soy sauce, kecap ikan atau kaldu baik dari ayam, ikan maupun
daging (Syukroni 2018).
Tingginya tingkat konsumsi penyedap rasa masyarakat Asia termasuk
Indonesia, menjadikan produk perisa (Flavour) alami memiliki peluang dan
potensi pasar yang baik. Produk penyedap rasa yang beredar di pasaran dengan
harga yang murah cenderung diproses melalui proses kimia sehingga
menghasilkan penyedap rasa yang bersifat sintetik (tidak alami). Penyedap rasa
sintetik ini dapat menimbulkan penyakit jangka panjang. Penyedap rasa (flavour)
alami menjadi salah satu alternatif pengganti konsumsi penyedap rasa sintetik
yang semakin hari semakin tinggi. Penggunaan penyedap rasa almi yang diproses
melalui tahapan alami tanpa bahan kimia berpeluang jauh lebih besar dalam
menjaga kesehatan tubuh.
Tahapan Kritis proses produksi
Tahapan kritis pada proses produksi yaitu tahapan pencucian dan perebusan
limbah udang. Tahapan pencucian bertujuan menghilangkan kotoran pada limbah
sehingga limbah udang dapat terbebas dari kotoran lain yang dapat
mengontaminasi dan menghambat tahapan proses selanjutnya. Tahapan pencucian
limbah udang apabila tidak dilakukan dengan baik dapat menyebabkan limbah
udang tetap kotor sehingga saat diekstrak (direbus), filtrat (air rebusan) yang
dihasilkan tidak baik (warna kotor). Tahapan perebusan dilakukan bertujuan
mengekstraksi flavour yang terkandung di dalam udang yang kemudian akan
diformulasikan dengan berbagai bumbu untuk dijadikan flavour. Keberhasilan
tahap ekstraksi ini sangat menentukan karakteristik produk akhir yang dihasilkan.
Parameter pengujian produk
Parameter pengujian produk Yumami yaitu meliputi parameter kelarutan
dalam air panas dan air dingin. Parameter kelarutan diujikan pada produk
bertujuan mengetahui tingkat kelarutan flavour Yumami pada kondisi suhu tinggi
dan rendah. Hasil pengujian parameter kelarutan ditandai +++ (sangat larut); ++
(larut); + (sedikit larut); dan – (tidak larut).
Bahas hasil dan banlit
Hasil penelitian menghasilkan tingkat kelarutan flavour Yumami pada air
panas kurang maksimal, hal tersebut ditunjukkan dengan terbentuknya sedikit
gumpalan saat proses pelarutan dalam air panas. Hasil tersebut berbeda dengan
penelitian Meiyani et al. (2014) yang menunjukkan tingkat kelarutan flavour
udang putih (Penaeus merguensis) sangat baik. Hal tersebut disebabkan
perbedaan bahan pengisi yang digunakan. Bahan pengisi yang digunakan pada
penelitian Meiyani et al. (2014) adalah jenis karbohidrat maltodekstrin bukan
tapioka dan terigu. Dekstrin merupakan golongan karbohidrat yang berfungsi
mengikat air sehingga saat proses pelarutan akan sepenuhnya larut pada suhu
tinggi maupun rendah. Sifat-sifat maltodekstrin yang lain, yaitu bersifat asam,
hidrolisa pati, berbentuk serbuk, larut dalam air dan viskositas rendah, sehingga
dapat meningkatkan padatan yang terkandung didalamnnya (karbohidrat, protein,
dan mineral). Penambahan dekstrin pada flavor dapat memperbaiki nilai asam
glutamat yang dihasilkan.
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Tahapan kritis pada proses produksi Yumami yaitu pada pencucian dan
perebusan limbah udang. Tahapan pencucian bertujuan menghilangkan kotoran
pada limbah sehingga limbah udang dapat terbebas dari kotoran lain yang dapat
mengontaminasi dan menghambat tahapan proses selanjutnya. Tahapan perebusan
dilakukan bertujuan mengekstraksi flavour yang terkandung di dalam udang yang
kemudian akan diformulasikan dengan berbagai bumbu untuk dijadikan flavour.
Hasil praktikum menunjukkan tingkat kelarutan flavour Yumami pada air panas
kurang maksimal, hal tersebut ditunjukkan dengan terbentuknya sedikit gumpalan
saat proses pelarutan dalam air panas. Tingkat kelarutan Yumami dipengaruhi
oleh bahan pengisi yang digunakan.
6.2 Saran
Praktikum sebaiknya dilakukan menggunakan limbah hasil perairan yang
lebih beragam. Perlakuan pada praktikum juga dapat ditambahkan dengan
penambahan bahan pengisi yang berbeda. Hal tersebut bertujuan memperoleh
formulasi terbaik dalam pembuatan seafood falvor berbasis limbah hasil perairan,
serta mengetahui faktor-faktor yang memengaruhinya.
DAFTAR PUSTAKA
Ashari U, Sahara, Hartoyo S. 2016. Daya saing udang segar dan udang beku
Indonesia di negara tujuan ekspor utama. Jurnal Manajemen & Agribisnis.
13(1): 1-13.
Hastuti S, Arifin S, Hidayati D. 2012. Pemanfaatan limbah cangkang rajungan
(Portunus pelagicus) sebagai perisa makanan alami. Jurnal Agrointek.
6(2): 88-96.
Manurung LDI, Mustakim, Siregar E. 2014. Pembuatan flavor limbah udang
(Panaeus monodon) dengan komposisi bumbu yang berbeda. Jurnal
Berkala Perikanan Terubuk. 42(1): 9-20.
Meiyani DNAT, Riyadi PH, Anggo AD. 2014. Pemanfaatan air rebusan kepala
udang putih (Penaeus merguiensis) sebagai flavor dalam bentuk bubuk
dengan penambahan maltodekstrin. Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi
Hasil Perikanan. 3(2): 67-74.
Mohani VC, Yulianto E, Mawardi MK. 2016. Pengaruh jumlah produksi udang
Indonesia, harga udang internasional, dan nilai tukar rupiah terhadap
ekspor udang Indonesia (studi volume ekspor udang Indonesia tahun 2005-
2014). Jurnal Administrasi Bisnis. 39(2): 67-73.
Purba M. 2014. Pembentukan flavor daging unggas oleh poses pemanasan da
oksidasi lipida. Jurnal WARTAZOA. 24(3): 109-118.
Syukroni I. 2018. MSG : Kebutuhan atau Racun?. Terhubung berkala. [diakses
pada 22 Mei 2018]. Researchgate.com. didownload dari:
https://www.researchgate.net/publication/324257806_MSG_Kebutuhan_at
au_Racun [accessed May 22 2018].
Yuniarso T. 2006. Peningkatan kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan daya tahan
udang windu (Panaeus monododon Fab.) stadium pl 7 – pl 20 setelah
pemberian silase artemua yang telah diperkaya dengan silase ikan.[skripsi].
Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret.
LAMPIRAN