You are on page 1of 11

BAB II

TATA GUNA LAHAN SEBELUM DAN SESUDAH DITAMBANG

2.1 Tata Guna Lahan Sebelum Ditambang


Tata guna lahan yang akan ditambang adalah didominasi semak belukar, ladang milik
masyarakat dan sebagian kecil lainnya merupakan perkebunan, hutan rawa dan daerah
pemukiman. Lahan masyarakat yang termasuk dalam areal PT. Wira Penta Kencana akan
dilakukan pembebasan dengan sistem ganti untung berdasarkan peraturan yang berlaku. Dalam
kaitannya dengan pemanfaatan lahan, areal yang akan dikelola dan diusahakan oleh PT. Wira
Penta Kencana merupakan lahan yang berupa hutan sekunder, belukar dan kebun campuran
milik penduduk. Hutan sekunder merupakan kelompok yang mendominasi lokasi proyek, dimana
kayu–kayu komersial yang berdiameter besar sudah tidak ditemukan di lokasi studi baik pada
bagian perbukitan maupun pada kawasan pinggiran sungai. Hasil analisis lapangan dan data–data
sekunder menunjukkan bahwa status kawasan pada areal tersebut adalah termasuk skala kualitas
lingkungan 4, kategori baik. Gambar kondisi lahan pada wilayah pertambangan dapat dilihat di
Gambar 2.1

Gambar 2.1 Kondisi Lahan pada Wilayah Pertambangan Batubara


PT. Wira Penta Kencana
2.1.1 Geomorfologi
Berdasarkan bentuk ketinggian dan bentuk roman muka buminya, geomorfologi di
daerah penyelidikan Izin Usaha Pertambangan PT. Wira Penta Kencana dapat dibedakan menjadi
3 (tiga) satuan morfologi, yaitu:
a. Satuan Geomorfologi Pedataran
Satuan Geomorfologi Pedataran menempati areal sekitar 25% dari seluruh luas areal
daerah penyelidikan, terutama terdapat disepanjang lembah Sungai Lahei dan anak–anak
sungainya dan Sungai Inu beserta anak–anak sungainya. Terletak di bagian tengah daerah
penyelidikan memanjang dari Timur Laut ke bagian Barat Daya daerah penyelidikan.
b. Satuan Geomorfologi Perbukitan Bergelombang Sedang
Satuan Geomorfologi Perbukitan Bergelombang Sedang, menempati areal sekitar 60%
dari luas daerah penyelidikan, terutama terdapat di bagian selatan daerah penyelidikan. Terletak
memanjang dari bagian Barat Daya daerah penyelidikan hingga Timur Laut daerah penyelidikan.
Satuan Geomorfologi ini memiliki ketinggian bervariasi antara 40 hingga 60 meter di atas
permukaan laut rata–rata, dengan kemiringan lereng bervariasi dari landai hingga sedang, bahkan
di beberapa tempat hampir datar.
c. Satuan Geomorfologi Perbukitan Bergelombang Curam
Satuan Geomorfologi Perbukitan Bergelombang Curam, menempati areal sekitar 15%
dari luas daerah penyelidikan, terutama terdapat di bagian selatan daerah penyelidikan. Terletak
memanjang dari bagian Barat hingga bagian Timur sebelah Selatan dan Utara daerah
penyelidikan serta bagian Barat Laut daerah penyelidikan.
Satuan geomorfologi ini memiliki ketinggian bervariasi antara 50 hingga 110 meter di atas
permukaan laut rata–rata, sengan kemiringan lereng bervariasi dari landai hingga curam, bahkan
di beberapa tempat hampir terjal, terutama mendekati hulu–hulu sungai.

2.2 Tata Guna Lahan Setelah Ditambang


Pada akhir kegiatan pertambangan batubara, diharapkan tingkat keberhasilan reklamasi
dan revegetasi lahan sesuai dengan desain yang telah direncanakan sehingga akan membentuk
morfologi yang mendekati rona awal.
Mengacu pada peruntukan lahannya maka areal tersebut akan dikembalikan lagi
fungsinya sebagai kawasan Hutan Pengembangan Produksi (HPP).
2.3 Flora
Hutan yang terdapat di areal tambang PT. Wira Penta Kencana merupakan hutan dataran
rendah sekunder dengan karakteristik vegetasi yang dijumpai menunjukkan adanya life form
yang bervariasi seperti umumnya dijumpai pada ekosistem hutan tropika basah / lembab, seperti
pohon – pohon kecil, semak belukar, paku – pakuan dan tumbuhan merambat.
Dari hasil studi yang dilakukan menunjukkan jumlah jenis flora yang ada di areal studi
sebanyak 83 jenis yang merupakan anggota dari 62 marga dan 34 famili, termasuk diantaranya
jenis – jenis yang dijumpai pada komunitas semak belukar, jenis – jenis tumbuhan bawah, dan
jenis tanaman budidaya. Berdasarkan kriteris kualitas lingkungan menurut Fandeli (1992),
jumlah jenis flora di areal PT. Wira Penta Kencana (komposisi jenis > 40) termasuk klasifikasi
baik.
Dari hasil analisis vegetasi di areal PT. Wira Penta Kencana diketahui bahwa jenis – jenis
penyusun komunitas hutan seperti yang disajikan pada Tabel berikut.

Tabel 2.1 Jenis Flora yang Ditemukan di Areal Pertambangan


No Nama Daerah Nama Botanis Famili
1 Tarantang Campnosperma auriculata Anacardiaceae
2 Rengas Gluta rengas Anacardiaceae
3 Mangga Mangifera indica Anacardiaceae
4 Kayu Asam Mangifera macrocarpa Anacardiaceae
5 Jingah Swintonia sp. Anacardiaceae
6 Kuwini Mangifera odorata Anacardiaceae
7 Mahawai Mezzetia parviflora Annonaceae
8 Banitan Polyathia rumphii Annonaceae
9 Jangkang Xylopia sp. Annonaceae
10 Durian Durio sp. Bombacaceae
11 Langsat hutan Dacryodes rugosa Burseraceae
12 Binturung Santiria tomentosa Burseraceae
13 Keranji Dialium dewittei Caesalpinoidea
e
14 Kempas Koompassia exelsa Caesalpinoidea
e
15 Kesindur/Sindur Sindora bruggemanii Caesalpinoidea
e
16 Kerinyuh Eupatorium odoratum Compositae
17 Kajamihing Dillenia exelca Dilleniceae
18 Keruing daun besar Dipterocarpus borneensis Dipterocarpace
ae
19 Kapur Dipterocarpus cornutus Dipterocarpace
ae
20 Merkunyit/Meranti Putih Dryobalanops abnormis Dipterocarpace
ae
21 Damar buah/Meranti Shorea assamica Dipterocarpace
Kuning ae
Lanjutan dari tabel
No Nama Daerah Nama Botanis Famili
22 Damar buah/Meranti Shorea gibbosa Dipterocarpace
Kuning ae
23 Lanan/Meranti Merah Shorea leprosula Dipterocarpace
ae
24 Karambuku/Meranti Shorea ovalis Dipterocarpace
Merah ae
25 Masupang Shorea pachyphylla Dipterocarpace
ae
26 Lanan Lampung/M. Shorea parvifolia Dipterocarpace
Merah ae
27 Mahambung/Meranti Shorea smithiana Dipterocarpace
Merah ae
28 Resak Vatica rassak Dipterocarpace
ae
29 Kalumpai Elasteriospermun tapos Euphorbiaceae
30 Karet Hevea brasiliensis Euphorbiaceae
31 Merkubung Macaranga gigantae Euphorbiaceae
32 Mahang Macaranga triloba Euphorbiaceae
33 Ketela Pohon Manihot utilissima Euphorbiaceae
34 Belimbing Averrhoa belimbi Euphorbiaceae
35 Pampaning Quercus paculiformis Fagaceae
36 Rukam Flacourtia inermis Flacortiaceae
37 Kamanjar Homalium Flacortiaceae
caryophyllaceum
38 Kahui Hydnocarpus Flacortiaceae
stigmatophorus
39 Alang-alang Imperata cylindrica Gramineae
40 Bintangur Calophyllum pulcherium Guttiferae
41 Gandis/Manggis Hutan Garcinia parvifolia Guttiferae
42 Bantialing Kayea sp. Guttiferae
43 Gerunggang/Irat Cratoxylum sp Hypericaceae
44 Panguan Alseodaphne bancana Lauraceae
45 Kangkala burung Litsea angulata Lauraceae
46 Perawas Litsea firma Lauraceae
47 Putat Baringtonia racemosa Lechytedaceae
48 Mahui Fragrea fragnans Loganiaceae
49 Karamunting Melastoma malabathricum Melastomatace
ae
50 Beransulan Memecylon costatum Melastomatace
ae
51 Tamahas Memecylon steenis Melastomatace
ae
52 Kelasu Burung Dysoxylum sp. Meliaceae
53 Langsat Lansium domesticum Meliaceae
54 Ketapi Hutan Sonsaricum borneense Meliaceae
55 Cempedak Artocarpus champeden Moraceae

2.4 Fauna
Jenis–jenis fauna yang dijumpai di areal studi adalah jenis–jenis burung, mamalia,
reptilia dan amfibi. Jenis-jenis fauna dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.2 Jenis Fauna yang Ditemukan di Areal Pertambangan


No. Nama Jenis Nama Latin
A. Burung
1 Empuluh Janggut Alophoixus bres
2 Rangkong Buceros rhinoceros
3 Bubut Centropus sinensis
4 Elang Circus cyanus
5 Kucica Hutan Copsychur malabarikus
6 Gagak Coruus enca
7 Empuluh Leher Kuning Criniger finshcii
8 Pelatuk Dendrocopoc moluccensis
9 Pergam Ducula aenea
10 Pipit Lonchura leucogasta
11 Takur Laher Hitam Megalaima exima
12 Takur Tutut Megalaima rafflesii
13 Pelatik Jambul Meiglyptes tristis
14 Tinjau Belukar Orthotomus artrogularis
15 Tinjau Kelabu Orthotomus ruficeps
16 Pelatuk Sayap Merah Picus Puniceus
17 Cuit kuning Prionochilus maculates
18 Cuit merah Prionochilus thoracicaus
19 Cuit biru Prionochilus xanthopygus
20 Kepinis Rhaphidura leucopygialis
21 Empuluh paruh kait Setornis criniger
22 Punai Trenon vernans
23 Pelatuk Dada Putih Trichastoma rosatum
B. Mamalia
1 Rusa Cervus unicolor
2 Kijang Muntiacus muntjak
3 Kancil Tragulus javanicus
4 Babi Hutan Sus barbatus
5 Kelelawar Terodira mericana
6 Tupai Tupai splendidula
7 Musang Macregelidia sp
8 Kera Macaca irus
C. Reptilia
1 Ular Phyton (Phyton sp) Phyton sp
2 Ular Air Hemalopsis buccata
3 Ular hijau Chendrophyton leichardii
4 Ular Tadung Dryopsis prasinus
5 Tokek Crytodactylus consobrinus
6 Biawak Varanus salvator
7 Kadal skink Mabuya multifasciata
D. Amfibi
1 Kodok Hyla sp
BAB III
RENCANA PEMBUKAAN LAHAN

3.1 Penambangan
3.1.1 Sistem dan Metode Penambangan
Untuk memilih sistem penambangan yang akan diterapkan di lapangan, perlu
dipertimbangkan kondisi cadangan batubara di IUP PT. Wira Penta Kencana. Kondisi tersebut
antara lain:
a. Banyak seam Batubara yang terdapat pada lokasi penyelidikan.
b. Ketebalan lapisan yang bervariasi antara 0,5 meter sampai dengan 3,5 meter.
c. Kemiringan lapisan batubara 20o – 33o.
d. Keadaan topografi daerah penyelidikan merupakan perbukitan rendah.
e. Kemampuan perusahaan untuk melakukan usaha pertambangan.
f. Keselamatan kerja dalam penambangan apabila tinggi yang dipergunakan melebihi dari
pada batas maksimum.
g. Kondisi daerah penyelidikan yang bukan merupakan permukiman padat sehingga aktivitas
penambangan tidak mengganggu penduduk.
Berdasarkan keadaan tersebut di atas, direncanakan penambangan batubara di daerah
penyelidikan ini akan dilakukan secara tambang terbuka (open pit). Untuk lapisan Batubara yang
berdekatan atau berada dalam satu pit, maka kegiatan penambangannya akan dilakukan secara
simultan atau bersamaan.

3.2 Persiapan Penambangan


3.2.1 Pembersihan Lahan
Tahapan pertama dalam pelaksanaan penambangan secara tambang terbuka adalah
pembersihan lahan (land clearing) berupa semak belukar dan tanaman penutup lainnya, sehingga
pelaksanaan pengupasan tanah penutup/pucuk (top soil) yang akan dilakukan pada tahap
berikutnya dapat berjalan dengan lancar. Kegiatan ini dilakukan dengan mempergunakan
bulldozer GT 6 D dan GT 8 D, dibantu tenaga manusia dengan menggunakan peralatan seperti
chainsaw, kampak, parang dan lain-lain. Pekerjaan ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan
arah kemajuan penambangan. Kegiatan pembersihan lahan dilakukan dilokasi penambangan dan
lokasi untuk sarana penunjang dan jalan.

3.2.2 Pengupasan dan Pemindahan Tanah Pucuk (Top Soil)


Kegiatan pengupasan tanah pucuk dilakukan pada areal penambangan secara bertahap
dengan ketebalan 0 - 50 cm yang mengandung unsur hara. Pengupasan tanah pucuk dengan
batasan sampai 2,5 meter dari permukaan tanah dan merata seluruh permukaan lokasi.
Pengupasan dilakukan dengan blade dari bulldozer dan dimuat dengan excavator, selanjutnya
tanah pucuk hasil kupasan diangkut dengan dump truck ke tempat penimbunan dengan jarak 750
meter, yang telah disediakan/diamankan untuk keperluan reklamasi dan revegetasi pada lahan
bekas tambang yang telah ditimbun kembali. Tempat penumpukan tanah pucuk berada dekat
bukaan tambang.

3.2.3 Pengupasan dan Pemindahan Lapisan Penutup


Tahapan selanjutnya adalah pengupasan tanah penutup (overburden) dengan prinsip
kelerengan membuat jenjang-jenjang/benches guna memudahkan pembagian kerja operasi alat-
alat berat dan juga untuk menjaga kemantapan lereng (slope stability). Tinggi jenjang tunggal ±
6 meter dan lebar jenjang ± 10 meter dan sudut lereng masing-masing jenjang sekitar 60º.
Pengupasan lapisan tanah penutup berupa overburden dan interburden dilakukan dengan
menggunakan kombinasi alat excavator dibantu alat bulldozer.
Adapun tempat pembuangan tanah penutup (disposal) dapat dibedakan menjadi dua
yaitu:
1. Pembuangan tanah penutup keluar areal tambang (out pit dump).
2. Pembuangan tanah penutup ke dalam areal tambang (in pit dump). Top soil tersebut
bertujuan untuk digunakan sebagai penimbunan kembali tanah (Back Filling).

3.3 Metode Penambangan


Operasi penambangan batubara di daerah penyelidikan ini direncanakan secara tambang
terbuka (open pit) dimana nantinya :
1. Pengambilan batubara akan dilakukan ke arah Down Pit dan berkembang/maju kearah jurus
(strike) endapan batubara.
2. Overburden hasil galian dari Pit pertama, akan ditimbun di area tersebut.
Apabila sesuai dengan rencana penambangan maka pada tahap berikutnya overburden akan
mulai ditimbun pada pit pertama (Back Filling), demikian pula pada galian selanjutnya. Berapa
dari seam batubara akan ditambang secara simultan yaitu lapisan A, B dan C, hal ini dilakukan
karena berada dalam satu Pit.

3.4 Jalan Tambang


Infrastruktur jalan di dalam lokasi rencana penambangan batubara PT. Wira Penta
Kencana belum tersedia semua hanya akses jalan dari lokasi infrastruktur menuju Pit P yang
telah tersedia. Konstruksi jalan tambang merupakan sarana transportasi yang paling utama untuk
mendukung tercapainnya target produksi tambang batubara yang telah direncanakan. Jalan utama
tambang untuk mengangkut batubara didesain dengan lebar 25 meter turning radius 100 meter
dan rolling resistence 3% dengan panjang sekitar 2,3 kilometer dari Pit A dan 3,2 kilometer dari
Pit E menuju CPP (Coal Preparation Plant). Strukturjalan dibangun di atas lapisan dasar dengan
nilai CBR = 5 dengan konstruksi pengeras batumerah setebal 50 - 70 centimeter. Disamping itu
pada daerah-daerah rendah yang merupakan aliran air akan dipasang gorong-gorong steel
berdiameter 1 - 1,5 meter dan beberapa gorong-gorong beton berdiameter 0,7-1,0 meter. Jalan
tambang ini perlu dirawat dengan baik unyuk menjamin kelancaran operasi pengangkutan dan
lifetime dari ban. Alat-alat yang diperlukan untuk perawatan jalan adalah grader dan truk
penyiram jalan.

3.5 Kolam Sedimen dan Sarana Kendali Erosi


Settling pond (kolam pengontrol air tambang), berfungsi untuk memantau kualitas air
yang akan dibuang ke sungai, dibangun antara pit dengan titik buangan air (seperti sungai).
Sehingga diharapkan air tidak mencemari sungai yang dimanfaatkan oleh penduduk di hilir.
Bentuk settling pond adalah persegi panjang ukuran dengan luas 2,73 ha atau 27.300 m2 dimensi
210 m x 130 m x 5 m sebanyak 4 kompartemen pada masing-masing pit.

3.6 Fasilitas penujang


Pengadaan fasilitas penunjang sangat perlu untuk mendukung kegiatan utama
penambangan sehingga dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Lokasi fasilitas
penunjang ini dikonsentrasikan pada daerah tertentu agar memudahkan dalam pengaturan dan
pengawasan, yang biasanya dekat dengan daerah penambangan. Adapun fasilitas yang akan
dibangun adalah:
a. Bangunan kantor adminitrasi tambang (perkantoran)
Luas bangunan kantor direncanakan akan dibangun pada lahan seluas15 m x 10 m atau sekitar
150 m2
b. Bangunan tempat ibadah
Bangunan ini berupa Mushola yang diperuntukan bagi umat Muslim yang ingin menjalankan
ibadahnya. Luas bangunan untuk tempat ibadah (mushola) adalah sebesar 16 m2 atau 8 m x 8 m.
c. Bangunan tempat makan (Kantin)
Lokasinya terletak disekitar bangunan perkantoran dengan ukuran 8 m x 8 m atau l6 m2
d. Senior staff dan staff building (Mess tempat tinggal)
Mess dibangun di area seluas 25 m x 16 m atau 400 m2 beserta tempat parkir LV (Low Vehicle)
staff.
e. Pos Keamanan
Bangunan pos keamanan dibangun di tempat strategis di area tambang sehingga dapat memantau
seluruh kegiatan yang dilakukan di area tambang, agar keamanan dapat terjaga dengan baik.
Bangunan ini berukuran 3 m x 3 m, atau 9 m2.
f. Genset room
Genset room dibangun dengan luas 8 m x 6 m atau 48m2 ditempat yang sedikit berjauhan dengan
perkantoran, Mess dan Kantin agar tidak terganggu dari kebisingan genset
g. Stockpile
Akan dibangun Stockpile dengan jumlah 2 area dibuat di atas lahan 9,1 ha tepat nya dilokasi CPP
(Coal Preparation Plant) dekat Jetty Sungai Barito.
h. Gudang Bahan Peledak
Gudang Handak dibangun didekat CPP dengan luas 8,7 ha dengan rancangan gudang yang
dibangun sesuai dengan keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor
555.K/26/M.PE/1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum.
i. Bengkel dan Gudang
Bengkel dan fasilitas antara lain gudang (ware house), garasi, tempat cuci kendaraan, dan lain-
lain dibangun di areal 500 m2. Gudang dibangun berdekatan dengan bengkel yang dibangun
dengan ukuran 5 m x 8 m (seluas 40 m2).

You might also like